8
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-317 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 STUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA Anastasia Yulianti 1 , Setia Kurnia Putri 2 dan Erika Hapsari 3 1 Asisten Penelitian Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil, Unika Soegijapranata, Jl. Pawiyatan Luhur IV/1Semarang Email : [email protected] 2 Asisten Penelitian Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil, Unika Soegijapranata, Jl. Pawiyatan Luhur IV/1Semarang Email : [email protected] 3 Asisten Penelitian Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil, Unika Soegijapranata, Jl. Pawiyatan Luhur IV/1Semarang Email : [email protected] Abstraksi Transjakarta atau sering disebut Busway merupakan salah satu sistem transportasi yang diusahakan untuk mengurangi kemacetan di Kota Jakarta. Transjakarta saat ini melayani 8 koridor Tarif yang berlaku pada Transjakarta saat ini sebesar Rp3500 untuk satu kali perjalanan. Saat ini Transjakarta telah menjadi ikon baru bagi transportasi umum di Kota Jakarta. Dengan adanya imej tersebut maka sudah selayaknya Transjakarta harus terus berbenah. Untuk itu dibuat suatu kegiatan studi yang mengevaluasi tarif transjakarta berdasarkan ability to pay (ATP) dan willingness to pay (WTP) serta pelayanan perlu dilakukan. Pendekatan yang digunakan dalam studi ini didasarkan atas pendekatan pendapatan responden atau keluarga (metoda household budget ) dan pola perjalanan untuk menentukan ATP dan pendekatan persepsi untuk menentukan WTP. Pengumpulan data studi ini dibagi menjadi pengumpulan data primer dan data sekunder. Kegiatan pengumpulan data sekunder lebih difokuskan pada data pendukung seperti jumlah armada bus Transjakarta, rute masing-masing koridor, dan jumlah penumpang bus Transjakarta. Hasil analisis pada masing-masing koridor menunjukkan bahwa nilai ATP lebih tinggi dari nilai WTP. Kondisi ini menunjukan adanya kemampuan membayar lebih besar dari pada keinginan membayar jasa tersebut. Ini terjadi bila pengguna mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut relatif rendah. Pengguna pada kondisi ini disebut choiced riders. Keyword: transjakarta, tariff, ATP, WTP, servicing PENDAHULUAN 1. Transjakarta atau sering disebut Busway merupakan salah satu sistem transportasi yang diusahakan untuk mengurangi kemacetan di Kota Jakarta. Transjakarta merupakan bentuk dari sistem angkutan masal yang berbasis pada transportasi bus cepat atau Bus Rapid Transit. Transjakarta saat ini melayani 8 koridor, dimana kali pertama beroperasi pada 15 Januari 2004 melayani Koridor 1 dengan jurusan Terminal Blok M sampai Halte Stasiun Kota. Kemudian pada tanggal 15 Januari 2006, Koridor 2 dan Koridor 3 dioperasikan dimana Koridor 2 melayani jurusan Terminal Pulo Gadung (Jakarta Timur) sampai Halte Harmoni Central Busway (Jakarta Pusat). Sedangkan Koridor 3 untuk bus Transjakarta beroperasi dengan jurusan Terminal Kalideres (Jakarta Barat) sampai Halte Pasar Baru (Jakarta Pusat). Untuk Koridor 4 (Pulo Gadung - Dukuh Atas), Koridor 5 (Kampung Melayu - Ancol), Koridor 6 (Ragunan - Latuharhari), Koridor 7 (Kampung Rambutan - Kampung Melayu) mulai beroperasi tanggal 28 Januari 2007. Koridor 8 yang melayani Lebak Bulus - Harmoni mulai beroperasi secara menyeluruh pada tanggal 21 Februari 2009. Tarif yang berlaku pada Transjakarta saat ini sebesar Rp. 3500,- untuk sekali perjalanan. Tarif tersebut berlaku untuk semua Transjakarta dengan semua rute asalkan tidak keluar dari halte. Jadi penumpang yang berpindah jurusan tidak dibebani tiket lagi. Sedangkan pada pagi hari (05.00-07.00) berlaku tarif bersubsidi dengan besar tarif sebesar Rp. 2000,-. Tarif bersubsidi ini sebenarnya lebih ditujukan kepada pengguna Transjakarta yang memiliki penghasilan rendah. Tetapi pada kenyataannya penumpang berpenghasilan sedang ke ataspun turut menikmatinya dengan cara datang lebih awal ke kantornya terutama bagi yang bekerja di perusahaan minyak dan gas yang mengharuskan datang ke kantor sebelum jam 7 pagi. Saat ini Transjakarta telah menjadi ikon baru bagi transportasi umum di Kota Jakarta karena memiliki pelayanan yang lebih baik daripada transportasi umum lainnya. Dengan adanya imej tersebut maka sudah selayaknya Transjakarta harus terus berbenah. Mengacu kepada Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.2087

MANAGEMENT OF THE FIRM - Konferensi Nasional Teknik Sipil …konteks.id/p/05-079.pdf · Transport SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-321 Universitas Sumatera Utara, Medan -

  • Upload
    lamanh

  • View
    227

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MANAGEMENT OF THE FIRM - Konferensi Nasional Teknik Sipil …konteks.id/p/05-079.pdf · Transport SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-321 Universitas Sumatera Utara, Medan -

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-317 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

STUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA

Anastasia Yulianti1, Setia Kurnia Putri2 dan Erika Hapsari3

1Asisten Penelitian Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil, Unika Soegijapranata, Jl. Pawiyatan Luhur IV/1Semarang Email : [email protected]

2Asisten Penelitian Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil, Unika Soegijapranata, Jl. Pawiyatan Luhur IV/1Semarang

Email : [email protected] 3Asisten Penelitian Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil, Unika Soegijapranata,

Jl. Pawiyatan Luhur IV/1Semarang Email : [email protected]

Abstraksi Transjakarta atau sering disebut Busway merupakan salah satu sistem transportasi yang diusahakan untuk mengurangi kemacetan di Kota Jakarta. Transjakarta saat ini melayani 8 koridor Tarif yang berlaku pada Transjakarta saat ini sebesar Rp3500 untuk satu kali perjalanan. Saat ini Transjakarta telah menjadi ikon baru bagi transportasi umum di Kota Jakarta. Dengan adanya imej tersebut maka sudah selayaknya Transjakarta harus terus berbenah. Untuk itu dibuat suatu kegiatan studi yang mengevaluasi tarif transjakarta berdasarkan ability to pay (ATP) dan willingness to pay (WTP) serta pelayanan perlu dilakukan.

Pendekatan yang digunakan dalam studi ini didasarkan atas pendekatan pendapatan responden atau keluarga (metoda household budget ) dan pola perjalanan untuk menentukan ATP dan pendekatan persepsi untuk menentukan WTP. Pengumpulan data studi ini dibagi menjadi pengumpulan data primer dan data sekunder. Kegiatan pengumpulan data sekunder lebih difokuskan pada data pendukung seperti jumlah armada bus Transjakarta, rute masing-masing koridor, dan jumlah penumpang bus Transjakarta.

Hasil analisis pada masing-masing koridor menunjukkan bahwa nilai ATP lebih tinggi dari nilai WTP. Kondisi ini menunjukan adanya kemampuan membayar lebih besar dari pada keinginan membayar jasa tersebut. Ini terjadi bila pengguna mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut relatif rendah. Pengguna pada kondisi ini disebut choiced riders.

Keyword: transjakarta, tariff, ATP, WTP, servicing

PENDAHULUAN 1.Transjakarta atau sering disebut Busway merupakan salah satu sistem transportasi yang diusahakan untuk mengurangi kemacetan di Kota Jakarta. Transjakarta merupakan bentuk dari sistem angkutan masal yang berbasis pada transportasi bus cepat atau Bus Rapid Transit.

Transjakarta saat ini melayani 8 koridor, dimana kali pertama beroperasi pada 15 Januari 2004 melayani Koridor 1 dengan jurusan Terminal Blok M sampai Halte Stasiun Kota. Kemudian pada tanggal 15 Januari 2006, Koridor 2 dan Koridor 3 dioperasikan dimana Koridor 2 melayani jurusan Terminal Pulo Gadung (Jakarta Timur) sampai Halte Harmoni Central Busway (Jakarta Pusat). Sedangkan Koridor 3 untuk bus Transjakarta beroperasi dengan jurusan Terminal Kalideres (Jakarta Barat) sampai Halte Pasar Baru (Jakarta Pusat). Untuk Koridor 4 (Pulo Gadung - Dukuh Atas), Koridor 5 (Kampung Melayu - Ancol), Koridor 6 (Ragunan - Latuharhari), Koridor 7 (Kampung Rambutan - Kampung Melayu) mulai beroperasi tanggal 28 Januari 2007. Koridor 8 yang melayani Lebak Bulus - Harmoni mulai beroperasi secara menyeluruh pada tanggal 21 Februari 2009.

Tarif yang berlaku pada Transjakarta saat ini sebesar Rp. 3500,- untuk sekali perjalanan. Tarif tersebut berlaku untuk semua Transjakarta dengan semua rute asalkan tidak keluar dari halte. Jadi penumpang yang berpindah jurusan tidak dibebani tiket lagi. Sedangkan pada pagi hari (05.00-07.00) berlaku tarif bersubsidi dengan besar tarif sebesar Rp. 2000,-. Tarif bersubsidi ini sebenarnya lebih ditujukan kepada pengguna Transjakarta yang memiliki penghasilan rendah. Tetapi pada kenyataannya penumpang berpenghasilan sedang ke ataspun turut menikmatinya dengan cara datang lebih awal ke kantornya terutama bagi yang bekerja di perusahaan minyak dan gas yang mengharuskan datang ke kantor sebelum jam 7 pagi.

Saat ini Transjakarta telah menjadi ikon baru bagi transportasi umum di Kota Jakarta karena memiliki pelayanan yang lebih baik daripada transportasi umum lainnya. Dengan adanya imej tersebut maka sudah selayaknya Transjakarta harus terus berbenah. Mengacu kepada Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.2087

Page 2: MANAGEMENT OF THE FIRM - Konferensi Nasional Teknik Sipil …konteks.id/p/05-079.pdf · Transport SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-321 Universitas Sumatera Utara, Medan -

Transport

T-318 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Tahun 2006 maka setiap enam bulan harus selalu dilakukan evaluasi untuk melihat tingkat kepuasan konsumen. Tingkat kepuasan konsumen dapat diukur salah satunya terhadap tarif yang saat ini berlaku. Selain itu sebenarnya Transjakarta telah memiliki suatu Standar Pelayanan Minimum (SPM) tetapi sampai saat ini belum dilaksanakan sehingga pelayanannya belum maksimal. Untuk itu suatu kegiatan studi yang mengevaluasi tarif dan pelayanan perlu dilakukan.

KAJIAN LITERATUR 2.

Konsep dasar penentuan tarif berdasarkan Ability to Pay (ATP) dan Willingness to Pay (WTP) Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dari pendapatan rutin yang diterimanya. Dengan kata lain ability to pay adalah kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos perjalanan yang dilakukannya.

Dalam studi ini, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi ability to pay diantaranya:

· Besar penghasilan · Kebutuhan transportasi · Total biaya transportasi (harga tiket yang ditawarkan) · Prosentase penghasilan yang digunakan untuk biaya transportasi

Konsep dasar penentuan tarif berdasarkan Willingness to Pay (WTP) Sedangkan Willingness To Pay (WTP) adalah kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP didasarkan pada persepsi pengguna terhadap tarif dari jasa pelayanan angkutan umum tersebut.

Dalam permasalahan transportasi WTP dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:

· Produk yang ditawarkan/disediakan oleh operator jasa pelayanan transportasi · Kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediakan · Utilitas pengguna terhadap angkutan tersebut · Perilaku pengguna

Dalam pelaksanaan untuk menentukan tarif sering terjadi benturan antara besarnya WTP dan ATP, kondisi tersebut selanjutnya disajikan secara ilustratif pada Gambar 1.

Gambar 1. Kurva ATP dan WTP

· ATP lebih besar dari WTP Kondisi ini menunjukan bahwa kemampuan membayar lebih besar dari pada keinginan membayar jasa tersebut. Ini terjadi bila pengguna mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut relatif rendah, pengguna pada kondisi ini disebut choiced riders.

· ATP lebih kecil dari WTP Kondisi ini merupakan kebalikan dari kondisi diatas dimana keinginan pengguna untuk membayar jasa tersebut lebih besar dari pada kemampuan membayarnya. Hal ini memungkinkan terjadi bagi pengguna yang mempunyai penghasilan yang relatif rendah tetapi utilitas terhadap jasa tersebut sangat tinggi, sehingga keinginan pengguna untuk membayar jasa tersebut cenderung lebih dipengaruhi oleh utilitas, pada kondisi ini pengguna disebut captive riders.

ATP

WTP

Biaya per satuan

jarak (Rp)

Prosentase responden yang mempunyai ATP dan WTP tertentu

Page 3: MANAGEMENT OF THE FIRM - Konferensi Nasional Teknik Sipil …konteks.id/p/05-079.pdf · Transport SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-321 Universitas Sumatera Utara, Medan -

Transport

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-319 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

· ATP sama dengan WTP Kondisi ini menunjukan bahwa antara kemampuan dan keinginan membayar jasa yang dikonsumsi pengguna tersebut sama, pada kondisi ini terjadi keseimbangan utilitas pengguna dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa tersebut.

Pada prinsipnya penentuan tarif dapat ditinjau dari beberapa aspek utama dalam sistem angkutan umum. Aspek-aspek tersebut adalah:

1. Pengguna (User) 2. Operator 3. Pemerintah (Regulator)

Bila parameter ATP dan WTP yang ditinjau, maka aspek pengguna dalam hal ini dijadikan subyek yang menentukan nilai tarif yang diberlakukan dengan prinsip sebagai berikut:

1. ATP merupakan fungsi dari kemampuan membayar, sehingga nilai tarif yang diberlakukan, sedapat mungkin tidak melebihi nilai ATP kelompok masyarakat sasaran. Intervensi/campur tangan pemerintah dalam bentuk subsidi langsung atau silang dibutuhkan pada kondisi dimana nilai tarif berlaku lebih besar dari ATP, sehingga didapat nilai tarif yang besarnya sama dengan nilai ATP (sesuai Gambar 2).

2. WTP merupakan fungsi dari tingkat pelayanan angkutan umum, sehingga bila nilai WTP masih berada dibawah ATP maka masih dimungkinkan melakukan peningkatan nilai tarif dengan perbaikan kinerja pelayanan (sesuai Gambar 2).

Rumus

ATPPengeluaran transportasi 1 bln anggaran tambahan x harga tiket busway x ϵn trip dlm 1 bln

pengeluaran transportasi 1 blnϵ trip 1 bln

WTP rata rata kesediaan responden membayar Bila perhitungan tarif berada jauh dibawah ATP dan WTP, maka terdapat keleluasaan dalam perhitungan/pengajuan nilai tarif baru.

Gambar 2. Ilustrasi Keluasan Penentuan Tarif berdasarkan ATP-WTP

TAHAPAN STUDI 3.Kegiatan dalam studi ini dibagi ke dalam 4 (empat) tahap yakni: Tahap Persiapan, Tahap Pengumpulan Data, Tahap Analisis dan Tahap Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi.

Tahap persiapan Pada tahapan ini yang dilakukan adalah merencanakan secara lebih detail tahap-tahap pelaksanaan kegiatan berikutnya, untuk mengefisienkan penggunaan waktu dan sumber daya serta menetapkan metoda dan analisis yang akan digunakan untuk mengevaluasi dan menentukan solusi terhadap tarif terutama tarif pada pagi hari (05.00-07.00).

Tahap pengumpulan data Pengumpulan data dapat dibagi menjadi pengumpulan data primer dan data sekunder. Kegiatan pengumpulan data sekunder lebih difokuskan pada data pendukung seperti jumlah armada bus Transjakarta, rute masing-masing

WTP

ATP Zone Subsidi agar Tarif yang berlaku Maksimal = ATP

Zone Keleluasaan Penentuan

Tarif Ideal tanpa

Zone Keleluasaan

Penentuan Tarif

dengan

Nilai Tarif

Page 4: MANAGEMENT OF THE FIRM - Konferensi Nasional Teknik Sipil …konteks.id/p/05-079.pdf · Transport SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-321 Universitas Sumatera Utara, Medan -

Transport

T-320 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

koridor, jumlah penumpang bus Transjakarta dan kegiatan forum dialog dan workshop kepada pengguna serta pengelolanya.

Sedangkan kegiatan survei primer yang dilakukan pada studi ini berupa kegiatan wawancara terhadap penumpang bus Transjakarta pada Koridor 1-8 yang dilakukan pada pukul 05.00-07.00, 07.00-10.00, 10.00-15.00, 15.00-19.00 dan 19.00-22.00.

Jumlah respoden sebanyak 3000 orang untuk seluruh koridor bus Transjakarta. Pertanyaan yang diajukan berkisar sebagai berikut:

a. Profil responden b. Karakteristik perjalanan responden c. Persepsi responden terhadap pelayanan bus Transjakarta d. Biaya, tarif dan harapan pengguna bus Transjakarta e. Hak dan kewajiban pengguna bus Transjakarta f. Kondisi pelayanan bus Transjakarta

Tahap Analisis Pada tahapan ini dari hasil survei wawancara dan kegiatan workshop dapat diperoleh masukan terhadap pelayanan Transjakarta. Analisis yang dilakukan ditekankan kepada penentuan tarif berdasarkan ATP dan WTP serta pelayanan Transjakarta seperti masalah kondisi bus yang terawat atau tidak, kondisi kebersihan halte, keamanan selama perjalanan, ketepatan kedatangan dan keberangkatan bus dan sebagainya.

Tahap rekomendasi dan saran Tahap ini merupakan tahap akhir dari studi yang berisikan tentang kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan dapat digunakan/dimanfaatkan sebagai pegangan untuk penentuan tarif Transjakarta terutama untuk tarif pagi hari serta peningkatan pelayanan Transjakarta.

ANALISIS 4.

Analisis ATP dan WTP · Pukul 05.00-07.00

Ability To Pay (ATP) merupakan fungsi dari kemampuan membayar, sehingga nilai tarif yang diberlakukan, sedapat mungkin tidak melebihi nilai ATP kelompok masyarakat sasaran. Dalam studi ini, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi ability to pay diantaranya:

· Besar penghasilan · Kebutuhan transportasi

Willingness To Pay (WTP) adalah kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pada studi ini WTP dihitung sebagai nilai rata-rata besaran tarif yang menurut responden pantas (tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah) untuk masing-masing koridor yang diamati.

Dari hasil analisis sensitivitas nilai ATP dan WTP pukul 05.00 sampai 07.00 ditunjukkan pada Gambar 3. Dari gambar tersebut terlihat bahwa nilai ATP lebih kecil dari WTP. Kondisi ini menunjukan bahwa keinginan pengguna untuk membayar jasa Transjakarta lebih besar daripada kemampuan membayarnya. Hal tersebut terjadi untuk pengguna yang mempunyai penghasilan yang relatif rendah tetapi utilitas terhadap jasa tersebut sangat tinggi, sehingga keinginan pengguna untuk membayar jasa cenderung lebih dipengaruhi oleh utilitas. Pengguna pada kondisi ini disebut captive riders. Pada masing-masing tingkatan layanan, terlihat bahwa semakin tinggi kualitas pelayanan yang diberikan, maka semakin tinggi juga kesediaan untuk membayar jasa Transjakarta.

Page 5: MANAGEMENT OF THE FIRM - Konferensi Nasional Teknik Sipil …konteks.id/p/05-079.pdf · Transport SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-321 Universitas Sumatera Utara, Medan -

Transport

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-321 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Gambar 3.Sensitivitas nilai ATP dan WTP

Sumber: hasil analisis, 2010 · Pukul 07.00-10.00 Secara umum, menunjukkan nilai ATP yang lebih tinggi dari nilai WTP. Kondisi ini menunjukan bahwa kemampuan membayar lebih besar dari pada keinginan membayar jasa tersebut. Ini terjadi bila pengguna mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut relatif rendah, pengguna pada kondisi ini disebut choiced riders.Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Sensitivitas nilai ATP dan WTP

Sumber: hasil analisis, 2010 · Pukul 10.00-15.00

Gambar 5. Sensitivitas nilai ATP dan WTP

Sumber: hasil analisis, 2010

Page 6: MANAGEMENT OF THE FIRM - Konferensi Nasional Teknik Sipil …konteks.id/p/05-079.pdf · Transport SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-321 Universitas Sumatera Utara, Medan -

Transport

T-322 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Gambar 5 menunjukkan nilai ATP lebih besar daripada WTP tingkatan layanan, sehingga kemampuan membayar lebih besar dari pada keinginan membayar jasa tersebut. Dengan hasil analisis yang nampak pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa pada koridor 1 nilai ATP lebih besar daripada WTP, di tingkat layanan Kategori A dan Kategori B. Sedangkan pada koridor 4 ATP lebih kecil daripada WTP di tingkat layanan Kategori A dan Kategori B. Kondisi ini menunjukan keinginan membayar pengguna Transjakarta lebih besar daripada kemampuan membayarnya.

· Pukul 15.00-19.00 Gambar 6 menunjukkan nilai ATP lebih besar daripada WTP yang menunjukkan bahwa kemampuan membayar lebih besar dari pada keinginan membayar jasa. Berdasarkan hasil analisis yang nampak pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa pada koridor 1, koridor 2 dan koridor 3, nilai ATP lebih besar daripada WTP untuk tingkatan layanan kategori A dan Kategori B. Sedangkan pada koridor 6, nilai ATP lebih kecil daripada WTP pada tingkat layanan Kategori A, Kategori B dan Kategori C. Kondisi ini menunjukan keinginan membayar pengguna Transjakarta lebih besar daripada kemampuan membayarnya.

.

Gambar 6. Sensitivitas nilai ATP dan WTP

Sumber: hasil analisis, 2010 · Pukul 19.00-22.00 Berdasarkan gambar 7 menunjukkan bahwa nilai ATP lebih besar daripada WTP yang menunjukkan kemampuan membayar lebih besar dari pada keinginan membayar jasa tersebut. Koridor 1 dan koridor 8 menunjukkan nilai ATP lebih besar daripada WTP untuk semua kategori tingkatan layanan. Koridor 4, nilai ATP lebih kecil daripada WTP tingkatan layanan Kategori B dan Kategori C. Kondisi ini menunjukan keinginan membayar pengguna Transjakarta lebih besar daripada kemampuan membayarnya.

Gambar 7. Sensitivitas nilai ATP dan WTP

Sumber : hasil analisis, 2010

Penerapan tarif pagi Gambar 8 menjelaskan hubungan antara hasil dari kemampuan membayar dan kesediaan membayar dari pengguna Transjakarta dengan harga tarif pagi saat ini Rp 2.000,- per penumpang. Dapat dilihat dari grafik tersebut bahwa kemampuan membayar dan kesediaan membayar pengguna Transjakarta lebih tinggi dari tarif pagi saat ini.

Page 7: MANAGEMENT OF THE FIRM - Konferensi Nasional Teknik Sipil …konteks.id/p/05-079.pdf · Transport SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-321 Universitas Sumatera Utara, Medan -

Transport

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-323 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Gambar 8. Perbandingan ATP dan WTP terhadap tarif pagi

Sumber : hasil analisis, 2010

Dari hasil analasis pada masing-masing koridor nilai ATP lebih tinggi dari nilai WTP. Kondisi ini menunjukan bahwa kemampuan membayar lebih besar dari pada keinginan membayar jasa tersebut. Ini terjadi bila pengguna mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut relatif rendah, pengguna pada kondisi ini disebut choiced riders.

Penerapan tarif pagi Rp 2.000 dapat dilihat dari grafik tersebut bahwa kemampuan membayar dan kesediaan membayar pengguna Transjakarta lebih tinggi dari tarif pagi saat ini.

Gambar 9. Sensitivitas ATP, WTP, tarif, dan tarif normal

Sumber : hasil analisis, 2010

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.Dari analisis ATP dan WTP di dapat 2 kesimpulan yaitu ATP lebih besar dari WTP tingkat pelayanan Kategori A (peningkatan kualitas non waktu). Kondisi ini menunjukan bahwa kemampuan membayar lebih besar daripada keinginan membayar jasa. Ini terjadi bila pengguna mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut relatif rendah. ATP lebih kecil dari WTP pada tingkat pelayanan Kategori B (peningkatan waktu tempuh) dan Kategori C (peningkatan semua aspek), kondisi ini menunjukan kemampuan membayar lebih kecil daripada keinginan membayar jasa. Hal tersebut terjadi untuk pengguna yang mempunyai penghasilan yang relatif rendah tetapi utilitas terhadap jasa tersebut sangat tinggi.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan beberapa rekomendasi, yaitu :

1. Perlu adanya peningkatan pelayanan 2. Perlu adanya tarif khusus untuk pelajar atau mahasiswa 3. Adanya pengembangan Smart Card yang dapat mengontrol tarif 4. Untuk keamanan dibutuhkan pintu otomatis, handgrip yang sesuai dengan tinggi badan penumpang bus,

stelirisasi terhadap jalur dan penyeberangan busway

Page 8: MANAGEMENT OF THE FIRM - Konferensi Nasional Teknik Sipil …konteks.id/p/05-079.pdf · Transport SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-321 Universitas Sumatera Utara, Medan -

Transport

T-324 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

5. Untuk kelengkapan informasi perlu dipasang peta dengan kodifikasi warna di halte, pemasangan LED display di dalam bus yang dapat menginformasikan lokasi halte selanjutnya dan informasi kedatangan dan keterlambatan bus di halte.

6. Perlunya penambahan armada bus dan perlu diadakan toilet yang bersih pada halte dan tempat sampah di dalam bus maupun halte

7. Perlu fasilitas khusus untuk kaum difabel 8. Tarif pagi dapat disesuaikan

DAFTAR PUSTAKA Guntoro, FX Pri Joewo. (2003). Analisis Model Kemauan dan Kemampuan Bayar Petani atas Iuran

Pelayanan Air Irigasi Sidorejo Kabupaten Grobogan. Semarang. Herijanto. Wahju MT, (2002). Evaluasi Tarif Angkutan Kota Dengan Analisa Ability To Pay (ATP) Dan Willingness

To Pay (WTP) Pada Trayek Ubung - Kreneng Di Kota Denpasar. ITS Surabaya. Mataria, Awad; Giatacaman, Rita; etc. (2006). Impoverishment And Patients ‘Willingness And Ability To Pay For

Improving The Quality Of Health Care In Palestine: An Assessment Using The Contingent Valuation Method. Journal Health Policy, vol 75, issue 3.

Tarigan, Ferdinand. (2008). Studi Hubungan Income Group Masyarakat Terhadap Karakteristik Transportasi: Studi kasus Angkutan Penumpang Gresik-Bawean. ITS Surabaya

www.rutebusway.com www.id.wikipedia.org/wiki/transjakarta