109
ii EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN KANKER PARU YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE 2006-2008 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Denok Hafsari NIM: 058114152 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

  • Upload
    vunga

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

ii

EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS

PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN KANKER PARU YANG

MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PERIODE 2006-2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Denok Hafsari

NIM: 058114152

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 2: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

ii

EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS

PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN KANKER PARU YANG

MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PERIODE 2006-2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Denok Hafsari

NIM: 058114152

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 3: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci
Page 4: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci
Page 5: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karyaku ini untuk :

Bapaku yang baik yang ada setiap saat bersamaku

Papa dan mamaku tercinta

My lovely sista and brother

Keluarga rohaniku di Jogja

Sahabat dan teman-temanku

dan....

Almamaterku

Hellen Keller, seorang yang buta pernah ditanya, “Apa yang

lebih buruk daripada dilahirkan dengan kebutaan?” Dia menjawab,

“punya penglihatan tetapi tidak mempunyai visi/tujuan hidup”

(from buku Generasi Maximal).

Kegagalan boleh terjadi, namun tanpa bangkit kembali dan meneruskan

perjuangan tujuan hidup adalah suatu hal yang tidak boleh terjadi..

Keep FIGHTING only…!!

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku

(Filipi 4 : 13).

Page 6: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci
Page 7: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

vi

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena hanya oleh anugerahNya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Evaluasi Drug Therapy Problems

Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi di

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi ilmu farmasi, Jurusan Farmasi,

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Sejak awal pembuatan skripsi ini sampai penyelesaian, penulis telah

mendapatkan bantuan, motivasai, semangat, kritik dan saran dari berbagai pihak.

Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan visiNya dalam hidupku.

2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt.

3. dr. Fenty, MKes, Sp.PK. selaku dosen pembimbing I dan Maria Wisnu

Donowati, M.Si, Apt. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan, saran dan kritik selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt sebagai dosen penguji yang telah banyak memberi

saran dan masukan sehingga memperkaya pengetahuan penulis.

5. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt selaku dosen penguji yang memberi motivasi

membangun.

6. Para dosen, pegawai dan laboran di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

yang telah memberi bekal ilmu dan membantuku selama proses perkuliahan.

Page 8: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci
Page 9: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci
Page 10: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

ix

INTISARI

Kanker paru merupakan penyebab kematian terutama pada pria, dan dapatpula terjadi pada wanita. Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan kanker.Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. Untukmenekan terjadinya infeksi, dibutuhkan antibiotika. Penggunaan antibiotika yangtidak tepat dapat menimbulkan resistensi. Penelitian ini bertujuan untukmengevaluasi penggunaan antibiotika pada pasien kanker paru yang menjalanikemoterapi di RSUP Dr. Sardjito periode 2006-2008.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental denganrancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Bahan penelitian yangdigunakan adalah lembar rekam medis pasien kanker paru di RSUP Dr. SardjitoYogyakarta periode 2006-2008.

Jumlah kasus yang dianalisis sebanyak 27 kasus. Kasus terbanyak adalahpasien berumur 41-50 tahun (37%) dan terjadi pada laki-laki (70%). Antibiotika yangpaling banyak digunakan pasien kanker paru adalah golongan sefalosporin generasiIII (47,73%), dengan bentuk sediaan paling banyak berupa sediaan serbuk injeksi(40,91%), dan jalur pemberian antibiotika paling banyak diberikan secara injeksi i.v.bolus (65,91%). Evaluasi Drug Therapy Problem pada pasien kanker paru diketahui4 kasus tidak perlu antibiotika, 3 kasus perlu antibiotika tambahan, 2 kasusantibiotika tidak tepat, 1 kasus dosis antibiotika terlalu rendah, dan 2 kasus indikasiADR. Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs.

Kata kunci : kanker paru, antibiotika, kemoterapi, Drug Therapy Problems

Page 11: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

x

ABSTRACT

Lung cancer is the first death cause especially man, but lung cancer also canbecame of woman. Chemotherapy represent one of cancer medication give the sideeffect mielosupresi. To depress the happening of the infection, required by antibiotic.Imprecise use antibiotics can generate resistance. The aim of this research is toevaluate antibiotics use in chemotherapy lung cancer patients in RSUP Dr. SardjitoPeriod 2006-2008.

This research represent non-experimental type with the descriptiveevaluative with retrospective characteristic. Research substance used by medicalrecord sheet of lung cancer patients in RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta period 2006-2008.

Case amount analysed as much 27 cases. Found cases of most patients old,age 40-50 year (37%) and became of the men (70%). Antibiotics which is at mostused by lung cancer patients are from third generation of sefalosporin classes(47.73%), with the most dosage form are powder hypodermic (40.91%), andantibiotics given by i.v. bolus hypodermic (65.91%). Evaluation of Drug TherapyProblems for lung cancer patients is known 4 cases unnecessary therapy, 3 casesneed for additional therapy, 2 cases wrong drug, 1 case dosage too low, and 2 case ofADR. As much 16 cases are not happened DTPs.

Keywords : lung cancer, antibiotics, chemotherapy, Drug Therapy Problems

Page 12: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................. v

PRAKATA............................................................................................................. vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................. viii

INTISARI............................................................................................................... ix

ABSTRACT........................................................................................................... x

DAFTAR ISI.......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL.................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xx

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xxi

BAB I. PENGANTAR........................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................................. 1

1. Perumusan masalah.................................................................................... 3

2. Keaslian penelitian..................................................................................... 3

3. Manfaat penelitian...................................................................................... 4

B. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 4

1. Tujuan umum.............................................................................................. 4

2. Tujuan khusus............................................................................................. 4

Page 13: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

xii

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.................................................................... 6

A. Kanker paru...................................................................................................... 6

1. Anatomi paru.............................................................................................. 6

2. Definisi....................................................................................................... 8

3. Epidemiologi............................................................................................... 9

4. Etiologi....................................................................................................... 10

5. Gejala.......................................................................................................... 11

6. Patogenesis................................................................................................. 11

7. Klasifikasi kanker paru............................................................................... 12

8. Diagnosis.................................................................................................... 14

9. Stadium....................................................................................................... 14

B. Pengobatan Suportif Pada Kanker Paru............................................................ 16

C. Kemoterapi........................................................................................................ 17

1. Penatalaksanaan kemoterapi....................................................................... 17

2. Mekanisme kerja......................................................................................... 18

3. Efek samping sitostatika............................................................................. 19

D. Infeksi............................................................................................................... 19

E. Antibiotika........................................................................................................ 21

1. Mekanisme kerja......................................................................................... 22

2. Penggolongan.............................................................................................. 23

3. Antibiotika empirik..................................................................................... 24

4. Antibiotika profilaksis................................................................................. 24

5. Antibiotika kemoterapi................................................................................ 25

Page 14: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

xiii

F. Drug Therapy Problems.................................................................................... 25

1. Tidak perlu terapi obat (unnecessary drug therapy).................................. 26

2. Perlu terapi tambahan (need for additional drug therapy).......................... 26

3. Obat tidak tepat (wrong drug)..................................................................... 26

4. Dosis terlalu rendah (dosage too low)......................................................... 27

5. Reaksi yang tidak diinginkan ( adverse drug reaction)............................... 27

6. Dosis berlebihan (dosage too high)............................................................. 27

7. Ketidaktaatan pasien pada penggunaan obat (Noncomplience).................. 27

G. Keterangan Empirik.......................................................................................... 28

BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................ 29

A. Jenis dan Rancangan Penelitian........................................................................ 29

B. Definisi Operasional......................................................................................... 29

C. Subyek Penelitian............................................................................................. 31

D. Bahan Penelitian............................................................................................... 31

E. Lokasi Penelitian.............................................................................................. 32

F. Tata Cara Penelitian......................................................................................... 32

1. Tahap perencanaan..................................................................................... 32

2. Pengambilan data....................................................................................... 32

3. Pengolahan data......................................................................................... 33

G. Tata Cara Analisis Hasil................................................................................... 33

H. Kesulitan Penelitian......................................................................................... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 36

A. Karakteristik Pasien Kanker Paru.................................................................... 36

Page 15: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

xiv

1. Persentase umur pasien pada kasus kanker paru........................................ 36

2. Persentase jenis kelamin pada kasus kanker paru....................................... 38

B. Gambaran Penggunaan Antibiotika................................................................. 40

C. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Berdasarkan DTPs..................................... 44

1. Terapi antibiotika yang tidak perlu............................................................ 46

2. Perlu terapi antibiotika tambahan............................................................... 46

3. Terapi antibiotika yang tidak tepat............................................................. 47

4. Dosis terapi antibiotika terlalu rendah........................................................ 48

5. Indikasi adverse drug reaction.................................................................... 48

6. Dosis terapi antibiotika berlebihan.............................................................. 49

D. Rangkuman Pembahasan................................................................................... 49

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 51

A. Kesimpulan........................................................................................................ 51

B. Saran.................................................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 53

LAMPIRAN............................................................................................................ 57

BIOGRAFI PENULIS............................................................................................ 86

Page 16: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I Sistem TNM Untuk Karsinoma Paru Menurut AJC (1986)....... 15

Tabel II Klasifikasi Stadium Klinis Karsinoma Paru Menurut

AJC 1986)................................................................................... 15

Tabel III. Kombinasi Beberapa Kemoterapi

Yang Sering Dipergunakan dan Lebih Efektif........................... 18

Tabel IV Beberapa contoh Antibiotik dan Tempat Aksinya..................... 23

Tabel V Golongan dan Jenis Antibiotika pada Kasus Kanker

Paru yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta Periode 2006-2008.................................................. 41

Tabel VI Persentase Bentuk Sediaan dan Dosis Antibiotika

pada Kasus Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 43

Tabel VII Persentase Cara Penggunaan Antibiotika pada Kasus

Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi di RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008.............................. 44

Tabel VIII Kasus DTPs Antibiotika yang Tidak Diperlukan

pada Terapi Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 46

Tabel IX Kasus DTPs yang Perlu Terapi Antibiotika Tambahan

pada Terapi Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 47

Tabel X Kasus DTPs Antibiotika yang Tidak Tepat pada

Terapi Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 47

Tabel XI Kasus DTPs Dosis Antibiotika yang Terlalu Rendah

pada Terapi Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 48

Tabel XII Kasus DTPs Antibiotika yang Memiliki Indikasi ADR

pada Terapi Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 49

Page 17: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

xvi

Tabel XIII Kasus DTPs Dosis Antibiotika yang Berlebihan

pada Terapi Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 50

Tabel XIV Kasus 1 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 56

Tabel XV Kasus 2 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 57

Tabel XVI Kasus 3 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 58

Tabel XVII Kasus 4 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 59

Tabel XVIII Kasus 5 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 60

Tabel XIX Kasus 6 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 61

Tabel XX Kasus 7 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 62

Tabel XXI Kasus 8 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 63

Tabel XXII Kasus 9 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 64

Page 18: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

xvii

Tabel XXIII Kasus 10 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 65

Tabel XXIV Kasus 11 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 66

Tabel XXV Kasus 12 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 67

Tabel XXVI Kasus 13 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Periode 2006-2008................................... 68

Tabel XXVII Kasus 14 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 69

Tabel XXVIII Kasus 15 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 70

Tabel XXIX Kasus 16 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 71

Tabel XXX Kasus 17 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 72

Tabel XXXI Kasus 18 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 73

Tabel XXXII Kasus 19 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 74

Page 19: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

xviii

Tabel XXXIII Kasus 20 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 75

Tabel XXXIV Kasus 21 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 76

Tabel XXXV Kasus 22 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 77

Tabel XXXVI Kasus 23 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 78

Tabel XXXVII Kasus 24 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 79

Tabel XXXVIII Kasus 25 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 80

Tabel XXXIX Kasus 26 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 81

Tabel XL Kasus 27 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008............... 82

Tabel XLI Obat Analgesik........................................................................... 83

Tabel XLII Obat Saluran Pernafasan............................................................. 83

Tabel XLIII Obat Saluran Pencernaan............................................................ 83

Tabel XLIV Obat Sistem Kardiovaskuler....................................................... 83

Tabel XLV Obat Sistem Saraf Pusat.............................................................. 84

Tabel XLVI Obat Antineoplestik.................................................................... 84

Tabel XLVII Gizi dan darah............................................................................. 84

Page 20: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

xix

Tabel XLVIII Obat Skelet dan sendi................................................................. 84

Tabel XLIX Obat Hormonal............................................................................ 85

Tabel XL Obat Antiinfeksi.......................................................................... 85

Page 21: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Paru-paru................................................................................. 6

Gambar 2 Persentase Jumlah Kasus Kanker Paru yang

Menjalani Kemoterapi dan Memperoleh Terapi

Antibiotika di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008 Berdasarkan Kelompok Umur................ 37

Gambar 3 Persentase Jumlah Kasus Kanker Paru yang

Menjalani Kemoterapi dan Memperoleh Terapi

Antibiotika di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008 Berdasarkan Jenis Kelamin.................... 39

Page 22: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis Drug Therapy Problems (DTPs) Penggunaan

Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru Yang Menjalani

Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008................................................................. 56

Lampiran 2 Daftar Obat-obat Yang Diberikan Pada Kasus

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008........... 83

Page 23: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kanker paru merupakan pertumbuhan yang tidak terkendali dari se-sel

abnormal di salah satu atau kedua sisi paru. Pada tahun 2004, sekitar 16.440 orang

Amerika meninggal akibat kanker paru, dan lebih banyak menyebabkan kematian

pada pria dibandingkan pada wanita. Kanker paru membunuh hampir 90%

penderitanya, atau hampir 30% dari seluruh kematian akibat kanker (Wastuwibowo,

2004).

Sel kanker mempunyai sifat yang berbeda dengan sel normal, yaitu

perkembangbiakkannya tidak terkontrol, kehilangan fungsi karena ketidakmampuan

sel berdiferensiasi, membahayakan, dan kemampuan untuk menyebar (Rang, 2003).

Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan kanker. Pemberian obat-

obatan kemoterapi sebagai terapi antikanker memberikan efek samping yaitu

mielosupresi. Mielosupresi adalah penekanan produksi sel-sel darah dalam sumsum

tulang, yang mengakibatkan berkurangnya produksi sel-sel darah, dan dapat

menyebabkan leukositopenia (penurunan jumlah leukosit) serta netropenia

(penurunan jumlah netrofil). Dengan berkurangnya sel darah putih dalam tubuh

pasien selama kemoterapi dapat mengakibatkan sistem pertahanan tubuh melemah

dan lebih mudah terkena infeksi. Peningkatan jumlah neutrofil juga sering

berhubungan dengan infeksi bakteri (Davey, 2006). Individu yang mengalami

Page 24: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

2

leukositosis (meningkatnya jumlah leukosit) dapat merupakan akibat dari respon

terhadap infeksi, peradangan, dan juga terjadi keganasan (Price and Wilson, 1984).

Dengan tindakan kemoterapi kanker bisa mengecil dan sembuh bila kanker

hilang atau penyakit berkurang, 90 % penderita kanker meninggal karena infeksi

(Anonim, 2008a). Oleh karena itu untuk menekan terjadinya infeksi, dibutuhkan

antibiotika pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Penggunaan antibiotika

yang tidak tepat dapat menimbulkan resistensi. Resistensi terhadap mikroba dapat

berpengaruh terhadap keadaan infeksi yang diderita pasien, lamanya parawatan,

biaya, dan kondisi kesehatan pasien yang bersangkutan.

Penelitian tentang evaluasi DTPs (Drug Therapy Problems) penggunaan

antibiotika pada pasien kanker paru ini dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,

dengan pertimbangan bahwa RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta merupakan rumah sakit

tipe A di Yogyakarta dan menjadi rumah sakit rujukan untuk pasien-pasien kanker,

karena memiliki pelayanan spesialis klinik kanker yaitu Instalasi Kanker Terpadu

“Tulip” RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dengan salah satu sub unitnya adalah

pemeriksaan kanker paru.

Penelitian ini dilakukan dengan melihat catatan medis (medical record)

pada periode 2006-2008. DTPs (Drug Therapy Problems) merupakan masalah-

masalah yang dapat timbul pada pasien, yaitu adanya obat yang tidak diperlukan

untuk terapi pada pasien, adanya terapi yang perlu ditambahkan, adanya pemilihan

obat yang tidak tepat, dosis yang terlalu rendah, indikasi adverse drug reaction, dan

adanya dosis yang berlebih.

Page 25: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

3

1. Perumusan masalah

Masalah yang dapat dirumuskan mengenai evaluasi penggunaan antibiotika

pada pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta periode 2006-2008 adalah :

a. bagaimana karakteristik pasien pada kasus kanker paru di RSUP Dr. Sardjito

berdasarkan umur dan jenis kelamin ?

b. bagaimanakah gambaran penggunaan antibiotika berdasarkan golongan, bentuk

sediaan, dan cara pemakaiannya pada kasus kanker paru yang menjalani

kemoterapi ?

c. apakah terjadi Drug Therapy Problems (DTPs) yang berkaitan dengan

penggunaan antibiotika pada pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi ?

2. Keaslian penelitian

Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, penelitian

mengenai Evaluasi Drug Therapy Problems Penggunaan Antibiotika Pada Pasien

Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode

2006-2008 belum pernah dilakukan. Hanya saja penelitian dengan topik yang sama

pernah diteliti sebelumnya, yaitu dengan judul Pola Peresepan dan Drug Related

Problem Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta Periode Tahun 2005 (Setiyani, 2006). Penelitian ini berbeda dengan

penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu dalam hal waktu pelaksanaan,

subyek penelitian, dan metode analisanya. Subyek penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini lebih spesifik, yaitu pada pasien kanker paru yang menjalani

Page 26: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

4

kemoterapi. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada

Drug Therapy Problems.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi dan bahan

masukan untuk meningkatkan mutu pengobatan pada pasien kanker paru di

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

b. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai ketepatan terapi

penggunaan antibiotika pada pasien kanker paru di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengevaluasi DTPs penggunaan antibiotika pada pasien kanker paru

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khususnya yaitu :

a. mengetahui karakteristik pasien pada kasus kanker paru di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta berdasarkan umur dan jenis kelamin.

b. mengetahui gambaran penggunaan antibiotika berdasarkan golongan, bentuk

sediaan, dan cara pemakaiannya pada pasien kanker paru yang menjalani

kemoterapi.

Page 27: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

5

c. mengetahui ada tidaknya kejadian Drug Therapy Problems (DTPs) yang

berkaitan dengan penggunaan antibiotika pada pasien kanker paru yang

menjalani kemoterapi.

Page 28: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Kanker Paru

1. Anatomi paru

Paru adalah organ yang paling banyak dipergunakan dan dipersalahgunakan

di dalam tubuh. Di samping pertukaran karbon dioksida dengan oksigen yang tetap

untuk hidup, pada saat yang sama paru tidak hanya dilewati oleh beratus-ratus

polutan (termasuk asap tembakau), tetapi juga harus mencegah alergen, virus,

bakteri, dan bahan mikroba yang lain yang tidak terhitung jumlahnya. Peradangan

pernafasan lebih sering daripada peradangan organ lain, terutama pada individu

dengan bakat penyakit yang melemahkan tubuh (Stanley, 1995).

GAMBAR 1. Paru-paru (Anonim, 2008b)

Page 29: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

7

Struktur paru-paru dibagi menjadi dua, yaitu paru kanan dan paru kiri. Paru

kanan terdiri dari tiga bagian, yang disebut sebagai lobus yaitu lobus atas, tengah,

dan bawah. Paru kiri terdiri dari dua lobus yang ukurannya lebih kecil dari paru

kanan karena ada organ hati yang menempati ruang dalam sisi tubuh. Garis yang

mengelilingi paru disebut pleura, yang fungsinya untuk melindungi paru dan

memberikan gerakan saat bernafas. Trakea membawa udara turun ke paru dan dibagi

dalam pembuluh yang disebut bronki, bronki terbagi dalam cabang-cabang yang

lebih kecil disebut bronkiolus. Akhir dari percabangan ini adalah kantung kecil yang

disebut alveoli (Anonim, 2009a).

Kerusakan sebagian besar kanker dimulai dari bronki, tetapi juga dapat

dimulai dari area lain seperti trakea, bronkiolus ataupun alveoli. Pembuluh limfatik

merupakan lapisan kecil yang membawa limfa bukan darah. Limfa merupakan cairan

bersih yang mengandung hasil buangan jaringan dan merupakan sel dalam sistem

imun. Pembuluh limfatik dalam cairan paru letaknya berdekatan dengan titik limfa

dalam dada. Titik ini berada disekeliling bronki dan di mediastinum (wilayah

diantara dua paru). Namun letak dan pentingnya titik limfa berdekatan dengan paru

yaitu untuk menjelaskan bagian dalam tahap kanker paru. Sel kanker akan masuk ke

pembuluh limfa dan menyebar ke sepanjang pembuluh ke titik limfa. Titik limfa

merupakan bagian yang kecil, bentuk bulat, dan mengandung sel imun yang penting

untuk melawan infeksi. Saat sel kanker berada di daerah titik limfa, sel tersebut akan

berkembang terus. Bila sel kanker bereplikasi dalam titik limfa tersebut maka sel

akan menyebar ke organ lain dalam tubuh dengan cepat (Anonim, 2009a).

Page 30: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

8

2. Definisi

Kanker adalah jenis tumor yang ganas. Kanker merupakan nama umum

untuk sekumpulan penyakit yang perjalanannya bervariasi, dengan ditandai oleh

pertumbuhan sel yang tidak terkontrol, terus-menerus, tidak terbatas, merusak

jaringan setempat dan sekitar, serta bisa menyebar luas (distant metastates). Disebut

kanker oleh karena tumbuhnya bercabang-cabang menginvasi jaringan sehat

disekitarnya menyerupai kepiting atau cancer (Kuswibawati, 2000).

Kanker paru merupakan penyakit yang makin meningkat di dunia dan

memiliki angka kematian yang tinggi meskipun telah mengalami kemajuan dalam

diagnosis dan penatalaksanaannya. Kanker paru ini merupakan penyebab utama

kematian akibat kanker baik pada laki-laki maupun perempuan.

Sejumlah 28% kematian akibat kanker disebabkan kanker paru. Persentase

ini tertinggi jika dibandingkan dengan pasien yang meninggal akibat kanker usus,

payudara, prostat, dan kanker lainnya. Sekitar 15% dari seluruh diagnosis kanker

baru adalah kanker paru.

Angka kejadian dan kematian kanker paru pada perempuan secara historis

lebih rendah daripada laki-laki, meskipun pada 2 dekade terakhir ini jumlah pasien

perempuan bertambah. Hal ini dikaitkan dengan kebiasaan merokok pada wanita

lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.

Angka kelangsungan hidup satu tahun adalah 41% sedangkan angka

survival 5 tahun adalah 14%. Angka kelangsungan hidup 5 tahun bertambah menjadi

42% jika kanker tersebut ditemukan secara dini dan belum meluas ke kelenjar limfa.

Namun, sangat sedikit yang terdeteksi dini yaitu kurang dari 20% (Sudoyo,

Page 31: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

9

Setiyohadi, Alwi, Simodibrata, Setiati, Uyainah, Reksodiputro, Kumaat, dan Rolly

2002).

3. Epidemiologi

Kanker paru membunuh lebih banyak penduduk di negara Barat, daripada

keganasan yang lain (Stanley, 1995). Kanker paru merupakan penyebab utama

kematian di banyak negara industri dan membahayakan dunia. Asosiasi Kanker

Amerika memperkirakan kasus kanker paru terjadi pada 54 per 100.000 laki-laki dan

wanita di Amerika selama tahun 2005, yang mewakili 175.000 kasus baru di tahun

2005. Kira-kira 163.510 kematian akan dihubungkan dengan bahayanya (Finley dan

Mccune, 2005).

Kanker paru merupakan penyebab utama kematian akibat kanker di

Kanada, sekitar 30% kematian pada laki-laki dan 20% pada perempuan. Empat puluh

persen kematian terjadi pada individu di bawah 65 tahun. Pada tahun 1998 terdapat

sekitar 17.100 kematian akibat kanker paru dan terdapat 20.400 kasus baru kanker

paru. Di Kanada hampir sepertiga penduduknya telah mulai merokok pada usia 15

tahun dan terdapat peningkatan jumlah anak muda yang mulai merokok pada usia

dini bertambah. Di Ontario terdapat penurunan angka kematian secara bermakna

pada pasien kanker paru laki-laki, dan pertambahan angka kejadian dan angka

kematian yang lebih rendah pada pasien perempuan.

Di Indonesia kanker paru termasuk dalam 10 jenis penyakit keganasan

tersering yang datang ke rumah sakit. Di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr.

Cipto Mangunkusumo umumnya pasien kanker paru datang pada stadium III dan IV

(Sudoyo, et al., 2002). Di Indonesia karsinoma paru mungkin merupakan penyebab

Page 32: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

10

kematian terbanyak setelah karsinoma nasofaring, mengingat frekuensi karsinoma

nasofaring pada laki-laki lebih banyak dibanding dengan karsinoma paru. Insiden

karsinoma paru berhubungan erat dengan rokok, penyakit paru yang menimbulkan

parut dan polusi udara (Tambunan, 1995).

Pasien hanya bertahan kira-kira 5 tahun dari semua jenis kanker paru,

meskipun bukti-bukti memperlihatkan angka kematian akibat kanker paru berangsur-

angsur menurun dalam tiap tahunnya. Berlawanan dengan itu, di negara berkembang

angka kematian akibat kanker paru meningkat. Perbedaan-perbedaan ini

dihubungkan dengan perubahan kebiasaan merokok (di Amerika menurun dan di

negara berkembang meningkat), kandungan tar dalam rokok dan kesediaan pasien

dalam perawatan.

Kira-kira pasien dalam kasus kanker paru dapat bertahan meskipun

jumlahnya rendah, pasien dapat diobati dengan operasi bila penyakit dapat dideteksi

lebih awal dan lebih banyak pasien bertahan dengan kemoterapi atau radiasi yang

lebih menguntungkan (Finley dan Mccune, 2005).

4. Etiologi

Berbicara mengenai etiologi, sangat erat hubungannya dengan faktor risiko.

Merokok merupakan faktor risiko utama terjadinya kanker paru. Sekitar 80-90%

kanker paru disebabkan oleh merokok. Berhenti merokok sangat mempengaruhi

penurunan faktor risiko. Faktor risiko berkurang 30% pada orang yang berhenti

merokok selama 10 tahun. Umumnya kanker paru terjadi pada orang yang merokok

lebih dari 20 tahun. Risiko meningkat secara tajam dengan penambahan jumlah

rokok yang dikonsumsi per hari, lama merokok, dan kandungan zat karsinogenik

Page 33: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

11

dalam rokok yang terhisap. Zat karsinogenik dalam rokok yang terdapat dalam rokok

diantaranya: tar, benzopiren, dibenzan traken, nitrosamin, nikel, kadmium.

Faktor genetik juga berpengaruh pada risiko kanker paru dengan adanya

perubahan/mutasi beberapa gen yang berperan, yaitu : proto onkogen, tumor gen

supresor, enkoding enzyme gene (Sudoyo, et al., 2002).

5. Gejala

Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah batuk

yang terus menerus atau batuk hebat, dahak berdarah, berubah warna dan makin

banyak, napas sesak dan pendek-pendek, sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan

sebab yang tidak jelas, kelelahan kronis, kehilangan selara makan atau turunnya berat

badan tanpa sebab yang jelas, suara serak/parau, pembengkakan di wajah atau leher.

Gejala pada kanker paru umumnya tidak terlalu terlihat, sehingga

kebanyakan pasien kanker paru yang mencari bantuan medis telah berada dalam

stadium lanjut. Stadium awal sering ditemukan tanpa sengaja ketika seseorang

melakukan pemeriksaan kesehatan rutin (Anonim, 2008c).

6. Patogenesis

Karsinoma paru muncul dari sel epitel bronki yang telah didapatkan dari

unsur genetik dan dapat menghasilkan macam-macam fenotipe. Sejarah kanker paru

dimulai dengan lebih banyaknya sel normal terkena karsinogen, yang menyebabkan

inflamasi kronis, yang akhirnya membawa perubahan genetik dan sitologi yang

berkembang menjadi karsinoma. Kanker paru dihitung sebagai perubahan molekuler

yang tidak hanya berpengaruh pada perpindahan dari sel normal ke sel yang

Page 34: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

12

membahayakan tetapi juga mempengaruhi perkembangan penyakit, respon terapi,

dan prognosis pasien (Finley dan Mccune, 2005).

Karsinoma bronkogenik terbagi atas kategori histologi yang mempunyai

implikasi klinik yang berbeda. Disamping perbedaan-perbedaan ini, tampak

gambaran-gambaran seperti berikut : timbul dalam lapisan epitel bronkus utama

biasanya dekat hilus paru; semua ada hubungannya dengan asap rokok, paling sering

adalah jenis skuamosa dan karsinoma sel kecil; semuannya neoplasama agresif,

invasi lokal, yang dapat mengadakan metastase jauh (terutama varian sel kecil) yang

dapat ke hepar, adrenal, otak dan tulang, tetapi hampir semua organ dalam tubuh

dapat terkena; semua, terutama kanker jenis sel kecil, mempunyai kapasitas

mensintesis produk bioaktif yang menimbulkan sindrom paraneoplastik (Stanley,

1995).

7. Klasifikasi kanker paru

World Health Organisation (WHO) mengklasifikasikan kanker paru yang

telah diterima oleh seluruh dunia. Empat tipe sel utama karsinoma (sel squamous,

adenokarsinoma, karsinoma sel besar, dan karsinoma sel kecil) dihitung lebih dari

semua tumor paru. Dalam istilah strategi dan seluruh prognosis, adenokarsinoma, sel

squamous, dan karsinoma sel besar dikelompokkan bersama dan disebut sebagai Non

Small Cell Lung Cancer (NSCLC). Meskipun tipe paling umum, karsinoma sel

squamous terhitung lebih rendah 30% dari semua kanker paru. Karsinoma sel

squamous lebih tinggi terjadi pada perokok dan diantaranya laki-laki yang

dihubungkan dengan penggunaan tembakau.

Page 35: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

13

Meskipun tumbuh dengan cepat, tetapi sebagian besar karsinoma sel

squamous cenderung berkembang dengan lambat dan hanya terbatas pada paru

(khususnya pada tahap awal penyakit). Beberapa tumor menyebar ke hilar, limfa

mediastinum, hati, kelenjar adrenal, ginjal, tulang, dan saluran pencernaan.

Adenokarsinoma merupakan tipe yang paling umum kanker paru di

Amerika, 40% dari semua kasus. Hasil yang didapat kejadian kanker paru meningkat

pada wanita, cenderung lebih banyak adenokarsinoma dibanding kanker epidermoid.

Tumor ini biasanya berada dibagian tepi paru dan dibedakan secara patofisiologi,

penyebarannya lebih dini (sering sebelum diagnosis tumor tahap awal) dan menyebar

secara luas termasuk di paru, hati, tulang, kelenjar adrenal, ginjal dan sistem saraf

pusat. Hasilnya, prognosis adenokarsinoma lebih buruk daripada karsinoma sel

squamous.

Karsinoma sel besar merupakan tumor anaplastik. Tumor ini hanya 15%

dari semua kanker paru. Tumor ini cenderung besar, muncul ditepi paru, cenderung

menyebar di daerah yang sama dengan karsinoma sel squamous dan juga

prognosisnya buruk.

Karsinoma sel kecil kira-kira 20% dari semua tumor paru. Hampir semua

kasus dihubungkan dengan sejarah merokok. Yang membedakannya pada proliferasi

sel neoplastik dengan nukleus bulat atau oval. Tumor ini muncul dibagian pusat paru

tetapi juga ditemukan di tepi paru. Karsinoma sel kecil sangat agresif dan tumor yang

pertumbuhannya cepat kira-kira 60-70% (Finley and Mccune, 2005).

Page 36: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

14

8. Diagnosis

Pemeriksaan histopatologis merupakan baku emas diagnosis kanker paru.

Pemeriksaan sitologi sputum merupakan pemeriksaan rutin bila pasien ada keluhan

batuk dan gambaran klinisnya dicurigai suatu keganasan. Pemeriksaan sputum

sitologi tidak selalu positif, tergantung pada letak kanker tersebut. Pada kanker paru

yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang baik dapat memeberikan hasil

sampai 67-85% pada karsinoma sel skuamosa.

Langkah awal dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

teliti, selanjutnya pemeriksaan foto thoraks. Apabila ditemukan lesi, bila fasilitas

ada, dengan teknik positron emission tomography (PET) dapat dibedakan tumor

jinak dan ganas. Bila tidak ada fasilitas PET, dapat langsung dilakukan pemeriksaan

CT scan thoraks dengan kontras sehingga lokasi lesi tampak jelas. Untuk lesi yang

letaknya perifer biopsi transtorakal/aspirasi dengan tuntutan USG ataupun CT scan

akan memberikan hasil yang lebih baik. Untuk yang letaknya sentral lebih baik

dilakukan pemeriksaan bronkoskopi dengan biopsi, aspirasi, sikatan, dan bilasan.

dari spesimen-spesimen tersebut dilakukan pemeriksaan sitologi atau histopatologi.

Setelah jelas ditemukan sel keganasan melalui histopatologi selanjutnya menentukan

staging dengan melalui beberapa pemeriksaan, diantaranya USG abdomen atau CT

scan abdomen, CT scan otak, dan bone scan (Sudoyo, et al., 2002).

9. Stadium

Penentuan stadium penting sebelum dilakukan pengobatan. Beberapa

penulis mengajukan klasifikasi stadium, namun yang banyak dipergunakan adalah

Page 37: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

15

sistem TNM menurut AJC (American Joint For Cancer Staging) yang telah direvisi

tahun 1986 (Tambunan, 1995).

Tabel I. Sistem TNM Untuk Karsinoma Paru Menurut AJC (1986)(Tambunan, 1995).

TNM InterpretasiT Tumor primerTo Tidak terbukti adanya tumor primerTx Occult carcinoma, sekresi bronkopulmuner mengandung sel ganas, tetapi tidak

dapat dibuktikan adanya tumor primerTIS Karsinoma in situT1 Diameter tumor 3 cm atau kurang, dikelilingi jaringan paru atau pleura viseralis

dan pada bronkoskopi tidak terlihat perluasan tumor ke bagian proksimalbronkus lobaris.

T2 Diameter tumor lebih dari 3 cm atau tumor berbagai ukuran yang menyebar keberbagai pleura atau disertai atelektasis atau pneumonitis obstruktif yangmenyebar sampai pada hilus. Pada bronkoskopis terlihat tumor meluas sampaike proksimal bronkus lobaris atau paling sedikit 2 cm di sebelah distal karina.Atelektasis atau pneumonitis obstruktif yang meliputi kurang dari satu bagianparu dan tidak disertai efusi dalam pleura.

T3 Tumor dengan berbagai ukuran disertai perluasan ekstrapulmonal misalnyapada pleura perietalis, dinding toraks, diagfragma, mediastinum, perikardium,atau pada bronkoskopi tumor meluas sampai ke bronkus utama kurang 2 cmdari sebelah distal karina. Atau setiap tumor yang disertai atelektasis ataupneumonitis obstriktif yang meliputi semua bagian dari satu paru atau adanyaefusi dalam pleura.

N Metastasis ke KGB regionalNo Tidak terdapat metastasis pada KGB regionalN1 Adanya metastasis pada KGB peribronkial atau daerah hilus ipsilateral atau

keduanya termasuk metastasis perkontinuitatum.N2 Adanya metastasis pada KGB mediastinum atau supraklavikulerM Metastasis jauhMo Tidak ada metastasis pada organ-organ jauhM1 Ada metastasis pada organ jauh misalnya otak, tulang, hati dan ginjal

Tabel II. Klasifikasi Stadium Klinis Karsinoma Paru Menurut AJC (1986)(Tambunan, 1995).

Stadium KriteriaOccult Tx No MoI T1 No Mo; T1 N1 Mo; T2 No MoII T2 N1 MoIII T3 dengan setiap N dan M

N2 dengan setiap T dan MM1 dengan setiap T dan N

Page 38: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

16

B. Pengobatan Suportif pada Kanker Paru

Pengobatan suportif penting pada pasien kanker paru karena data

metaanalisis menunjukkan bahwa walaupun bermacam-macam protokol pengobatan

memberikan respon yang berbeda bermakna, namun tidak dapat dilihat adanya

perbedaan yang berarti dalam harapan hidup. Keberhasilan mencapai kualitas yang

baik lebih penting daripada mencapai pengecilan ukuran tumor tetapi kualitas hidup

pasien buruk.

Perlu selalu diingat bahwa apapun jenis pengobatan yang diberikan baik

pembedahan, radiasi, apalagi sitostatika hasilnya akan lebih baik apabila pasien

berada dalam keadaan prima. Karena itu pengobatan suportif menduduki peranan

yang amat penting pada jenis kanker ini, lebih-lebih bila diputuskan akan

memberikan sitostatika karena pendeknya rentang antara dosis toksik dengan dosis

tidak efektif.

Seperti pasien kanker lainnya, pasien kanker paru juga memerlukan

pengobatan suportif umum yang terutama terdiri atas pencegahan dan pengobatan

infeksi, pengobatan nyeri, pemberian transfusi serta pencegahan dan perbaikkan

fungsi berbagai organ, yang tak kalah pentingnya adalah aspek nutrisi. Untuk

diperhatikan beberapa kriteria yang dipakai sebagai landasan pengobatan nutrisi

suportif pada pasien kenker antara lain :

a. bila pasien tidak mampu untuk mengkonsumsi 1000 kalori per hari.

b. bila terjadi penurunan berat badan > 10 % berat badan pasien sebelum sakit.

c. kadar albumin < 3,5 g %

Page 39: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

17

d. kadar transferin menurun, dan

e. ada tanda-tanda penurunan daya tahan tubuh.

Pengobatan suportif khusus pada kanker bergantung pada dampak langsung

kanker tersebut terhadap organ tubuh lainnya. Dampak kanker paru terhadap organ-

organ lain dapat dibagi atas beberapa kelompok gejala :

a. gejala yang diakibatkan oleh pertumbuhan tumor primer ke arah sentral atau

endobronkial. Dapat berupa : batuk, batuk darah, stridor, sesak nafas, dan

pneumonitis yang diakibatkan oleh obstruksi.

b. gejala yang diakibatkan oleh pertumbuhan tumor primer ke arah perifer. Dapat

berupa : nyeri pleura batuk sesak nafas, atau sindrom abses paru kavitas tumor.

c. gejala yang dihubungkan dengan penyebaran regional tumor di dalam thoraks

secara langsung atau metastasis melalui kelenjar limfe regional. Dapat berupa :

obstruksi trakea, disfagia, paralisis, nervus laringeus, sindrom Horner, sindrom

pancoast, sindrom vena cava superior, tamponade jantung, aritmia, efusi pleura,

sesak nafas (Sudoyo, et al., 2002).

C. Kemoterapi

1. Penatalaksanaan kemoterapi

Kemoterapi pada karsinoma paru merupakan terapi paliatif. Indikasi adalah

karsinoma paru stadium lanjut yang telah bermetastasis ke luar paru. Kadang-kadang

dipergunakan sebagai adjuvan pada terapi reseksi atau radiasi kuratif. Kemoterapi

biasanya diberi kombinasi yang berbeda titik tangkap dalam fase-fase sel dan

toksisitas. Karsinoma sel kecil sangat sensitif terhadap kombinasi kemoterapi.

Page 40: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

18

Nitrogen mustrad dipergunakan secara luas sebagai salah satu kemoterapi

dan berguna untuk sindroma vena cava superior, sekalipun sifatnya temporer. Pada

pemberian Adriamisin, sepertiga kasus karsinoma paru mengalami regresi.

Nitrosoureas juga memberi harapan untuk terapi karsinoma paru. Kemoterapi

tunggal nitrogen mustrad, mechlorethamin hydrochloride dan Atabrine sangat

berguna untuk efusi dalam pleura yang disebabkan oleh karsinoma paru. Beberapa

jenis kemoterapi lain banyak dipergunakan dalam penanggulangan karsinoma paru.

Tabel III. Kombinasi Beberapa Kemoterapi Yang Sering Dipergunakan danLebih Efektif (Tambunan, 1995).

Nama Obat Dosis Cara penggunaanCyclophosphamide 333 mg/m2 iv hari 1Adriamicyn 27 mg/m2 iv hari 1Cisplatin 25 mg injeksi bolus hari 1-

5Nimastine 33 mg/m2 iv push hari 1Methotrexate 27 mg/m2 iv push hari 3-5

Syarat dilakukan kemoterapi adalah keadaan umum baik, konseling pada

penderita, fungsi hepar dan ginjal baik diagnosa histopatologik, jenis kanker yang

sensitif pada kemoterapi, riwayat terapi sebelumnya (radiologi, kemoterapi,

tradisional), dan hasil laboratorium yang meliputi Hb > 12 g/dl, leukosit >

5.000/mm3, dan trombosit > 150.000/mm3 (Anonim, 1996).

2. Mekanisme kerja

Terapi kanker dengan sitostatika berdasar pada eliminasi (pembunuhan) sel-

sel tumor dengan sesedikit mungkin efek yang merugikan terhadap jaringan normal.

Sel kanker tumbuh potensial lebih cepat daripada jaringan normal yang

menghasilkan sel itu. Karena itu zat-zat penghambat pertumbuhan dapat

memperlambat progresi proses penyakit. Tetapi untuk penyembuhan sesungguhnya

Page 41: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

19

diperlukan sel tumor yang paling akhir juga terbunuh (Velde, Bosman, dan Wagener,

1999). Kemoterapi bekerja dengan cara :

a. merusak DNA dari sel-sel yang membelah dengan cepat, yang dideteksi oleh

jalur p53/Rb, sehingga memicu apoptosis.

b. merusak apparatus spindel sel, mencegah pembelahan sel.

c. menghambat sintesis DNA (Davey, 2006).

3. Efek samping sitostatika

Sitostatika utama kanker paru adalah sisplatin, doksorubisin, siklofosfamid,

etoposid, dan obat golongan laksan. Efek samping utama dari obat-obat tersebut

adalah gangguan fungsi ginjal, depresi sumsum tulang, gangguan fungsi jantung dan

gangguan pencernaan. Sebelum pemberian sitostatika, maka harus diperhatikan

gejala-gejala akibat kanker paru terhadap organ lain seperti yang tersebut di atas.

Terpenting adalah membebaskan jalan nafas misalnya pada tumor yang letaknya

sentral atau endobronkial dapat dilakukan dengan cara radiasi, pemasangan sten

dalam bronkus, dan bila perlu dapat dilakukan operasi (Sudoyo, et al., 2002).

D. Infeksi

Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme di jaringan tubuh,

secara klinis mungkin tak tampak atau timbul cedera seluler akibat respon antigen

antibodi (Anonim, 2005).

Gejala klinik infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba

maupun berbagai zat toksik yang dihasilkan mikroba. Bila mekanisme pertahanan

tubuh berhasil, mikroba dan zat toksik yang dihasilkan akan dapat disingkirkan.

Page 42: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

20

Dalam hal ini tidak diperlukan antimikroba untuk penyembuhan infeksi. Untuk

memutuskan perlu tidaknya pemberian antimikroba pada suatu infeksi, perlu

diperhatikan gejala klinik, jenis dan patogenesis mikrobanya, serta kesanggupan

mekanisme daya tahan tubuh hospes. Penyakit infeksi dengan gejala klinik ringan,

tidak perlu mendapat antimikroba. Menunda pemberian antimikroba malahan

memberikan kesempatan terserangnya kekebalan tubuh. Tetapi penyakit infeksi

dengan gejala yang berat, walaupun belum membahayakan, apalagi bila telah

berlangsung untuk beberapa waktu lamanya, dengan sendirinya memerlukan terapi

antimikroba (Setyabudi dan Ganiswarna, 1995).

Komplikasi sebagai akibat tidak langsung dari kanker amat banyak dan

bervariasi mulai dari yang ringan sampai pada yang cukup berat bahkan kadang-

kadang akibat fatal bila tidak segera diatasi (hiperkalsemia). Di antara berbagai

komplikasi tersebut, yang perlu menjadi perhatian utama adalah kakesia, anemia,

gangguan imunologis, hiperkalsemia, dan nyeri. Kakesia merupakan keadaan gizi

umum yang sangat buruk karena kegagalan pertukaran zat (metabolisme). Gangguan

gizi yang tidak diperbaiki bersama-sama pengobatan antikanker sering lebih

memperburuk keadaan umum pasien. Akibatnya kemampuan imunologis

memperburuk dan terjadilah infeksi yang acap kali sukar diatasi (Sudoyo, et al.,

2006).

Leukopenia yaitu penurunan jumlah leukosit, neutropenia menyatakan

jumlah penurunan akibat absolut netrofil (Price and Wilson, 1984). Peningkatan

jumlah neutrofil atau limfosit sering berhubungan dengan infeksi bakteri dan

virus (Davey, 2006).

Page 43: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

21

Bila individu mengalami leukositosis yaitu meningkatnya jumlah leukosit,

yang mencapai 10.000/l, ini merupakan akibat dari respon terhadap infeksi, toksik,

dan peradangan, juga terjadi keganasan, khususnya payudara, ginjal, paru-paru, dan

karsinoma metastatik (Price and Wilson, 1984).

Netrofil merupakan jenis sel darah putih bergranulosit, normal dalam darah

sekitar 50-70% dari total sirkulasi sel darah putih, masa hidup sekitar 12 jam

sehingga tubuh terus berproduksi hingga 1,6 milyar/kgBB/hari untuk menggantikan

yang telah rusak dan mati. Netrofil berfungsi sebagai pertahanan primer terhadap

infeksi. Netropenia merupakan efek samping kemoterapi, yang menyebabkan infeksi;

risiko infeksi mulai meningkat jika jumlah netrofil kurang dari 1.000/l dan kenaikan

suhu tubuh > 38C dinamakan demam netropeni.

Strategi penatalaksanaan netropeni adalah profilaksis dan terapi untuk

mengatasi keadaan infeksi selama pasien menjalani kemoterapi. Penatalaksanaannya

dapat berupa pemberian antibiotika, transfusi leukosit dan penurunan atau penundaan

siklus kemoterapi (Anonim, 2005).

E. Antibiotika

Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi,

yang menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Antibiotika juga dapat

dibuat secara sintetis (Setyabudi dan Ganiswarna, 1995). Antibiotika yang dapat

bekerja hanyalah antibiotika yang mempunyai kadar hambat minimum (KHM) in

Page 44: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

22

vitro lebih kecil dari kadar zat yang dapat dicapai dalam tubuh dan tidak toksik

(Mutschler, 1999).

Pemusnahan mikroba dengan antimikroba yang bersifat bakteriostatik

masih tergantung dari kesanggupan reaksi daya tahan tubuh hospes. Peranan lamanya

kontak antara mikroba dengan antimikroba dalam kadar efektif juga sangat

menentukan untuk mendapatkan efek; khususnya pada tuberkulostatik (Setyabudi

dan Ganiswarna, 1995).

1. Mekanisme kerja

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima

kelompok: (1) yang mengganggu metabolisme sel mikroba. Antimikrobia yang

termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamida, trimetropim, asam p-

aminosalisilat (PAS), dan sulfon; (2) yang menghambat sintesis dinding sel mikroba.

Obat yang termasuk kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin,

vankomisin, dan sikloserin; (3) yang mengganggu permeabilitas atau keutuhan

membran sel mikroba. Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah polimiksin,

golongan polien serta golongan antimikrobia kemoterapeutik, (4) yang menghambat

sintesis protein sel mikroba. Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah

golongan aminoglikosida, makrolida, linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol; (5)

yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba. Antimikroba

yang termasuk dalam kelompok ini ialah rifamisin dan golongan kuinolon (Setyabudi

dan Ganiswarna, 1995).

Page 45: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

23

2. Penggolongan

Antibiotika dapat diklasifikasikan berdasarkan spektrum atau kisaran kerja.,

mekanisme aksi, strain penghasil, cara biosintesis, maupun berdasarkan struktur

kimianya. Berdasarkan spektrum atau kisaran kerja antibiotika dapat dibedakan

menjadi antibiotika berspektrum sempit (narrow spectrum), dan antibiotika

berspektrum luas (broad spectrum). Antibiotika berspektrum sempit hanya mampu

menghambat atau membunuh bakteri Gram negatif atau Gram positif saja, sedangkan

antibiotika berspektrum luas dapat menghambat atau membunuh bakteri dari

golongan Gram positif maupun Gram negatif (Pratiwi, 2008).

Tabel IV. Beberapa contoh Antibiotika dan Tempat Aksinya (Pratiwi, 2008).Beberapa contoh antibiotikaAntibiotikaAktivitas Tempat aksi

Penisilin Bakteri Gram positif Sintesis dindingSefalosporin Spektrum luas Sintesis dindingGrieseovulvin Fungi dermatofilik MikrotubulBasitrasin Bakteri Gram positif Sintesis dindingPolimiksin B Bakteri Gram positif Membran selAmfoterisin B Fungi Membran selEritromisin Bakteri Gram positif Sintesis dindingNeomisin Spektrum luas Sintesis dindingStreptomisin Bakteri Gram positif Sintesis dindingTetrasiklin Spektrum luas Sintesis dindingVankomisin Bakteri Gram positif Sintesis dindingGentamisin Spektrum luas Sintesis dindingRifamisin Tuberkolosis Sintesis dinding

Klasifikasi berdasarkan strukturnya terbagi atas : penisilin, sefalosporin dan

antibiotika beta laktam lainnya, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida, kuinolon,

sulfonamida, trimetropin, dan antibiotika lain-lain seperti kloramfenikol,

klindamisin, vankomisin, spektinomisin, dan polimiksin (Anonim, 2000).

Page 46: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

24

3. Antibiotika empirik

Agen-agen antimikroba sering kali digunakan sebelum patogen yang

menjadi penyebab suatu penyakit khusus ataupun rentan terhadap suatu agen

antimikroba khusus diketahui. Penggunaan agen-agen antimikroba ini disebut terapi

empiris yang didasarkan pada pengalaman dengan unit klinis khusus. Alasan umum

untuk terapi empiris adalah harapan bahwa intervensi awal akan memperbaiki hasil.

Terapi empiris diindikasikan ketika ada risiko morbiditas serius yang signifikan

apabila terapi tidak diberikan sampai suatu patogen khusus dideteksi oleh

laboratorium klinis (Katzung, 2004).

4. Antibiotika profilaksis

Agen-agen antimikroba efektif untuk mencegah infeksi-infeksi pada banyak

situasi. Profilaksis antimikroba sebaiknya digunakan dalam keadaan-keadaan dimana

efikasi telah ditunjukkan dan manfaat melebihi risikonya. Profilaksis antimikroba

dibagi menjadi profilaksis pembedahan dan profilaksis nonpembedahan.

The Study of the Efficacy of Nosocomial Infection Control (SENIC)

mengidentifikasi empat faktor risiko independen untuk infeksi-infeksi luka pasca

pembedahan : pembedahan pada abdomen, pembedahan yang berlangsung lebih dari

2 jam, klasifikasi luka yang terkontaminasi atau luka kotor, dan setidak-tidaknya ada

tiga diagnosis medis. Profilaksis nonpembedahan meliputi pemberian antibiotika

untuk mencegah kolonisasi atau infeksi asimtomatis. Profilaksis nonpembedahan

juga meliputi pemberian obat setelah kolonisasi oleh atau inoklasi patogen-patogen

tetapi sebelum penyakit berkembang (Katzung, 2004).

Page 47: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

25

5. Antibiotika kemoterapi

Bila mengalami netropenia dengan demam dan gejala-gejala infeksi, harus

mendapat terapi obat dengan cepat. Antibiotika merupakan obat yang digunakan

untuk terapi infeksi. Untuk penggunaan antibiotika yang baik harus dilakukan

pemeriksaan untuk mengetahui lokasi terjadinya infeksi dan juga tes laboratorium

untuk menentukan kuman penyebab infeksi.

Untuk mengetahui adanya infeksi maka dapat dilihat nilai White Blood

Cells (WBC) dan angka netrofil, kemudian dibandingkan dengan angka normalnya.

Bila menerima pengobatan kanker dan mengalami infeksi, itu bukan

merupakan kesalahan. Itu karena mielosupresi, yaitu penekanan produksi sel-sel

darah dalam sumsum tulang sehingga sel darah berkurang terutama leukosit,

sehingga dapat menimbulkan infeksi. Untuk itu diperlukan antibiotika untuk

mengobati infeksi (Anonim, 2004).

6. Resistensi antibiotika

Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel

oleh antimikroba. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk

bertahan hidup (Setyabudi dan Ganiswarna, 1995).

F. Drug Therapy Problems (DTPs)

Permasalahan farmasi klinik dalam pemakaian obat sering muncul dalam

terapi. Peristiwa atau permasalahan yang tidak diinginkan dan yang potensial terjadi

tersebut dirumuskan sebagai Drug Therapy Problems (DTPs). Drug Therapy

Problems sering juga disebut sebagai Drug Related Problems (DRPs) atau masalah-

Page 48: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

26

masalah yang berhubungan dengan obat. Drug Therapy Problems meliputi keadaan

yang tidak perlu terapi obat (unnecessary drug therapy), perlu terapi tambahan (need

for additional drug therapy), obat tidak tepat (wrong drug), dosis terlalu rendah

(dosage too low), reaksi yang tidak diinginkan (adverse drug reaction), dosis

berlebihan (dosage too high), dan ketidaktaatan pasien pada penggunaan obat

(noncomplience) (Cipolle, 1998).

1. Tidak perlu terapi obat (unnecessary drug therapy)

Tidak adanya indikasi medis yang valid untuk terapi obat yang digunakan

saat itu, banyaknya pemakaian banyak obat untuk kondisi tertentu padahal hanya

memerlukan terapi obat tunggal, kondisi medis lebih sesuai diobati tanpa terapi obat,

terapi obat digunakan untuk menghilangkan adverse reaction yang berhubungan

dengan pengobatan lain, penyalahgunaan obat, penggunaan alkohol, atau merokok

yang menyebabkan masalah.

2. Perlu terapi tambahan (need for additional drug therapy)

Kondisi terapi yang memerlukan terapi inisiasi obat, pencegahan terapi obat

diperlukan untuk mengurangi risiko berkembangnya penyakit baru, kondisi medis

yang memerlukan farmakoterapi tambahan untuk mencapai sinergisme atau efek

adiktif.

3. Obat tidak tepat (wrong drug)

Obat yang digunakan bukan obat yang paling efektif terhadap masalah

medis yang dialami, kondisi medis terbiaskan dengan adanya obat, bentuk sediaan

obat tidak sesuai, obat tidak efektif terhadap indikasi yang dialami.

Page 49: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

27

4. Dosis terlalu rendah (dosage too low)

Dosis terlalu rendah untuk menghasilkan respon, interval dosis terlalu

rendah untuk dapat menghasilkan respon yang diinginkan, interaksi obat

menurunkan jumlah zat aktif yang tersedia, durasi obat terlalu pendek untuk

menghasilkan respon yang cukup.

5. Reaksi yang tidak diinginkan ( adverse drug reaction)

Obat menyebabkan yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan

besarnya dosis, obat yang lebih aman diperlukan terhadap faktor risiko, interaksi obat

menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan besarnya

dosis, adanya regimen dosis atau berubah sangat cepat, obat menyebabkan alergi,

obat kontraindikasi terhadap faktor risiko.

6. Dosis berlebihan (dosage too high)

Dosis terlalu tinggi, frekuensi pemakaian obat terlalu singkat, durasi obat

terlalu panjang, interaksi obat terjadi karena hasil dari reaksi toksik dari obat, dosis

obat diberikan terlalu cepat.

7. Ketidaktaatan pasien pada penggunaan obat (Noncomplience)

Pasien tidak mengerti instruksi pemakaian, pasien memilih untuk tidak

memakai obat, pasien lupa untuk memakai obat, harga obat yang terlalu mahal bagi

pasien, pasien tidak dapat menelan atau memakai sendiri obat secara tepat, obat tidak

tersedia bagi pasien (Cipolle, 1998).

Page 50: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

28

G. Keterangan Empiris

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi ketepatan penggunaan

antibiotika pada pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi di RSUP Sardjito

Yogyakarta periode 2006-2008 yang terkait dengan Drug Therapy Problems. Dari

penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran ada tidaknya DTPs dan dapat

memberi solusi dari masalah yang terjadi.

Page 51: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai evaluasai DTPs penggunaan antibiotika pada pasien

kanker paru yang menjalani kemoterapi di RSUP Sardjito Yogyakarta periode 2006-

2008 ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif

evaluatif yang bersifat retrospektif. Penelitian ini merupakan penelitian non

eksperimental karena tidak ada perlakuan pada subjek uji. Rancangan penelitian

dikatakan deskriptif karena data dijelaskan secara tajam dan akurat tanpa mencari

tahu alasan dibalik fenomena yang terjadi, dan bersifat evaluatif karena peneliti akan

mengevaluasi data yang diperoleh berdasarkan standar yang berlaku (Pratiknya,

2003). Penelitian ini bersifat retrospektif karena data yang digunakan diambil dengan

melakukan penelusuran terhadap dokumen terdahulu yaitu berupa rekam medis

pasien.

B. Definisi Operasional

1. Pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi merupakan semua pasien yang

telah terdiagnosis kanker paru dan menerima terapi antibiotika sebelum maupun

setelah menjalani kemoterapi yang dirawat inap di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta periode tahun 2006-2008.

Page 52: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

30

2. Antibiotika adalah senyawa yang digunakan untuk membunuh atau menghambat

infeksi bakteri dari golongan apapun yang digunakan sebagai terapi oleh pasien

kanker paru di RSUP Dokter Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008 dan yang

dimaksud dengan jenis antibiotika adalah nama antibiotika yang diresepkan

kepada pasien kanker paru baik dalam bentuk generik maupun brand name.

3. Infeksi adalah pembiakan mikroorganisme di jaringan tubuh, secara klinis

mungkin tak tampak atau timbul cedera seluler akibat respon antigen antibodi.

Dikatakan memiliki potensi infeksi apabila dijumpai penanda infeksi yaitu,

demam netropenia > 38°C, leukositosis > 10.000/µL dan netropenia < 2.000/µL

atau < 43% (risiko infeksi rendah); < 1.000/µL atau < 21,5% (risiko infeksi

sedang); < 500/µL atau < 10,75% (risiko infeksi berat).

4. Drug Therapy Problems adalah adalah suatu permasalahan atau kejadian yang

tidak diharapkan atau yang kemungkinan akan dialami pasien selama proses

terapi akibat obat, sehingga mengganggu tujuan terapi yang diinginkan.

a. dikatakan tidak perlu terapi, meliputi tidak adanya indikasi medis (penanda

infeksi) yang jelas berupa kenaikan suhu tubuh, dan data laboratorium

pendukung yang menunjukkan potensi infeksi sehingga digunakan antibiotika

pada saat itu.

b. dikatakan perlu terapi tambahan, meliputi kondisi terapi yang memerlukan

terapi inisiasi antibiotika sebagai terapi pencegahan, empirik atau kuratif

untuk mengurangi risiko berkembangnya penyakit baru, kondisi medis yang

memerlukan terapi antibiotika tambahan untuk mencapai sinergisme atau

Page 53: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

31

efek adiktif. Terapi antibiotik tambahan bisa sama dengan jenis antibiotika

yang sebelumnya telah diberikan atau pun dengan jenis antibiotika lain.

c. dikatakan pilihan obat tidak tepat yaitu jika antibiotika yang diberikan kepada

pasien tidak efektif (kurang sesuai dengan indikasinya), pasien mempunyai

alergi terhadap antibiotika tersebut, antibiotika yang diberikan mempunyai

kontraindikasi dengan obat lain yang dibutuhkan, dan antibiotika yang sudah

resisten terhadap infeksi pasien.

d. dikatakan dosis terlalu rendah jika dosis antibiotika tersebut terlalu rendah

untuk memberikan efek, kekuatan dosis kurang, dan interval dosis tidak

cukup (tidak sesuai dengan literatur).

e. dikatakan efek samping obat jika ada alergi, ada faktor risiko, ada interaksi

dengan obat lain, dan hasil laboratorium berubah akibat pemberian

antibiotika.

f. dikatakan dosis terlalu tinggi jika dosis antibiotika tersebut terlalu tinggi.

5. Lembar rekam medis adalah catatan data klinis pasien yang meliputi nomor

rekam medis, nama, umur, jenis kelamin, komplikasi, jenis antibiotika, dosis

obat, lama perawatan, bentuk sediaan, dan cara pemberian obat.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi

dan memperoleh terapi antibiotika sebelum maupun sesudah kemoterapi yang di

rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008.

Page 54: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

32

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar medical record (rekam

medis) pasien kanker paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Catatan Medis RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta, Jalan Kesehatan No. 1 Sekip, Yogyakarta.

F. Tata Cara Penelitian

Jalannya penelitian meliputi tiga tahap, tahap pertama adalah perencanaan,

tahap kedua adalah pengambilan data, dan tahap ketiga adalah tahap pengolahan data

kemudian dibuat sebuah pembahasan.

1. Perencanaan

Dimulai dengan menentukan masalah yang akan dijadikan bahan penelitian

kemudian mengurus perijinan untuk dapat melihat data rekam medis pasien kanker

paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode tahun 2006-2008.

2. Pengambilan data

Proses pengambilan data diperoleh dengan penelusuran data pasien

yang menderita kanker paru, kemudian dilakukan pengumpulan bahan yang memiliki

kriteria terdiagnosis kanker paru, menjalani kemoterapi dan memperoleh terapi

antibiotika. Selanjutnya dicatat ke dalam lembar kerja laporan. Proses pencarian data

diperoleh dengan melihat laporan Instalasi Catatan Medis, yang memuat laporan

mengenai jumlah kasus pasien kanker paru yang berisi nomor rekam medis, nama,

Page 55: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

33

umur, jenis kelamin, komplikasi, jenis antibiotika, dosis obat, lama perawatan,

bentuk sediaan, dan cara pemberian obat.

3. Pengolahan data

Dilakukan analisis lembar medical record pasien kanker paru di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008. Analisis ini mengacu pada Drug Therapy

Problems yaitu merupakan masalah-masalah yang dapat timbul pada pasien, yaitu

adanya obat yang tidak diperlukan untuk terapi pada pasien, adanya terapi yang perlu

ditambahkan, adanya pemilihan obat yang tidak tepat, dosis yang terlalu rendah,

terjadi adverse drug reaction, adanya dosis yang berlebih pada penggunaan

antibiotika di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode 2006-2008.

G. Tata Cara Analisis Hasil

Data pasien yang diperoleh terlebih dahulu dikelompokkan berdasarkan

kategori sebagai berikut :

1. Distribusi kasus yang diperoleh sesuai dengan karakteristiknya berdasarkan :

a. umur, dibagi dalam 5 kelompok yaitu 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun,

61-70 tahun dan 71-80 tahun.

b. jenis kelamin pasien, pria atau wanita. Dihitung dengan menghitung jumlah

masing-masing jenis kelamin dibagi dengan jumlah seluruh kasus dikalikan

100%.

Page 56: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

34

2. Gambaran penggunaan antibiotika pada kasus kanker paru, yang meliputi :

a. persentase golongan yang diberikan pada pasien dalam kasus, dihitung

dengan cara menghitung jumlah penggunaan golongan antibiotika dibagi

dengan jumlah total antibiotika yang diberikan dikalikan 100%.

b. daftar sediaan antibiotika menyangkut bentuk sediaan obat, dan cara

pemakaian. Persentase dihitung dengan cara menghitung masing-masing

bentuk sediaan dan cara pemakaian obat dibagi dengan jumlah sediaan obat

dikalikan 100%.

Golongan, bentuk sediaan, dan cara pemakaian antibiotika dianalisis

berdasarkan Informatorium Obat Nasional Indonesia dan MIMS Indonesia Petunjuk

Konsultasi edisi 7 2007/2008.

3. Evaluasi penggunaan antibiotika berdasarkan Drug Teraphy Problems

Analisis hasilnya dengan melihat antibiotika yang digunakan pada pasien

kanker paru yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada

periode 2006-2008 dengan paramater yang mengacu pada Drug Therapy

Problems. Antibiotika ini dianalisis dengan menggunakan metode Subyektif,

Obyektif, Assessment, Rekomendasi. Identifikasi DTPs dilakukan dengan melihat

subyektif yang menyangkut keluhan pasien dan obyektif yang menyangkut

pemeriksaan fisik dan data laboratorium pasien. Setelah diketahui adanya

kejadian DTPs kemudian diberikan rekomendasi yang tepat berdasarkan standar

terapi antibiotika dalam Formularium RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan

Treatment Guidelines for Patients with Cancer (Anoim, 2010).

Page 57: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

35

H. Kesulitan Penelitian

Kesulitan yang dialami oleh penulis selama ini adalah penulis harus cermat

dalam memilih data rekam medis untuk dijadikan sebuah kasus yang layak

dipergunakan sebagai data penelitian, karena tidak semua rekam medis yang memuat

penyakit kanker paru menggunakan antibiotika dan menjalani kemoterapi. Selain itu

saat pengambilan data, penulis juga mengalami kesulitan dalam pembacaan rekam

medis baik tulisan dalam catatan medis yang kurang jelas maupun istilah yang

kurang familiar dan tidak sesuai dengan istilah medis secara umum.

Penulis juga mengalami kesulitan saat melakukan evaluasi data penelitian

karena pada hasil pencatatan dari lembar rekam medis ada data yang kurang lengkap

seperti hasil laboratorium mengenai kultur kuman, juga stadium penyakit yang tidak

tercantum pada diagnosis. Kesulitan lain yang juga menjadi keterbatasan utama dari

penelitian retrospektif ini yaitu adanya kemungkinan kurang lengkapnya pencatatan

data pasien yang ada dalam rekam sehingga saat penulis mengevaluasi kasus terdapat

data penting yang mungkin terlewatkan.

Page 58: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

51

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian evaluasi Drug Therapy Problems (DTPs) penggunaan

antibiotika pada pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta periode 2006-2008 ini, diperoleh 27 kasus kanker paru yang dirawat

inap dan meperoleh terapi antibiotika, serta menjalani kemoterapi. Hasil dari

penelitian ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu karakteristik pasien kanker paru,

gambaran penggunaan antibiotika, dan evaluasi penggunaan antibiotika berdasarkan

Drug Therapy Problems (DTPs).

A. Karakteristik Pasien Kanker Paru

Karakteristik pasien kanker paru diperoleh dari setiap kasus kanker paru

yang memperoleh terapi antibiotika dan menjalani kemoterapi.

1. Persentase umur pasien pada kasus kanker paru

Distribusi umur pasien pada kasus kanker paru ini digunakan untuk

mengetahui jumlah pasien kanker paru yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta selama menjalani kemoterapi dan memperoleh terapi antibiotika. Kanker

paru merupakan pertumbuhan dari sel-sel abnormal yang tidak terkendali yang dapat

meningkat dengan lama dan banyaknya penggunaan rokok, sehingga faktor umur

pun dapat berhubungan dengan meningkatnya kasus kanker paru.

Page 59: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

52

Persentase Kasus Kanker Paru Berdasarkan Umur

4%

37%

22%

26%

11%31 - 40

41 - 50

51 - 61

61 - 70

71 - 80

Persentase umur pasien pada kasus kanker paru ini dikelompokkan menjadi

5 kelompok umur, yaitu 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, 61-70 tahun dan 71-

80 tahun.

Gambar 2. Persentase Jumlah Kasus Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapidan Memperoleh Terapi Antibiotika di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008 Berdasarkan Kelompok Umur.

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa secara umum pasien yang

megalami kanker paru paling banyak pada rentang umur 41-50 tahun. Suatu

penelitian di Amerika menyebutkan diagnosis penyakit kanker paru dapat terlihat

pada umur 55-65 tahun. (Finley and Mccune, 2005). Secara teoritis dari hasil

persentase kasus di atas, memiliki perbedaan hasil. Perbedaan ini dilandasi oleh

perbedaan tempat dan tahun penelitian, namun ada suatu indikasi yang menunjukkan

peningkatan umur yang lebih muda pada diagnosis pasien kanker paru. Tentu saja

kelompok umur bukanlah tolak ukur suatu kejadian penyakit kanker paru, tetapi

diketahui bahwa kanker paru terjadi akibat penggunaan rokok yang sekarang ini

tampak seperti suatu kebutuhan, terutama pada perokok yang memiliki kebiasaan

merokok sejak muda. Secara umum, berdasarkan survei BPS (Badan Pelaksana

Page 60: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

53

Survei) kebiasaan merokok di Indonesia diketahui sejak umur 15-19 tahun (tahun

2004), namun ditemukan juga perokok yang mulai merokok sejak umur < 15 tahun

dan setiap tahunnya akan terus mengalami peningkatan (Anonim, 2009b). Seorang

perokok yang memiliki riwayat merokok lama akan memiliki faktor risiko yang lebih

besar dibanding yang orang yang tidak merokok atau orang yang hanya memiliki

riwayat merokok lebih pendek.

Berdasarkan catatan rekam medis tahun 2006-2008 di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta terlihat pada umur 31-40 tahun, kejadian kanker paru memiliki

persentase yang paling kecil. Hal ini menyatakan bahwa pada umur yang relatif

muda dan belum menginjak usia lanjut memiliki kejadian kanker paru yang belum

banyak terdiagnosis pada rentang umur tersebut. Perlu diperhatikan bahwa tanda dan

gejala dari kanker paru umumnya tidak terlalu terlihat dan memiliki kemiripan

dengan penyakit pernafasan atau penyakit paru lainnya, yaitu berupa sesak nafas,

batuk, sakit kepala dan nafsu makan berkurang. Oleh karena itu kebanyakan pasien

kanker paru yang mencari bantuan medis telah berada dalam stadium lanjut. Stadium

awal sering ditemukan tanpa sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan

kesehatan rutin.

2. Persentase jenis kelamin pasien pada kasus kanker paru

Angka kejadian penyakit dan kematian dari kasus kanker paru lebih banyak

terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan (Finley and Mccune, 2005). Ini sesuai

dengan adanya kecenderungan perokok aktif laki-laki daripada wanita yang sesuai

dengan gaya hidup sehari-hari. Penyakit yang sering dijumpai pada seorang perokok

antara lain, sesak nafas, penyakit jantung, nyeri dada, dan juga kanker paru. Berikut

Page 61: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

54

ini merupakan persentase yang menggambarkan perbandingan kasus kanker paru

pada tahun 2006-2008 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta berdasarkan jenis

kelaminnya.

Gambar 3. Persentase Jumlah Kasus Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi danMemperoleh Terapi Antibiotika di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008 Berdasarkan Jenis Kelamin.

Dari gambar, diketahui jumlah kejadian kanker paru di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta tahun 2006-2008 sebanyak 70% dialami oleh laki-laki. Hasil penelitian

ini menunjukkan adanya kesesuaian antara teori dengan kenyataan, dimana penderita

kanker paru pada laki-laki dikatakan lebih banyak daripada wanita. Namun, bukan

berarti wanita sepenuhnya terhindar dari risiko penyakit kanker paru sekalipun bukan

merupakan perokok aktif, sebab perokok pasif yang terpapar terus-menerus juga

memiliki faktor risiko yang sama dengan perokok aktif. Hal ini dikarenakan asap

rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia dan 40 jenis racun.

Persentase Kasus Kanker Paru Berdasarkan Jenis Kelamin

70%

30%

Laki-laki

Wanita

Page 62: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

55

B. Gambaran Penggunaan Antibiotika

Berdasarkan catatan rekam medis pada kasus kanker paru di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta tahun 2006-2008, ditemukan sebanyak 27 kasus pasien kanker

paru yang menjalani kemoterapi memperoleh terapi berupa antibiotika sebagai

penatalaksanaan terhadap infeksi. Pemberian obat-obatan kemoterapi pada pasien

dapat menyebabkan mielosupresi atau berkurangnya produksi sel-sel darah sehingga

dapat terjadi leukositopenia dan atau netropenia. Leukopenia yaitu penurunan jumlah

leukosit, neutropenia menyatakan jumlah penurunan akibat absolut netrofil (Price

and Wilson, 1984). Dengan berkurangnya sel darah putih dalam tubuh pasien selama

kemoterapi, mengakibatkan sistem pertahanan tubuh akan melemah dan lebih mudah

terkena infeksi. Oleh karena itu untuk menekan terjadinya infeksi tersebut,

dibutuhkan antibiotika. Netrofil menjadi penanda infeksi yang paling berperan,

dimana netrofil merupakan pertahanan primer terhadap infeksi.

Terdapat berbagai golongan dan jenis antibiotika yang diberikan pada

pasien. Penggolongan ini menurut literatur Informatorium Obat Nasional Indonesia

2000 yang juga sesuai dengan literatur yang dimiliki RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

yaitu Formularium RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Berikut ini merupakan golongan

dan jenis antibiotika berdasarkan nama generiknya yang diperoleh pada kasus kanker

paru yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2006-2008.

Page 63: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

56

Tabel V. Golongan dan Jenis Antibiotika pada Kasus Kanker Paru yangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Periode 2006-2008

Golongan Obat Jenis Obat Jumlahpadakasus

Persentase(%)

1. Kuinolon SiprofloksasinLevofloksasin

8 20,5

2. Sefalosporin (generasi I) Sefadroksil 2 5,13. Sefalosporin (generasi III) Seftazidim

SefotaksimSeftriaksonSefiksim

22 56,4

4. Sefalosporin (generasi IV) Sefepim 1 2,65. Penisilin Amoksisilin

AmoxiklavSulbaktam

3 7,7

6. Makrolida Azitromisin 3 7,7Total 39 100

Penggolongan antibiotika dikelompokkan diberdasarkan bentuk struktur

dari senyawa kimianya. Dijumpai ada beberapa kasus yang menggunakan lebih dari

satu jenis antibiotika sebagai terapinya sehingga jenis antibiotika yang digunakan

pada seluruh kasus berjumlah 39 antibiotika. Hasil persentase merupakan

perbandingan antara suatu golongan dengan total penggunaan antibiotika per seratus

persen.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa golongan antibiotika yang

dipergunakan sebagai terapi pada pasien kanker paru yang memperoleh terapi

antibiotika dan menjalani kemoterapi yaitu antibiotika yang termasuk golongan

kuinolon, sefalosporin golongan I, sefalosporin golongan III, sefalosporin golongan

IV, penisilin dan makrolida.

Golongan antibiotika yang paling banyak digunakan adalah golongan

sefalosporin generasi III, sebanyak 56,4 %. Golongan ini banyak digunakan karena

merupakan antibiotika betalaktam yang bekerja menghambat sintesis dinding sel

Page 64: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

57

mikroba dan bersifat bakteriosid. Sefalosporin merupakan golongan antibiotika

berspektrum luas yang aktif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif, serta

berdifusi baik dalam jaringan dan cairan tubuh, tetapi penetrasi ke dalam selaput

otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi (Anonim, 2000).

Golongan antibiotika ini dapat diberikan sebagai monoterapi maupun kombinasi

antibiotika ditujukan untuk antibiotika kuratif setelah terjadi infeksi.

Terapi antibiotika yang digunakan pada kasus ini dapat berfungsi sebagai

antibiotika empirik, kuratif, maupun profilaksis. Antibiotika empirik umumnya

digunakan sebelum patogen yang menjadi penyebab suatu penyakit khusus ataupun

rentan terhadap suatu agen antimikroba khusus yang diketahui. Terapi ini

diindikasikan ketika ada risiko morbiditas serius yang signifikan apabila terapi tidak

diberikan sampai suatu patogen khusus dideteksi oleh laboratorium klinis, sehingga

dapat diberikan ketika penyebab infeksi belum diketahui. Antibiotika kuratif

umumnya diberikan apabila terjadi leukositosis. Sedangkan antibiotika profilaksis

digunakan untuk mencegah infeksi-infeksi pada banyak situasi.

Berdasarkan bentuk sediaan dan dosis antibiotika pada kasus kanker paru

yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008,

jumlah persentasenya diperoleh menurut bentuk sediaan antibiotika yang paling

banyak digunakan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dengan cara membandingkan

masing-masing sediaan dengan jumlah sediaan dikalikan 100%. Pada 27 kasus

kanker paru yang ada, terdapat 13 macam dosis pemberian antibiotika untuk 5

macam bentuk sediaan yang diberikan. Hasilnya adalah sebagai berikut :

Page 65: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

58

Tabel VI. Persentase Bentuk Sediaan dan Dosis Antibiotika pada Kasus KankerParu yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008No. Bentuk Sediaan

ObatJenis Obat Dosis Jumlah

padakasus

Persentase(%)

1. Tablet SiprofloksasinAzitromisinLevofloksasinSefiksim

500 mg250 mg500 mg100 mg

5311

25,6

2. Kapsul SefadroksilAmoksisilin

500 mg500 mg

21

7,7

3. Serbuk Injeksivial

Seftriakson 1g/vial 1538,5

4. Cairan Infus Siprofloksasin 200mg/100 ml 2 5,15. Cairan Injeksi Sulbactam

Co AmoxiklavSefepimSefotaksimSeftazidim

500 mg/vial500 mg/ vial1 g/vial500 mg/vial1 g/vial

11115

23,1

Total 39 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan bentuk sediaan yang

diberikan pada pasien kanker paru yang memperoleh terapi antibiotika dan menjalani

kemoterapi paling banyak berupa sediaan serbuk injeksi yaitu sebanyak 38,5 %. Hal

ini secara tidak langsung menggambarkan bahwa adanya penyiapan tersendiri

terhadap sediaan antibiotika selama proses terapi. Dinilai dari segi efisiensi

penyimpanan tentunya serbuk injeksi vial lebih menguntungkan dari sediaan lainnya,

selain itu efektivitas jalur pemberian injeksi pun lebih efektif dari sediaan oral.

Berdasarkan pernyataan di atas maka dikelompokkan cara penggunaan atau

jalur pemberian antibiotika, dengan tujuan untuk mengetahuai jalur pemberian apa

yang paling banyak digunakan pada penggunaan antibiotika pada kasus kanker paru

yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Hasilnya adalah

sebagai berikut :

Page 66: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

59

Tabel VII. Persentase Cara Penggunaan Antibiotika pada Kasus Kanker Paruyang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Periode 2006-2008

No. Cara Penggunaan Jumlah padakasus

Persentase(%)

1. Per oral (p.o.) 13 33,32. Injeksi i.v. infus 2 5,23. Injeksi i.v. bolus 24 61,5

Total 39 100

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka didapatkan bahwa jalur

pemberian dari sediaan antibiotika yang paling banyak adalah melalui injeksi

intravena bolus. Hal ini menggambarkan bahwa efek terapi yang diharapkan cepat

tercapai. Dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara bentuk sediaan dan jalur

penggunaan antibiotika.

C. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Berdasarkan

Drug Therapy Problems (DTPs)

Tujuan dari suatu proses terapi yang utama adalah sutu terapi yang aman

dan tercapainya efek terapetik. Untuk tercapainya keberhasilan terapi ini, maka

masalah-masalah yang berhubungan dengan obat harus diminimalkan. Permasalahan

farmasi klinik dalam pemakaian obat sering muncul dalam terapi. Peristiwa atau

permasalahan yang tidak diinginkan dan yang potensial terjadi tersebut dirumuskan

sebagai Drug Therapy Problems (DTPs). Oleh karena itu pada penelitian ini

dilakukan evaluasi Drug Therapy Problems penggunaan antibiotika pada pasien

kanker paru yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode

2006-2008 untuk mengetahui ada tidaknya kejadian Drug Therapy Problems (DTPs)

yang berkaitan dengan penggunaan antibiotika pada pasien kanker paru yang

menjalani kemoterapi.

Page 67: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

60

Dalam penelitian ini diperoleh 27 kasus. Sebanyak 15 kasus mengalami

leukositosis disertai dengan kenaikan netrofil. Ini merupakan akibat dari respon

terhadap infeksi, toksik, dan peradangan, juga terjadi keganasan, khususnya

payudara, ginjal, pari-paru, dan karsinoma metastatik (Price and Wilson, 1984). Total

kasus dengan jumlah leukosit dan netrofil normal sebanyak 5 kasus. Sedangkan

sisanya, sebanyak 7 kasus mengalami hal sebagai berikut : 1 kasus hanya mengalami

leukositosis tanpa disertai kenaikan netrofil, 2 kasus mengalami kenaikan netrofil

tanpa leukositosis, 2 kasus mengalami leukositopenia disertai dengan netropenia, 1

kasus hanya mengalami leukositopenia tanpa netropenia, dan 1 kasus hanya

mengalami netropenia tanpa leukositopenia.

Dari 27 kasus kanker paru rawat inap yang meperoleh terapi antibiotika dan

menjalani kemoterapi, jumlah kasus yang tidak terjadi DTPs sebanyak 16 kasus,

sedangkan jumlah kasus yang mengalami DTPs yaitu sebanyak 11 kasus. Dalam satu

kasus dapat terjadi satu atau lebih dari satu DTPs.

Evaluasi DTPs ini dilakukan dengan menganalisis data menggunakan

analisa Subyektif, Obyektif, Assessment, Rekomendasi. Masing-masing analisa kasus

dicantumkan dalam tabel analisis DTPs penggunaan antibiotika pada pasien kanker

paru yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2006-

2008, pada lampiran 1. Berikut ini adalah jenis DTPs yang terjadi pada setiap kasus :

Page 68: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

61

1. Terapi antibiotika yang tidak perlu

Tabel VIII. Kasus DTPs Antibiotika yang Tidak Diperlukan pada Terapi Kanker Paruyang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

Kasus Jenisantibiotika

Assessment Rekomendasi

3, 7,18

Seftriakson Pada kasus 3 Penggunaanantibiotika seftriakson kurangtepat karena suhu tubuh normaldan hasil laboratorium awal belumterjadi kenaikan netrofil, meskipunkemudian terjadi kenaikannetrofil.

Pada kasus 7 penggunaanantibiotika seftriakson tidak tepat,karena tidak ada indikasi yangmenunjukkan perlunya antibiotikasebagai anti infeksi.

Pada kasus 18 penggunaanantibiotika seftriakson di awalsudah tepat dan diduga sebagaiantibiotika kuratif, namunkemudian diberikan seftazidimpadahal suhu tubuh dan hasillaboratorium kedua tidakmenunjukkan tanda-tanda infeksi.

Pada kasus 3 dan 7sebaiknya terusdilakukan monitoringdata laboratorium dantanda-tanda infeksi. Bilakemudian muncul tanda-tanda infeksi, antibiotikadapat diberikan.

Pada kasus 18 sebaiknyaterus dilakukanmonitoring datalaboratorium dan tanda-tanda infeksi.

20 Sefadroksil Penggunaan sefadroksil kurangtepat karena dari hasil laboratoiumtidak ada kondisi klinis yangmenunjukkan infeksi.

Sebaiknya pemberiansefadroksil dihentikanuntuk menghindari ADRyang mungkin terjadipada penggunaan jangkapanjang

Pada penelitian ini terdapat 4 kasus yang mengalami DTPs berdasarkan

terapi antibiotika yang tidak perlu, maksudnya adalah tidak adanya indikasi medis

yang valid untuk terapi obat yang digunakan saat itu, banyaknya pemakaian banyak

obat untuk kondisi tertentu padahal hanya memerlukan terapi obat tunggal ataupun

kondisi medis yang lebih sesuai diobati tanpa terapi obat antibiotika.

2. Perlu terapi antibiotika tambahan

Pada kasus ini perlunya terapi antibiotika tambahan dikarenakan adanya

indikasi penyakit yang tidak diberikan terapi. Hal ini terlihat dari adanya tanda-tanda

Page 69: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

62

klinis penanda infeksi berupa demam netropenia > 38°C, leukositosis > 10.000/µL

dan netropenia < 2.000/µL (risiko infeksi rendah); < 1.000/µL (risiko infeksi

sedang); < 500/µL (risiko infeksi berat) (Anonim,2010). Jumlah kasus yang

ditemukan berdasarkan perlunya terapi tambahan pada penelitian ini sebanyak 3

kasus yang terangkum dalam tabel berikut :

Tabel IX. Kasus DTPs yang Perlu Terapi Antibiotika Tambahan pada TerapiKanker Paru yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008Kasus Jenis

antibiotikaAssessment Rekomendasi

9 dan16

Seftriakson Pada kasus 9 dan 16 penggunaanantibiotika seftriakson sudah tepatsebagai antibiotik kuratif, namun masihperlu diberikan terapi karena dari hasillaboratorium selanjutnya masihmenunjukkan leukositosis

Pada kasus 9 dan 16sebaiknya penggunaanseftriakson dilanjutkansampai hasillaboratorium mencapainilai normal

21 Levofloksasin Penggunaan antibiotika levofloksasinsudah tepat, namun pemberian dapatdikatakan terlambat karena dua harisebelumnya hasil laboratoriummenunjukkan leukositosis dan kenaikannetrofil.

Sebaiknya pemberianlevofloksasin diberikanlebih di awal terapi.

3. Terapi antibiotika yang tidak tepat

Tabel X. Kasus DTPs Antibiotika yang Tidak Tepat pada Terapi Kanker Paru yangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008Kasus Jenis

antibiotikaAssessment Rekomendasi

14 Seftriakson Pemberian antibiotika seftriaksondan azitromisin yang hampirbersamaan diduga sebagaipenatalaksanaan setelah pasienmenjalani punksi pleura yangberpotensi terjadi infeksi, namunsebaiknya hanya dipilih salah satusaja.

Sebaiknya hanya diberikanantibiotika azitromisin yanglebih aktif pada infeksi salurannafas yang diduga terjadikarena punksi pleura.

24 Azitromisin Pemberian pemberian azitromisinyang diberikan ditengah terapikurang tepat.

Sebaiknya azitromisin tidakperlu diberikan sebagai terapitambahan, karena azitromisintidak efektif apabila tujuanpemberian sebagai terapikombinasi.

Page 70: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

63

Terapi antibiotika yang tidak tepat pada analisis DTPs ini adalah terapi

antibiotika yang bukan merupakan obat yang paling efektif terhadap masalah medis

yang dialami, kondisi medis terbiaskan dengan adanya obat, bentuk sediaan obat

tidak sesuai, dan obat tidak efektif terhadap indikasi yang dialami. Dari 27 kasus

yang ada, ditemukan 2 kasus yang mengalami DTPs berdasarkan terapi antibiotika

yang tidak efektif yaitu pada kasus 14 dan 24.

4. Dosis terapi antibiotika yang terlalu rendah

Tabel XI. Kasus DTPs Dosis Antibiotika yang Terlalu Rendah pada Terapi KankerParu yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

Kasus Jenisantibiotika

Assessment Rekomendasi

21 Levofloksasin Durasi penggunaanlevofloksasin kurang dari7 hari.

Levofloksasin efektif dengandosis 500 mg tiap 24 jam selama7-14 hari. Sebaiknya diberikanantibiotika sebagai terapilanjutan rawat jalan sepertisiprofloksasin 2 x 500 mg.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian antibiotika seftriakson,

amoksiklav dan levofloksasin kurang dari 7 hari yang dapat berpotensi menimbulkan

resistensi pada penggunaan jangka panjang, sehingga perlu adanya penambahan

penggunaan antibiotika setidaknya sampai 7-14 hari (Godwin, 2005).

5. Indikasi adverse dug reaction

Indikasi adverse drug reaction menyangkut interaksi obat yang

menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan besarnya

dosis, adanya regimen dosis atau berubah sangat cepat, obat menyebabkan alergi dan

obat kontraindikasi terhadap faktor risiko.

Page 71: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

64

Tabel XII. Kasus DTPs Antibiotika yang Memiliki Indikasi ADR pada Terapi KankerParu yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008Kasus Jenis

antibiotikaAssessment Rekomendasi

13 Seftriakson6 Siprofloksasin

Pada kasus 6 dan 13 pemberianseftriakson dan siprofloksasinberpotensi menimbulkan efeksamping berupa rasa tidak enakpada saluran cerna, mual danmuntah.

Sebaiknya bila perlu diberilanantiemetik untuk mengatasiindikasi ADR sepertimetoklopramide 10mg/2mlkarena akan lebih efektifuntuk pasien dengan keluhanmual dan muntah.

Pada kasus ADR di atas efek samping memang belum terjadi pada pasien,

sehingga penulis mengemukakan adanya potensi efek samping yang mungkin akan

muncul. Oleh karena itu, direkomendasikan pemberian antiemetik (metoklopramide

1A/8jam) mengingat riwayat mual atau muntah yang pernah dialami oleh pasien.

6. Dosis terapi antibiotika yang berlebihan

Pada kasus ini tidak ditemukan DTPs berdasarkan dosis antibiotika yang

berlebihan. Hal ini menyatakan bahwa kemungkinan terjadinya over dosis pada

kasus pasien kanker paru yang memperoleh terapi antibiotika dan menjalani

kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008 tidak terjadi. Dapat

disimpulkan bahwa pada pasien rawat inap tidak memiliki risiko DTPs over dosis.

D. Rangkuman Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kejadian Drug

Therapy Problems (DTPs) yang berkaitan dengan penggunaan antibiotika pada

pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi. Pada penelitian ini terdapat 27 kasus

kanker paru yang menjalani kemoterapi dan memperoleh terapi antibiotika.

Karakteristik pasien kanker paru di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2006-

2008 digambarkan sebagai berikut : pasien yang mengalami kanker paru paling

Page 72: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

65

banyak pada range umur 41-50 tahun sebesar 37 % dan terjadi paling banyak pada

laki-laki sebesar 70 %.

Gambaran penggunaan antibiotika diklasifikasikan sebagi berikut :

berdasarkan golongan dan jenis antibiotika yang diberikan pada pasien kanker paru

yang memperoleh terapi antibiotika dan menjalani kemoterapi, paling banyak dari

golongan sefalosporin generasi III (56,4 %), berdasarkan bentuk sediaan yang

diberikan paling banyak berupa sediaan serbuk injeksi (38,5 %), dan berdasarkan

jalur pemberian antibiotika pada pasien kanker paru paling banyak diberikan secara

injeksi i.v. bolus (61,5 %).

Evaluasi Drug Therapy Problem pada pasien kanker paru yang memperoleh

terapi antibiotika dan menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

periode 2006-2008 yaitu sebagai berikut : berdasarkan terapi antibiotika yang tidak

diperlukan sebanyak 4 kasus; berdasarkan perlu terapi antibiotika tambahan

sebanyak 3 kasus; berdasarkan terapi antibiotika yang tidak tepat sebanyak 2 kasus;

berdasarkan dosis terapi antibiotika yang terlalu rendah sebanyak 1 kasus; dan

berdasarkan indikasi adverse dug reaction sebanyak 2 kasus. Berdasarkan dosis

terapi antibiotika yang berlebihan tidak dijumpai adanya DTPs, sedangkan sebanyak

16 kasus tidak terjadi DTPs.

Page 73: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil evaluasi terhadap penggunaan antibiotika pada pasien kanker

paru yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2006-

2008 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan kelompok umur, kanker paru paling banyak terjadi pada umur 41-50

tahun (37%) dan berdasarkan jenis kelamin paling banyak terjadi pada laki-laki

(70%).

2. Antibiotika yang paling banyak digunakan oleh pasien kanker paru yang

menjalani kemoterapi adalah golongan sefalosporin generasi III (56,4 %), dengan

bentuk sediaan paling banyak berupa sediaan serbuk injeksi (38,5 %), dan jalur

pemberian antibiotika paling banyak diberikan secara injeksi i.v. bolus (61,5 %).

3. Kejadian Drug Therapy Problem pada pasien kanker paru yang memperoleh

terapi antibiotika dan menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

periode 2006-2008 yaitu sebagai berikut :

a. terapi antibiotika yang tidak diperlukan sebanyak 4 kasus

b. perlu terapi antibiotika tambahan sebanyak 3 kasus

c. terapi antibiotika yang tidak tepat sebanyak 2 kasus

d. dosis terapi antibiotika yang terlalu rendah sebanyak 1 kasus

e. indikasi adverse dug reaction sebanyak 2 kasus.

4. Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs.

Page 74: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

67

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta :

a. perlu adanya pengembangan Standar Pelayanan Medis mengenai kasus

kanker paru terutama dalam hal penggunaan antibiotika.

b. perlu adanya pemeriksaan kultur kuman sehubungan dengan infeksi yang

terjadi pada pasien kanker paru sehingga penggunaan antibiotika dapat lebih

dispesifikkan.

2. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian mengenai evaluasi DTPs penggunaan

antibiotika pada pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi dapat dilanjutkan

kembali dengan periode yang berbeda, dan sebaiknya dengan metode penelitian

yang bersifat retrospektif.

Page 75: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

53

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M.M., Alsagaff, H., W.B.M.T.,Saleh., 1989, Pengantar Ilmu Penyakit Paru,91, Airlangga University Press, Surabaya

Anonim, 1996, Standar Pelayanan Medis RSUP Dr.Sardjito Cetakan 1, 393-413,Komite Medis RSUP Dr.Sardjito dengan MMR Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta

Anonim, 1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland, edisi 25, 736, 1016, Penerbit BukuKedokteran EGC, Jakarta

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 199-203, DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2002, Formularium RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 43-53, Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta

Anonim, 2004, Lung Cancer, http://www.globalcancer.com, diakses tanggal 17Desember 2009

Anonim, 2005, Produk Baru Terapi dan Profilaksis Netropenia Akibat Kemoterapi,http:google.co.id, diakses tanggal 17 Desember 2009

Anonim, 2007, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, edisi 7 2007/2008, 173-238,PT Info Master Lisensi dan CAMP Medika, Indonesia

Anonim, 2008a, Kemoterapi, http://doeljoni.blogsome.com, diakses tanggal 24Januari 2010

Anonim, 2008b, Organ_respirasi, http://images.google.co.id, diakses tanggal 12November 2008

Anonim, 2008c, Kaker Paru-paru, http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-transitional.dtd, diakses tanggal 12 November 2008

Anonim, 2009a, Lung Cancer Overview, National Comperhansive Cancer Network,http://www.nccn.org, diakses tanggal 17 Desember 2009

Anonim, 2009b, Usia Perokok di Indonesia, http://www.bisnis.com, diakses tanggal15 Januari 2010

Anonim, 2010, Fever and Netropenia Treatment Guidelines for Patients CancerVersion II/March 2006, National Comperhansive Cancer Network,http://www.nccn.org, diakses tanggal 27 Januari 2010

Page 76: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

54

Cipolle, R.,J., Strand, L.M., P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice, Chapter3,73-105, Mc Graw-Hili, New York

Davey, P., 2006, At a Glance Medicine, 62-69, 337, Erlangga, Jakarta

Finley. R.S and Mccune, J.S., 2005, Pharmacotheraphy: A Pathophysiologyapproach,6rd Ed., 2365-2369, Appleton and Lange, Connecticut

Godwin, 2005, Neutropenia, http://www.emedicine.com, diakses tanggal 17Desember 2009

Katzung, B.G., 2004, Farmakologi Dasar dan Klinik, 180-197, Penerbit SalembaMedika, Jakarta

Kuswibawati, L., 2000, Apa itu Kanker, dalam Kanker, 1-3, Penerbit UniversitasSanata Dharma, Yogyakarta

Mutschler, E., 1999, Dinamika Obat, edisi kelima, 634, Penerbit ITB, Bandung

Pratiknya, W., 2003, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran DanKesehatan, 197, Raja Grafindo Persad, Jakarta

Pratiwi., S.T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, 155-161, Erlangga, Jakarta.

Price, S.A., and Wilson, L.M., 1984, Phathophysiology Clinical Concepts of DiseaseProcesses, chapter I, alih bahasa Adji Dharma, 220-221, Penerbit BukuKedokteran EGC, Jakarta

Rang, H,P., Dale, M,M., Ritter, J,M., Moore, P,K., 2003, Pharmacology, fifthedition, Churchill Livingstone, London

Setiyani., R.D., 2006, Pola Peresepan dan Drug Related Problem PenggunaanAntibiotika Pada Pasien Kanker Paru di RSUP Dr. Sardjito YogyakartaPeriode Tahun 2005, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata DharmaYogyakarta

Setyabudi, R., dan Ganiswarna, V.M.S., 1995, Antimikroba, dalam Farmakologi danTerapi, edisi keempat, 571-575, Bagian Farmakologi Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia, Jakarta

Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simodibrata, K.M., Setiati, S., et al., 2002,Naskah Lengkap Penyakit Dalam, 91-92, 94-96, 99-101,Pusat Informasidan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI,Jakarta Pusat

Page 77: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

55

Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simodibrata, K.M., Setiati, S., et al., 2006,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pusat Informasi dan Penerbitan BagianIlmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI, Jakarta Pusat

Stanley, L., Robbins., 1995, Buku Ajar Patologi, 128, 171, Penerbit BukuKedokteran EGC, Jakarta

Tambunan, G.W., 1995, Diagnosis dan Tatalaksana Sepuluh Jenis KankerTerbanyak di Indonesia, 144-147, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Velde, C.J.H van de., Bosman, F.T., dan Wagener, D.J.Th., 1999, Onkologi,diterjemahkan oleh Panitia Kanker RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, edisikelima, 217-218, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Page 78: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

LAMPIRAN

Page 79: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

56

Lampiran 1. Analisis Drug Therapy Problems (DTPs) Penggunaan AntibiotikaPada Pasien Kanker Paru Yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008

Tabel XIV. Kasus 1 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

No. RM : 00.04.31.89 (05/03/07 – 15/03/07)Subyektif :Wanita 59 tahun, BB : 52 kg, TB : 147 cm.DU : adenocarcinoma paru dextra post SS IVKU : sedang, sadar, gizi baik.Pasien adalah penderita adenocarcinoma dextra tegak sejak tahun 2006. Pasien telah menjalanikemoterapi sebanyak 3 kali, dengan regimen : Cysplatin (hari I danVIII), Gemcitabin (hari Idan VIII), dan erlotimibe/placebo (hari 15 – 30). Keluhan post SS mual (+), muntah (-), nafsumakan , minum dbn, timbul bintik kemerahan di muka.HMRS pasien merasa lemas (+), mual (-), bercak merah di muka (+), panas, nyeri, gatal (+),demam(-), batuk (+), dahak (+) agak kuning. Penurunan BB 4 kg dalam 6 bulan.Obyektif :

Tanggal (Maret 2007)PemeriksaanLaboratorium 5

Nilai Normal

Suhu (C) 37 (afebris) 36 -37

Nadi (x/menit) 84 60 -100WBC 6,9 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 29,3 43,0 – 65,0 (%)

Hb 10,0 12 – 16 (g/dL)

Penatalaksanaan :Tanggal (Maret 2007)Nama Obat

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15Diet TKTP O2 (3 Lpm) Inf. NaCl 0,9 % (20 tpm) Roborantia (1 x 1)

Cysplatin 106,5 mg Gemcitabin 1775 mg Fluimucyl (3 x 1 C) Siprofloksasin (2 x 500 mg) Radin tab (2 x 1)

Metokloprusid (2 x 1)

Assessment :Penggunaan antibiotika siprofloksasin talah tepat sebagai antibiotika profilaksis terhadapkemoterapi yang akan dilakukan, didukung dengan hasil laboratorium yang menunjukkanterjadinya netropenia.DTP : -Rekomendasi :Sebaiknya tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala sebagai penunjangpenetapan keputusan selama proses terapi selanjutnya.

Page 80: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

57

Tabel XV. Kasus 2 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

No. RM : 01.16.32.38 (21/08/08 – 26/08/08)Subyektif :Wanita 43 tahun, BB : 45 kg TB : 152 cm.DU : carcinoma paru dextraKU : sedang, tampak kesakitan, sadar, gizi cukupPasien adalah penderita massa mediastinum tegak sejak tahun 2005. Telah menjalanikemoterapi sebanyak 6 kali dan radioterapi 25 kali.HMRS pasien merasakan benjolan tumbuh besar, nyeri (++), batuk (-), sesak nafas (-).

Obyektif :Tanggal (Agustus 2008)Pemeriksaan

Laboratorium 20Nilai Normal

Suhu (C) 36,7 (afebris) 36 -37

Nadi (x/menit) 80 60 – 100WBC 11,4 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 70,5 43 – 65 (%)

Hb 11,2 12 – 16 (g/dL)

Penatalaksanaan :Tanggal (Agustus 2008)Nama Obat

21 22 23 24 25 26Diet TKTP + EPT Inf. D5% : Aminovel (20 tpm) Marfil Sulfat Tablet (2 x 10 g) Inj. Tramadol (1A/12jam) Inj. Seftriakson (1 g/12 jam)

Assessment :Penggunaan antibiotika seftriakson sudah tepat sebagai antibiotika kuratif, karena sesuaidengan hasil laboratorium yang menyatakan peningkatan WBC dan netrofil. Dimana terjadileukositosis > 10.000 L yang memungkinkan terjadinya infeksi.DTPs : -Rekomendasi :Sebaiknya tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala sebagai penunjangpenetapan keputusan selama proses terapi.

Page 81: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

58

Tabel XVI. Kasus 3 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

No. RM : 01.17.01.95 (15/11/07 – 23/11/07)Subyektif :Laki-laki 67 tahun, BB : 50 kg, TB : 160 cm.DU : adenocarcinoma paru post SS IDL : hipertensi stase IIKU : sedang, sadar, gizi kesan kurangPasien mengeluh sesak nafas terutama saat tiduran miring. Nafsu makan , BB 8 kg dalam 1bulan, BAB/BAK dbn. Pasien memiliki riwayat merokok + 30 tahun, 1 bungkus/hari.HMRS keluhan sesak nafas bertambah, batuk (-), demam (-), nafas .RPD : Operasi prostate tahun 2005.

Obyektif :Tanggal (November 2007)Pemeriksaan

Laboratorium 15 19 20 23Nilai Normal

Suhu (C) 36,8 (afebris) 36 36,9 36 36 – 37

Nadi (x/menit) 92 76 84 104 60 – 100TD (mmHg) 110/80 160/90 140/90 180/100 120/80

WBC 6,5 8,5 9,7 9,4 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 4,4 5,8 7,6 8,2 2,0 – 7,5 (103/L)Hb 13,6 13,0 13,9 11,6 14 – 18 (g/dL)

Penatalaksanaan :Tanggal (November 2007)Nama Obat

15 16 17 18 19 20 21 22 23Diet TKTP RG O2 (3 Lpm) Inf. NaCl 0,9 % (20 tpm) Inf. D5% Roborantia (1 x 1) Inj. Seftriakson (1 g/12jam) Noperten 10 mg (1-0-0)

(0-1-0)

Adalat 30 g (0-0-1) Hidroklortiazid 12,5 g (1-0-0) Paxus 265 mg Carboplatin 345 mg

Assessment :Penggunaan antibiotika seftriakson kurang tepat karena suhu normal dan hasil laboratorium awalbelum terjadi kenaikan netrofil, meskipun kemudian terjadi kenaikan netrofil.DTPs : terapi tidak perlu

Rekomendasi :Sebaiknya terus dilakukan monitoring data laboratorium dan tanda-tanda infeksi. Bila kemudianmuncul tanda-tanda infeksi, antibiotika dapat diberikan.

Page 82: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

59

Tabel XVII. Kasus 4 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Periode 2006-2008

No. RM : 01.21.47.84 (13/07/06 – 21/07/06)Subyektif :Wanita 39 tahun, BB : 39 kg, TB : 140 cm.DU : NSCLC (Non Small Cell Lung Cancer)KU : sedang, sadar, gizi cukupPasien adalah penderita NSCLC tegak sejak Maret 2006. NSCLC jenis bronkoalveolar. Pasien telahmenjalani kemoterapi 3 kali dengan regimen Paxus 240 mg (hari I) dan Carboplatin (hari I-V),karena alergi regimen SS III diganti dengan cyclofosfamid, doxorubicin dan carboplatin. Keluhanpost SS III mual (+), muntah (+), rambut rontokHMRS pasien merasa lemas (+), mual (-), bercak merah di muka (+), panas, nyeri, gatal (+), demam(-), batuk (+), dahak (+) agak kuning.

Obyektif :Tanggal (Juli 2006)Pemeriksaan

Laboratorium 12 13 21Nilai Normal

Suhu (C) - 36,6 (afebris) afebris 36 – 37

Nadi (x/menit) - 88 96 60 – 100WBC 1,8 1,9 5,5 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 35,8 35,3 55,3 43 – 65 (%)

Hb 12,2 8,2 12,2 12 – 16 (g/dL)

Penatalaksanaan :Tanggal (Juli 2006)Nama Obat

13 14 15 16 17 18 19 20 21Diet TKTP Inf. NaCl 0,9 % Roborantia (1 x 1) Transfusi PRC (1 kolf/12jam)

Cyclofosfamid 1000 mg Carboplatin 300 mg Sucralfat (3 x 1) Inj. Radin (1A/12 jam) Inj. Leukokine Siprofloksasin 2 x 500 mg Inj.Doxorubicin 80 mg dosistunggal i.v

Assessment :Penggunaan antibiotika telah tepat sebagai profilaksis. Risiko efek samping dari siprofloksasinberupa rasa tidak enak pada saluran cerna, mual dan muntah, telah diantisipasi dengan pemberiansukralfat sebagai antitukak.DTP : -Rekomendasi :Sebaiknya tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala sebagai penunjang penetapankeputusan selama proses terapi selanjutnya.

Page 83: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

60

Tabel XVIII. Kasus 5 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

No. RM : 01.22.10.91 (21/02/06 – 27/02/06)Subyektif :Laki-laki 48 tahun, BB : 42 kg, TB : 162 cm.DU : post SS II pada adenocarcinoma paruKU : baik, sadar, gizi kurangPasien adalah penderita adenocarcinoma paru tegak sejak Januari 2006, sel ganas (+), riwayatmerokok (+).Enam BSMRS pasien mengeluh batuk darah (+), sesak (+), demam (-). 2BSMRS pasien berobat keRS dilakukan pelacakan dan disarankan kemoterapi. Keluhan post kemoterapi mual (+), sesak (-).HMRS pasien mengeluh batuk (+), sesak (+), nyeri dada (+).Obyektif :

Tanggal (Februari 2006)PemeriksaanLaboratorium 21 23 25

Nilai Normal

Suhu (C) 36 afebris afebris 36 – 37

Nadi (x/menit) 78 80 80 60 – 100WBC 3,03 3,58 4,08 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 1,51 1,75 3,22 2,0 – 7,5 (103/L)Hb 12,2 11,5 11,5 14 – 18 (g/dL)

Penatalaksanaan :Tanggal (Februari 2006)Nama Obat

21 22 23 24 25 26 27Diet TKTP Inf. NaCl 0,9 % (20 tpm) Inf. D5% Roborantia (1 x 1) Neurodex (1 x 1) Tramadol K/P (2 x 1) Inf. Siprofloksasin (200mg/12jam)

BRM (2 x 1) Inj. Primperan (1A/8jam) Paxus 251 mg Carboplatin 400 mg

Assessment :Penggunaan antibiotika siprofloksasin telah tepat bila digunakan sebagi profilaksis, dimana terjadileukositopenia dan netropenia yang potensial terjadi infeksi.DTP : -

Rekomendasi :Sebaiknya tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala sebagai penunjang penetapankeputusan selama proses terapi selanjutnya.

Page 84: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

61

Tabel XIX. Kasus 6 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

No. RM : 01.22.10.91 (06/04/06 – 13/04/06)Subyektif :Laki-laki 48 tahun, BB : 42 kg, TB : 162 cm.DU : kemoterapi IV pada adenocarcinoma paruKU : sedang, sadar, gizi kurangPasien adalah penderita adenocarcinoma paru tegak sejak Januari 2006. pasien telah menjalanikemoterapi sebanyak 3 kali. Keluhan post SS mual (+), muntah (+), rambut rontok (+), dada masihterasa sakit, sesak berkurang , riwayat merokok (+).HMRS pasien mondok pro SS IV dengan TD : 100/70, N : 80, RR : 20, T : 36C.

Obyektif :Tanggal (April 2006) Nilai NormalPemeriksaan

Laboratorium 7 11 13

Suhu (C) 36 36 36 36 – 37

Nadi (x/menit) 80 92 92 60 – 100WBC 3,3 5,2 4,6 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 1,5 4,4 4,0 2,0 – 7,5 (103/L)Hb 9,9 10,3 9,9 14 – 18 (g/dL)

Penatalaksanaan :Tanggal (April 2006)Nama Obat

6 7 8 9 10 11 12 13Diet TKTP Inf. D5% Inf. NaCl 0,9 % (20 tpm) Roborantia (1 x 1) Tramadol tab (2 x 1) Grahabion (1 x 1) Siprofloksasin tab (2 x 500 mg) Paxus 240 mg Carboplatin 400 mg

Assessment :Penggunaan antibiotika siprofloksasin telah tepat sebagai profilaksis, sesuai hasil laboratorium awalyang menunjukkan leukopenia dan netropenia, tetapi siprofloksasin juga berpotensi menimbulkanefek samping berupa rasa tidak enak pada saluran cerna, mual dan muntah, mengingat riwayatpasien pernah mengalami mual dan muntah setelah kemoterapi sehingga ini dapat menjadi ADR.DTP : indikasi ADRRekomendasi :Sebaiknya perlu diberilan antiemetik untuk mengatasi indikasi ADR seperti metoklopramide10mg/2ml karena akan lebih efektif untuk pasien dengan keluhan mual dan muntah.

Page 85: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

62

Tabel XX. Kasus 7 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

No. RM : 01.23.09.94 (10/03/06 – 03/04/06)Subyektif :Laki-laki 71 tahun, BB : 36 kg, TB : 148 cm.DU : kemostatika I pada NSCLCKU : sedang, sadar, gizi kurangPasien adalah penderita NSCLC, merokok (+) + 50 tahun.Satu TSMRS pasien mengeluh batuk tak sembuh-sembuh dengan dahak putih, darah (-), sesak (-),demam (-), nyeri dada (-). 2BSMRS pasien mengeluh batuk berdarah dengan dahak putih kental,sesak (+), demam (-), nyeri dada (-). 3 bulan terakhir BB .HMRS pasien merasa keluhan tetap, mondok untuk penatalaksanaan lebih lanjut.

Obyektif :Tanggal (Maret 2006) Nilai NormalPemeriksaan

Laboratorium 10 23 28

Suhu (C) 37 (afebris) 37 37 36 – 37

Nadi (x/menit) 110 80 80 60 – 100WBC 6,1 5,4 6,4 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 4,3 4,2 4,1 2,0 – 7,5 (103/L)Hb 13,4 12,0 12,7 14 – 18 (g/dL)

Penatalaksanaan :Nama Obat Tanggal Pemberian (Maret – April 2006)

Diet TKTP 10/03/06 – 20/03/06, 25/03/06 – 03/04/06Inf. NaCl 0,9 % (20 tpm) 10/03/06 – 13/03/06, 29/03/06 – 01/04/06Roborantia (1 x 1) 10/03/06 – 23/03/06, 29/03/06 – 01/04/06Nebulizer (Atrovent 200 dan Pulmicort 2cc/2jam)

10/03/06 – 03/04/06

Griseofulvin (1 x 500 mg) 10/03/06Inj. Seftriakson (1 g /12jam) 10/03/06 – 25/03/06Inj. Ranitidin (1 A/12jam) 10/03/06Allopurinol (1 x 300 mg) 29/03/06 – 01/04/06Fluimucyl syr (3 x C I) 01/04/06Durolane 25/03/06Etopuside 150 mg 25/03/06Carboplatin 350 mg 25/03/06

Assessment :Penggunaan antibiotika seftriakson tidak tepat, karena suhu normal dan hasil laboratorium tidakmenunjukkan tanda-tanda adanya potensi infeksi.DTP : terapi tidak perluRekomendasi :Sebaiknya antibiotika seftriakson tidak diberikan karena hasil laboratorium tidak menunjukkanadanya tanda-tanda infeksi atau potensial infeksi. Bila kemudian muncul tanda-tanda infeksi,antibiotika dapat diberikan.

Page 86: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

63

Tabel XXI. Kasus 8 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

No. RM : 01.24.27.01 (10/07/06 – 24/07/06)Subyektif :Wanita 50 tahun, BB : 58 kg, TB : 155 cm.DU : post kemoterapi II pada adenocarcinomaKU : lemah, sadar, gizi baikPasien adalah penderita adenocarcinoma paru tegak sejak tahun 2006.Satu BSMRS pasien dirawat karena adenocarcinoma paru susp metastase hepar pro perbaikan KU.Selama dirawat pasien menjalani kemoterapi 1 kali. HMRS pasien mengeluh sesak nafas (+), batuk(+), dahak dan darah (-), demam (-). Dilakukan punksi pleura 1000 cc warna semihemoragik.

Obyektif :Tanggal (Juli 2006)Pemeriksaan

Laboratorium 10 14 16 19Nilai Normal

Suhu (C) 36 36,5 36,6 36 36 – 37

Nadi (x/menit) 96 68 76 88 60 – 100WBC 5,6 9,8 11,0 21,3 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 2,7 7,4 - - 2,0 – 7,5 %Hb 10,8 9,7 10,6 11,3 12 – 16 g/dL

Penatalaksanaan :Tanggal (Juli 2006)Nama Obat

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Inf. NaCl 0,9% (20 tpm)

Diet TKTP

O2 (3Lpm)

Roborantia (1 x 1)

Inj.Seftriakson (1 g /12jam)

Grahabion (1 x 1)

Fliumucyl syr (3 x I cth)

Parasetamol (3 x 500 mg)

Nicox (1 x 1)

Nimesulide (1 x 1)

Taxol 316 mg

Carboplatin 575 mg

Assessment :Pemberian antibiotika seftriakson sudah tepat, diduga sebagai penatalaksanaan setelah pasienmenjalani punksi pleura yang berpotensi terjadi infeksi.DTP : -Rekomendasi :Sebaiknya masih diperlukan pemeriksaan laboratorium secara berkala sehingga ada data yangmendukung kondisi pasien dinyatakan membaik.

Page 87: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

64

Tabel XXII. Kasus 9 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

No. RM : 01.25.06.73 (21/07/06 –18/08/06)Subyektif :Laki-laki 61 tahun, BB : 48 kg, TB : 164 cm.DU : LCLC (Large Cell Lung Carcinoma) dextra post SS IDL : kemoroid internaKU : sedang, sadar, gizi kurangPasien adalah penderita Ca paru tegak, massa paru sel ganas (+). Riwayat merokok > 30 tahun, 2bungkus/hari. Satu setengah BSMRS pasien mengeluh sering batuk, dahak (+) warna putih kentalsusah keluar, bila batuk kadang disertai sesak nafas. Satu BSMRS keluhan menetap nyeri dada dibagian kanan, demam (-), BAB/BAK dbn, nafsu makan biasa, terasa pegal-pegal di ekstremitasterutama bawah.HMRS dilakukan pemeriksaan AJH dan disarankan mondok untuk penatalaksanaan lebih lanjut.RPD : DM (+), ayah pasien mengalami gangguan paru-paruObyektif :

Tanggal (Juli – Agustus 2006)PemeriksaanLaboratoriu

m21/07 22/07 28/07 04/08 07/08 16/08

Nilai Normal

Suhu (C) 38,2(febris) afebris 37,4 afebris afebris afebris 36 – 37

Nadi(x/menit)

96 90 100 98 90 82 60 – 100

WBC 13,2 13,0 11,5 13,0 12,2 13,2 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 9,7 11,1 9,1 10,0 9,3 11,5 2,0 – 7,5 (103/L)

Hb 8,1 7,6 8,7 10,1 8,7 8,4 13 – 18 (g/dL)

Penatalaksanaan :Nama Obat Tanggal Pemberian (Juli – Agustus 2006)

Diet TKTP + EPT 21/07/06 – 18/08/06MST (2 x 10 mg) 21/07/06 – 29/07/06Roborantia (1 x 1) 21/07/06 – 18/08/06Transfusi PRC s/d Hb > 10 (1kolf)

24/07/06

Inj. Kalnex (1 A/8jam) 25/07/06, 01/08/06 – 08/08/06Kalnex (3 x 1 tab) 27/07/06Inj. Ranitidin (1 A/12jam) 30/07/06 – 18/08/06Paracetamol (3 x 1) 31/07/06, 15/08/06 – 18/08/06Inj. Dycinon (1 A) 21/078/06 – 02/08/06Inj. Seftriakson (1 A/12jam) 03/08/06 – 08/08/06Codein (3 x 1) 01/08/06 – 18/08/06Anusol (2 x 1 supp) 02/08/06Laxadial syr (2 x 1 cth) 02/08/06Paxus (125 mg/m2) 03/08/06Carboplatin (5 AUC) 03/08/06Laxadin (3 x 1) 09/08/06 – 16/08/06

Assessment :Penggunaan antibiotika seftriakson sudah tepat sebagai antibiotik kuratif, namun masih perludiberikan terapi karena dari hasil laboratorium selanjutnya masih menunjukkan leukositosis.DTP : perlu terapi tambahanRekomendasi :

Sebaiknya penggunaan seftriakson dilanjutkan sampai tanda-tanda infeksi tidak muncul lagi.

Page 88: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

65

Tabel XXIII. Kasus 10 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

No. RM : 01.25.06.73 (27/10/06 –02/11/06)Subyektif :Laki-laki 61 tahun, BB : 48 kg, TB : 164 cm.DU : post SS III pada LCLCDL : poli neurupathy post kemoterapiKU : sedang, sadar, gizi cukupPasien adalah penderita large cell Ca paru tegak sejak tahun 2006. pasien telah menjalanikemoterapi 3 kali.HMRS pasien rencana kemoterapi IVRPD : DM (+)Obyektif :

Tanggal (Oktober – November 2006)PemeriksaanLaboratorium 27/10

Nilai Normal

Suhu (C) 36 (afebris) 36 – 37

Nadi (x/menit) 88 60 – 100WBC 9,8 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 52,7 43,0 – 65,0 (%)Hb 12,2 14 – 18 (g/dL)

Penatalaksanaan :Tanggal (Oktober – November 2006)Nama Obat

27 28 29 30 31 01 02Inf. NaCl 0,9% (20 tpm) Diet TKTP Roborantia (1 x 1) Siprofloksasin (2 x 500 mg) CTM (3 x ½) OBH syr (3 x 1) Alprazolam (1 x 0,25 mg atau ½tab)

Kalmeco (2 x 500 mg) Paxus 187,5 mg Carboplatin 410 mg

Assessment :Penggunaan antibiotika siprofloksasin talah tepat diduga sebagai antibiotika profilaksis terhadapkemoterapi yang akan dilakukan.DTP : -Rekomendasi :Sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala sebagai penunjang penetapankeputusan selama proses terapi.

Page 89: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

66

Tabel XXIV. Kasus 11 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

No. RM : 01.26.63.66 (07/05/07 – 26/05/07)Subyektif :Wanita 54 tahun, TB : 148 cm.DU : post perbaikan KU adenocarcinoma paru St.IVDL : hipertensi st.IIKU : sedang, sadar, gizi kurangPasien adalah penderita adenocarcinoma pulmonum tegak. Pasien telah menjalani kemoterapi 6kali. Keluhan post kemoterapi mual (+), muntah (-), rambut rontok (+), demam (-). Tujuh HSMRSpasien mengeluh perut kanan atas dan dada kanan terasa sakit yang menembus sampai belakang,sesak nafas (+), demam (+), batuk (-), BAB/BAK dbn, nafsu makan .HMRS pasien disarankan mondok untuk perbaikan KU dan evaluasi tumornya.

Obyektif :Tanggal (Mei 2007)Pemeriksaan

Laboratorium 07/05 12/05 24/05Nilai Normal

Suhu (C) 38,2 (febris) afebris afebris 36 – 37

Nadi (x/menit) 96 90 82 60 – 100WBC 10,0 5,4 6,2 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 8,3 9,3 5,1 2,0 – 7,5 (103/L)Hb 12,0 10,2 10,4 12 – 16 (g/dL)

Penatalaksanaan :Nama Obat Tanggal Pemberian (Mei 2007)

Diet TKTP + EPT 07/05/07 – 26/05/07Inf. KaEn Mg 3 + celemin (20 tpm) 07/05/07 – 26/05/07Roborantia (1 x 1) 21/07/06 – 18/08/06

Noperten (1 x 500 g) 07/05/07 – 25/05/07

Coditam (3 x 500 mg) 07/05/07 – 21/05/07Corsel (1 x 1) 07/05/07 – 25/05/07BRM (1 x 1) 07/05/07 – 25/05/07Vometa (3 x 1 tab) 07/05/07 – 23/05/07Tramadol (3 x 500 mg)Tramadol (2 x 500 mg)Tramadol (1 A)

11/05/07 – 12/05/0726/05/0713/05/07

Antacid syr (3 x C I) 11/05/07 – 24/05/07Comsporin (2 x 100 mg) 15/05/07 – 22/05/07Inj. Ketorolax (1A/12jam) 16/05/07 – 26/05/07Codipront (2 x cth II) 26/05/07Inpepsa (3 x C I ) 26/05/07Polycrol (3 x I) 26/05/07Doncera (3 x I) 26/05/07

Assessment :Penggunaan antibiotika comsporin (sefiksim) talah tepat. Diketahui keluhan post kemoterapi berupademam dan didukung dengan hasil laboratorium yang menunjukkan terjadinya kenaikan netrofilmengindikasikan terjadi infeksi.DTP : -Rekomendasi :Terus dilakukan monitoring kondisi pasien dan sebaiknya perlu diperhatikan masalah penurunanHb dan penatalaksanaannya.

Page 90: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

67

Tabel XXV. Kasus 12 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

No. RM : 01.27.79.50 (02/08/08 – 09/08/08)Subyektif :Laki-laki 58 tahun, BB : 52 kg, TB : 162 cm.DU : NSCLC post kemoterapiDL : DM2

KU : sedang, sadar, gizi kesan kurangPasien adalah penderita Ca paru tegak post SS. Sebelumnya pasien telah menjalani kemoterapi 10kali.Tiga HSMRS pasien merasakan batuk (+), dahak bercampur darah (+), warna merah menghitam(+), mual, muntah (-), demam (-), sesak nafas (-), BAB/BAK t.a.k.HMRS pasien kontrol dengan keluhan batuk (+), dahak bercampur darah (+), badan lemas.RPD : DM sejak tahun 2006 dengan terapi metformin dan glimepyrideObyektif :

Tanggal (Agustus 2008)PemeriksaanLaboratorium 02

Nilai Normal

Suhu (C) 37 36 – 37

Nadi (x/menit) 88 60 – 100WBC 7,8 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 5,4 2,0 – 7,5 (103/L)Hb 10,1 14 – 18 (g/dL)

Alb 2,2 3,5 – 5,0

Penatalaksanaan :Tanggal (Agustus 2008)Nama Obat

02 03 04 05 06 07 08 09Inf. NaCl 0,9% : Aminovel 1:1 (20tpm)

Diet TKTP / DM 1900 kal Metformin 500 (3 x 1) Glymepiride (1 x 1) Codein (2 x 10 mg) Codein (3 x 10 mg) Transfusi Albumin Co Amoxiclav (3 x 500 mg) Codipront syr (3 x CI) Kapsul garam (3 x 500 mg) Gludepatic 500 (3 x 1) ND (2 x 1) Biobras 250 (1 x 1) Dexametason (2 Amp) Inj. Taxotene 112,5 (75 mg/m2)

Assessment :Penggunaan antibiotika Co amoksiklav dapat dikatakan telah tepat, karena diketahui adanya batukyang bercampur darah yang menunjukkan adanya risiko terjadinya infeksi yang membutuhkanantibiotik meskipun hasil laboratorium belum menunjukkan tanda-tanda infeksi.DTP : -Rekomendasi :Sebaiknya tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala sebagai penunjang penetapankeputusan selama proses terapi selanjutnya.

Page 91: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

68

Tabel XXVI. Kasus 13 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

No. RM : 01.27.95.17 (27/01/07 –12/02/07)Subyektif :Laki-laki 80 tahun, BB : 56 kg, TB : 180 cm.DU : adenocarcinoma sinistra post SS IKU : sadar, gizi kurangPasien adalah penderita sesak nafas sejak 6 bulan yang lalu, nafsu makan/minum , mual (+),muntah(-), BAB/BAK dbn. Riwayat merokok > 20 tahun, 1 bungkus/hari.Dua BSMRS keeluhan sesak bertambah, demam (-), batu, darah, dahak (-).Tiga HSMRS pasien mengeluh sesak nafas bertambah.HMRS pasien sesak nafas, mual (+), muntah (+),nafsu makan/minum .Obyektif :

Tanggal (Januari – Februari2007)

PemeriksaanLaboratorium

27/01 10/02

Nilai Normal

Suhu (C) 37 36,8 36 – 37

Nadi (x/menit) 80 84 60 – 100WBC 6,2 16,8 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 78,3

15,5 43,0 – 65,0 (%)

2,0 – 7,5 (103/L)Hb 12,1 12,2 14 – 18 (g/dL)

Penatalaksanaan :Nama Obat Tanggal Pemberian (Januari – Februari

2007)Diet TKTP 27/01/07 – 31/01/07 dan 12/02/07Inf. D5% 27/01/07 – 28/01/07Inj. Roborantia (1 x 1 Amp) 27/01/07 – 02/02/07Grahabion (1 x 1) 307/01/07 – 12/02/07O2 (2 – 3 L/menit) 30/01/07 – 10/02/07Inf. R/L KAEN (20 tpm) 30/01/07 – 09/02/07Produk WSD pada Inf. R/L (700 cc/24jam)Produk WSD pada Inf. R/L (30 cc/24jam)Produk WSD pada Inf. R/L (350 cc/24jam)

30/01/07 – 03/02/0707/02/07 – 08/02/07

09/02/07Inj. Ketorolak (1 A/8jam) 31/01/07 – 10/02/07Inj. Seftriakson (1 g/12jam) 01/02/07 – 06/02/07Inj. Remopein (3 x 1 Amp) 01/02/07 – 03/02/07Dexametason 20 mg (malam dan pagi) 08/02/07New Diatabs (3 x II) 09/02/07 – 10/02/07Codein (3 x 10 mg) 12/02/07

Assessment :Penggunaan antibiotika seftriakson sudah tepat sebagai antibiotika kuratif dengan terjadinyaleukositosis dan kenaikan netrofil. Pemberian seftriakson berpotensi menimbulkan efek sampingberupa rasa tidak enak pada saluran cerna, mual dan muntah, mengingat riwayat pasien pernahmengalami mual dan muntah setelah kemoterapi sehingga ini dapat menjadi ADRDTP : indikasi ADRRekomendasi :Perlu diberilan antiemetik untuk mengatasi indikasi ADR seperti metoklopramide 10mg/2ml karenaakan lebih efektif untuk pasien dengan keluhan mual dan muntah.

Page 92: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

69

Tabel XXVII. Kasus 14 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker ParuYang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008No. RM : 01.29.88.94 (31/05/07 – 25/06/07)

Subyektif :Laki-laki 60 tahun, BB : 45 kg, TB : 158 cm.DU : SCLC post sitostatika IKU : tampak sesak, sadar, gizi kurangPasien adalah penderita small cell lung carcinoma. Pasien mengeluh sesak nafas, BB bertambah 3 kgdalam sebulan. Lima BSMRS pasien mengeluh batuk (+), disertai darah(+), sesak nafas (-), demam (-),keringat malam (+). Tiga HSMRS pasien mengeluh sesak nafas (+), kaki bengkak, batuk (+), dahakwarna keputihan, demam (+), ada cairan di paru-paru, dilakukan punksi pleura + 500 cc.HMRS pasien disarankan mondok karena keluhan menetap, TD : 110/80 mmHg.Obyektif :

Tanggal (Mei – Juni 2007)PemeriksaanLab 05/06 09/06 11/06 21/06 25/06

Nilai Normal

Suhu (C) 36,7 (afebris) afebris afebris Afebris 36,5 36 – 37

Nadi(x/menit)

108 100 100 76 86 60 – 100

WBC 10,5 11,0 10,0 4,6 13,2 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 8,3 8,2 8,3 2,4 12,1 2,0 – 7,5 (103/L)Hb 13,2 13,1 13,5 9,3 13,7 13 – 18 (g/dL)

Penatalaksanaan :Nama Obat Tanggal Pemberian (Mei – Juni 2007)

O2 (3 Lpm) 31/05/07 – 22/06/07Inf.D5% (20 tpm) 31/05/07 – 06/06/07Diet TKTP 31/05/07, 05/06/07, 07/06/07 – 16/06/07Inj. Lasix (1 A/12jam) 31/05/07 – 25/06/07Inj. Seftriakson (1 g/12jam) 31/05/07 – 05/06/07Azitromisin (1 x 500 mg) 31/05/07 – 03/05/07Digoxin (1 x 1) 31/05/07 – 14/06/07KSR (1 x 1) 31/05/07 – 18/06/07Inj. Remopain 3% (3 x 1A) 31/05/07 – 18/06/07Inj. Sefepim (1 g/8jam) 06/06/07 – 12/06/07Spironolaktone (1 x 25 mg) 06/06/07, 09/06/07 – 22/06/07Captopril 31/05/07Inj. Sefotaksim (1 g/8jam) 13/06/07 – 25/06/07Inf. D5% 16/06/07 – 22/06/07Kapsul garam (3 x 500) 18/06/07 – 25/06/07Alopurinol (2 x 100 g) 22/06/07Dexametason 1g/8jam 20/06/07 – 25/06/07Paxus (175 mg/m2) 21/06/07Carboplatin (3 x I) 21/06/07

Assessment :Pemberian antibiotika seftriakson dan azitromisin diduga sebagai penatalaksanaan setelah pasienmenjalani punksi pleura yang berpotensi terjadi infeksi, namun sebaiknya hanya dipilih salah satu saja.Pemberian sefotaksim digunakan sebagai antibiotika kuratif sebelum dilakukan kemoterapi didukungdengan hasil laboratorium yang menunjukkan leukositosis dan kenaikan netrofil.DTP : terapi tidak tepatRekomendasi :Sebaiknya hanya diberikan antibiotika azitromisin yang merupakan terapi tunggal dan lebih aktif padainfeksi saluran nafas yang diduga terjadi karena punksi pleura.

Page 93: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

70

Tabel XXVIII. Kasus 15 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker ParuYang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008No. RM : 01.30.96.22 (08/08/07 – 05/09/07)

Subyektif :Laki-laki 50 tahun, BB : 41 kg, TB : 165 cm.DU : adenocarcinoma paruKU : sedang, sadar, gizi cukupDua BSMRS pasien mengeluh sesak nafas, sesak dirasakan makin lama makin memberat, batuk (+),dahak (-).Satu BSMRS keluhan sesak dan batuk tidak berkurang, cek dahak dan dilakukan USG dikatakantumor paru.HMRS pasien mengeluh sesak nafas (+),batuk (+) , dahak (+),warna kuning kecoklatan, demam (-),nafsu makan , BB + 15 kg dalam 2 bulan terakhir, BAB/BAK t.a.k. Riwayat merokok + 20 tahun, 1bungkus/hari.Obyektif :

Tanggal (Agustus – September 2007)PemeriksaanLab 08/08 09/08 23/08 03/09 05/09

Nilai Normal

Suhu (C) 37,5 (afebris) 36 afebris 36 afebris 36 – 37

Nadi(x/menit)

116 114 110 116 112 60 – 100

WBC 10,3 7,6 11,7 8,6 9,4 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 7,9 5,8 9,4 7,7 7,8 2,0 – 7,5 (103/L)Hb 10,8 11,2 10,4 9,1 10,6 14 – 18 (g/dL)

Penatalaksanaan :Nama Obat Tanggal Pemberian (Agustus – September

2007)Diet TKTP 08/08/07 – 31/08/07Inf.D5% (20 tpm) 08/08/07 – 09/08/07O2 (3 Lpm) 08/08/07 – 09/08/07Grahabion (1 x 1) 08/08/07 – 09/08/07Codein (3 x 10 mg) 08/08/07 – 05/09/07Alopurinol (1 x 300 mg) 10/08/07 – 14/08/07Roborantia (1 x 1) 10/08/07 – 14/08/07Inf. NaCl 0,9% (20 tpm) 10/08/07 – 15/08/07Ambroxol (1 x 300 mg) 15/08/07 – 05/09/07Cyclofosfamid (550 mg/m2) 30/08/07Adriamisin (55 mg/m2) 30/08/07Cisplatin (55 mg/m2) 30/08/07Inj. Seftazidim (1 g/12jam) 30/08/07 – 05/09/07Etoposide (130 mg) 30/08/07 – 01/09/07

Assessment :Penggunaan seftazidim diduga sebagai terapi post kemoterapi dan terapi antibiotika kuratif padaleukositosis dan kenaikan netrofil telah tepat.DTP : -Rekomendasi :Sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium setelah pasien selesai rawat inap, karena hasillaboratorium pasien pada hari terakhir dirawat masih menunjukkan kanaikan netrofil.

Page 94: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

71

Tabel XXIX. Kasus 16 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008No. RM : 01.31.53.39 (18/09/07 – 09/10/07 )

Subyektif :Laki-laki 67 tahun, BB : 51 kg, TB : 162 cm.DU : squamous cell Ca paruKU : sedang, sadar, gizi kurangPasien dengan obstruksi massa mediastinum.Tiga BSMRS pasien mengeluh sesak nafas, batuk (+), dahak (+), demam (-), nafsu makan dan minum.Dua BSMRS keluhan sesak memberat (+), batuk (+), dahak (-).Tiga MSMRS keluhan sesak membuat batuk (+), wajah dan leher membengkak.HMRS pasien mengeluh sesak nafas (+), lebih enak duduk daripada tidur terlentang, batuk (+), dahak(-), wajah dan leher membengkak (+), BB + 14 kg dalam 1 bulan. Riwayat merokok > 40 tahun, 2bungkus/hari.Obyektif :

Tanggal (September – Oktober 2007)PemeriksaanLab 18/09 25/09 02/10 03/10 09/10

Nilai Normal

Suhu (C) 36,5 (afebris) afebris afebris 36,2 36 36 – 37

Nadi (x/menit) 112 92 88 88 88 60 – 100WBC 10,9 13,1 19,4 20,0 14,0 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 9,0 11,5 18,3 18,3 13,1 2,0 – 7,5(103/L)Hb 114,5 13,4 14,7 14,8 14,5 14 – 18 (g/dL)

Penatalaksanaan :Nama Obat Tanggal Pemberian (September – Oktober 2007)

Diet TKTPDiet TKTP + EPT

18/09/07 – 21/09/0721/09/07 – 09/10/07

Inf.D5% (20 tpm) 18/09/07 – 22/09/07O2 (8 Lpm)O2 (3 Lpm)

18/09/07 – 21/09/0722/09/07 – 09/10/07

Inj. Seftriakson (1 g/12jam) 18/09/07 – 29/09/07, 04/10/07 – 08/10/07Valsartan 1000 mg 19/09/07Roborantia (1 x 1) 19/09/07Analgetika (k/p) 19/09/07Vectin (2 x 1) 19/09/07 – 07/10/07Neurodex (1 x 1) 20/09/07 – 09/10/07Dexametason (2 A/8jam)Dexametason (2 A/12jam)Dexametason (1 A/12jam)Dexametason (1 A/24jam)

20/09/07 – 30/09/0701/10/07 – 04/10/0705/09/07 – 08/10/07

09/10/07Atrovent (2 cc/8jam)Atrovent (2 cc/12jam)

23/09/07 – 04/10/0704/10/07 – 08/10/07

Pulmicort (2 cc/8jam)Pulmicort (2 cc/12jam)

23/09/07 – 04/10/0704/10/07 – 08/10/07

Assessment :Penggunaan seftriakson sudah tepat sebagai terapi antibiotika kuratif, namun pada hasil laboratoriumakhir masih menunjukkan terjadinya leukositosis dan kenaikan netrofil.DTP : perlu terapi tambahanRekomendasi :Sebaiknya antibiotika masih diberikan selama hasil laboratorium menunjukkan tanda-tanda berupaleukositosis dan kenaikan netrofil.

Page 95: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

72

Tabel XXX. Kasus 17 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008No. RM : 01.32.73.99 (02/03/08 – 31/03/08)

Subyektif :Laki-laki 67 tahun, BB : 51 kg, TB : 162 cm.DU : efusi pleura NSCLC post SS IDL : VCSS plurante radioterapi. Riwayat sepsis e.c. stafilococcusKU : sedang, sadar, gizi kesan kurangPasien adalah penderita efusi pleura sinistra e.c. susp NHL dan pernah dilakukan pelacakan dan biopsi.Memiliki riwayat mrokok. Satu BSMRS pasien mulai mengeluh sesak, batuk (+),dahak (-), demam (-),benjolan di leher (+), nafsu makan dan minum , BAN/BAK t.a.k. Satu MSMRS keluhan sesak (+),pasien dinyatakan ada tumor di dada.HMRS pasien mengeluh sesak nafas (+) bertambah, batuk (+) kadang-kadang, dahak (-), nafsu makandan minum . Dilakukan punksi pleura + 1000 cc warna kekuningan jernih.

Obyektif :Tanggal (Maret 2008)Pemeriksaan

Lab 05/03 14/03 17/03 25/03 27/03 30/03Nilai Normal

Suhu (C) 36,5(afebris

)

36,5 37 37 36,7 36,3 36 – 37

Nadi (x/menit) 96 80 84 96 99 86 60 – 100WBC 15,9 18,1 16,6 18,9 18,3 11,1 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil - 16,6 - 18,0 17,4 10,8 2,0 – 7,5(103/L)Hb 10,9 10,5 10,8 11,8 11,4 11,4 14 – 18 (g/dL)

Penatalaksanaan :Nama Obat Tanggal Pemberian (Maret 2008)

O2 (4 Lpm) 02/03/08 – 31/03/08Diet TKTP 02/03/08 – 31/03/08Inf.NaCl 0,9 % (20 tpm) 02/03/08 – 31/03/08Grahabion (1 x 1) 02/03/08 – 03/03/08Inj. Seftriakson (1 g/12jam) 02/03/08 – 11/03/08, 17/03/08 – 23/03/08Dexametason (2 A/8jam)Dexametason (1 A/8jam)Dexametason (1 A/12jam)Dexametason (1 A/24jam)

12/03/08 – 21/03/0811/03/0, 22/03/08 – 25/03/08

26/03/08 – 30/03/0831/03/08

Ambroxol (3 x C1) 13/03/08 – 31/03/08Inj. Seftazidim (1 g/8jam) 12/03/08 – 16/03/08, 29/03/08 – 31/03/08Inf. Siprofloksasin (200 mg/12jam) 24/03/08 – 28/03/08

Taxol (175 mg/m2) 26/03/08

Cisplatin (60 mg/m2) 26/03/08

Assessment :Pemberian antibiotika sudah tepat. Seftriakson dan seftazidim digunakan sebagai antibiotika kuratifpada leukositosis dan kenaikan netrofil Pemberian antibiotika siprofloksasin diduga sebagaipenatalaksanaan sebelum dan setelah pasien menjalani kemoterapi yang berpotensi terjadi infeksi.DTP : -Rekomendasi :Apabila masih terjadi leukositosis dan kenaikan netrofil, pada rawat jalan perlu diberikan terapiantibiotika oral seperti siprofloksasin 500 mg/12 jam.

Page 96: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

73

Tabel XXXI. Kasus 18 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

No. RM : 01.35.08.66 (25/06/08 – 12/07/08)Subyektif :Laki-laki 65 tahun, BB : 49 kg, TB : 170 cm.DU : pro SS II pada adenocarcinoma paruKU : sedang, sadar, gizi kesan kurangPasien adalah penderita adenocarcinoma paru tegak. Pasien pernah menjalani kemoterapi I. Selamaini telah dilakukan punksi cairan paru-paru kira-kira 7 kali.HMRS pasien rencana kemoterapi II dengan keluhan sesak (+), batuk (+), dahak (+) warna putih,batuk darah (+) kadang-kadang, mual (+), muntah (-), nafsu makan dan minum , BB . Riwayatmerokok (+).Obyektif :

Tanggal (Juni – Juli 2008)PemeriksaanLaboratorium 25/06 27/06 05/07 09/07 11/07

Nilai Normal

Suhu (C) 38,8 (febris) 37 36,5 36 36 36 – 37

Nadi (x/menit) 100 96 100 76 88 60 – 100WBC 13,2 - 5,1 8,1 5,1 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 10,2 - 3,3 5,2 3,6 2,0 – 7,5 (103/L)

Hb 12,2 - 10,0 11,6 11,4 14 – 18 (g/dL)

Alb 2,4 2,5 2,1 2,5 2,7 3,5 – 5,0 (g/dL)

Penatalaksanaan :Tanggal (Juni – Juli 2008)

Nama Obat25 26 27 28 29 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Diet TKTP + EPT Inf. NaCl 0,9 % (20 tpm) Inf. D5% : NaCl 0,9 % Inf. D5% : Aminovel (1:1) Sistenol (3 x 1) Transfusi Alb (k/p)Inj. Inj. Seftriakson (1 g/12jam) Inj. Seftazidim (1 g/8jam) O2 (3 Lpm) KSR (2 x 1) KCl powder (2 x 1) Inj. Ranitidin (1 A/12jam) Inj. Ketorolak (1A k/p) Metoklopramide (1 A/8jam) Radin (1 A/12jam) Cyclofosfamid (80 mg/m2) Cisplatin (80 mg/m2) Doxorubicin (600 mg/m2)

Assessment :Penggunaan antibiotika seftriakson di awal sudah tepat dan diduga sebagai antibiotika kuratif,namun kemudian diberikan seftazidim padahal suhu tubuh dan hasil laboratorium kedua tidakmenunjukkan tanda-tanda infeksi.DTP : terapi tidak perluRekomendasi :Sebaiknya terus dilakukan monitoring data laboratorium dan tanda-tanda infeksi.

Page 97: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

74

Tabel XXXII. Kasus 19 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker ParuYang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008No. RM : 01.35.39.94 (05/06/08 – 14/06/08)

Subyektif :Laki-laki 45 tahun, BB : 54 kg, TB : 165 cm.DU : massa mediastinum carcinoid anterior dextra dd SCLC.KU : sedang, sadar, gizi cukupTiga BSMRS pasien mengeluh sesak nafas yang tiba-tiba dada terasa berat untuk bernafas,terutama dada kanan. Nyeri (+), batuk (-), demam (-), mual/muntah (-), BAB/BAK dbn. Hasilpemeriksaan adanya cairan di paru-paru. Dilakukan punksi 2 kali, pertama + 2 L warna merahkehitaman kental, kedua + 1 L warna merah kehitaman, sesak .Satu setengah BSMRS pasien merasakan sesak lagi, hasil pemeriksaan terdapat cairan di parukanan. Dilakukan punksi + 1 L warna merah kehitaman kental.HMRS pasien mengeluh sesak (+), batuk (-), demam (-), mual/muntah (-), BB 4 kg selama 4 bulan.Riwayat merokok + 30 tahun 3 bungkus/hari.

Obyektif :Tanggal (Juni 2008)Pemeriksaan

Laboratorium 05/06 06/06Nilai Normal

Suhu (C) afebris afebris 36 – 37

Nadi (x/menit) 88 88 60 – 100WBC 19,8 7,2 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 67,7 66,3 43,0 – 65,0 (%)

Hb 13,8 14,4 14 – 18 (g/dL)

Penatalaksanaan :Tanggal (Juni 2008)

Nama Obat5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Diet TKTP Inf. NaCl 0,9 % (16 tpm) Grahabion (1 x 1) Inj. Amoksisilin (3 x 1000 mg) Neurodex (1 x 1) Curcuma (3 x 1)

Assessment :Penggunaan amoksisilin sudah tepat sebagai antibiotik kuratif, mengatasi leukositosis dan kenaikannetrofil yang memiliki potensi infeksi. Amoksisilin dapat berpotensi menimbulkan anemia, padakasus ini penanganannya sudah tepat dengan pemberian grahabion 1x1 tablet.DTP : -Rekomendasi :Sebaiknya terus dilakukan monitoring data laboratorium dan tanda-tanda infeksi. Bila kemudianmuncul tanda-tanda infeksi, antibiotika dapat diberikan.

Page 98: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

75

Tabel XXXIII. Kasus 20 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker ParuYang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008No. RM : 01.35.63.52 (01/07/08 – 10/07/08)

Subyektif :Wanita 59 tahun, BB : 86 kg, TB : 173 cm.DU : adenocarcinoma paruKU : baik, sadar, gizi kesan lebihPasien mulai merasakan batuk2 lama dahak (+), darah (-), kambuh-kambuhan (+), sesak (-), demam

(-), BAB/BAK t.a.k, makan/minum d.b.n, os periksa dan disarankan untuk Ro dada. Kemudianketahuan ada cairan di paru2 kiri, pasien disarankan ke RSS untuk pelacakan lebih lanjut.

RPK : riwayat suami perokok dan meninggal karena sakit paru-paru.

Obyektif :Tanggal (Juli 2008)Pemeriksaan

Laboratorium 01Nilai Normal

Suhu (C) 37 (afebris) 36 -37

Nadi (x/menit) 80 60 – 100WBC 10,2 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 7,0 2,0 – 7,5 (103/L)Hb 12,6 12 – 16 (g/dL)

Penatalaksanaan :Tanggal (Juli 2008)Nama Obat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Diet TKTP Inf. D5% Kodein (3 x 10 mg) Ambroxol (3 x 1) Neuradex (1 x 1) Kalnex (1A/8 jam) Ketorolax k/p Sefadroksil (2 x 500 mg)

Assessment :Penggunaan sefadroksil kurang tepat karena dari hasil laboratoium tidak ada kondisi klinis yangmenunjukkan infeksi.DTP : terapi tidak perlu

Rekomendasi :Sebaiknya pemberian sefadroksil dihentikan untuk menghindari ADR yang mungkin terjadi padapenggunaan jangka panjang.

Page 99: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

76

Tabel XXXIV. Kasus 21 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker ParuYang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008No. RM : 01.35.65.92 (19/07/08 – 29/07/08)

Subyektif :Laki-laki 51 tahun, BB : 50 kg, TB : 158 cm.DU : Non small cell lung carcinoma.KU : sedang, sadar, gizi cukupPasien adalah penderita non small cell lung carcinoma tegak, didapat sel ganas kesanadenocarcinoma. Pasien rencana kemoterapi ITiga BSMRS pasien batuk (+)kadang-kadang, dahak (-), sesak (-).Satu BSMRS pasien mengeluh batuk-batuk (+), sesak (-), demam (-),Enam HMRS pasien dilakukan AJH paru dan didapatkan sel ganas kesan adenocarcinoma.RPD : HT (+) 3 bulan yang lalu.

Obyektif :Tanggal (Juli 2008)Pemeriksaan

Laboratorium 19/07 23/07Nilai Normal

Suhu (C) 37 (afebris) 36 36 – 37

Nadi (x/menit) 96 80 60 – 100WBC 11,4 9,9 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 74,7

9,0 43,0 – 65,0 (%)

2,0 – 7,5 (103/L)Hb 14,7 14,0 14 – 18 (g/dL)

Penatalaksanaan :Tanggal (Juli 2008)

Nama Obat19 20 21 22 23 24

Diet TKTP Valsartan (1 x 80 mg) Inf. Levosin (Levofloksasin)500 mg/24jam (0-1-0)

Roboransia (1 x 1) Metoklopramide (1 A/8jam) Bacexel (120 mg) Carboplatin (450 mg)

Assessment :Penggunaan antibiotika levofloksasin sudah tepat, namun pemberian dapat dikatakan terlambatkarena dua hari sebelumnya hasil laboratoium menunjukkan leukositosis dan kenaikan netrofil.Selain itu durasi penggunaan levofloksasin kurang dari 7 hari.DTPs : perlu terapi tambahan dan dosis terlalu rendah

Rekomendasi :Sebaiknya perlu terapi diawal, setelah diketahui hasil laboratorium. Levofloksasin efektif dengandosis 500 mg tiap 24 jam selama 7-14 hari. Sebaiknya diberikan antibiotika sebagai terapi lanjutanrawat jalan seperti siprofloksasin 2 x 500 mg .

Page 100: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

77

Tabel XXXV. Kasus 22 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

No. RM : 01.35.68.08 (24/06/08 – 24/07/08)Subyektif :Wanita 45 tahun, BB : 45 kg, TB : 156 cm.DU : NSCLCDL : Obstruksi massa mediastinum, sirsosisKU : sedang, sadar, terjadi sesakSatu TSMRS pasien mengeluh sesak nafas, batuk (+), dahak sulit keluar. Periksa pasien didiagnosis TBC, danmendapat terapi OAT. 1,5 BSMRS pasien jatuh, lutut kiri bengkak, nyeri, Ro.thorax ada massa di paru.Sepuluh HSMRS pasien mengeluh sesak nafas kembali, pasien nyaman tidur bila miring ke kiri, kakibengkak(-), batuk (+), dahak (+) warna putih, sulit keluar, darah (-), mual (+), muntah (-), BB , BAB/BAKdbn.HSMRS pasien mengeluh sesak (+), batuk (+), dahak (-), mual/muntah (-), demam (-), BB .RPD : riwyat sakit kuning + 17 tahun yang lalu.Obyektif :

Tanggal (Juni - Juli 2008)PemeriksaanLab 24/06 01/07 05/07 10/07 12/07 15/07 16/07 22/07

Nilai Normal

Suhu (C) afeb afeb afeb afeb 36,7 afeb afeb afeb 36 – 37

Nadi (x/menit) 120 88 108 100 92 100 100 80 60 – 100WBC 9,5 9,8 9,7 8,3 12,4 11,2 12,2 8,0 4,8-10,8 (103/L)Netrofil - 7,8 7,3 6,8 9,9 9,0 9,8 6,6 2,0 – 7,5 (103/L)Hb 13,8 11,7 11,6 10,6 11,3 9,9 12,2 10,7 12,0 – 16,0

(g/dL)Alb - 2,8 2,8 2,7 2,2 2,6 - 2,0 3,5 – 5,0 (g/dL)

Penatalaksanaan :Nama Obat Tanggal Pemberian (Juni - Juli 2008)

Diet TKTP 24/06/08 – 24/07/08Inf. NaCl 0,9 % 24/06/08, 30/06/08 – 05/07/08Inf. D 5% (16 tpm) 25/06/08 – 29/06/08, 07/07/08 – 09/07/08O2 (3 Lpm)O2 (5 Lpm)

24/06/08 – 25/06/08, 09/07/08 – 11/07/08, 18/07/08 – 24/07/0812/06/08 – 17/07/08

Inj. Seftriakson (1g/12jam) 24/06/08 – 08/07/08Codein (2 x 10 mg) 26/06/08 – 11/07/08, 19/07/08Laxadin (3 x C I) 26/06/08 – 02/07/08, 09/07/08 – 11/07/08Drip Toradol (1 A/8jam) 30/06/08 – 09/07/08Na Diklofenak (2 x 25 mg) 04/07/08 – 23/07/08Tramadol (1 A/kp) 09/07/08New Diatab (3 x II tab) 07/07/08Kapsul garam 09/07/08 – 14/07/08KSR (1 x 1) 09/07/08 – 14/07/08Inj. Tutofuchsin 11/07/08 – 15/07/08Inj. Seftazidim (1 g/8jam) 15/07/08 – 23/07/08Impepsa (3 x C I) 15/07/08 – 23/07/08Inf. Albumin 15/07/08 – 16/07/08, 21/07/08Inj. Ranitidin (1 A/8jam) 19/07/08 – 23/07/08Frazon k/p 19/07/08 – 23/07/08Proten 21/07/08 – 23/07/08Paxus (175 mg/m2) 17/07/08Carboplatin (5 AUC) 17/07/08

Assessment :Penggunaan seftzidim sudah tepat, diduga sebagai penatalaksanaan sebelum dan setelah pasienmenjalani kemoterapi yang berpotensi terjadi infeksi. Sedangkan pemberian seftriakson didugauntuk menangani problem sirosis yang dialami pasien.DTP : -Rekomendasi : Sebaiknya terus dilakukan pemantauan sehubungan dengan problem yang terjadimengenai penurunan albumin.

Page 101: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

78

Tabel XXXVI. Kasus 23 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker ParuYang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008No. RM : 01.35.75.44 (08/07/08 – 16/07/08)

Subyektif :Laki-laki 61 tahun, BB : 62 kg, TB : 168 cm.DU : NSCLC post SS I.DL : efusi pleura dextra, HT state II dalam terapi, obstruksi hepatoslenomegali e.c susp metastaseKU : sedang, sadar, gizi kesan cukupSepuluh BSMRS pasien mulai mengeluh batuk dahak sulit keluar, sesak nafas (+) kadang-kadang.Empat BSMRS pasien kembali mengeluh batuk (+), dahak (+) warna putih, batuk darah (+) 1 kali,mual (+), muntah (-), nafsu makan/minum . Dua BSMRS pasien merasakan batuk , sesak bafas(+). Satu MSMRS keluhan batuk kembali muncul, dahak (+) putih, sesak nafas (+), mual (+),muntah (-), nafsu makan/minum , perut sebelah kanan atas semakin terasa ada benjolan yangmengeras, membesar (+). HMRS pasien periksa dengan keluhan menetap, dilakukan punksi efusi,keluar cairan kemerahan. BB 14 kg selama sakit. Riwayat merokok + 5 tahun 1-2 batang/hari(berhenti 5 tahun yang lalu), keluarga perokok.RPD : HT (+)Obyektif :

Tanggal (Juli 2008)PemeriksaanLaboratorium 08/07 12/07

Nilai Normal

Suhu (C) 36 (afebris) afebris 36 – 37

Nadi (x/menit) 84 88 60 – 100WBC 15,0 16,1 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 13,3 13,4 2,0 – 7,5 (103/L)Hb 12,8 13,3 14 – 18 (g/dL)

Penatalaksanaan :Tanggal (Juli 2008)

Nama Obat8 9 10 11 12 13 14 15 16

O2 (3 Lpm) Diet TKTP Inf. NaCl 3 % (8 tpm)Inf. NaCl 0,9 %

Inj. Seftriakson (1 g/12 jam) Fluimucyl (3 x CI)

Roborantia (1 x 1) Inj. Seftazidim (1 g/8jam) Kapsul garam (3 x 1) Inf. KaEn Mg 3 (Amipana : Aminofel 1:1) (20tpm) Inj. Ranitidin (1 A/12jam)

Inj. Ketorolak k/p Valsartan (1 x 80 mg) Codein (3 x 1) Paxus (130 mg) Carboplatin (550 mg)

Assessment :Penggunaan antibiotika seftriakson dan seftazidim sudah tepat sebagai antibiotika kuratif.DTP : -Rekomendasi :Sebaiknya terus dilakukan monitoring data laboratorium dan tanda-tanda infeksi untuk mengetahuiperkembangan pasien.

Page 102: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

79

Tabel XXXVII. Kasus 24 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker ParuYang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008No. RM : 01.35.81.74 (04/07/08 – 24/07/08)

Subyektif :Laki-laki 45 tahun, BB : 51 kg, TB : 162 cm.DU : NSCLCDL : obstruksi massa paru dekstra, metastase paru, sirosis dan Hipertensi stage IKU : sedang, sadar, gizi kesan kurangSatu BSMRS pasien mulai mengeluh batuk (+), dahak (+) warna putih kental, sesak nafas (-), demam (-),nafsu makan dan minum , hanya makan bubur. Tiga HSMRS pasien mengeluhkan batuk (+) bercampurdarah, pada saat pertama batuk + darah seperti muntah + ½ gelas (+), sesak nafas.HMRS pasien mengeluh batuk (+), dahak (+), darah (-), sesak nafas (+), BAB/BAK t.a.k. BB 5 kg dalamsebulan. Riwayat merokok sejak muda + 1 bungkus/hari.

Obyektif :Tanggal (Juli 2008)Pemeriksaan

Lab 04/07 11/07 21/07Nilai Normal

Suhu (C) 36,5 37 37 36 – 37

Nadi (x/menit) 80 84 96 60 – 100WBC 12,9 10,6 14,5 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 10,5 8,6 13,3 2,0 – 7,5 (103/L)Hb 9,7 9,8 11,4 14 – 18 (g/dL)

Penatalaksanaan :Nama Obat Tanggal Pemberian (Juli 2008)

O2 (3 Lpm) 04/07/08 – 24/07/08Diet TKTP 04/07/08 – 16/07/08Inf.D5 % (20 tpm) 04/07/08 – 08/07/08Inj. Seftriakson (1 g/12jam) 04/07/08 – 17/07/08Codein (2 x 10 mg) 04/07/08 – 08/07/08Ambroxol (3 x I) 07/07/08 – 24/07/08Azitromisin (1 x 500 mg) 08/07/08 – 11/07/08Inj. Kalnex (1 A/12jam) 10/07/08Inf. NaCl : D 5% (16 tpm) 14/07/08 – 15/07/08Dexamethason (2 A/18jam) 17/07/08 – 24/07/08

HCT (2 x 12,5 mg) 17/07/08 – 24/07/08

Inj. Ranitidin (1 A/12jam) 23/07/08 – 24/07/08

Inj. Metoclopramide (1 A/8jam) 23/07/08 – 24/07/08

Cyclofosfamid (400 mg/m2) 22/07/08

Adriamisin (40 mg/m2) 22/07/08

Cisplatin (80 mg/m2) 22/07/08

Assessment :Penggunaan antibiotika seftriakson sudah tepat, diduga sebagai penatalaksanaan sebelum pasienmenjalani kemoterapi yang berpotensi terjadi infeksi, (rencana awal kemoterapi tanggal 18/07/08).Sedangkan pemberian pemberian azitromisin yang diberikan ditengah terapi kurang tepat sebabseftriakson dianggap cukup untuk menghambat potensi infeksi karena memiliki spektrum terapi yangluas.DTP : terapi tidak tepatRekomendasi :Sebaiknya azitromisin tidak perlu diberikan sebagai terapi tambahan, karena azitromisin tidak efektifapabila tujuan pemberian sebagai terapi kombinasi.

Page 103: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

80

Tabel XXXVIII. Kasus 25 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker ParuYang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008No. RM : 01.36.66.26 (08/10/08 – 11/10/08)

Subyektif :Laki-laki 73 tahun, BB : 31 kg, TB : 165 cm.DU : NSCLCDL : suspect benigna prostat hiperplasi, sirs, ARDS, efusi pleura dekstraKU : lemah, tampak lesu, sadar, gizi kurang,Dua BSMRS pasien mengeluh sesak nafas (+), dikatakan terdapat tumor di dada.Sepuluh HSMRS pasien mengeluh sesak nafas menetap demam (-), batuk (+), dahak (-),nafsumakan/minum , BAB/BAK lancar.Dua HSMRS pasien mengeluh kembali sesak (+), nafsu makan/minum sangat , BAB/BAK sulit.HMRS keluhan menetap pasien tidak bisa BAK, perut amat nyeri, batuk (+), dahak (+). Memilikiriwayat merokok.Obyektif :

Tanggal (Oktober 2008)PemeriksaanLaboratorium 08/08

Nilai Normal

Suhu (C) afebris 36 – 37

Nadi (x/menit) 100 60 – 100WBC 5,7 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 89,3 43 – 65 (%)

Hb 12,0 14 – 18 (g/dL)

Bakteri (+)

Penatalaksanaan :Tanggal (Oktober

2008)Nama Obat8 9 10 11

O2 (3 Lpm) Inf. D 5% : aminovel (1:1) Ambroxol (3 x I) Nebulizer :

- Atroven ) 2 cc/8jam- Pulmicort ) 2 cc/8jam

Diet TKTP Hytrin (0-0-2) Inj. Seftriakson (1 g/12 jam)

Pasien meninggal dunia pada tanggal 11/10/08Assessment :Penggunaan antibiotika seftriakson telah tepat karena terjadi kenaikan netrofil dan bakteri (+).Kondisi pasien terus menurun ditinjau dari sesak nafasnya yang terus meningkat dan telahdipastikan adanya infeksi bakteri. maka pasien tidak dapat tertolong lagi.DTP : -Rekomendasi :Perlu dipastikan penyebab utama terjadinya kematian.

Page 104: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

81

Tabel XXXIX. Kasus 26 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker ParuYang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008No. RM : 01.37.93.28 (21/11/08 – 12/12/08)

Subyektif :Wanita 42 tahun, TB : 156 cm.DU : NSCLC stadium IIIBDL : infeksi saluram kemih membaik, sirs membaik, renal failure membaikKU : sedang, sadar, gizi kurangDua BSMRS pasien mengeluh sesak (+), batuk (+), dahak (+) putih, BAB/BAK t.a.k, BB .HMRSkeluhan pasien sudah berkurang, sesak (+), batuk (+), nafsu makan/minum , BB , mual/muntah (-), lemas (+).RPK : ibu pasien TB (+)Obyektif :

Tanggal (November - Desember 2008)PemeriksaanLab 21/11 24/11 28/11 04/12 11/12

Nilai Normal

Suhu (C) afebris afebris 36,5 36 36,5 36 – 37

Nadi (x/menit) 110 88 96 100 92 60 – 100WBC 13,1 10,2 15,2 8,8 10,1 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 10,1 8,0 13,9 6,8 8,5 2,0 – 7,5 (103/L)

Hb 15,7 14,0 14,2 14,7 12,7 12,0 – 16,0 (g/dL)

Penatalaksanaan :Nama Obat Tanggal (November - Desember 2008)

Diet TKTP 21/11/08 – 12/12/08Inf. D 5% (16 tpm)Inf. D 5% (20 tpm)

21/11/0825/11/08 – 11/12/08

Inf. NaCl 0,9% (20 tpm) 22/11/08 – 24/11/08O2 (3 Lpm) 21/11/08 –24/11/08Inj. Seftriakson (1g/12jam) 21/11/08 – 05/12/08Fluimucyl (3 x CI) 21/11/08 – 04/12/08Aspark (3 x 1) 21/11/08 – 02/12/08Alopurinol (1 x 100 mg) 21/11/08 – 05/12/08Nebulizer Atrovent (2 cc/8jam) 27/11/08 – 12/12/08Inj. MP (6,25 g/12jam) 28/11/08Siprofloksasin (2 x 500 mg) 06/11/08 – 12/12/08Ambroxol syr (2 x C I) 05/11/08 – 11/12/08Cyclofosfamid (400 mg/m2) 10/12/08Adriamisin (60 mg/m2) 10/12/08Cisplatin (60 mg/m2) 10/12/08Inj. Ranitidin (1A/12jam) 11/12/08 – 12/12/08Inj. Metoklopramide (1 A/8jam) 11/12/08 – 12/12/08KCl puyer (3 x 1) 12/12/08

Assessment :Penggunaan antibiotika seftriakson sudah tepat sebagai antibiotika kuratif, karena terjadileukositosis dan kenaikan netrofil. Siprofloksasin digunakan sebagai penatalaksanaan sebelum dansetelah pasien menjalani kemoterapi yang berpotensi terjadi infeksi.DTP : -Rekomendasi :Apabila masih terjadi leukositosis dan kenaikan netrofil, pada rawat jalan perlu diberikan terapiantibiotika oral seperti siprofloksasin 500 mg/12 jam.

Page 105: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

82

Tabel XL. Kasus 27 Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Periode 2006-2008No. RM : 01.37.94.27 (15/12/08 – 24/12/08)

Subyektif :Laki-laki 50 tahun, BB : 46 kg, TB : 164 cm.DU : NSCLC post SS I.KU : sedang, tampak sesak, sadar, gizi kesan kurangEmpat BSMRS pasien mengeluh sesak (+), batuk (+), tegak ½ duduk berkurang, batuk ngikil, dahak(+), demam (+). Dikatakan sakit paru-paru dan mendapat terapi TB. Dua BSMRS pasien merasasesak bertambah, dipasang selang ke dada dan keluar cairan warna kuning, sesak berkurang.Dikatakan adenocarcinoma. 2 MSMRS pasien merasa sesak (+), batuk (+), dahak (+) kuning, bau,demam (+), BB , malam hari berkeringat (+),dari luka bekas WSD timbul benjolan. Dikatakantumor dada.HMRS keluhan memberat, pasien dirawat inap. Riwayat terapi OAT 4 bulan dan riwayat merokok+ 2 bungkus/hari.Obyektif :

Tanggal (Desember2008)

PemeriksaanLaboratorium

15/12 19/12

Nilai Normal

Suhu (C) 37,2(subfebris)

88 36 – 37

Nadi (x/menit) 104 - 60 – 100WBC 7,8 18,8 4,8 – 10,8 (103/L)Netrofil 5,3 17,9 2,0 – 7,5 (103/L)

Hb 11,5 12,9 14 – 18 (g/dL)

Penatalaksanaan :Tanggal (Desember 2008)

Nama Obat15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Diet TKTP O2 (3 Lpm)O2 (10 Lpm)

Inf. D 5% (20 tpm) Inj. Seftriakson (1 g/12 jam) Ambroxol (3 x CI) Inj. MP (125 mg/8jam)Inj. MP (62,5 mg/8jam)

Taxol (257,25 mg) Carboplatin (431,35 mg)

Assessment :Penggunaan antibiotika dikatakatkan telah tepat sebagai antibiotika profilaksis karena diketahuikeluhan pasien dengan adanya dahak kuning berbau yang semakin memberat dan suhu tubuhsubfebris, meskipun belum ada hasil laboratorium yang menunjukkan tanda-tanda infeksi.DTPs : -

Rekomendasi :Terus dilakukan monitoring kondisi pasien dan sebaiknya perlu diperhatikan masalah penurunanHb dan penatalaksanaannya.

Page 106: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

83

Lampiran 2. Daftar Obat-obat Yang Diberikan Pada Kasus Kanker Paru YangMenjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2006-2008

Tabel XLI. Obat AnalgesikNo. Golongan obat Nama obat1. Analgesik opioid Tramadol

MST2. Analgesik non opioid Sistenol

ParasetamolAnalgetika

Tabel XLII. Obat Saluran PernafasanNo. Golongan obat Nama obat1. Antitusif Codipront

CoditamCodein

2. Mukolitik FluimucylAmbroxol

3. Ekspektoran OBH4. Antiasma dan COPD Atrovent

Pulmicort

Tabel XLIII. Obat Saluran PencernaanNo. Golongan obat Nama obat1. Antitukak Radin

SukralfatPrimperanRanitidinAntacidInpepsaPolycrol

2. Pencahar Laksadin3. Antiemetik Vometa

FrazonMetoklopramide

4. Antidiare New Diatab

Tabel XLIV. Obat Sistem KardiovaskulerNo. Golongan obat Nama obat1. Antihipertensi Noperten

AdalatKaptopril

2. Diuretik HidroklortiazidLasixSpironolaktonValsartan

3. Inotropik positif Digoksin

Page 107: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

84

Tabel XLV. Obat Sistem Saraf PusatNo. Golongan obat Nama obat1. Antisiolitik Alprazolam2. Neuropati perifer Kalmeco

Tabel XLVI. Obat AntineoplestikNo. Golongan obat Nama obat1. Zat pengalkil Cyclofosfamid2. Antineoplastik lain Cysplatin

PaxusCarboplatinEtoposidTaxolTaxotere

3. Antibiotik sitostatika DoksorubisinAdriamisin

Tabel XLVII. Gizi dan darahNo. Golongan obat Nama obat1. Suplemen Corsel

DonceraCurcuma

2. Vitamin NeurodexGrahabion

3. Cairan dan elektrolit NaClDekstrosa 5%AminovelPRC, AlbuminKalium L-aspartatMg-1 aspartatInfus Ringer LaktatTutofusin

4. Agen hemostiptikum RoborantiaLeukokineKalnexDycinonHytrin

Tabel XLVIII. Obat Skelet dan sendiNo. Golongan obat Nama obat1. Anti inflamasi non steroid Nimesulide

KetorolakRemopeinToradol

2. Antigout Allopurinol3. Osteoartritis Durolane

Page 108: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

85

Tabel XLVIX. Obat HormonalNo. Golongan obat Nama obat1. Antidiabetik Metformin

GlimepyrideGludepatik

2. Kortikosteroid Deksametason

Tabel L. Obat AntiinfeksiNo. Golongan obat Nama obat1. Kuinolon Siprofloksasin

Levofloksasin2. Sefalosporin (generasi I) Sefadroksil3. Sefalosporin (generasi III) Seftazidim

SefotaksimSeftriaksonSefiksim

4. Sefalosporin (generasi IV) Sefepim5. Penisilin Amoksisilin

AmoxiklavSulbaktam

6. Makrolida Azitromisin7. Anti jamur lain Griseofulvin

Page 109: EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS - repository.usd.ac.id · Pemberian obat-obatan kemoterapi memberikan efek samping mielosupresi. ... Sebanyak 16 kasus tidak terjadi DTPs. Kata kunci

86

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Denok Hafsari yang merupakan

putri kedua dari pasangan Petrus Suparno dan Tuti

Wahyu Haryati. Penulis lahir di Klaten pada

tanggal 26 Juni 1987. Pendidikan awal dimulai di

Taman Kanak-kanak Mawar Balikpapan pada

tahun 1992. Dilanjutkan ke jenjang pendidikan

Sekolah Dasar Negeri 031 Balikpapan pada tahun

1993-1999.

Selanjutnya dilanjutkan ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama

Negeri I Balikpapan pada tahun 1999-2002. Kemudian pada tahun 2002-2005 naik

ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah Umum Negeri I Balikpapan. Pada tahun

2005 penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.