14
Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd), Kromium (Cr) dan Tembaga (Cu) di Industri Batik Kabupaten Bantul Loading Rate Estimation with Cadmium (Cd), Chromium (Cr) and Copper (Cu) Parameters in the Bantul Regency Batik Industry Ardita Irwan S*, Dhandhun Wacano*, Suphia Rahmawati* *Program Studi Teknik Lingkungan, FTSP, Universitas Islam Indonesia *Jalan Kaliurang Km 14,5 Daerah Istimewa Yogyakarta e-mail : [email protected] Abstrak Industri batik yang tersebar dibeberapa Kecamatan di Kabupaten Bantul menghasilkan limbah. Beberapa zat yang terkandung dalam limbah batik merupakan logam berat yang berbahaya bagi lingkungan seperti Cd, Cr dan Cu. Tujuan penelitian ini adalah menghitung dan memetakan nilai loading rate dari unsur Cd, Cr dan Cu. Selain itu, mengetahui persebaran industri batik, penggunaan bahan pewarna dan metode yang digunakan oleh industri batik yang ada di Kabupaten Bantul. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang dikumpulkan melalui internet. Selain itu, dilakukan juga obeservasi langsung menggunakan kuisioner dan wawancara. Sampel dipilih berdasarkan pewarna dan metode yang digunakan. Titik sampel diberi tanda pada peta menggunakan Aplikasi QGIS ditambah citra SAS Planet Google Earth 3. Nilai estimasi beban pencemar untuk paramater Cd adalah 0.0016 - 0.0080 kg/hari untuk Naptol dan 0.00079 - 0.0056 kg/hari untuk Indigosol; nilai beban pencemar untuk parameter Cr adalah 0.00059 - 0.0029 kg/hari untuk Naptol dan 0.00019 0.0021 kg/hari untuk Indigosol; nilai beban pencemar untuk parameter Cu adalah 0.011 - 0.056 kg/hari untuk Naptol dan 0.0023 - 0.039 kg/hari untuk Indigosol. Persebaran logam berat ini terkonsentrasi di zona sekitar industri batik yang menggunakan pewarna sintetis karena tidak mudah untuk terurai.. Kata kunci : Industri Batik, Loading Rate, Logam Berat, QGIS Abstract The batik industry which is spread in several districts in Bantul Regency produces waste. Some substances contained in batik waste are heavy metals that are harmful to the environment such as Cd, Cr and Cu. The purpose of this study is to calculate and map the loading rate value of the elements Cd, Cr and Cu. In addition, knowing the distribution of the batik industry, the use of dyes and methods used by the batik industry in Bantul Regency. This research was conducted by collecting secondary data collected through the internet. In addition, direct observation was also carried out using questionnaires and interviews. The sample is chosen based on the dye and method used. The sample points are marked on the map using the QGIS Application plus SAS Planet Google Earth imagery 3. The estimated value of pollutant load for the Cd parameter is 0.0016 - 0.0080 kg / day for Naptol and 0.00079 - 0.0056 kg / day for Indigosol;

Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd

Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd),

Kromium (Cr) dan Tembaga (Cu) di Industri Batik Kabupaten

Bantul

Loading Rate Estimation with Cadmium (Cd), Chromium (Cr) and

Copper (Cu) Parameters in the Bantul Regency Batik Industry Ardita Irwan S*, Dhandhun Wacano*, Suphia Rahmawati*

*Program Studi Teknik Lingkungan, FTSP, Universitas Islam Indonesia

*Jalan Kaliurang Km 14,5 Daerah Istimewa Yogyakarta

e-mail : [email protected]

Abstrak

Industri batik yang tersebar dibeberapa Kecamatan di Kabupaten Bantul menghasilkan limbah.

Beberapa zat yang terkandung dalam limbah batik merupakan logam berat yang berbahaya

bagi lingkungan seperti Cd, Cr dan Cu. Tujuan penelitian ini adalah menghitung dan

memetakan nilai loading rate dari unsur Cd, Cr dan Cu. Selain itu, mengetahui persebaran

industri batik, penggunaan bahan pewarna dan metode yang digunakan oleh industri batik yang

ada di Kabupaten Bantul. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang

dikumpulkan melalui internet. Selain itu, dilakukan juga obeservasi langsung menggunakan

kuisioner dan wawancara. Sampel dipilih berdasarkan pewarna dan metode yang digunakan.

Titik sampel diberi tanda pada peta menggunakan Aplikasi QGIS ditambah citra SAS Planet

Google Earth 3. Nilai estimasi beban pencemar untuk paramater Cd adalah 0.0016 - 0.0080

kg/hari untuk Naptol dan 0.00079 - 0.0056 kg/hari untuk Indigosol; nilai beban pencemar untuk

parameter Cr adalah 0.00059 - 0.0029 kg/hari untuk Naptol dan 0.00019 – 0.0021 kg/hari untuk

Indigosol; nilai beban pencemar untuk parameter Cu adalah 0.011 - 0.056 kg/hari untuk Naptol

dan 0.0023 - 0.039 kg/hari untuk Indigosol. Persebaran logam berat ini terkonsentrasi di zona

sekitar industri batik yang menggunakan pewarna sintetis karena tidak mudah untuk terurai..

Kata kunci : Industri Batik, Loading Rate, Logam Berat, QGIS

Abstract

The batik industry which is spread in several districts in Bantul Regency produces waste. Some

substances contained in batik waste are heavy metals that are harmful to the environment such

as Cd, Cr and Cu. The purpose of this study is to calculate and map the loading rate value of

the elements Cd, Cr and Cu. In addition, knowing the distribution of the batik industry, the use

of dyes and methods used by the batik industry in Bantul Regency. This research was conducted

by collecting secondary data collected through the internet. In addition, direct observation was

also carried out using questionnaires and interviews. The sample is chosen based on the dye

and method used. The sample points are marked on the map using the QGIS Application plus

SAS Planet Google Earth imagery 3. The estimated value of pollutant load for the Cd

parameter is 0.0016 - 0.0080 kg / day for Naptol and 0.00079 - 0.0056 kg / day for Indigosol;

Page 2: Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd

the value of pollutant load for the Cr parameter is 0.00059 - 0.0029 kg / day for Naptol and

0.00019 - 0.0021 kg / day for Indigosol; pollutant load values for Cu parameters are 0.011 -

0.056 kg / day for Naptol and 0.0023 - 0.039 kg / day for Indigosol. The distribution of heavy

metals is concentrated in the zone around the batik industry that uses synthetic dyes because it

is not easy to decompose.

Keywords: Batik Industry, Heavy Metal, Loading Rate, QGIS

I. PENDAHULUAN

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu produsen batik terbesar di

Indonesia. Berdasarkan data dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tahun 2018 terdapat 218 industri batik, baik berupa toko

maupun pabrik. Sebagian besar industri tersebut berada di Kota Yogyakarta dan Kabupaten

Bantul. Selain memberikan pengaruh positif, industri batik juga memberikan dampak negatif

khususnya bagi pencemaran lingkungan. Hingga saat ini, sebagian besar proses produksi batik

di Daerah Istimewa Yogyakarta masih dilakukan dengan cara tradisional dan kurang

memperhatikan kelestarian lingkungan. Dalam penelitian ini, Kabupaten Bantul yang dijadikan

sebagai lokasi penelitian karena terdapat industri batik yang paling banyak dibanding

kabupaten lain di Daerah Istimewa Yogyakrta. Oleh karena itu, Kabupaten Bantul memliki

potensi beban pencemar lingkungan yang paling besar dibandingkan dengan daerah lain di

Daerah Istimewa Yogyakarta.

Proses membuat batik terdiri dari pemolaan, pembatikan tulis, pewarnaan/pencelupan,

pelodoran/penghilangan lilin dan penyempurnaan (Purwaningsih, 2008). Secara umum, limbah

cair batik paling banyak dihasilkan pada proses pewarnaan/pencelupan. Menurut Muljadi

(2009), karakteristik limbah batik meliputi: (i) karakteristik fisika yang terdiri atas warna, bau,

zat padat tersuspensi, temperatur dan (ii) karakteristik kimia yang terdiri atas bahan organik,

anorganik, fenol, sulfur, pH, logam berat, senyawa racun (nitrit) dan gas. Hal tersebut diperkuat

dari beberapa penelitian terdahulu yang melaporkan bahwa limbah batik memiliki kandungan

Kromium ( Cr ) < 0,0231 mg/l untuk kedua metode produksi batik cap dan printing (Kurniawan

dkk, 2013) ; Besi (Fe) 2,0587 mg/l, Kadmium (Cd) 0,0063 mg/l , Kromium (Cr) 0,1385 mg/l ,

Tembaga (Cu) 0,2696 mg/l , Seng (Zn) 54,7175 mg/l dan Timbal (Pb) 0,2349 mg/l. Bahaya

logam berat bagi perairan dapat menurunkan kualitas air dan dapat membunuh biodiversitas

yang berada dalam air (Agustina dkk., 2011).

Limbah cair industri tekstil memiliki dampak buruk terhadap lingkungan karena

beberapa bersifat tidak dapat diurai secara alami dan karsinogenik. Oleh karena itu limbah batik

harus dikelola dengan benar (Babu et al. 2007). Variasi kualitas limbah cair yang dikeluarkan

oleh industri batik sangat banyak. Menurut Chakraborty (2014) terdapat ribuan variasi warna

yang dapat dihasilkan dari satu kelompok jenis zat warna Naphtol dan garam diazoniumnya

saja.

Informasi terkait dengan faktor beban pencemar per unit produk dapat digunakan untuk

mengestimasi total beban pencemaran yang ada di suatu daerah sehingga bermanfaat untuk

memecahkan masalah pengendalian pencemaran dari suatu sektor tertentu (Kung dan Yu,

2000). Adapun Proses penentuan perhitungan estimasi beban pencemaran dengan

Page 3: Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd

menggunakan perhitungan secara matematis, sesuai yang tertera di dalam KepmenLH Nomer

10 Tahun 1995. Proses pemetaan lokasi persebaran industri batik yang ada di Kabupaten Bantul

serta lingkungan yang berpotensi terkena dampak dengan menggunakan software Quantum

Geographic Informasy System (QGIS). Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini agar dapat

menentukan estimasi beban pencemar industri batik yang diklasifikasikan berdasarkan zat

pewarna yang digunakan di Kabupaten Bantul.

Sungai Winongo merupakan salah satu sungai penting di Yogyakarta, mempunyai

bentuk memanjang, dengan panjang ± 41, 3 Km, luas daerah aliran sungai ± 118 Km2 , bermata

air di Lereng Gunung Merapi dan bermuara di Sungai Opak. Sungai Winongo dari hulu ke hilir

melalui tiga wilayah administrasi yaitu Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten

Bantul (Widyastuti 2009). Sungai Winongo menjadi tempat pembuangan limbah yang berasal

dari rumah tangga, aktivitas perkotaan, industri, maupun pertanian. Selain itu, menurut

penelitian yang dilakukan oleh (Yogafanny, 2012) bahwa Sungai Winongo telah terindikasi

tercemar oleh TSS, BOD dan COD serta Fosfat karena konsentrasinya melebihi ambang batas

baku mutu kualitas air menurut Pergub DIY No. 07 Tahun 2016.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan identifikasi dan analisis

jumlah dan lokasi sumber pencemar, melakukan Inventarisasi dan analisis sumber pencemar,

melakukan analisis kualitas air, dan melakukan pemetaan sumber pencemar di Sungai

Winongo segmen hilir bagian barat. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi menjadi

referensi dalam mengkaji atau melakukan kegiatan penelitian terkait kualitas air khususnya

di daerah Sungai Winongo, masukan kepada Pemerintah Daerah dan Provinsi D.I. Yogyakarta

dalam membuat kebijakan di bidang pengendalian pencemaran air sungai, juga memberikan

informasi bagi penduduk di sekitar Sungai Winongo mengenai kualitas air di sungai tersebut.

II. METODE PENELITIAN

Metode penelitian secara umum akan ditunjukkan melalui diagram alir penelitian yang

menggambarkan garis besar tahapan yang dilakukan selama penelitian berlangsung. Diagram

alir penelitian ini ditunjukkan dalam Gambar 2.1 berikut ini :

Page 4: Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd

Gambar 2.1 Diagram Alir Penelitian

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Lokasi Penelitian

Tempat home industri batik yang terdapat di Bantul bagian barat tersebar di 4 kecamatan,

yaitu Pandak, Pajangan, Sewon dan Kasihan. Kecamatan Pandak dan Pajangan merupakan

sentra batik di Provinsi DIY yang mana lokasi kedua kecamatan tersebut berbatasan. Oleh

karena itu, Kecamatan Pandak memiliki jumlah industri batik paling banyak di dalam

penelitian ini. Kecamatan Pandak terdapat 21 tempat dan Kecamatan Pajangan 4 tempat.

Berdasarakan hasil wawancara, sentra industri batik tersebut sudah ada sejak jaman dahulu

pada masa Kerajaan Mataram yang turun temurun sampai sekarang. Lokasi industri batik di

Kecamatan Sewon dan Kasihan menyebar di berbagai tempat (bukan sentra batik) yang

masing-masing terdapat 7 dan 5 tempat industri batik.

Page 5: Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd

3.2 Pola Persebaran Industri Batik

Hasil observasi di lapangan, dari 37 tempat industri batik semuanya menggunkan

pewarna sintetis. Para penggiat industri batik menggunakan pewarna sintetis karena mudah

didapatkan di pasaran yang harganya terjangkau serta warna yang dihasilkan lebih beragam.

Industri batik jarang meggunakan pewarna alami karena prosesnya memerlukan waktu yang

lama dengan beberapa kali pencelupan supaya menghasilkan warna yang pas dan khas. Bahan

pewarna sintetis yang digunakan dalam indsutri batik yaitu naptol dan indigosol. Pewarna jenis

naptol digunakan untuk menghasilkan warna yang gelap sedangkan pewarna indigosol

menghasilkan warna yang terang. Dari hasil penelitian, industri batik paling banyak

menggukan naptol dan indigosol yaitu sebanyak 26. Sementara, penggunaan naptol sebanyak

6 industri dan indigosol sebanyak 5 industri.

3.3 Perhitungan Estimasi Loading Rate

DM = Dm x Pb

Keterangan:

o DM = Debit limbah cair maksimum yang diperbolehkan bagi industri (m³/bulan)

o Dm = Debit limbah cair maksimum, tercantum dalam lampiran (m³/satuan produk)

o Pb = Produksi sebenarnya dalam sebulan, tercantum dalam lampiran

DA = Dp x H

Keterangan:

o DA = Debit limbah cair sebenamya (m³/bulan).

o Dp = Hasil pengukuran debit limbah cair (m³/kain).

o H = Jumlah hari kerja

Beban pencemaran maksimum (BPM) dan beban pencemaran sebenarnya (BPA)

berdasarkan Baku Mutu Limbah Cair Industri (Kepmen LH No. 10 tahun 1995).

BPM = (CM)j x Dm x f

Keterangan:

o BPM = Beban pencemaran maksimum (kg/hari)

o (CM)j = Kadar maksimum unsur pencemar, berdasarkan parameter yang tercantum di

dalam lampiran (mg/l)

o Dm = Debit limbah cair maksimum sebagaimana yang tercantum dalam lampiran

(m³/satuan produk).

o f = Faktor konversi = (1.000/m³) x (1 kg/1.000.000 mg) = 0,001

BPA = (CA)j x (DA/Pb) x f

Keterangan:

o BPA = Beban pencemaran sebenarnya (kg/hari)

o (CA)j = Kadar sebenarnya unsur pencemar berdasarkan parameter yang tercantum di

dalam lampiran (mg/1)

o DA = Debit limbah cair sebenarnya (m³/kain)

o Pb = Produksi sebenarnya dalam sebulan

o f = 0,001

Page 6: Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd

Gambar 3.1 Diagram Nilai BPA Cd

0,0

016

0,0

024

0,0

064

0,0

040

0,0

024

0,0

032

0

0,0

048

0,0

056

0,0

064

0,0

064

0,0

064

0

0,0

056

0,0

040

0,0

048

0,0

064

0,0

064

0,0

080

0

0,0

064

0,0

064

0,0

056

0,0

048

0,0

064

0,0

040

0,0

032

0

0,0

064

0

0,0

024

0,0

032

0

0,0

048

0,0

040

0,0

048

0,0

056

0,0

0079

0,0

012

0

0,0

020

0

0,0

016

0,0

020

0,0

024

0,0

027

0,0

031

0,0

031

0,0

031

0,0

031

0,0

027

0,0

020

0,0

024

0

0,0

031

0,0

039

0,0

016

0,0

031

0,0

031

0,0

027

0,0

024

0,0

031

0

0,0

016

0,0

056

0,0

031

0,0

035

0,0

012

0,0

016

0,0

020

0,0

024

0,0

020

0,0

024

0

0,0000

0,0020

0,0040

0,0060

0,0080

0,0100

0,0120

0,0140

0,0160

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A1 B1 C1 D1 E1 F1 G1 H1 I1 J1 K1

Lo

ad

ing

Ra

te (

kg/h

ari)

Kode

BPA Cd Naptol BPA Cd Indigosol BPM Cd (0,015 kg/hari)

Page 7: Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd

Gambar 3.2 Diagram Nilai BPA Cr

0,0

00

59

0,0

00

88

0,0

02

4

0,0

01

5

0,0

00

88

0,0

01

2

0 0,0

01

8

0,0

02

1

0,0

02

4

0,0

02

4

0,0

02

4

0 0,0

02

1

0,0

01

5

0,0

01

8

0,0

02

4

0,0

02

4

0,0

02

9

0

0,0

02

4

0,0

02

4

0,0

02

1

0,0

01

8

0,0

02

4

0,0

01

5

0,0

01

2

0

0,0

02

4

0 0,0

00

88

0,0

01

2

0 0,0

01

8

0,0

01

5

0,0

01

8

0,0

02

1

0,0

00

19

0,0

00

29

0 0,0

00

48

0 0,0

00

38

0,0

00

48

0,0

00

58

0,0

00

67

0,0

00

77

0,0

00

77

0,0

00

77

0,0

00

77

0,0

00

67

0,0

00

48

0,0

00

58

0 0,0

00

77

0,0

00

96

0,0

00

38

0,0

00

77

0,0

00

77

0,0

00

67

0,0

00

58

0,0

00

77

0 0,0

00

38

0,0

02

1

0,0

00

77

0,0

00

86

0,0

00

29

0,0

00

38

0,0

00

48

0,0

00

58

0,0

00

48

0,0

00

58

0

0,00000

0,05000

0,10000

0,15000

0,20000

0,25000

0,30000

0,35000

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A1 B1 C1 D1 E1 F1 G1 H1 I1 J1 K1

Lo

ad

ing

Ra

te (

kg/h

ari)

Kode

Cr Naptol Cr Indigosol BPM Cr (0,3 kg/hari)

Page 8: Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd

Gambar 3.3 Diagram Nilai BPA Cu

0,0

11

0,0

17

0,0

44

0,0

28

0,0

17

0,0

22

0

0,0

33

0,0

39

0,0

44

0,0

44

0,0

44

0

0,0

39

0,0

28

0,0

33

0,0

44

0,0

44

0,0

56

0

0,0

44

0,0

44

0,0

39

0,0

33

0,0

44

0,0

28

0,0

22

0

0,0

44

0

0,0

17

0,0

22

0

0,0

33

0,0

28

0,0

33

0,0

39

0,0

02

3

0,0

03

4

0

0,0

05

7

0

0,0

04

6

0,0

05

7

0,0

06

9

0,0

08

0

0,0

09

2

0,0

09

2

0,0

09

2

0,0

09

2

0,0

08

0

0,0

05

7

0,0

06

9

0

0,0

09

2

0,0

11

0,0

04

6

0,0

09

2

0,0

09

2

0,0

08

0

0,0

06

9

0,0

09

2

0

0,0

04

6

0,0

389

0,0

09

2

0,0

10

3

0,0

03

4

0,0

04

6

0,0

05

7

0,0

06

9

0,0

05

7

0,0

06

9

0

0,000

0,050

0,100

0,150

0,200

0,250

0,300

0,350

0,400

0,450

0,500

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A1 B1 C1 D1 E1 F1 G1 H1 I1 J1 K1

Lo

ad

ing

Ra

te (

kg/h

ari)

Kode

BPA Cu Naptol BPA Cu Indigosol BPM Cu (0,45 kg/hari)

Page 9: Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd

Hasil perhitungan seluruh industri batik dengan parameter Kadmium (Cd) Naptol nilai

BPA dengan rata-rata sebesar 0.0041 kg/hari dan 0.0021 kg/hari, dimana tidak melebihi hasil

perhitungan BPM yaitu 0,015 kg/hari. Nilai rata-rata BPA dari parameter Kromium (Cr) Naptol

dan adalah 0.0015 kg/hari dan 0.00055 kg/hari, nilai tersebut masih jauh di bawah nilai BPM

Kromium (Cr) sebesar 0,3 kg/hari. Nilai BPA dengan parameter Tembaga (Cu), zat pewarna

naptol dan indigosol diperoleh nilai rata-rata sebesar 0.028 kg/hari dan 0.0069 kg/hari yang

masih dibawah nilai (BPM) yang memiliki nilai 0,45 kg/hari. Hasil perhitungan BPA jika

dibandingkan dengan BPM dapat disimpulkan bahwa untuk parameter Kadmium (Cd),

Kromium (Cr) dan Tembaga (Cu) dengan zat pewarna Naptol dan Indigosol sesuai dengan

KepMen LH No.51 tahun 1995 yang meyatakan bahwa nilai beban pencemar sebenarnya tidak

boleh lebih besar dari nilai beban pencemar maksimum BPA < BPM.

Walaupun nilai BPA dari ketiga parameter tidak melebihi nilai BPMakan tetapi masih

memiliki potensi pencemaran. Hal tersebut sesuai dengan Sudiatso (1999) bahwa penggunaan

metode akstrasi zat warna kimia (sintetis) mengakibatkan hal yang kurang menguntungkan

baik bagi lingkungan sekitar ataupun tubuh si pemakai (Sudiatso, 1999). Proses pewarnaan

pada limbah batik di wilayah Jetis, Sidoarjo menghasilkan limbah cair dengan kandungan BOD

mencapai 261,25 mg/L, kandungan COD mencapai 1066 mg/L, dan kandungan warna

mencapai 3050 Pt-Co. Kandungan BOD, COD dan warna ini melebihi baku mutu kualitas air

limbah tekstil. Peraturan Gubernur Jawa Timur nomor 72 tahun 2013 menetapkan kandungan

maksimum BOD dan COD sebesar 60 mg/L dan 150 mg/L (Biro Hukum Sekretariat Daerah

Provinsi Jawa Timur, 2013).

Hasil perhitungan nilai estimasi loading rate tiap parameter untuk masing-masing zat

pewarna Naptol dan Indigosol dengan nilai tertinggi dan terendah dihasilkan oleh industri yang

sama. Pewarna naptol tertinggi dihasilkan oleh industri batik S dan nilai terendah dihasilkan

oleh industri A. Untuk pewarna indigosol nilai tertinggi dihasilkan oleh industri batik B1

sedangkan yang terendah dihasilkan oleh industri batik A. Faktor yang memengaruhi nilai

beban pencemaran yaitu jumlah produk batik yang dihasilkan dan jumlah air yang digunakan

dalam proses pembuatan batik. Semakin tinggi kedua faktor tersebut maka nilai beban

pencemar yang dihasilkan juga semakin tinggi.

Jumlah volume air yang digunakan berbeda-beda oleh setiap industri batik untuk

menghasilkan satu lembar kain batik karena industri batik memiliki cara sendiri-sendiri dalam

proses pewarnaan batik. Terdapat industri batik yang melakukan proses pewarnaan dengan cara

merendam kain cukup lama serta melakukan proses pencelupan berulang kali dan hanya sekali

pencelupan. Menurut Susanto (1973) proses penyerapan zat warna pada kain dipengaruhi oleh

cara pengadukan pada proses pewarnaan. Selain itu nilai konsentrasi zat pencemar juga

dipengaruhi oleh volume air yang ditambahkan setiap proses produksi batik.

Hasil perhitungan nilai beban pencemaran juga menunjukkan semua industri batik

dengan pewarna Naptol memilki nilai beban pencemaran yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pewarna Indigosol. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan nilai konsentrasi hasil uji

laboratorium setiap parameter nilai konsentrasi pewarna naptol lebih tinggi dibandingkan

dengan Indigosol. Pada umumnya industri batik menggunkan pewarna Naptol, dikarenakan

warna yang dihasilkan lebih bervariasi. Menurut Indriyani (2004) zat warna Naptol bersifat

toksik dan dapat mengakibatkan penyakit kulit. Selain itu zat pewarna Naptol merupakan

Page 10: Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd

senyawa xenobiotik yang sulit terdegradasi, apabila terdegradasi akan menghasilkan senyawa

lain yang lebih beracun.

Menurut hasil analisis, dari ke-4 lokasi penelitian Kecamatan Pandak memilki potensi

paling besar yang memiliki tingkat beban pencemaran paling tinggi. Hal tersebut dapat terjadi

karena Kecamatan Pandak merupakan sentra industri batik di Provinsi DIY dengan jumlah

indutri batik paling banyak dan berdekatan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap

industri batik di Kecamatan Pandak, beberaopa industri batik limbahnya tidak langsung

dibuang ke badan lingkungan, tetapi dilakukan proses sedimentasi terlebih dahulu lalu dibuang

ke badan lingkungan, air buangan limbah yang sudah diendapkan lalu disalurkan ke saluran

drainase dan berakhir di sungai dan mengendap di dasar sungai sehingga mengakibatkan logam

berat akan terakumulasi di badan lingkungan. Menurut Siregar dan Edwar (2010) bahwa

konsentrasi logam berat dalam air selalu berubah-ubah tergantung pada saat pembuangan

limbah, tingkat kesempurnaan pengelolaan limbah dan musim. Logam berat yang terikat dalam

sedimen relatif sulit untuk lepas kembali melarut dalam air. Penimbunan logam berat terus

terjadi selama adanya input pencemar dari badan air dan terikat dengan bahan tersuspensi dan

mengendap. Menurut Hutagalung dalam Purnomo (2007) unsur-unsur logam berat dapat

masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan minuman serta pernafasan dan kulit.

Peningkatan kadar logam berat dalam air akan diikuti oleh peningkatan logam berat dalam

tubuh ikan dan biota lainnya sehingga pencemaran air oleh logam berat akan mengakibatkan

ikan yang hidup di dalamnya tercemar. Pemanfatan ikan-ikan sebagai bahan makanan akan

membahayakan kesehatan manusia.

3.4 Pengolahan Limbah Batik

Dalam pemilihan teknologi pengolahan air limbah terdapat beberapa hal yang harus

dipertimbangkan, antara lain sebagai berikut: a) Kualitas dan kuantitas air limbah yang akan

diolah, b) Kemudahan pengoperasian dan ketersediaan SDM yang memenuhi kualifikasi untuk

pengoperasian jenis IPAL terpilih, c) Jumlah akumulasi lumpur, d) Kebutuhan dan

ketersediaan lahan, e) Biaya pengoperasian, f) Kualitas hasil olahan yang diharapkan dan g)

Kebutuhan energi (PPLP DPU, 2011).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap industri batik dapat diketahui

bahwa mereka belum memiliki pengetahuan, keahlian dan kemampuan dana yang cukup dalam

menyediakan pengolahan air limbah, sehingga pengolahan air limbah yang cocok untuk

diterapkan adalah yang memiliki teknologi yang mudah dan biaya operasional serta perawatan

yang murah. Masing-masing teknologi memiliki kelebihan dan kekurangan terkait variabel

dana, kualitas air limbah dan luas lahan. Diperlukan optimasi dari ketiga variabel tersebut

sesuai dengan kondisi teknis, ekonomi dan sosial guna terwujudnya kinerja pengolahan yang

baik dan tetap berlangsungnya keberlanjutan pengelolaan air limbah industri batik.

Terdapat banyak teknologi pengolahan air limbah industri batik yang dapat dilakukan

untuk menurunkan kadar pencemar sesuai baku mutu yang telah ditetapkan yaitu warna, suhu,

pH, BOD, COD, TSS, Phenol total, Amonia total, Minyak-Lemak dan Logam berat baik secara

fisika, kimia dan biologi. Proses fisika dan kimia antara lain dengan sedimentasi, flokulasi,

koagulasi, adsorpsi, ultrafiltrasi, oksidasi dengan ozon dan teknologi membran, sedangkan

proses biologi menggunakan aktivitas mikroorganisme dan tanaman air. Proses fisika dan

kimia cenderung lebih mahal dalam operasional dan menghasilkan lumpur cukup banyak.

Page 11: Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd

Dalam proses biologi mikroorganisme yang digunakan berasal dari jenis bakteri dan jamur,

apabila menggunakan tanaman air dapat berupa tanaman yang mencuat di atas permukaan air,

yang mengapung di permukaan air dan yang mengambang di dalam air, misalnya enceng

gondok.

Jika disyaratkan teknologi yang mudah, biaya yang murah, menghasilkan sedikit

lumpur dan pada lahan yang relatif kecil, maka dipilih proses secara anaerob. Alternatif

teknologi pengolahan air limbah untuk memenuhi kriteria tersebut yaitu reaktor bersekat secara

anaerob atau Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dan biofilter tercelup atau Submerged Biofilter

dengan media antara lain Rotary Biology Contactor (RBC), trickling filter, tipe jaring dan

modul sarang tawon secara anaerob. Kelebihan dari biofilter adalah pengoperasiannya mudah,

lumpur yang dihasilkan sedikit, dapat digunakan untuk air limbah konsentrasi rendah maupun

tinggi, tahan terhadap fluktuasi debit dan konsentrasi air limbah dan pengaruh penurunan suhu

terhadap efisiensi pengolahan kecil (Said, 2002), namun kelemahannya memerlukan energi

listrik yang cukup besar.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk menilai efektivitas ABR dan RBC

secara anaerob, menunjukkan efektivitas kinerja ABR dalam mengurangi polutan sebesar 75%,

sedangkan efektivitas RBC berada di kisaran 15 - 57%, pH menurun sebesar 75,9% dan untuk

NH3-N sebesar 67% (Kristijanto et al., 2011). Untuk mengurangi kadar warna dan logam berat,

berbagai penelitian menggunakan mikroorganisme telah dilakukan antara lain menggunakan

Lactobacillus delbrukii (Zuraida, 2013), Bacillus sp (Siddiqui et al., 2011).

Jika disyaratkan proses biologi dengan teknologi yang mudah, dana operasional relatif

lebih murah tetapi tersedia lahan yang luas, maka alternatif pengolahan adalah dengan

teknologi kolam rawa buatan berupa fitoremediasi atau Wetland dengan menggunakan

tanaman air. Menurut Tridech et al. (1981) tanaman Eichornia crassipes (enceng gondok) dapat

menurunkan kadar BOD sebesar 94,95%, Total Organic Carbon (TOC) sebesar 80% dan TSS

sebesar 99,2%, sedangkan tanaman Scirpus dapat menurunkan kadar BOD sebesar 75,78%,

TOC sebesar 66,02% dan TSS sebesar 94,2%. Terdapat penelitian tentang kemampuan

tanaman rawa berdaun sempit (Typha angustifolia Linn) yaitu suatu spesies tanaman lahan

basah untuk mengolah air limbah zat warna reaktif sintetik dan berdasarkan hasil eksperimen

yang dilakukan menunjukkan bahwa dekolorisasi limbah zat warna reaktif oleh tanaman ini

sebesar 60% (Niltratnisakorn, 2010).

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Persebaran tempat produksi batik di Kabupaten Bantul paling banyak di Kecamatan

Pandak dengan jumlah 21 tempat. Selanjutnya, Kecamtan Sewon 7 tempat, Kecamatan

Sewon 7 tempat, Kecamatan Kasihan 5 tempat dan Kecamatan Pajangan 4 tempat.

Kecamatan Pandak terdapat industri batik paling banyak karena Kecamatan Pandak

merupakan sentra industri batik di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Secara

keseluruhan indsutri batik di Kabupaten Bantul menggunakan pewarna sintetis karena

lebih mudah dan ekonomis dalam proses pembuatan batik. Adapun pewarna yang

digunakan yaitu pewarna jenis Naptol dan Indigosol.

Page 12: Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd

2. Nilai estimasi loading rate dari parameter Kadmium (Cd) untuk pewarna Naptol 0.0016

- 0.0080 kg/hari dan pewarna Indigosol 0.00079 - 0.0056 kg/hari. Untuk parameter

Kromium (Cr), pewarna Naptol memilki nilai 0.00059 - 0.0029 kg/hari dan pewarna

Indigosol 0.00019 - 0.0021 kg/hari. Untuk parameter Tembaga (Cu), pewarna Naptol

memiliki nilai 0.011 - 0.056 kg/hari dan pewarna Indigosol 0.0023 - 0.039 kg/hari.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, T.E., Nurisman, E., Prasetyowati, Haryani, N. 2011. Pengolahan Air Limbah

Pewarna Sintesis dengan Menggunakan Reagen Fenton. Seminar Nasional AvoER

ke-3. Palembang.

Bappeda Provinsi NTB. 2012. Modul Pelatihan Quantum GIS Tingkat Dasar. Mataram.

Babu BR, Parande AK, Raghu S, Kumar TP. 2007. Textile Technology – An Overview of

Wastes Produced During Cotton Textile Processing and Effluent Treatment

Methods. Journal of Cotton Sciences. 11 : 110.

Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur. 2013. Peraturan Gubernur Jawa

Timur nomor 72 tahun 2013. tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri

Dan/Atau Kegiatan Usaha Lainnya. Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur.

Chakraborty, JN. 2014. Fundamental and Practices in Coloration of Textiles Second

Editon. Woodhead Publishing India. India.

Connel, D.W. and Miller, G.J., 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. UI Press, Jakarta.

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas Indonesia Press.

Jakarta.

Donald W, Meals R, Richard P. 2013. Pollutant Load Estimation for Water Quality

Monitoring Projects. National Non Point Source Monitoring Program. US EPA.

Eskani., Istihanah, N., Sulaiman, dan Ivone., D., C. 2005. Efektivitas Pengolahan Air

Limbah Batik Dengan Cara Kimia dan Biologi. Laporan Penelitian. Balai Besar

Kerajinan Dan Batik. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri. Departemen

Perindustrian, Yogyakarta.

Hutagalung, H. P. 1991. Pencemaran Laut oleh Logam Berat. Hal 45 – 59 dalam D. H.

Kunarso dan Ruyitno (Eds). Status Pencemaran Laut di Indonesia danTeknik

Pemantauannya. PPPO – LIPI, Jakarta.

Indriyani L. 2004. Pengelolaan Limbah Cair Industri Batik di Daerah Istimewa

Yogyakarta [Thesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID).

Junita, L.N. 2013. Profil Penyebaran Logam Berat di Sekitar TPA Pakusari Jember. Tugas

Akhir. Universitas Jember.

Jusri, I.M. 2012. Batik Indonesia Sokoguru Budaya Bangsa. Kementerian Perindustrian.

Jakarta.

Kementrian Lingkungan Hidup. 2010. PermenLH Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Tata

Laksana Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta.

Page 13: Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd

Kementerian Lingkungan Hidup - GTZ. 2007. Panduan Penerapan Eko-efisiensi Usaha

Kecil dan Menengah Sektor Batik. Jakarta.

Kung CL, Yu JT. 2000. Study on Estimating Unid Loads of Pollutats from Industrial

Wastewater Discharges. Journal of the Chinese Institute of Environmental

Engineering. 10(3):241-248.

Kurniawan, Wawan, dkk. 2013. Strategi Pengelolaan Air Limbah Sentra UMKM Batik

Yang Berkelanjutan di Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol. 11 (2).

Liantira L, Magdalena, Soekandarsih. 2015. Perbandingan Kandungan Kadar Logam Berat

Tembaga (Cu) Keong Mas Pomacea Canaliculata Pada Berbagai Lokasi di Kota

Makassar. Universitas Hasanudin. Makasar.

Listiana, Vika. 2013. Analisis Kadar Logam Berat Kromium (Cr) dengan Ekstraksi

Pelarut Asam Sulfat (H2SO4) Menggunakan Atomic Absorption

Spectrofotometry (AAS) di Sungai Donan (Cilacap) pada Jarak 2 km sesudah PT.

Pertamina. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama

Islam Negeri Walisongo.

Malkoc E, Hazard J dan Mater. 2007. Removal of Chromium (Cr) from Wastewater.

Arabian Journal. pp142-219.

Maman, T. 2009. Eksperimen Zat Pewarna Alami dari Bahan Tumbuhan yang Ramah

Lingkungan Sebagai Alternatif untuk Pewarna Kain Batik. Bandung.

Muljadi. 2009. Efisiensi Instalasi Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Cetah dengan

Metode Fisika Kimia dan Biologi Terhadap Penurunan Parameter Pencemar

(BOD, COD dan Logam Berat Krom). Ekuilibriu. Vol 8 (1):7-16.

Murai S. 1999. GIS Work Book. Institute of Industrial Science, University of Tokyo. Japan.

Nugroho, R dan Ikbal. 2005. Pengolahan Air Limbah Berwarna Industri Tekstil dengan

Proses AOPs. JAI. Vol. 1. No. 2. 2005 : 153-172.

Novita S, Mangara I, Hendri. 2015. Analisis Kadar Logam Pb dan Cu Pada Saluran

Pembuangan Limbah Laboratorium Kimia Universitas Negeri Gorontalo dengan

Menggunakan Metode Spektrofotometer Serapan Atom. Jurusan Pendidikan

Kimia FMIPA. 8 (2).

Nurainun, Heryana, Rasyimah. 2008. Analisis Industri Batik Indonesia. Jurnal Fakultas

Ekonomi Universitas Malikussaleh Banda Aceh. 7(3) : pp 124-135.

Nurdalia, I. 2006. Kajian & Analisis Peluang Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha

Kecil Batik Cap. Tesis. Universitas Diponegoro.

Palar. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat Cetakan Kedua. Rineke Cipta.

Jakarta.

Palar, Heryando. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.

Perda DIY No.7 Tahun 2016 Tentang Baku Mutung Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta

PermenLH Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air

Purwaningsih, I. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Batik CVBatik Indah

Raradjonggrang Yogyakarta dengan Metode Elektrokoagulasi Ditinjau Dari

Page 14: Estimasi Loading Rate dengan Parameter Kadmium (Cd

Parameter Chemical Oxygen Demand (COD) dan Warna. Tugas Akhir. Universitas

Islam Indonesia.

Said, M, Supriyatno B., Setyanto DB. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi I. Badan

Penerbit IDAI. Jakarta.

Sasongko DP dan Tresna WP. 2010. Identifikasi Unsur dan Kadar Logam Berat pada

Limbah Pewarna Batik dengan Metode Analisa Pengaktifan Neutron. Jurnal Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi TELAAH. 27:22-27.

Sax NI dan RJ Lewis. 1987. Hawley’s Condensed Chemical Dictionary 12th Ed. Van

Nostrand Reinhold Co. New York.

Siregar, Y. I dan Edward, J. 2010. Faktor Konsentrasi Pb, Cd, Cu, Ni, Zn Dalam Sedimen

Perairan Pesisir Kota Dumai. Program Studi Ilmu Kelautan FPIK Universitas Riau,

Pekanbaru.

Sudiatso, Sugeng. 1999. Studi Kultivsi Tanaman Tarum (Indigofera arrecta Hochst).

Makalah,Yogyakarta: Dekranas DIY.

Susanto SK dan Sewan. 1981. Teknologi Batik Seri Soga Batik. Departemen Perindustrian

R.I. Badan Penelitian Dan Pengembangan Industri. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik. Yogyakarta.

Susanto S. 1973. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Balai Penelitian Batik dan Kerajinan.

Yogyakarta (ID). Departemen Perindustrian .

Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi

Kelima. Bagian I. PT Kalman Pustaka : Jakarta.

Widowati, W. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran.

Penerbit Andi. Yogyakarta.

Wulandari, Ari. 2011. Batik Nusantara Makna Filosofis, Cara Pembuatan & Industri

Batik. Andi. Yogyakarta