42
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan, artinya peralatan dan teknologi merupakan salah satu penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah dengan adanya antisipasi berbagai risiko, antara lain kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebkan kecacataan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi. 1 Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok 1

Ergonomi Di Tempat Kerja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kkk

Citation preview

Page 1: Ergonomi Di Tempat Kerja

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah

menjadi kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan, artinya peralatan dan

teknologi merupakan salah satu penunjang yang penting dalam upaya

meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu,akan

terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial

yang mungkin akan timbul.

Hal ini tentunya dapat di cegah dengan adanya antisipasi berbagai risiko,

antara lain kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang

berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat

menyebkan kecacataan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua

pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.

Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi.1

Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang

ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-

ketentuan pokok tenaga kerja merupakan subjek dan objek pembangunan.

Ergonomi yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja memiliki arti

penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subjek maupun objek. Akan tetapi sering

kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomi bagi para pekerjanya,

hal ini tentunya sangat merugikan perusahaan dan para pekerja itu sendiri.1

Pada umumnya ergonomi belum diterapkan secara merata pada sektor

kegiatan ekonomi. Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsur hygiene

perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes), tetapi sampai saat ini kegiatan-

kegiatan baru sampai pada taraf pengenalan, khususnya pada pihak yang

bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada tingkat perintisan. Fungsi

pembinaan ergonomi secara teknis merupakan tugas pemerintah. Pusat Bina

1

Page 2: Ergonomi Di Tempat Kerja

Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi pembinaan ini melalui

pembinaan keahlian dan pengembangan penerapannya.

Namun begitu, sampai saat ini pengembangan kegiatan-kegiatannya baru

diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima

ergonomi dan penerapannya. Dalam hal menunggu kesiapan tersebut maka perlu

pemberitahuan kepada masyarakat itu sendiri mengenai ergonomi ini. Salah satu

cara dalam pemberitahuan tersebut adalah melalui tulisan-tulisan formal maupun

informal, dimana salah satunya adalah melalui pembuatan makalah. Oleh karena

itu, penulis merasa perlu untuk membuat makalah yang berjudul ergonomi di

tempat kerja.2

1.2. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Kepanitraan

Klinik Senior Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran

Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara-RSUP H. Adam Malik Medan dan meningkatkan pemahaman

penulis maupun pembaca mengenai ergonomi di tempat kerja.

1.3. Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman

masyarakat, khususnya para pekerja mengenai aspek ergonomis di tempat kerja

sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang

berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat

menyebabkan kecacatan atau kematian. Hasil akhir dari semua ini adalah dapat

meningkatkan kesehatan para pekerja dan meningkatkan produktivitas dari

perusahaan.

2

Page 3: Ergonomi Di Tempat Kerja

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Menurut International Ergonomic Association (IEA), ergonomi berasal dari

bahasa Yunani, yaitu ergon yang artinya kerja dan nomos yang artinya hukum,

sehingga ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara

manusia dengan dan elemen-elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang

mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode untuk merancang suatu sistem

yang optimal, dilihat dari sisi manusia dan kinerjanya.3

Dari survei pendahuluan yang dilakukan pekerja mengalami gangguan

kesehatan yang diakibatkan oleh sikap kerja yang tidak ergonomis. Keluhan yang

dialami antara lain: sakit pada pinggang, lelah seluruh badan, nyeri lutut dan kaki,

keluhan pada lengan dan tangan, dan nyeri bahu dan punggung.2

Beberapa prinsip kerja secara ergonomis agar terhindar dari cedera antara

lain:

1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus dikurangi

atau dihilangkan, perhitungkan gaya berat yang mengacu pada berat badan dan

bila perlu gunakan pengungkit sebagai alat bantu.

2. Sikap tubuh berdiri, duduk dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan prinsip-

prinsip ergonomi.

3. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila susah harus istirahat

(jangan dipaksa) dan bila lapar atau haus harus makan /minum (jangan ditahan).

4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur lebih dari jumlah maksimum

yang diperbolehkan.4

3

Page 4: Ergonomi Di Tempat Kerja

Ergonomi juga dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan

poduksi yang kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada

tenaga kerja dan yang mana kepada mesin. Dibawah ini dikemukakan beberapa

prinsip ergonomi sebagai pegangan, antara lain :

1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran

dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus

melayani mesin (macam, gerak, arah dan kekuatan).

2. Dari sudut otot sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk.

Sedangkan dari sudut tulang duduk yang baik adalah duduk tegak agar

punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan memilih

sikap duduk yang tegak yang diselingi istirahat dan sedikit membungkuk.

3. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam

hal tidak mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.

4. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37o kebawah. Arah

penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed).

5. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan

bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak

berubah.

6. Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan

gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa

sangat melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan, berilah papan

penyokong pada sikap lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran-getaran

kuat pada kaki dan lengan.

7. Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu beban yang dapat

dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum

telah ditentukan oleh ILO sebesar 50kg. Cara mengangkat dan menolak

hendaknya memperhatikan hukum-hukum ilmu gaya dan dihindarkan

penggunaan tenaga yang tidak perlu. Beban hendaknya menekan langsung

pada pinggul yang mendukungnya.

4

Page 5: Ergonomi Di Tempat Kerja

8. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisien

dan kualitas kerja sangat menurun.5

Dalam ergonomi akan dipelajari cara-cara penyesuaian pekerjaan, alat kerja

dan lingkungan kerja dengan manusia, dengan memperhatikan kemampuan dan

keterbatasan manusia itu sehingga tercapai suatu keserasian antara manusia dan

pekerjaannya yang akan meningkatkan kenyamanan kerja dan produktifitas kerja.

2.2. Sejarah Ergonomi

Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang

berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa

kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut:5

a. C.T. Thackrah, England, 1831

Trackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan

pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan

yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan

oleh para operator di tempat kerjanya. Ia mengamati postur tubuh pada saat

bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Trackrah mengamati

seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi-meja yang kurang

sesuai secara antropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga

mengakibatkan menbungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan.

b. F.W. Taylor, U.S.A., 1989

Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan

metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu

pekerjaan.

5

Page 6: Ergonomi Di Tempat Kerja

c. F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911

Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih

mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya

Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana

postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang

dapat diatur turun-naik (adjustable).

d. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatique Research

Board), England, 1918

Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik

amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output

setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun.

e. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933

Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu

Perusahaan Listrik. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari

variabel fisik seperti pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor

efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.

f. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A

Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang

secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang). Masalah yang ada pada saat itu

adalah penempatan dan identifikasi utnuk pengendali pesawat terbang, efektivitas

alat peraga (display), handel pembuka, ketidak-nyamanan karena terlalu panas

atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas atau

terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.

g. Pembentukan Kelompok Ergonomi

Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics Research

Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah

banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal (majalah

ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi pada November 1957.

6

Page 7: Ergonomi Di Tempat Kerja

Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association)

terbentuk pada 1957, dan The Human Factors Society di Amerika pada tahun

yang sama.

Diketahui pula bahwa Konferensi Ergonomi Australia yang pertama

diselenggarakan pada tahun 1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya

Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomics Society of

Australian and New Zealand).

2.3. Tujuan Ergonomi

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang

sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan

dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat

menciptakan sistem serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman dan sehat.2

Secara umun tujuan dari penerapan Ergonomi adalah:

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,

mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak

sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan

meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun

setelah tidak produktif.

c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,

ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan

sehingga tercipta kualitas kerja dan hidup yang tinggi.

7

Page 8: Ergonomi Di Tempat Kerja

2.4. Metode-Metode Ergonomi

a. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi

tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist

dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai

dari yang sederhana sampai kompleks

b. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada

saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak

pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan

demensi fisik pekerja

c. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya

dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan

siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan

parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.2

2.5. Aplikasi Ergonomi di Tempat Kerja

Terdapat beberapa aplikasi / penerapan dalam pelaksanaan ilmu ergonomi.

Aplikasi / penerapan tersebut antara lain:

2.5.1 Sikap Kerja

Sikap kerja diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan

puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya. Kemudian pada saat bekerja

perlu diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja

dengan nyaman dan tahan lama. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat

dikatakan sikap kerja adalah proses kerja yang sesuai ditentukan oleh

anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang digunakan pada saat bekerja.6

Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja

kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan

perlengkapannya diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap

tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan

yang dibutuhkan.3

8

Page 9: Ergonomi Di Tempat Kerja

Dikenal dua sikap kerja, yaitu sikap duduk dan sikap berdiri.

2.5.1.1 Sikap Duduk

Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk karena sikap

kerja duduk merupakan sikap kerja dimana kaki tidak terbebani dengan

berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih

sedikit energi daripada berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya

beban otot statis pada kaki. Kegiatan bekerja sambil duduk harus dilakukan

secara ergonomi sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja.7

Sikap duduk yang paling baik yaitu tanpa pengaruh buruk terhadap

sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa

(sikap tulang punggung ke depan) pada pinggang dan sedikit mungkin

kifosa (sikap duduk ke belakang) pada punggung. Sikap demikian dapat

dicapai dengan kursi dan sandaran punggung yang tepat. Dengan begitu otot

punggung terasa enak.8

Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung

lurus dan bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang kursi.

Caranya, duduk diujung kursi dan bungkukkan badan seolah terbentuk huruf

C. Setelah itu tegakkan badan buatlah lengkungan tubuh sebisa mungkin.

Tahan untuk beberapa detik kemudian lepaskan posisi tersebut secara ringan

(sekitar 10 derajat). Posisi duduk seperti inilah yang terbaik. Duduklah

dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan

penyangga kaki) dan sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga

agar kedua kaki tidak menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang

sama lebih dari 20-30 menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan

pada kursi, jaga bahu tetap rileks.3,6

9

Page 10: Ergonomi Di Tempat Kerja

Gambar 1. Sikap Duduk

Keuntungan kerja sambil duduk adalah ; (1) Kurangnya kelelahan, (2)

Berkurangnya pemakaian energi, dan (3) Berkurangnya sikap keperluan

sirkulasi darah. Namun begitu terdapat pula kerugian-kerugian sebagai

akibat kerja sambil duduk antara lain (1) Melembekkan otot-otot perut, (2)

Melengkungkan punggung dan (3) Tidak baik bagi alat tubuh bagian dalam,

khususnya peralatan pencernaan, jika posisi dilakukan secara

membungkuk.5

Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah –

masalah punggung. Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada bagian tulang

belakang akan meningkat pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri

ataupun berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100% ; maka

cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan

tekanan tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan

membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%.3

10

Page 11: Ergonomi Di Tempat Kerja

Keterbatasan gerak akan akan membiasakan bekerja dengan sikap

tubuh yang salah. Postural/sikap posisi pekerjaan secara salah dan dilakukan

menahun akan menyebabkan keluhan yang dikenal sengan Low back pain

(LBP) yaitu otot-otot pingang menjadi lelah (fatique) menimbulkan

ketidakstabilan dari tulang belakang sehingga timbul proses degeberasi yang

dapat menimbulkan keluhan sakit/pegal di daerah pinggang. Apabila hal ini

tidak dikoreksi, maka gangguan kesehatan tersebut akan menyebabkan

penyakit/kelainan dan akhirnya menurunkan kemampuan melakukan

aktivitas.9

Sikap dan sistem kerja yang ergonomis memungkinkan peningkatan

produktivitas. Sikap tubuh dalam bekerja selalu diusahakan dilaksanakan

dengan duduk atau dalam sikap duduk dan sikap berdiri secara bergantian.

Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot

pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Dan

bila ini berlanjut terus akan menyebabkan penekanan pada hernia nucleus

polposus. Hernia polposus yaitu saraf tulang belakang sehingga

menyebabkan nyeri pinggang dan kesemutan yang menjalar ketungkai

sampai kaki.9

Sikap duduk ini sangat dipengaruhi oleh pemakaian kursi. Penerapan

ergonomi dalam pembuatan kursi dimaksudkan untuk mendapatkan sikap

tubuh yang ergonomi dalam bekerja. Dengan sikap yang ergonomi ini

diharapkan efisiensi kerja dan produktivitas meningkat. Tempat duduk

(kursi) harus dibuat sedimikian rupa sehingga memberikan relaksasi pada

otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan

penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan

sensibilitas bagian-bagian tersebut.10

Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin merupakan

penyebab kerja otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-

syarat bangku kerja yang benar adalah sebagai berikut:2

11

Page 12: Ergonomi Di Tempat Kerja

a. Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan

mudah dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil

ukuran benda, makin dekat jarak lihat optimal dan makin tinggi area

kerja.

b. Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus

ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-

gerakan yang paling sering dilakukan dalam keadaan fleksi.

c. Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan

pemberian penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-

topangan tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di sesuaikan,

sehingga sesuai bagi pemakainya.

Kriteria dan ukuran kursi yang ergonomi berdasarkan antropometri

orang Indonesia adalah :

a. Tinggi alas duduk

Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas dari bagian depan alas

duduk. Ukuran yang dianjurkan 38-48 cm. Tinggi alas duduk harus

sedikit lebih pendek dari jarak antara lekuk lutut dan telapak kaki.3

b. Panjang alas duduk

Diukur dari pertemuan garis proyeksi permukaan depan sandaran duduk

pada permukaan atas alas duduk sampai kebagian depan alas duduk.

Ukuran yang dianjurkan adalah 36 cm. Panjang alas duduk harus lebih

pendek dari jarak antara lekuk lutut dan garis punggung.3

c. Lebar alas duduk

Diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Lebar alas duduk harus

lebih besar dari lebar pinggul. Ukuran yang diusulkan adalah 44- 48 cm.

12

Page 13: Ergonomi Di Tempat Kerja

d. Sandaran pinggang

Bagian atas dari sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung

tulang belikat, dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul.

e. Sandaran tangan

Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan (harus lebih lebar dari

pinggul dan tidak melebihi lebar bahu)

f. Tinggi Sandaran adalah setinggi siku

Panjang sandaran tangan: sepanjang lengan bawah. Ukuran yang

dianjurkan adalah jarak tepi dalam kedua sandaran tangan: 46-48 cm.

Tinggi sandaran tangan adalah 20 cm dari alas duduk. Panjang sandaran

tangan : 21 cm.

g. Sudut alas duduk

Alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan

bagi pekerja untuk menentukan pemilihan gerakan dan posisi. Alas

duduk hendaknya dibuat horisontal. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang

tidak memerlukan sikap sedikit membungkuk ke depan, alas duduk dapat

dibuat ke belakang (3-5 derajat). Bila keadaan memungkinkan,

dianjurkan penyediaan tempat duduk yang dapat diatur.

2.5.1.2 Sikap Berdiri

Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan di

perusahaan. Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang

belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga kelelahan

bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan sikap kerja duduk.6

Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri

adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang

lengan. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan

13

Page 14: Ergonomi Di Tempat Kerja

mengakibatkan penumpukan darah dan beragai cairan tubuh pada kaki dan

ini akan membuat bertambahnya biola berbagai bentuk dan ukuran sepatu

yang tidak sesuai, seperti pembersih (clerks), dokter gigi, penjaga tiket,

tukang cukur pasti memerlukan sepatu ketika bekerja.8

Apabila sepatu tidak pas maka sangat mungkin akan sobek dan terjadi

bengkak pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Sepatu

yang baik adalah yang dapat manahan kaki (tubuh) dan kaki tidak

direpotkan untuk menahan sepatu, desain sepatu harus lebih longgar dari

ukuran telapak kaki dan apabila bagian sepatu dikaki terjadi penahanan yang

kuat pada tali sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan itu terjadi dalam

waktu yang lama, maka otot rangka akan mudah mengalami kelelahan.

Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada

tenaga kerja dengan posisi berdiri, contohnya yaitu seperti yang

diungkapkan Granjean (dalam Santoso, 2004) merekomendasikan bahwa

untuk jenis pekerjaan teliti, letak tinggi meja diatur 10 cm di atas siku.

Untuk jenis pekerjaan ringan, letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi

siku, dan untuk pekerjaan berat, letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah

tinggi siku.8

2.5.2 Proses Kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi

waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus

dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia

dan metri yang berarti ukuran. Anthropometri dapat didefinisikan sebagai

satu studi yang berkaitan dengan ukuran dimensi tubuh manusia. Data

anthropometri sangat penting dalam menentukan alat dan cara

mengoperasikannya. Kesesuaian hubungan antara anthropometri pekerja

dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat

kelelahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja. Anthropometri juga

14

Page 15: Ergonomi Di Tempat Kerja

dapat ditentukan dalam seleksi penerimaan tenaga kerja, misalnya orang

gemuk tidak cocok ditempat pekerjaan yang bersuhu tinggi, pekerjaan

yang memerlukan kelincahan, dll. Data anthropometri dapat digunakan

untuk mendesai pakaian, tempat kerja, lingkungan kerja, mesin, alat kerja

dan sarana kerja serta produk-produk untuk konsumer.

Menurut Nurmianto (2003) dalam mengukur data anthropometri

banyak ditemui perbedaan-perbedaan atau sumber validitas yang dapat

mempengaruhi hasil pengukuran yang pada akhirnya akan digunakan

dalam perancangan suatu produk.

Adapun faktor-faktor yang turut mempengaruhi dimensi tubuh

manusia yang menyebabkan timbulnya perbedaan antar populasi yaitu

jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, dan faktor kehamilan pada wanita.3

2.5.3 Tata Letak Tempat Kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.

Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak

digunakan daripada kata-kata.2

2.5.4 Mengangkat Beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan

kepala, bahu, tangan, punggung dan sebagainya. Beban yang terlalu berat

dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian

akibat gerakan yang berlebihan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan

mengangkut adalah sebagai berikut :

a. Beban yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.

b. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik

turun dll.

c. Keterampilan bekerja

d. Peralatan kerja beserta keamanannya

15

Page 16: Ergonomi Di Tempat Kerja

Harus diperhatikan juga cara mengangkut beban. Cara-cara

mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis

yaitu :

a. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan

sebanyak mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah

dibebaskan dari pembebanan.

b. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.4

Berat beban maksimal yang boleh dipikul adalah:

Tabel 1. Berat Beban Maksimal yang Boleh Dipikul Pekerja

JenisDewasa Tenaga kerja muda

Pria (kg) Wanita (kg) Pria (kg) Wanita (kg)

Sekali-sekali 40 15 15 10-12

Terus-menerus 15-18 10 10-15 6-9

Sumber: (Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, 2010)

Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik

dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua

prinsip:1

Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung

a. Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat

badan. Metoda ini termasuk 5 faktor dasar, yaitu posisi kaki yang benar,

punggung kuat dan kekar, posisi lengan dekat dengan tubuh,

mengangkat dengan benar, menggunakan berat badan.

Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis

teratur, berupa pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan

beban kerjanya, pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai

dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan, serta nasehat harus

16

Page 17: Ergonomi Di Tempat Kerja

diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda

dan yang sudah berumur.4

2.6. Sikap Kerja yang Ergonomi Pada Pekerja yang Berhadapan Dengan

Komputer

Dewasa ini komputer adalah suatu sarana yang sangat penting dalam dunia

kerja, hampir setiap kantor baik pada kantor pemerintah atau kantor swasta,

lembaga pendidikan, tingkat rumah tangga atau dunia usaha pasti dijumpai

komputer. Pada awal munculnya alat ini, komputer hanya digunakan sebagai

sarana untuk pengolahan data. Seiring dengan perkembangan teknologi, sekarang

ini komputer juga mengalami kemajuan, yaitu sebagai sarana informasi yang

sangat cepat, murah, dan mudah yang tidak dimiliki oleh fasilitas informasi

lainnya seperti telepon, fax maupun via pos. Dapat dikatakan bahwa komputer

adalah suatu sarana yang dapat mempermudah manusia dalam beraktivitas baik

dalam menyelesaikan tugas (mengolah data) maupun untuk memperoleh

informasi.11

Seperangkat komputer yang paling sederhana terdiri dari Layar Monitor,

CPU, Keyboard, Mouse, dengan seperangkat unit ini kita sudah bisa melakukan

aktivitas mengetik. Untuk bisa mengunakan seperangkat komputer tersebut

dengan nyaman dan aman maka letak dari bagian-bagian komputer ini harus

diatur sesuai dengan fungsi dan disesuaikan juga dengan pengguna atau operator.

Hal ini dimaksudkan dalam pencapaian ergonomi di lingkungan kerja.

2.6.1 Mouse

Mouse ini merupakan alat untuk menggerakkan kursor. Mouse harus

pada ketinggian di mana lengan, pergelangan tangan, dan tangan sejajar.

Penggunaan mouse dilakukan dengan menggerakkan bahu dan lengan atas,

bukan pergerakan pergelangan tangan. Tempatkan mouse sedemikian rupa

sehingga tidak perlu menggapai terlalu jauh dari jangkauan tangan (dekat ke

keyboard adalah yang terbaik).12

17

Page 18: Ergonomi Di Tempat Kerja

Gambar 2. Posisi Mouse

Sumber: Sweere, 2005

Pegang mouse dengan posisi pergelangan tangan dan jari sejajar

dengan lengan bawah. Hal ini dapat menghindari terjadinya kekakuan otot

dan tendon.13

Gambar 3. Cara Memegang Mouse

Sumber : Sweere, 2005

2.6.2 Keyboard

18

Page 19: Ergonomi Di Tempat Kerja

Keyboard adalah peralatan untuk input. Data atau perintah dapat

dimasukkan ke dalam komputer melalui keyboard. Jadi, keyboard

merupakan penghubung antara manusia dan komputer. Jenis keyboard ada

beberapa macam, tetapi yang paling sering digunakan adalah jenis qwerty.12

Sejak awal keyboard qwerty diciptakan belum terlalu memperhatikan

masalah ergonomi, sehingga sangat memungkinkan timbulnya gangguan

atau keluhan terhadap tubuh manusia. Keyboard Qwerty ternyata belum

memberikan beban yang sama untuk jari- jari tangan kiri dan tangan kanan13

Pengguanaan keyboard adalah dengan meletakkan pergelangan tangan

dan jari segaris dengan lengan bawah, untuk memberikan rileks pada otot

dan tendon yang ada di tempat tersebut..13

Gambar 4. Cara Menggunakan Keyboard

Sumber: Sweere, 2005

2.6.3 Layar/Monitor

19

Page 20: Ergonomi Di Tempat Kerja

Layar komputer atau monitor adalah peralatan untuk menampilkan

obyek yang akan ditampilkan. Obyek tersebut bisa tulisan, angka, ataupun

gambar. Bentuk layar komputer juga terus mengalami perubahan. Monitor

harus sejangkauan lengan atau lebih jauh dari mata. Kebijakan ergonomi

konvensional umumnya menyarankan bahwa pusat layar monitor

seharusnya pada titik di mana tatapan mata jatuh secara alamiah dan

monitor harus agak miring untuk menyesuaikan dengan sudut pandang

seseorang. Penyangga monitor yang dapat disesuaikan akan membantu

membuat penyesuaian.11

Agar dapat bekerja dengan nyaman, monitor komputer dirancang

berpijak pada poros yang bisa digerakkan ke segala arah, sehingga posisi

dan jarak serta sudut kemiringannya dapat diatur . Pekerjaan komputer

merupakan jenis pekerjaan dekat yang berbeda dengan jenis pekerjaan dekat

lain dimana dilakukan sambil menatap menyudut ke bawah tetapi, pekerjaan

komputer harus menatap pada sudut horizontal pandangan ergonomis

merekomendasikan adaptasi pekerja dengan lingkungan kerja atau

menyesuaikan lingkungan kerja dengan pekerjanya.8

Monitor komputer harus berada tepat di hadapan operator, karena

tampilan di layar perlu dicermati. Pekerjaan terampil dan cermat hanya bisa

dilakukan sambil duduk, maka monitor harus sejajar dengan garis pandang

mata operator sehingga paling tepat posisinya di atas meja (Yale University,

2005). Rekomendasi tinggi layar monitor komputer berada sejajar atau

sedikit di bawah (antara 2,5 – 5 cm) garis mata operator saat duduk rileks

dan nyaman.13

Posisi monitor yang diatur adalah: a. tinggi dari permukaan lantai; b.

sudut kemiringan permukaan horizontal dan vertikal; serta c. jarak dengan

operator.15

a. Tinggi dari permukaan lantai

20

Page 21: Ergonomi Di Tempat Kerja

Bagian atas minimal sejajar dengan garis mata operator, karena posisi

istirahat melakukan fokus sekitar 5-76 cm di bawah garis mata (Cornell

University, 2004). Rekomendasi tinggi monitor sejajar atau sedikit di

bawah garis mata saat duduk rilaks, Kecuali pada pemakai kaca mata

dengan lensa ganda ketinggian monitor harus diatas garis mata.13

b. Sudut kemiringan permukaan horizontal dan vertikal

Kemiringan permukaan monitor antara 10 – 200 cukup ideal, tergantung

ukurannya. Kemiringan tesebut dimaksudkan agar silau bisa berkurang

(McCormik & Sanders, 1987; Sweere, 2005). Sudut horizontal diatur agar

memungkinkan operator memperoleh sudut pandang terbaik. Bidang

pandang adalah 15 - 500 di bawah garis pandang horizontal mata, atau 10 -

200 agar kenyamanan tidak terganggu tetapi antara 15 – 350 (Ankrum,

2005). Hal ini juga direkomendasikan oleh FEOSH, 2005. Berdasarkan

penemuan yang sudah dikonfirmasikan, berupa permukaan strees pada

otot punggung dan leher menggunakan elektromyalgram sudah menjadi

ketetapan ISO 9241-5.

c. Jarak dengan operator

Jarak jarak pandang adalah bervariasi “ garis pandang normal”, karena

melihat objek jauh sangat nyaman dengan pandangan lurus dan datar

(Ankrum, 2005). Mata melihat kebawah agar mudah melakukan

akomodasi dan pemusatan , jarak sebaiknya 76,2 cm atau lebih (Ankrum,

2005; Sweere, 2005). Pabrik menetapkan lebih besar dari 40 cm, jarak

pandang optimum posisi duduk 60 cm. FEOSH (2005) menyatakan

kebanyakan operator memilih jarak pandang 45-75 cm, lainnya lebih

senang 50,8-66cm, rekomendasi jarak pandang 45,7-71,1cm sudah diakui

standar ergonomic. VDU harus tetap pada fokus yang tepat, maka

ditempatkan jauh dan lebih tinggi dari ketentuan jarak membaca .

Maksudnya agar bagian permukaan terlihat, tanpa mengubah posisi kepala

sehingga teks kecil diatasi dengan memperbesar ukuran atau bidang

gambar daripada mendekatkannya.11

21

Page 22: Ergonomi Di Tempat Kerja

Gambar 5. Posisi Tubuh Terhadap Monitor

Sumber: McDowell, 2005

2.6.4 Meja Komputer

Beberapa persyaratan yang dibutuhkan untuk sebuah meja komputer

ergonomis adalah :

1. Meja dibuat dekat dengan pengguna agar terhindar dari penjangkauan

yang terlalu jauh.

2. Permukaannya harus dibuat sedemikian rupa agar tidak memancarkan

cahaya silau.

3. Memiliki tempat pergerakan kaki yang cukup.

4. Tinggi permukaan kerja untuk keyboard dibedakan dengan tinggi untuk

monitor komputer.

5. Mempunyai jarak yang cukup antara kursi dan monitor komputer.

6. Cukup untuk ruang dari peralatan yang digunakan.

22

Page 23: Ergonomi Di Tempat Kerja

Konstruksi dan ukuran dari meja/ kursi harus disesuaikan dengan

ukuran dari tubuh manusia (antropometri) yang akan menggunakannya.

Kesesuaian ini akan menciptakan kenyamanan dan efisiensi dalam bekerja.

Ukuran yang sesuai dengan antropometri orang Indonesia adalah sebagai

berikut : 11

a. Tinggi meja

Tinggi permukaan atas dari meja kerja dibuat setinggi siku dan

disesuaikan dengan sikap tubuh pada waktu bekerja. Untuk sikap duduk,

tinggi meja yang diusulkan adalah 64 – 74 cm yang diukur dari permukaan

daun meja sampai ke lantai.

b. Tebal daun meja

Tebal daun meja dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan

kebebasan bergerak pada kaki. Jarak antara permukaan bawah daun meja

dengan permukaan atas alas duduk > 15 cm.

c. Permukaan meja

Permukaan meja harus rata dan tidak menyilaukan.

d. Lebar meja

Lebar meja tidak melebihi jarak jangkauan tangan pekerja. Ukuran yang

diusulkan adalah kurang dari 80 cm (Laurensia, 2004).

2.6.5 Kursi Komputer

Kursi yang ergonomis dapat membantu mengatur posisi tulang

belakang pada postur yang optimal dengan memberikan pendukung yang

tepat. Kursi komputer disini memiliki syarat dan ketentuan pembuatan

23

Page 24: Ergonomi Di Tempat Kerja

sesuai dengan kursi kerja lainnya sebagaimana telah dijelaskan pada poin

sebelumnya.

2.7. Masalah Akibat Lingkungan Kerja yang Tidak Ergonomi

Masalah terbesar yang dihadapi para pekerja setelah melakukan

pekerjaannya adalah kelelahan. Menurut Tarwaka (2004) kelelahan adalah suatu

mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut

sehingga terjadi pemuliham setelah istirahat.

Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan

kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya

kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot secara statispun (static

muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan

mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon,

dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang

(repetitive).3

Sebab-sebab kelelahan yang utama adalah pekerjaan yang monoton, beban

dan lama kerja terlalu berat, lingkungan pekerjaan, sakit dan gizi yang buruk, dan

kurangnya waktu istirahat.

Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8 jam sisanya

untuk istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal

lamanya kerja melebihi ketentuan-ketentuan yang ada, perlu diatur istirahat

khusus dengan mengadakan organisasi kerja secara khusus pula.pengaturan kerja

demikian bertujuan agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta rohani

dapat dipertahankan.3

Dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya,

beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai berikut :

2.4.1 Kelelahan fisik

Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat

dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak

24

Page 25: Ergonomi Di Tempat Kerja

terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang

cukup.5

2.4.2 Kelelahan yang patologis

Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya

muncul tiba-tiba dan berat gejalanya

2.4.3 Psikologis dan emotional fatique

Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan

sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita

psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi

angka kejadiannya di tempat kerja

Gejala klinis dari kelelahan adalah perasaan lesu, ngantuk, dan pusing, sulit

tidur, kurang atau tidak mampu berkonsentrasi, menurunnya tingkat kewaspadaan,

persepsi yang buruk dan lambat, tidak ada atau berkurangnya keinginan untuk

bekerja, dan menurunnya kesegaran jasmani dan rohani.

Jika kelelahan yang terjadi sudah dalam batas waktu kronis, maka gejala

yang ditimbulkan adalah meningkatnya ketidaksatbilan jiwa, depresi, dan

meningkatnya sejumlah penyakit fisik.

2.8. Upaya penanggulangan Kelelahan

Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang

mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal dibawah ini akan

mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :3

a. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi

harus memadai dan tidak ada gangguan bising,

b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup

saat makan siang.,

c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor,

25

Page 26: Ergonomi Di Tempat Kerja

d. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus,

e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau

memungkinkan,

f. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan

semangat kerja,

g. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja,

h. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja,

i. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;

- Pekerja remaja dan usia tua

- Wanita hamil dan menyusui

- Pekerja shift

- Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan

atau zat addiktif lainnya perlu diawasi

BAB III

KESIMPULAN

26

Page 27: Ergonomi Di Tempat Kerja

Ergonomi (ergonomics) berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti

kerja dan nomos yang berarti hukum, dimana ergonomi sebagai disiplin keilmuan

yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya.

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang

sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan

dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat

menciptakan sistem serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman dan sehat.

Metode Ergonomi dilakukan dengan pendekatan diagnosis, treatment, dan

follow up. Sedangkan penerapannya dilakukan dalam mengatur sikap kerja, proses

kerja, tataletak tempat kerja, dan mengangkat beban.

Masalah terbesar yang dihadapi para pekerja setelah melakukan

pekerjaannya adalah kelelahan. Menurut Tarwaka (2004) kelelahan adalah suatu

mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut

sehingga terjadi pemuliham setelah istirahat. Sebab-sebab kelelahan yang utama

adalah pekerjaan yang monoton, beban dan lama kerja terlalu berat, lingkungan

pekerjaan, sakit dan gizi yang buruk, dan kurangnya waktu istirahat.

Penanggulangan terhadap kelelahan yang dapat dilakukan adalah dengan

mengatur lingkungan kerja, pengaturan jam kerja, dan memberikan istirahat

kepada pekerja.

Tujuan akhir dari ergonomi adalah menurunkan angka kecelakaan kerja,

penyakit akibat kerja serta meningkatkan produktivitas dari pekerja.

Daftar Pustaka

1. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, 2010. Ergonomi. Available from: www.searo.who.int

27

Page 28: Ergonomi Di Tempat Kerja

2. Manuaba, A. 2000. Ergonomi – Kesehatan dan Keselamatan kerja, Proceeding Seminar Nasional Ergonomi, Surabaya,6-7 juli.

3. Nurmianto, E. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: PT. Guna Widya.

4. Wignjosoebroto, S. 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. Surabaya: PT. Guna Widya. 72-92.

5. Suma’mur. 1996. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: Yayasan Swabhawa Karya

6. Darlis, dkk. 2009. Pertimbangan Ergonomi Pada Perancangan Stasiun Kerja. Sigma Epsilon, vol 13 (4): 105-110

7. Ardana, I. G.N. 2005. Ergonomi Indonesia. The Indonesian Journal of Ergonomic, JEI 6(1): 1 – 38

8. Santoso, G. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

9. Abeysekera, J. 2002. Ergonomic and Industrially Developing Countries. Jurnal Ergonomi Indonesia, Vol. 1(1):3-12

10. Sarmauly, S.R. 2009. Evaluasi Postur Tubuh di Tinjau Dari Segi Ergonomi di Bagian Pengepakan Pada PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan. Skripsi Teknik Industri. USU. Medan

11. Ankrum, D.R. 2004. Computer Monitor Height, Angl, and Distance. Available from URL:http://www. Google. Com/ ergonomics. Guidelines.html. [Accessed: 5 Sept 2012]

12. Mashud. 2008. MGMP TIK SMA DKI Jakarta. Komputer Ergonomi dan Kesehatan Kerja. Available from: http://www.mgmp-tik-dki.org/?pilih=news&aksi=lihat&id=6

13. Sweere, H. C. 2005. Ergonom factors Involved in Optimum Computer Workstation Design Pragmatic Approach.

28

Page 29: Ergonomi Di Tempat Kerja

14. McDowell, J. 2005. Computer related Injury: How Information Technology Mangers Help ease the Pain. Available from:URL:http://cm.bell-labs.com/who/ches/me/index.html

29