20
TUGAS 1 1. Sistem endokrin umum dan pada lansia Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai “pembawa pesan” dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastrointestin. System endokrin merupakan bagian dari system pengatur tubuh, pengaturan berbagai fungsi metabolism tubuh. Gangguan system endokrin Sistem endokrin, seperti sistem syaraf, memungkinkan bagian-bagian yang terletak jauh didalam tubuh untuk saling berkomunikasi. Terdapat tiga komponen dalam system endokrin : kelenjar endokrin yang mengeluarkan zat- zat antara kimiawi ke dalam aliran darah; zat antara kimiawi itu sendiri yang disebut hormone; dan sel atau organ sasaran yang berespon terhadap hormone tersebut. 2. Konsep dasar a. Kelenjar Endokrin Kelenjar endokrin adalah organ yang membuat, menyimpan dan mengeluarkan hormone ke dalam aliran darah. Terdapat banyak kelenjar endokrin didalam

Endokrin Pada Lansia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Endokrin Pada Lansia

TUGAS 1

1. Sistem endokrin umum dan pada lansia

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang

menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk

mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai “pembawa pesan” dan

dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan

menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak

memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-

kelenjar lain dalam saluran gastrointestin. System endokrin merupakan bagian dari

system pengatur tubuh, pengaturan berbagai fungsi metabolism tubuh. Gangguan system

endokrin

           Sistem endokrin, seperti sistem syaraf, memungkinkan bagian-bagian yang

terletak jauh didalam tubuh untuk saling berkomunikasi. Terdapat tiga komponen dalam

system endokrin : kelenjar endokrin yang mengeluarkan zat-zat antara kimiawi ke dalam

aliran darah; zat antara kimiawi itu sendiri yang disebut hormone; dan sel atau organ

sasaran yang berespon terhadap hormone tersebut.

2. Konsep dasar

a. Kelenjar Endokrin

Kelenjar endokrin adalah organ yang membuat, menyimpan dan

mengeluarkan hormone ke  dalam aliran darah. Terdapat banyak kelenjar endokrin

didalam tubuh, mencakup: kelenjar hipofisis (pituitary), Tiroid, Paratiroid, Adrenal,

Pulau-pulau langerhans pancreas, Ovarium dan testes

b. Kelenjar eksokrin (kelenjar keringat)

3. Kelenjar Endokrin antara lain :

a. Hipotalamus

Adalah sebuah organ neuroendokrn kecil yang terletak dibagian otak depan

yang disebut diensefalon. Hipotalamus adalah organ yang berkaitan dengan

homeostatis, mempertahankan lingkungan internal tubuh tetap konstan. Kelenjar ini

menerima informasi dari susunan saraf pusat dan perifer mengenai suhu tubuh, nyeri,

rasa nikmat, makanan, rasa lapar, dan status metabolik.

Page 2: Endokrin Pada Lansia

b. Hipofisis anterior

Disebut juga adenohipofisis, terdiri dari jaringan non saraf. Kelenjar ini secara

otomatis terpisah dari hipotalamus, tetapi secara fungsional berhubungan dengannya

melalui suplai darahnya.

c. Hipofisis posterior

Disebut juga neurohipofisis, adalah jaringan saraf sejati yang secara

embriologis berasal dari hipotalamus. Terdapat tiga bagian: eminensia mediana, akar

infundibulus, prosesus infundibulus.

PENUAAN PADA SISTEM ENDOKRIN

(DIABETES MELITUS PADA LANSIA)

1. DEFINISI

Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner and

Suddarth)

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu gangguan metabolic yang melibatkan

berbagai system fisiologis, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme glukosa

(Stanley & Beare)

Diabetes melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai

kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai

komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (Mansjoer, dkk)

 

2. ETIOLOGI

a. Diabetes Tipe I  atau IDDM (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus)

Diabetes Tipe I disebut dengan DM tergantung insulin, dimana terjadi bila

seseorang tidak mampu untuk memproduksi insulin endogen yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe DM ini terutama dialami oleh orang yang lebih

muda.

b. Diabetes Tipe II atau NIDDM (Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus)

Diabetes Tipe II disebut dengan DM tidak tergantung insulin, dimana bentuk

penyakit ini paling sering pada lansia karena lebih dekat dihubungkan dengan

obesitas daripada dengan ketidakmampuan untuk memproduksi insulin.

Page 3: Endokrin Pada Lansia

NIDDM merupakan bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah

ancaman serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan, yaitu :

a. Komplikasi kronis yang dialami dalam hubungannya dengan fungsi

penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan perkemihan dapat lebih menambah

beban pada sistem tubuh yang telah mengalami penurunan akibat penuaan.

b. Sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketotik, suatu komplikasi diabetes

yang dapat mengancam jiwa, meliputi hiperglikemia, peningkatan osmolalitas

serum, dan dehidrasi yang terjadi lebih sering diantara lansia.

3. MANIFESTASI KLINIK

Banyak tanda dan gejala awal NIDDM yang mungkin samar-samar dan tidak

spesifik, sehingga lansia mungkin menganggapnya sebagai hal yang tidak penting dan

mengabaikan untuk mencari perawatan. Adanya perubahan status kesehatan yang

persisten harus diselidiki. Peningkatan berkemih (poliuria), rasa haus yang berlebihan

(polidipsia), rasa lapar yang jelas (polifagia), lemas, berat badan turun, dan

kerentanan terhadap infeksi (khususnya jamur) adalah indikator-indikator yang sering

muncul dari penyakit ini pada semua usia dan mungkin terdapat dalam derajat yang

bervariasi pada lansia. Penglihatan kabur, yang diakibatkan dari efek hiperglikemia

pada lensa okular, mungkin tidak dapat dikenali sebagai gejala diabetes pada lansia.

4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Pemeriksaan penyaring yang dilakukan adalah :

Pemeriksaan glukosa darah sewaktu/ gula darah random (GDS) yang diatas

200 mg/dl (SI: 11,1 mmol/l) pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan

kriteria diagnostik penyakit diabetes.

Pemeriksaan gula darah plasma pada waktu puasa/ gula darah nuchter (GDP)

yang besarnya diatas 140 mg/dl (SI: 7,8 mmol/L. Jika kadar gula darah

puasanya normal, penegakkan diagnosis harus berdasarkan tes toleransi

glukosa.

Pemeriksaan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO), merupakan pemeriksaan

yang lebih sensitif yang dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat

sederhana, yaitu dengan cara :

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa

2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak

Page 4: Endokrin Pada Lansia

3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam

4. Periksa GDP

5. Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam

waktu 5 menit

6. Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa

7. Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak

merokok

    

WHO (1985) menganjurkan pemeriksaan standar seperti ini, tetapi kita hanya memakai

pemeriksaan glukosa darah 2 jam saja.

 

5. KOMPLIKASI

a. Akut

Koma hipoglikemia

Ketoasidosis

Koma hiperosmolar nonketotik

b. Kronik

Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah

jantung, pembuluh  darah tepi, dan pembuluh darah otak.

Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil ; retinopati diabetik,

nefropati diabetik.

Neuropati diabetik

Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran

kemih..

Kaki diabetik

 

     PENATALAKSANAAN

1.      Pencegahan Primer

 

·         Mempertahankan berat badan ideal adalah pertimbangan yang penting untuk semua

lansia, tidak hanya untuk menghilangkan stress pada sendi dan meningkatkan mobilitas,

tetapi juga untuk mengurangi risiko terjadinya diabetes.

Page 5: Endokrin Pada Lansia

·         Masalah keuangan dapat membatasi kemampuan lansia untuk membeli makanan

bergizi, karena dengan petunjuk konsumen yang sangat baik untuk membeli dan menyiapkan

sejumlah kecil makanan yang tidak mahal telah tersedia dan terbukti sangat membantu.

·         Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan, karena dapat membantu lansia

tentang kandungan makanan yang baik untuk dikonsumsi, misalnya kandungan rendah lemak

dapat mencegah aterosklerosis serta meningkatkan aktivitas reseptor

·         Latihan fisik juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes, seperti berjalan atau

berenang.

      2.      Pencegahan Sekunder

·         Penapisan

                              Deteksi dan intervensi dini membantu membatasi efek serius dari NIDDM

pada lansia, misalnya kadar gula darah puasa harus diperiksa secara rutin sebagai komponen

dari penapisan dan tes toleransi glukosa oral pada umumnya dianggap lebih sensitif dan

merupakan indikator yang dapat diandalkan. 

·         Nutrisi

      Mengajarkan kepada lansia tentang membaca label untuk menghindari asupan natrium

dan lemak yang berlebihan, memasukkan sumber-sumber makanan yang direkomendasikan

dalam asupan sehari-hari, memilih sumber-sumber makanan rendah kolesterol, dan

memasukkan serat yang adekuat dalam diet mereka.

·            Olahraga

      Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi

fisiologis dengan kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional,

dan meningkatkan sirkulasi serta dapat menurunkan berat badan.

·         Pengobatan

 

1.      Agens Oral

Ø  Sulfonilurea adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif hanya untuk

penanganan NIDDM.

Ø  Glucophage (metformin hidroklorid) adalah obat antihiperglikemia yang tidak

menurunkan kadar glukosa darah, tetapi meningkatkan penggunaan glukosa oleh jaringan

perifer dan usus. Glucophage harus dimakan bersama makanan dan dikontraindikasikan

untuk pasien dengan gangguan ginjal.

    2.      Insulin

Page 6: Endokrin Pada Lansia

Tujuan terapi insulin adalah untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam parameter

yang telah ditentukan untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.

    3.      Pencegahan Tersier

·         Untuk meningkatkan rehabilitasi yang tepat dan kembali lagi pada gaya hidup normal

untuk lansia yaitu stimulasi sensoris dalam bentuk rangsangan verbal, auditori, dan taktil

yang sesuai tidak hanya membantu interaksi dengan orang lain, tetapi juga meningkatkan

penampilan aktivitas kehidupan sehari-hari. 

·         Beri dorongan kepada lansia untuk mempertahankan atau memiliki tanggung jawab

terhadap aspek perawatan sebanyak mungkin yang memberikan tanda bagi klien bahwa

eksistensi yang berarti mungkin dicapai, bahkan ketika    penyakit kronis. 

. Perawatan kaki, mata, dan kulit yang merupakan komponen penting dari rencana

perawatan yag berkelanjutan.

TUGAS 2 :

METABOLISME KARBOHIDRAT :

Pada proses pencernaan makanan,karbohidrat mengalami proses hidrolisis(penguraian

dengan menggunakan molekul air).Proses pencernaan karbohidrat terjadi dengan

menguraikan polisakarida menjadi monosakarida.

   Ketika makanan dikunyah,makanan akan bercampur dengan air liur yang mengandung

enzim ptialin (suatu α amilase yang disekresikan oleh kelenjar parotis di dalam mulut).Enzim

ini menghidrolisis pati(salah satu polisakarida) menjadi maltosa dan gugus glukosa kecil

yang terdiri dari tiga sampai sembilan molekul glukosa.makanan berada di mulut hanya

dalam waktu yang singkat dan mungkin tidak lebih dari 3-5% dari pati yang telah dihidrolisis

pada saat makanan ditelan.

    Sekalipun makanan tidak berada cukup lama dalam mulut untuk dipecah oleh ptialin

menjadi maltosa,tetapi kerja ptialin dapat berlangsung terus menerus selama satu jam setalah

makanan memasuki lambung,yaitu sampai isi lambung bercampur dengan zat yang

disekresikan oleh lambung.Selanjutnya aktivitas ptialin dari air liur dihambat oelh zat asam

yang disekresikan oleh lambung.Hal ini dikarenakan ptialin merupakan enzim amilase yang

tidak aktif saat PH medium turun di bawah 4,0.

Setelah makan dikosongkan dari lambung dan masuk ke duodenum (usus dua belas

jari),makanan kemudian bercampur dengan getah pankreas.Pati yang belum di pecah akan

Page 7: Endokrin Pada Lansia

dicerna oleh amilase yang diperoleh dari sekresi pankreas.Sekresi pankreas ini mengandung α

amilase yang fungsinya sama dengan α-amilase pada air liur,yaitu memcah pati menjadi

maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya.Namun,pati pada umumnya hampir sepenuhnya di

ubah menjadi maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya sebelum melewati lambung

    Hasil akhir dari proses pencernaan adalah glukosa,fruktosa,glaktosa,manosa dan

monosakarida lainnya.Senyawa-senyawa tersebut kemudian diabsorpsi melalui dinding usus

dan dibawa ke hati oleh darah.

    Glukosa sebagai salah satu hasil dari pemecahan pati akan mengalami daur proses di dalam

hati,yaitu:

Pertama,Glukosa akan beredar bersama aliran darah untuk memenuhi kebutuhan

energi sel-sel tubuh

Kedua,jika di dalam hati terdapat kelebihan glukosa (gula darah),glukosa akan di

ubah menjadi glikogen(gula otot) dengan bantuan hormon insulin dan secara otomatis

akan menjaga keseimbangan gula darah.Glikogen di simpan di dalam hati,jika

sewaktu-waktu dibutuhkan,glikogen di ubah kembali menjadi glukosa dengan

bantuan hormon adrenaline.

TUGAS 3

LAWAN INSULIN :

Glukagon adalah antagonis dari insulin: yang disekresi pada saat kadar gula darah dalam

darah rendah. Pada prinsipnya menaikkan kadar gula di dalam darah.  

Glucagon mempunyai efek yang berlawanan dengan insulin, yakni:

1. Lipolisis; penguraian lemak. Ini terjadi di jaringan lemak

2. Proteolisis; penguraian protein. Ini terjadi di otot

3. Gluconeogenesis dan Glykogenolisis; membuat glukosa. Ini terjadi di hati

4. NaCl-, Kalsium-, dan Magnesiumresorption. Ini terjadi di bagian yang naik dan

gemuk dari Henle tubulus yakni ginjal.

 

Page 8: Endokrin Pada Lansia

TUGAS 4 :

Siklus Menstruasi

 

A. Pengertian

Menstruasi merupakan proses pelepasan dinding rahim (endometrium) yang

disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat

kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan

membentuk siklus menstruasi. Bila siklus haid teratur (28 hari) : Hari pertama dalam

siklus haid dihitung sebagai hari ke-1. Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16

dalam siklus haid.

 

B. Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi :

 

1. FSH-RH (follicle stimulating hormone - releasing hormone) yang

dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH

 

2. LH-RH (luteinizing hormone- releasing hormone) yang dikeluarkan

hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH

 

3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk

mengeluarkan prolaktin

 

C. Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

 

1. Masa menstruasi

Berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim)

dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada

dalam kadar paling rendah

 

2. Masa proliferasi

·         Dimulai dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14.

·         Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan

dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin.

Page 9: Endokrin Pada Lansia

·         Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke- 12 sampai 14 dapat terjadi

pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)

 

3. Masa sekresi.

Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron

dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat

kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)

 

D. Mekanisme Siklus Menstruasi

·         Pada setiap siklus haid FSH dikeluarkan oleh Lobus anterior hipofisis yang

menyebabkab beberapa folikel primer berkembang dalam ovarium.

·         Folikel primer berkembang menjadi folikel de Graaf yang membuat esterogen,

·         Esterogen menekan FSH, sehingga lobus anterior hipofisis mengeluarkan hormon

gonadotropin yang kedua yaitu LH (luteinizing hormone)

·         Produksi FSH dan LH dipengaruhi RH (relasing hormones) yang disalurkan dari

hipotalamus ke hipofisis

·         Dibawah pengruh RH folikel de graff semakin lama semakin matang dan makin

banyak mengeluarkan likuor folikuli yang mengandung esterogen. Esterogen mempunyai

pengaruh terhadap endometrium menyebabkan endometrium tumbuh (menebal) yang disebut

masa proliferasi

·         Dibawah pengaruh LH folikel de graff menjadi lebih matang, mendekati permukaan

ovarium, dan kemudian terjadi ovulasi.

·         Setelah ovulasi terjadi, terbentuklah korpus rubrum(berwarna merah) yang akan

menjadi korpus luteum (berwarna kuning).

·         Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Hormon progesteron mempunyai

pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi menyebabkan kelenjar-kelenjarnya

berlekuk-lekuk dan bersekresi (masa sekresi)

·         Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi yang menyebabkan kadar

esterogen dan progesteron menurun, sehingga terjadi degenerasi serta perdarahan dan

pelepasan endometrium yang nekrotik, yang disebut masa mestruasi.

·         Bilamana ada pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum dipertahankan dan

berkembang menjadi korpus luteum graviditatis

Page 10: Endokrin Pada Lansia

TUGAS 5

Pengecekan Diabetes Mellitus

Pada awalnya, pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap diabetes melitus,

bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Namun, harus dicurigai adanya DM jika seseorang

mengalami keluhan klasik DM berupa:

poliuria (banyak berkemih)

polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)

polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus)

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

Jika keluhan di atas dialami oleh seseorang, untuk memperkuat diagnosis dapat diperiksa

keluhan tambahan DM berupa:

lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal

penglihatan kabur

penyembuhan luka yang buruk

disfungsi ereksi pada pasien pria

gatal pada kelamin pasien wanita

Diagnosis DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa pada urin saja. Diagnosis

ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari pembuluh darah vena.

Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat dilakukan dengan memeriksa

kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer.

Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di bawah ini:

Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu  ≥200 mg/dL

Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa  ≥126 mg/dL

Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200 mg/dL

Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%

Keterangan:

Page 11: Endokrin Pada Lansia

Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa

memperhatikan waktu makan terakhir pasien.

Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.

TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa

khusus untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan dilakukan

pemeriksaan kadar glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah

meminum larutan tersebut. Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan.

Jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai normal tetapi tidak masuk ke dalam

kriteria DM, maka dia termasuk dalam kategori prediabetes. Yang termasuk ke dalamnya

adalah

Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT), yang ditegakkan bila hasil pemeriksaan

glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL dan  kadar glukosa plasma

2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO < 140 mg/dL

Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yang ditegakkan bila kadar glukosa plasma 2

jam setelah meminum larutan glukosa TTGO antara 140 – 199 mg/dL

Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM:

    Bukan DM Belum Pasti DM DM

Kadar glukosa darah

sewaktu (mg/dL)

Plasma vena <100 100-199 ≥200

Darah kapiler <90 90-199 ≥200

Kadar glukosa darah

puasa (mg/dL)

Plasma vena <100 100-125 ≥126

Darah kapiler <90 90-99 ≥100

Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia –

PERKENI tahun 2011

TUGAS 6

KOMPLIKASI MAKROVASKULAR 

Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai pembuluh darah

arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan atherosklerosis. Akibat atherosklerosis antara

lain timbul penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, dan gangren pada kaki.

Page 12: Endokrin Pada Lansia

Tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita

diabetes adalah penyakit jantung koroner (coronary heart disease = CAD), penyakit

pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer (peripheral vascular disease =

PVD). Walaupun komplikasi makrovaskular dapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang

lebih sering merasakan  komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang

umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan. Kombinasi dari penyakit-

penyakit komplikasi makrovaskular dikenal dengan berbagai nama,antara lain Syndrome X,

Cardiac Dysmetabolic Syndrome, Hyperinsulinemic Syndrome, atau Insulin Resistance

Syndrome.

Karena penyakit-penyakit jantung sangat besar risikonya pada penderitadiabetes,

maka pencegahan komplikasi terhadap jantung harus dilakukan sangat penting dilakukan,

termasuk pengendalian tekanan darah, kadar kolesterol dan lipid darah. Penderita diabetes

sebaiknya selalu menjaga tekanan darahnya tidak lebih dari 130/80 mm Hg. Untuk itu

penderita harusdengan sadar mengatur gaya hidupnya, termasuk mengupayakan berat

badanideal, diet dengan gizi seimbang, berolah raga secara teratur, tidak merokok,

mengurangi stress dan lain sebagainya.

KOMPLIKASI MIKROVASKULAR 

Komplikasi mikrovaskuler adalah komplikasi pada pembuluh darah kecil, diantaranya:

·         Retinopati diabetika, yaitu kerusakan mata seperti katarak dan glukoma atau

meningkatnya tekanan pada bola mata. Bentuk kerusakan yang paling sering terjadi adalah

bentuk retinopati yang dapat menyebabkan kebutaan.

·         Nefropati diabetika, yaitu gangguan ginjal yang diakibatkan karena penderita

menderita diabetes dalam waktu yang cukup lama.

·         Neuropati diabetika yaitu gangguan sistem syaraf pada penderita DM. Indera perasa

pada kaki dan tangan berkurang disertai dengan kesemutan, perasaan baal atau tebal serta

perasaan seperti terbakar.

Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes tipe 1. Hiperglikemia

yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk HbA1c) menyebabkan

dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada

pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-

komplikasi mikrovaskuler, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati. Disamping karena

kondisi hiperglikemia, ketiga komplikasi ini juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Oleh sebab

itu dapat terjadi dua orang yang memiliki kondisihiperglikemia yang sama, berbeda risiko

Page 13: Endokrin Pada Lansia

komplikasi mikrovaskularnya. Namun demikian prediktor terkuat untuk perkembangan

komplikasi mikrovaskular tetaplama (durasi) dan tingkat keparahan diabetes.Satu-satunya

cara yang signifikan untuk mencegah atau memperlambat jalan perkembangan komplikasi

mikrovaskular adalah dengan pengendalian kadar gula darah yang ketat. Pengendalian

intensif dengan menggunakan suntikan insulin multi-dosis atau dengan pompa insulin yang

disertai dengan monitoring kadar gula darah mandiri dapat menurunkan risiko timbulnya

komplikasi mikrovaskular sampai 60%.