23
MAKALAH PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA DARI ASPEK SPIRITUAL Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II Dosen Pembimbing: Ns. Ramli Effendi, S.Kep.,M.Kep. Kelompok 3 Ati Wulandari 213.C.0008 Annisa Juliarni 213.C.0009 Hilman Arif Firmansyah 213.C.0019 Ady Hidayatullah 213.C.0023 Rivna Andrari Lanisyah 213.C.0035 Afif Ubaidillah 213.C.0037 Wiwid Ariska Larasati 213.C.0042 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA CIREBON 2015/2016

Spiritualitas Pada Lansia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Spiritualitas Pada Lansia dalam Keperawatan Komunitas II

Citation preview

Page 1: Spiritualitas Pada Lansia

MAKALAH

PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA DARI ASPEKSPIRITUAL

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II

Dosen Pembimbing: Ns. Ramli Effendi, S.Kep.,M.Kep.

Kelompok 3

Ati Wulandari 213.C.0008

Annisa Juliarni 213.C.0009

Hilman Arif Firmansyah 213.C.0019

Ady Hidayatullah 213.C.0023

Rivna Andrari Lanisyah 213.C.0035

Afif Ubaidillah 213.C.0037

Wiwid Ariska Larasati 213.C.0042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA CIREBON

2015/2016

Page 2: Spiritualitas Pada Lansia

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan

makalah dengan judul “Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia Dari Aspek

Spiritual”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Keperawatan Komunitas II.

Selama proses penyusunan makalah ini penyusun tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moril,

spiritual maupun materi yang berharga dalam mengatasi hambatan yang

ditemukan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Ns.Ramli Effendi,S.Kep.,M.Kep yang telah memberikan

bimbingan dan dorongan dalam penyusunan makalah ini sekaligus sebagai dosen

pengampu Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II.

Semoga Allah swt. membalas baik budi dari semua pihak yang telah

berpartisipasi membantu penyusun dalam membuat makalah ini. Penyusun

menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penyusun

mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk perbaikan

penyusunan selanjutnya.

Penyusun berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Aamiin…

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Cirebon, 19 September 2015

Penyusun,

Page 3: Spiritualitas Pada Lansia

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................... i

Daftar Isi ..................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2

C. Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II Pembahasan

A. Pengertian ......................................................................................... 4

B. Karakteristik Spiritual ...................................................................... 4

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Spiritual ................................... 7

D. Perkembangan Spiritual pada Lansia ................................................ 9

E. Religiositas ....................................................................................... 10

F. Kesejahteraan Spiritualitas ............................................................... 11

G. Integritasi .......................................................................................... 12

H. Kehilangan Versus Harapan ............................................................. 13

I. Peran Keperawatan dalam Spiritualitas ........................................... 15

BAB III Penutup

A. Simpulan .......................................................................................... 19

B. Saran ................................................................................................. 19

Daftar Pustaka ............................................................................................ iii

Page 4: Spiritualitas Pada Lansia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia,

dalam masa-masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan

suatu proses dari perubahan aspek seperti biologis, psikososial, spiritual, dan

kultural.

Spiritual berkaitan dengan aspek kepercayaan manusia terhadap

kekuasaan Sang Pencipta, meyakini wujud ciptaanNya berupa alam semesta

beserta isinya. Seperti halnya dengan keyakinan dalam agama maka spiritual

dan agama tidak dapat dipisahkan karena keduanya mempengaruhi kehidupan

manusia.

Spritualitas pada lansia bersifat universal, intrinsik, dan merupakan

proses individual yang berkembang sepanjang rentan kehidupan. Karena aliran

siklus kehidupan terdapat pada kehidupan lansia, keseimbangan hidup tersebut

dipertahankan sebagai efek positif harapan dari kehilangan tersebut. Lansia

yang telah mempelajari cara menghadapi perubahan hidup melalui mekanisme

keimanan akhirnya akan dihadapkan pada tantangan akhir, yaitu kematian.

Harapan memungkinkan individu dengan keimanan spiritual atau religius

untuk bersiap menghadapi krisis kehilangan dalam hidup samapai kematian.

Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia untuk

menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, maupun merumuskan

arti dan tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan. Rasa percaya diri dan cinta

mampu membina integritas personal dan merasa dirinya berharga, merasakan

kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan, serta mampu mengembangkan

hubungan antara manusia yang positif (Graha Cendikia, 2009).

Page 5: Spiritualitas Pada Lansia

2

Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai perubahan yang

terjadi pada lansia dari aspek spiritual. Kebutuhan spiritual pada usia lanjut

adalah memenuhi kenyamanan, mempertahankan fungsi tubuh dan membantu

menghadapi kematian dengan tenang dan damai.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari spiritual?

2. Apa karakteristik dari spiritual?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual?

4. Bagaimana perkembangan spiritual pada lansia?

5. Bagaimana religiositas yang terjadi pada lansia?

6. Bagaimana kesejahteraan spiritual yang terjadi pada lansia?

7. Bagaimana intregitasi yang terjadi pada lansia?

8. Bagaimana kehilangan versus harapan yang terjadi pada lansia?

9. Bagaimana peran Keperawatan dalam Spiritualitas bagi lansia?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan

Komunitas II dengan sub bab Peubahan yang terjadi pada lansia dari aspek

spiritual.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian dari spiritual.

b. Untuk mengetahui karakteristik dari spiritual.

c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual.

d. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan spiritual pada

lansia.

e. Untuk mengetahui dan memahami religiositas yang terjadi pada

lansia.

Page 6: Spiritualitas Pada Lansia

3

f. Untuk mengetahui dan memahami kesejahteraan spiritual yang terjadi

pada lansia.

g. Untuk mengetahui dan memahami intregitasi yang terjadi pada lansia.

h. Untuk mengetahui dan memahami kehilangan versus harapan yang

terjadi pada lansia.

i. Untuk mengetahui dan memahami peran keperawatan dalam

spiritualitas bagi lansia.

Page 7: Spiritualitas Pada Lansia

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang

manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul.

Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan

keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan

sebuah tahapan Spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas,

intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahatian

serta memiliki tujuan hidup yang jelas.

Beberapa istilah yang membantu dalam pemahaman tentang spiritual

adalah : kesehatan spiritual adalah rasa keharmonisan saling kedekatan antara

diri dengan orang lain, alam, dan lingkungan yang tertinggi.

Ketidakseimbangan spiritual (Spirituality Disequilibrium) adalah sebuah

kekacauan jiwa yang terjadi ketika kepercayaan yang dipegang teguh

tergoncang hebat. Kekacauan ini seringkali muncul ketika penyakit yang

mengancam hidup berhasil didiagnosis (Taylor, 2002 dikutip dari Young,

2007).

B. Karakteristik Spiritual

Terdapat beberapa karakteristik Spiritual yang meliputi:

1. Hubungan dengan diri sendiri

Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi

pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga

sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri-sendiri, percaya pada

kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan

diri-sendiri. Kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya

Page 8: Spiritualitas Pada Lansia

5

menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang

pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif, kepuasan hidup,

optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas.

Kepercayaan (Faith). Menurut Fowler dan keen kepercayaan bersifat

universal, dimana merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran yang

tidak dapat dibuktikan dengan pikiran yang logis. Kepercayaan dapat

memberikan arti hidup dan kekuatan bagi individu ketika mengalami

kesulitan atau stress. Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai

komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga dapat memahami

kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas.

Harapan (Hope). Harapan berhubungan dengan ketidakpastian dalam

hidup dan merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui

hubungan saling percaya dengan orang lain, termasuk dengan Tuhan.

Harapan sangat penting bagi individu untuk mempertahankan hidup, tanpa

harapan banyak orang menjadi depresi dan lebih cenderung terkena

penyakit.

Makna atau arti dalam hidup (Meaning of live). Perasaan

mengetahui makna hidup, yang kadang diidentikan dengan perasaan dekat

dengan Tuhan , merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang positif

seperti membicarakan tentang situasi yang nyata, membuat hidup lebih

terarah, penuh harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan dicintai

oleh orang lain. (Puchalski, 2004).

2. Hubungan dengan orang lain

Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya

hubungan dengan orang lain. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu,

pengetahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh

orang tua dan orang yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian.

Sedangkan kondisi yang tidak harmonis mencakup konflik dengan orang

Page 9: Spiritualitas Pada Lansia

6

lain dan resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi, serta

keterbatasan asosiasi.

Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan

kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan

kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan lain sebagainya. Dengan

demikian apabila seseorang mengalami kekurangan ataupun mengalami

stres, maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan sosial.

Maaf dan pengampunan (forgiveness). Menyadari kemampuan

untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri seperti marah,

mengingkari, rasa bersalah, malu, bingung, meyakini bahwa Tuhan sedang

menghukum serta mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah

dari suatu kejadian atau penderitaan. Dengan pengampunan, seorang

individu dapat meningkatkan koping terhadap stres, cemas, depresi dan

tekanan emosional, penyakit fisik serta meningkatkan perilaku sehat dan

perasaan damai.

Cinta kasih dan dukungan sosial (Love and social support).

Keinginan untuk menjalin dan mengembangkan hubungan antar manusia

yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan

keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk

melawan banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta

kasih dan dukungan sosial yang kuat cenderung untuk menentang perilaku

tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit jantung.

3. Hubungan dengan alam

Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam

yang meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim

dan berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut.

Page 10: Spiritualitas Pada Lansia

7

Rekreasi (Joy). Rekreasi merupakan kebutuhan spiritual seseorang

dalam menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan

cinta kasih. Dengan rekreasi seseorang dapat menyelaraskan antara jasmani

dan rohani sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasaan dalam

pemenuhan hal-hal yang dianggap penting dalam hidup seperti nonton

televisi, dengar musik, olahraga dan lain-lain. Kedamaian (Peace).

Kedamaian merupakan keadilan, rasa kasihan dan kesatuan. Dengan

kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan

status kesehatan.

4. Hubungan dengan Tuhan

Meliputi agama maupun tidak agamais. Keadaan ini menyangkut

sembahyang dan berdoa, keikutsertaan dalam kegiatan ibadah, perlengkapan

keagamaan, serta bersatu dengan alam.

Dapat disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan Spiritual

apabila mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan

keberadaannya di dunia/kehidupan, mengembangkan arti penderitaan serta

meyakini hikmah dari satu kejadian atau penderitaan, menjalin hubungan

yang positif dan dinamis, membina integritas personal dan merasa diri

berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan dan

mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Spiritual

Menurut Taylor dan Craven & Hirnle dalam Hamid, faktor penting

yang dapat mempengaruhi Spiritual seseorang adalah:

1. Tahap perkembangan

Spiritual berhubungan dengan kekuasaan non material, seseorang

harus memiliki beberapa kemampuan berfikir abstrak sebelum mulai

Page 11: Spiritualitas Pada Lansia

8

mengerti spiritual dan menggali suatu hubungan dengan yang Maha Kuasa.

Hal ini bukan berarti bahwa Spiritual tidak memiliki makna bagi seseorang.

2. Peranan keluarga penting dalam perkembangan Spiritual individu

Tidak begitu banyak yang diajarkan keluarga tentang Tuhan dan

agama, tapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari

tingkah laku keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan

terdekat dan dunia pertama dimana individu mempunyai pandangan,

pengalaman tehadap dunia yang diwarnai oleh pengalaman dengan

keluarganya.

3. Latar belakang etnik dan budaya

Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan

sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan

spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama,

termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai

bentuk kegiatan keagamaan.

4. Pengalaman hidup sebelumnya

Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat

mempengaruhi Spiritual sesorang dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh

bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual pengalaman tersebut.

Peristiwa dalam kehidupan seseorang dianggap sebagai suatu cobaan yang

diberikan Tuhan kepada manusia menguji imannya.

5. Krisis dan perubahan

Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalam spiritual seseorang.

Krisis sering dialami ketika seseorang menghadadapi penyakit, penderitaan,

proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khususnya pada pasien

dengan penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan

Page 12: Spiritualitas Pada Lansia

9

dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman

spiritual yang bersifat fiskal dan emosional.

6. Terpisah dari ikatan spiritual

Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat

individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem

dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak

dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak

dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan

dukungan setiap saat diinginkan.

7. Isu moral terkait dengan terapi

Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai

cara Tuhan untuk menunjukan kebesaran-Nya, walaupun ada juga agama

yang menolak intervensi pengobatan.

D. Perkembangan Spiritual pada Lansia

Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu

untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk

mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan

kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang

lain (saudara, sahabat)menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri.

Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu

orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan

merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang

tidak dapat ditolak atau dihindarkan.

Spiritualitas sering digunakan secara sinonim dengan agama atau

religiositas tetapi secara aktual dapat dibedakan dari hal tersebut. Spiritualitas

berhubungan dengan keyakinan internal seseorang dan pengalaman pribadi

Page 13: Spiritualitas Pada Lansia

10

dengan tuhan, sedangkan agama hanya satu cara untuk mengepresikan aspek

dari dalam keyakinan pribadi seseorang. Agama atau religiositas lebih

berhubungan dengan ibadah, praktik komunitas, dan perilaku eksternal.

Kebutuhan spiritual dapat dipenuhi dengan tindakan-tindakan keagamaan

seperti berdoa atau pengakuan dosa, tetapi banyak dari kebutuhan-kebutuhan

tersebut yang dipenuhi hanya dengan hubungan antar-manusia. Spritualitas

mencakup religiositas, tetapi religiositas tidak perlu mencakup spiritualitas.

E. Religiositas

Religiositas adalah “derajat dan jenis ekspresi dan partisipasi religious

dari lansia”. Sejumlah indicator religiositas telah ditentukan dari penelitian:

kehadiran di tempat ibadah, berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan,

mengetahui tentang ibadah dan teologi, beribadah, membaca itab suci, dan

melakukan kebaktian.

Kebutuhan religious dan spiritualitas dari lansia dalam salah satu studi

adalah “kebutuhan akan kesempatan untuk beribadah sesuai dengan agama

saya sendiri, terutama di hari minggu” dan “kebutuhan akan sumber-sumber

untuk mempertahankan dan memenuhi kebutuhan kehidupan pribadi saya kitab

suci, buku, catatan, tape dan program tv”. Palmore menekankan bahwa tempat

ibadah adalah “satu-satunya institusi komunitas yang paling pervasive yang

dimiliki lansia.

Di masyarakat yang mencakup lebih dari 1200 kelompok agama yang

berbeda dan berbagai subkelompok dan sekte yang tidak terhitung banyaknya,

perawat harus mendapatkan informasi dasar tentang kelompok agama yang

terbesar di wilayah mereka. Meskipun terdapat berbagai perbedaan antar

kelompok agama tersebut, tetapi di antaranya memiliki beberapa persamaan.

Enam karakteristik umum persamaan tersebut mencakup dasar otoritas atau

kekuatan, kitab suci yang sacral, kode etik yang mendefinisikan benar dan

salah, identitas kelompok, aspirasi atau harapn, dan pandangan tentang apa

Page 14: Spiritualitas Pada Lansia

11

yang terjadi setelah kematian. Sebagian besar agama juga memiliki rasa hormat

terhadap lansia.

Perhatian gereja terhadap kebutuhan lansia semakin berkembang. Lima

puluh dua layanan yang berbeda yang diberikan oleh berbagai gereja telah

diidentifikasi. Empat peran utama gereja adalah memberikan program

keagamaan, pelayanan pastoral, dan layanan sosial serta panduan pasif tentang

lembaga layanan. Akhirnya, tempat ibadah menjadi komunitas yang peduli

ketika lansia banyak membutuhkannya. Stcinitz mengindikasikan bahwa untuk

kebanyakan orang, tempat ibadah menjdi keluarga wali, yang terdiri dari ibu,

ayah, saudara perempuan dan saudara laki-laki dari segala usia. Tempat ibadah

menjadi kelompok pendukung yang tidak sama dengan kelompok pendukung

lainnya di masyarakat. Laporan dari National Interfaith Coalition on Aging

(NICA) lebih lanjut lagi menekankan bahwa afurmasi lansia terhadap

kehidupan sangat berakar pada partisipasi mereka dalam komunitas

keagamaan. Persahabatan di komunitas meningkatkan penerimaan akan masa

lalu, kegembiraan akan masa kini, dan harapan akan pemenuhan masa depan.

F. Kesejahteraan spiritual

Kesejahteraan spiritual meyerap dan mengikat bagian-bagian

komponen seseorang untuk menjadi makhluk yang utuh. Hal tersebut

mencakup aspek-aspek artkepuasan spitual. Perkembangan White House

Conference on aging 1971, NICA. Pada tahun 1972, mendefinisikan

kesejahteraan spiritual sebagai “penguatan hidup dalam suatu hubungan

dengan tuhan diri sendiri, komunitas dan lingkungan yang memelihara dan

menghargai keutuhan.

Kahn mengeksplorasi hubungan dengan tuhan sebagai seorang yang

merawat yang tidak hanya mendukung pertumbuhan masa muda tetapi juga

sepanjang kehidupan. Ia menunjukkan bahwa arti memelihara dari bahasa

yahudi kuno adalah “bapa pemelihara” dan merujuk pada konotasi spiritual

dari kebapaan dalam kitab Mazmur 91: “Dia yang duduk dalam lindungan

Page 15: Spiritualitas Pada Lansia

12

yang maha kuasa”. Sifat memelihara pertumbuhan ini berperan dalam

perkembangan yang berkelanjutan sejalan dengan nilai dan makna seseorang

tanpa memperhatikan usia kronologis. Kahn menganjurkan tata cara membantu

lansia mengenal bahwa mereka masih dapat melakukan suatu pencapaian,

bahwa maturitas sudah diperkuat, dan bahwa kedamaian akhir sudah

dipastikan.

G. Integritasi

Kebutuhan untuk memandang seseorang dari perspektif holistic yang

tidak hanya berfokus pada penyakit tertentu merupakan hal yang sangat

penting karena lansia mengalami kehilangan berbagai aspek kesehatanyya,

miliknya, kemampuannya, dan perannya. Kehilangan fungsi tubuh dan

kapasitas mental sering tidak diseimbangkan oleh pencapaian sosial dan

spiritual. Tubuh, pikiran, dan jiwa seseorang dapat di ambil alih oleh penyakit

kronis. Demografik menunjukan bahwa kebanyakan lansia menderita

sedikitnya satu penyakit kronis dan bahwa banyak di antaranya yang menderita

lebih dari satu. Angka pasti depresi, ansietas, alkoholisme, dan bunuh diri

yang terjadi bersamaan belum didokumentasikan, tetapi banyak terjadi di

kalangan lansia dengan berbagai ketidakmampuan fisik. Berduka, nyeri, dan

control kehilangan kendali mempengaruhi integritas pribadi lansia. Dampak ini

dapat dinetralisir atau kehilangan dengan kehidupan spiritual yang kuat. Frankl

menemukan kekuatan pribadi yang memungkinkannya menemukan tujuan dan

berhasil bertahan hidup dalam hukuman penjara di kam konsentarasi Nazi,

banyak lansia yang memperoleh kekuatan dari keyakinan mereka pada saat

mereka menemukan makna penderitaan.

Maslow menyebutkan dua tingkat hierarki yang tertinggi pencapaian

harga diri dan aktualisasi diri, yang menekankan pada pengkayaan, fleksibilitas

adptif, kreatifitas, dan pola hidup yang dapat di terima. Gould menjelaskan

tentang informasi kehidupan akhir yang muncul dari perubahan-perubahan

kehidupan pribadi. Pembentukan konseptualisai menyatakan secara tidak

Page 16: Spiritualitas Pada Lansia

13

langsung bahwa keberhasilan penyelesaian tahap dan tugas-tugas yang lebih

awal berperan pada keberhasilan tahap akhir. Dapat disimpulkan bahwa setiap

orang berkembang melewati tahap-tahap perkembangan dengan caranya

sendiri, dan karenanya mencapai integritas merupakan hal yang unik bagi

orang tersebut.

Dalam kaitannya dalam praktik keagamaan dan minat spiritual,

seseorang yang aktif dalam keagamaan pada saat masih muda cenderung akan

lebih religious pada kehidupan akhirnya. Tanpa memperhatikan awal mulainya

kereligiusan tersebut, nilai-nilai tersebut akan melekat dan lebih muncul

kepermukaan pada usia tua. Mereka yang tidak pernah menjalankan atau yang

secara aktif menolak pengalaman keagamaan cenderung kurang menganggap

agama sebagai penghiburan dan dukungan pada usia tua. Brennan dan Missine

menentukan bahwa agama merupakan salah satu dari tiga hal terpenting bagi

lansia yang mereka survei. Studi mereka tampaknya mendukung pandangan

bahwa religiositas atau kurangnya religiositas akan berkembang seumur hidup.

H. Kehilangan Versus Harapan

Konsep kehilangan masuk kedalam proses penuaan, sejalan dengan

penurunan kumulatif dalam hal mental, fisik, dan sosial. Kehilangan adalah

satu kata yang paling menyimpulkan masalah-masalah usia tua, yang meliputi

kehilangan pekerjaan, waktu, harga diri, martabat pribadi, kesehatan fisik,

kontak sosial, peran, pendapatan, barang, ketajaman mental, energi, dan

kehilangan kehidupan itu sendiri yang tidak dapat dihindari.

Kehilangan dinyatakan sebagai deprivasi yang berkaitan dengan status

masa lalu, sekalipun intensitas kehilangan tersebut bergantung pada sistem

nilai seseorang. Jika frekuensi dan intensitas kehilangan semakin cepat, maka

orang tersebut akan kurang mampu beradaptasi dan berintergrasi, yang oleh

karena itu, membahayakan kesehatan mental dan fisiknya. Garret

mengidentifikasi pengruh pada kemampuan seseorang yang sedang berduka

untuk melakukan koping sejalan dengan bertambahnya usia, pengalaman

Page 17: Spiritualitas Pada Lansia

14

negative terdahulu terhadap kehilangan, kurangnya metode koping preventif,

keterbatasan penggunaan sistem pendukung, ketidakmampuan

mempertahankan kendali, penurunan status kesehatan mental dan fisik, dan

kurangnya keyakinan pada kekuatan yang lebih besar daripada dirinya sendiri.

Sikap seseorang terhadap semua kehilangan tersebut memengaruhi kualitas

seorang lansia.

Efek kumulatif dari kehilangan seumur hidup, setelah usia 75 tahun,

dialami sebagai ketidakberhargaan dan pengabaian. Kerapuhan akan meningkat

jika lansia kekurangan keterampilan interpersonal, motivasi, kekuatan spiritual,

kontak sosial yang bermakna, keuangan yang adekuat, atau persepsi postif

tentang kesehatan. Burnside menganjurkan pengguanaan strategi dan dukungan

“loss-facing” untuk meningkatkan kesejehteraan. Konsep negative kehilangan

digambarkan pada sebagai beikut:

Penyeimbang konsep kehilangan adalah konsep yang lain: harapan.

Harapan menghilangkan potensi efek katastrofik dari kehilangan kumulatif

pada lansia. Harapan, sebagai suatu pemenuhan ekspektasi, mengatasi

kehilangan yang tidak dapat dihindari yang terakumulasi dari masa kanak-

kanak. Harapan adalah antisipasi peningkatan status atau terlepas dari perasaan

terjebak. Hal tersebut berdasar pada keyakinan akan sesuatu yang mungkin

terjadi, dukungan dari orang yang berarti, rasa sejahtera, kemampuan koping

secara menyeluruh, dan tujuan hidup. Harapan merupakan kekuatan motivasi,

memberi energy yang dapat memindahkan lansia keluar dari kehilangan yang

kacau balau ketingkatan fungsi yang lebih tinggi. Hickey menggunakan istilah

memungkinkan harapan untuk menggambarkan peran perawat dalam merawat

pasien kanker. Beriman kepada Tuhan memberi alasan bagi lansia untuk hidup

dan berharap, selama mereka mau berusaha untuk mencapainya.

Harapan adalah karakteristik esensial dari tahapan intregitas Erickson

yang terakhir. Harapan, sebagai pola integral yang terpenting seumur hidup,

bertindak sebagai pengstabil fungsional pada usia tua. Pada lansia, konsep

Page 18: Spiritualitas Pada Lansia

15

kehilangan akan sangat merusak jika menyebabkan kehilangan arti hidup.

Kehilangan arti dan tujuan, dan oleh karena itu kehilangan harapan, merupakan

kehilanagn yang terakhir dalam kehidupan-kehidupan kematian. Dulu, Gibbon

menuliskan, “kegagalan harapan akan mempersuram masa tua.” Kehilangan

tanpa harapan memandamkan cahaya kehidupan. Aspek positif harapan

terdapat pada bagian bawah gambar.

I. Peran Keperawatan dalam Spiritualitas

Peran keperawatan dalam meningkatakan spiritualitas lansia harus

sangat nersifat individual, berikut ini beberapa kategori yang banyak terdapat

pada lansia.

1. Pengkaji

Mungkin merupakan fungsi perawat yang terpenting, atau orang

lain yang bekerja sama dengan lansia dalam hal pengkajian. Pengkjian

spiritual mencakup pengumpulan iinformasi tenatng riwayat spiritual dan

status saat ini dan menganalisis signifikansi dari hasil tersebut. Data

Page 19: Spiritualitas Pada Lansia

16

pengakajian yang diperoleh dari lansia dan keluarga serta lingkungan

memengaruhi pemberian informasi yang luas tentang kesehatan spiritual.

Data yang diperoleh digunakan sebagai dasar bagi intervensi keperawatan

berikutnya. Kebutuhan pengkajian yang terampil mencakup mendengarkan

dengan penuh perhatian, mengajukan pertnayaan dengan terampil,

mengobservasi dnegan penuh pemikiran dan berpikir kritis.

2. Teman

Sejalan dengan hilangnya kontak sosial lansia, stimulasi mental

dan harga diri mereka juga mengalami penurunan. Mereka membutuhkan

seseorang yang memamhami proses penuaan normal dan proses penyakit di

usia lanjut. Kebutuhan terpenting bagi lansia adalah seseorang merawatnya

sebagai individu. Perawat yang mengasuh harus menyediakan waktu untuk

lansia, membiarkan mereka menjadi diri mereka sendiri, dan mengenal nilai

mereka sebagai individu. Mungkin hadiah terbesar dapat diberikan

seseorang kepada lansia adalah waktu. Waktu dapat digunakan untuk

berbagi minat, berdoa untuk mengatasi masalah, membaca materi

keagamaan, menertawakan flim kartun atau duduk tenang bersama

mendengarkan musik atau menikmati matahari terbenam. Kuantitas waktu

kurang penting jika dibandingkan dengan kualitas. Keterampilan yang

diperlukan adalah menunjukkan adanya kasih Tuhan, mendengarkan dengan

penuh perhatian, memulai percakapan yang mengarah pada topik spiritual

dan menyediakan diri secara teratur.

3. Advokat

Peran advokasi perawat untuk lansia meliputi mendapatkan

sumber-sumber spiritual berdasarkan latar belakang klien yang unik. Hal

tersebut perlu dilakukan untuk mendukung keinginan klien untuk

berpartisipasi dalam layanan keagamaan dengan mendapatkan transpostasi

yang sesuai atau mengatur pemuka agama setempat untuk berkunjung. Hal

tersebut dapat melibatkan peningkatkan persahabatan dengan lansia lain di

tempat beribadah. Pada beberapa kasus, perawata dapat menjadi penengah

antara klien dan teman atau anggota keluarga yang jauh. Pada saat yang

Page 20: Spiritualitas Pada Lansia

17

bersamaan perawat dapat membantu klien dan keluarga menghadapi

masalah-masalah etik seperti euthanasia, kelanjutan pemakaian sistem

bantuan hidup, atau bantauan nutrisi jangka panjang. Hal tersebut dapat

mencakup intervensi untuk kepentingan klien bersama dokternya berkaitan

dengan perpanjangan perawatan medis. Peran advoksi perawat dapat

mencakup menulis surat, menelpon, atau melakukan pendekatan tentang

sebab-sebab yang memengaruhi kesejahteraan klien. Beberapa keterampilan

keperawatan khusus mencakup kemampuan untuk tetap tenang pada saat

orang lain kacau, keyakinana bahwa Tuhan akan membantu pada situasi

yang sulit, keinginan untuk meningkatkan konsiliasi, dan kemampuan untuk

mengungkapkan ide secara jelas.

4. Pemberi Asuhan

Perawat sebagai pemberi asuhan merupakan seorang pengakji yang

cerdik yang tidak hanya melakukan pengkajian dasar terhadap status

spiritual yang menyeluruh, tetapi terus juga mengkaji klien melalui

hubungan. Perawat menerjemahkan pengkajian difisit spiritual ke dalam

intervensi asuhan spiritual atau kesejejahteraan spiritual dengan

memperkuat dukungan spiritual. Perawat mngetahui bahwa status spiritual

memiliki efek kuat pada pemeliharaan kesehatan juga mencegahan atau

pemyembuhan penyakit. Lansia mungkin memerlukan bantuan khusus

untuk mengahdiri layanan keagamaan, menedengarkan layanan radio atau

televisi, menyediakan waktu tenang tanpa gangguan untuk bermeditasi atau

menrerima sakramen, atau melepaskan kemarahannya terhadap penderitaan

yang mereka alami. Keterampilan perawat meliputi bersifat sensitif terhadap

kebutuhan yang tidak terungkapkan, meningkatkan singkap membantu,

mendengarkan adanya tanda-tanda distress spiritual, dan memberikan

perawatan fisik dan spitual secara bersamaan. Hal tersebut sering kali di

rasa sulit bagi pemberi suhan karena kebtuhan fisik lansia juga dapat begitu

luas sehingga hanya sedikit saja waktu atau energy yang tersisa untuk

perawatan spiritual.

5. Manajer Kasus

Page 21: Spiritualitas Pada Lansia

18

Perawatan yang bertindak sebagai manajer kasus di area

spiritulaitas harus mengetahui tentang lansia dan komunitas. Manajer kasus

yang bekerja dengan lansia cenderung harus mengkoordinasikan asuhan

untuk klien yang rentan memerlukan bantuan karena usia lanjut, pendapatan

rendah, masalah penyakit yang bermacam-macam, atau keterbatsan sistem

pendukung. Seringkali perawat perlu bernegoisasi dengan anggota keluarga,

pemberi asuhan yang lain, atau lembaga-lemabga yang memberikan

bantuan. Keterampilan keperawatan khusus yang diperlukan mencakup

mengelola sumber-sumber yang terbatas untuk mendapatkan manfaat yang

maksimal, mengelola asuhan untuk klien guna meminimalkan keleihan dan

ansietas, meningkatkan penerimaan terhadap bantuan tanpa menjadi

ketergantungan, dan meningkatkan ikatan asal komunitas agama seseorang.

6. Peneliti

Perawat yang meneliti aspek-aspek spiritual lansia harus menjaga

hak-hak hasasi lansia yang menjadi subjek penelitian. Pertimbangan etik

yang relevan yang terdapat dalam proposal harus di evaluasi dan di jelaskan

secara rinci. Jelas terlihat dari bahasan litelatur penelitian dan instrument

test yang tersedia bahwa religiositas merupakan konsep yang lebih mudah

untuk dipelajari daripada spiritualitas. Penyelidikan secara prinsip

melibatkan sikap religious organisasi, sikap religious pribadi, dan korelasi

aktifitas religious dengan kesehatan, pneyesuaian pribadi, dan praktik-

praktik lain. Penelitian spiritual di hambat oleh beberapa faktor. Spiritualitas

bersifat temporer dan sulit untuk didefinisikan. Kerangka kerja konseptual

terbebani dengan komponen-komponen multidisiplin, dan instrument yang

valid harus dibuat atau diperbaiki untuk membantu dalam kuantifikasi.

Lebih lanjut lagi, upaya penelitian spiritualitas belum sepenuhnya di bantu

oleh pemeri ntah atau sumber pendanaan swasta.

Page 22: Spiritualitas Pada Lansia

19

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Spiritualitas sering digunakan secara sinonim dengan agama atau

religiositas tetapi secara aktual dapat dibedakan dari hal tersebut. Spiritualitas

berhubungan dengan keyakinan internal seseorang dan pengalaman pribadi

dengan tuhan, sedangkan agama hanya satu cara untuk mengepresikan aspek

dari dalam keyakinan pribadi seseorang. Agama atau religiositas lebih

berhubungan dengan ibadah, praktik komunitas, dan perilaku eksternal.

Kebutuhan spiritual dapat dipenuhi dengan tindakan-tindakan keagamaan

seperti berdoa atau pengakuan dosa, tetapi banyak dari kebutuhan-kebutuhan

tersebut yang dipenuhi hanya dengan hubungan antar-manusia.

Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu

untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk

mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan

kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang

lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri.

Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu

orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan

merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang

tidak dapat ditolak atau dihindarkan.

B. Saran

Diharapkan mahasiswa maupun pembaca lebih memahami aspek yang

terjadi pada lansia agar mampu mengaplikasikannya dalam praktik

keperawatan dan agar lebih banyak mencari sumber-sumber dari buku maupun

sumber bacaan lainnya.

Page 23: Spiritualitas Pada Lansia

iii

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Achir Yani. 2000. Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa

Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Puchalski, C. 2004. “Spirituality and health”. Diambil dari http://www.s

spirituality health.com/gr/drop down.cgi? url: % 2 frewsh % 2 fit ems 5 2

fblank/ % 2 fitem 215. html & x = 22 & y=1. Diakses pada 15 September

2015.

Stanley, Mickey dan patricia gauntlet beare. 2006. Buku ajar keperwatan

gerontik. edisi II. Jakarta: EGC.

Young & Koopsen. 2007. Spritualitas, Kesehatan dan Penyembuhan. Medan:

Bina Media Perintis.