Upload
malays
View
17
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Efektivitas Model Pembelajaran Portofolio
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW
PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP
DI KABUPATEN BLORA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
SRI PERTIWI
S.850809218
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW
PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP
DI KABUPATEN BLORA
Disusun oleh:
SRI PERTIWI
S 850809218
Telah Disetujui Tim Pembimbing
Nama Tanda Tangan Tanggal
1. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. 1. …………… …………
NIP. 19530915 197903 1 003
2. Drs. Suyono, M.Si. 2. …………… …………
NIP. 19500301 197603 1 002
Mengetahui:
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana
Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW
PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP
DI KABUPATEN BLORA
Disusun oleh:
SRI PERTIWI
S 850809218
Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji
Pada Tanggal: ... Maret 2011
Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua : Dr. Mardiyana, M.Si. .................................. NIP. 19660225 199302 1002 Sekretaris : Dr. Riyadi, M.Si. .................................. NIP. 19670116 199402 1001
Anggota Penguji :
1. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. ................................. NIP. 19530915 197903 1 003
2. Drs. Suyono, M.Si. ................................. NIP. 19500301 197603 1 002
Surakarta, ... Maret 2011
Mengetahui
Direktur PPs UNS Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika
Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si NIP.19570820 198503 1004 NIP.19660225 199302 1002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : SRI PERTIWI
NIM : S850809218
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul EFEKTIVITAS MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT
(TGT) DAN JIGSAW PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN
BLORA adalah betul–betul karya saya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini ditunjukkan dalam daftar
pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Maret 2011
Yang membuat pernyataan
SRI PERTIWI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
1. Jika suatu pekerjaan dapat dikerjakan pada hari ini, janganlah ditunda hingga hari
esok.
2. Kehilangan yang paling besar adalah kehilangan keyakinan terhadap diri sendiri.
(Sri Pertiwi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada:
1. Bapak Suwarno, Suamiku yang tercinta.
2. Ibu Sunarmi, Orang tuaku yang kuhormati.
3. Ibu Simah, Mertuaku yang kuhormati.
4. Bapak Parto, Mertuaku yang kuhormati.
5. Tutut Putri Gatot Suwarno, Mokti Wijaya Nagara dan Gradieni Sigmawarni
Pertiwi, anak–anakku yang ku sayangi.
6. Rekan-rekanku Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pasca
Sarjana UNS.
7. Rekan–rekan guru Matematika SMP se Kabupaten Blora khususnya guru
Matematika SMP 2 Blora, SMP 3 Cepu dan SMP 1 Jiken.
8. Almamater.
9. Pembaca yang budiman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunianya kepada kita
bersama dan khususnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penelitian
ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah banyak
melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi–tingginya dan terima kasih
yang sebesar–besarnya kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan
belajar yang seluas–luasnya untuk menyelesaikan tesis ini.
2. Dr. Mardiyana, M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini yang telah
memberikan petunjuk bimbingan dan dorongan sehingga tesis ini dapat penulis
selesaikan.
4. Drs. Suyono, M.Si Pembimbing II dalam penyusunan tesis ini yang telah
memberikan petunjuk bimbingan dan dorongan sehingga tesis ini dapat penulis
selesaikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak
memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
6. Bupati Kabupaten Blora yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blora yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
8. Kepala SMP 2 Blora yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai
kemudahan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
9. Kepala SMP 3 Cepu yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai
kemudahan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
10. Kepala SMP 1 Jiken yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai
kemudahan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu
terselesainya Tesis ini.
Semoga bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan dinilai sebagai suatu
amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Surakarta, Maret 2011
Penulis
Sri Pertiwi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...................................................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................................................ii
PENGESAHAN TESIS ........................................................................................... iii
PERNYATAAN ....................................................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv
ABSTRAK .............................................................................................................. xvi
ABSTRACT ............................................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
C. Pemilihan Masalah ............................................................................... 5
D. Pembatasan Masalah ............................................................................ 6
E. Perumusan Masalah ............................................................................. 8
F. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
G. Manfaat Penelitian .............................................................................. 10
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ................................ 11
A. Kajian Teori ........................................................................................ 11
1. Pengertian Belajar ........................................................................... 11
2. Model Pembelajaran Kooperatif ..................................................... 15
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ............................................ 21
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) .. 24
5. Perbedaan model pembelajaran TGT dengan Jigsaw ............... 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
6. Prestasi Belajar Matematika ............................................................ 31
7. Motivasi Belajar Matematika .......................................................... 34
8. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................ 37
B. Kerangka Berpikir ............................................................................... 40
C. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 43
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 45
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 45
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 45
C. Rancangan Penelitian .......................................................................... 46
D. Populasi dan Sampel ........................................................................... 47
1. Populasi .......................................................................................... 47
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ....................................... 47
E. Variabel Penelitian .............................................................................. 48
1. Variabel Bebas ................................................................................ 48
2. Variabel Terikat .............................................................................. 50
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 51
1. Metode Dokumentasi ...................................................................... 51
2. Metode Tes ...................................................................................... 52
3. Metode Angket ................................................................................ 52
G. Instrumen Penelitian ........................................................................... 53
H. Teknik Analisis Data ........................................................................... 60
1. Uji Prasarat ...................................................................................... 60
2. Uji Keseimbangan ........................................................................... 62
3. Uji Hipotesis ................................................................................... 64
4. Uji Komparasi Ganda ...................................................................... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 71
A. Data Hasil Uji Coba Instrumen ........................................................... 71
1. Soal Tes Prestasi Belajar ................................................................. 71
2. Soal Angket Motivasi Belajar ......................................................... 73
B. Penyajian Data Hasil Penelitian .......................................................... 74
1. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa......................................... 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Skor Angket Motivasi Belajar Siswa .............................................. 75
C. Hasil Analisis Data .............................................................................. 76
1. Kemampuan Awal ........................................................................... 76
2. Analisis Variansi ............................................................................. 78
3.Uji Anava ......................................................................................... 80
4. Uji Komparasi Ganda ...................................................................... 82
D. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 83
E. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 91
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................................ 92
A. Kesimpulan ......................................................................................... 92
B. Implikasi .............................................................................................. 93
C. Saran .................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Fase Pembelajaran Kooperatif ................................................................ 20
Tabel 2.2 Penentuan skor Tim berdasarkan skor rata-rata kelompok ...................... 30
Tabel 2.3 Perbedaan Model Pembelajaran TGT dengan Jigsaw .............................. 30
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ...................................................................................... 46
Tabel 3.2 Desain faktorial Penelitian ....................................................................... 46
Tabel 3.4 Kriteria penilaian Angket ......................................................................... 53
Tabel 3.5 Rangkuman Analisis Variansi Dua jalan ................................................. 69
Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika ............................................ 75
Tabel 4.2 Hasil Pengelompokan Motivasi Belajar Siswa ........................................ 76
Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Kemampuan Siswa ............................................ 77
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ............................. 77
Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal ......................... 78
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar ................................................... 79
Tabel 4.7 Uji Homogenitas pada Masing-masing Kelompok ................................ 80
Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan .............................................. 81
Tabel 4.9 Rataan masing-masing sel dari data hasil penelitian ............................. 82
Tabel 4.10 Uji Scheffe Komparasi Antar Kolom ................................................... 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Ilustrasi Hubungan antara Tim Heterogen dan Meja Homogen ......... 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data nilai rata-rata UNAS matematika SMP Kabupaten Blora tahun 2010 .... 100
2. Silabus ............................................................................................................... 103
3. RPP Teorema Pythagoras .................................................................................. 107
4. LKS dan Materi Teorema Pythagoras .............................................................. 189
5. Kartu soal .......................................................................................................... 207
6. Lembar Ahli ...................................................................................................... 213
7. Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Kemampuan awal .............................. 222
8. Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Prestasi Belajar Matematika ............. 228
9. Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal Prestasi Belajar Matematika .......... 238
10. Uji Keseimbangan Data Kemampuan Awal Prestasi Belajar Matematika ....... 241
11. Validitas Butir Soal Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba ..................... 244
12. Kisi-kisi Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba ....................................... 246
13. Instrument Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba .................................... 248
14. Data Siswa Uji Coba, kelompok eksperimen 1 dan 2 ....................................... 257
15. Analisis DP dan TK Soal Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba ............. 264
16. Analisis Reliabilitas Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba ..................... 266
17. Validitas Angket Motivasi Belajar Uji Coba .................................................... 268
18. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Matematika Uji Coba ................................. 270
19. Instrument Angket Motivasi Belajar Uji Coba ................................................. 271
20. Uji Reliabilitas dan Konsistensi Angket Motivasi Belajar ............................... 283
21. Kisi-kisi Test Prestasi Belajar Matematika ....................................................... 287
22. Instrument Test Prestasi Belajar Matematika ................................................... 289
23. Kisi-kisi Angket Motivasi Prestasi Belajar matematika ................................... 296
24. Instrument Angket Motivasi Prestasi Belajar matematika ................................ 297
25. Data Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Berbagai Kategori Motivasi
Belajar Eksperimen 1 ........................................................................................ 307
26. Data Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Berbagai Kategori Motivasi
Belajar Kelompok Eksperimen 2 ...................................................................... 310
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
27. Data Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Berbagai Kategori Motivasi
Belajar ............................................................................................................... 313
28. Komputasi Statistik Diskriptif Data Prestasi Belajar Matematika ................... 330
29. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen Dengan
TGT ................................................................................................................... 333
30. Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperuimen Dengan
JIGSAW ............................................................................................................ 337
31. Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kategori Motivasi Berprestasi
Rendah .............................................................................................................. 341
32. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika Kategori Motivasi Berprestasi
Sedang ............................................................................................................... 344
33. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika Kategori Motivasi Berprestasi
Tinggi ................................................................................................................ 348
34. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen Dengan TGT
Dan Jigsaw ........................................................................................................ 352
35. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika untuk Motivasi Berprestasi Tinggi,
Sedang dan Rendah ........................................................................................... 355
36. Uji Anava .......................................................................................................... 358
37. Uji komparasi lanjutan ...................................................................................... 362
38. Surat Keterangan Penelitian .............................................................................. 365
39. Dokumentasi kegiatan penelitian ...................................................................... 368
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
Sri Pertiwi, S850809218. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa SMP Di Kabupaten Blora. Tesis. Komisi Pembimbing I: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc dan Pembimbing II: Drs. Suyono, M.Si. Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. (2) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah? Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. (3) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain faktorial 2×3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan Desember 2010 dengan populasi siswa kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Blora. Sampel penelitian ini diperoleh dengan gabungan Stratified Random Sampling dan Cluster Random Sampling. Banyak anggota sampel untuk kelompok eksperimen 1 (penyajian materi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT) sebanyak 83 siswa, sedangkan banyak anggota sampel untuk kelompok eksperimen 2 (penyajian materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw) sebanyak 84 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, angket motivasi belajar siswa, dan tes hasil belajar matematika berupa tes pilihan ganda. Analisis instrumen tes menggunakan validitas isi oleh expert judgment dan reliabilitas tes menggunakan uji KR–20, sedangkan analisis butir tes dengan uji daya pembeda dan tingkat kesukaran. Analisis instrumen angket menggunakan validitas isi oleh expert judgment dan reliabilitas angket menggunakan Cronbach Alpha, sedangkan analisis butir angket menggunakan uji konsistensi internal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Analisis data dengan analisis variansi dua jalan sel tak sama dan dilanjutkan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Sebelum data dianalisis dengan uji anava terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dengan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) sama dengan prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw (2) Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah (3) Tidak terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw serta motivasi belajar matematika siswa. Diperoleh sebagai berikut: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah; Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Kata kunci: TGT, Jigsaw, Prestasi Belajar Matematika dan Motivasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
ABSTRACT
Sri Pertiwi, S850809218. The effectiveness of Cooperative Learning Model by Team Games Tournament (TGT) and Jigsaw Type in the Student Learning Mathematics Achievement of Learning Motivation Junior High School Students Blora Regency. Thesis. Principal Advisor: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., And Co-advisor: Drs. Suyono, M.Si. Surakarta: Mathematics Education Study Program Postgraduate Program of Sebelas Maret University in Surakarta, 2011. The aims of this research are to know: (1) Which gives the student learning achievement is better than mathematics cooperative learning model Team Games Tournament (TGT) type or Jigsaw type. (2) Which gives the student learning achievement is better than who have high of learning motivation or who have middle and low of learning motivation. Which gives the student learning achievement is better than who have high of learning motivation or who have middle and low of learning motivation. (3) Is better than using of mathematics cooperative learning model Team Games Tournament (TGT) type or Jigsaw type to give the student learning achievement for student have high, middle and low of learning motivation. Is better than using of mathematics cooperative learning model by Team Games Tournament (TGT) type to give the student learning achievement for student have high or middle and low of learning motivation, students have middle of learning motivation who are their the student learning achievement is better than low of learning motivation. Is better than using of mathematics cooperative learning model by Jigsaw type to give the student learning achievement for student have high or middle and low of learning motivation, students have middle of learning motivation who are their the student learning achievement is better than low of learning motivation. This research is a quasi experiment with 2×3 factorial design. The research was conducted in June 2010 to December 2010 with a population of state junior high school students grade VIII in Blora. This sample obtained by the combination of Stratified Random Sampling and Cluster Random Sampling. The number of respondent in this research was 83 students as the first experimental group (using cooperative learning method by TGT). Meanwhile, the number of Respondent in this research was 84 students as the second experimental group (using cooperative learning method by jigsaw). Collecting data is done with students' learning motivation questionnaire, review school documents and math achievement test. Instrument analysis test used is content validity test by expert’s judgment and reliability test used is KR-20; while analysis of test points used is differential force and difficult level test. Instrument analysis of questioner used content validity by expert’s judgment and reliability of questioner used Cronbach Alpha; while analysis of questioner points used internal consistency. Data analysis technique used in this research is two ways variant analysis (ANAVA) with not same cell and then double compression test with method of Scheffe. Before data analyzed by ANAVA test, prerequisite test is performed
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
previously, they are normality test with Lilliefors method and homogeneity test with using Bartlett test. The conclusion of this research are: (1) Mathematics learning achievement of the student whose cooperative learning model of TGT type is the same as the using of cooperative learning method of Jigsaw type. (2) Mathematics learning achievement of the student whose high motivation is better than mathematics learning achievement of student whose is middle and low motivation. Mathematics learning achievement of the students whose middle learning of motivation is better than mathematics learning achievement with low learning of motivation. (3) No interaction between using cooperative learning model TGT and Jigsaw type also the learning motivation. Got the following: Using cooperative learning model TGT type gives mathematics learning achievement is same as the using of cooperative learning model Jigsaw type for student who has high, middle and low learning of motivation; Using cooperative learning model TGT type gives mathematics learning achievement of the students who has high learning of motivation is better than the student who has middle and low learning of motivation, the student who has middle learning of motivation is better than the student who has low learning of motivation; Using cooperative learning model jigsaw type gives mathematics learning achievement of the students who has high learning of motivation is better than the student who has middle and low learning of motivation, the student who has middle learning of motivation is better than the student who has low learning of motivation. Keyword: TGT, Jigsaw, Mathematics Learning Achievement, and student
learning of motivation.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang berhasilnya guru dalam
pembelajaran dengan metode diskusi. Pelaksanaan diskusi kelompok yang sering
dilakukan, justru kurang diminati siswa. Siswa pandai cenderung mendominasi
kelompok belajarnya karena merasa dirinya lebih dari temannya dan tidak
mempercayai teman sekelompoknya. Mereka dapat pula bersikap sebaliknya,
pasif dan apatis sebagai akibat merasa dirugikan dalam diskusi kelompok karena
mereka akan bekerja keras untuk kelompoknya sementara siswa yang kurang
pandai akan ikut memperoleh hasil kerja kerasnya. Jika dilihat dari siswa yang
kurang pandai, mereka cenderung merasa tersisihkan, rendah diri, dan pasif,
karena seringkali pendapat-pendapat mereka kurang mendapat respon dari siswa-
siswa yang lebih pandai. Untuk mengatasi masalah ini perlu adanya model
pembelajaran kooperatif yang tepat dengan sistem penilaian mengacu pada
kinerja kelompok dan kinerja individu dalam kontribusinya terhadap kinerja
kelompok. Perlu pula pemberian keleluasaan interaksi antara pendidik dengan
siswa maupun siswa dengan siswa selama proses belajar mengajar. Interaksi
berdampak positif dapat memberi motivasi dan mutualitas kepada siswa untuk
mengikuti proses belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada
pendidikan formal. Matematika mempunyai peranan yang sangat penting untuk
dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, karena matematika merupakan
akar dari semua ilmu. Akan tetapi pada kenyataannya di lapangan menunjukkan
bahwa prestasi belajar matematika siswa masih sangat rendah dibandingkan
dengan prestasi mata pelajaran lain. Sudah banyak usaha yang dilakukan
pemerintah kabupaten Blora dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya mata pelajaran matematika. Namun belum menunjukkan hasil yang
memuaskan. Rendahnya hasil pendidikan matematika dengan ditunjukkan adanya
kenyataan, sebagai berikut:
1. Prestasi siswa SMP negeri se-kabupaten Blora untuk mata pelajaran
matematika dalam UN tahun 2009 dan 2010 menempati urutan 3 di bawah
mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPA.
2. Nilai UN mata pelajaran matematika SMP dua tahun terakhir mengalami
penurunan, hal ini ditunjukkan pada 2009 nilai rata-rata matematika kurang
dari 6,00 nilai terendah 3,25 dan nilai tertinggi 10,00 sedangkan tahun 2010
nilai rata-rata matematika kurang dari 6,00 nilai terendah 2,50 dan nilai
tertinggi 10,00 ( Sumber Diknas Kabupaten Blora ).
3. Siswa yang tidak lulus pada Ujian Nasional (UN) khususnya kabupaten Blora
2 tahun terakhir ini mengalami kenaikan yang signifikan yaitu pada tahun 2009
adalah 7,2% terdapat mata pelajaran matematika yang belum tercapai batas
minimal kelulusan paling banyak dibandingkan dua mata pelajaran yang
lainnya yaitu Bahasa Indonesia dan IPA, pada tahun 2010 adalah 11,48%,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
terdapat mata pelajaran matematika yang belum tercapai batas minimal
kelulusan paling banyak dibandingkan tiga mata pelajaran yang lainnya yaitu
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPA (Sumber Diknas Kabupaten Blora).
Hal tersebut di atas antara lain disebabkan karena guru dalam proses
belajar mengajar yang selama ini yang dilakukan adalah dengan membiarkan
siswa belajar secara pasif, mereka hanya dibiarkan menerima materi pelajaran
tanpa diperhatikan daya kreatifnya. Konsekuensinya adalah siswa lebih dituntut
untuk belajar hafalan, sehingga informasi bahan pelajaran yang sampai ke
memori siswa tidak mampu bertahan lama atau mudah terlupakan. Ini akan
menimbulkan dampak buruk pada siswa, mereka tidak bisa atau sulit menerapkan
beberapa konsep dan rumus untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Salah satu
langkah yang dapat ditempuh untuk memecahkan persoalan tersebut adalah
dengan mengubah cara belajar siswa dengan memberikan suasana belajar yang
baru yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) dan Jigsaw. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat
mengurangi kejenuhan belajar pada siswa. Pembelajaran lebih menekankan pada
pendekatan kontekstual, yang mana matematika bersifat abstrak itu dapat
disajikan dalam bentuk kontekstual, sehingga siswa dapat memahami konsep
dengan mudah dan menyenangkan. Yang perlu diperhatikan di sini bahwa siswa
diberi keleluasaan dalam belajar dalam arti siswa bisa menempatkan posisi belajar
sesuai yang mereka inginkan tanpa ada penekanan dari guru. Diciptakan suasana
yang nyaman dan menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
siswa dalam belajar. Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari
dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah
keterampilan, pengalaman, motivasi juga mendorong dan mengarah minat belajar
untuk tercapainya tujuan. Bagi siswa yang mempunyai motivasi tinggi akan
bersungguh-sungguh dalam belajar sehingga akan dapat meningkatkan prestasi
belajar.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan
yang ingin dipecahkan melalui penelitian ini adalah:
1. Masih rendahnya prestasi belajar matematika siswa, ada kemungkinan
disebabkan pola belajar mengajar yang selama ini dilakukan pendidik adalah
cara belajar siswa rutinitas, yang tidak ada kreativitasnya sehingga proses
pembelajaran cenderung membosankan. Terkait dengan hal ini muncul
permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu mengenai pengaruh pola
belajar mengajar terhadap prestasi belajar matematika.
2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa dikarenakan kurang
optimalnya usaha yang dilakukan siswa untuk belajar matematika. Terkait
dengan hal ini muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu
mengenai pengaruh besarnya usaha yang dilakukan siswa untuk belajar
matematika terhadap prestasi belajar matematika.
3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika pada siswa mungkin
karena siswa mempunyai motivasi yang rendah dalam belajar sehingga perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dilakukan penelitian, apakah tinggi rendahnya motivasi belajar akan
berpengaruh terhadap prestasi belajar belajar matematika.
4. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan
oleh kurang efektifnya penggunaan model pembelajaran. Terkait dengan
masalah tersebut dapat dilakukan penelitian yang berkaitan dengan efektivitas
model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan
Jigsaw pada prestasi belajar siswa.
5. Rendahnya hasil belajar matematika mungkin karena sarana dan prasarana
yang kurang. Terkait dengan masalah tersebut dapat dilakukan penelitian yang
berkaitan dengan pengaruh sarana dan prasarana belajar terhadap prestasi
belajar matematika.
C. Pemilihan Masalah
Karena keterbatasan peneliti, tidaklah mungkin untuk melakukan
penelitian dengan banyak masalah dalam waktu yang sama. Berdasarkan
identifikasi masalah peneliti akan melakukan penelitian dengan masalah sebagai
berikut:
1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika pada siswa mungkin
karena siswa mempunyai motivasi yang rendah dalam belajar sehingga perlu
dilakukan penelitian, apakah tinggi rendahnya motivasi belajar akan
berpengaruh terhadap prestasi belajar belajar matematika.
2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan
oleh kurang efektifnya penggunaan model pembelajaran. Terkait dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
masalah tersebut perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan efektivitas
model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan
Jigsaw pada prestasi belajar siswa.
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan
dilaksanaknnya penelitian, maka peneliti perlu memberikan batasan-batasan
permasalahan sebagai berikut:
1. Siswa yang diteliti adalah siswa-siswa SMP Negeri kelas VIII di Kabupaten
Blora tahun pelajaran 2010/2011.
2. Materi pembelajaran matematika yang diteliti difokuskan pada pembelajaran
matematika pada standar kompetensi tentang menggunakan teorema
Pythagoras dalam pemecahan masalah. Materi ini dipilih untuk penelitian
karena waktu penelitian disesuaikan dengan program semester yang telah
peneliti susun yang bertepatan dengan materi tersebut, dan materi ini menarik
karena selain mengandung beberapa konsep yang dapat diterapkan ke materi
lain atau dalam pemecahan masalah tetapi juga memerlukan daya kreativitas
untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan teorema Pythagoras,
misalkan diterapkan pada permasalahan garis singgung antara dua lingkaran,
hubungan apotema dan tali busur lingkaran, dan sebagainya.
3. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika dibatasi pada faktor
motivasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
4. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan pada penelitian ini adalah
model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan
Jigsaw. Model ini dipilih dengan asumsi bahwa:
a. Pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) mempunyai
karakteristik yaitu pelaksanaannya melalui suatu turnamen dan langkah-
langkahnya mudah sehingga menarik untuk diterapkan dalam pembelajaran.
Siswa bergerak dalam sebuah kegiatan kompetitif, mereka berdiskusi dan
berpikir secara kelompok. Siswa berpeluang untuk meraih kemenangan
dalam kompetitif secara positif, sehingga mereka termotivasi untuk belajar
matematika.
b. Model pembelajaran kooperatif jigsaw mempunyai karakteristik yaitu siswa
dikelompokkan kedalam kelompok belajar yang heterogen. Materi
pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota
kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu yang
berbeda dengan anggota lainnya dari kelompok itu mengenali latihan yang
diberikan itu. Para siswa bertemu dengan anggota–anggota dari kelompok
lain yang mempelajari topik yang sama untuk saling bertukar pendapat dan
informasi. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya semula untuk
mempresentasikan hasil diskusinya pada teman–teman di kelompoknya.
siswa aktif dan saling bekerja sama dalam mempelajari suatu materi
pelajaran sehingga siswa mudah untuk mengingat materi tersebut.
5. Prestasi belajar matematika dibatasi pada prestasi belajar matematika pada
materi teorema Pythagoras Kelas VIII SMP semester satu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, pemilihan masalah dan pembatasan
masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik
antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?
2. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik
antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan siswa
mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah? Manakah yang memberikan
prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang
mempunyai motivasi belajar sedang dengan siswa yang motivasi belajar
rendah?
3. a. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih
baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang
mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah?
b. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi
lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi
belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang
lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar
rendah?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
c. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa
yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya
daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa
yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada
siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah?
F. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik
antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
2. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik
antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan siswa yang
mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah? Manakah yang memberikan
prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang
mempunyai motivasi belajar sedang dengan siswa yang mempunyai motivasi
belajar rendah.
3. a. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih
baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang
mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah.
b. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi
belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang
lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi
belajar rendah.
c. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa
yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya
daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa
yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada
siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah:
1. Memberikan informasi kepada guru matematika tentang model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar
matematika.
2. Memberi contoh dan acuan bagi guru lain untuk mencoba model ini atau
termotivasi untuk mencoba menciptakan model pembelajaran yang baru.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian pendidikan matematika
selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Menurut Abdul Hadis (2008:60) bahwa perubahan perilaku yang
diperoleh peserta melalui aktivitas belajar sebagai hasil dari interaksi pesera
didik dengan lingkungan pendidikan dan dengan guru disebut belajar.
Pengertian belajar secara psikologis, juga dapat diartikan sebagai suatu proses
perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Agus Suprijono (2010:39) bahwa kontruktivisme
beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, bukan figuratif. Belajar operatif
adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih
umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi. Belajar figuratif
adalah belajar memperoleh pengetahuan dan penambahan pengetahuan.
Kontruktivisme menekankan pada belajar autentik bukan artifisial. Belajar
autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara
nyata. Kontruktivisme juga memberikan kerangka pemikiran belajar sebagai
proses sosial atau belajar kolaboratif dan kooperatif. Pembelajaran
kontruktivisme menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kolaboratif dan
kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual.
Menurut Depdiknas (2005:3) pada teori Piaget, Piaget menjelaskan
bahwa manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik,
perkembangan kepribadian, perkembangan sosio-emosional, dan
perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sebagian besar tergantung
kepada seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Ada tiga aspek perkembangan intelektual yaitu:
a. Struktur atau skemata merupakan organisasi mental tingkat tinggi yang
terbentuk pada individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Isi merupakan pola perilaku khas anak yang tercermin pada responnya
terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapi.
c. Fungsi adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan-
kemajuan intelektual. Fungsi itu sendiri terdiri dari organisasi dan adaptasi.
Organisasi memberikan organisme kemampuan untuk meng-organisasi
proses-proses pisik atau proses-proses psikologi menjadi sistem-sistem yang
teratur dan berhubungan. Semua organisme lahir dengan kecenderungan
untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan mereka. Cara
beradaptasi ini berbeda antara organisme yang satu dengan organisme yang
lain. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses, yaitu
asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang menggunakan
struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dihadapi dalam lingkungannya. Sedangkan dalam proses akomodasi
seseorang memerlukan modifikasi struktur mental yang ada dalam
mengadakan respon terhadap tantangan lingkungannya.
Bagi guru matematika, teori Piaget jelas sangat relevan, karena dengan
menggunakan teori itu akan bisa mengetahui adanya tahap-tahap
perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak-anak di kelas atau di
sekolahnya. Guru bisa memberikan perlakuan yang tepat bagi para siswanya,
misalnya dalam memilih cara penyampaian materi bagi siswa, penyediaan alat-
alat peraga, dan sebagainya, sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan
berpikir yang dimiliki oleh siswa masing-masing.
Menurut Agus Suprijono (2010:163) bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil
dari praktik penguatan (motivasi) yang dilandasi tujuan tertentu. Seseorang
dikatakan belajar matematika jika pada diri orang tersebut terjadi perubahan
tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, misalnya dari tidak tahu
matematika menjadi tahu tentang matematika dan mampu menerapkan dalam
diri kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana dikemukakan oleh Pape (2004:52) bahwa: Mathematics educators have been called to teach mathematics through problem solving (National Council of Teachers of Mathematics [NCTM], 1989, 2000). As stated in Priciples and Standards for School Mathematics (NCTM, 2000): “Solving problems is not only a goal of learning mathematics but also a major means of doing so ... By learning problem solving in mathematics, student should acquire ways of thinking, habits of persistence and curiosity, and confidence in unfamiliar situations ...”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru matematika
hendaknya menerapkan model pemecahan masalah, seperti yang telah ada
dalam prinsip dan standar matematika di sekolah. Pemecahan masalah bukan
hanya untuk metode dalam pembelajaran matematika tetapi juga sebagai cara
dan tindakan sehingga dengan belajar pemecahan masalah pada matematika
maka siswa dapat memperoleh cara berpikir, kebiasaan, ketekunan, rasa ingin
tahu dan percaya diri dalam situasi yang baru.
Menurut Ngalim Purwanto (2010:84) bahwa adanya beberapa elemen yang
penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu:
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan
itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada
kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman.
c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus
merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.
d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan
dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, ketrampilan,
kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan, menemukan struktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pemikiran secara umum dan interaksi dengan objek yang dipelajari secara
nyata dengan menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Depdiknas (2005:3) model merupakan suatu konsepsi untuk
mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam model
mencakup strategi, pendekatan, metode maupun teknik.
Menurut Agus Suprijono (2010:46) model pembelajaran ialah pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
maupun tutorial. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Maull and Berry (2001:78) bahwa: Developing modelling skill should be an important part of an undergraduate degree programme but it often over looked as course concentrate on teaching mathematical knowledge and skill and introducing standar models. The modelling process is often characterised as a cyclic process in which one start with a”real problem set in words”
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan model bisa menjadi
bagian penting pada program yang disetujui tetapi itu sering keliru seperti
program di sekolah pada pengetahuan dan kemampuan pengajaran
matematika. Proses model adalah sering dikhususkan seperti proses pada
permasalahan nyata.
Menurut Depdiknas (2005:14) bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran
penting yaitu:
a. Meningkatkan hasil akademik yang mana siswa yang lebih mampu akan
menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu.
b. Memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai perbedaan latar belajar, perbedaan tersebut antara lain
perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
c. Mengembangkan keterampilan sosial siswa antara lain: berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk
bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya.
Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:
a. Bertujuan menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok
secara kooperatif untuk mempelajari materi dan menyelesaikan masalah
pada materi yang dibahas.
b. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa dengan memperhatikan tingkat
kemampuan yang dimiliki siswa yaitu kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku,
budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap
kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
Menurut Agus Suprijono (2010:54) pembelajaran kooperatif adalah
konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-
bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Kelompok di
sini merupakan kelompok siswa yang ada interaksi. Setiap anggota kelompok
berinteraksi berdasarkan peran-perannya sebagaimana norma yang mengatur
perilaku anggota kelompok. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran
kooperatif yang benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif.
Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif
yaitu pembelajaran yang bercirikan:
a. ”Memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta,
keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama.
b. Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten
menilai.
Menurut Slavin (2010:103) pembelajaran kooperatif adalah solusi ideal
terhadap masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan
tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang ras atau etnik yang
berbeda. Model-model pembelajaran kooperatif secara khusus bertujuan
menggunakan kekuatan dari sekolah yang menghapuskan perbedaan kehadiran
para siswa dari latar belakang ras atau etnik yang berbeda untuk meningkatkan
hubungan antar kelompok. Model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil yang memperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan
memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya,
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan
baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang
lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2007:36) bahwa: Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when student are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks. Cooperative learning has been used as both and instructional method and as a learning tool at various levels of education and in various subject areas.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
berdasarkan pada keyakinan bahwa pembelajaran adalah paling efektif yang
mana siswa aktif dalam mengemukakan pendapat dan bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas belajar. Pembelajaran kooperatif telah digunakan sebagai
model pembelajaran pada berbagai jenis tingkat pendidikan dan berbagai jenis
mata pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling
tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. siswa yakin
bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga
mencapai tujuan tersebut. Setiap anggota dalam satu kelompok bertanggung
jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerja dalam situasi
pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan
tugasnya. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya.
b. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya
memiliki tujuan yang sama.
c. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara
anggota kelompoknya.
d. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan
dikenakan untuk semua anggota kelompok.
e. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama selama proses belajarnya, dan siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.
Menurut Pahyono (2004:2) bahwa model pembelajaran Cooperative
Learning (CL) dengan berbagai tipe dikembangkan berlandaskan teori belajar
Constructivism (Konstruktivisme). Konstruktivisme merupakan landasan
berpikir (filosofis) pendekatan konsep dalam pembelajaran. Pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperoleh melalui
konteks yang terbatas (sempit) dan tidak datang sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat, melainkan manusia harus mengkonstruksi pengetahuan
itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Fakta adalah suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
konvensi yang merupakan suatu cara khas untuk menyajikan ide-ide
matematika dalam bentuk kata atau simbol. Konsep adalah ide abstrak yang
dapat digunakan untuk melakukan klasifikasi atau penggolongan. Model CL
juga dapat memberikan pengalaman belajar dan kecakapan hidup (life skill),
karena terbukti mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa secara
individu dan membangun kerjasama antar anggota dalam kelompok.
Table 2.1 Fase pembelajaran kooperatif
Fase Keterangan Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa
1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
Memperhatikan penjelasan guru
2
Menyampaikan informasi
Guru menyajikan informasi melalui penjelasan, demonstrasi atau buku bacaan
Memperhatikan informasi yang disampaikan guru, melalui demonstrasi atau menyimak buku
3 Mengorgisasikan siswa dalam kelompok belajar
Guru membentuk kelompok secara heterogen
Membentuk kelompok sesuai dengan model yang diterapkan
4
Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok belajar sesuai tugas dengan tugas siswa
Bekerja secara kelompok
5
Evaluasi Guru meminta siswa dalam kelompok maupun klasikal untuk mempresentasikan hasil diskusi belajarnya
Mempresentasikan hasil diskusi di kelompok maupun secara
6
Memberikan penghargaan
Pemberian penghargaan bagi individu maupun kelompok
Mendapatkan penguatan materi pelajaran dan menerima penghargaan bagi individu maupun kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Berdasarkan pembahasan di atas disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama diantara siswa dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa dikelompokkan
ke dalam kelompok belajar yang heterogen. Materi pembelajaran diberikan
kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota kelompok bertanggung
jawab untuk mempelajari bagian tertentu yang berbeda dengan anggota
lainnya dari kelompok itu mengenali latihan yang diberikan itu. Para siswa
bertemu dengan anggota–anggota dari kelompok lain yang mempelajari
topik yang sama untuk saling bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu
mereka kembali ke kelompoknya semula untuk mempresentasikan yang ia
telah pelajari dan didiskusikan pada teman–teman kelompoknya. Setelah itu
seluruh siswa diberi kuis secara individual tentang materi belajar yang
sudah dipelajari. Skor pemerolehan dari kuis tersebut digunakan untuk
menentukan skor kelompoknya disamping sebagai skor individu.
Menurut Slavin (2010:103) bahwa model pembelajaran kooperatif
Jigsaw siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama dengan latar
belakang yang berbeda. Tiap anggota kelompok ditugaskan secara acak
untuk menjadi “ahli” dalam aspek tertentu. Setelah mempelajari materi
tertentu, para ahli dari kelompok yang berbeda bertemu untuk
mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka kembali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kepada kelompok untuk mengajarkan topik mereka itu kepada teman satu
kelompok. Akhirnya, akan ada kuis atau bentuk penilaian lainnya untuk
semua topik, skor yang diperoleh merupakan skor individu dan kemudian
dijumlahkan dengan skor anggota lainnya dalam satu kelompok sehingga
menjadi skor kelompok.
Menurut Agus Suprijono (2010:89) bahwa pembelajaran dengan
penerapan model Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang dibahas oleh
guru. Selanjutnya kelas dibagi menjadi kelompok kecil sebagai kelompok asal.
Guru membagikan materi kepada tiap-tiap anggota kelompok siswa. Setiap
anggota dalam kelompok itu bertanggung jawab atas materi yang berbeda.
Berikutnya membentuk expert teams (kelompok ahli) untuk diskusi tentang
topik yang sama dan kemudian mereka kembali ke kelompok asal untuk
mepresentasikan hasil diskusinya di expert teams (kelompok ahli). Kegiatan ini
merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari
hasil berdiskusi di kelompok ahli.
Menurut Pahyono (2004:6) bahwa pembagian kelompok berdasarkan
kriteria prestasi individu, gender, etnik dan ras. Kelompok Expert, jumlahnya
disesuaikan dengan pokok bahasan materi yang dipelajari. Jika suatu topik/
pokok materi terdiri 4 sub pokok materi, maka terdapat 4 kelompok expert.
Masing-masing kelompok expert beranggotakan wakil dari sejumlah kelompok
belajar siswa. Contoh: Suatu kelas terdiri dari 40 siswa, maka dapat dibentuk
menjadi 10 kelompok asal (Kelompok 1, 2, 3,…, 10). Tiap kelompok asal
terdiri dari 4 orang siswa, dengan menerima soal dengan topik yang berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
satu dengan yang lainnya. Kelompok expert beranggotakan 10 orang siswa
dengan satu topik yang sama. Langkah-langkah tipe Jigsaw terdiri 5 fase yaitu:
Fase 1: Reading
Guru mengingatkan materi sebelumnya, menyampaikan tujuan
pembelajaran, pemberian motivasi, penjelasan pokok materi berikut
contoh menyelesaikan masalah sesuai materi tersebut. Guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan
awal siswa dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin (gender),
etnik dan ras. Setelah kelompok belajar terbentuk sebagai kelompok asal,
tiap siswa diberi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk dipelajari dan
didiskusikan bersama dalam kelompok. Langkah selanjutnya siswa diberi
lembar ahli untuk didiskusikan di kelompok ahli atau expert. Masing-
masing siswa membentuk expert sesuai topik di lembar ahli.
Fase 2: Expert Group Discussions
Di dalam kelompok expert, siswa berdiskusi membahas dan memecahkan
masalah atau soal yang terdapat dalamlembar ahli. Setelah diskusi
kelompok expert selesai, semua anggota kelompok expert kembali ke
kelompok belajar semula.
Fase 3: Team reports
Siswa yang ditunjuk sebagai wakil kelompok belajar di kelompok expert
menjelaskan kepada teman-temannya sekelompok. Demikian juga teman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dari expert yang lain menjelaskan kepada teman-teman sekelompok
tentang apa yang dibahas dan dikerjakan selama di dalam kelompok
expert. Pada saat diskusi expert inilah, guru dapat memberikan
bimbingan, validasi materi dan jawaban siswa dari masing-masing
expert.
Fase 4: Assessment
Guru mengadakan kuis yang harus dikerjakan oleh siswa secara
individual. Hasilnya berupa nilai individu dan masing-masing nilai
prestasi belajar matematika yang diperolehnya kemudian sebagai dasar
nilai kelompok.
Fase 5: Team recognition
Guru bersama siswa menghitung perubahan nilai awal (base score)
siswa dengan nilai hasil kuis secara individual. Kemudian nilai semua
siswa anggota masing-masing kelompok dijumlahkan dan dirata-rata
sebagai nilai kelompok.
4. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)
Team Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh
David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan model pembelajaran
pertama dari Jhons Hopkins. Model ini menggunakan turnamen untuk
menggantikan kuis, di mana siswa memainkan game di meja turnamen dengan
anggota tim yang lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Sebuah
prosedur “menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
siswa yang berprestasi tinggi bermain dengan siswa yang berprestasi tinggi dan
yang berprestasi rendah bermain dengan siswa yang prestasi rendah juga.
keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses dan menentukan skor
bagi kelompoknya. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT) menambahkan dimensi kegembiraan bagi siswa
yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling
membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari
lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi
sewaktu siswa sedang bermain dalam game, temannya tidak boleh
membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.
Menurut Slavin (2010:166) bahwa game terdiri atas pertanyaan-
pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan
pelaksanaannya kerja Tim. Game tersebut dimainkan di atas meja turnamen
dengan tiga siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Seorang
siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan
sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang
penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-
masing.
Menurut Slavin (2010:166) turnamen adalah sebuah struktur di mana
game berlangsung. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada
pada meja turnamen, tiga siswa yang berprestasi tinggi sebelumnya untuk di
tempatkan pada meja turnamen 1, tiga siswa berikutnya pada meja turnamen 2,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dan seterusnya. Setelah turnamen pertama selesai, para siswa akan bertukar
meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada
tiap meja turnamen akan naik tingkat ke meja turnamen berikutnya yang lebih
tinggi. Siswa dengan skor tertinggi kedua tetap tinggal di meja yang sama dan
yang memperoleh skor terendah diturunkan tingkatnya ke meja turnamen yang
lebih rendah, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan
sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya. Ilustrasi
hubungan antara tim heterogen dan meja turnamen homogen dijelaskan pada
gambar berikut:
Gambar 2.1 Ilustrasi hubungan antara tim heterogen dan meja
turnamen homogen
Menurut Pahyono (2004:6) bahwa model pembelajaran kooperatif
melalui suatu turnamen, lebih banyak dipilih karena memberikan tantangan
TIM A
TIM B TIM C
A-1 A-2 A-3 A-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
Meja Turnamen
1
Meja Turnamen
2
Meja Turnamen
4
Meja Turnamen
3
A-1 A-2 A-3 A-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
A‐1 A‐2 A‐3 A‐4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
yang menarik bagi siswa dalam bentuk permainan dan cara melakukannya
relatif lebih mudah dibanding Jigsaw. Setiap siswa berperan sesuai dengan
kemampuannya dan menentukan peringkat kelompoknya. Langkah-langkah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe (TGT), sebagai berikut:
Fase 1: Penjelasan guru (Teacher presentation).
Penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian motivasi, penjelasan
materi dan pembagikan LKS ke setiap siswa. Pembagian kelas menjadi
kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan (prestasi) siswa
dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin (gender), etnik dan ras.
Tiap kelompok beranggotakan 4–5 orang, tiap siswa diberi nomor dada
dari 1, 2, 3, 4, 5.
Fase 2: Menempatkan para siswa ke dalam Tim.
Penyediaan lembar penempatan meja turnamen berdasarkan peringkat
pada ulangan sebelumnya. Jika jumlah siswa habis dibagi 3, semua meja
turnamen akan mempunyai 3 peserta. Jika ada siswa yang tersisa setelah
dibagi tiga, satu atau dua dari meja turnamen, akan beranggotakan 4
orang. Penentuan nomor meja ini hanya untuk diketahui oleh guru
dengan nomor meja dalam urutan yang acak, supaya para siswa tidak
tahu bagaimana cara penyusunan penempatan meja tersebut.
Fase 3: Belajar Tim (Team study).
Setelah siswa menerima LKS dari guru, mereka bekerjasama, diskusi dan
menjawab soal-soal pada LKS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Fase 4: Bimbingan kelompok/kelas (Scafolding).
Guru membimbing kerja kelompok maupun secara klasikal.
Fase 5: Tournament (Quizzes)
Kompetisi dengan tiga peserta, meja turnamen dengan kemampuan
homogen dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membagikan satu lembar permainan, satu lembar jawaban, satu kotak
kartu bernomor dan satu lembar skor permainan pada tiap meja.
b. Untuk memulai permainan, para siswa menarik kartu untuk
menentukan pembaca pertama, permainan berlangsung sesuai waktu
dimulai dari pembaca pertama.
c. Pembaca pertama mengambil kartu bernomor dan menjawab sesuai
kartu tersebut pada lembar permainan.
d. Peserta di sebelah kiri atau kanannya (penantang pertama) punya opsi
untuk menantang untuk memberikan jawaban berbeda, dengan
kompensasi untuk berhati-hati dalam menantang karena jika
jawabannya salah maka dia harus mengembalikan kartu yang telah
dimenangkan sebelumnya. Penantang II boleh menantang jika
penantang I melewatinya. Apabila semua penantang sudah menantang
atau melewati maka penantang kedua membacakan jawabannya dan
bagi yang jawaban benar akan menyimpan kartu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
e. Permainan berlanjut hingga periode kelas berakhir atau kotaknya telah
kosong.
f. Masing-masing peserta mencatat skor pada lembar skor permainan.
g. Jika waktu yang tersedia masih ada maka dilanjutkan game kedua.
h. Selanjutnya siswa dengan skor tertinggi bergeser ke meja turnamen
yang lebih tinggi grade-nya, urutan kedua tetap di tempat dan ketiga
bergeser ke meja turnamen dengan grade lebih rendah.
Fase 6: Validation
Guru melakukan validasi, penjelasan tentang soal dan kunci jawaban kuis
dan memberi kesempatan untuk tanya jawab bagi siswa yang belum
memahami soal yang menjadi tanggung jawabnya. Tujuannya adalah
memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Fase 7: Penghargaan kelompok (Team recognition).
Penentuan skor tim dan dari skor yang diperoleh masing-masing
kelompok maka selanjutnya adalah pemberian penghargaan lainnya.
Fase 8: Menentukan skor Tim
Setelah diperoleh skor tiap anggota pada masing-masing kelompok,
kemudian diadakan rekapitulasi nilai dengan penjumlahan skor anggota
dan dirata-rata untuk diperoleh skor kelompok, sehingga bisa ditentukan
kelompok mana yang menjadi pemenangnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tabel 2.2 Penentuan skor Tim berdasarkan skor rata-rata kelompok.
NO PEROLEHAN SKOR RATA-RATA PREDIKAT
1 85 atau lebih Super Team
2 75 – 84 Great Team
3 65 - 74 Good Team
5. Perbedaan model pembelajaran TGT dengan Jigsaw
Perbedaan antara kelompok belajar dalam Tabel berikut ini:
Tabel 2.3 Perbedaan Model pembelajaran TGT dengan Jigsaw
NO Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
1 Kepemimpinan bersama. Tidak ada pemimpin
2 Saling ketergantungan yang
positif.
Tidak ada saling ketergantungan.
3 Seluruh anggota kelompok
bertanggungjawa terhadap hasil
belajar.
Tidak semua anggota kelompok
bertanggung jawab terhadap hasil
belajar.
4 Menekankan pada tugas dan
hubungan kooperatif.
Menekankan pada tugas individu dan
kelompok.
5 Guru sebagai fasilitator. Guru membimbing secara klasikal
maupun individual.
6 Skor yang diperoleh adalah hasil
skor kelompok.
Skor yang diperoleh secara individu
dan kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
6. Prestasi Belajar Matematika
Matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:723) diartikan
sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan untuk penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Sedangkan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995:3) matematika dalam GBPP
adalah matematika sekolah dengan pengertian bahwa materi dan pola pikirnya
telah dipilih dan disesuaikan dengan proses perkembangan kemampuan siswa.
Walaupun objek matematika adalah abstrak, namun pengajarannya dapat
dimulai dari objek yang kongkrit. Demikian pula pola pikir matematika adalah
deduktif dan konsisten atau deduktif aksiomatis. Selain itu matematika sekolah
juga disesuaikan dengan kebutuhan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Matematika menurut Marsigit (2002:2) adalah sebagai berikut:
a. Matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
b. Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan
penemuan.
c. Matematika adalah kegiatan problem solving.
d. Matematika adalah alat untuk komunikasi.
Menurut Karp (2008:42) bahwa: The analysis of what teachers consider beautiful in mathematics is important not only for a better understanding of teacher’s mentality: it also directs our attantion to very practical issues. The formation of the aesthetic perception of mathematics proves impossible when one or another section must be taught and studied too quickly, superficily, and be relying on mindless, rote memorization of rules. The fact that for many teachers the
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
beautiful lies outside the bounds of ordinary program is, surely, an alarm signal. It is an important challenge for the mathematical community to reorganize the ordinary course in mathematics so as to make the teachers see the bauty in it. Then the student has the chance to see it there as well.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu
yang cantik, dimana harus dikuasai oleh guru matematika untuk ditransferkan
ke siswa dengan cara yang indah. Dalam menyelesaikan permasalahan
matematika perlu cara khusus. Pada kenyataannya bahwa beberapa guru tidak
memanfaatkan keindahan matematika tetapi mereka dibatasi oleh kurikulum
yang harus dicapai. Ini sebuah perubahan penting bagi masyarakat matematika
untuk memberikan masukan ke lembaga pendidikan agar membuat guru
matematika mau melihat keindahan matematika. Harapannya siswa dapat juga
menyaksikan keindahan itu sehingga mereka tertarik belajar matematika.
Begitu pula menurut Ernest (2008:6) bahwa: Routine mathematical activity typically involves relatively simple initial texts and deployment of restricted transformation rules in the production of sequences of text. Less routine or creative mathematical activities, such as problem solving, applications, or investigational work, tipically involve more complex task formulations and require some novelty and insight in selecting which transformations to apply and which elements to apply them to, the producing the sequence.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rutinitas kegiatan matematika relatif
sederhana dalam susunan aturan. Kurangnya rutinitas atau kreatifitas dalam
kegiatan matematika seperti halnya pada pemecahan masalah, penerapan atau
unjuk kerja, hal ini merupakan tugas yang lebih komplek dengan perubahan,
penerapan dalam susunan aturan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Menurut Agus Suprijono (2010:5) bahwa hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan
bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895) prestasi diartikan
sebagai hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan atau dikerjakan.
Sedangkan belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau
ilmu, berlatih, berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. Jadi prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang telah
dicapai melalui penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran. Prestasi belajar lazimnya ditunjukkan
dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar
dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami
suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan
sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang
menghasilkan pengetahuan atau nilai–nilai kecakapan.
Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai
setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi
belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek–aspek tertentu dari siswa
misalnya pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep. Dari beberapa
pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar
matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
matematika yang di tunjukkan dengan hasil yang berupa nilai dan perubahan
motivasi belajar matematika.
7. Motivasi Belajar matematika
Menurut Abdul Hadis (2008:29) bahwa motif/motivasi secara umum
diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di
dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi untuk
mencapai tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai kekuatan yang ada dalam
diri seseorang yang mendorong dia untuk melakukan aktivitas tertentu demi
untuk mencapai tujuan.
Menurut Agus Suprijono (2009:163) hakikat motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi
semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang
termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Motivasi belajar siswa ada dua macam yaitu yang berasal dari dalam
(instrinsik) misalnya keinginan untuk mencapai cita-citanya dan yang berasal
dari luar (ekstrinsik) misalnya adalah penggunaan model pembelajaran
kooperatif yang menyenangkan dan membuat siswa mudah belajar.
Menurut Slavin (2010:34) bahwa ada dua teori dalam pembelajaran
koperatif yaitu motivasi dan teori kognitif. Pada teori motivasi pembelajaran
koperatif terutama menfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
siswa bekerja. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa akan termotivasi untuk
belajar baik dalam kelompok atau secara termotivasi untuk belajar baik dalam
kelompok atau secara individu. Jika ada penghargaan dari guru bila berhasil
dalam belajarnya. Ciri–ciri Motivasi Belajar Siswa adalah sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus untuk waktu lama,
tidak berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa).
c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.
d. Ingin mendalami bahan/ bidang pengetahuan yang diberikan di kelas.
e. Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan
prestasinya).
f. Menunjukkan minat terhadap masalah orang dewasa (misalnya terhadap
pembangungan agama, politik, korupsi, keadilan dan sebagainya).
g. Senang dan rajin belajar, penuh semangat.
h. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak
mudah melepaskan pendapat tersebut).
i. Cepat bosan dengan tugas rutin.
j. Mengejar tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat
untuk sesuatu yang ingin dicapai kemudian).
Membangkitkan motivasi pada diri siswa bukanlah hal yang mudah
dilakukan. Perlu mengenal diri siswa lebih lanjut dan mencari informasi
tentang keinginan siswa tersebut, sehingga kita dapat memotivasi mereka. Ada
beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
a. Pemberian penghargaan secara verbal.
b. Memberikan pujian terhadap siswa yang memperoleh peningkatan prestasi
belajar selain menyenangkan siswa juga mengandung makna interaksi dan
pengalaman pribadi yang langsung antara guru dan siswa sehingga
merupakan suatu penghargaan.
c. Pemberian nilai. Memberi nilai dengan disertai ulasan berupa pujian dan
koreksi menggambarkan hasil belajar siswa juga merupakan cara efektif
menumbuhkan motivasi siswa.
d. Pemberian perhatian secara positif.
e. Dalam pembelajaran matematika guru berperan sebagai fasilitator dengan
memberi pengarahan, bimbingan dan petunjuk sehingga anak merasa
diperhatikan, sehingga siswa juga akan termotivasi untuk mengerjakan
tugas dengan baik.
f. Pemberian ulangan harian terstruktur. Ulangan harian hendaknya diberikan
minimal setelah satu kompetensi dasar selesai dan sebelum pelaksanaan
ulangan supaya ada pemberitahuan kepada siswa sehingga mereka bisa
mempersiapkan diri dengan baik, dan diadakan remidi bagi siswa yang
belum tuntas dan pengayaan bagi siswa yang sudah tuntas.
g. Pemberian teguran atau nasehat. Bagi siswa yang telah dan sedang
melakukan kesalahan atau berkelakukan kurang baik, tidak perlu langsung
dimarahi atau diberi hukuman, sebaiknya mereka diberi teguran atau nasehat
untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi. Mereka perlu ditegur dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
sopan, bijaksana dan hati–hati agar tidak menyinggung perasaan dan harga
diri siswa.
Menurut Ngalim Purwanto (2010:103) bahwa motif merupakan
pendorong bagi suatu organisma untuk melakukan sesuatu. Motif intrinsik
dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis
dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu.
Jadi motivasi belajar matematika adalah keinginan yang ada pada diri
siswa untuk mau belajar matematika dalam rangka mencapai prestasi belajar
matematika yang lebih baik. Sebagai indikatornya adalah suasana kelas,
harapan orang tua, penghargaan, kritik membangun ganjaran, kebutuhan
pelajaran matematika keinginan belajar matematika, ketertarikan terhadap
pelajaran matematika, minat belajar matematika, cita–cita masa depan yang
menyangkut pelajaran matematika.
8. Hasil Penelitian yang Relevan
Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan
kualitas pembelajaran matematika, seperti yang dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Terdapat 4 penelitian yang relevan, yaitu:
a. Eko Budianto (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams games Tournament (TGT) pada
Pokok Bahasan persamaan Kuadrat Ditinjau dari Minat Belajar Siswa Kelas
X SMA di Kabupaten Ngawi. Persamaan antara penelitian Eko Budianto
dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT). Perbedaannya pada
penelitian Eko ditinjau dari minat belajar peserta didik sedangkan pada
penelitian ini ditinjau dari motivasi belajar. Hasil penelitiannya adalah
prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe ekspositori,
terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat minat belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika, pada masing-masing kategori minat belajar
terdapat perbedaan dengan model kooperatif tipe TGT dengan ekspositori.
b. Hindarso (2008) dalam penelitiannya yang berjudul eksperimentasi
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Game Tournament (TGT) pada materi pokok rumus-rumus trigonometri
ditinjau dari aktivitas belajar peserta didik SMP Negeri kota Surakarta.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan Hindarso dengan yang akan
dilakukan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) perbedaannya
pada penelitian Hindarso ditinjau dari aktivitas belajar peserta didik
sedangkan pada penelitian ini ditinjau dari motivasi belajar. Hasilnya
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi
belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif
tipe NHT, aktivitas belajar peserta didik berpengaruh terhadap prestasi
belajar matematika, dan tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan
aktivitas belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
c. Ngadiyono (2010) dalam penelitiannya yang berjudul pembelajaran
matematika dengan model kooperatif tipe Jigsaw dan Direct Instruction
berbantuan komputer ditinjau dari motivasi belajar siswa. Persamaan antara
penelitian yang dilakukan Ngadiyono dengan yang akan dilakukan dalam
penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw. Perbedaannya pada penelitian Ngadiyono untuk
model pembelajaran yang lainnya adalah dengan tipe Direct Instruction,
sedangkan pada penelitian ini dengan model kooperatif tipe TGT. Hasilnya
prestasi belajar matematika siswa yang menerapkan model kooperatif
tipe Jigsaw lebih baik daripada Direct Instruction berbantuan komputer,
motivasi belajar peserta didik berpengaruh terhadap prestasi belajar
matematika, dan tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi
belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika.
d. Maryono (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas model
Pembelajaran Jigsaw ditinjau dari motivasi belajar siswa pada pokok
bahasan rumus-rumus trigonometri siswa kelas XI IPA SMA di Kabupaten
Bojonegoro. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dari motivasi belajar siswa.
Perbedaannya pada penelitian Maryono pada pokok bahasan rumus-rumus
trigonometri sedangkan penelitian ini pada materi teorema Pythagoras. Hasil
penelitiannya adalah hasil belajar matematika siswa dengan model
pembelajaran kooperatif Jigsaw lebih baik dari pada hasil belajar
matematika siswa dengan model pembelajaran langsung, motivasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
peserta didik berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika, tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi siswa
terhadap prestasi belajar matematika siswa.
B. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)
dan Jigsaw terhadap prestasi belajar matematika.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw merupakan bentuk
model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan berdasarkan pada teori
belajar konstruktivisme, dimana menurut teori belajar ini pengetahuan
dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit yang hasilnya diperoleh dari hasil
konstruksi dan pengalamannya sendiri. Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT
siswa aktif dan saling bekerja sama dalam sebuah kompetisi untuk mempelajari
suatu materi pelajaran. Siswa dalam satu kelompok berkomitmen bersama
untuk mendapatkan skor sebanyak-banyaknya. Mereka berupaya menjadikan
kelompok mereka sebagai juara, akibatnya siswa akan bersungguh-sungguh
mempelajari materi, sehingga siswa mudah untuk mempelajari materi tersebut.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw para siswa bertemu
dengan anggota–anggota dari kelompok lain dalam Tim ahli yang mempelajari
topik yang sama untuk saling bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu
mereka kembali ke kelompoknya semula untuk mempresentasikan apa yang ia
telah pelajari dan didiskusikan pada teman–teman kelompoknya. Siswa aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dan saling bekerja sama dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga
siswa mudah untuk mengingat materi tersebut.
Penerapan model pembelajaran TGT dan Jigsaw membuat siswa
termotivasi dalam pembelajaran akan tetapi dalam penerapan model
pembelajaran TGT lebih menekankan pembelajaran yang bermakna dan
terdapat kompetisi yang menarik sehingga siswa termotivasi untuk
mempelajari lebih mendalam karena materi yang mereka selesaikan sesuai
dengan pilihan kemampuan berprestasi siswa, dengan demikian diduga
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) memberikan prestasi belajar matematika lebih baik daripada model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
2. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.
Faktor penentu keberhasilan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa adalah motivasi belajar matematika. Siswa dengan motivasi tinggi akan
lebih mudah untuk memahami materi dan menyelesaikan soal yang diberikan
guru maupun dari sumber lain, sehingga prestasi belajar matematika yang
diraih juga tinggi. Untuk siswa dengan motivasi sedang masih memerlukan
bimbingan guru untuk bisa memahami materi dan pemecahan soal, walaupun
untuk beberapa hal mereka dapat memahami sendiri. Sehingga persentase
bimbingan yang dilakukan guru relatif sedikit jika dibandingkan dengan siswa
yang mempunyai motivasi rendah. Siswa dengan motivasi belajar rendah
sangat memerlukan bimbingan dan pemberian motivasi oleh guru untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
memahami materi. Kadang untuk materi tertentu perlu dilakukan secara
berulang-ulang untuk bisa dimengerti mereka. Dengan begitu diduga prestasi
belajar pada siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa
dengan siswa motivasi sedang dan rendah, prestasi belajar pada siswa dengan
motivasi sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi rendah.
3. Pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) dan Jigsaw serta motivasi belajar siswa terhadap prestasi
belajar matematika.
Dari penjelasan di atas dinyatakan bahwa penerapan model
pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa dan
motivasi belajar matematika berpengaruh juga. Penggunaan model
pembelajaran dan motivasi belajar matematika secara bersama-sama akan
berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika. Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa yang mempunyai motivasi belajar
tinggi, sedang dan rendah bisa berdiskusi dan bekerja sama dalam turnamen
sesuai peranannya dalam penentuan skor Tim. Hal ini berdampak bahwa siswa
akan bersungguh-sungguh belajar untuk menjadikan dirinya menjadi bagian
dari keberhasilan Timnya. Akibatnya dapat diduga bahwa prestasi belajar
matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada
prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi,
sedang dan rendah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan
nuansa kompetitif bagi siswa untuk menjadi juara dari tiap tim. Setiap anggota
tim mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi juara, sehingga setiap
siswa termotivasi untuk ambil peranan dalam kelompoknya. Bagi siswa dengan
motivasi belajar tinggi kemungkinan lebih mudah dan cepat menyelesaikan
soal dalam kompetisi dengan skor yang lebih tinggi daripada siswa dengan
motivasi sedang dan rendah. Begitu pula bagi siswa dengan motivasi belajar
sedang kemungkinan memperoleh skor lebih tinggi daripada siswa dengan
motivasi rendah.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan
kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk menjadi nara sumber yang
mempresentasikan hasil diskusinya dengan Tim ahli ke semua anggota
kelompoknya, sehingga siswa termotivasi untuk menyelesaikan permasalahan
dengan sebaik-baiknya. Bagi siswa dengan motivasi belajar tinggi
kemungkinan lebih mudah dan cepat menyelesaikan soal dalam Tim ahli dan
mempresentasikan hasilnya di kelompok awal serta kemungkinan memperoleh
skor yang lebih tinggi daripada siswa dengan motivasi sedang dan rendah.
Begitu pula bagi siswa dengan motivasi belajar sedang kemungkinan
memperoleh skor lebih tinggi daripada siswa dengan motivasi rendah.
D. Hipotesis Penelitian
Dari penelitian ini akan diprediksi bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1. Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Games Tournament (TGT) lebih baik daripada prestasi matematika siswa
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
2. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi
lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan
rendah. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar
sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.
3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi siswa
terhadap prestasi belajar matematika siswa.
a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai
motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah.
b. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik
prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang
dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik
prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.
c. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang
mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada
siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang
mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada
siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB III
METODE PENILITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (quasi
experimental research). Menurut Sudarwan Danim (2002:47) bahwa penelitian
eksperimental semu dimaksudkan untuk memperoleh informasi tertentu, berupa
prakiraan bagi informasi yang dapat diperoleh bagi eksperimen yang sebenarnya.
Penelitian ini dilakukan dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri se-kabupaten Blora
Pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember
tahun 2010 semester 1 tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilakukan dalam
3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan. Tahap
persiapan meliputi: Penyusunan proposal penelitian, Pengajuan proposal
penelitian, Ujian proposal penelitian, Penyusunan instrumen, Pengurusan
perijinan penelitian, Penyusunan dan uji Coba instrumen. Tahap pelaksanaan
penelitian terdiri dari: pelaksanaan penelitian dan pengambilan data. Tahap
Pelaporan meliputi sebagai berikut: pengolahan data dan penyusunan laporan.
Mengenai waktu penelitian ditunjukkan dengan Tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 3. 1 Waktu Penelitian
NO Kegiatan Waktu
1. Tahap persiapan a. Penyusunan proposal penelitian Juni 2010
b. Pengajuan proposal penelitian Juli 2010
c. Ujian proposal penelitian Juli 2010
d. Penyusunan instrumen Agustus 2010
e. Pengurusan perijinan penelitian September 2010
f. Penyusunan dan uji Coba instrumen September 2010
2. Tahap pelaksanaan penelitian Pelaksanaan penelitian dan pengambilan
data Oktober 2010
3. Tahap pengolahan data dan penyusunan laporan a. pengolahan data hasil penelitian dan
konsultasi November 2010
b. penyusunan laporan dan konsultasi Desember 2010
C. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian menggunakan faktorial 2 x 3 yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Desain Faktorial Penelitian
Motivasi belajar (b)
Tinggi
(b1_)
Sedang
(b2_)
Rendah
(b3_)
Model
Pembelajaran
(a)
Teams Games Tournaments (TGT) (a1) (ab)11 (ab)12 (ab)13
Jigsaw (a2) (ab)21 (ab)22 (ab)23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
D. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Menurut Djarwanto (2000:42) bahwa populasi adalah jumlah
keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya
hendak diduga. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh
siswa kelas VIII SMP Negeri se Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2010/2011.
Dengan mengelompokan sekolah menjadi tiga kelompok yaitu kelompok
tinggi, sedang dan rendah. Dasar pengelompokan ini adalah nilai rata–rata
UNAS matematika SMP Kabupaten Blora tahun 2010, yaitu:
a. 14 SMP yang berkategori tinggi.
b. 14 SMP yang berkategori sedang.
c. 14 SMP yang berkategori rendah.
Sumber data di atas diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Blora tahun
2010, data selengkapnya disajikan pada Lampiran 1.
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Djarwanto (2000:43) bahwa sampel adalah sebagian dari
populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki. Pada penelitian ini teknik
pengambilan sampel menggunakan Stratified Random Sampling dan Cluster
random sampling. Menurut Djarwanto (2000:50) bahwa Stratified Random
Sampling adalah populasinya dibagi-bagi menjadi beberapa lapisan atau
stratum. Sedangkan Cluster random sampling adalah populasinya dibagi
menjadi beberapa kelompok, kemudian dari kelompok tersebut dipilih secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
random sejumlah kelompok dan sampel yang diperlukan terdiri atas individu-
individu yang berada dalam kelompok-kelompok yang telah dipilih secara
random tersebut. Dalam penelitian ini mengambil secara acak 3 sekolah yang
ada dalam populasi yaitu 1 sekolah pada kelompok atas, 1 sekolah pada
kelompok sedang dan 1 sekolah pada kelompok bawah. Masing–masing
Sekolah sesuai kategori di pilih secara random satu sekolah melalui teknik
Random sampling. SMP 2 Blora dipilih sebagai sekolah pada kelompok atas,
sekolah pada kelompok sedang adalah SMP 3 Cepu dan sekolah pada
kelompok bawah adalah SMP 1 Jiken. Selanjutnya dari masing–masing
sekolah yang terpilih diambil masing–masing dua kelas sebagai kelompok
pertama dan ke dua. Dua kelas yang terpilih di SMP 2 Blora adalah kelas 8.1
sebagai kelompok eksperimen 1 dan kelas 8.2 sebagai kelompok eksperimen 2.
Dua kelas yang terpilih di SMP 3 Cepu adalah kelas 8B sebagai kelompok
eksperimen 1 dan kelas 8C sebagai kelompok eksperimen 2. Dua kelas yang
terpilih di SMP 1 Jiken adalah kelas 8A sebagai kelompok eksperimen 1 dan
kelas 8B sebagai kelompok eksperimen 2.
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada 2 variabel yang diamati yaitu variabel bebas
dan variabel terikat, variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Variabel Bebas
a. Model Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1) Definisi Operasional
Model pembelajaran adalah cara yang dipakai dalam menyampaikan
materi pembelajaran kepada siswa yang meliputi model pembelajaran
kooperatif tipe (TGT) jigsaw.
2) Indikator
Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Team Games
Tournament (TGT) untuk kelompok pertama dan model pembelajaran
tipe Jigsaw untuk kelompok ke dua.
3) Skala Pengukuran
Skala nominal yang terdiri dari dua kategori, yaitu:
Kelompok pertama: siswa diberikan model pembelajaran kooperatif
dengan tipe Teams Games Tournaments (TGT) dan kelompok ke dua:
siswa diberikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
4) Simbol: ai, i = 1,2.
a1= Model pembelajaran kooperatif TGT.
a2 = Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
b. Motivasi Belajar siswa.
1) Definisi Operasional: Motivasi berprestasi adalah keinginan atau hasrat
seseorang untuk melakukan sesuatu secara secepat dan lebih baik atau
lebih efisien daripada yang dilakukan sebelumnya.
2) Indikator: skor angket motivasi belajar matematika siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
3) Skala Pengukuran: Skala pengukuran untuk motivasi belajar adalah
skala ordinal, dimana skala ordinal diperoleh dari skala interval yang
diubah ke dalam skala ordinal dengan 3 kriteria yaitu tinggi, sedang dan
rendah.
Table 3.3 Pengubahan Interval menjadi ordinal
Interval Motivasi
Rendah
Sedang
Tinggi
4) Simbol: bj , j = 1,2,3
b1 = siswa dengan kelompok motivasi tinggi.
b2 = siswa dengan kelompok motivasi sedang.
b3 = siswa dengan kelompok motivasi rendah.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika.
a. Definisi Operasional
Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa
dalam memahami konsep teorema pythagoras setelah melalui kegiatan
belajar dalam jangka waktu tertentu.
b. Indikator: nilai tes prestasi belajar siswa tentang teorema pythagoras
c. Skala Pengukuran: skala interval.
d. Simbol: ABij ; i = 1,2 ; j = 1,2,3
Skor < x - 0,5s
x - 0,5s ≤ Skor < x + 0,5s
Skor ≥ x + 0,5s
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Ai = jumlah data pada baris ke-i.
Bj = jumlah data pada kolom ke-j.
ABij = jumlah data pada baris ke-i dan kolom ke-j.
F. Teknik Pengumpulan Data
Yang dimaksud teknik pengumpulan data adalah suatu usaha memperoleh
bahan dan keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian, maka peneliti perlu
menentukan langkah-langkah pengumpulan data yang sesuai dengan
permasalahan dalam penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu:
1. Metode dokumentasi
Menurut Budiyono (2003:54) bahwa metode dokumentasi adalah cara
pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen yang telah ada.
Dokumen yang dimaksud di sini adalah dokumen yang resmi dimana telah
terjamin keabsahannya. Metode dokumentasi digunakan untuk data awal yaitu
nama dan nilai tes prestasi belajar matematika pada Kompetensi Dasar
sebelumnya yaitu 1.3 Memahami relasi dan fungsi. Pengumpulan data ini
dimaksudkan untuk mengetahui keadaan awal tentang prestasi belajar
matematika dari sampel yang dipilih, sebelum dikenai tindakan. Data yang
diperoleh akan digunakan untuk uji keseimbangan rata-rata.
2. Metode Tes
Menurut Budiyono (2003:54) bahwa metode tes adalah pengumpulan
data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruh-suruhan
kepada subyek penelitian. Menurut Anas Sudijono (2006:66) bahwa tes adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian.
Hal ini untuk mengetahui apakah materi yang diberikan oleh guru kepada
siswa sudah dikuasai oleh mereka dan untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Penelitian ini metode tes yang digunakan untuk memperoleh data atau
mengukur prestasi belajar matematika pada standar. Adapun prosedur
pelaksanaan penelitian ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Menentukan materi yang akan digunakan untuk membuat soal.
b. Menentukan bentuk soal yang akan dibuat yaitu obyektif.
c. Menyusun tabel kisi-kisi soal tes.
d. Menjabarkan kisi-kisi dalam butir-butir soal.
e. Prosedur pemberian skor untuk jawaban tes sebagai berikut: nilai 1 jika
benar 0 jika salah.
f. Uji coba tes.
3. Metode Angket
Menurut Budiyono (2003:47) metode angket adalah cara pengumpulan
data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subyek
penelitian, responden, atau sumber data yang jawabannya diberikan secara
tertulis. Langkah-langkah membuat angket:
a. Menyusun materi yang akan digunakan untuk membuat angket.
b. Membuat kisi-kisi angket.
c. Menyusun angket.
d. Item soal motivasi berprestasi dibuat berdasarkan kisi-kisi yang telah
disusun sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
e. Menentukan cara pemberian skor.
f. Dalam menentukan skor angket setiap alternatif jawaban mempunyai skor
berbeda-beda. Pemberian untuk tiap-tiap alternatif jawaban disesuaikan
dengan kriteria item.
g. Mengadakan uji coba angket.
Tabel 3.4 Kriteria penilaian angket
Jenis Pertanyaan Alternatif Jawaban Pilihan Skor
Pertanyaan (+) Sangat tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju
A B C D E
1 2 3 4 5
Pertanyaan (-) Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak Setuju
A B C D E
5 4 3 2 1
G. Instrumen Penelitian
Menurut Sudarwan Danim (2002:136) bahwa instrumen penelitian dapat
dikatakan baik jika memenuhi kriteria berikut ini:
1. Bentuk instrumen relevan dengan jenis data yang dikumpulkan dan
peneliti sebagai instrumen sebagai instrumen utama harus menguasai
permasalahan.
2. Setiap instrumen harus mampu menjaring data penelitian dan dapat
berkembang dalam proses.
3. Duplikasi antara setiap butir instrumen dimungkinkan untuk pendalaman
atau divergenitas berpikir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
4. Tata instrumen bersifat sederhana dan mudah dimengerti oleh subjek dan
peneliti harus paham fokusnya.
5. Antara butir instrumen yang satu yang lain harus saling mengisi untuk
menjaring data sebanyak mungkin.
Instrumen juga yang baik juga jika memenuhi dua persyaratan penting
yaitu valid dan reliabel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
prestasi belajar dan angket tentang motivasi belajar matematika siswa. Tahap-
tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tes.
Instrumen tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar matematika
pada materi teorema Phytagoras. Sebelum intrumen digunakan, terlebih dahulu
dilakukan uji coba intrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitas.
Setelah diuji coba dilakukan analisis butir soal.
a. Uji validitas isi
Agar tes mempunyai Validitas isi, menurut Budiyono (2003:58)
harus diperhatikan hal-hal berikut:
1) Tes harus dapat mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran
tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan.
2) Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan
materi yang diajarkan.
3) Materi pembelajaran untuk menjawab soal-soal tes mudah dipelajari dan
dipahami oleh tes-tes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b. Uji Daya Beda
Suatu butir soal mempunyai daya pembeda baik jika kelompok siswa
pandai menjawab benar butir soal lebih banyak daripada kelompok siswa
tidak pandai. Daya pembeda item dapat diketahui melalui melihat besar
kecilnya angka daya pembeda (discriminatory power) yang dimiliki oleh
sebutir item. Daya pembeda item dihitung atas dasar pembagian testee ke
dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas yakni kelompok testee yang
tergolong pandai dan kelompok bawah yakni kelompok testee yang
tergolong bodoh. Pembagiannya kelompok berdasarkan 50% testee
kelompok atas dan 50% testee kelompok bawah. Daya beda suatu butir soal
dapat dipakai untuk membedakan siswa yang pandai dan tidak pandai.
Sebagai tolok ukur pandai atau tidak pandai adalah skor total dari
sekumpulan butir yang dianalisis. Rumus menentukan daya beda adalah
sebagai berikut:
Keterangan :
Nt = banyaknya siswa kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul
butir item yang bersangkutan.
Nr = banyaknya siswa kelompok bawah yang dapat menjawab dengan
betul butir item yang bersangkutan.
nt = banyaknya siswa yang termasuk dalam kelompok atas.
nr = banyaknya siswa yang termasuk dalam kelompok bawah.
Anas Sudijono (2006:385)
DB = Nt Nr nt nr
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
klasifikasi :
- DB < 0,20 (Daya Beda jelek)
- 0,20 < DB < 0,30 (Daya beda kurang baik)
- 0,30 < DB < 0,40 (Daya beda cukup baik)
- DB > 0,40 (Daya beda baik)
Range untuk DB adalah -1 < DB < 1.
Untuk penelitian ini peneliti menggunakan klasifikasi DB > 0,30.
c. Tingkat Kesukaran
Menurut Anas Sudijono (2006:370) bahwa bermutu tidaknya butir-
butir tes prestasi belajar dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf
kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir tes tersebut. Butir-butir tes
prestasi belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir yang baik, apabila butir-
butir tes tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Rumus
menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes sebagai berikut:
Dengan:
P = angka indeks kesukaran.
B = banyaknya peserta tes yang dapat menjawab dengan betul terhadap
butir tes yang bersangkutan.
Js = jumlah seluruh peserta tes prestasi belajar.
klasifikasi:
- P < 0,30 (Terlalu sukar).
- 0,30 < P ≤ 0,70 (Cukup/sedang).
P = Js
B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
- P > 0,70 (Terlalu mudah).
Range untuk P adalah 0 ≤ P ≤ 1.
Dalam penelitian ini butir soal tes yang dipakai jika 0,30 ≤ P ≤ 0,70.
Anas Sudijono (2006:372)
d. Uji Reliabilitas
Menurut Budiyono (2003:65) bahwa suatu instrumen disebut reliabel
apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika
sekiranya pengukuran tersebut dilakukan oleh orang yang sama pada waktu
yang berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi
yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan.
Reliabilitas menunjukkan kepada keajegan hasil pengukuran. Dalam tes uji
coba maupun tes prestasi belajar matematika, setiap jawaban yang benar
diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0 sehingga untuk
menghitung tingkat reliabiltas tes digunakan rumus Kuder–Richardson
dengan KR–20, yaitu:
r11 =
Dengan :
r11 = indeks reliabilitas instrumen.
N = banyaknya butir instrumen.
st2 = varian total.
pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i.
⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢
⎣
⎡ −⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
−∑
2t
ii2
t
sqps
1nn
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
qi = 1-pi
Range untuk r11 adalah 0 < r11 < 1 dan soal dikatakan reliabel jika r11 ≥ 0,7.
Budiyono (2003:69)
2. Angket
Instrumen angket digunakan untuk mengetahui motivasi belajar
matematika siswa. Sebelum instrumen digunakan untuk mengetahui validitas
dan reliabilitas perlu dilakukan uji coba instrumen sebagai berikut:
a. Uji validitas angket
Menurut Budiyono (2003:59) bahwa untuk menilai suatu instrumen
angket mempunyai validasi isi yang tinggi biasanya dilakukan melalui
expert judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar). Penelitian ini
validitas yang dipakai adalah validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang
diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelusuran atau pengujian
terhadap isi yang terkandung dalam instrumen. Untuk menjaga obyektifitas
validitas isi, disiapkan daftar isian untuk ditanggapi oleh seorang responden.
Untuk memenuhi validitas isi, peneliti melakukan prosedur dalam
penyusunan angket sebagai berikut:
1) Menentukan indikator yang akan diukur yaitu mengenai motivasi belajar
matematika.
2) Menyusun kisi-kisi soal angket berdasarkan indikator yang dibuat.
3) Menyusun butir-butir angket berdasarkan kisi-kisi yang dibuat.
4) Melakukan penilaian terhadap butir-butir angket, penilaian dilakukan
oleh pakar (Validator).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡−⎥⎦
⎤⎢⎣⎡
−= ∑
2t
2i
11 ss
11n
nr
b. Uji Reliabilitas Angket
Reliabilitas menunjukkan keajegan hasil pengukuran dalam angket.
Untuk uji reliabilitas angket pada penelitian ini digunakan rumus Cronbach
Alpa, yaitu:
Dengan:
r11 = indek reliabilitas instrumen.
n = banyaknya butir instrumen.
= variansi butir.
= variansi total.
Angket dikatakan reliabel jika r11 > 0,7.
Budiyono (2003:70)
c. Konsistensi Internal
Konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara
skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya, ini menunjukkan bahwa
semua butir angket harus saling konsisten satu sama lain dan mempunyai
dimensi yang sama. Konsistensi internal untuk butir ke-i rumus yang
digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson berikut:
( )( ) ( ) )YY(nXX(n
YXXYnr 2222xy
∑∑∑∑∑ ∑∑
−−
−=
))(
si 2
st 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Dengan:
rxy = indeks konsistensi internal untuk butir soal ke-i.
n = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen).
X = skor butir ke i.
Y = skor total.
Range untuk rxy adalah -1 < rxy < 1.
Butir soal angket dipakai jika rxy > 0,30.
Budiyono (2003:65)
H. Teknik Analisa Data
Setelah data diperoleh dari pelaksanaan penelitian, yang dilakukakan
selanjutnya adalah pengujian terhadap data tersebut, adapun pengujian data adalah
sebagai berikut:
1. Uji Prasarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang didapat
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
dengan metode uji Lilliefors. Langkah-langkah pengujian normalitas adalah:
1) Hipotesis
Ho : Sampel random berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2) Taraf siginifikan 05,0=α .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
( ) ( ) z S - z F ii
3) Statistik uji
L = Maks
Dengan:
iz = ( )s
XX i −
F(zi) = P( Z ≤ zi); Z ~ N (0, 1).
S(zi) = Proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh cacah iz .
s = deviasi baku atau simpangan baku.
iz = skor standar atau bilangan baku.
4) Daerah Kritik
DK = {L| L >L(α; n)} nilai L(α; n) diperoleh dari tabel Lilliefors pada
tingkat signifikansi α dengan derajat kebebasan n.
5) Keputusan Uji
H0 diterima jika nilai statistik uji amatan tidak berada di daerah kritik
dan H0 ditolak jika nilai statistik berada di daerah kritik.
(Budiyono 2009:170)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang homogen atau tidak. Statistik Uji yang digunakan adalah
uji Bartlett, sebagai berikut:
1) Hipotesis
Ho : (Variansi Homogen).
H1 : paling sedikit ada satu pasang variansi yang berbeda.
{ LL
222
21 .......... kσσσ ===
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
2) Taraf signifikasi 05,0=α
3) Statistik uji
Untuk
Dengan:
k = banyaknya sampel.
f = N – k = derajat kebebasan untuk RKG.
fj = nj – 1 = derajat kebebasan untuk sj2 , dengan j = 1, 2,…,k.
N = Banyaknya seluruh nilai (ukuran).
jn = Banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j
= ukuran sampel ke-j.
4) Daerah kritik
DK =
5) Keputusan uji
Ho ditolak jika DK ∈ χ2
(Budiyono 2009:174)
2. Uji Keseimbangan
Uji ini dilakukan pada saat kedua kelompok belum dikenai perlakuan,
bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut seimbang. Secara
( )2jj
2 s log ΣflogRKG fc
2,303χ −=
( )
( ) ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
−+=
=−=
f1
f1Σ
1k311c
ΣfΣSS
RKGdan n
ΣXΣXSSj
j
j
j2
2
{ }1kα,222 χχ|χ −>
2χ 2χ~ (k-1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
statistik, apakah terdapat perbedaan rerata yang berarti dari dua sampel yang
independen. Sebelum uji keseimbangan dilakukan perlu uji prasarat yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu untuk data kemampuan awal
bagi kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2. Langkah-langkah uji
keseimbangan sebagai berikut:
a. Hipotesis
Ho : µ1 = µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama).
H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang berbeda).
b. Taraf signifikan
c. Statistik uji
Dengan:
= rata–rata nilai tes prestasi belajar matematika kelompok pertama.
= rata–rata nilai tes prestasi belajar matematika kelompok kedua.
s12 = varian kelompok eksperimen 1.
s22 = varian kelompok eksperimen 2.
sp2 = varian gabungan kelompok eksperimen 1 dan 2.
n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen 1.
n2 = jumlah siswa kelompok eksperimen 2.
05,0=α
( ) ( )2nn
s1ns1ns21
222
2112
p −+−+−
=
~ ( )2nnt
n 1
n 1s
X2)(X1t 21
2 1 p
0 −++
−−= d
X1
X2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
µ1 = µ2 = d0
d. Daerah kritik
DK =
e. Keputusan uji
Ho ditolak jika t ∈ DK.
(Budiyono 2009:151)
3. Uji Hipotesis
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
variansi dua jalan dengan sel tidak sama. Sebelum melakukan analisis variansi
terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas, mengenai langkah-langkahnya seperti yang digunakan pada
persyaratan uji keseimbangan untuk data kemampuan awal. Analisis variansi
dua jalan bertujuan untuk menguji perbedaan efek (pengaruh) 2 variabel bebas
yaitu model pembelajaran (faktor A) dan motivasi belajar (faktor B) serta
interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar (faktor AB)
terhadap variabel terikatnya yaitu prestasi belajar matematika. Hipotesis
penelitian diuji dengan teknik analisa variansi dua jalan 2 x 3 dengan sel tak
sama, sebagai berikut:
a. Model
dengan:
= data (nilai) ke- k pada baris ke -i dan kolom ke-j.
( ) ijkijjiijk εαββαµX ++++=
ijkX
2n n dengan v tatau t t - t |t 21 v;
2 v;
2
−+=⎪⎭
⎪⎬⎫
⎪⎩
⎪⎨⎧
><⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ αα
DKt∈
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
= rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean).
= µi. - µ = efek baris ke-i pada variabel terikat.
= µ.j - µ = efek kolom ke-j pada variabel terikat.
= µij – (µ + αi + βj).
= interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat.
εijk = deviasi data Χijk terhadap rerata populasinya (µij) yang berdistribusi
normal dengan rerata 0.
i = 1,2 dengan 1 = pembelajaran kooperatif tipe TGT.
2 = pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
j = 1,2,3 dengan 1 = motivasi belajar tinggi.
2 = motivasi belajar sedang.
3 = motivasi belajar rendah.
k = 1,2,3 …nij, nij = banyaknya data amatan pada setiap sel.
b. Prosedur
1) Hipotesis
Ada tiga pasang hipotesis yang diuji dengan analisis variansi dua
jalan. Tiga pasang hipotesis tersebut adalah:
H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2.
H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol.
H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1,2,3.
H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol.
H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3.
HIAB : paling sedikit ada (αβ)ij yang tidak nol.
iα
( ) ijαβjβ
µ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Ketiga pasang hipotesis itu ekuivalen dengan tiga pasang hipotesis
berikut ini:
H0A : tidak ada perbedaan efek antar baris (faktor A) terhadap variabel
terikat.
HIA : ada perbedaan efek antar baris (faktor A) terhadap variabel
terikat.
H0B : tidak ada perbedaan efek antar kolom (faktor B) terhadap terikat
variabel.
HIB : ada perbedaan efek antar kolom (faktor B) terhadap variabel
terikat.
H0AB : tidak ada interaksi antar variabel bebas faktor A dan faktor B
terhadap variabel terikat.
HIAB : ada interaksi antar variabel bebas faktor A dan faktor B terhadap
variabel terikat.
2) α = 0,05
3) Komputasi
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ini
didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut:
Nij = ukuran sel ij sel pada baris ke-i dan kolom ke-j.
= rerata harmonik frekuensi seluruh sel.
= ∑
ij ijn
pq1
N = ∑ji
ijn,
= banyaknya seluruh data amatan.
n h
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Cij =
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij.
ABij = rerata pada sel ij.
Ai = ∑j
ijAB = jumlah rerata pada baris ke-i.
Bj = ∑i
ijAB = jumlah rerata pada pada kolom ke-j.
G = ∑ji
ijAB,
= jumlah rerata semua sel.
Rumus untuk mencari komponen JK sebagai berikut:
(1) = pqG 2
(2) = ∑ji
jiSS
(3) = ∑i
2i
qA
(4) = ∑j
2i
pB
(5) ∑ji
2jiAB
Rumus menentukan jumlah kuadrat sebagai berikut:
JKA = {(3) – (1)}
JKB = {(4) – (1)}
JKAB = {(1) + (5) – (3) – (4)}
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
( )∑∑ −= ij
2ijij
ij
2ij CXSS;
nX
n h n h
nh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah:
dkA = p – 1
dkB = q – 1
dkAB = (p - 1)(q – 1)
dkG = N – pq
dkT = N – 1
Rerata kuadrat sebagai berikut:
RKA = dkAJKA
RKB = dkBJKB
RKAB = dkABJKAB
RKG = dkGJKG
4) Statistik uji
Fa = RKGRKA
Fb = RKGRKB
Fab = RKGRKAB
5) Daerah Kritis
Daerah kritis untuk Fa adalah DK = { Fa / Fa > pqNpF −− ;1,α }.
Daerah kritis untuk Fb adalah DK = { Fb / Fb > pqNqF −− ;1,α }.
Daerah kritis untuk Fab adalah DK = { Fab / Fab > pqNqpF −−− );1)(1(,α }.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 3.5 Rangkuman Analisis Variansi dua jalan
Sumber JK dk RK Fobs Fα Keputusan Uji
Baris (A) JKA p-1 RKA Fa F* H0A
ditolak/diterima
Kolom (B) JKB q-1 RKB Fb F* H0B
ditolak/diterima
Interaksi (AB) JKAB (p-1)(q-1) RKAB Fab F* H0AB
ditolak/diterima
Galat (G) JKG N-pq RKG - - -
Total JKT N-1 - - - -
Keterangan :
F* = nilai F yang diperoleh dari tabel
Budiyono ( 2009:228)
Jika H0A, H0B, dan H0AB ditolak maka diadakan uji lanjut anava dengan
metode Schefee’.
4. Uji Komparasi Ganda
Jika Ho ditolak, maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava dua
jalan yaitu metode scheffe’. Langkah-langkah meliputi:
a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.
b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
c. Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Untuk komparasi rerata antar kolom:
).n1
.n1(RKG
).X.X(F
ji
2ji
j.i.+
−=−
Untuk komparasi rerata antar sel pada baris yang sama:
)n1
n1(RKG
)XX(F
ikij
2ikij
ikij
+
−=−
Untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama:
)n1
n1(RKG
)XX(F
kjij
2kjij
kjij
+
−=−
d. Menentukan tingkat signifikasi (α = 0,05).
e. Menentukan daerah kritik (DK) dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Pada analisis variansi dua jalan.
Daerah kritik untuk komparasi antar kolom.
DK ={F | F > (q – 1) Fα;q-1;N- pq}.
Daerah kritik untuk komparasi antar sel pada baris yang sama dan
kolom yang sama DK={F | F > (pq-1) F α;(pq-1);N-pq}.
f. Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang
komparasi rerata.
g. Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda).
Budiyono (2009:215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dilaporkan tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan
pada bulan Juni 2010 sampai dengan Desember 2010 di SMP 2 Blora, SMP 3 Cepu
dan SMP 1 Jiken Kabupaten Blora.
Hasil penelitian mencakup data hasil uji coba instrumen, pengujian instrumen
penelitian, deskripsi data penelitian, persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan
pembahasan hasil penelitian.
A. Data Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen penelitian yang berupa tes hasil belajar matematika dan angket
motivasi belajar matematika, sebelum digunakan untuk pengambilan data hasil
belajar matematika dan angket motivasi belajar matematika terlebih dahulu
dilakukan uji validitas isi, kemudian diuji cobakan kepada siswa kelas VIII F SMP 3
Cepu yang selanjutnya dilakukan analisis butir soal dan uji reliabilitas.
1. Soal Tes Prestasi Belajar
a. Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar
Dalam penyusunan dan pengembangan tes, pengujian validitas suatu
instrumen dapat dilakukan oleh validator. Dalam hal ini validator, menilai
apakah masing-masing butir yang telah tersusun cocok dengan kisi-kisi yang
telah ditentukan. Instrumen tes hasil belajar matematika siswa divalidasi oleh
Dosen matematika IKIP PGRI Bojonegoro, yaitu Drs. Maryono, M.Pd dan
Drs. Purwadi, M.Pd menyatakan validitas isi dari instrument penelitian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
berupa tes berbentuk pilihan ganda sejumlah 30 butir soal telah dipenuhi
karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat. Hasil penilaian validitas
isi selengkapnya ditunjukan pada Lampiran 11, kisi-kisi Test Prestasi Belajar
Matematika Uji Coba Instrument dan test Prestasi Belajar Matematika Uji
Coba ditunjukan pada Lampiran 12 dan 13.
b. Uji Daya Pembeda Butir Soal Tes Prestasi Belajar
Setelah dilakukan perhitungan daya pembeda menunjukkan bahwa dari
30 butir ada 3 butir soal yang tidak memenuhi syarat, karena indeks daya
pembedanya kurang dari 0,3 yaitu pada soal nomor 10, 15 dan 20. Perhitungan
tingkat daya pembeda selengkapnya disajikan dalam Lampiran 15.
c. Uji Tingkat Kesulitan Butir Soal Tes Prestasi Belajar
Setelah dilakukan perhitungan tingkat kesulitan menunjukkan bahwa
dari 30 butir soal ternyata ada 5 butir soal yang tidak memenuhi syarat, karena
indeks tingkat kesulitannya kurang dari 0,3 atau lebih dari 0,7 yaitu pada butir
soal nomor 10, 15, 20, 25 dan 29. Jadi banyaknya butir soal yang dinyatakan
baik sebanyak 25 butir soal karena memenuhi tingkat kesukaran 0,30 ≤ P ≤
0,70. Perhitungan tingkat kesulitan selengkapnya disajikan pada Lampiran 15.
Berdasarkan indeks tingkat kesulitan dan daya pembeda, didapat bahwa
butir yang dibuang adalah butir soal 10, 15, 20, 25 dan 29 maka banyaknya
butir soal yang dipakai sebanyak 25 butir soal.
d. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Prestasi Belajar
Dengan menggunakan rumus K-R 20 dari Kuder-Richardson diperoleh
hasil perhitungan indeks reliabilitas tes prestasi belajar sebesar 0,7907 dari 25
butir soal, ini berarti lebih besar dari 0,7000 sehingga dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
soal tes prestasi belajar reliabel. Perhitungan reliabilitas instrumen tes prestasi
selengkapnya disajikan dalam Lampiran 16.
2. Soal Angket Motivasi Belajar
Instrumen penelitian yang berupa angket motivasi belajar terhadap
matematika, sebelum digunakan untuk pengambilan data motivasi belajar
matematika terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi, kemudian diujicobakan
kepada 40 siswa kelas VIIIF di SMP 3 Cepu yang selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas dan konsistensi internal.
a. Uji Validitas Isi
Dari uji validitas uji diperoleh hasil bahwa berdasarkan penilaian dari
Dosen matematika IKIP PGRI Bojonegoro, yaitu Drs. Maryono, M.Pd dan
Drs. Purwadi, M.Pd menyatakan validitas isi dari Instrumen penelitian yang
berupa angket sebanyak 45 butir soal telah dipenuhi karena adanya kesesuaian
antara kisi–kisi yang dibuat. Hasil validitas isi selengkapnya ditunjukkan pada
Lampiran 17, kisi-kisi selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 18, instrumen
Angket Motivasi Prestasi Belajar matematika ditunjukkan pada Lampiran 19.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Cronbach alpha
yaitu untuk menghitung koefisien reliabilitas instrumen angket. Dari hasil
perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas instrumen adalah 0,9150, nilai
koefisien reliabilitas intrumen ini lebih besar dari 0,7 sehingga instrumen
angket tersebut dikatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 20.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
c. Analisis butir angket
Analisis butir soal untuk Instrumen angket pada penelitian ini adalah uji
konsistensi internal. Hasil perhitungan dari 45 butir angket yang dianalisis
terdapat 6 butir angket yang jelek karena konsistensi internalnya kurang dari
0,3 yaitu nomor angket 9, 26, 28, 36, 37,dan 44. Perhitungan selengkapnya ada
pada Lampiran 20.
Dari hasil uji reliabilitas dan uji konsistensi internal maka didapat
bahwa butir yang dibuang adalah butir soal nomor 9, 26, 28, 36, 37,dan 44
maka butir soal angket yang digunakan adalah 39 butir soal.
B. Penyajian Data Hasil Penelitian
Penelitian yang telah dilaksanakan pada kelas VIII di SMP 2 Blora, SMP 3
Cepu dan SMP 1 Jiken yang masing-masing 1 kelas dari sekolah tersebut dijadikan
kelompok eksperimen 1 dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan 1 kelas
sebagai kelompok eksperimen 2 dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini meliputi data
prestasi belajar siswa dan motivasi belajar siswa terhadap matematika. Data-data
tersebut diolah secara manual dengan menggunakan program Excel. Berikut adalah
rangkuman hasil belajar dan motivasi belajar siswa terhadap matematika pada
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2.
1. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa
Data hasil belajar matematika kelas VIII diperoleh dari tes hasil belajar
matematika setelah berakhirnya pelaksanaan eksperimen, baik untuk kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan maupun
siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Data ini diambil setelah pembelajaran setelah berakhirnya pembelajaran
kooperatif tipe TGT selesai dilakukan dengan menggunakan soal tes yang sudah
diuji validitas dan reliabilitasnya. Data hasil belajar matematika siswa untuk kelas
eksperimen 1 yaitu 23 siswa dari SMP 2 Blora, 24 siswa dari SMP 3 Cepu dan
36 siswa dari SMP 1 Jiken masing-masing merupakan kelompok dengan motivasi
belajar tinggi, sedang dan rendah. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
25. Data hasil belajar matematika siswa untuk kelas eksperimen 2 yaitu 23 siswa
dari SMP 2 Blora, 25 siswa dari SMP 3 Cepu dan 36 siswa dari SMP 1 Jiken
masing-masing merupakan kelompok dengan motivasi belajar tinggi, sedang dan
rendah. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 26.
Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika
Variabel Kelompok N Rerata Median Deviasi
Standar Mak Min
Prestasi TGT 83 71,8554 74,3 12,1726 92 44 Jigsaw 84 71,7619 72,2 10,6167 92 52
Motivasi Rendah
45 63,5556 60,0 9,821 88 44
Motivasi Sedang
54 70,0741 70,0 9,2182 92 52
Motivasi Tinggi
68 78,7059 80,0 8,4394 92 56
2. Skor Angket Motivasi Belajar Siswa
Data skor angket motivasi belajar siswa dikumpukan menggunakan
instrumen angket yang dilakukan setelah berakhirnya pembelajaran. Data skor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
yang diperoleh untuk kelompok eksperimen 1 dan untuk kelompok eksperimen 2
mempunyai rata–rata = 120,9 dan simpangan baku (s) = 8,79. Selanjutnya data
skor motivasi belajar siswa dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu motivasi
belajar tinggi, sedang dan rendah. Motivasi belajar tinggi adalah siswa yang
mempunyai skor ≥ 125,3. Motivasi belajar sedang adalah siswa yang mempunyai
skor 116,51 < skor < 125,3 dan motivasi belajar rendah adalah siswa yang
mempunyai skor < 116,51. Perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran 27.
Tabel 4.2 Hasil Pengelompokan Motivasi Belajar Siswa
No. Kelompok Banyak
Siswa
Katagori Motivasi
Tinggi Sedang Rendah
1 Eksperimen 1 83 32 29 22
2 Eksperimen 2 84 36 25 23
Jumlah 167 68 54 45
C. Hasil Analisis Data
Sebelum penelitian dilaksanakan, langkah pertama yang dilakukan yaitu
menguji data yang diperoleh untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen 1 dan 2
mempunyai kemampuan awal yang seimbang sebelum perlakuan penelitian.
1. Kemampuan Awal
Data tentang kemampuan awal siswa diperoleh dari dokumen hasil
Ulangan materi Relasi dan Fungsi Semester 1 tahun pelajaran 2010/2011.
Rangkuman deskripsi tentang data nilai kemampuan awal belajar peserta didik
disajikan pada Tabel 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Table 4.3 Deskripsi Data Prestasi Kemampuan Awal Siswa
Variabel N Rerata Deviasi
Standar Median Mak Min
Gabungan TGT
dan Jigsaw
167
66,8862
10,985
65
90
40
TGT 83 66,988 11,42 65 90 40
Jigsaw 84 66,7857 10,6 62,5 90 40
(Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7).
Kemudian data tersebut diuji normalitas, uji homogenitas dan uji
keseimbangan antara rerata kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dan Jigsaw.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dengan menggunakan metode Liliefors, dan diperoleh
hasilnya adalah:
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal
No Kelompok n Lobs Ltabel Keputusan Ket
1. Kelompok
Eksperimen 1
83 0,0856 0,0973 Ho diterima Normal
2. Kelompok
Eksperimen 2
84 0,0845 0,0967 Ho diterima Normal
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas menggunakan uji Bartlett, dan diperoleh hasilnya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal
No. Nama Variabel 2obsχ 2
tabelχ Keputusan Uji Keterangan
1. Kelompok
Eksperimen 1 dan
2
0,5380 3,841 Ho diterima Homogen
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
c. Uji keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan pada dokumen nilai ulangan materi
sebelumnya untuk materi Relasi dan Fungsi mata pelajaran matematika pada
semester 1 tahun pelajaran 2010/2011 untuk kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2. Uji keseimbangan menggunakan statistik t. Dari perhitungan
uji keseimbangan rata-rata menghasilkan tobs = 0,1186 dan t0,025; 167 = 1,96.
sedangkan daerah kritik DK = { }t t 1,96 atau t 1,96< − > . Ini berarti tobs ∉DK,
sehingga H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan
awal antara kelompok eksperimen dengan TGT dan kelompok eksperimen
dengan Jigsaw mempunyai kemampuan awal yang seimbang. (Perhitungan
selengkapnya Uji Keseimbangan disajikan pada Lampiran 10).
2. Analisis Variansi
Uji prasarat dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji
homogenitas. Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas
menggunakan uji Bartlett.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas hasil belajar matematika siswa kelas VIII materi
Teorema Pythagoras meliputi uji normalitas untuk hasil belajar dari:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
1) Kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
2) Kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
3) Kelompok siswa dengan motivasi belajar tinggi.
4) Kelompok siswa dengan motivasi belajar sedang.
5) Kelompok siswa dengan motivasi belajar rendah.
Rangkuman hasil uji normalitas kelima kelompok tersebut dengan
menggunakan metode Liliefors disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar
Uji Normalitas Lmaks Ltabel Keputusan Uji
Pretasi Belajar Dengan Model TGT (A1)
0,0693 0,0973 Normal
Pretasi Belajar Dengan Model Jigsaw (A2)
0,0927 0,0967 Normal
Prestasi Belajar pada Siswa dengan Motivasi Tinggi (B1)
0,1063 0,1074 Normal
Prestasi Belajar pada Siswa dengan Motivasi Sedang (B2)
0,1166 0,1206 Normal
Prestasi Belajar pada Siswa dengan Motivasi Rendah (B3)
0,1290 0,1321 Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas yang ditunjukkan pada tabel di atas bahwa
masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini
nampak pada harga semua variabel Lobs < Ltabel. (Perhitungan selengkapnya
untuk uji normalitas terdapat pada Lampiran 29, 30, 31, 32 dan 33).
Berdasarkan dari hasil perhitungan diatas kelima kelompok tersebut berasal
dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Untuk menguji apakah sampel-sampel dalam penelitian ini berasal dari
populasi yang homogen (mempunyai variansi sama) digunakan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Bartlett. Uji homogenitas untuk hasil belajar matematika siswa kelas VIII
materi Teorema Pythagoras meliputi uji homogenitas untuk kelompok berikut,
yaitu:
1) Kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan
kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
2) Kelompok siswa dengan motivasi belajar rendah, sedang dan tinggi.
Rangkuman hasil uji homogenitas dari dua kelompok tersebut dengan metode
Bartlett disajikan dalam Tabel berikut:
Tabel 4.7 Uji Homogenitas pada Masing-masing Kelompok
Jenis yang diuji Keputusan Uji Antara prestasi belajar dari kelas TGT dan kelas Jigsaw
0,7658
3,841 H0 diterima
Antara prestasi belajar dari kelompok siswa dengan motivasi rendah, sedang dan tinggi
2,0219
5,991 H0 diterima
Berdasarkan tabel di atas diperoleh harga statistik uji Antara prestasi belajar
dari kelas TGT dan kelas Jigsaw χ2obs = 0,7658, χ2
tabel = 3,841 dan χ2obs <
χ2tabel dengan taraf signifikasi(α=0,05). Dengan demikian sehingga H0 diterima.
Hal ini berarti sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen.
Perhitungan selengkapnya untuk uji homogenitas terdapat pada Lampiran 34
dan 35.
3. Uji Anava
Prosedur uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis variansi
dua jalan dengan sel tak sama dengan taraf signifikansi 0,05. Tampilan hasil
pengolahan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 36. Rangkuman hasil
χ2 obs χ2
tabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama tersebut disajikan pada Tabel 4.8
berikut:
Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan
Sumber Variasi JK dk RK Fobs Fα Keputusan
Uji
Model
Pembelajaran (A)
20,1571
1
20,1571
0,2335
3,84
H0A
diterima
Motivasi Belajar
(B) 6179,0949
2
3089,5474
35,7951
3,00
H0B
ditolak
Interaksi (AB)
128,2064
2
64,1032
0,7427
3,00
H0AB
diterima
Galat 13896,2429 161 86,3121
Total 20223,7013 166
Berdasarkan hasil analisis variansi pada tabel rangkuman analisis variansi di atas
tampak bahwa:
a. Pada efek utama A (model pembelajaran), harga statistik uji Fa = 0,2335 <
F(0,05;1;161) = 3,84 maka H0A diterima. Hal ini berarti tidak terdapat
perbedaan pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap
prestasi belajar matematika pada materi Teorema Pythagoras kelas VIII SMP
Negeri di Kabupaten Blora.
b. Pada efek B (Motivasi belajar matematika), harga statistik uji Fb =35,7951>
F(0,05;2;161) = 3,00, maka H0B ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan
pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki motivasi belajar
matematika tinggi, sedang atau rendah terhadap prestasi belajar matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
c. Pada efek AB (model pembelajaran dan motivasi belajar matematika), harga
statistik uji Fab = 0.7427< F(0,05;2;161) = 3,00, maka H0AB diterima. Hal ini
berarti tidak terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan
motivasi belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika.
4. Uji Komparasi Ganda
Komparasi ganda merupakan uji lanjut pasca analisis variansi (anava).
Dari kesimpulan atau hasil penelitian perlu dilakukan komparasi ganda atau uji
lanjut pasca anava, berikut Tabel rataan data hasil penelitian.
Tabel 4.9 Rataan Masing-masing sel dari Data Hasil Penelitian
Kelompok
Motivasi Berprestasi
Rata-rata Tinggi (b1) Sedang (b2) Rendah (b3)TGT (a1) 78,0000 70,2069 65,0909 71,8554 JIGSAW(a2) 79,3333 69,7600 62,0870 71,7619 Rata-rata 78,7059 70,0741 63,5556
Dari ketiga hipotesis nol terdapat satu hipotesis nol yang ditolak, yaitu H0B
sedangkan dua hipotesis nol yang diterima yaitu H0A dan H0AB. Uji komparasi
ganda hanya dilakukan pada hipotesis nol yang ditolak yaitu H0B. Rangkuman hasil
uji komparasi ganda disajikan dalam Tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10 Uji Scheffe Komparasi Antar Kolom
Komparasi H0 Fobs Fα Keterangan Keputusan Uji
2.1. µµ vs 2.1. µµ = 25,9821 6,00 Fobs > Fα H0 ditolak
3.1. µµ vs 3.1. µµ = 72,0135 6,00 Fobs > Fα H0 ditolak
3.2. µµ vs 3.2. µµ = 12,0836 6,00 Fobs > Fα H0 ditolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Dari rangkuman hasil uji komparasi ganda tampak bahwa:
a. Pada 2.1. µµ vs diperoleh keputusan uji H0 ditolak maka secara signifikan ada
perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi tinggi dan sedang.
b. Pada 3.1. µµ vs diperoleh keputusan uji H0 ditolak maka secara signifikan ada
perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi tinggi dan rendah.
c. Pada 3.2. µµ vs diperoleh keputusan uji H0 ditolak maka secara signifikan ada
perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi sedang dan rendah.
Keterangan:
1.µ : rataan prestasi belajar siswa yang bermotivasi tinggi.
2.µ : rataan prestasi belajar siswa yang bermotivasi sedang.
3.µ : rataan prestasi belajar siswa yang bermotivasi rendah.
(Perhitungan selengkapnya Uji Scheffe’ terdapat pada lampiran 37)
Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi
mempunyai prestasi yang lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang memiliki
motivasi belajar matematika sedang dan rendah. Siswa yang memiliki motivasi
belajar matematika sedang mempunyai prestasi yang lebih baik daripada prestasi
belajar siswa yang memiliki motivasi belajar matematika rendah.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji hipotesis statistik yang telah diuraikan di atas dapat
dijelaskan ke-tiga hipotesis penelitian yang terdapat pada Bab II (Kajian Teori dan
Pengajuan Hipotesis) dan hasilnya sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
1. Hipotesis pertama(HOA)
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk
efek utama A (model pembelajaran) diperoleh Fa = 0,2335 < F(0,05;1;161) = 3,84.
Nilai Fa tidak terletak di daerah kritik, oleh karena itu H0A diterima yang artinya
tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan yang menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Jadi Prestasi belajar matematika
siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) sama dengan prestasi belajar matematika siswa dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis awal penelitian yang
menyatakan bahwa Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) lebih baik daripada prestasi
matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Perbedaan
antara hipotesis dengan hasil penelitian ini dapat dijelaskan dari proses
pelaksanaan kedua model pembelajaran dalam penelitian ini. Ditinjau dari teori
pembelajaran, kedua model pembelajaran TGT dan Jigsaw termasuk dalam tipe
pembelajaran kooperatif, namun dengan skenario kegiatan pembelajarannya yang
berbeda ternyata tidak membawa efek yang berbeda, dijelaskan sebagai berikut:
a. Penerapan model pembelajaran tipe TGT terdapat turnamen yang memberikan
kesempatan melakukan prestasi terbaik untuk kelompoknya. Sebagian siswa
menggunakan kesempatan kompetisi dengan baik dan termotivasi untuk
mempelajari lebih mendalam karena materi yang mereka selesaikan sesuai
dengan pilihan kemampuan berprestasi siswa, tetapi beberapa siswa merasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
kurang antusias mengikutinya, mereka kurang aktif dalam berdiskusi, mereka
berdiskusi hanya dengan teman di sampingnya dalam kelompok. Pada saat
pelaksanaan game sebagian besar siswa mengikutinya dengan baik dan
sungguh-sungguh khususnya yang mempunyai motivasi tinggi dan sedang,
terbukti bahwa mereka yang mendapat giliran menjawab berusaha untuk
menjawab dan siswa yang mempunyai jawaban yang berbeda berusaha
menantangnya. Pada saat siswa mendapat giliran mengambil kartu bernomor
kemudian membaca soal yang sesuai dengan nomor pada kartu berusaha
menjawab soal tersebut dengan baik. Siswa yang mempunyai jawaban yang
berbeda menantangnya, kemudian setelah semua siswa diberi kesempatan
menantang sudah selesai baru siswa yang duduk di sebelah kanan pembaca tadi
membuka kunci jawaban yang telah disediakan kemudian membacanya, siswa
yang telah disediakan kemudian membacanya, siswa yang jawabannya benar
menyimpan kartu yang diambil tadi, setelah pertandingan selesai masing-
masing siswa kembali ke kelompoknya, kemudian guru membaca perolehan
skor siswa merasa senang sekali yang mendapat skor tinggi. Tetapi pada siswa
yang mendapat skor rendah (pada umumnya berasal dari siswa yang
bermotivasi rendah) ada rasa kekecewaan dan rendah diri. Sehingga untuk
turnamen selanjutnya mereka tidak begitu aktif dalam mengikuti pembelajaran.
b. Penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw terdapat adanya tim ahli dalam
membahas suatu tema dimana pemilihan tim ahli ini diserahkan pada hasil
kesepakatan kelompok. sehingga dengan adanya pengelompokan tim ahli ini
akan memotivasi anak untuk mempelajari lebih mendalam karena materi yang
mereka diskusikan sesuai dengan pilihan siswa. Namun ternyata tidak semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
siswa melakukannya sesuai tanggungjawabnya, walau siswa diberi tanggung
jawab penuh, materi yang diberikan harus mereka kuasai dan setelah kembali
ke kelompok awalnya mereka harus menjadi guru yang baik untuk temannya.
Di samping itu dalam pembelajaran Jigsaw ada skenario pemberian skor
kemajuan individu berdasarkan skor awal yang dipunyai siswa itu sendiri, ini
membuat siswa tetap optimis untuk bisa meraih skor kemajuan individu yang
melampaui skor awalnya ini terjadi pada siswa bermotivasi tinggi dan sedang.
Kondisi seperti tidak berlaku bagi siswa dengan motivasi rendah, mereka
kurang menguasai materi yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya dan
masih tergantung ke siswa lain serta kurang aktif dalam presentasi di kelompok
semula. Sehingga bagi siswa dengan motivasi sedang dan tinggi berusaha
membantunya. Hal ini berdampak pada pertemuan selanjutnya mereka akan
pasif dan berharap uluran teman lainnya.
2. Hipotesis kedua (H0B)
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek utama
B (motivasi belajar) diperoleh Fb = 35,7951 dan Ftabel = 3,00 sehingga Fb > Ftabel
maka H0B ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika
siswa sebagai akibat pengaruh motivasi belajar matematika yaitu motivasi belajar
matematika siswa tinggi, sedang, atau rendah. Karena ada tiga kolom maka perlu
dilanjutkan dengan Uji Scheffe untuk komparasi antar kolom. Hasil uji Scheffe
untuk komparasi antar kolom berturut-turut diperoleh F1.2 = 25,9821 > 6,00 =
2F(0,05;2;161), F1.3 = 72,0135 > 6,00 = 2F(0,05;2;161), F2.3 = 12,0836 > 6,00 = 2F(0,05;2;161)
ini berarti terdapat perbedaan rataan prestasi belajar matematika sebagai akibat
dari tingkat motivasi belajar tinggi dan sedang, motivasi belajar tinggi dan rendah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
juga motivasi belajar sedang dan rendah. Dengan berdasar Tabel 4.10 di atas
dapat disimpulkan bahwa:
a. Untuk 2.1. µµ vs H0 ditolak, ini berarti bahwa secara signifikan ada perbedaan
antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi tinggi dan sedang. Karena
penelitian ini rataan marginal pada kolom satu adalah 78,7059 dan rataan
marginal pada kolom dua adalah 70,0741 maka disimpulkan bahwa: Prestasi
belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik
daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu Prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai
motivasi belajar sedang dan rendah dan juga sesuai dengan hasil penelitian
Ngadiyono (2009) yaitu siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi
mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang
mempunyai motivasi belajar sedang.
b. Untuk 3.1. µµ vs H0 ditolak, ini berarti bahwa secara signifikan ada perbedaan
antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi tinggi dan rendah. Karena
penelitian ini rataan marginal pada kolom satu adalah 78,7059 dan rataan
marginal pada kolom tiga adalah 63,5556 maka disimpulkan bahwa Prestasi
belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik
daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hipotesis penelitian bahwa prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai
motivasi belajar sedang dan rendah dan juga sesuai dengan hasil penelitian
Ngadiyono (2009) yaitu prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi
belajar rendah.
c. Untuk 3.2. µµ vs H0 ditolak, ini berarti secara siginifikan ada perbedaan antara
rataan prestasi belajar siswa bermotivasi sedang dengan prestasi belajar siswa
bermotivasi rendah. Karena penelitian ini rataan marginal pada kolom dua
adalah 70,0741 dan rataan marginal pada kolom tiga adalah 63,5556 maka
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai
motivasi belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi
belajar rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa
Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang
lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah dan juga
sesuai dengan hasil penelitian Ngadiyono (2009) yaitu siswa yang mempunyai
motivasi belajar sedang prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa
yang mempunyai motivasi belajar rendah.
3. Hipotesis Ke tiga
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek
interaksi AB (model pembelajaran dan kemampuan awal siswa) diperoleh Fab =
0,7427 < F(0,05;2;161) = 3,00, maka H0AB diterima artinya tidak terdapat interaksi
antara model pembelajaran dan tingkat motivasi siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa sehingga perbandingan sel antar kolom dalam satu baris
mengikuti perlakuan yang ada pada induknya yaitu efek utama A (model
pembelajaran kooperatif) maupun efek utama B (motivasi belajar). Karena untuk
efek utama A (model pembelajaran) menunjukkan penerapan model Pembelajaran
Kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan model Jigsaw memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
efek yang sama terhadap prestasi belajar matematika dan hasil pada uji komparasi
menunjukan bahwa efek utama kolom berlaku untuk tingkat motivasi belajar
tinggi, sedang dan rendah sehingga dapat disimpulkan bahwa:
a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan Jigsaw
pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Ini
tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan Penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan
prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi,
sedang dan rendah. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw memberikan prestasi
belajar yang sama pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang
dan rendah. Penelitian ini juga tidak sama dengan hasil penelitian Ngadiyono
(2009) yaitu prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi belajar tinggi
sedang dan rendah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih
baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Direct Instruction.
b. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dengan motivasi
belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan motivasi
belajar sedang dan rendah, siswa dengan motivasi belajar sedang lebih baik
prestasi belajar daripada siswa dengan motivasi belajar rendah. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa yang
mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang
mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang
mempunyai motivasi belajar rendah. Berdasarkan hasil uji hipotesis pada
penelitian ini bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya
daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, siswa dengan
motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajar daripada siswa dengan
motivasi belajar rendah. Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian
Ngadiyono (2009) yaitu prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi
belajar tinggi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik
daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah. Siswa yang
mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang
mempunyai motivasi belajar rendah.
c. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa dengan
motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan
motivasi belajar sedang dan rendah, siswa dengan motivasi belajar sedang
lebih baik prestasi belajar daripada siswa dengan motivasi belajar rendah. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang
mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada
siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang
mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang
mempunyai motivasi belajar rendah. Berdasarkan hasil uji hipotesis pada
penelitian ini bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Jigsaw siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya
daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, siswa dengan
motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajar daripada siswa dengan
motivasi belajar rendah. Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian
Ngadiyono (2009) yaitu prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi
belajar tinggi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Direct Instruction
lebih baik daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah. Siswa
yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa
yang mempunyai motivasi belajar rendah.
E. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Data prestasi belajar matematika siswa yang diperoleh pada penelitian ini
dianggap kurang murni karena pada saat mengerjakan soal tes kemungkinan ada
siswa yang bekerja sama. Begitu pula dengan data motivasi belajar siswa
dianggap kurang murni, karena dalam pengisian angket motivasi belajar masih
banyak siswa yang kurang jujur, sehingga berpengaruh dalam pembagian
kelompok berdasarkan kriteria motivasi belajar.
2. Meskipun koordinasi dan kerja sama dengan guru pada kelompok eksperimen
telah dilakukan secara efektif, tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran masih
terdapat banyak kekurangan diantaranya adalah keterbatasan sarana prasarana,
kondisi lingkungan sekolah dan kondisi dari siswanya. Selain itu kekurangan
tersebut juga dapat berasal dari guru dan siswa yang belum terbiasa menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan landasan teori dan didukung analisis data serta mengacu pada
perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab-bab di depan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Games Tournament (TGT) sama dengan prestasi belajar matematika siswa
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
2. a. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi
lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan
rendah.
b. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang
lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.
3. Tidak terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw serta motivasi belajar matematika
siswa. Diperoleh sebagai berikut:
a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi
belajar tinggi, sedang dan rendah.
b. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan
rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi
belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.
c. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang
mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada
siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang
mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada
siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.
B. Implikasi
Sebagaimana dalam kesimpulan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran
materi Teorema Pythagoras dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT
menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi belajar yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sehingga pembelajaran
model TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dipakai sebagai
alternatif dan referensi para guru matematika pada materi Teorema Pythagoras dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
Pembelajaran dengan model TGT memberikan suasana yang berbeda, dengan
turnamen membuat siswa termotivasi untuk lebih bersemangat meningkatkan
prestasi belajarnya untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi. Pembelajaran
dengan model Jigsaw membuat siswa lebih mudah memahami dan mengingat bahan
pelajaran, sebab dalam proses pembelajaran secara penuh dan kemudian harus
berperan menjadi “guru” yang baik untuk temannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kategori motivasi belajar
matematika ternyata juga sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika
siswa. Hal ini berarti bahwa motivasi belajar matematika siswa memegang peran
penting dalam proses pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika
memerlukan suatu stuktur pola pikir yang logis, teratur dan terintegrasi untuk itu
sangat diperlukan motivasi belajar matematika yang berguna untuk mempelajarinya
materi yang lebih lanjut.
Seorang guru matematika sebaiknya mengatahui tingkat motivasi belajar
matematika siswa yang akan menjadi subyek peserta didiknya, sebab dalam diri
siswa terdapat motivasi belajar matematika yang berbeda-beda sebagai prasarat
untuk belajar matematika.
C. SARAN
Dalam rangka turut menyumbangkan pemikiran yang berkenaan dengan
peningkatan prestasi belajar matematika disarankan:
1. Kepada Guru
a. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika hendaknya guru lebih
banyak melibatkan kesempatan pada siswa, guru hanya sebagai motivator dan
fasilitator saja. Misalnya dengan cara memilih dan menggunakan model
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan motivasi belajar siswa, seperti
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran koopratif
tipe Jigsaw.
b. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw, guru hendaknya mengadakan persiapan sebaik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
mungkin, agar proses pembelajarannya dapat berlangsung dengan lancar sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Guru dalam pelaksanaan diskusi di kelas
supaya memfasilitasi siswa dan membimbing siswa secara individual maupun
kelompok.
c. Hendaknya guru matematika mau mencoba model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk mengajar topik-
topik matematika, selanjutnya mau melakukan refleksi agar mendapatkan hasil
yang optimal.
2. Kepada Siswa
a. Sebaiknya para siswa selalu memperhatikan dengan sungguh-sungguh
penjelasan tentang skenario model pembelajaran matematika yang digunakan
guru sehingga siswa tidak terjadi kebingungan mengenai apa yang dilakukan
pada kegiatan itu.
b. Sebaiknya siswa mengikuti dengan aktif jalannya diskusi dan selalu
memperhatikan serta menghargai setiap penjelasan, pertanyaan atau jawaban
yang disampaikan oleh siswa lain pada saat diskusi berlangsung.
c. Sebaiknya para siswa sebelum kegiatan pembelajaran matematika berlangsung,
hendaknya telah mempelajari terlebih dahulu materi pembelajaran supaya
dapat dengan mudah memahami materi tersebut. Sehingga pada saat diskusi
berlangsung jika ada materi yang belum jelas dapat ditanyakan pada teman
dikelompoknya.
d. Sebaiknya para siswa selama diskusi dengan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, mengatur waktunya
dengan baik agar semua materi dapat dipahami dan diselesaikan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
3. Kepada Kepala Sekolah
a. Hendaknya para Kepala Sekolah menyarankan kepada guru matematika, agar
dalam mengajar dapat memperoleh hasil yang optimal harus dapat memilih
model yang tepat, salah satunya adalah menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
b. Agar proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw dapat berjalan dengan baik dan
menghasilkan prestasi belajar yang optimal, sebaiknya para Kepala Sekolah
menyediakan kelas yang tempat duduk dan mejanya sudah diatur untuk
keperluan diskusi, sehingga setiap proses pembelajaran matematika akan
berlangsung tidak perlu mengatur tempat duduk dan meja dan kalau proses
pembelajaran selesai tidak perlu mengembalikan tempat duduk, karena
memakan waktu dan menimbulkan suara berisik.
c. Sebaiknya para Kepala Sekolah berusaha secara optimal mungkin untuk
menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sehingga dapat memperoleh
hasil yang optimal.
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi para peneliti diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian ini
dengan penelitian-penelitian sejenis pada materi pelajaran atau dengan model
pembelajaran kooperatif yang lain agar penelitian ini dapat dimanfaatkan secara
luas.