Upload
trinhnga
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEK PEMBERIAN MINYAK KELAPA SAWIT
DENGAN PEMANASAN BERULANG TERHADAP
KADAR LDL DAN BERAT BADAN MENCIT STRAIN
BALB/c
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Desy Islamiati
NIM : 11141030000004
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2017 M
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah
Subhaanahu Wa Ta’ala yang tidak pernah berhenti memberikan berjuta
nikmatNya. Mulai dari nikmat iman, nikmat islam dan tentu nikmat kesehatan.
Maha suci Allah yang telah memudahkan segala urusan, karena berkat kasih
sayangNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan
judul Efek Pemberian Minyak Kelapa Sawit dengan Pemanasan Berulang
Terhadap Kadar LDL dan Berat Badan Mencit Strain BALB/c ini dengan baik.
Shalawat serta salam tak lupa senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam kepada keluarganya serta sahabatnya
dan kita sebagai umatnya hingga akhir zaman.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran dari Program Studi Kedokteran dan
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi, penulis melibatkan berbagai pihak yang
memberikan bimbingan, dukungan, serta semangat sehingga penulis dapat
menyusun skripsi ini sampai selesai dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak yang telah terlibat, diantaranya :
1. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M.Kes sebagai dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Nouval Shahab, Sp.U, PhD, FICS, FACS selaku ketua Program Studi
Kedokteran dan Pendidikan Dokter (PSKPD) FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Nurlaely Mida., S.Si, M.Biomed, PhD sebagai pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, dan ilmu, serta motivasi yang membuat
penulis semangat dalam menjalankan semua proses dalam penelitian ini
hingga penelitian ini selesai dengan baik.
vi
4. dr. Ahmad Azwar Habibie sebagai pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, ilmu, serta nasehat kepada penulis sehingga penulis dapat
menjalankan semua proses pada penelitian ini dengan baik.
5. Bapak Chris Adhiyanto, S.Si, M.Biomed, PhD selaku penanggung jawab riset
PSKPD angkatan 2014.
6. Staf dosen PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya ibu Ayu
Latifah dan ibu Suryani yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta
pengalaman hidup sebagai bekal bagi penulis untuk ke depannya menjadi
dokter yang amanah dan baik bagi masyarakat luas.
7. Kedua orang tua penulis, Drs. Romli Rohani, M.Pd dan Dra. Aida, M.Si yang
selalu memberikan dukungan dan nasehat serta doa sehingga penulis dapat
menyelsaikan penelitian ini dengan baik. Terima kasih atas semua dukungan
kepada penulis sehingga penulis selalu termotivasi untuk menjadi dokter yang
baik bagi masyarakat kelak.
8. Kakak penulis, Imam Firdaus, SH dan kedua adik penulis, Maudian Islamiati
dan Falah Firdaus yang memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan menjadi contoh yang baik bagi mereka.
9. Teman-teman sejawat dalam penelitian yang sama, Bonita Nabilla, Vianca
Samara, dan Ela Herlianawati yang selalu memberikan dukungan dan
semangat yang luar biasa serta selalu mengingatkan penulis untuk
mengerjakan skripsi hingga selesai. Terima kasih telah menjadi tim yang
hebat dan saling membantu jika penulis ada kesulitan.
10. Sahabat-sahabat penulis di geng tabah, terutama Amalina Fitrasari, yang
selalu sabar mengajari penulis. Bayu Hernawan Wicaksono dan Wahyu Surya
Prasetya Nugraha yang selalu ada untuk penulis serta memberikan hiburan dan
semangat untuk penulis agar penulis tidak putus asa menyelesaikan penelitian
ini. Terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik selama 3 tahun terakhir ini.
11. Ustadz Khalid Basalamah dan Ustadz Adi Hidayat, Lc, MA atas kajiannya
yang sering mengingatkan untuk bersabar, terus berjuang, dan tawakkal
kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala.
vii
12. Teman-teman sejawat PSKPD UIN Jakarta angkatan 2014 yang memberi
motivasi kepada penulis dan telah berjuang bersama dari semester satu hingga
nanti menjadi dokter.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga penelitian ini dapat
menambah pengetahuan bagi masyarakat akan bahaya penggunaan minyak goreng
berulang dan dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya. Penulis meminta maaf
jika ada terdapat kesalahan pada penulisan penelitian ini karena sesungguhnya
hanya Allah yang Maha sempurna.
Ciputat, 16 Oktober 2017
Penulis
viii
ABSTRAK
Desy Islamiati. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Efek Pemberian Minyak Kelapa Sawit dengan
Pemanasan Berulang Terhadap Kadar LDL dan Berat Badan Mencit Strain
BALB/c. 2017.
Latar Belakang. Metode pengolahan makanan yang sering dipilih oleh
masyarakat Indonesia adalah dengan menggoreng. Minyak kelapa sawit yang
dipanaskan berulang kali biasanya dipakai selama pengolahan makanan..
Penggunaan macam minyak goreng ini dicurigai dapat menyebabkan peningkatan
kadar LDL dan berat badan yang berefek buruk pada kesehatan. Tujuan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian minyak kelapa sawit
dengan pemanasan berulang terhadap kadar LDL dan berat badan mencit strain
BALB/c. Material dan Metode. 15 mencit BALB/c dibagi ke dalam grup kontrol
(KN), tanpa pemanasan (MTP), dan 10 kali pemanasan (MDP).. Minyak kelapa
sawit pemanasan berulang dipanaskan menggunakan hot plate stirrer pada 100oC
dan dilanjutkan selama 45 menit. Diberikan selama 8 minggu. Dosis pemberian
berdasarkan standar prosedur internasional mengenai dosis maksimum
pencekokkan pada mencit, yaitu dengan perbandingan pemberian 0,1 ml setiap
100 gr berat badan mencit. Maksimum pemberian oral dengan memperhatikan
ruang yang tersisa pada lambung sehingga menghindari efek samping
pencekokkan berupa perforasi lambung. Hasil dan Kesimpulan. Kadar LDL
tertinggi adalah pada grup MDP dengan perbedaan yang tidak signifikan daripada
kelompok lainnya (p=0,381). Berat badan terbesar pada grup MDP dengan
peningkatan yang tidak signifikan (p=0,096).
Kata kunci : Profil lipid, minyak kelapa sawit, LDL, berat badan, BALB/c
ABSTRACT
Desy Islamiati. Medical Study Program and Doctor Profession UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Effect of Repepeatedly Heated Palm Oil in LDL Level
and Weight in BALB/c Strain Mice. 2017
Background. Cooking method that’s likely chosen by Indonesian is frying.
Repeatedly heated palm oil is commonly used during food processing. The usage
of this kind of cooking oil is suspected for increasing the LDL level and gaining
weight, which are not good for health. Aim. This study is aimed to know the effect
of repeatedly heated palm oil administration in LDL level and weight gain in
BALB/c strain mice. Material and Methods. 15 BALB/c mouse were divided into
control, fresh-oil, and 10 times heated-oil feeding groups. Repeatedly heated palm
oil was prepared by using hot plate stirrer at 100oC and continued to 45 minutes.
The oil was fed for 8 weeks. The dosage of administration was 0.1 ml per 100 gr
mice weight, based on the international standard procedure for gavaging mice
maximum dosage. The maximum oral administration with considering the
remaining space in gaster thus avoiding the side effect of mice gavage such as
gastric perforation. Result and Conclusion. The highest number of LDL found in
MDP group with no significant differences than other groups (p=0.381). The
largest weight found in MDP group with unsignificant weightgain (p=0.096).
Keyword : Lipid profile, palm oil, LDL, weight, BALB/c
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .............................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .........................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................................iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................v
ABSTRAK .........................................................................................................viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................2
1.3 Hipotesis ..................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian .....................................................................................3
1.4.1 Tujuan Umum ...................................................................................3
1.4.2 Tujuan Khusus ..................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................3
1.5.1 Manfaat Institusi ...............................................................................3
1.5.2 Manfaat Mahasiswa..........................................................................4
1.5.3 Manfaat Masyarakat .........................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................5
2.1 Landasan Teori ........................................................................................5
2.1.1 Lipid .................................................................................................5
2.1.1.1 Klasifikasi Lipid .....................................................................5
2.1.1.2 Asam Lemak ...........................................................................6
2.1.1.3 Asam Lemak Jenuh dan Tidak Jenuh .....................................8
2.1.2 Pencernaan, Penyerapan, dan Metabolisme Lipid ...........................11
2.1.2.1 Pencernaan dan Penyerapan Lipid ..........................................11
x
2.1.2.2 Metabolisme, Pengangkutan dan Penyimpanan Lipid ..........16
2.1.3 Metabolisme Lipid dan Metabolisme Kolesterol LDL (K-LDL).....22
2.1.3.1 Jalur Metabolisme Eksogen .....................................................21
2.1.3.2 Jalur Metabolisme Endogen ....................................................22
2.1.3.3 Jalur Reverse Cholesterol Transport ......................................23
2.1.4 Kandungan Minyak Kelapa Sawit....................................................24
2.1.5 Minyak Kelapa Sawit dengan Pemanasan Berulang ........................24
2.1.6 Kandungan Minyak Kelapa Sawit Merek Sania® ...........................26
2.1.7 Mencit BALB/c ................................................................................27
2.2 Kerangka Teori ........................................................................................29
2.3 Kerangka Konsep ....................................................................................30
2.4 Definisi Operasional ................................................................................31
BAB 3 METODE PENELITIAN .....................................................................32
3.1 Desain Penelitian .....................................................................................32
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................32
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ..............................................................32
3.4 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................32
3.4.1 Alat Penelitian ..................................................................................32
3.4.2 Bahan Penelitian ...............................................................................32
3.5 Identifikasi Variabel ................................................................................33
3.6 Cara Kerja Penelitian...............................................................................33
3.6.1 Penyiapan Bahan dan Sampel ...........................................................33
3.6.1.1 Persiapan Minyak ...................................................................33
3.6.1.2 Persiapan Mencit.....................................................................33
3.6.1.3 Reagen ....................................................................................35
3.7.2 Prosedur Pengumpulan Sampel ........................................................35
3.7.3 Pengujian dan Pengambilan Data .....................................................36
3.7.4 Pengolahan Data dan Analisis Data ..................................................39
3.7 Alur Penelitian .........................................................................................40
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................41
4.1 Hasil dan Pembahasan Kadar K-LDL .....................................................41
4.1.1 Hasil Pengukuran Kolesterol Total, Trigliserida, HDL, dan LDL ..41
xi
4.1.2 Deskripsi Kadar LDL .......................................................................42
4.2 Hasil dan Pembahasan Berat Badan ........................................................46
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................51
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................51
5.2 Saran ........................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................52
LAMPIRAN .......................................................................................................56
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh Asam Lemak Jenuh ......................................................8
Tabel 2.2 Contoh Asam Lemak Tidak Jenuh ............................................10
Tabel 2.3 Komposisi Lipoprotein Dalam Plasma Manusia ......................17
Tabel 2.4 Informasi Nilai Gizi Minyak Kelapa Sawit Sania® .................26
Tabel 2.5 Klasifikasi Mencit .....................................................................27
Tabel 2.6 Definisi Operasional..................................................................31
Tabel 3.1 Jumlah sampel untuk pengukuran absorbansi ...........................37
Tabel 4.1 Hasil kadar K-Total, TG, HDL, dan LDL .................................41
Tabel 4.2 Hasil uji One-Way ANOVA dengan Post-Hoc LSD LDL mencit
setelah perlakuan .......................................................................43
Tabel 4.3 Hasil uji One-Way ANOVA dengan Post-Hoc LSD pada berat
badan mencit minggu 8 .............................................................46
Tabel 4.4 Hasil uji t berpasangan ..............................................................47
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh isomerisme geometrik ..................................................9
Gambar 2.2 Formasi emulsi lipid melalui kerja garam empedu ...................12
Gambar 2.3 Struktur skematik dan fungsi garam empedu ............................13
Gambar 2.4 Struktur skematik sebuah misel ................................................14
Gambar 2.5 Pencernaan dan penyerapan lemak ...........................................15
Gambar 2.6 Struktur umum lipoprotein plasma............................................16
Gambar 2.7 Pembentukan dan sekresi kilomikron dan VLDL .....................18
Gambar 2.8 Jalur metabolik kilomikron .......................................................19
Gambar 2.9 Jalur metabolik VLDL ..............................................................19
Gambar 2.10 Metabolisme triasilgliserol di jaringan adiposa ........................20
Gambar 2.11 Jalur metabolisme eksogen .......................................................21
Gambar 2.12 Jalur metabolisme endogen .......................................................22
Gambar 2.13 Jalur reverse cholesterol transport............................................23
Gambar 2.14 Mencit BALB/c .........................................................................27
Gambar 4.1 Grafik hasil kadar LDL mencit setelah perlakuan .....................42
Gambar 4.2 Perubahan berat badan Mencit per bulan setelah perlakuan .....46
Gambar 7.1 Minyak goreng kelapa sawit Sania® .......................................56
Gambar 7.2 Informasi nilai gizi minyak goreng kelapa sawit Sania® .........56
Gambar 7.3 Minyak setelah pemanasan ......................................................56
Gambar 7.4 Disimpan di dalam container botol ...........................................56
Gambar 7.5 Hot plate stirrer .........................................................................56
Gambar 7.6 Pipet...........................................................................................56
Gambar 7.7 Plate ELISA ..............................................................................57
Gambar 7.8 Tip beserta raknya .....................................................................57
Gambar 7.9 Beaker Glass..............................................................................57
Gambar 7.10 Handling mencit ........................................................................57
Gambar 7.11 Pengambilan darah ....................................................................57
Gambar 7.12 Darah ditampung .......................................................................58
Gambar 7.13 Keadaan mencit sebelum...........................................................58
Gambar 7.14 Keadaan mencit sebelum...........................................................58
xiii
Gambar 7.15 Keadaan mencit setelah .............................................................58
Gambar 7.16 Pencekokkan mencit..................................................................58
Gambar 7.17 Pemberian dosis dengan menimbang BB ..................................58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Alat dan Bahan serta Proses Penelitian .......................56
Lampiran 2 Surat Persetujuan Etik ...............................................................59
Lampiran 3 Hasil Uji Data Statistik Berat Badan .........................................60
Lampiran 4 Hasil Uji Data Statistik LDL ....................................................64
Lampiran 5 Riwayat Penulis .........................................................................67
xiv
DAFTAR SINGKATAN
ABC-1 : Adenosine triphosphate-binding cassette transporter-1
ALJ : Asam lemak jenuh
ALTJ : Asam lemak tidak jenuh
ANOVA : Analysis of variance
Apo : Apoliprotein
CETP : Cholesterol ester transfer protein
ELISA : Enzyme-linked immunosorbent assay
FFA : Free fatty acid
HDL : High density lipoprotein
IDL : Intermediate density lipoprotein
KN : Kelompok negatif
K-Total : Kolesterol-total
LCAT : Lechitin cholesterol acyltransferase
LDL : Low density lipoprotein
LPL : Lipoprotein lipase
LRP : Lipoprotein receptor-related proteins
LSD : Least significant difference
LT : Leukotrien
LX : Lipoksin
MDP : Minyak dengan pemanasan
MTP : Minyak tanpa pemanasan
MUFA : Medium unsaturated fatty acid
NCEP : National Cholesterol Education Program
PEPCK : Phosphoenolpyruvate Carboxykinase
PGI : Prostaglandin
PJK : Penyakit jantung koroner
PUFA : Polyunsaturated fatty acid
RER : Rough endoplasmic reticulum
RISKESDAS : Riset kesehatan dasar
ROS : Reactive oxygen species
PPAR-α : Peroxisome proliferator-activated receptor alpha
SER : Soft endoplasmic reticulum
SFA : Saturated fatty acid
SRA : Scavenger receptor A
SREBP : Sterol Regulatory Element-Binding Protein
TG : Trigliserida
TX : Thromboxan
VLDL : Very low density lipoprotein
WHO : World health organization
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan data badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2012 bahwa non
communicable disease terus memperlihatkan angka yang meningkat, terutama
PJK dan stroke yang menduduki urutan nomer satu dan dua sebagai penyebab
kematian (14,1 juta kematian) di seluruh dunia. Kejadian ini juga terjadi di
Indonesia. Dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 terdapat
0,8% angka kejadian stroke dan pada tahun 2013 menunjukkan prevalensi PJK di
Indonesia sebesar 1,5%.1 Diperkirakan pada 2020 mendatang 7,6 juta orang akan
meninggal karena stroke.2 Pasien kardiovaskular dan stroke banyak berusia
produktif sehingga mempengaruhi produktivitas masyarakat indonesia dan
meningkatkan biaya yang akan dikeluarkan Jamkesmas untuk penyembuhan dan
pengobatannya di tahun 2020.1
Salah satu faktor resiko PJK dan stroke yang cukup sering terjadi adalah
hiperlipidemia/dislipidemi yang sebenarnya suatu kondisi yang dapat
dimodifikasi. Terdapat hubungan yang kuat antara dislipidemia dan penyakit
kardiovaskular. Beberapa provinsi di Indonesia mempunyai prevalensi
dislipidemia ≥50%. Mengingat hal tersebut, tatalaksana dislipidemia seperti
penurunan kadar LDL dan berat badan adalah langkah yang penting sebagai
langkah pencegahan penyakit kardiovaskular.3
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid plasma. Kadar fraksi lipid ini (yaitu:
Kolesterol Total, TG, HDL, serta LDL) memiliki peran penting dan erat
kaitannya satu dengan yang lain, terutama dalam patogenesis aterosklerosis.3,4
Dari total serum kolesterol, LDL berkontribusi 60-70% aterogenik utama
sehingga dijadikan target utama untuk penatalaksanaan dislipidemia. Dislipidemia
disebabkan oleh banyak faktor, yaitu5; faktor primer seperti riwayat penyakit
keluarga (genetik), dan faktor sekunder seperti konsumsi alkohol, merokok,
2
kurang aktifitas fisik, dan terutama pola makan dengan asupan kolesterol dan
lemak trans yang berlebihan(WHO 2011).2,6
Angka konsumsi minyak goreng di Indonesia terus melambung tinggi
tiap tahunnya, khususnya jenis minyak kelapa sawit pada sektor rumah tangga.
Hal ini menunjukan pola hidup masyarakat Indonesia lebih menyukai makanan
cepat saji yang cenderung berminyak dan digoreng beberapa kali dalam
penyajiannya.7 Penggunaan minyak kelapa sawit yang dipanaskan berulang ini
dapat menyebabkan pembentukan asam lemak trans yang dapat memicu sintesis
LDL yang tinggi melalui aktivasi SREBP.8 Asam lemak trans juga dicurigai dapat
menyebabkan inhibisi PPAR-α dan aktivasi PEPCK yang mengakibatkan
akumulasi TG sehingga terjadi peningkatan berat badan.9–11 Sebuah penelitian
preklinis yang dilakukan Kamsiah, dkk., 2012, pada hewan uji menunjukkan
peningkatan kadar LDL dan berat badan serta pembentukan plak aterom karena
pemberian minyak goreng kelapa sawit dengan pemanasan berulang.12,13
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsumsi
minyak goreng kelapa sawit dengan pemanasan berulang dapat menyebabkan efek
negatif terhadap kesehatan terutama terhadap penyakit kardiovaskular, melalui
peningkatan kadar fraksi lipid di dalam darah terutama kadar LDL yang memiliki
sifat paling aterogenik.3 Dengan efek lainnya berupa peningkatan berat badan.14
Sebelumnya belum ada penelitian yang membandingkan peningkatan kadar LDL
dan berat badan menggunakan minyak goreng kelapa sawit dari kemasan Sania®
tanpa pemanasan dan dengan pemanasan berulang. Oleh karena alasan di atas,
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek pemberian minyak goreng kelapa
sawit dari kemasan Sania® yaitu jenis minyak goreng yang paling banyak
digunakan di Indonesia dengan pemanasan berulang, terhadap kadar LDL serum
dan berat badan pada mencit BALB/c.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana efek pemberian minyak goreng kelapa sawit dengan
pemanasan berulang terhadap kadar LDL dan berat badan?
3
1.3 Hipotesis Penelitian
Pemberian minyak goreng kelapa sawit dengan pemanasan berulang
dapat meningkatkan kadar LDL dan berat badan.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kadar LDL serum dan berat badan setelah pemberian
minyak goreng kelapa dengan pemanasan berulang pada mencit BALB/c.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui kadar kolesterol total serum setelah pemberian
minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang dengan dosis, lama,
dan frekuensi pemanasan tertentu pada mencit BALB/c.
2. Untuk Mengetahui kadar trigliserida serum setelah pemberian minyak
kelapa sawit dengan pemanasan berulang dengan dosis, lama, dan
frekuensi pemanasan tertentu pada mencit BALB/c.
3. Untuk Mengetahui kadar LDL serum setelah pemberian minyak
kelapa sawit dengan pemanasan berulang dengan dosis, lama, dan
frekuensi pemanasan tertentu pada mencit BALB/c.
4. Untuk Mengetahui berat badan setelah pemberian minyak kelapa
sawit dengan pemanasan berulang dengan dosis, lama, dan frekuensi
pemanasan tertentu pada mencit BALB/c.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Institusi
Memberi informasi mengenai efek pemberian minyak goreng kelapa
sawit dan minyak goreng kelapa sawit dengan pemanasan berulang terhadap
kadar LDL darah dan berat badan mencit BALB/c sehingga dapat bermanfaat
untuk penelitian selanjutnya.
4
1.5.2 Manfaat Mahasiswa
1. Untuk melatih kemampuan melakukan riset dan penggunaan alat didalam
laboratorium.
2. Untuk meningkatkan skill critical dan analitical thinking peneliti dari
permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menambah pengetahuan peneliti mengenai kandungan dan efek
penggunaan minyak goreng kelapa sawit dengan beberapa variable yang
telah disebutkan terhadap patogenesis non-communicable disease
khususnya dislipidemia dan penyakit kardiovaskular.
1.5.3 Manfaat Masyarakat
Memberi informasi mengenai efek negatif konsumsi minyak goreng
kelapa sawit dan minyak goreng kelapa sawit dengan pemanasan berulang
terhadap kadar LDL dan berat badan serta komplikasi yang dapat ditimbulkannya,
sehingga dapat bermanfaat untuk mencari alternatif proses pengolahan makanan
yang lebih sehat.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Lipid
Lipid adalah sekelompok senyawa heterogen, meliputi lemak, minyak,
steroid, malam(wax), dan senyawa terkait, yang berkaitan lebih karena sifat
fisiknya daripada sifat kimianya. Memiliki sifat umum berupa (1) relatif tidak
larut dalam air/hidrofobik dan (2) larut dalam pelarut nonpolar/hidrofobik
misalnya eter dan kloroform. Lipid amfipatik juga mengandung satu atau lebih
gugus polar, yang cocok sebagai konstituen membran pada pertemuan air:lemak.15
Lipid merupakan konstituen makanan yang penting karena nilai
energinya yang tinggi, manfaat vitamin larut-lemaknya dan kandungan asam
lemak esensialnya. Lemak disimpan di jaringan adiposa, jaringan ini juga
berfungsi sebagai insulator panas di jaringan subkutan dan sekitar organ tertentu.
Lipid nonpolar berfungsi sebagai insulator listrik sehingga dapat menjalarkan
gelombang depolarisasi yang cepat di sepanjang saraf bermielin. Kombinasi lipid
dan protein (lipoprotein) berfungsi sebagai pengangkut lipid dalam darah. Lipid
memiliki peran sangat penting dalam nutrisi serta kesehatan, tetapi dalam kondisi
yang lain lipid juga dapat menyebabkan beragam penyakit seperti obesitas,
diabetes melitus, dan aterosklerosis.15,16
2.1.1.1 Klasifikasi lipid
Lipid diklasifikasikan menjadi lipid sederhana atau kompleks
berdasarkan bahan penyusun lipid.15
1. Lipid Sederhana : adalah ester asam lemak dengan berbagai alkohol
a. Lemak (fat): adalah ester asam lemak dengan gliserol.
Minyak(oil) adalah lemak dalam keadaan cair.
b. Malam (wax): adalah ester asam lemak dengan alkohol monohidrat
berberat molekul tinggi.
6
2. Lipid kompleks: adalah ester asam lemak yang mengandung gugus-
gugus selain alkohol dan asam lemak.
a. Fosfolipid: adalah lipid yang mengandung suatu residu asam
fosfor, selain asam lemak dan alkohol. Seperti gliserofosfolipid
dan sfingofosfolipid.
b. Glikolipid (glikosfingolipid): adalah lipid yang mengandung asam
lemak, sfingosin, dan karbohidrat.
c. Lipid kompleks lain: adalah lipid seperti sulfolipid dan aminolipid.
Lipoprotein juga dapat dimasukkan ke dalam kelompok ini.
3. Prekursor dan lipid turunan: kelompok ini mencakup asam lemak,
gliserol, steroid, alkohol lain, aldehida lemak, dan badan keton,
hidrokarbon, vitamin larut-lemak, dan hormon.
4. Lipid netral: karena tidak bermuatan, contohnya adalah asilgliserol
(gliserida), kolesterol, dan ester kolesteril. Kolesterol, suatu lipid
amfifatik adalah molekul induk yang menjadi sumber terbentuknya
steroid lain di tubuh, termasuk hormon-hormon utama.
2.1.1.2 Asam Lemak
Lemak terdiri dari ester trigliserida (TG) gliserol yang terikat asam lemak
pada rantai utamanya. Asam lemak ini berupa rantai karbon (C) dengan gugus
karboksil (COOH). Pada salah satu ujungnya (H) dapat berikatan kembali dengan
molekul lain. TG adalah bentuk simpanan utama asam lemak. Yaitu mono- dan
diasilgliserol, dengan satu atau dua asam lemak teresterifikasi dengan gliserol,
juga ditemukan di jaringan. Senyawa senyawa ini penting dalam sintesis dan
hidrolisis TG.15
Asam lemak diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk berdasarkan;
panjang rantai karbon, derajat kejenuhan, isomer geometrik. Klasifikasi asam
lemak, digolongkan berdasarkan 3 hal tersebut menjadi17 :
1. Panjang Rantai Karbon:
a. Rantai pendek (terdiri dari C2-C6),
b. Rantai sedang (terdiri dari C8-C12),
c. Rantai panjang (terdiri dari C14-C24);
7
2. Derajat Kejenuhan:
a. Asam Lemak Jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA)
Rantai hidrokarbon tak memiliki ikatan rangkap. Contoh : Asam
Lemak Stearat (18:0).
b. Asam lemak tak jenuh tunggal (MonoUnsaturated Fatty
Acid/MUFA)
Rantai hidrokarbon memiliki 1 (satu) ikatan rangkap.
c. Asam Lemak Tak Jenuh Jamak (PolyUnsaturated Fatty
Acid/PUFA)
Rantai hidrokarbon memiliki 2 (dua) atau lebih ikatan rangkap.
3. Isomer Geometrik:
a. Asam Lemak Tak Jenuh “cis” (bentuk alami)
Atom-atom hidrogennya terletak disisi yang sama dari rantai
hidrokarbon. Contoh : Asam lemak oleat (cis-D9-C18:1).
b. Asam Lemak Tak Jenuh “trans” (bentuk tidak alami)
Atom-atom hidrogennya terletak disisi yang berlawanan dari rantai
hidrokarbon. Contoh : Asam lemak elaidat (trans-D9-C18:1).
Komposisi minyak dengan golongan asam lemak yang menyusunnya
sangat berpengaruh terhadap proses pencernaan serta metabolisme dalam tubuh,
kaitan dengan penyakit jantung koroner dan aterosklerosis, khususnya mengenai
kadar lemak serum dan kolesterol yang tinggi (hiperlipidemia).17
Asam lemak di dalam tubuh terutama terdapat sebagai ester dalam
minyak dan lemak alami, tetapi di dalam plasma terdapat dalam bentuk tak
teresterifikasi sebagai asam lemak bebas, yakni suatu bentuk transpor. Asam
lemak yang terdapat dalam lemak alami biasanya mengandung atom karbon
8
berjumlah genap. Rantai tersebut dapat bersifat jenuh (tidak mengandung ikatan
rangkap) atau tidak jenuh (mengandung satu atau lebih ikatan rangkap).15
2.1.1.3 Asam Lemak Jenuh dan Tidak Jenuh
A. Asam Lemak Jenuh
Asam lemak jenuh tidak mengandung ikatan rangkap. Digambarkan
berbasis asam asetat (CH3-COOH) sebagai anggota pertama rangkaian dengan –
CH2 ditambahkan secara bertahap di antara gugus CH3-dan –COOH terminal.15
Tabel 2.1 Contoh Asam Lemak Jenuh15
Asam lemak jenuh lain yang lebih tinggi dari rangkaian ini terutama
terdapat di malam (wax). Beberapa asam lemak rantai bercabang juga pernah
diisolasi dari sumber nabati dan hewani.15
Rantai karbon asam lemak jenuh membentuk suatu pola zig-zag jika
direntangkan pada suhu rendah. Pada suhu tinggi, sebagian ikatan berputar, dan
menyebabkan rantai memendek yang menjelaskan mengapa biomembran lebih
tipis seiring dengan meningkatnya suhu.15
Nama
Umum
Jumlah
Atom C
Sumber
Asetat 2 Produk akhir utama pada fermentasi karbohidrat oleh
organisme pemamah biak
Butirat
Valerat
Kaproat
4
5
6
Pada lemak tertentu dalam jumlah sedikit (terutama
mentega). Suatu produk akhir fermentasi karbohidrat oleh
organisme pemamah biak1
Laurat 12 Spermaseti, kayu manis, biji pohon palem (palm kernel),
minyak kelapa, pohon salam, mentega
Miristat 14 Pala, biji pohon palem, minyak kelapa, myrtle, mentega
Palmitat 16 Banyak di semua lemak hewani dan nabati Stearat 18
9
B. Asam Lemak Tak Jenuh
Asam lemak tak jenuh mengandung satu atau lebih ikatan rangkap, dan
dapat dibagi kembali menjadi15:
1. Asam tidak-jenuh tunggal (monoetenoid, monoenoat) yang
mengandung satu ikatan rangkap.
2. Asam tidak-jenuh ganda (polietenoid, polienoat) yang mengandung
dua atau lebih ikatan rangkap.
3. Eikosanoid yaitu senyawa yang berasal dari asam lemak polienoat (20
atom karbon) eikosa ini, terdiri dari prostanoid, leukotrien (LT), dan
lipoksin (LX).
Pada asam lemak tak-jenuh ditemukan suatu tipe isomerisme geometrik,
bergantung pada orientasi atom atau gugus di sekitar sumbu ikatan rangkap yang
tidak memungkinkan rotasi. Jika rantai asil terletak di sisi yang sama dengan
ikatan, terbentuk ikatan rangkap cis-, seperti pada asam lemak oleat; jika rantai
asil terletak di sisi berlawanan, terbentuk ikatan trans-, seperti pada asam lemak
elaidat, yaitu isomer trans asam lemak oleat.15
Gambar 2.1 Contoh Isomerisme Geometrik16
Asam lemak tak-jenuh yang memiliki fungsi nutrisi dan fisiologis antara
lain seperti pada tabel 2.2 berikut15:
10
Tabel 2.2 Contoh Asam Lemak Tidak Jenuh15
Jumlah Atom C
dan Jumlah &
Posisi Ikatan
Rangkap
Famili
Nama
Umum
Nama Sistematik
Keberadaan
Asam monoenoat (satu ikatan rangkap)
16:1;9 ω7 Palmitoleat cis-9-Heksadesenoat Pada hampir semua
lemak.
18:1;9
ω9
Oleat cis-9-Oktadesenoat
Mungkin asam lemak
tersering dalam lemak
alami, tinggi dalam olive
oil.
18:1;9 ω9 Elaidat trans-9-Oktadesenoat Lemak terhidrogenasi
dan ruminansia.
Asam dienoat (dua ikatan rangkap)
18:2;9,12 ω6 Linoleat all-cis-9,12-
Oktadekadienoat
Jagung, kacang tanah,
biji kapas, kedelai, dan
banyak minyak nabati.
Asam trienoat (tiga ikatan rangkap)
18:3;6,9,12 ω6 γ-Linolenat all-cis-6,9,12-
Oktadekadienoat
Sebagian tumbuhan,
misalnya minyak
evening primrose,
minyak borage; asam
lemak minor pada
hewan.
18:3;9,12,15 ω3 α-Linolenat all-cis-9,12,15-
Oktadekadienoat
Sering ditemukan
bersama asam linoleat,
tetapi terutama pada
minyak biji rami.
Asam tetraenoat (empat ikatan rangkap)
20:4;5,8,11,14 ω6 Arakidonat all-cis-5,8,11,14-
Eikosatetraenoat
Ditemukan dalam lemak
hewan; komponen
penting fosfolipid pada
hewan.
Asam pentaenoat (lima ikatan rangkap)
20:5;5,8,11,14,17 ω3 Timnodonat all-cis-5,8,11,14,17-
Eikosapentaenoat
Komponen penting pada
minyak ikan, misalnya
hati ikan cod, mackerel,
menhaden, minyak
salmon.
Asam heksaenoat (enam ikatan rangkap)
22:6;4,7,10,13,16,1
9 ω3 Servonat
all-cis-4,7,10,13,16,19-
Dokosaheksaenoat
Minyak ikan, fosfolipid
dalam otak.
11
Ikatan rangkap pada hampir semua asam lemak rantai panjang tak-jenuh
alami berada dalam konfigurasi cis; molekul “tertekuk” 120 derajat di ikatan
rangkap. Oleh sebab itu, asam lemak oleat memiliki bentuk L, sedangkan asam
lemak elaidat tetap “lurus”.15
Penambahan jumlah ikatan rangkap cis di suatu asam lemak
menghasilkan berbagai kemungkinan bentuk spasial molekul. Hal ini berdampak
besar bagi pengemasan molekul di membran sel dan pada posisi yang ditempati
oleh asam lemak dalam molekul yang lebih kompleks seperti fosfolipid. Ikatan
rangkap trans mengubah hubungan spasial ini.15
Asam lemak trans terdapat di makanan tertentu sebagai produk
sampingan saturasi asam lemak selama hidrogenasi, atau “pengerasan”
(hardening) minyak alami pada pembuatan margarin (yang menyebabkan
pengembangan teknologi untuk memproduksi margarin lembut dengan sedikit
lemak trans), atau pencernaan lemak ruminansia. Konsumsi asam lemak trans
tidak baik untuk kesehatan dan berkaitan dengan peningkatan risiko berbagai
penyakit termasuk penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus.15
2.1.2 Pencernaan, Penyerapan dan Metabolisme Lipid
2.1.2.1 Pencernaan dan Penyerapan Lipid
Lipid adalah salah satu bahan makanan yang diperlukan tubuh sehingga
harus dikonsumsi setiap hari dalam jumlah tertentu. Bentuk dan komposisinya
secara fisik dan kimiawi berbeda dengan yang lain maka lipid sendiri memiliki
proses pencernaan, penyerapan dan metabolisme yang khusus. Karena sifat
hidrofobiknya maka lipid harus menjalani serangkaian transformasi fisik dan
kimiawi untuk mengatasi masalah ini selama pencernaan dan penyerapannya.18
A. Emulsifikasi dan Pencernaan Lipid
Ketika isi lambung masuk ke dalam duodenum, lemak yang tertelan
bergumpal membentuk agregat berukuran besar. Melalui efek deterjen garam
empedu di lumen usus halus, butiran besar ini terurai menjadi butiran halus
sehingga luas permukaan lemak untuk dicerna oleh lipase pankreas sangat
meningkat. Produk pencernaan lipase (monogliserida dan asam lemak bebas) juga
12
tidak terlalu larut air, sehingga sangat sedikit dari produk-produk akhir
pencernaan lemak ini yang dapat berdifusi menembus kimus cair untuk mencapai
lapisan absorptif usus. Namun, komponen-komponen empedu mempermudah
penyerapan produk-produk akhir asam lemak ini dengan membentuk misel.18
Garam empedu membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Dengan
pengubahan globulus (gumpalan) lemak besar menjadi butiran dengan diameter 1
mm dan membentuk suspensi di dalam kimus cair sehingga luas permukaan yang
tersedia untuk lipase pankreas berkerja bertambah.18
Molekul garam empedu mengandung bagian yang larut lemak (suatu
steroid yang berasal dari kolesterol) plus bagian larut air yang bermuatan negatif.
Garam empedu terserap di permukaan butiran lemak, yaitu bagian larut lemak dan
meninggalkan bagian larut air menonjol dari permukaan butiran lemak tersebut.18
Gambar 2.2 Formasi emulsi lipid melalui kerja garam empedu18
Gerakan mencampur oleh usus memecah butiran lemak besar menjadi
butiran yang lebih kecil. Butiran kecil ini akan cepat bergabung kembali jika tidak
ada garam empedu yang terserap di permukaannya dan menciptakan selubung
muatan negatif larut air di permukaan setiap butiran kecil. Karena muatan yang
sama akan saling tolak-menolak, maka gugus bermuatan negatif di permukaan
butiran lemak menyebabkan butiran tersebut saling menjauh dan mencegah
bergabung kembali sehingga dapat meningkatkan luas permukaan yang tersedia
untuk kerja lipase.18
13
Gambar 2.3 Struktur skematik dan fungsi garam empedu18
Meskipun garam empedu meningkatkan luas permukaan yang tersedia
untuk diproses oleh enzim lipase pankreas, namun lipase saja tidak dapat
menembus lapisan garam empedu yang terserap di permukaan butiran halus
emulsi lemak. Pankreas mengeluarkan kolipase dan bersama dengan lipase akan
berikatan dengan garam empedu di permukaan butiran lemak sehingga lipase
melekat ke tempat kerjanya.18
Setelah produk pencernaan lipase terbentuk, maka produk tersebut harus
dibungkus dengan misel. Misel terbentuk dari konstituen empedu (garam empedu,
lesitin, dan kolesterol), yang disekresikan oleh hati dan dikeluarkan ke dalam
duodenum melalui sfingter oddi ketika kimus sampai ke duodenum. Konstituen
empedu tersebut menyatu untuk membentuk misel yang terdiri dari selubung
hidrofilik (larut air) dan inti hidrofobik (larut lemak) membentuk selubung misel
dengan diameter 4-7nm.18
14
Gambar 2.4 Struktur skematik sebuah misel18
Misel bergerak ke permukaan absorptif usus halus. Bahan larut lemak
terpenting yang diangkut di dalam misel adalah produk-produk pencernaan lemak
(monogliserida dan asam lemak bebas) serta vitamin larut lemak. Jika tidak
menggunakan misel, berbagai nutrien ini akan mengapung di permukaan kimus
dan tidak pernah mencapai permukaan absortif usus halus.15
B. Penyerapan Lemak
Setelah misel mencapai membran luminal sel epitel, monogliserida dan
asam lemak bebas secara pasif berdifusi dengan membran sel epitel untuk masuk
ke interior sel ini. Kemudian, misel dapat menyerap monogliserida dan asam
lemak bebas yang lain, yang telah dihasilkan dari pencernaan molekul-molekul
TG lain dalam emulsi lemak.15
15
Gambar 2.5 Pencernaan dan penyerapan lemak19
Setelah berada di dalam sel epitel, monogliserida dan asam lemak bebas
di resintesis menjadi TG. TG ini menyatu menjadi butiran-butiran lalu dibungkus
oleh suatu lapisan lipoprotein (disintesis oleh retikulum endoplasma sel epitel),
yang menyebabkan butiran lemak tersebut larut air. Lipoprotein ini disebut
sebagai kilomikron yang dikeluarkan oleh eksositosis dari sel epitel ke dalam
cairan interstisium di dalam villus. Kilomikron kemudian masuk ke lakteal
sentral.18
16
2.1.2.2 Metabolisme, Pengangkutan, dan Penyimpanan Lipid
Lemak (fat) yang di absorbsi dari makanan dan lipid yang disintesis oleh
hati dan jaringan adiposa harus dapat di transpor ke jaringan dan organ lain untuk
dapat digunakan atau disimpan. Karena lipid tidak larut air, lipid di transpor
dengan menggabungkan antara lipid nonpolar (TG dan ester kolesteril) dengan
lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein untuk menghasilkan
lipoprotein yang dapat bercampur dengan air. Lipid plasma terdiri dari TG (16%),
fosfolipid (30%), kolesterol (14%), dan ester kolesteril (36%) serta sedikit asam
lemak rantai-panjang tak-teresterifikasi (Asam lemak bebas, FFA) (4%).15
Struktur lipoprotein plasma hampir menyerupai membran plasma,
sejumlah kecil ester kolesteril dan TG dapat ditemukan di lapisan permukaan dan
sedikit kolesterol bebas di bagian inti.15
Gambar 2.6 Struktur umum lipoprotein plasma15
Karena lemak kurang padat daripada air, berat jenis (densitas) lipoprotein
menurun seiring dengan peningkatan proporsi lipid terhadap protein. Empat
kelompok utama lipoprotein yang penting secara fisiologis dan penting dalam
diagnosis klinis adalah15 :
1. Kilomikron yang berasal dari penyerapan TG dan lipid lain di usus,
juga merupakan lipoprotein yang mengangkut lipid dari usus. Lipid
17
utamanya adalah TG. Mengangkut lipid yang dihasilkan dari
pencernaan dan penyerapan.
2. Lipoprotein berdensitas sangat rendah/VLDL (very low density
lipoproteins) atau prolipoprotein-β yang berasal dari hati untuk ekspor
TG. Lipid utamanya adalah TG. Mengangkut TG dari hati.
3. Lipoprotein berdensitas rendah/LDL (low density lipoprotein) atau
lipoprotein-β yang menggambarkan suatu tahap akhir metabolisme
VLDL. Lipid utamanya adalah kolesterol. Apoliprotein utama pada
LDL adalah apoliprotein B (B-100), juga ditemukan pada VLDL.
Menyalurkan kolesterol ke jaringan.
4. Lipoprotein berdensitas tinggi/HDL (high density lipoprotein) atau
lipoprotein-α berperan dalam transpor kolesterol dan pada
metabolisme VLDL dan kilomikron. Lipid utamanya adalah
fosfolipid. Apoliprotein utama pada HDL disebut A. Membawa
kolesterol keluar jaringan dan mengembalikannya ke hati untuk
diekskresikan dalam proses yang dikenal sebagai transpor kolesterol
terbalik (reverse cholesterol transport).
Tabel 2.3 Komposisi Lipoprotein dalam Plasma Manusia15
Lipoprotein Sumber
Garis
Tengah
(nm)
Densitas
(g/ml)
Komposisi Komponen Lipid
Utama
Protein
(%)
Lipid
(%)
Kilomikron Usus 90-1000 <0,95 1-2 98-99 Triasilgliserol
Sisa
kilomikron Kilomikron 45-150 <1,006 6-8 92-94
Triasilgliserol,
fosfolipid,
kolesterol
VLDL Hati (usus) 30-90 0,95-
1,006 7-10 90-93 Triasilgliserol
IDL VLDL 25-35 1,006-
1,019 11 89
Triasilgliserol,
kolesterol
LDL VLDL 20-25 1,019-
1,063 21 79 Kolesterol
HDL
Hati, usus,
VLDL,
Kilomikron
Fosfolipid,
kolesterol
HDL1 20-25 1,019-
1,063 32 68
18
HDL2 10-20 1,063-
1,125 33 67
HDL3 5-10 1,125-
1,210 57 43
Praβ-HDL3 <5 >1,210
Albumin/asam
lemak bebas
Jaringan
adiposa >1,281 99 1
Asam lemak
bebas
Gambar 2.7 Pembentukan dan sekresi kilomikron dan VLDL16
Gambar 2.7 adalah pembentukan dan sekresi (A) kilomikron oleh sebuah
sel usus dan (B) lipoprotein berdensitas sangat rendah oleh sebuah sel hati (RER,
retikulum endoplasma kasar; SER, retikulum endoplasma halus, G, badan golgi;
N, nukleus; C, kilomikron’ VLDL, lipoprotein berdensitas; E, endotel; SD, ruang
disse, mengandung plasma darah). Apolipoprotein B, yang disintesis di RER,
bergabung dengan lipoprotein di SER, tempat utama sintesis TG. Setelah
penambahan resido karbohidrat di G, zat ini dibebaskan dari sel melalui proses
pinositosis rerbalik (reverse pinocytosis). Kilomikron masuk ke dalam sistem
limfe. VLDL disekresikan ke dalam ruang disse dan kemudian ke dalam sinusoid
melalui fenestra di lapisan endotel.15
VLDL dan kilomikron dalam plasma bertemu lipoprotein lipase untuk
dapat dihidrolisis. Lipoprotein lipase ini berasal dari lapisan endotel dan
diaktifkan menggunakan kofaktor fosfolipid dan apo C-II. Hidrolisis TG
19
berlangsung secara progresif menjadi diasilgliserol kemudian menjadi monoasil
gliserol dan akhirnya menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas
kembali ke sirkulasi dan mengikat albumin atau kebanyakan diangkut ke dalam
jaringan. Hidrolisis VLDL diperantarai oleh reseptor VLDL dengan mengikat
VLDL dan membawanya untuk berkontak dengan lipoprotein lipase.15
Reaksi hidrolisis oleh lipoprotein lipase menyebabkan lenyapnya sekitar
90% TG kilomikron dan lenyapnya apo-C (yang kembali ke HDL), tetapi bukan
apo E yang tetap dipertahankan dan mengawali pembentukan kilomikron sisa.
Kilomikron sisa ini kaya akan ester kolesteril dan kolesterol karena berkurangnya
TG. Perubahan serupa terjadi pada VLDL yaitu pembentukan VLDL sisa/IDL.15
Gambar 2.8 Jalur metabolik kilomikron16
Gambar 2.9 Jalur metabolik VLDL16
20
Sisa kilomikron diserap oleh hati melalui endositosis, dan ester kolesteril
serta TG didalamnya kemudian dihidrolisis dan dimetabolisme. Penyerapannya
diperantarai oleh apo E, melalui dua reseptor dependen-apo E, reseptor LDL (apo
B-100, E) dan LRP (Lipoprotein receptor-related proteins).15
Selanjutnya LDL dimetabolisme melalui reseptor LDL pada hati dan
jaringan ekstrahepatik lainnya. Setelah terjadi pengikatan, LDL diserap secara
utuh melalui proses endositosis. Apoprotein dan ester kolesteril kemudian
dihidrolisis di lisosom, dan kolesterol dipindahkan ke dalam sel.15
Gambar 2.10 Metabolisme triasilgliserol di jaringan adiposa15
Kilomikron, VLDL, dan sisa lipoprotein di metabolisme dan
kandungannya disimpan didalam jaringan hati dan jaringan adiposa. TG sebagai
komponen kilomikron dan VLDL disimpan di jaringan adiposa melalui proses
lipogenesis. TG disimpan dalam bentuk droplet lipid besar dan secara terus-
meners mengalami lipolisis (hidrolisis) dan re-esterifikasi. Akumulasi TG dan
penyimpanannya di dalam adiposit yang banyak dan secara terus menerus ini
menyebabkan hipertrofi adiposit. Pembesaran adiposit terus menerus ini di
kemudian hari menyebabkan peningkatan bobot tubuh dan menghasilkan
adipokin yang bertanggungjawab atas terjadinya penyakit yang disebut
obesitas.15,19
21
2.1.3 Metabolisme Lipid dan Metabolisme Kadar LDL
Metabolisme lipid dan lipoprotein dapat dibagi atas 3 jalur yaitu jalur
metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen dan jalur reverse kolesterol
transport. Kedua jalur pertama berhubungan dengan metabolisme LDL dan
trigliserida, sedangkan jalur reverse transport khusus mengenai metabolisme
HDL.6
2.1.3.1 Jalur Metabolisme Eksogen
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas TG dan kolesterol. Selain
kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati
yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Lemak di usus halus yang berasal
dari makanan maupun yang berasal dari hati disebut lemak eksogen. TG dan
kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus.
TG akan diserap sebagai asam lemak bebas sedang kolesterol sebagai kolesterol.
Di dalam usus halus asam lemak bebas akan diubah lagi menjadi TG, sedangkan
kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dan keduanya
bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang
dikenal dengan kilomikron. Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan
akhirnya melalui duktus torasikus akan masuk kedalam aliran darah. TG dan
kilomikron akan mengalami hidrolisis dan akan dibawa ke hati.6
Gambar 2.11 Jalur metabolisme eksogen6
22
2.1.3.2 Jalur Metabolisme Endogen
TG dan kolesterol yang disintesis di dalam hati membentuk lipoprotein
VLDL. Apolipoprotein yang terkandung dalam VLDL adalah apoliporotein B
100. Dalam sirkulasi, TG di VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim
lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL berubah menjadi IDL yang juga akan
mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian dari VLDL, IDL, LDL
akan mengangkut kolesterol ester kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang
paling banyak mengandung kolesterol.15 Sebagian dari LDL akan dibawa ke hati
dan jaringan lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang mempunyai
reseptor untuk LDL. Sebagian lagi dari LDL akan mengalami oksidasi dan
ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel
busa (foam cell). Makin banyak kadar LDL dalam plasma makin banyak yang
akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag.6
Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari LDL. Beberapa
keadaan yang mempengaruhi tingkat oksidasi seperti :
a. Meningkatnya jumlah LDL kecil padat (small dense LDL) seperti pada
sindrom metabolik dan diabetes melitus.
b. Kadar HDL, makin tinggi HDL akan bersifat protektif terhadap
oksidasi LDL.6
Gambar 2.12 Jalur metabolisme endogen.6
23
2.1.3.3 Jalur Reverse Cholesterol Transport
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang
mengandung apolipoprotein A, C, dan E; dan disebut HDL nascent. HDL nascent
berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung
apolipoprotein AI. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil
kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil kolesterol dari
makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat.
Agar dapat diambil oleh HDL nascent, (kolesterol bebas) di bagian dalam
makrofag harus dibawa ke permukaan membran sel makrofag oleh transporter
yang disebut adenosine triphosphate-binding cassette transporter-1(ABC-1).6
Setelah mengambil kolesterol bebas dari makrofag, kolesterol bebas akan
diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lechitin cholesterol
acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang oleh HDL
akan mengambil dua jalur. Jalur pertama adalah ke hati dan ditangkap oleh
scavenger receptor class B type 1 yang dikenal dengan SR-B1. Jalur kedua adalah
kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan TG dari VLDL dan IDL
dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP). Dengan demikian
fungsi HDL sebagai penyerap kolesterol dari makrofag mempunyai dua jalur yaitu
langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk
membawa kolesterol kembali ke hati.6
Gambar 2.13 Jalur reverse cholesterol transport.6
24
2.1.4 Kandungan Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit mengandung ALJ dan ALTJ, dengan perbandingan
jumlah yang hampir sama dan didominasi oleh ALJ rantai panjang (C14-C24).
Macam ALJ rantai panjang yang menyusun minyak kelapa sawit ini terdiri dari
asam lemak miristat (C18:0), asam lemak palmitat (C16:0), asam lemak stearat
(C18:0), dan asam lemak arachidat (C20:0), di dominasi oleh asam lemak
palmitat. ALJ rantai sedang /medium yang menyusun terdiri dari asam lemak
laurat (C12:0) saja. ALTJ tunggal yang menyusun terdiri dari asam lemak oleat
(cis C18:1 ω-9). ALTJ ganda yang menyusun terdiri dari asam lemak linolenat (cis
C18:3 ω-3). Apabila ALJ dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dapat
meningkatkan kadar HDL, LDL dan K-Total secara signifikan, serta memperkecil
rasio K-Total : HDL.17
Dikarenakan asam lemak dengan ikatan rangkap (ALTJ) sangat rentan
terhadap kerusakan oksidatif, manusia dan organisme berdarah-hangat lainnya
menyimpan lemak dalam bentuk dominan ALJ (yang rantai hidrokarbonnya tak
memiliki ikatan rangkap) yaitu asam lemak palmitat dan asam lemak stearat.20
Walaupun dapat bertahan dalam keadaan dipanaskan, ALJ, khususnya
yang terkandung dalam minyak kelapa sawit dapat meningkatkan kadar LDL
dalam tubuh apabila dikonsumsi dalam jumlah tinggi. Dalam sumber lainnya
dikatakan bahwa kenaikan kadar LDL ini melalui pengurangan reseptor LDL di
sumber lainnya juga disebutkan bahwa peningkatan LDL yang terjadi terutama
diakibatkan penimbunan ALJ yang tinggi di organ hati yang kemudian
menyebabkan peningkatan secara berlebihan Asetil-KoA yang merupakan dasar
pembentukan kolesterol.21
2.1.5 Minyak Kelapa Sawit dengan Pemanasan Berulang
Kandungan 49% ALTJ dalam minyak kelapa sawit ini apabila
dipanaskan secara berulang-ulang akan berubah menjadi asam lemak “trans”.
Asam lemak trans ini meningkatkan kadar LDL yang berhubungan dengan
aterosklerosis koroner pada orang dewasa, juga berhubungan dengan produksi
radikal bebas yang cukup signifikan. Pada proses pembuatan cooking fats,
25
dilakukan hidrogenasi yaitu penambahan hidrogen, sehingga menjenuhkan ikatan
rantai karbonnya, tetapi ikatan tidak stabil dan akan dilepaskan kembali, sehingga
akan meregenerasi konfigurasi menjadi “trans”. Proses hidrogenasi ini
dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, katalis, dan lama proses serta jenis
minyaknya. Proses ini pada minyak kelapa sawit terjadi pada pemanasan 100oC,
dan meningkat kadar oksidasi apabila dilanjutkan selama 45 menit. Pada proses
deep fat frying tersebut asam lemak yang terbentuk 3-6%. Terjadi kombinasi dari
proses berikut : a). penjenuhan beberapa karbon yang berikatan rangkap; b).
perubahan konfigurasi ikatan rangkap dari bentuk “cis” menjadi “trans”; c).
perpindahan ikatan rangkap di sepanjang rantai asil asam lemak. Rangkaian
proses inilah yang dapat menyebabkan banyak perburukan kondisi kesehatan.22–24
Komponen ALTJ, khususnya yang telah dipanaskan yang terkandung
dalam minyak kelapa sawit ini berkerja menghambat oksidasi asam lemak melalui
Peroxisome Proliferator-Activated Receptor Alpha (PPAR-α) yang menyebabkan
peningkatan FFA dalam darah. Komponen ini juga meningkatkan
Phosphoenolpyruvate Carboxykinase (PEPCK) pada jaringan adiposit yang
berhubungan pada pembentukan glycerophosphate yang dipakai dalam
esterifikasi TG. Proses yang terjadi diatas berujung pada peningkatan dan
penumpukkan TG pada adiposit.9–11 Selain itu, efek lainnya adalah peningkatan
sintesis kolesterol menyebabkan peningkatan kadar LDL serum, bukan dengan
penambahan jumlah reseptor LDL hepar dan turnover LDL. Mekanismenya
adalah dengan mengaktifkan regulasi sintesis kolesterol menggunakan SREBP
(Sterol Regulatory Element-binding Protein) yang merupakan faktor transkripsi
HMG-Coa reduktase, enzim yang digunakan dalam sintesis kolesterol.8,15
50-51% ALJ terkandung pada minyak kelapa sawit. ALJ tak mudah
dioksidasi. Senyawanya lebih stabil dalam proses pemanasan. Dalam proses
hidrogenasi/ perubahan menjadi cooking fats, lebih mampu bertahan terhadap
panas dan tidak berubah struktur seperti pada tahapan-tahapan pembentukan trans
yang terjadi pada ALTJ, sehingga tidak menjadi asam lemak trans maupun
senyawa berbahaya lainnya.20,21
26
2.1.6 Kandungan Minyak Kelapa Sawit Merek Sania®
Disebutkan pada suatu studi meta-analisis dari banyak uji klinis bahwa
dibandingkan dengan macam minyak goreng lain yang umumnya digunakan oleh
masyakarat, yang paling mudah menyebabkan kenaikan kadar LDL adalah
minyak kelapa sawit.25 Minyak kelapa sawit yang digunakan pada penelitian ini
adalah minyak kelapa sawit komersial bermerek Sania®. Minyak goreng ini
mudah dijangkau dan lebih dipilih oleh masyarakat karena harganya cenderung
lebih murah. Berasal dari ekstraksi kelapa jenis Elaeis guineensis dengan
kandungan ALJ dan ALTJ yang cukup tinggi.26 Didalamnya mengandung
dominan ALTJ yang tinggi hampir dua kalinya dibandingkan ALJ. Proporsi
kandungan ALJ, ALTJ, dan kandungan lain yang mengkomposisinya dijelaskan
pada tabel informasi nilai gizi yang terdapat pada kemasannya, sebagai berikut :
Tabel 2.4 Informasi nilai gizi minyak kelapa sawit merek Sania®
INFORMASI NILAI GIZI
Takaran saji : 1 sendok makan (14 gram)
Jumlah Sajian per Kemasan : ±64 takar saji
JUMLAH PER SAJIAN
Energi Total : 130 kkal Energi dari Lemak : 120 kkal
%AKG
Lemak total 14 g 22%
Lemak jenuh 5 g 27%
Lemak tidak jenuh
tunggal 8g
Lemak trans 0 g
Kolesterol 0 mg 0%
Protein 0 g 0%
Karbohidrat total 0 g 0%
Natrium 0 g 0%
Vitamin A 4%
Vitamin E
110%
Zat Besi 0%
27
2.1.7 Mencit BALB/c
Dalam penelitian ini hewan yang digunakan sebagai objek eksperimen
adalah mencit BALB/c. Klasifikasi dari hewan uji coba yang kami gunakan
adalah sebagai berikut27:
Tabel 2.5 Klasifikasi Mencit (Mus Musculus)27
Klasifikasi Mencit
Kerajaan Hewan
Filum Chordata
Sub-Filum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodentia
Sub-Ordo Myoimorphia
Family Muridae
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Gambar 2.14 Mencit BALB/c28
28
Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan berat
badan dan profil lipid mencit BALB/c yang cukup signifikan sehingga dapat
dipertimbangkan sebagai model dalam penelitian mengenai profil lipid. Yisel,
Maria, dkk., di tahun 2015 menyimpulkan bahwa suplementasi lipid dan sukrosa
pada mencit BALB/c dapat menginduksi hiperlipidemia kronik sebagaimana pula
obesitas dan metode ini adalah metode yang paling efektif daripada hewan coba
lainnya yang diujikan (tikus wistar dan mencit C57BL/J6).29 Hal ini dikarenakan
mencit BALB/c lebih mudah memproduksi kolesterol endogen dengan kenaikan
kondisi insulinemia, peningkatan input glukosa dan absorpsi lipid menaikan level
insulin yang mengakibatkan level Asetil-KoA yang lebih tinggi, sehingga
meningkatkan produksi kolesterol secara endogen.29 Berdasarkan hasil penelitian-
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya peneliti memutuskan untuk
menggunakan mencit BALB/c sebagai hewan uji.
29
2.2 Kerangka Teori
Akumulasi TG pada
hati dan jaringan
adiposit
Peningkatan
Kadar LDL
Hipertrofi dan hiperplasi adiposit
Peningkatan Berat Badan
Oksidasi asam lemak tak jenuh
Perubahan konfigurasi “cis” “trans”
Menyebabkan gangguan
metabolisme asam lemak
Dengan pemanasan Tanpa pemanasan berulang
Lebih meningkatkan efek
Proses pencernaan dan penyerapan oleh tubuh
Metabolisme lipid dan lipoprotein
Relatif tidak stabil
terhadap pemanasan
49% Asam lemak tak jenuh 51% Asam lemak jenuh
Relatif stabil
terhadap pemanasan
Minyak kelapa sawit
30
2.3 Kerangka Konsep
oksidasi
Minyak goreng kelapa
sawit Sania®
Frekuensi pemanasan Suhu pemanasan
Kerusakan kandungan minyak
Peningkatan berat
badan mencit
BALB/c ?
Peningkatan kadar
LDL mencit
BALB/c ?
31
2.4 Definisi Operasional
Tabel 2.6 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran Skala
1
K-Total,
TG, dan
HDL
Kolesterol
total,trigliserida,
lipoprotein
berdensitas
tinggi
ELISA
reader
Plasma sampel dicampurkan
dengan reagen K-Total,
trigliserida,dan HDL
selanjutnya diukur dengan
ELISA reader
Numerik
2 LDL
Lipoprotein
berdensitas
rendah
Formula
Friedewald
Hasil K-Total, TG, dan HDL
dari metode direk diinput ke
dalam rumus dan diambil
hasilnya
Numerik
3 Berat
Badan
Berat badan
sebelum dan
sesudah
perlakuan
Timbangan
Digital Lab
Ditempatkan dalam wadah
yang telah dikaliberasi pada
timbangan
Numerik
32
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.
3.2 Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian di laksanakan di laboratorium biokimia, laboratorium MPR,
laboratorium riset dan animal house Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian dimulai dari bulan November 2015
hingga Maret 2016.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit jantan strain BALB/c
berumur 8 minggu, dengan berat badan rentang 16-24 gram yang akan
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok perlakuan. Kriteria inklusi dari
populasi adalah mencit sehat tanpa ada lesi/pus pada kulit. Kriteria ekslusi adalah
dengan berat badan diluar 16-24 gram, sakit dengan terdapat lesi/pus pada kulit,
dan mati sebelum mendapat perlakuan.
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
3.4.1 Alat Penelitian
Hot plate stirrer, beaker glass, pipette kaca, thermometer, botol kaca
kecil, spuit 1 ml, spuit 3 ml, sonde mencit, carrier, pipette balon, sentrifugator,
micropippette, tip beserta raknya, incubator, microtube, masker, sarung tangan,
kulkas, label tulis, label warna, kandang mencit, timbangan lab digital SF 400,
tempat makan dan minum mencit, bedding, spatula, dan ELISA reader.
3.4.2 Bahan Penelitian
Minyak goreng kelapa sawit Sania®, sabun, bedding, pakan ayam 511,
dan akuades. Minyak kelapa sawit Sania® dipilih karena pertimbangan minyak
goreng kelapa sawit tersebut sering dijual di tempat perbelanjaan yang terjangkau
oleh masyarakat dan harganya relatif lebih disukai oleh masyarakat.
33
3.5 Identifikasi Variabel
• Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah minyak kelapa sawit, dan
pemanasan berulang pada minyak kelapa sawit.
• Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kadar LDL dan berat badan
mencit BALB/c.
3.6 Cara Kerja Penelitian
3.6.1 Persiapan Bahan dan Sampel
3.6.1.1 Persiapan Minyak
Minyak kelapa sawit dipanaskan sampai mencapai 100oC dalam beaker
glass menggunakan hot plate stirrer. Setelah mencapai 100oC dipanaskan selama
45 menit.30,31 Lalu didinginkan sampai sekitar suhu ruangan (25oC). Setelah itu
dipanaskan kembali sebanyak 10 kali. Setelah dipanaskan masing minyak
disimpan kedalam container botol kaca berwarna gelap.
3.6.1.2 Persiapan Mencit
A. Penentuan Kelompok dan Perlakuannya
Jumlah perlakuan pada penelitian ini ada 3 kelompok, yaitu :
1. Kelompok kontrol negatif,
2. Kelompok dengan pemberian minyak kelapa sawit tanpa pemanasan,
3. Kelompok dengan pemberian minyak kelapa sawit dengan pemanasan.
B. Penentuan Besar Sampel Setiap Kelompok
• Menggunakan rumus Mead resource equation formula32, yaitu :
E = N – B - T
34
Keterangan :
E = Error component (10-20)
N = Jumlah sampel dalam semua kelompok dikurangi 1 (N – 1)
B = Blocking component (B = 0)
T = Jumlah kelompok uji dikurangi 1 (T-1)
E ≤ N – 0 – T E ≥ N – 0 - T
10 ≤ (N-1) – (T-1) 20 ≥ (N-1) – (T-1)
10 ≤ (N-1) – 2 20 ≥ (N-1) – 2
10 + 2 ≤ (N-1) 20 + 2 ≥ (N-1)
12 + 1 ≤ N 22 + 1 ≥ N
N ≥ 13 N ≤ 23
N = 13 – 23
Dibagi menjadi 3 kelompok dengan jumlah yang sama. Berdasarkan
perhitungan di atas maka didapatkan besar sampel minimal adalah 5 dan
maksimal adalah 8. Berdasarkan perhitungan di atas peneliti memutuskan untuk
menggunakan jumlah besar sampel 5 ekor mencit untuk setiap kelompok
perlakuan pada penelitian ini.
C. Pemeliharaan dan Persiapan Lingkungan Mencit
Sebelum digunakan, kandang dibersihkan terlebih dahulu dan dialaskan
bedding berupa serutan kayu. Pemberian makan dan minum diberikan secara ad
libitum. Sebelum penelitian dilakukan, mencit diadaptasikan selama 1 minggu
dengan penggantian makan, minum, dan bedding setiap 3 hari sekali. Setelah
adaptasi baru dapat dilakukan perlakuan pada hewan uji.
35
Pemberian minyak kelapa sawit dilakukan secara oral menggunakan
sonde. Minyak kelapa sawit tersebut diberikan setiap hari sebanyak 0,1 - 0,3 ml
tergantung berat badan mencit dengan mempertimbangkan sisa volume lambung
mencit untuk makan dan minum serta menghindari perforasi lambung mencit.
Dengan perbandingan pemberian 0,1 ml setiap 100 gr berat badan mencit.33,34
Setelah digunakan, sonde dibersihkan menggunakan sabun dan
dikeringkan dalam oven selama kurang lebih 1-2 jam pada 70oC. Setelah kering,
sonde disimpan dan siap untuk digunakan kembali.
3.6.1.3 Reagen
Reagen yang digunakan untuk mengukur profil lipid serum mencit adalah
reagen K-Total, TG, dan HDL dari ST Reagensia, dan hasil yang didapatkan akan
dihitung dengan model perhitungan friedewald. Reagen disiapkan terlebih dahulu
dengan mencampurkan bubuk dengan pelarut lalu homogenisasi. Apabila sudah
homogen sudah dapat digunakan untuk mengukur sampel.
3.6.2 Prosedur Pengumpulan Sampel
A. Penimbangan Berat Badan
Penimbangan berat badan mencit dilakukan pada awal dan akhir
penelitian setelah dilakukan perlakuan. Menggunakan timbangan digital lab SF-
400.
B. Pengambilan Darah dan Serum Darah
Pengambilan darah dan serum darah dilakukan pada akhir penelitian
dengan terlebih dahulu mempertimbangkan keadaan mencit dan dipuasakan
selama 8 jam terlebih dahulu, untuk menghindari bias dari pemeriksaan TG.2,35
Pastikan mencit dalam keadaan rileks dan tidak stres. Darah diambil dari vena
facialis pada daerah submandibular mencit sebanyak 5-10 tetes disetiap
pengambilannya. Teknik pengambilannya seperti yang dijelaskan oleh Golde, et
al., dan Fransisco, et al., pada artikel jurnal “ A rapid, simple, and humane method
for submandibular bleeding of mice using a lancet” dan “Effects on Animal
Wellbeing and Sample Quality of 2 Techniques for Collecting Blood from the
Facial Vein of Mice”.36
36
Sampel darah yang didapatkan langsung disentrifugasi pada 3000 rpm di
suhu ruang selama 15 menit untuk memisahkan serum darah dari komponen darah
lainnya. Setelah dipisahkan, serum di simpan didalam freezer pada suhu -8oC
hingga siap dilakukan pengukuran kadar profil lipid .
3.6.3 Pengujian dan Pengambilan Data
Untuk menguji serum darah mencit sehingga didapatkan data K-Total,
Kadar TG, HDL dan LDL maka dilakukan melalui 2 cara, yaitu :
1. Pengukuran Optical Density/OD untuk Data K-Total, TG, dan HDL
Menggunakan ELISA reader
Menggunakan reagen ST Reagensia dan dibaca menggunakan alat
Enzyme Linked Immuno Assay (ELISA) reader dengan 3 macam panjang
gelombang 405 nm, 450 nm, 490 nm. Hasil yang digunakan adalah hasil yang
ditunjukkan oleh panjang gelombang yang sensitif, yaitu yang dapat mendeteksi
kadar K-Total, TG, dan HDL terendah. Lalu, hasil pengukuran diinput ke dalam
metode friedewald formula untuk mendapatkan kadar LDL pada sampel.
ELISA adalah suatu teknik deteksi dengan metode serologis yang
berdasarkan atas reaksi spesifik antara antigen dan antibodi, mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dengan menggunakan enzim sebagai
indikator. Prinsip dasar ELISA adalah analisis interaksi antara antigen dan
antibodi yang teradsorpsi secara pasif pada permukaan fase padat dengan
menggunakan konjugat antibody atau antigen yang dilabel enzim. Enzim ini akan
bereaksi dengan substrat dan menghasilkan warna. Warna yang timbul dapat
ditentukan secara kualitatif dengan pandangan mata atau kuantitatif dengan
pembacaan nilai absorbansi (OD) pada ELISA plate reader. Pemeriksaan ini
Dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan antigen walaupun kadar antigen
tersebut sangat rendah (hal ini disebabkan sifat interaksi antara antibodi atau
antigen yang bersifat sangat spesifik).37
37
Serum hasil sentrifugasi dipindahkan ke dalam plate sesuai dengan
volume setiap uji yang ingin diukur. Kemudian sampel, blanko, dan standar
dicampurkan dengan reagen kerja yang telah disiapkan sebelumnya. Volume
sampel dan reagen kerja juga sesuai dengan setiap uji yang ingin diukur. Khusus
untuk pengukuran kadar HDL dilakukan pengendapan terlebih dahulu dengan
larutan pengendap, kemudian disentrifugasi 3000rpm 10 menit. Lalu dilakukan
inkubasi, untuk uji K-Total inkubasi selama 6 menit pada suhu 37oC, TG inkubasi
selama 10 menit pada suhu ruang, dan HDL inkubasi selama 20 menit pada suhu
ruang. Seluruh sampel serum yang akan diuji kadar profil lipidnya dibuat menjadi
duplo. Setelah diinkubasi dapat dilakukan pembacaan absorbansi menggunakan
ELISA reader.
Tabel 3.1 Jumlah sampel untuk pengukuran absorbansi
Rerata absorbansi yang didapat dari duplo direratakan dan diinputkan
kedalam rumus. Masing masing rumus berbeda tergantung macam pengukuran.
Rumus kolesterol total, 𝑘𝑜𝑙𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =𝐴𝑏𝑠. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐴𝑏𝑠. 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟× 300 𝑚𝑔/𝑑𝑙. Rumus
trigliserida, 𝑡𝑟𝑖𝑔𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑑𝑎 =𝐴𝑏𝑠. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐴𝑏𝑠. 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟× 200 𝑚𝑔/𝑑𝑙. Dan yang terakhir adalah
rumus HDL, 𝐻𝐷𝐿 =𝐴𝑏𝑠. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐴𝑏𝑠. 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟× 120 𝑚𝑔/𝑑𝑙.
Blanko Standar Sampel Reagen Kerja
K-Total 2µl akuades 2µl standar 2µl serum 200µl reagen
TG 2µl akuades 2µl standar 2µl serum 200µl reagen
HDL 2µl akuades 2µl standar 6µl serum, 10µl
supernatan serum
200µl reagen,
200µl pengendap
38
2. Metode Friedewald Formula untuk Mendapatkan LDL
Friedewald formula adalah metode untuk mengetahui kadar LDL secara
tidak langsung.39 Metode ini paling banyak dipakai dalam laboratorium dan
praktik klinis karena lebih praktis dan mudah dalam penggunaannya. Selain itu,
dikarenakan sebagian besar studi klinis menggunakan formula friedewald. 3,2
Seperti yang dianjurkan NCEP (National Cholesterol Education Program)
Working Group On Lipoprotein menganjurkan lebih baik memakai rumus
Friedewald.38,39 Rumus ini dikemukakan oleh Friedewald, dkk., 1972 berdasarkan
pada hasil ultrasentrifugasi.6,38,39
Kadar LDL= Kolesterol-total – kadar HDL – 1/5 trigliserida39
Perhitungan menggunakan metode friedewald formula membutuhkan
data K-Total, HDL, dan TG secara langsung, pada penelitian ini untuk
mendapatkan kadar profil lipid tersebut kami menggunakan reagen ST Reagensia.
Setelah didapatkan nilai kadar profil lipid tersebut, nilai tersebut dimasukan ke
dalam formula friedewald. Data yang didapatkan kemudian diolah dan dianalisis.
3. Pengukuran Berat Badan Mencit
Dilakukan menggunakan timbangan digital lab, dengan cara seperti yang
telah dijelaskan di atas. Lalu dicatat dan diukur pada awal dan akhir penelitian,
yaitu selama 8 minggu. Data yang didapatkan kemudian diolah dan dianalisis.
39
3.6.4 Pengolahan Data dan Analisis Data
Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data menggunakan SPSS
(Statistical Product and Service Solution) versi 22. Karena penelitian yang
dilakukan adalah penelitian analitik kategorik numerik dan yang diuji lebih dari 2
kelompok, maka uji yang dipilih adalah one-way ANOVA (parametrik). Uji
tersebut dipilih apabila memenuhi syarat, yaitu data berdistribusi normal dan
harus homogen. Apabila data tidak terdistribusi normal atau tidak homogen maka
disarankan untuk melakukan transformasi data. Apabila syarat untuk melakukan
uji one-way ANOVA sudah terpenuhi maka untuk membandingan perbedaan antar
kelompoknya dilakukan uji post hoc LSD (Least Significant Difference). Jika
hasil uji distribusi tidak normal dan tidak homogen maka dilakukan uji Kruskal-
Wallis (non-parametrik). Lalu dapat dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk
membandingan perbedaan antar kelompoknya. Setelah itu dapat di interpretasi
hasil dari p. Untuk data perubahan berat badan dilakukan pengujian kembali
menggunakan uji paired t-test apabila data terdistribusi normal atau wilcoxon
apabila data tidak terdistribusi normal.40
40
3.7 Alur Penelitian
Permohonan izin pada komisi etik
Persiapkan alat dan bahan penelitian
Adaptasi mencit strain BALB/c diberi pakan standar ad libitum
Identifikasi macam variabel dan penentuan jumlah kelompok
Penentuan besar sampel tiap kelompok perlakuan mencit
Kelompok 1
Kontrol
Negatif
(pemberian
aquades)
Kelompok 2
Pemberian
minyak kelapa
sawit tanpa
pemanasan
Kelompok 3
Pemberian
minyak kelapa
sawit dengan
pemanasan
berulang
Pemberian perlakuan dilakukan selama 2 bulan/8 minggu
Pengolahan Data
Pengujian menggunakan
reagen dengan teknik
ELISA dan diinputkan
kedalam Friedewald
Formula.
Pengukuran berat
badan pada awal
dan akhir
penelitian.
Pengambilan
darah/serum darah
pada akhir
penelitian.
Pengolahan Data
41
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan Kadar LDL
Untuk mendapatkan kadar LDL melalui hasil pengukuran menggunakan
metode friedewald formula dibutuhkan data kadar K-Total, TG, dan HDL. Data
diperoleh dari kandungan minyak kelapa sawit pengukuran menggunakan metode
direk sebelumnya.
4.1.1 Hasil Pengukuran Kolesterol Total, Trigliserida, HDL, dan LDL
Tabel 4.1 Hasil kadar K-Total, TG, HDL, dan LDL
KN = Kelompok Negatif, MTP = minyak kelapa sawit tanpa pemanasan, MDP =
minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan kadar K-Total tertinggi
pada mencit kelompok minyak kelapa sawit/ minyak kelapa sawit tanpa
pemanasan (MTP) sebesar 105,451 mg/dl, dengan mencit kelompok minyak
kelapa sawit pemanasan berulang (MDP) sebesar 94,079 mg/dl. Kadar K-Total
terendah pada mencit kelompok tanpa perlakuan/ kelompok negatif (KN) sebesar
55,169 mg/dl. Kadar K-Total pada kelompok KN ini lebih rendah dua kali lipat
dibandingkan kelompok yang lain.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan kadar TG tertinggi pada
mencit kelompok MTP sebesar 203,304 mg/dl, dengan mencit kelompok MDP
sebesar 136,29 mg/dl. Kadar TG terendah pada mencit kelompok KN sebesar
78,341 mg/dl. Kadar TG pada kelompok KN ini lebih rendah tiga kali lipat
dibandingkan kelompok yang lain.
Rerata K-Total Rerata TG Rerata HDL Rerata LDL
KN 55,17 mg/dl 78,34 mg/dl 15,13 mg/dl 24,37 mg/dl
MTP 105,45 mg/dl 203,3 mg/dl 25,07 mg/dl 39,71 mg/dl
MDP 94,1 mg/dl 136,29 mg/dl 23,55 mg/dl 43,27 mg/dl
42
Dari hasil penelitian yang dilakukan Andhary, 2017 didapatkan kadar
HDL tertinggi pada mencit kelompok MTP sebesar 25,074 mg/dl, dengan mencit
kelompok MDP sebesar 23,551 mg/dl. Kadar HDL terendah pada mencit
kelompok 1 sebesar 15,131 mg/dl.41 Kadar HDL pada kelompok KN ini lebih
rendah dua kali lipat dibandingkan kelompok yang lain.
Keseluruhan nilai K-Total, TG, dan HDL tersebut kemudian dimasukkan
ke dalam rumus friedewald untuk didapatkan kadar LDL. Dengan perhitungan
sebagai berikut, LDL = K-Total – (HDL + TG/5).
4.1.2 Deskripsi Kadar LDL
Perhitungan dan hasil pemeriksaan kadar LDL dengan metode friedewald
formula ditampilkan dalam grafik berikut :
Gambar 4.1 Grafik hasil kadar LDL mencit setelah perlakuan
Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan kadar LDL dari
setiap kelompok. Dengan KN, 24,37 mg/dl. Meningkat hampir dua kalinya pada
kelompok MTP, sebesar 39,717 mg/dl. Dan kadar LDL paling tinggi pada MDP,
yaitu mencit dengan pemberian minyak kelapa sawit dengan pemanasan yaitu
43,27 mg/dl. Keseluruhan rerata memiliki s.d. KN 5,5 mg/dl; MTP 39,5 mg/dl;
MDP 5,174 mg/dl. Data hasil pengukuran kadar LDL dianalisis secara statistik
menggunakan Shapiro-Wilk, One-Way ANOVA, dan post-hoc LSD.
24.37
39.71
43.27
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1
LD
L m
g/d
l
KN MTP MDP
43
Tabel 4.2 Hasil uji One-Way ANOVA dengan Post-Hoc LSD LDL pada mencit
setelah perlakuan
N Rerata LDL ±SD p
LDL KN 5 24,7±15 ≥0,05
MTP 5 39,7±34,2
MDP 5 43,2±4,48
Uji One-Way ANOVA. Uji post-hoc LSD: KN vs MTP p≥0,05; KN vs MDP
p≥0,05; MTP vs MDP p≥0,05.
Pada hasil analisis statistika LDL mencit setelah perlakuan didapatkan
hasil uji normalitas Shapiro-Wilk terhadap kadar LDL menunjukkan (p≥0,05)
yang berarti distribusi data normal. Hasil uji varians data menunjukkan (p≥0,05)
yang menyimpulkan bahwa varians data homogen. Sehingga memenuhi syarat
untuk dilakukan uji one-way ANOVA. Maka dilakukan uji One-Way ANOVA dan
Post-Hoc LSD.
Hasil uji One-Way ANOVA menunjukkan nilai (p=0,381). Dimana hasil
tersebut bernilai (p≥0,05), yang interpretasinya adalah terdapat perbedaan kadar
LDL yang tidak signifikan antara semua kelompok. Kemudian uji dilanjutkan
dengan uji post-hoc Mann-Whitney menunjukan bahwa nilai KN terhadap MTP
(p=0,291), KN terhadap MDP (p=0,198), dan MTP terhadap MDP (p=0,802),
maupun sebaliknya. Dimana hasil tersebut bernilai (p≥0,05), yang interpretasinya
adalah terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada KN terhadap MTP, KN
terhadap MDP dan MTP terhadap MDP, maupun sebaliknya.
44
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa kadar LDL pada MTP
dan MDP jauh lebih tinggi daripada KN. Hasil ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya oleh Wansi, dkk., dan Kamsiah, dkk., 2001 yang menunjukan
kenaikan kadar LDL pada kelompok dengan pemberian minyak kelapa sawit dan
minyak kelapa sawit yang dipanaskan.12,42 Hal ini membuktikan bahwa pemberian
minyak kelapa sawit dan minyak kelapa sawit yang dipanaskan dapat
menyebabkan kenaikan kadar LDL. Penelitian lain Yisel Gonzales, dkk., 2015
menunjukkan bahwa mencit BALB/c yang diberi perlakuan pemberian makanan
berkepanjangan tinggi lipid dapat terus memicu kenaikan kadar LDL.29
Kadar LDL paling besar terdapat pada kelompok MDP. Hal ini
dikarenakan kandungan ALJ dan ALTJ pada minyak kelapa tersebut apabila
dipanaskan dapat menyebabkan peningkatan LDL akibat perubahan susunan
ALTJ yang terkandung dalam minyak tersebut menjadi asam lemak dengan
susunan trans.21 Proses perubahan ini melalui a). Penjenuhan dari beberapa
karbon yang berikatan rangkap; b). Perubahan dari konfigurasi ikatan rangkap
alami “cis” menjadi “trans”; c). Perpindahan ikatan rangkap di sepanjang rantai
asil dari asam lemak.24 Dimana asam lemak dalam bentuk trans ini dapat memicu
peningkatan kadar LDL.8
Walaupun demikian peningkatan kadar LDL terbesar pada kelompok
MDP bernilai tidak signifikan. Kemungkinan hal ini terjadi akibat pada beberapa
minggu di bulan terakhir mencit percobaan mulai mengurangi asupan
makanannya yang mungkin disebabkan oleh makin meningkatnya stres akibat
intervensi (cekok langsung lambung mencit) berulang yang memungkinkan
timbulnya rasa sakit dan kondisi kandang yang mulai ramai.43 Hal tersebut dapat
terlihat dari kondisi penampilan dan aktivitas mencit yang berubah terutama satu
bulan setelah perlakuan, bulu mencit terlihat dan terasa lebih kasar, mudah rontok,
memicingkan mata dan kontraksi wajah, serta penurunan aktivitas dan perubahan
pergerakan yang menunjukkan mencit dalam keadaan sakit dalam pengaruh
peningkatan stres. Burkholder, dkk., 2012 menyimpulkan bahwa hewan
percobaan yang stres dan sakit dapat memengaruhi hasil dari perlakuan yang
diberikan.44
45
Selain itu, hal lain yang dicurigai mempengaruhi tidak signifikannya
peningkatan kadar LDL dari induksi menggunakan minyak kelapa sawit dengan
pemanasan berulang adalah kandungan tokoferrol pada vitamin E yang
ditambahkan pada proses pembuatan minyak merek Sania®. Vitamin E pada
minyak kelapa sawit berfungsi untuk melindungi senyawa-senyawa yang mudah
teroksidasi, khususnya ALTJ.12,14 Antioksidan ini berkerja dengan bertindak
sebagai reduktor dan menangkap radikal bebas dengan berperan sebagai reseptor
scavenger (Traber, 2002 di dalam cadenas dan Packer, 2002). Proses diatas
menyebabkan resistensi peroksidasi lipid sehingga pembentukan asam lemak
trans dapat dihambat dan tidak dapat dibentuk dengan mudah.20 Namun belum
ada penelitian yang secara khusus meneliti kandungan vitamin E minyak kelapa
sawit Sania® terhadap perubahan kadar LDL mencit BALB/c.
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil yang didapat dalam
penelitian ini adalah pemberian minyak kelapa sawit tanpa pemanasan dengan
pemanasan berulang menyebabkan kenaikan kadar LDL yang tinggi dibanding
dengan pemberian akuades. Adapun pengaruh efek pemanasan terhadap minyak
kelapa sawit tidak menyebabkan efek yang cukup signifikan terhadap kadar
kolesterol lipid. Kesimpulan ini juga didukung oleh penelitian Pedersen, dkk.,
2005 yang menyimpulkan bahwa asam lemak palmitat yang banyak dikandung
dalam minyak kelapa sawit dan asam lemak trans dalam minyak yang dipanaskan
berulang memiliki efek hampir sama/tidak terlalu berbeda bermakna terhadap
peningkatan kadar LDL.45
46
1.2 Hasil dan Pembahasan Perubahan Berat Badan Mencit
Gambar 4.2 Perubahan berat badan mencit per bulan setelah perlakuan
Dari gambar 4.2 terlihat setiap kelompok mengalami kenaikan berat
badan rata-rata di minggu terakhir. Dengan rerata berat badan di bulan terakhir
adalah KN sebesar 17,22 gr, yang merupakan rerata berat badan terkecil; MTP,
22,52gr; MDP yaitu 25,03 gr, yang merupakan rerata berat badan terbesar.
Pada kelompok KN mengalami kenaikan berat badan paling kecil yaitu
0,53 gr. Sedangkan MTP mengalami kenaikan berat badan paling besar yaitu 3,62
gr. Dan kenaikan berat badan pada kelompok MDP sebesar 1,87 gram. Data hasil
pengukuran berat badan dianalisis secara statistik menggunakan Shapiro-Wilk,
One-Way ANOVA, dan post-hoc LSD, serta uji paired t-test.
Tabel 4.3 Hasil uji One-Way ANOVA dengan LSD pada berat badan mencit
minggu 8
N Rerata BB ±SD p
BB KN 5 17,2±2,7 <0,05
MTP 5 22,5±3,23
MDP 5 25±1,7
Uji One-Way ANOVA. Uji post-hoc LSD: KN vs MTP p<0,05; KN vs MDP
p<0,05; MTP vs MDP p≥0,05.
5
10
15
20
25
30
35
Minggu 0 Minggu 8KN MTP MDP
BE
RA
T B
AD
AN
(gr)
47
Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk terhadap berat badan menunjukkan
bahwa normalitas data berat badan menunjukkan (p≥0,05) yang berarti data
terdistribusi normal, hasil uji homogenitas data adalah homogen (p≥0,05). Hasil
ini menunjukkan bahwa data berat badan terdistribusi normal dan homogen.
Sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan uji One-Way ANOVA. Maka
dilakukan uji One-Way ANOVA dan Post-Hoc LSD.
Hasil uji One-Way ANOVA menunjukkan nilai (p=0,002). Dimana hasil
tersebut bernilai (p<0,05), yang interpretasinya adalah terdapat perbedaan
signifikan berat badan antara semua kelompok. Kemudian uji dilanjutkan dengan
uji post-hoc LSD menunjukan bahwa nilai kelompok negatif terhadap minyak
kelapa sawit (p=0,008), kelompok negatif terhadap minyak pemanasan berulang
(p=0,001), dan minyak kelapa sawit terhadap minyak kelapa sawit pemanasan
berulang (p=0,164), maupun sebaliknya. Dimana kedua hasil tersebut
menunjukkan (p<0,05) dan (p≥0,05), yang interpretasinya adalah terdapat
perbedaan signifikan berat badan di akhir pengukuran pada KN terhadap MTP
dan KN terhadap MDP, dan terdapat perbedaan yang tidak signifikan berat badan
di akhir pengukuran pada MTP terhadap MDP, maupun sebaliknya.
Tabel 4.4 Hasil uji t berpasangan dengan melaporkan nilai p
N Rerata±s.b. P
Minggu 0 15 17,2±3,1 >0,05
Minggu 8 15 22,5±1,1
Hasil uji t-test menunjukkan bahwa pada berat badan tidak menunjukkan
perbedaan secara signifikan (p=0,096). Tidak terdapat peningkatan berat badan
yang signifikan antara awal dan akhir penelitian baik pada kelompok perlakuan
negatif atau pada kelompok perlakuan pemberian minyak kelapa sawit tanpa dan
dengan pemanasan.
48
Hasil pengamatan dalam 8 minggu terhadap rerata berat badan mencit
pada seluruh kelompok menunjukkan pertambahan berat badan. Dengan jumlah
peningkatan berat badan yang berbeda setiap kelompok. Kelompok mencit KN
mengalami pertambahan berat badan yang paling sedikit apabila dibandingkan
dengan kelompok mencit MTD dan MDP. Rerata berat badan pada kelompok
MTP dan MDP mengalami peningkatan diakhir masa intervensi mencit.
Kelompok mencit MDP memiliki rerata paling besar, dengan peningkatan berat
badan terbesar pada MTP.
Rerata berat badan mencit pada kelompok perlakuan baik itu kelompok
MTP dan MDP lebih besar secara bermakna dibandingkan KN (p<0,05). Hal ini
dikarenakan konsumsi kombinasi ALJ dan asam lemak trans dari ALTJ yang
meningkat menyebabkan gangguan metabolisme asma lemak dan meningkatkan
akumulasi asma lemak dan TG di hati dan adiposit. Hasil yang sama didapatkan
pada beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh SK Adams, dkk., 2008 dan
hasil penelitian Dorfman, dkk., 2008 mengenai konsumsi minyak kelapa sawit
dengan pemanasan menunjukkan kecenderungan rerata berat badan terbesar.14,22
Walaupun demikian peningkatan berat badan tidak meningkat signifikan
(p>0,05). Hal ini juga terjadi pada penelitian Atal, dkk., 1994 dan Falade, 2015
dimana pertambahan berat badan dengan pemberian asam lemak trans (minyak
dipanaskan) dibandingkan dengan percobaan yang diberi konsumsi asam lemak
jenuh dan asam lemak cis (tanpa pemanasan) tidak signifikan walaupun berat
badan kelompok pemanasan reratanya lebih besar.46,47 Isong, 1992 pada
penelitiannya menyebutkan bahwa pemberian minyak kelapa dengan pemanasan
pada hewan uji menurunkan berat badan dengaan mekanisme yang belum
diketahui.47
Nilai kenaikan yang tidak signifikan ini menurut SK Adams, 2008 akibat
kandungan tokoferrol dari vitamin E yang terdapat dari minyak kelapa sawit.
Kandungan antioksidan ini dapat menurunkan kadar TG yang berhubungan
langsung dengan patogenesis obesitas. Proses yang terjadi adalah free radical
scavenging, dimana tokoferrol melindungi oksidasi ALTJ yang disebabkan oleh
proses yang menyebabkan peningkatan ROS dan perusakan struktur lipid seperti
49
pemanasan berulang pada minyak kelapa sawit.20 Pendapat ini didukung oleh
Raederstroff bahwa 0,4-0,6 mg/g asupan vitamin E per ALTJ dapat memproteksi
oksidasi dari ALTJ.20,48 Kemungkinan proses ini terjadi karena kandungan
vitamin E pada 1 g ALTJ minyak goreng kelapa Sania® adalah lebih dari 3 kali
dosis maksimal. Walapun demikian, sampai sekarang belum ada penelitian yang
secara khusus meneliti efek antioksidan dosis minimal vitamin E per asupan
ALTJ dari minyak kelapa sawit Sania® pada mencit.
Faktor lainnya yang mempengaruhi adalah stres pada mencit karena
intervensi pada saat perlakuan. Stres ini dapat menyebabkan penurunan asupan
dari makanan yang menyebabkan tidak terlalu meningkatnya berat badan.44
Selain itu, perlakuan yang kurang memiliki kecenderungan untuk
menyebabkan peningkatan kadar LDL akibat oksidasi minyak kelapa sawit,
baiknya pemilihan perlakuan adalah yang memiliki kecenderungan pembentukan
asam lemak trans lebih tinggi seperti penggunaan minyak kacang kedelai.14
Dimana minyak yang memiliki kandungan ALTJ dengan presentase jauh lebih
tinggi tersebut lebih banyak memproduksi asam lemak trans setelah pemanasan
berulang, sehingga toksisitas terhadap perlakuan lebih tinggi.45 Dan lama
perlakuan penelitian yang hanya dilakukan selama 8 minggu pada penelitian ini.
Pada penelitian lainnya disebutkan bahwa meskipun pemberian minyak kelapa
sawit dengan pemanasan tidak menaikkan berat badan dan LDL secara signifikan,
dalam perlakuan kurang dari 8 minggu sudah menunjukkan kerusakan
histopatologi jantung dan hepatosit, serta peningkatan marker fungsi hati.13,21,47
Thompson, dkk., 2001 asam lemak trans hanya meningkatkan sedikit dari berat
badan tapi dengan efek adipogenik yang besar.23
50
Pada penelitian ini, pemberian minyak goreng kelapa sawit dan minyak
goreng kelapa sawit dengan pemanasan berulang selama 60 hari dapat
meningkatkan asupan ALJ, ALTJ, dan asam lemak trans yang terkandung.
Dimana hal tersebut menyebabkan peningkatan kadar LDL yang lebih tinggi
dalam serum dan peningkatan berat badan mencit BALB/c kelompok minyak
kelapa sawit dan kelompok minyak kelapa sawit dengan pemanasan berulang
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dari hasil penelitian ini maka dapat
disimpulkan bahwa konsumsi minyak goreng kelapa sawit baik tanpa atau
dengan pemanasan dapat meningkatkan kadar LDL serum dan berat badan mencit
BALB/c. Kesimpulan ini membuktikan perlunya penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui perlunya menjauhi proses pengolahan makanan yang menggunakan
minyak goreng kelapa sawit dengan pemanasan berulang. Dan lebih baik mencari
alternatif proses pengolahan makanan yang lebih sehat karena pengolahan
makanan tersebut memiliki kecenderungan untuk meningkatkan kadar LDL dan
berat badan.
51
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian, didapatkan kadar LDL tertinggi pada kelompok
pemberian minyak kelapa sawit pemanasan berulang dengan perbedaan yang tidak
signifikan daripada kelompok lainnya (p=0,381). Berat badan terbesar didapatkan
pada kelompok pemberian minyak kelapa sawit pemanasan berulang dengan
peningkatan yang tidak signifikan (p=0,096).
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pemberian minyak goreng
kelapa sawit kemasan lainnya terhadap perubahan kadar LDL dan berat
badan mencit BALB/c.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan berupa histopatologi untuk
mengetahui efek perlakuan dalam tingkat kerusakan organ.
3. Perlu dilakukan intervensi keadaan lingkungan untuk menghindari stres
pada hewan uji coba.
4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kandungan vitamin E
minyak kelapa sawit Sania® terhadap perubahan kadar LDL dan berat
badan.
5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai dosis minimum vitamin E
setiap asupan ALTJ terhadap perubahan kadar LDL dan berat badan.
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. InfoDATIN: Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta Selatan:
Kementrian Kesehatan RI; 2014.
2. PERKENI. Panduan Pengelolaan Dislipidemia. Jakarta: PB Perkeni; 2015.
3. PERKI. Pedoman Tatalaksana Dislipidemia. Jakarta: Centra
Communications; 2013.
4. Silbernagl S, Lang F. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC;
2013.
5. Goldberg AC. Dyslipidemia (Hyperlipidemia). Merck Man Prof Version;
2012.
6. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2009. (Jilid III).
7. BPS RI. Distribusi Perdagangan Komoditi Minyak Goreng Indonesia 2014.
Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2014.
8. Fernandez ML, West KL. Mechanisms by which dietary fatty acids modulate
plasma Lipids. J Nutr. 2005;135(9):2075–2078.
9. Leibowitz S, Gaysinskaya V, Karatayev O. Acute hyperphagia on a high-fat
diet: Relation to circulating triglycerides and orexigenic peptide. J Appet
2007491307.
10. Laine P, Schwartz E, Wang Y, et al. Palmitic acid induces IP-10 expression
in human macrophages via NF-[kappa] B activation. Biochem Biophys Res
Commun 20073581150-5.
11. Murakami K, Bujo H, Unoki H, Saito Y. High fat intake induces apopulation
of adipocytes to coexpress TLR2 and TNFα in mice. Biochem Biophys Res
Commun 20073543727-345.
12. Zahir IS, Aziz N, Jaarin K. Changes in Serum Lipid Profile and
Malondialdehyde following Consumption of Fresh or Heated Red Palm Oil.
Med J Islam Acad Sci. 2001;14(2):79–86.
13. Xian TK, Omar NA, Ying LW, Hamzah A, Raj S, Jaarin K, et al. Reheated
Palm Oil Consumption and Risk of Atherosclerosis: Evidence at
Ultrastructural Level. Evid Based Complement Alternat Med. 2012;2012:1–
6.
53
14. Adam SK, Soelaiman IN, Umar NA, Mokhtar N, Mohamed N, Jaarin K.
Effects of repeatedly heated palm oil on serum lipid profile, lipid
peroxidation and homocysteine levels in a post-menopausal rat model.
McGill J Med MJM. 2008;11(2):145.
15. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. Edisi 29. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC; 2014.
16. Lilly L. Pathophysiology of Heart Disease. Baltimore: Lippincott Williams;
2011.
17. Tuminah S. Efek asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh" trans"
terhadap kesehatan. Jakarta: Media Penelitan dan Pengembangan Kesehatan.
2009;19(2):S13-S20.
18. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC;
2012.
19. Bray GA, Clearfield MB, Fintel DJ, Nelinson DS. Overweight and obesity:
The pathogenesis of cardiometabolic risk. Clin Cornerstone. 1 Januari
2009;9(4):30–42.
20. L. Kathleen M. Krause’s Food and Nutrition Therapy. Edisi 12. Singapore:
Elsevier; 2008.
21. Sutejo IR. Jurnal IKESMA: Kerusakan Sel Hati dan Peningkatan Kolesterol
Serum Mencit Akibat Pemberian Minyak Goreng Bekas Pakai. Jember
IKESMA. 2012;8(1).
22. Dorfman SE, Laurent D, Gounarides JS, Li X, Mullarkey TL, Rocheford EC,
et al. Metabolic Implications of Dietary Trans-fatty Acids. Obesity Journal.
19 Februari 2009 [dikutip 1 Agustus 2017]; Tersedia pada:
http://doi.wiley.com/10.1038/oby.2008.662
23. Thompson AK, Minihane AM, Williams CM. Trans fatty acids and weight
gain. Int J Obes. 2011;35(3):315.
24. Baraas F, Jufri M. Antologi Rehal Kolesterol dan Aterosklerosis. Jakarta:
Prima Kardia Pers; 2009. 44-45, 52-53, 88-89 hal.
25. Sun Y, Neelakantan N, Wu Y, Lote-Oke R, Pan A, van Dam RM. Palm Oil
Consumption Increases LDL Cholesterol Compared with Vegetable Oils
Low in Saturated Fat in a Meta-Analysis of Clinical Trials. J Nutr. 1 Juli
2015;145(7):1549–58.
26. Low E-TL, Rosli R, Jayanthi N, Mohd-Amin AH, Azizi N, Chan K-L, et al.
Analyses of Hypomethylated Oil Palm Gene Space. Yue GH, editor. PLoS
ONE. 30 Januari 2014;9(1):e86728.
54
27. Arrington LR. Introductory Laboratory Animal. The Breeding, Care and
Management of Experimental Animal Science. New York: The Interstate
Printers and Publishing, Inc.; 1972.
28. AAALAC(Association for Assesment and Accreditation for Laboratory
Animal Care International). Commonly Used Mouse Strains for Mouse
Research Models. USA: University of Kentucky;2015.
29. Madariaga YG, Cárdenas MB, Irsula MT, Alfonso OC, Cáceres BA,
Morgado EB. Assessment of four experimental models of hyperlipidemia.
Lab Anim. 2015;44(4):135.
30. Awang R. Effect of Heat Treatments on The Yield, Quality and Storage
Stability of Oil Extracted from Palm Fruits. Malays J Anal Sci. 8 Desember
2016;20(6):1373–81.
31. Sartika RAD. Pengaruh suhu dan lama proses menggoreng (deep frying)
terhadap pembentukan asam lemak trans. Makara J Sci. 2010;13(1): 23-28.
32. Singh AS, Masuku MB. Sampling Techniques and Determination of Sample
Size in Applied Statistics Research: An Overview. Int J Econ Commer
Manag. 2014;2(11):1–22.
33. Canadian Council on Animal Care (CCAC). Oral Dosing (Gavage) in Adult
Mice and Rats SOP. UBC Anim Care Guideline; 2015.
34. Turner PV, Brabb T, Pekow C, Vasbinder MA. Administration of substances
to laboratory animals: routes of administration and factors to consider. J
Am Assoc Lab Anim Sci. 2011;50(5):600–613.
35. Langsted A, Freiberg JJ, Nordestgaard BG. Fasting and Nonfasting Lipid
Levels: Influence of Normal Food Intake on Lipids, Lipoproteins,
Apolipoproteins, and Cardiovascular Risk Prediction. Circulation. 11
November 2008;118(20):2047–56.
36. Francisco CC, Howarth GS, Whittaker AL. Effects on animal wellbeing and
sample quality of 2 techniques for collecting blood from the facial vein of
mice. J Am Assoc Lab Anim Sci. 2015;54(1):76–80.
37. Burgess G, Wayan T. Prinsip dasar ELISA dan variasi konfigurasinya,
Teknologi ELISA dalam Diagnosis dan Penelitian (terjemahan). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press; 1995. 506 hal.
38. Kosasih EN, Kosasih AS. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik.
Edisi 2. Tangerang: Karisma Publishing Group; 2008.
39. Henry JB. Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods.
19th ed. Philadelphia: W.B. Saunders; 1996.
55
40. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika; 2013.
41. Andhary VS. Efek Pemberian Minyak kelapa Sawit dengan Pemanasan
Berulang terhadap Profil Lipid-HDL Mencit BALB/c. 2017;
42. Wansi S, Tchumbiep N, Nguelefack T. Effect of the High Intake of Palm Oil
on the Plasma Lipid Profile and Arterial Blood Pressure in Rats. Int J Pharm
Chem Biol Sci. 2013;3(3): 627-634.
43. Ellacott KLJ, Morton GJ, Woods SC, Tso P, Schwartz MW. Assessment of
Feeding Behavior in Laboratory Mice. Cell Metab. Juli 2010;12(1):10–7.
44. Burkholder T, Foltz C, Karlsson E, Linton CG, Smith JM. Health Evaluation
of Experimental Laboratory Mice. In: Auwerx J, Brown SD, Justice M,
Moore DD, Ackerman SL, Nadeau J, editor. Current Protocols in Mouse
Biology. Hoboken, NJ, USA: John Wiley & Sons, Inc.; 2012.
45. Pedersen JI, Müller H, Seljeflot I, Kirkhus B. Palm oil versus hydrogenated
soybean oil: effects on serum lipids and plasma haemostatic variables. Asia
Pac J Clin Nutr. 2005;14(4):348.
46. Atal S, Zarnowski M, Cushman S, Sampugna J. Comparison of Body Weight
and Adipose Tissue in Male C57BI/6J Mice Fed Diets with and without
Trans Fatty Acids. J Lipids. 1994;22:319–25.
47. Falade AO, Oboh G, Ademiluyi AO, Odubanjo OV. Consumption of
thermally oxidized palm oil diets alters biochemical indices in rats. Beni-
Suef Univ J Basic Appl Sci. Juni 2015;4(2):150–6.
48. Raederstorff D, Wyss A, Calder PC, Weber P, Eggersdorfer M. Vitamin E
function and requirements in relation to PUFA. Br J Nutr. Oktober
2015;114(08):1113–22.
56
LAMPIRAN
Lampiran 1
Gambar Alat dan Bahan serta Proses Penelitian
Alat dan Bahan
Gambar 7.6 Pipet
Gambar 7.1 Minyak goreng
kelapa sawit Sania®
Gambar 7.2 Informasi nilai gizi
minyak goreng kelapa sawit
Sania®
Gambar 7.3 Minyak setelah
pemanasan Gambar 7.4 Disimpan di dalam
container botol
Gambar 7.5 Hot plate stirrer
57
(Lanjutan)
Proses Penelitian
Gambar 7.8 Tip beserta raknya Gambar 7.7 Plate ELISA
Gambar 7.9 Beaker glass
Gambar 7.10 Handling mencit
Gambar 7.11 Pengambilan darah
melalui vena fasialis
58
(Lanjutan)
Gambar 7.12 Darah ditampung Gambar 7.13 Keadaan mencit
sebelum
Gambar 7.14 Keadaan mencit
sebelum
Gambar 7.15 Keadaan mencit
setelah penelitian
Gambar 7.16 Pencekokkan mencit Gambar 7.17 Pemberian dosis
dengan menimbang BB
59
Lampiran 2
Surat Persetujuan Etik
60
Lampiran 3
Hasil Uji Data Statistik Berat Badan
1. Uji Normalitas BB
Tests of Normality
perlakuan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Bb neg ,271 5 ,200* ,861 5 ,232
mtp ,205 5 ,200* ,950 5 ,738
mdp ,232 5 ,200* ,960 5 ,806
2. Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
bb
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,591 2 12 ,569
61
(Lanjutan)
3. Uji One-Way ANOVA BB
ANOVA
bb
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
Groups 158,821 2 79,411 11,371 ,002
Within Groups 83,805 12 6,984
Total 242,626 14
4. Uji Post-Hoc LSD
Multiple Comparisons
Dependent Variable: bb
LSD
(I)
perlakuan
(J)
perlakuan
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Neg mtp -5,32000* 1,67138 ,008 -8,9616 -1,6784
mdp -7,80000* 1,67138 ,001 -11,4416 -4,1584
Mtp neg 5,32000* 1,67138 ,008 1,6784 8,9616
mdp -2,48000 1,67138 ,164 -6,1216 1,1616
Mdp neg 7,80000* 1,67138 ,001 4,1584 11,4416
mtp 2,48000 1,67138 ,164 -1,1616 6,1216
62
(Lanjutan)
Hasil Uji Data Statistik Kenaikan Berat Badan
1. Uji normalitas pada BB awal
Tests of Normality
perlakuan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
bb neg ,187 5 ,200* ,960 5 ,810
mtp ,239 5 ,200* ,915 5 ,499
mdp ,170 5 ,200* ,973 5 ,891
2. Uji t test berpasangan
Paired Samples Test
t df
Sig. (2-
tailed)
Pair 1 pre - post -1,787 14 ,096
63
Lampiran 4
Hasil Uji Data Statistik LDL
1. Uji Normalitas LDL
Tests of Normality
perlakuan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
ldl neg ,202 5 ,200* ,951 5 ,746
mtp ,300 5 ,160 ,836 5 ,155
mdp ,298 5 ,167 ,835 5 ,152
2. Uji Homogenitas LDL
Test of Homogeneity of Variances
ldl
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2,341 2 12 ,139
3. Uji One-Way ANOVA LDL
ANOVA
ldl
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
Groups 1009,043 2 504,522 1,047 ,381
Within Groups 5783,800 12 481,983
Total 6792,844 14
64
(Lanjutan)
4. Uji Post Hoc LSD
Multiple Comparisons
Dependent Variable: ldl
LSD
(I)
perlakuan (J) perlakuan
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95%
Confidence
Interval
Lower
Bound
neg mtp -15,34200 13,88500 ,291 -45,5948
mdp -18,90400 13,88500 ,198 -49,1568
mtp neg 15,34200 13,88500 ,291 -14,9108
mdp -3,56200 13,88500 ,802 -33,8148
mdp neg 18,90400 13,88500 ,198 -11,3488
mtp 3,56200 13,88500 ,802 -26,6908
65
Lampiran 5
Riwayat Penulis
Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Desy Islamiati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahi r : Serang, 31 Desember 1995
Agama : Islam
Alamat : Jl. Raya Serang Km.4 Taman Sijaga No.10 RT
001/ RW 008 Desa Drangong, Kecamatan
Taktakan, Kota Serang, Provinsi Banten
E-Mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2001-2002 : TK Pertiwi Kota Serang
2002-2008 : SDN 1 Kramatwatu
2008-2011 : SMPN 1 Kota Serang
2011-2014 : SMAN 2 Cilegon Krakatau Steel
2014-Sekarang : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta