26
2010 YENNY KASIM 92209 0050 TEKNIK KIMIA PEMBUATAN SABUN dari MINYAK SAWIT

Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

  • Upload
    y2k

  • View
    8.550

  • Download
    23

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Semoga bermanfaat

Citation preview

Page 1: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

2010

YENNY KASIM

92209 0050

TEKNIK KIMIA

PEMBUATAN SABUN dari MINYAK SAWIT

Page 2: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 1

I. KELAPA SAWIT

Pohon Kelapa Sawit terdiri dari dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan

untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon Kelapa Sawit Afrika,

Elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat di antara Angola dan Gambia, manakala Pohon

Kelapa Sawit Amerika, Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan

buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna

merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi minyak.

Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya

dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya

sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam.

Tempurungnya

digunakan sebagai

bahan bakar dan arang.

Kelapa sawit

(Elaeis) adalah

tumbuhan industry

penting penghasil

minyak masak, minyak

industri, maupun

bahan bakar

(biodiesel).

Perkebunannya

menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak

hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah

penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia penyebarannya di

daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90°C.

Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Liliopsida

Ordo: Arecales

Famili: Arecaceae

Genus: Elaeis Jacq.

Species

Elaeis guineensis

Elaeis oleifera

Gbr 1. Kelapa sawit Afrika (Elaeis

guineensis)

Page 3: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 2

pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan

dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke

bagian bawah lumpur.

Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan

difermentasikan menjadi kompos.

II. MINYAK SAWIT

Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika,

industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk

begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi

dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut

lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak

menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.

Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit

adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa

sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan

berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit

adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki

kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan

baku margarin.

Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan

buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah

kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya

itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk

makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan

makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit (Elaeis guinensis

JACQ). Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan inti (kernel).

Serabut buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan luar atau kulit buah yang diseb but

Gbr 2. Minyak Sawit

Page 4: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 3

pericarp, lapisan sebelah dalam disebut mesocarp atau pulp dan lapisan paling dalam disebut

endocarp. Inti kelapa sawit terdiri dari lapisan kulit biji (testa), endosperm dan embrio. Mesocarp

mengandung kadar minyak rata-rata sebanyak 56%, inti (kernel) mengandung minyak sebesar

44%, dan endocarp tidak mengandung minyak.

Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas.

Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar

kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk.

Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special Quality) mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty

Acid) tidak lebih dari 2 % pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit

mengandung tidak lebih dari 5 % FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan

menghasilkan rendemen minyak 22,1 % ‐ 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7 % ‐

2,1 % (terendah).

Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah merupakan senyawa

yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen penyusunnya yang utama adalah trigliserida

dan nontrigliserida.

Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit dan inti minyak kelapa sawit merupakan susunan dari fatty acids,

esterified, serta glycerol yang masih banyak lemaknya. Didalam keduanya tinggi serta penuh

akan fatty acids, antara 50% dan 80% dari masing‐masingnya. Minyak kelapa sawit mempunyai

16 nama carbon yang penuh asam lemak palmitic acid berdasarkan dalam minyak kelapa minyak

kelapa sawit sebagian besar berisikan lauric acid. Minyak kelapa sawit sebagian besarnya

tumbuh berasal alamiah untuk tocotrienol, bagian dari vitamin E. Minyak kelapa sawit

didalamnya banyak mengandung vitamin K dan magnesium.

Page 5: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 4

Berikut ini adalah tabel dari komposisi trigliserida dan tabel komposisi asam lemak dari minyak

kelapa sawit.

Page 6: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 5

NO ASAM LEMAK RUMUS KIMIA DAN STRUKTUR RUMUS STRUKTUR SIFAT FISIK

1 Asam Palmitat C16H32O2 BM : 256.42 g/mol

Palmitic Acid (CH3(CH2)14COOH) BJ : 0.853 g/cm3 (62oC)

Hexadecylic Acid TL : 63-64 oC

Cetylic Acid TD : 215 oC (15mmHg)

2 Asam Oleat C18H34O2 BM : 282.4614 g/mol

(9Z)-Octadecenoic acid CH3(CH2)7CHCH(CH2)7)COOH BJ : 0.895 g/cm3 (62oC)

(Z)-Octadec-9-enoic acid CH3-(CH2)4-(CH=CH-CH2)2 -(CH2)6-COOH TL : 13-14 oC

cis-9-octadecenoic acid TD : 360 oC (760mmHg)

cis-Δ9-octadecenoic acid

Oleic acid

3 Asam Linoleat C18H32O2 BM : 280.44548 g/mol

cis, cis-9,12-octadecadienoic acid CH3-(CH2)4-(CH=CH-CH2)2 -(CH2)6-COOH BJ : 0.9 g/cm3 (62oC)

TL : -5 oC

4 Asam Stearat C18H36O2 BM : 284.47 g/mol

Octadecanoic acid CH3(CH2)16COOH BJ : 0.847 g/cm3 (70oC)

Stearic acid TL : 69.6 oC

TD : 383 oC

TB : 49.5 oC

5 Asam Miristat C14H28O2 BM : 228.36 g/mol

Tetradecanoic acid CH3(CH2)12COOH BJ : 0.8622 g/cm3 (70oC)

myristic acid TL : 58.8 oC

TD : 250.5 oC (100mmHg)

Page 7: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 6

Gambaran Umum Produksi Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit (Palm Oil) berasal dari serabut kelapa sawit, sedangkan minyak inti sawit

(Palm Kernet Oil) berasal dari inti buah kelapa sawit.

CPO atau minyak sawit mentah didapat dari hasil pengepresan serabut (fiber) kelapa sawit.

Unit pengolahan minyak kelapa sawit menjadi minyak goreng ada 2 cara:

1. Pemurnian

2. Fraksinasi

Proses pemurnian dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Pemurnian secara fisika : tanpa asam sulfat

2. Pemurnian secara kimia : dengan asam sulfat

Gbr 3. Proses Pembuatan Minyak Kelapa Sawit

Page 8: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 7

Parameter-parameter yang Mempengaruhi Produksi Minyak Sawit:

1. Bahan Baku CPO

2. Temperatur

3. Tekanan pada Sistem Vakum di Deodorizer

III. SABUN DAN PEMBUATANNYA

Awal Sejarah Sabun

Asal dari kebersihan pribadi kembali ke zaman prasejarah. Sejak air menjadi bagian yang

penting untuk kehidupan, orang pertama hidup dekat air dan tahu sesuatu apa itu properti

kebersihan - sedikitnya bagaimana membilas lumpur ke tangan mereka.

Benda mirip sabun ditemukan dalam bentuk tabung saat penggalian di Babilonia Kuno

adalah fakta tentang pembuatan sabun diketahui pada tahun 2800 SM. Persembahan di tabung

mengatakan bahwa lemak direbus dengan abu, dimana adalah metoda membuat sabun, tetapi

tidak mengenai kegunaan sabun itu. Beberapa bahan terakhir digunakan untuk penggaya rambut.

Catatan memperlihatkan bahwa orang Mesir Kuno mandi biasa. Papirus Eber, dokumen

kesehatan dar sekitar tahun 1500 SM, mendeskripsikan kombinasi minyak hewani dan nabati

dengan garam alkali untuk membuat bahan sejenis sabun untuk menyembuhkan penyakit kulit,

juga untuk membersihkan.

Di waktu yang sama, Musa memberi orang Israel peraturan pemerintah kebersihan

pribadi. Dia juga menghubungkan kebersihan untuk kesehatan dan penyucian agama. Laporan

Injil mengusulkan bahwa orang Israel tahu bahwa campuran abu dan produk minyak adalah jenis

dari gel rambut.

Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan estetik dan rupanya tidak menggunakan sabun.

Malahan, mereka membersihkan tubuh mereka dengan balok lilin, pasir, batu apung dan abu,

juga meminyaki tubuh dengan minyak, menggesek minyak dan kotoran dengan peralatan metal

yang disebut strigil. Mereka juga menggunakan minyak dengan abu. Baju dicuci tanpa sabun di

sungai.

Sabun mendapatkan nama, diantara legenda Romawi Kuno, dari Gunung Sapo, dimana

binatang dikorbankan. Hujan membersihkan campuran dari lemak hewani mencair, atau lemak

Page 9: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 8

dan abu kayu dibawah menjadi lilin di sepanjang Sungai Tiber. Para wanita menemukan bahwa

campuran lilin membuat pembersih mereka dengan lebih kurang usaha.

Orang Jerman Kuno dan Gaul juga memasukkan dengan memjelajahi sesuatu bernama

sabun, terbuat dari lemak dan abu, digunakan untuk mewarnai rambut mereka menjadi merah.

Ketika peradaban Romawi maju, jadi selalu mandi. Tempat mandi Romawi terkenal

pertama, terdapat dengan air dari saluran air, dibangun sekitar tahun 312 SM. Mandi sangatlah

mewah, dan mandi menjadi populer. Di abad-ke 2 Masehi, dokter Yunani, Galen menganjurkan

sabun untuk pengobatan dan pembersih.

Setelah musim gugur di Roma di 467 Masehi dan hasilnya kebiasaan mandi menurun,

lebih banyak di lakan Eropa pengaruh yang kuat di kesehatan publik berganti-berganti.

Menurunnya kebersihan pribadi dan berhubungan kondisi kehidupan tanpa sanitasi menambah

beratnya wabah besar di Abad Pertengahan, dan khususnya Kematian Hitam di abad ke-14. Itu

tidak sampai abad ke-17 bahwa kebersihan dan mandi memulai untuk kembali ke kebiasaan di

banyak tempat di Eropa. Masih sudah di mana tempat di pertengahan dunia dimana kebersihan

pribadi tersisa penting di pertengahan dunia. Mandi harian adalah adat yang biasa di Jepang saat

Abad Pertengahan. Dan, di Islandia, kolam hangat dengan air dari mata air panas adalah

perkumpulan populer di Sabtu sore.

Pertengahan Abad Sejarah Pembuatan Sabun

Pembuatan sabun adalah keahlian yang tidak bisa dipungkiri di Eropa di abad ke-17.

Pembuat sabun serikat pekerja terlindungi perdagangan rahasia mereka ditutup. Minyak nabati

dan hewani digunakan dengan arang tanaman, terus dengan pewangi. Secara berangsur-angsur

jenis sabun yang lebih banyak lagi menjadi tersedia untuk mencukur dan mencuci rambut, juga

mandi dan mencuci.

Italia, Spanyol dan Perancis adalah pusat manufaktur pertama sabun, seharusnya mereka

siap menyediakan bahan mentah seperti minyak pohon zaitun. Orang Inggris mulai membuat

sabun saat abad ke 12. Bisnis sabun sangat baik pada tahun 1622, Raja James I mengabulkan

monopoli kepada pembuat sabun untuk $100.000 setahun. Baik ke abad ke-19, sabun adalah

pajak tertinggi sehingga menjadi barang mewah di beberapa negara. Ketika pajak dihapuskan,

sabun menjadi tersedia untuk orang biasa, dan standar kebersihan meningkat.

Page 10: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 9

Pembuatan sabun komersial di Amerika kolonial dimulai pada tahun 1608 dengan

datangnya beberapa pembuat sabun di kapal kedua dari Inggris untuk mencapai Jamestown,

Virginia. Bagaimanapun, untuk beberapa tahun, pembuatan sabun pada dasarnya tinggal

pekerjaan rumah tangga. Akhirnya, pembuat sabun profesional mulai biasa mengumpulkan

pemborosan lemak dari rumah tangga, di perubahan untuk beberapa sabun.

Langkah utama terhadap pembuatan sabun komersial skala besar terjadi pada tahun 1791

ketika kimiawan Perancis, Nicholas Leblanc, mematenkan proses untuk membuat abu soda, atau

sodium karbonat, dari garam biasa. Abu soda adalah alkali terdapat dari abu bahwa kombinasi

dari lemak ke bentuk sabun. Leblanc memproses hasil kuantitas dari kualitas baik, abu soda

murah.

Sains dari pembuatan sabun modern lahir 20 tahun kemudian dengan pemjelajahan oleh

Michel Eugene Chevreul, kimiawan Perancis lainnya, dari kimia alam and lemak yang terkait,

gliserin dan asam lemak. Penelitiannya yang tidak bisa dipungkiri dasar untuk lemak dan bahan

kimia sabun.

Juga penting kepada kemajuan dari teknologi sabun di pertengahan 1800-an penemuan

oleh kimiawan Belgia, Ernest Solvay, dari proses amonia, di mana juga menggunakan garam

meja biasa, atau sodium klorida, untuk membuat abu soda. Proses Solvay lebih lanjut dikurangi

harga dari mendapat alkali, dan menambah kualitas dan kuantitas dari abu soda tersedia untuk

manufaktur sabun.

Penjelajahan sains ini, bersama dengan pembangunan dari kekuatan untuk

mengoperasikan pabrik, membuat satu pembuatan sabun di pertunbuhan cepat industri Amerika

di tahun 1850. Di waktu yang sama, ketersediaan luas mengubah sabun dari barang mewah ke

kebutuhan sehari-hari. Dengan penggunaan tersebar luas ini menjadi perkembangan dari sabun

yang lebih lembut untuki mandi dan sabun untuk digunakan di dalam mesin cuci itu sudah

tersedia untuk konsumen dengan pergantian abad.

Dizaman Modern atau zaman sekarang

Bahan kimia dari manufaktur sabun dasarnya tinggal sama sampai tahun 1916, ketika

deterjen sintetik pertama berkembang di Jerman di jawaban ke Perang Dunia I berkaitan

kekurangan lemak untuk membuat sabun. Diketahui sekarang dengan sederhana deterjen,

Page 11: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 10

deterjen sintetis adalah pembersih non-sabun dan produk pembersih itu adalah menjadi satu atau

mengambil bersama dari jenis bahan mentah. Penjelajahan dari deterjen juga diterbangkan oleh

kebutuhan untuk alat kebersihan itu, tidak seperti sabun, tidak akan dikombinasi dengan garam

mineral di air untuk membentuk sesuatu yang tidak dapat dipecahkan diketahui itu adalah dadih

sabun.

Produksi deterjen rumah tangga di Amerika Serikat dimulai di awal tahun 1930-an, tetapi

tidak benar-benar membuka sampai akhir Perang Dunia II. Waktu perang berhentinya persediaan

lemak dan minyak juga militer membutuhkan untuk alat kebersihan itu akan bekerja di air laut

kaya mineral dan di air dingin mempunyai lebih lanjut merangsang meneliti di deterjen.

Deterjen pertama digunakan terutama untuk mencuci piring dan mencuci baju bahan

lembut. Penerobosan di perkembangan dari detergen untuk mencuci baju serba guna digunakan

muncul pada tahun 1946, ketika deterjen pembangun (berisi surfaktan/kombinasi

pembangun)dikenalkan di Amerika Serikat. Surfaktan adalah produk deterjen bahan pembersih

dasar, saat pembangun membantu surfaktan untuk bekerja lebih efisien. Senyawa fosfat

digunakan sebagai pembangun di detergen ini sangat meningkat perfomanya, membuat mereka

cocok untuk mencuci baju dengan tingkat kekotoran berat.

Di tahun 1953, penjualan deterjen di negara ini memiliki itu melebihi sabun. Kini,

detergen memiliki semua tetapi menggantikan produk dengan dasar sabun untuk mencuci baju,

mencuci piring dan pembersih rumah tangga. Deterjen (sendiri atau berkombinasi dengan sabun)

adalah juga penemuan di banyak dari penggunaan batangan dan cair untuk pembersih pribadi.

Sejak prestasi di deterjen dan bahan kimia pembangun itu, aktivitas produk baru memiliki

lanjutan utntuk fokus ke membangun produk pembersih praktis dan mudah untuk digunakan,

juga menyelamatkan konsumen dan untuk lingkungan.

Pengenalan Sabun

Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic yang panjang.

Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung pada jenis sabun tersebut.

Larutan alkali yang biasa yang digunakan pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida

(NaoH) dan alkali yang biasa digunakan pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).

Page 12: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 11

Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor

lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali

membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak

nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.

Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk

yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi, sabun cuci baik

untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam

industri.

Kandungan zat zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis

sabun. Zat zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang menguntungkan maupun yang

merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu memperhatikan kualitas sabun dengan teliti

sebelum membeli dan menggunakannya.

Pada pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalah : C12 – C18

Jika : < C12 : Iritasi pada kulit

> C20 : Kurang larut (digunakan sebagai campuran)

Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, gliserin, garam dan

impurity lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan untuk membuat

sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe ester. Lemak merupakan campuran ester

yang dibuat dari alcohol dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat.

Lemak padat mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti

minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat.

Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak

pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa

alkali dan lemak/minyak.

Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung.

Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan

pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari

nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses

Page 13: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 12

pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan

pewarna.

Macam Macam Sabun

Macam-macam Sabun:

a. Shaving Cream

Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah campuran

minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.

b. Sabun Cair

Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak nabati serta

menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat ditambahkan

gliserin atau alcohol.

c. Sabun kesehatan

Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfum yang

rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari bakteri adiktif. Bahan-

bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida, tri-klor carbanilyda,

irgassan Dp300 dan sulfur.

d. Sabun Chip

Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam menggunakan sabun

yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa pilihan komposisi tertentu.

Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu melalui pengeringan, atau

menggiling atau menghancurkan sabun yang berbentuk batangan.

e. Sabun Bubuk untuk mecuci

Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dry-mixing. Sabun bubuk mengandung bermacam-

macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium metaksilat, sodium karbonat, sodium

sulfat, dan lain-lain.

Page 14: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 13

Berdasarkan ion yang dikandungnya, sabun dibedakan atas :

a. Cationic Sabun

Sabun yang memiliki kutub positif disebut sebagai kationic detergents. Sebagai

tambahan selain adalah bahan pencuci yang bersih, mereka juga mengandung sifat antikuman

yang membuat mereka banyak digunakan pada rumah sakit. Kebanyakan sabun jenis ini

adalah turunan dari ammonia.

b. Anionic Sabun

Sabun jenis ini adalah merupakan sabun yang memiliki gugus ion negatif.

c. Neutral atau Non Ionic Sabun

Nonionic sabun banyak digunakan untuk keperluan pencucian piring. Karena sabun jenis

ini tidak memiliki adanya gugus ion apapun, sabun jenis ini tidak bereaksi dengan ion yang

terdapat dalam air sadah. Nonionic sabun kurang mengeluarkan busa dibandingkan dengan

ionic sabun.

Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun

Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah

trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol.

Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang

antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan

lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan

larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang dihasilkan ditentukan

oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam asam lemak yang digunakan. Komposisi asam

asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantyai dan tingkat kejenuhan.

Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena

dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon

membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam

lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara. Alasan alas an

diatas, factor ekonomis, dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang dibuat menjadi

sabun terbatas. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih

Page 15: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 14

rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang

dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.

Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi

karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah

teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak

yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :

a. Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan

daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur

solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow

dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan

kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak

yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %.

Titer pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer di bawah 40°C dikenal dengan

nama grease.

b. Lard. Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak

jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan

sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi

ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.

c. Palm Oil (minyak kelapa sawit). Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai

pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit.

Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid

sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih

dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa.

Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit

harus dicampur dengan bahan lainnya.

d. Coconut Oil (minyak kelapa). Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering

digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh

melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan

asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap

Page 16: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 15

oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak

kaproat, kaprilat, dan kaprat.

e. Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit). Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji

kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak

kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki

kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah

daripada minyak kelapa.

f. Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin). Minyak sawit stearin adalah minyak yang

dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana.

Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin.

g. Marine Oil. Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki

kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial

terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.

h. Castor Oil (minyak jarak). Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk

membuat sabun transparan.

i. Olive oil (minyak zaitun). Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak

zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak

zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.

j. Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang

berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan

tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam

laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan

stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.

Bahan Baku Utama : Alkali

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,

Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam

industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras.

KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam

Page 17: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 16

air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan

asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).

Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat

digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut

dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yang terbuat dari

ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih

umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga.

Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk

mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

Bahan Bahan PendukungPembuatan Sabun

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil

saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang

siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.

a. NaCl.

NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl

pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat

memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau

padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak

mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan

mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang

berkualitas.

b. Bahan aditif.

Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan

untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif

tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum

1. Builders (Bahan Penguat)

Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral

mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain yang berfungsi untuk

mengikat lemak dan membasahi permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi

Page 18: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 17

utamanya. Builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar

proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan

dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering digunakan sebagai builder

adalah senyawa senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium

silikat atau zeolit.

2. Fillers Inert (Bahan Pengisi)

Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku. Pemberian

bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume. Keberadaan

bahan ini dalam campuran bahan baku sabun semata mata ditinjau dari aspek

ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi sabun digunakan sodium sulfat.

Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra sodium

pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih, berbentuk bubuk,

dan mudah larut dalam air.

3. Pewarna

Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan agar

memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun

membeli sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna warna sabun itu terdiri

dari warna merah, putih, hijau maupun orange.

4. Parfum

Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang peranan besar

dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya, walaupun secara

kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi parfum akan

berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk sabun berbentuk cairan berwarna

kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat parfum dalam

gram (g) dapat dikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1ml. Pada

dasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum

umum dan parfum ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma yang sudah dikenal

umum di masyarakat seperti aroma mawar dan aroma kenanga. Pada umumnya,

produsen sabun menggunakan jenis parfum yang ekslusif. Artinya, aroma dari parfum

Page 19: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 18

tersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain yang menggunakannya. Kekhasan

parfum ekslusif ini diimbangi dengan harganya yang lebih mahal dari jenis parfum

umum. Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya

bouquct deep water, alpine, dan spring flower.

Karakteristik Memilih Bahan Baku Sabun

Ada beberapa karaktersitik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan dasar sabun

antara lain:

Warna

Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang bagus untuk

digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.

Angka Saponifikasi

Angka Saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kalium hidroksida yang

digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satu gram minyak. Angka

saponifikasi digunakan untuk menghitung alkali yang dibutuhkan dalam saponifikasi

secara sempurna pada lemak atau minyak.

Bilangan Iod

Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidakjenuhan minyak atau lemak, semakin

besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh. Dalam

pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu untuk mengidentifikasi

ketahanan sabun pada suhu tertentu.

Sifat Sifat Sabun

a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial

oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.

CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + OH-

b. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak

akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-

garam Mg atau Ca dalam air mengendap.

CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2

Page 20: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 19

c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun

(garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar

maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun

mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat

hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai

kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.

Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan kotoran

non polar)

Polar : COONa+(larut dalam air, hidrofilik dan juga memisahkan kotoran polar)

Proses penghilangan kotoran.

- Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan tegangan permukaan

sehingga aii kain sehingga kain menjadi bersih. meresap lebih cepat kepermukaan

kain.

- Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan mengikat molekul

kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul kotoran dan molekul

sabun membentuk suatu emulsi.

- Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan menarik

molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih

Metoda Metoda Pembuatan Sabun

Pada proses pembuatan sabun ini digunakan metode metode untuk menghasilkan sabun

yang berkualitas dan bagus. Untuk menghasilkan sabun itu digunakanlah metode metode, yang

mana metode metode ini memiliki kelebihan kelebihan dan kekurangannya masing masing.

a. Metode Batch

Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih

dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk

mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam, gliserol dan kelebihan

alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun

gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air

Page 21: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 20

dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air

secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan

yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih

lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan,

seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan

diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat,

sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di

dalamnya).

b. Metoda Kontinu

Metoda kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau minyak hidrolisis

dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng.

Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam

lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara

penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.

Reaksi Saponifikasi

Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan –fy

adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300

tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad 16

dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19

penggunaan sabun meluas.

Page 22: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 21

Reaksi pembuatan sabun adalah sebagai berikut :

Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, yaitu

molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom

oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu

pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Air sering disebut sebagai pelarut

universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh

dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul

dipol-dipol) antara molekul-molekul air.

Pembuatan Sabun dalam Industri

1. Saponifikasi Lemak Netral

Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah

bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada kondisi tertentu

dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsi kedua reaktan tadi,

menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi. Jumlah alkali yang dibutuhkan untuk

mengubah paduan trigliserida menjadi sabun dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :

Trigliserida + 3NaOH 3RCOONa + Gliserin

Page 23: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 22

NaOH = [SV x 0,000713] x 100/ NaOH (%) [SV / 1000] x [MV (NaOH)/

MV(KOH)

Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat molekul

Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk memasukkan

kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave, yang beroperasi pada

temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi reaksi. Campuran saponifikasi disirkulasi

kembali dengan autoclave. Temperatur campuran tersebut diturunkan pada mixer pendingin,

kemudian dipompakan ke separator statis untuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan

larutan alkali yang digunakan. Sabun tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci

dikolam pencuci untuk memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang digunakan) dari sabun.

Separator sentrifusi memisahkan sisa sisa larutan alkali dari sabun. Sabun murni (60-63 % TFM)

dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun dalam bentuk butiran

(78-83 % TFM)yang siap untuk diproses menjadi produk akhir.

2. Pengeringan Sabun

Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yang umumnya

dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun dikurangi dari 30-35% pada

sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran atau lempengan. Jenis jenis vakum spray dryer,

dari sistem tunggal hingga multi sistem, semuanya dapat digunakan pada berbagai proses

pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni

melalui pipa heat exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian

luar pipa. Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakum

dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke

bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan mulai memperkenalkan proses pengeringan

sabun yang lebih luas dan lebih efisien daripada dryer sistem tunggal.

3. Netralisasi Asam Lemak

Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun berlangsung lebih

cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.

RCOOH + NaOH RCOONa + H2O

Page 24: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 23

Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam lemak

dapat dihitung sebagai berikut :

NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak

Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan persamaan :

MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV

Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkan untuk

menetralisasi 1 gram asam lemak

Operasi sistem ini meliputi pemompaan reaktan melalui pemanasan terlebih dihulu

menuju turbodisperser dimana interaksi reaktan reaktan tersebut mengawali pembentukan sabun

murni. Sabun tersebut, yang direaksikan sebagian pada tahap ini, kemudian dialirkan ke mixer

dimana sabun tersebut disirkulasi kembali hingga netralisasi selesai. Penyelesaian proses

netralisasi ditentukan oleh suatu pengukuran potensial elektrik (mV) alkalinitas. Sabun murni

kemudian dikeringkan dengan vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun butiran yang siap

untuk diolah menjadi sabun batangan.

4. Penyempurnaan Sabun

Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat

pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalam mixer(analgamator). Campuran sabun ini

klemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah campuran tersebur menjadi suatu produk

yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat

pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan potongan terpisah

yang dicetak melalui proses penekanan menjadi sabun batangan sesuai dengan ukuran dan

bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun batangan

merupakan tahap akhir.

Page 25: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 24

Gbr 4. Proses Pembuatan Sabun

Page 26: Pembuatan Sabun Dari Minyak Kelapa Sawit

Makalah SDA II “Pembuatan Sabun dari Minyak Sawit” Yenny Kasim (092209 0050)

Dosen : DR. La Ifa, ST., M.T. 25

Pustaka :

Anonim, 2010, “Kelapa Sawit”, http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit

Anonim, 2010, “Minyak Kelapa Sawit”, Jakarta: Departemen Peridustrian.

Huriyah., T., “Proses Pembuatan Sabun dan Deterjen”, http://id.wordpress.com/tag/ilmiah/

Ketaren, S., 1986, “Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan”, Jakarta: Universitas

Indonesia.

Levenspiel, O., 1972.” Chemical Reaction Engineering”, 2nd

Ed. John Wiley & Sons, Inc., New

York, hal. 21-22

Pasaribu, N., 2004, “Minyak Buah Kelapa Sawit”, Sumatera Utara: Fakultas MIPA Universitas

Sumatera Utara.

Perdana, F.K., Hakim I., 2008, “Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jarak dan Soda Q sebagai

Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q”, Semarang : Jurusan Teknik Kimia,

Universitas Diponegoro.

Priyono, A., 2009, “Makalah Pembuatan Sabun”. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Riau:

Universitas Riau.

Rohman, S., 2009, “Bahan Pembuatan Sabun”, http://majarimagazine.com/topics/beasiswa/