46
DISKUSI TOPIK TRAUMA Disusun Oleh Rhandy Septianto 1111103000051 Pembimbing Dr. Maysam Irawati, SpS KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RSUP FATMAWATI

Diskusi Topik Cks Rhandy Septianto

Embed Size (px)

DESCRIPTION

zzzz

Citation preview

DISKUSI TOPIKTRAUMA

Disusun OlehRhandy Septianto1111103000051PembimbingDr. Maysam Irawati, SpS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAFRSUP FATMAWATIFKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA2015

KATA PENGANTARBismillahirrahmanirrahim.Assalamualaikum Warahmatullahi WabarakatuhPuji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah diskusi topik Trauma mengenai Trauma sebagai salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di RSUP Fatmawati. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada orang tua, keluarga serta teman teman dalam stase Ilmu penyakit saraf ini, baik teman-teman dari UIN Syarif Hidayatullah atas bantuannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Kepada dr. Maysam Irawati, Sp.S selaku pembimbing dalam tugas diskusi topik ini penulis juga ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya.Dalam proses penyelesaiannya, makalah laporan kasus masih sangat banyak keselahan dan jauh dari kesempurnaa, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis ataupun pembaca, baik untuk menambah wawasan dibidang kedokteran umumnya, serta dibidang Ilmu penyakit saraf khususnya. TerimakasihWassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.Jakarta, 17 Mei 2015

Penulis

BAB IPENDAHULUANTrauma kapitis merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi dalam bidang neurologi. Akibat cukup tingginya angka morbiditas dan mortalitas akibat trauma kapitis, hal ini mempengaruhi masalah kesehatan di Indonesia. Di Amerika Serikat sendiri trauma kapitis merupakan penyebab kematian utama pada anak >1 tahun.Trauma kapitis dengan sumbangan angka yang cukup tinggi terhadap masalah kesehatan di Indonesia ini akan terus menjadi problem dan dapat terus meningkat. Sebagian besar (75-80%) pasien trauma kapitis merupakan trauma kapitis ringan, dan sisanya adalah sedang dan berat.Pada tahun 2005, data di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta menyataka bahwa terdapat 434 pasien trauma kapitis ringan, 315 trauma kapitis sedang dan 28 trauma kapitis berat dengan angka mortalitas 23 pasien dari keseluruhan pasien trauma kapitis.

BAB IIILUSTRASI KASUS1.1 Identitas PasienNama: Tn. NJenis kelamin: Laki-lakiUsia : 20 tahunAlamat: Pondok Labu, Jakarta Selatan.Pekerjaan: Pekerja / Buruh.Pendidikan terakhir : Tamat SLTPAgama: Islam Status nikah: Belum MenikahSuku bangsa: JawaTanggal Masuk RS: 9 Mei 2015Tanggal pemeriksaan : 11 Mei 2015

1.2 AnamnesisDilakukan autoanamnesis dan alloanamesis dengan Orang tua pasien 11 Mei 2015.Keluhan UtamaPasien mengalami penurunan kesadaran paska kecelakaan lalu lintas 30 menit SMRS.Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dibawa ke IGD RSUP Fatmawati dengan keluhan tidak sadarkan diri post kecelakaan lalu lintas 30 menit SMRS. Kejadian berlangsung pukul 14.00 WIB di kawasan Pondok Labu. Pasien sedang naik angkot, lalu turun dan menyeberang jalan, seketika pasien tertabrak taksi. Pasien setelah tertabrak taksi terlempar ke trotoar dan tiba-tiba tak sadarkan diri. Setelah itu pasien tidak sadarkan diri dan tidak bisa mengingat apa yang terjadi beberapa saat sebelum tertabrak. Di IGD RSUP Fatmawati setelah mendapat penanganan pasien sadar dan sudah bisa berinteraksi dengan keluarga. Terdapat cairan yang bercampur darah dari liang telinga kanan serta hidung kanan pasien.Nyeri kepala diakui oleh pasien dengan VAS 3-4. Keluhan mual muntah disangkal. Demam disangkal. Saat ini pasien sadar dan kooperatif untuk diajak berbicara, dan tidak terdapat cairan yang keluar dari liang telinga kanan dan hidung kanan.Tidak terdapat kelemahan anggota gerak.. Penglihatan ganda disangkal. Gangguan penciuman disangkal. Kesulitan menelan disangkal. Kesemutan ataupun baal juga disangkal pasien. Kejang sesaat setelah trauma terjadi disangkal.Pasien menyangkal mengkonsumsi alcohol, narkoba, ataupun obat-obatan lain sebelum kejadian berlangusng. Riwayat penyakit dahuluTidak terdapat riwayat trauma sebelumnya. Riwayat peurunan kesadaran sebelumnya disangkal, belum pernah dirawat di RS sebelumnya. Riwayat Hipertensi disangkal, riwayat DM disangkal. Alergi disangkal.Riwayat penyakit keluarga Riwayat darah tinggi dan penyakit gula disangkal. Alergi disangkalRiwayat Sosial KebiasaanRiwayat merokok, Minum alcohol, Penggunaan Narkoba disangkal. Kebiasaan konsumsi makanan berlemak sedangkan konsumsi buah dan sayuran kadang-kadang.

1.3 Pemeriksaan Fisika. Status GeneralisKeadaan Umum: tampak sakit sedangKesadaran: Compos Mentis (GCS : E4, M6, V5 = 15)Sikap: berbaringKooperasi: kooperatifKeadaan gizi: cukupTekanan darah: 110/70 mmHgNadi: 80 x/menitSuhu: 36,5 0C Pernapasan: 18x/menit

Keadaan LokalTrauma Stigmata: terdapat vulnus multiple laseratum pada region fascialis, dan dalam keadaan di verban.Pulsasi Aa. Carotis: Teraba kanan=kiri, regular.Pembuluh Darah Perifer: Capillary refiil time < 2 detikKelenjar Getah Bening: Tidak teraba membesarColumna Vertebralis: Lurus ditengah

Status GeneralisKulit: Warna sawo matang, sianosis (-), ikterik (-).Kepala: Normosefali, rambut hitam, distribusi merataMata: Konjungtiva Pucat -/-, ptosis -/-, lagoftalmus -/-, pupil bulat isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+, racoon eye (-)Telinga: Normotia , membran tympani intak +/+, darah -/-, serumen +/+, battle sign (-)Hidung: Deviasi septum -/-, Sekret -/-, hipertropi konka -/-, hiperemis -/-Mulut: Oral hygiene baik, oral trush -, gigi palsu -, faring hiperemis -, tonsil T2/T2 .Leher: trakea di tengah, tiroid tidak teraba, JVP 5-2 cmH20 ; Penggunaan otot pernafasan tambahan -, pembesaran KGB -, nyeri tekan -

Pemeriksaan JantungInspeksi: ictus cordis tidak terlihat Palpasi: ictus cordis teraba di ICS V 1 jari medial linea midclavicula sinistraPerkusi: Batas jantung kanan : ICS IV linea sternalis dekstraBatas jantung kiri : ICS V 1 jari lateral linea midklavikularis sinistraPinggang jantung : ICS 2 linea parasternalis sinistraAuskultasi: BJ I dan II reguler; gallop (-), murmur (-)

Pemeriksaan ParuInspeksi: simetris saat statis dan dinamisPalpasi: ekspansi dada normal, vokal fremitus kanan kiri sama Perkusi: sonor pada kedua lapang paruAuskultasi: suara napas vesikuler, ronkhi -/- wheezing -/-

Pemeriksaan AbdomenInspeksi: datar, spider nevi -Auskultasi: bising usus (+) normalPalpasi: supel, hati dan limpa tidak teraba; nyeri tekan (-)Perkusi: timpani di seluruh lapang abdomen, Shifting dullness -

Pemeriksaan Ekstremitasakral hangat +/+, edema -/-, sianosis -/-, clubbing fingers -/-Pemeriksaan NeurologisGCS : E4M6V5 = 15Tanda Rangsang Meningeal : Kaku kuduk : (-) Kuduk kaku: (-) Laseque: kanan > 70o kiri > 70o Kerniq: kanan > 135o kiri > 135o Brudzinsky I: kanan(-) kiri(-) Brudzinsky II: kanan(-) kiri(-)Saraf kranialis N.I : normosmia kanan dan kiri N.II Acies Visus: baik/ baikVisus Campus: baik/ baikLihat warna: baik/ baikFunduskopi : tidak dilakukan N. III,IV dan VIKedudukan bola mata: Ortoposisi/ortoposisiPergerakan bola mata: bebas ke segala arahNasal: +/+Temporal: +/+Nasal atas: +/+Temporal atas: +/+Nasal bawah: +/+Temporal bawah: +/+Eksoftalmus: -/-Nistagmus: -/-PupilBentuk: Bulat, isokor, diameter = 3mm/3mmRefleks cahaya langsung: +/+Refleks cahaya konsensual: +/+Refleks akomodasi: +/+Refleks konvergensi: +/+ N.VCabang motorik: baik/ baikCabang sensorik oftalmikus: baik/ baikCabang sensorik maksilaris: baik/ baikCabang sensorik mandibularis : baik/ baik N.VIIMotorik orbitofrontal: baik/ baikMotorik orbikularis oris: baik/ plica nasolabilais mendatarPengecapan lidah: baik/ baik

N.VIIIVestibularVertigo: (-)Nistagmus : (-) CochlearRhinne: + / +Weber: tidak ada lateralisasiSchwabah: Sama dengan pemeriksa

N.IX ; N.XMotorik: arcus faring simetris, uvula di tengahSensorik: baikReflek Muntah : +/+

N.XIMengangkat bahu: baik/ baikMenoleh: baik/ baik N.XIIPergerakan lidah: Saat istirahat: baik, tidak ada deviasiSaat menjulurkan: normalAtrofi: (-)Fasikulasi: (-)Tremor: (-)Sistem motorik Ekstremitas atas: 5555/5555 Ekstremitas bawah: 5555/5555

Gerakan involunter Tremor: -/- Chorea: -/- Atetose: -/- Mioklonik: -/-

Trofik: EutrofiTonus: NormotonusSistem sensorik Propioseptif : Baik Eksteroseptif : Baik

Fungsi otonom Miksi: on Catheter Defekasi: baik Sekresi keringat: baikRefleks fisiologis Biseps: +2/+2 Triseps: +2/+2 Brachioradialis: +2/+2 Dinding perut: + Patella: +2/+2 Achilles: +2/+2Refleks patologis Hoffman tromer: -/- Babinsky: -/- Chaddok: -/- Gordon: -/- Schaefer: -/- Klonus patella: -/- Klonus achilles: -/-Keadaan Psikis Intelegensia: baik Demensia: -

1.4 Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 12,4 g/dl 11,7 15,5 g/dl

Hematokrit 36% 33 45 %

Lekosit 12.500/ul 5.000 10.000

Trombosit 337.000/ul 150 440 ribu/ul

APTT28 detik27.4 39.3 detik

Kontrol APTT 31.5 detik

PT 12.4 detik11.3 14.7 detik

Kontrol PT 13.5 detik

INR 0.90

SGOT 33 U/l 0 34 U/l

SGPT 16 U/l 0 40 U/l

Ureum 21 mg/dl 20 40 mg/dl

Kreatinin 0,5 mg/dl 0,6 1,5 mg/dl

GDS 103 mg/dl 70 140 mg/dl

Na 138 mmol/L 135 147 mmol/L

K 3.46 mmol/L 3,10 5,10 mmol/L

Cl 110 mmol/L 95 108 mmol/L

1.5 Pemeriksaan penunjangFoto Cervical AP Kesan :Straight cervicalTak tampak tanda-tanda fraktur pada vertebrae cervical

Foto Thorax

Kesan:Cor dan Pulmo dalam batas normalTak tampak fraktur tulang-tulang igaCT Scan Kepala tanpa kontras

KesanPerdarahan epidural temporooksipital kananEdema cerebriFraktur mastoid kanan dan temporooksipital kananHematosinus sphenoidalisPerselubungan mastoid kanan

1.6 ResumePasien tidak sadarkan diri setelah tertabrak taksi 30 menit SMRS di jalan RS Fatmawati. Pasien setelah tertabrak taksi terlempar ke trotoar dan tiba-tiba tak sadarkan diri. Terdapat cairan yang bercampur darah dari liang telinga kanan serta hidung kanan pasien. Terdapat luka terbuka pada kepala bagian kanan. Tidak terdapat riwayat trauma sebelumnya. Riwayat peurunan kesadaran sebelumnya disangkal, belum pernah dirawat di RS sebelumnya. Status generalis : Kesadaran : CM Tekanan Darah: 110/70 mmHg Nadi : 80 x/mnt Pernafasan : 18 x/mnt Keadaan lokal : Terdapat multiple vulnus laseratum pada regio fascialis, dan dalam keadaan di verban. Jantung : dalam batas normal Paru-paru : dalam batas normal Abdomen: dalam batas normal Ekstremitas: dalam batas normalStatus neurologis GCS: E4M6V5 =15 Pupil: bulat, isokor diameter 3mm/3mm TRM: KK (-), L>70/>70, K>135/>135 Peningkatan TIK: - N.cranial: Normal. Motorik: baik Sensorik: baik Otonom: baik

Pemeriksaan penunjangRadiologi thoraks dan cervical dalam batas normalCT Scan Kepala: Perdarahan epidural temporooksipital kananEdema cerebriFraktur mastoid kanan dan temporooksipital kananHematosinus sphenoidalisPerselubungan mastoid kanan

1.7 Diagnosis Kerja Diagnosis Klinis: Riwayat penurunan kesadaran, Cephalgia post trauma Diagnosis Etiologi: Kontusio Serebri, epidural hematom Diagnosis Patologis: Perdarahan epidural temporooksipital kanan, Edema cerebri, Fraktur mastoid kanan dan temporooksipital kanan, Hematosinus sphenoidalis, Perselubungan mastoid kanan Diagnosis Topis: Meningen.

1.8 Tata LaksanaTatalaksanaNon MedikamentosaMedikamentosa

Observasi ABCBed RestElevasi kepala 300NaCl 0,9% 500cc/12 jamMannitol 4x100 mgKetorolac 3x30 mgCiticolin 2x500 mgMecobalamin 3x500 mgCeftriakson 1x2 gramParacetamol 3x500 mg

1.9 Prognosis Ad vitam : bonam Ad fungsionam: bonam Ad sanationam: bonam

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA2.1 Sinonim dan Definisi Trauma KapitisSinonim: Trauma Kapitis, Cedera Kepala, Head Injury, Trauma Kranioserebral, Traumatic Brain Injury. Banyak definisi mengenai trauma kapitis, adapun beberapa definisi tersebut adalahTrauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen. Pasien trauma kapitis atau cedera kepala adalah pasien dengan riwayat pukulan/benturan (blow) pada kepala atau terdapatnya luka pada kulit kepala atau adanya bukti perubahan kesadaran setelah trauma (Jennett and McMillan)

2.2 Anatomi KepalaKulit Kepala Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit, connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika, loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar dan pericranium. Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga perdarahan akibat laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan darah, terutama pada bayi dan anak-anak.

Gambar 1 : Anatomi kulit kepalaTulang tengkorakTerdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital. Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan serebelum.MeningenSelaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan, yaitu:a. DuramaterDura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan endosteal dan lapisan meningeal. Dura mater merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara dura mater dan arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Epitel gepeng selapis melapisi permukaan dalam dan luar dura meter pada medulla spinalisPada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat. Arteri-arteri meningea terletak antara dura mater dan permukaan dalam dari kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa temporalis (fosa media).b. Selaput ArakhnoidDiambil dari bahasa Yunani arachnoeides, seperti jaring laba-laba. Ia memiliki dua komponen: lapisan yang berkontak dengan dura meter dan sebuah system trabekel yang menghubungkan lapisan itu dengan pia meter. Rongga diantara trabekel disebut rongga subaraknoid, yang terisi cairan cerebrospinal dan terpisah sempurna dari ruang subdural. Ruang ini membentuk bantalan hidrolik yang melindungi SSP dari trauma. Ruang subaraknoid berhubungan dengan ventrikel otak.Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang. Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial, disebut spatium subdural dan dari pia mater oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh liquor serebrospinalis. Perdarahan sub arakhnoid umumnya disebabkan akibat cedera kepala.

c. PiamaterPiamater terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengandung banyak pembuluh darah. tidak kontak dengan sel atau serat saraf meskipun terletak cukup dekat dengan jaringan saraf. Di antara piamater dan elemen neural terdapat lapisan tipis cabang-cabang neuroglia, melekat erat pada pia meter dan membentuk barier fisik pada bagian tepi dari SSP yang memisahkan SSP dari cairan serebrospinal. Piamater menyusuri semua lekuk permukaan SSP dan menyusup ke dalamnya untuk jarak tertentu bersama pembuluh darah. Pia meter dilapisi oleh sel-sel gepeng yang berasal dari mesenkim. Pembuluh darah menembus SSP melalui terowongan, ruang perivaskular, yang dilapisi oleh piamater. Piamater lenyap sebelum pembuluh darah ditransformasi menjadi kapiler. Dalam SSP kapiler darah seluruhnya dilapisi oleh perluasan cabang sel neuroglia.Piamater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Piamater adalah membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk kedalam sulci yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh piamater.

MeningensOtakOtak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada orang dewasa sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu; Proensefalon (otak depan) terdiri dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan rhombensefalon (otak belakang) terdiri dari pons, medula oblongata dan serebellum. Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi memori tertentu. Lobus oksipital bertanggungjawab dalam proses penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan. Pada medula oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik. Cerebellum bertanggungjawab dalam fungsi koordinasi dan keseimbangan.

Gambar.2 Anatomi OtakCairan serebrospinalCairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus choroideus dengan kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari dari ventrikel lateral melalui foramen monro menuju ventrikel III, akuaduktus dari sylvius menuju ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan takanan intrakranial. Angka rata-rata pada kelompok populasi dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari.TentoriumTentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supratentorial (terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan ruang infratentorial (berisi fosa kranii posterior).Vaskularisasi otakOtak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis. Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk circulus Willisi. Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot didalam dindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup. Vena tersebut keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.Fisiologi KepalaTekanan IntrakranialBerbagai proses patologis yang mengenai otak dapat mengakibatkan perubahan tekanan intrakranial yang selanjutnya akan mengganggu fungsi otak yang akhirnya berdampak buruk terhadap penderita. Tekanan intrakranial yang tinggi dapat menimbulkan gangguan fungsi otak dan mempengaruhi kesembuhan penderita. Jadi kenaikan tekanan intrakranial (TIK) tidak hanya merupakan indikasi adanya masalah serius dalam otak, tetapi justru merupakan masalah utamanya. TIK normal pada saat istirahat kira-kira 10 mmHg (136mmH2O). TIK lebih tinggi dari 20 mmHg dianggap tidak normal dan TIK lebih dari 40mmHg termasuk ke dalam kenaikan TIK berat. Semakin tinggi TIK setelah cedera kepala semakin buruk prognosisnya.Pada saat cedera, segera terjadi massa seperti gumpalan darah dapat terus bertambah sementara TIK masih dalam keadaan normal. Saat pengaliran CSS dan darah intravaskuler mencapai titik dekompensasi maka TIK secara cepat akan meningkat. Otak memperoleh suplai darah yang besar yaitu sekitar 800ml/min atau 16% dari cardiac output, untuk menyuplai oksigen dan glukosa yang cukup. Aliran darah otak (ADO) normal ke dalam otak pada orang dewasa antara 50-55 ml per 100 gram jaringan otak per menit. Pada anak, ADO bisa lebih besar tergantung pada usainya. ADO dapat menurun 50% dalam 6-12 jam pertama sejak cedera pada keadaan cedera otak berat dan koma. ADO akan meningkat dalam 2-3 hari berikutnya, tetapi pada penderita yang tetap koma ADO tetap di bawah normal sampai beberapa hari atau minggu setelah cedera. Mempertahankan tekanan perfusi otak/TPO (MAP-TIK) pada level 60-70 mmHg sangat di rekomendasikanuntuk meningkatkan ADO. Doktrin Monro-KellieKonsep utama doktrin Monro-Kellie adalah bahwa volume intrakranial selalu konstan, karena rongga kranium pada dasarnya merupakan rongga yang tidak mungkin terekspansi. TIK yang normal tidak berarti tidak adanya lesi massa intrakranial, karena TIK umumnya tetap dalam batas normal sampai kondisi penderita mencapai titik dekompensasi dan memasuki fase ekspansional kurva tekanan-volume.Tekanan perfusi otak (TPO)Tekanan perfusi otak merupakan indikator yang sama penting dengan TIK. TPO mempunyai formula sebagai berikut:TPO = MAP TIKMaka dari itu, mempertahankan tekanan darah yang adekuat pada penderita cedera kepala adalah sangat penting, terutama pada keadaan TIK yang tinggi. TPO kurang dari 70mmHg umunya berkaitan dengan prognosis yang buruk pada penderita cedera kepala. Aliran darah ke otak (ADO)Aliran darah ke otak normal kira-kira 50 ml/100 gr jaringan otak/menit. Bila ADO menurun sampai 20-25ml/100 gr/menit, aktivitas EEG akan hilang dan pada ADO 5 ml/100 gr/menit, sel-sel otak mengalami kematian dan terjadi kerusakan menetap. Pada penderita trauma, fenomena autoregulasi akan mempertahankan ADO pada tingkat konstan apabila MAP 50-160 mmHg. Bila MAP < 50mmHg ADO menurun curam, dan bila MAP >160mmHg terjadi dilatasi pasif pembuluh darah otak dan ADO meningkat. Mekanisme autoregulasi sering mengalami gangguan pada penderita cedera kepala. Akibatnya penderita tersebut sangat rentan terhadap cedera otak sekunder karena iskemi sebagai akibat hipotensi yang tiba-tiba.Bila mekanisme kompensasi tidak bekerja dan terjadi kenaikan eksponensial TIK, perfusi otak sangat berkurang, terutama pada penderita yang mengalami hipotensi. Maka dari itu, bila terdapat TTIK, harus dikeluarkan sedini mungkin dan tekanan darah yang adekuat tetap harus dipertahankan.

2.3 Klasifikasi Trauma KapitisKlasifikasi Trauma Kapitis berdasarkan:a. Patologi Komosio serebriKomosio cerebri adalah keadaan cedera dimana kesadaran tetap tidak terganggu namun terjadi disfungsi neurologis yang bersifat sementara dalam berbagai derajat. Bentuk yang paling ringan dari komosio ini adalah keadaan bingung dan disorientasi tanpa amnesia. Kontusio serebriPada kontusio serebri terjadi kerusakan jaringan otak berupa terputusnya kontinuitas jaringan. Kriteria untuk mendiagnosis kontusio serebri adalah adanya riwayat benturan kepala diserta pingsan yang cukup lama (> dari 10 menit), selain itu dapat ditemukan adanya defisit neurologis, dapat pula terjadi kejang dan penurunan kesadaran. Laserasio serebriGangguan fungsi neurologicdisertai kerusakan otak yang berat dengan fraktur tengkorak terbuka.

b. Lokasi lesi Lesi difusTerjadi kerusakan baik pada pembuluh darah maupun pada parenkim otak, disertai edema. Keadaan pasien umumnya parah. Lesi kerusakan vaskuler otak Lesi fokal Kontusio dan laserasi serebri Hematoma intrakranial Hematoma epiduralEpidural hematom (EDH) adalah perdarahan yang terbentuk di ruang potensial antara tabula interna dan duramater dengan ciri berbentuk bikonvek atau menyerupai lensa cembung. Paling sering terletak diregio temporal atau temporoparietal dan sering akibat robeknya pembuluh meningeal media. Perdarahan biasanya dianggap berasal dari arterial, namun mungkin sekunder dari perdarahan vena pada sepertiga kasus. Kadang-kadang, hematoma epidural akibat robeknya sinus vena, terutama diregio parietal-oksipital atau fossa posterior. Penderita dengan pendarahan epidural dapat menunjukan adanya lucid interval yang klasik dimana penderita yang semula mampu bicara lalu tiba-tiba meninggal (talk and die).Dengan pemeriksaan CT Scan akan tampak area hiperdens yang tidak selalu homogeny, bentuknya biconvex sampai planoconvex, melekat pada tabula interna dan mendesak ventrikel ke sisi kontralateral (tanda space occupying lesion).

Hematoma subduralHematoma subdural (SDH) adalah perdarahan yang terjadi di antara duramater dan arakhnoid. Terjadi paling sering akibat robeknya vena bridging antara korteks serebral dan sinus draining.

Hematoma intraparenkimalHematoma intraserebri adalah perdarahan yang terjadi dalam jaringan (parenkim) otak. Perdarahan terjadi akibat adanya laserasi atau kontusio jaringan otak yang menyebabkan pecahnya pula pembuluh darah yang ada di dalam jaringan otak tersebut. Lokasi yang paling sering adalah lobus frontalis dan temporalis. Lesi perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan (coup) atau pada sisi lainnya (countrecoup). Defisit neurologi yang didapatkan sangat bervariasi dan tergantung pada lokasi dan luas perdarahan.

c. Derajat kesadaran berdasarkan GCS

KategoriGCSGambaran KlinikCT Scan otak

Minimal15Pingsan (-), defisit neurologik (-)Normal

Ringan13-15Pingsan < 10 menit, defisit neurologik (-)Normal

Sedang9-12Pingsan > 10 menit s/d 6 jam, defisit neurologik (+)Abnormal

Berat3-8Pingsan > 6 jam, defisit neurologik (+)Abnormal

2.4 Pemeriksaan Penunjanga. Foto Polos Kepalab. CT Scan Kepala.CT scan kepala meruakan standar baku untuk mendeteksi perdarahan intracranial. Semua pasien dengan GCS < 15 sebaiknya menjalani pemeriksaan CT scan, sedangkan pada pasien dengn GCS = 15, CT scan dilakukan hanya dengan indikasi tertentu seperti: Nyeri kepala hebat Adanya tanda- tanda fraktur basis kranii Adanya riwayat cedera yang berat Muntah lebih dari kali Penderita lansia (usia >65 tahun) dengan penurunan kesadaran atau amnesia. Kejang Riwayat gangguan vaskuler atau menggunakan obat- obat antikoagulan Amnesia, gangguan orientasi, berbicara, membaca, dan menulis. Rasa baal pada tubuh. Gangguan keseimbangan atau berjalan.

c. MRI KepalaMRI adalah teknik pencitraan yang lebih sensitive dibandingkan dengan CT scan. Dibutuhkan waktu lebih lama dibandingkan CT Scan sehingga tidak sesuai dalam situasi gawat darurat.

d. PET dan SPECTPositron Emission Tomogrphy (SPECT) dapat memperlihatka abnormalitas pada fase akut dan kronis meskipun CT Scan atau MRI dan pemeriksaan neurologis tidak memperlihatkan kerusakan.

2.5 PenatalaksanaanSurvei Primer (Primary Survey) Jalan Napas. Memaksimalkan oksigenasi dan ventilsi. Daerah tulang servikal harus dimobilisasi dalam posisi netral menggunakan stiffneck collar pada kecurigaan fraktur servikal. Pernapasan Sirkulasi. Resusitasi cairan intravena, yaitu cairan isotonic, seperti Ringer Laktat atau Normal Salin (20 ml/kgBB) jika pasien syok, transfusi darah 10-15 ml/kgBB harus dipertimbangkan. Defisit Neurologis. Status neurologis dinilai dengan menilai tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil. Tingkat kesadaan dapat diklasifikasikan menggunakan GCS. Anak dengan kelainan neurologis yang berat, seperti anak dengan nilai GCS< 8 harus diintubasi. Kontrol pemaparan/lingkungan. Semua pakaian harus dilepas sehingga semua luka dapat terlihat. Anak- anak sering datang dengan keadaan hipotermi ringan karena permukaan tubuh mereka lebih luas

Survei SekunderObservasi ketat penting pada jam- jam pertama sejak kejadian cedera. Bila telah dipastikan penderit CKR tidak memiliki masal dengan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi darah, maka tindakan selanjutnya adalah penanganan luka yang dialami akibat cedera disertai obervasi tanda vital dan defisit neurologis.Bila setelah 24 jam tidak ditemukan kelainan neurologis berupa: Penurunan kesadaran dari observasi awal Gangguan daya ingat Nyeri kepala hebat Mual dan muntah Kelainan neurologis fokal (pupil anisokor; refleks patologis) Fraktur melalui foto kepala maupun CT scan Abnormalitas anatomi Maka penderita dapat meninggalkan rumah sakit dan melanjutkan perawatannya di rumah. Namun, bila tanda- tanda di atas ditemukan pada observasi 24 jam pertama, penderita harus dirawat di rumah sakit dan observasi ketat.Tujuan yang paling utama dari tata laksana trauma kapitis tertutup harus maksimal terhadap proses fisiologis dari perbaikan otak itu sendiri.A. Kritikal- GCS 3-4Perawatan di Unit Intensif Neurologi (Neurological ICU)/ICU.

B. Trauma Kapitis Sedang dan Berat GCS 5-121. Lanjutkan penanganan ABC2. Pantau tanda vital ( suhu, pernafasan, tekanan darah), pupil, GCS, gerakan ekstremitas3. Cegah kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial, dengan cara: Posisi kepala ditinggikan 30 derajat Bila perlu dapat diberikan Manitol 20%. Dosis awal 1 gr/kgBB, berikan dalam waktu -1 jam, drip cepat, dilanjutkan pemberian dengan dosis 0,5 gr/kgBB drip cepat, -1 jam, setelah 6 jam dari pemberian pertama dan 0,25 gr/kgBB drip cepat, -1 jam setelah 12 jam dan 24 jam pemberian pertama Berikan analgetika, dan bila perlu dapat diberikan sedasi jangka pendek4. Atasi komplikasi Kejang: profilaksis OAE selama 7 hari untuk mencegah immediate dan early seizure pada kasus resiko tinggi Infeksi akibat fraktur basis kranii/fraktur terbuka: profilaksis antibiotik selama 10-14 hari Demam5. Pemberian cairan dan nutrisi adekuat6. Neuroprotektan (citicolin)C. Trauma Kapitis Ringan (Komosio Serebri)1. Rawat 2 x 24 jam2. Tidur dengan posisi kepala ditinggikan 30 derajat3. Obat- obat simptomatis seperti analgesik, antiemetic sesuai indikasi dan kebutuhan.

2.5 Indikasi Operasi Penderita Trauma Kapitis1. Epidural Hematoma. Lebih dari 40 cc dengan midline shifting pada daerah temporal/ frontal/ parietal dengan fungsi batang otak masih baikb. Lebih dari 30 cc pada daerah fossa posterior dengan tanda- tanda penekanan batang otak atau hidrosefalus dengan fungsi batang otak masih baikc. Epidural hematom progresif

2. Subdural Hematom (SDH)a. SDH luas (>40 cc/ 5 mm) dengan GCS > 6, fungsi batang otak masih baik.b. SDH dengan edema serebri/ kontusio serebri disertai midline shift dengan fungsi batang otak masih baik.3. Perdarahan intraserebral pasca traumaa. Penurunan kesadaran progresifb. Hipertensi dan bradikardi dan tanda- tanda gangguan nafasc. Perburukan defisit neurologi fokal4. Fraktur impresi melebihi 1 diploe5. Fraktur kranii dengan laserasi serebri6. Fraktur kranii terbuka7. Edema serebri berat yang disertai tanda peningkatan TIK.

DAFTAR PUSTAKAPERDOSSI. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2006A National Clinical Guideline. Early Management of Patients with Head Injury. Scottish Intercollegiate Guidelines Network (SIGN). 2009Mardjono M, Sidharta P. Mekanisme Trauma Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat: Jakarta. 2009Departemen Neurologi RSUPN CM. Cedera Kepala dalam Panduan Pelayanan Medis Departemen Neurologi. RSUPN Cipto Mangunkusumo. 2007