Upload
doantram
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Disampaikan oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur
pada tanggal 22 Juli 2013 di BBPP Kupang
Letak Geografis :
8 0-120 LS dan 1180-1250 BT
Jumlah Pulau :
566 buah (besar dan kecil)
Iklim :
8 bulan (kemarau/kering) dan
4 bulan (hujan/basah)
Luas Wilayah :
± 47.349,9 km2 Daratan
± 200.000 km2 Lautan
Wilayah administratif :
Kabupaten : 21 dan 1 kota
Kecamatan : 287 buah
Desa / Kel. : 2.769 buah
Pulau yang bernama :
246 buah
Pulau yang berpenghuni :
43 buah
POTENSI WILAYAH NTT
Potensi pertanian lahan kering 1.528.308 Ha
dengan tingkat pemanfaatan 54,62 %
Lahan tidak diusahakan 751.185 Ha
Potensi perkebunan luas 888.931 Ha dengan
tingkat pemanfaatan 35,45 %
Padang penggembalaan untuk peternakan
sapi, kuda, kerbau dan kambing 832.228 Ha
TERWUJUDNYA
MASYARAKAT NUSA
TENGGARA TIMUR YANG
BERKUALITAS, SEJAHTERA,
ADIL DAN DEMOKRATIS
DALAM BINGKAI NEGARA
KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA
TERWUJUDNYA
MASYARAKAT NUSA
TENGGARA TIMUR YANG
SEHAT DAN PRODUKTIF
MELALUI PEMBANGUNAN
PETERNAKAN YANG
TANGGUH BERBASIS
SUMBERDAYA LOKAL
VISI DAERAH (RPJMD)
2009 - 2013 VISI DISNAK
2009 - 2013
7
1. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia
aparatur peternakan.
2. Peningkatan produksi
ternak baik
populasi/jumlah maupun
produktifitas.
3. Peningkatan sumberdaya
manusia peternakan, baik
peternak maupun
pengusaha peternakan.
4. Peningkatan kualitas data
dan informasi
peternakan.
MISI (DISNAK) 2009 - 2013
MISI DAERAH(RPJMD)
2009 - 2013
1. Meningkatkan pendidikan yang berkualitas, relevan, efisien dan efektif yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat.
2. Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang dapat dijangkau seluruh masyarakat.
3. Memberdayakan ekonomi rakyat dengan mengembangkan pelaku ekonomi yang mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal.
4. Meningkatkan infrastruktur yang memadai agar masyarakat dapat memiliki aksesibilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
5. Meningkatkan penegakan supremasi hukum dalam rangka menjelmakan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN serta mewujudkan masyarakat yang adil dan sadar hukum.
6. Meningkatkan pembangunan yang berbasis tata ruang dan lingkungan hidup.
7. Meningkatkan akses perempuan dan anak dalam sektor publik, serta meningkatkan perlindungan terhadap perempuan dan anak.
8. Mempercepat Penanggulangan kemiskinan, pengembangan kawasan perbatasan, pembangunan daerah kepulauan, dan menanggulangi korban bencana alam.
Supremasi
Hukum
Kesetaraan
Gender
Ekonomi
Kerakyatan Penanganan
masalah : Kemiskinan,
Wilayah perbatasan,
Prov. Kepulauan,
Daerah rawan
bencana
SDM
yang
berkualitas
DUNIA USAHA MASYARAKAT
PEMERINTAH
Pembangunan
dan peningkatan
Infrastruktur
Peningkatan
Kesehatan
Kelestarian
Lingkungan
Hidup
Mengembalikan basis utama
ekonomi unggulan daerah dan
kelembagaan ekonomi rakyat NTT
melalui :
NTT sebagai Provinsi Jagung
NTT sebagai Provinsi Ternak
NTT sebagai Provinsi Cendana
NTT sebagai Provinsi Koperasi
4 Tekad Pembangunan NTT
NTT PROVINSI TERNAK Pengembangan Ternak Besar (Sapi & Kerbau) dan Ternak Kecil (Babi & Kambing) Sebagai Komoditi Unggulan
KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN PETERNAKAN NTT
PENGEMBANGAN TERNAK BESAR
DI PULAU TIMOR, ROTE & SUMBA
PENGEMBANGAN TERNAK KECIL DI PULAU FLORES, LEMBATA, ALOR, SOLOR, ADONARA & SABU RAIJUA
ASPEK PRODUKSI & KONSUMSI ASPEK
SARANA PRODUKSI
ASPEK EKONOMI & PEMASARAN
ASPEK PERILAKU
PETANI
ASPEK KELEMBAGAAN & PERMODALAN
PROBLEM PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI NTT
1. ASPEK PRODUKSI Pelaku pemeliharaan ternak (produsen) sebagian
besar didominasi oleh peternak kecil dengan ketrampilan beternak yang masih rendah (penguasaan tehnologi dan informasi peternakan yang kurang).
Sistim pemeliharaan didominasi oleh non intensif maupun semi intensif dan hanya sebagian kecil yang intensif, menyebabkan produktifitas tidak optimal.
Tingginya pemotongan ternak besar betina produktif.
Pelayanan kesehatan hewan belum optimal
PROBLEM PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI NTT
2. ASPEK KONSUMSI Konsumsi protein hewani masyarakat NTT masih berada di
bawah norma gizi nasional. Terdapat kesenjangan antara tingkat konsumsi masyarakat perkotaan dengan masyarakat pedesaan, sedangkan produsen utama adalah masyarakat pedesaan.
PROBLEM PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI NTT
3. ASPEK PENGEMBANGAN DAN PENGGUNAAN SARANA
PRODUKSI Lahan sebagai basis ekologi pendukung pakan belum dapat
dimanfaatkan seluruhnya akibat penyebaran sumber air yang tidak merata.
Ekspansi gulma chromolena odorata semakin luas, sehingga padang penggembalaan semakin menyempit, menyebabkan usaha peningkatan produksi ternak di NTT menjadi terhambat.
Kualitas bibit ternak menunjukan gejala penurunan, yang disebabkan oleh : Seleksi dan penyingkiran ternak belum dilaksanakan
secara efektif. Para petani lebih memilih menjual ternak yang
berkualitas terbaik karena harganya lebih tinggi
4. ASPEK EKONOMI & PEMASARAN Memelihara ternak hanya sebagai usaha sambilan dan
dipelihara secara non intensif / semi intensif sehingga tidak memberikan pendapatan cash yang optimal. Disamping itu tidak adanya perencanaan pemasaran hasil secara periodik, menyebabkan peran hasil penjualan ternak dalam ekonomi keluarga masih bersifat mengatasi kebutuhan mendesak.
Kualitas atau kondisi ternak yang dipasarkan kurang memuaskan.
Fasilitas transportasi yang kurang memadai sehingga menyebabkan penyusutan bobot badan dan kecelakaan / kematian ternak selama dalam proses pengangkutan.
Belum terintegrasinya usaha peternakan dari hulu sampai hilir sehingga mengakibatkan kurang efisiennya mata rantai tataniaga peternakan.
PROBLEM PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI NTT
PROBLEM PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI NTT
5. ASPEK PERILAKU PETANI Perilaku sosial ekonomi sebagian besar masyarakat di pedesaan yang berkaitan dengan usaha tani menunjukkan masih kuatnya orientasi food security. Pada keadaan seperti ini ternak ditempatkan pada posisi sebagai tabungan dalam menghadapi resiko kegagalan usaha tani utama.
6. ASPEK KELEMBAGAAN
Kelembagaan peternakan baik khususnya kelembagaan petani peternak belum kuat dihadapkan pada tuntutan perkembangan pembangunan peternakan.
Kelompok tani yang tercatat cukup banyak, namun belum berperan nyata sebagai lembaga kerjasama dalam bidang produksi / budidaya, pengolahan maupun pemasaran hasil ternak.
PROBLEM PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI NTT
7. ASPEK PERMODALAN Rendahnya peran investor dalam usaha peternakan
terutama pembibitan ternak, disebabkan oleh pertimbangan resiko kegagalan, lamanya perputaran modal dan tingginya bunga kredit bank.
Disamping itu masalah kepemilikan lahan dan prasarana
umum juga menjadi salah satu kendala dalam penanaman modal diusaha peternakan. Dengan demikian pembangunan peternakan di NTT masih didominasi oleh dana pemerintah sedangkan dana swasta dan masyarakat belum begitu berperan.
Sumberdaya Manusia (petani
peternak, aparatur)
Sumberdaya Fisik (alam/lahan, iklim,
vegetasi, ternak)
Sumberdaya Teknologi (tepatguna, indigenous,
kearifan lokal, TIK)
Sumberdaya Sosial (way of life,
kelembagaan kelompok)
Potensi Pembangunan Peternakan
PROSPEK PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI NTT
1. Permintaan pasar terhadap ternak dan hasil ternak baik dari luar NTT maupun di dalam NTT sendiri terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk.
2. Lahan yang tersedia dan berpotensi untuk pengembangan usaha peternakan masih banyak yang belum dimanfaatkan.
3. Kebijaksanaan pemerintah yang mendorong badan-badan usaha milik negara untuk menyisihkan dana guna membantu usaha kecil dan menengah dengan bunga rendah telah berjalan. Kebijakan ini memberi peluang untuk melakukan pengembangan usaha maupun investasi baru dalam bidang industri peternakan di Provinsi NTT
4. Berbagai pola / skim pinjaman lunak dan sederhana prosedurnya serta langsung ke kelompok tani ternak seperti Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) atau Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) atau Pola Bansos sebenarnya menjadi peluang yang sangat baik untuk mengatasi persoalan kesulitan modal bagi petani peternak
5. Melalui diversifikasi dan intensifikasi dengan dukungan teknologi berprospek untuk meningkatkan produktivitas
6. Peranan sub sektor peternakan pada masa mendatang di NTT masih tetap besar sebagai penyedia bahan pangan asal ternak sebagai sumber pendapatan maupun sebagai pembuka lapangan kerja.
STRATEGI PENGAMANAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA
PETERNAKAN
internal adjustment oriented
STRATEGI OPTIMALISASI PERBIBITAN
PETERNAKAN RAKYAT
growth oriented strategy
STRATEGI PERBAIKAN
MANAJEMEN USAHA DAN KERJASAMA
KEMITRAAN
self-defence strategy
Strategi pembangunan
peternakan daerah NTT
1. STRATEGI PENGAMANAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA PETERNAKAN
1.1. Program Pengembangan
Kawasan, Sumber Air dan Lahan Peternakan
1.2. Program Pengamanan
Sumberdaya Ternak
1.3. Program Pengembangan SDM
dan Kelembagaan
• SID lahan /kawasan sentra peternakan
•Perbaikan mutu dan konservasi padang penggembalaan
• Pengembangan areal HMT berbasis kelompok peternak
• Peningkatan ketersediaan air untuk ternak dan untuk
tanaman pakan (embung mini, irigasi tanah dangkal,
sumur gali / pompa)
• Penyelamatan ternak besar betina produktif
• Pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan
• Pengawasan dan pengendalian pemotongan dan
pengeluaran ternak besar
• Pemurnian genetik dan pelestarian plasma nutfah lokal
• Peningkatan kapasitas aparatur (diklat teknis & fungsional
peternakan)
• Peningkatan kapasitas peternak, SMD, pendamping
swadaya.
• Peningkatan kapasitas kelembagaan penunjang agribisnis
peternakan (RPH, Pasar Hewan, Puskeswan,
Laboratorium RS Hewan, Poktan, Koperasi Peternak).
PROGRAM & KEGIATAN PRIORITAS
2. STRATEGI OPTIMALISASI PERBIBITAN PETERNAKAN RAKYAT DI PEDESAAN
2.1. Program Pengembangan Sentra
Pembibitan Ternak
di Pedesaan
• Peningkatan mutu dan jumlah ternak bibit
• Perbaikan reproduktivitas melalui inovasi teknologi (IB,
dll)
• Penjaringan/seleksi ternak bibit, recording dan culling.
• Intensifikasi kawin alam / pejantan unggul.
• Pengembangan ULIB (Unit Layanan Inseminasi Buatan)
3. STRATEGI PERBAIKAN MANAJEMEN USAHA DAN KERJASAMA KEMITRAAN
3.1. Program Pengembangan
Agroindustri Hulu dan Hilir Peternakan
3.2. Program Peningkatan
Kerjasama Kemitraan
• Pengembangan pengolahan dan pemasaran ternak dan
produk ternak
• Pengembangan agroindustri berbasis produk ikutan /
byproduct (penyamakan kulit, tulang, biokompos, biogas)
• Pengembangan pabrik pakan mini.
• Pengembangan kerjasama dengan lembaga litbang dan diklat,
lembaga keuangan, perkarantinaan, dll stakeholders.
• Pengembangan promosi, investasi, informasi pasar,
• Pengembangan data dan informasi pembangunan peternakan.
POPULASI TERNAK PADA 1 JUNI 2011 HASIL PSPK (dilaksanakan oleh BPS)
NO KABUPATEN/KOTA SAPI POTONG SAPI PERAH KERBAU
1 Kota Kupang 4.784 - 19
2 Kabupaten Kupang 151.250 4 1.188
3 TTS 167.834 23 474
4 TTU 98.631 - 501
5 Belu 111.180 5 1.686
6 Alor 4.351 - 60
7 Lembata 3.607 - -
8 Flores Timur 1.591 - 11
9 Sikka 11.271 - 1.512
10 Ende 29.447 - 2.387
11 Nagekeo 24.301 - 6.396
12 Ngada 21.523 - 7.585
13 Manggarai Timur 12.062 - 10.243
14 Manggarai 21.870 - 6.767
15 Manggarai Barat 10.312 - 22.557
16 Sumba Barat Daya 2.773 - 13.709
17 Sumba Barat 1.208 - 11.203
18 Sumba Tengah 5.462 - 7.937
19 Sumba Timur 53.051 - 37.052
20 Sabu Raijua 2.646 - 7.216
21 Rote Ndao 39.479 - 11.535
JUMLAH 778.633 32 150.038
Keterangan :
• NTT berada pada urutan ke-
4 di Indonesia dalam hal
populasi sapi potong (setelah
Jatim, Jateng dan Sulsel).
• Populasi kerbau NTT adalah
yang terbanyak di Indonesia.
(EKOR)
DATA-DATA TERSEBUT MENUNJUKKAN BAHWA ESTIMASI KENAIKAN POPULASI MENGGUNAKAN PARAMETER TEKNIS YANG DIGUNAKAN SELAMA INI PERLU DIPERBAHARUI / DIKOREKSI.
PARAMETER KENAIKAN POPULASI TERNAK SAPI TAHUN 2010 DAN SEBELUMNYA DIESTIMASIKAN RATA-RATA 1,96% PER TAHUN, PERLU DIKOREKSI MENJADI 4,63% PER TAHUN MULAI TAHUN 2011 (MENINGKAT). Catatan : rata-rata nasional tahun 2003-2010 adalah 5,32%.
UNTUK TERNAK KERBAU, PARAMETER KENAIKAN POPULASI HAMPIR SAMA DENGAN ESTIMASI SELAMA INI, YAKNI RATA-RATA 1,78% PER TAHUN (TAHUN 2010 DAN SEBELUMNYA), SEDANGKAN TAHUN 2011 MENJADI 1,72% (MENURUN).
TARGET DAN SKENARIO KENAIKAN POPULASI TERNAK 2012-2014 (SAPI DAN KERBAU)
TARGET DAN SKENARIO KENAIKAN POPULASI TERNAK 2012-2014 (SAPI DAN KERBAU)
• Apabila kenaikan populasi masih biasa-biasa saja seperti sekarang ini (business as usual) maka pada akhir tahun 2014, populasi ternak sapi diestimasikan baru mencapai 891.622 ekor dan ternak kerbau 157.990 ekor.
DALAM RANGKA PENCAPAIAN SWASEMBADA
DAGING SAPI DAN KERBAU TAHUN 2014 SERTA
PERWUJUDAN TEKAD NTT PROVINSI TERNAK,
DAN TERUTAMA UNTUK PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN
PEREKONOMIAN DAERAH, PERLU DILAKUKAN
UPAYA-UPAYA TEROBOSAN (out of box thinking) / (business not as usual), SEHINGGA PADA AKHIR
TAHUN 2014, POPULASI TERNAK SAPI DAPAT
MENCAPAI SATU JUTA EKOR DAN POPULASI
TERNAK KERBAU DAPAT MENCAPAI 165.000
EKOR.
TARGET DAN SKENARIO KENAIKAN POPULASI TERNAK 2012-2014 (SAPI DAN KERBAU)
UNTUK MENCAPAI POPULASI SATU JUTA
EKOR TERNAK SAPI DAN 165.000 EKOR
TERNAK KERBAU PADA TAHUN 2014,
MAKA PERTUMBUHAN POPULASI MULAI
TAHUN 2011/2012 HARUS DITINGKATKAN :
•TERNAK SAPI : DARI 4,63 % 8,70 %.
•TERNAK KERBAU : DARI 1,72% 3,22 %.
TARGET DAN SKENARIO KENAIKAN POPULASI TERNAK 2012-2014 (SAPI DAN KERBAU)
• Berdasarkan parameter teknis peternakan NTT, struktur populasi ternak sapi saat ini adalah jantan 32% dan betina 68%.
• Jumlah ternak sapi betina dewasa adalah 49,40% dari populasi dan ternak sapi betina produktif mencapai 41,99% dari populasi.
• Tingkat kelahiran dari populasi saat ini adalah 24,22% atau sama dengan 59% dari betina produktif (net calf crop).
• Secara teoritis, net calf crop sapi Bali dapat mencapai 80%, sehingga tingkat kelahiran dari populasi dapat mencapai hingga (80% x
41,99%) = 33,59% (keadaan saat ini hanya 24,22%).
TARGET DAN SKENARIO KENAIKAN POPULASI TERNAK 2012-2014 (SAPI DAN KERBAU)
TARGET DAN SKENARIO KENAIKAN POPULASI TERNAK 2012-2014 ( TERNAK SAPI)
No. Kabupaten / Kota T A H U N
2011 2012 2013 2014
1 Kota Kupang 4.784 5.200 5.653 6.144
2 Kabupaten Kupang 151.250 164.409 178.712 194.260
3 T T S 167.834 182.436 198.307 215.560
4 T T U 98.631 107.212 116.539 126.678
5 Belu 111.180 120.853 131.367 142.796
6 Alor 4.351 4.730 5.141 5.588
7 Lembata 3.607 3.921 4.262 4.633
8 Flores Timur 1.591 1.729 1.880 2.043
9 Sikka 11.271 12.252 13.317 14.476
10 Ende 29.447 32.009 34.794 37.821
11 Nagekeo 24.301 26.415 28.713 31.211
12 Ngada 21.523 23.396 25.431 27.643
13 Manggarai Timur 12.062 13.111 14.252 15.492
14 Manggarai 21.870 23.773 25.841 28.089
15 Manggarai Barat 10.312 11.209 12.184 13.244
16 Sumba Barat Daya 2.773 3.014 3.276 3.562
17 Sumba Barat 1.208 1.313 1.427 1.552
18 Sumba Tengah 5.462 5.937 6.454 7.015
19 Sumba Timur 53.051 57.666 62.683 68.137
20 Sabu Raijua 2.646 2.876 3.126 3.398
21 Rote Ndao 39.479 42.914 46.647 50.705
N T T 778.633 846.374 920.009 1.000.049
TARGET DAN SKENARIO KENAIKAN POPULASI TERNAK 2012-2014 ( TERNAK KERBAU)
No. Kabupaten / Kota T A H U N
2011 2012 2013 2014 1 Kota Kupang 19 20 20 21 2 Kabupaten Kupang 1.188 1.226 1.266 1.306
3 T T S 474 489 505 521 4 T T U 501 517 534 551 5 Belu 1.686 1.740 1.796 1.854 6 Alor 60 62 64 66
7 Lembata - - - - 8 Flores Timur 11 11 12 12 9 Sikka 1.512 1.561 1.611 1.663
10 Ende 2.387 2.464 2.543 2.625
11 Nagekeo 6.396 6.602 6.815 7.034 12 Ngada 7.585 7.829 8.081 8.342 13 Manggarai Timur 10.243 10.573 10.913 11.265 14 Manggarai 6.767 6.985 7.210 7.442 15 Manggarai Barat 22.557 23.283 24.033 24.807 16 Sumba Barat Daya 13.709 14.150 14.606 15.076
17 Sumba Barat 11.203 11.564 11.936 12.320 18 Sumba Tengah 7.937 8.193 8.456 8.729 19 Sumba Timur 37.052 38.245 39.477 40.748 20 Sabu Raijua 7.216 7.448 7.688 7.936 21 Rote Ndao 11.535 11.906 12.290 12.686
N T T 150.038 154.869 159.856 165.003
Langkah-langkah Operasional : • Peningkatan populasi (Aspek Teknis) :
• Meningkatkan Angka Kelahiran Ternak • Menurunkan Angka Kematian Ternak (Acuan : 5 Kegiatan pokok dan 13 kegiatan operasional PSDSK-2014).
• Substitusi Daging Ternak Sapi / Kerbau oleh Daging Ternak Kecil dan Unggas
• Importasi ternak secara khusus untuk tujuan penggemukan / feedlot fattening (skala industri, bukan skala rumah tangga)
• Pengembangan SDM dan Kelembagaan. • Pengembangan sarana pendukung / penunjang
lainnya.
TARGET DAN SKENARIO KENAIKAN POPULASI TERNAK 2012-2014 (SAPI DAN KERBAU)
Gerakan Pelihara Ternak Penyelamatan Betina Produktif
Pengembangan Pemanfaatan Limbah Ternak (Pupuk dan Biogas)
Pengembangan Tanaman Pakan,
Teknologi Pakan dan Perbaikan
Padang Penggembalaan
Perbaikan Mutu Bibit dan
Revitalisasi IB
Pengembangan investasi dan kemitraan
Pelayanan medis dan penyuluhan
Peningkatan industri pengolahan melalui
pengembangan agroindustri
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN TERNAK SAPI
DI NUSA TENGGARA TIMUR
PROGRAM PENGEMBANGAN SDM dan KELEMBAGAAN
• Peningkatan kapasitas aparatur (diklat teknis & fungsional peternakan) • Peningkatan kapasitas peternak, SMD, pendamping swadaya. • Peningkatan kapasitas kelembagaan penunjang agribisnis peternakan
(RPH, Pasar Hewan, Puskeswan, Laboratorium RS Hewan, Poktan, Koperasi Peternak).
KERJASAMA PROGRAM
PELATIHAN DALAM RANGKA
PENINGKATAN KAPASITAS SDM
APARATUR DAN PETANI
MEMBANGUN SDM PETERNAKAN SAPI POTONG
DALAM RANGKA MENDUKUNG PSDSK-2014
SDM Peternakan secara luas meliputi semua pihak yang terlibat dalam usaha peternakan, baik di subsistem hulu, budidaya, hilir maupun kelembagaan penunjang, baik sebagai petani peternak, usahawan / pedagang / pengolahan produk, aparatur maupun SDM dalam kelembagaan pendidikan, penelitian dan pelatihan.
SDM Peternakan khususnya petani peternak merupakan subyek / pelaku sekaligus obyek pembangunan peternakan yang harus ditingkatkan kesejahteraannya.
Secara umum diyakini bahwa tingkat kesejahteraan terkait erat tingkat perekonomian (pendapatan) dan dengan tingkat pendidikan dan pelatihan baik formal maupun non formal.
RENCANA AKSI :
Pembebasan Brucellosis di Pulau Timor (Termasuk juga Hog Cholera di pulau Alor dan Rabies di Pulau Flores, SE di Pulau Sumba, Sura dan ND di seluruh NTT) melalui vaksinasi hewan.
Revitalisasi fungsi dan peran Pusat Kesehatan Hewan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan hewan di desa (Revitalisasi mencakup antara lain rehabilitasi gedung, penyediaan bahan dan alat serta optimalisasi fungsi puskeswan) .
Pengawasan Biosecurity dan lalulintas hewan
Pembangunan Rumah Potong Hewan dan Peningkatan Ketersediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH)
Peningkatan kualitas dan kuantitas Sumberdaya Manusia dalam hal ini medik veteriner dan paramedik veteriner.
PENINGKATAN KESEHATAN HEWAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DALAM MENDUKUNG NTT PROVINSI
TERNAK TAHUN 2012 - 2014
Vaksinasi Tahun 2012 ini disiapkan vaksin dan biaya operasional vaksinasi sebanyak 75.000 dosis dalam DIPA Dinas Peternakan Provinsi NTT.
Penyingkiran Reaktor Positif Brcellosis Tahun 2012 ini disiapkan anggaran sebagai kompensasi penyingkiran atau pemotongan ternak sapi reaktor positif Brucellosis sebanyak 405 ekor.
Revitalisasi fungsi dan peran Pusat Kesehatan Hewan
Pengawasan Biosecurity dan lalulintas hewan
Peningkatan kualitas dan kuantitas Sumberdaya Manusia dalam hal ini medik veteriner dan paramedik veteriner.
Peningkatan kapasitas Laboratorium Penguji (Lab Tipe B Kupang).-
PRIORITAS KEGIATAN PEMBEBASAN TIMOR BARAT DARI BRUCELLOSIS