Upload
taufik-salumpu
View
562
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II - 1
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1 Aspek Geografi
Kabupaten Nunukan merupakan satu dari 14 Kabupaten yang ada di
Provinsi Kalimantan Timur dan merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten
Bulungan sesuai dengan UU No. 47 tahun 1999, sebagaimana diubah dengan UU
No. 7 tahun 2000. Luas wilayah Kabupaten Nunukan adalah 14.263,68 km², dan
terletak pada posisi 3º15’00” - 4º24’ 55” Lintang Utara - 115º22’30” – 118º44’ 55”
Bujur Timur dengan panjang garis perbatasan langsung dengan Negara tetangga
sepanjang 520.724,43 km.
Kabupaten Nunukan merupakan wilayah yang terletak pada garis
perbatasan antara Republik Indonesia dengan Malaysia (Sabah dan Serawak).
Dengan posisi yang strategis tersebut menjadikan wilayah Kabupaten Nunukan
sebagai cermin dan halaman depan dari berbagai aktivitas perekonomian lintas
batas atau antar negara, sehingga dengan demikian perlu mendapat perhatian
khusus, terutama terhadap penanganan berbagai permasalahan yang timbul yang
terkait dengan eksistensi wilayah perbatasan.
Batas-batas wilayah Kabupaten Nunukan adalah sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Sabah (Malaysia)
• Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten
Malinau.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Serawak (Malaysia).
Sejak Tahun 2011 secara Administratif Wilayah Kabupaten Nunukan
terbagi dalam 15 wilayah kecamatan yang sebelumnya hanya 9 kecamatan,
dimana 13 kecamatan diantaranya merupakan wilayah yang berbatasan langsung
dengan Negara tetangga Malaysia (Sabah dan Serawak).
BAB II - 2
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Nunukan
A. Topografi Topografi Kabupaten Nunukan di sebelah utara di dominasi oleh
perbukitan terjal yang merupakan jalur pegunungan dengan ketinggian 1500–
3000 meter di atas permukaan laut, sedangkan disebelah selatan bagian tengah
memiliki ketinggian berkisar 500 – 1500 dari permukaan laut. Kemiringan di sudut
lereng perbukitan mencapai lebih dari 30% dan kemiringan untuk daerah dataran
tinggi berkisar 8 – 15%. Untuk daerah perbukitan memiliki kemiringan yang
sangat terjal, yaitu di atas 15% sehingga kemiringan rata-rata berkisar 50%.
1. Tingkat Kemiringan
Kemiringan di wilayah Kabupaten Nunukan sangat bervariasi, yang secara
umum dikategorikan kedalam 6 (enam) kelas kemiringan, yaitu :
• Kemiringan 0-2 % : datar
• Kemiringan 2-8 % : landai
• Kemiringan 8-15 % : agak landai
BAB II - 3
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
• Kemiringan 15-25 % : agak curam
• Kemiringan 25-40 % : curam
• Kemiringan >40 % : sangat curam
Wilayah Kabupaten Nunukan mempunyai kemiringan tanah dari 0 sampai
lebih dari 40%. Secara umum dapat dikatakan bahwa kemiringan tanah wilayah
Kabupaten Nunukan berkolerasi positif dengan ketinggian. Makin tinggi letak
suatu hamparan maka kemiringannya semakin terjal.
Tabel 2.1. Luas Wilayah Kelas Kemiringan Di Kabupaten Nunukan (Ha)
Kelas Kemiringan (%) Luas Wilayah %
(1) (2) (3)
0-2 474.984 33,30
2-8 86.723 6,08
8-15 126.511 8,87
15-25 125.594 8,81
25-40 110.502 7,75
>40 502.054 35,20
Jumlah 1.426.368 100,00
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan
Berdasarkan data Tahun 2007 luas kemiringan lahan di Kabupaten
Nunukan meliputi datar (0-2%) seluas 474.984 Ha, landai (2-8%) seluas 86.723
Ha, agak landai (8-15%) seluas 126.511 Ha, agak curam (15-25%) seluas
125.594 Ha, curam (25-40%) seluas 110.502 Ha dan sangat curam (>40%) seluas
502.054 Ha.
2. Kelas Ketinggian
Secara topografi, wilayah daratan Kabupaten Nunukan terdiri atas kawasan
perbukitan terjal di sebelah utara bagian barat, perbukitan sedang di bagian
tengah dan dataran bergelombang dan landai di bagian timur memanjang hingga
ke pantai sebelah timur. Perbukitan terjal disebelah utara merupakan jalur
pegunungan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m diatas permukaan laut,
BAB II - 4
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
sedangkan perbukitan disebelah selatan bagian tengah ketinggiannya berkisar
antara 500 m - 1.500 m di atas permukaan laut. Penyebaran dan luas masing-
masing kelas ketinggian Wilayah Kabupaten Nunukan ini disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 2.2. Penyebaran Dan Luas Masing-Masing Ketinggian Kabupaten Nunukan (Ha)
Ketinggian (m) Luas %
(1) (2) (3)
0 - 100 716.808 50,25
100 - 500 155.112 10,87
500 - 1.000 284.981 19,98
1.000 - 1.500 269.221 18,87
1.500 - 2.000 246 0,02
Jumlah 1.426.368 100,00
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan
B. Tipologi Luas Penggunaan Lahan
Pada tabel selanjutnya terlihat bahwa jenis tanah yang terdapat di wilayah
Kabupaten Nunukan hanya 8 (delapan) jenis, dan yang paling besar luasannya
adalah kombinasi Podsolik/Regosol yaitu sebesar 410.486 atau 28,79 %,
umumnya terdapat di Kecamatan Krayan, Krayan Selatan dan Lumbis.
Kebalikannya, jenis tanah yang paling sedikit, terdapat adalah kombinasi
Alluvial/Gambut, yaitu sebesar 50.898 Ha atau sebesar 3,7 % dari luas wilayah.
Mengingat ketinggian wilayah yang ada jenis tanah alluvial hampir
keseluruhannya terdapat di Kecamatan Nunukan, Sebatik, Sebuku dan
Sembakung. Kombinasi Aluvial/Gambut hanya terdapat di Kecamatan Lumbis
dengan luasan 837 Ha, sedangkan di Kecamatan Krayan dan Krayan Selatan
tidak terdapat sama sekali.
BAB II - 5
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Tabel 2.3. Penyebaran Dan Luas Masing-Masing Jenis Tanah Kabupaten Nunukan (Ha)
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan
Keterangan :
Lithosol Tanah mineral yang ketebalannya 20 cm atau kurang. Di bawahnya
terdapat batuan keras yang padu
Alluvial Tanah berasal dari endapan baru dan berlapis-lapis, bahan organik
jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat
epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan pasir kurang dari 60%
Latosol Tanah dengan kadar liat lebih dari 60%, remah sampai gumpal,
gembur, warna tanah seragam dengan batas-batas horison yang
kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm). kejenuhan basa kurang dari
50%,umunya mempunyai epipedon kambrik dan horison kambik
Podsolik Tanah dengan horison penimbunan liat (horison argilik), dan
kejenuhan basa kurang dari 50%, tidak mempunyai horison albik.
Regosol Tanah bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60%, hanya
mempunyai horison penciri ochrik, histik atau sulfurik.
Organosol Tanah organik (gambut) yang ketebalannya lebih dari 50 cm
Jenis Tanah Nunukan Sebatik Sebuku Sembakung Lumbis Krayan Krayan Selatan
Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Latosol 834 595 47.357 19.700 28.628 13.102 39.023 149.239
Podsolik 28.700 14.023 87.574 4.646 49.018 23.453 4.916 212.330
Podsolik/Latosol 35.016 4.802 38.063 1.206 2.481 25.980 23.294 130.842
Podsolik/Regosol 14.697 0 68.496 0 97.661 121.219 108.413 410.486
Lithosol 0 289 12.002 0 184.128 0 0 196.419
Organosol 18.608 0 32.481 113.530 1.797 0 0 166.416
Alluvial/Gambut 3.108 3.397 16.274 27.282 837 0 0 50.898
Alluvial 58.714 1.555 13.243 39.226 0 0 0 112.738
Jumlah 159.677 24.661 315.490 205.590 364.550 183.754 175.646 1.429.368
BAB II - 6
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
C. Penggunaan lahan
Lahan merupakan wilayah permukaan tanah beserta vegetasi yang ada
diatasnya, lahan kering pada Kabupaten Nunukan saat ini sebagaimana pada
tabel 1.1. Kabupaten Nunukan memiliki luas wilayah 14.263,68 Km2 atau 7,06%
dari total luas Provinsi Kalimantan Timur dan wilayah lautan sejauh 4 mil laut dari
garis pantai terluar ke arah laut seluas 1.408,758 km2. Penggunaan lahan di
Kabupaten Nunukan didominasi oleh wilayah hutan, selain terdapat juga lahan
persawahan dan lahan non sawah. Luas kawasan hutan di Kabupaten Nunukan
terdiri dari hutan lindung dengan luas lahan 167.428 hektar, taman Nasional
“Kayan Mentarang” seluas 356.819 hektar, kawasan hutan 431.207 hektar,
kawasan Budidaya Non Kehutanan 470.914 hektar.
Tabel 2.4. Luas Penggunaan Lahan Kawasan Hutan (Ha) Luas Lahan
(1) (2)
Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) 470.914
Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) 431.207
Hutan Lindung (HL) 167.428
Taman Nasional “Kayan Mentarang”
(TNKM)
356.819
Jumlah 1.426.368
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan
Grafik. 2.1. Luas Penggunaan Lahan Kawasan Hutan tahun 2009
BAB II - 7
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
D. Lingkungan Hidup Kabupaten Nunukan memiliki luas wilayah 14.263,68 Km2 merupakan
Kabupaten kaya akan potensi sumber daya alam. Sebagai daerah yang memiliki
berbagai potensi sumber daya alam, pelaksanaan pembangunan di Kabupaten
Nunukan tidaklah mungkin dilepaskan dari upaya pendayagunaan sumber daya
alam tersebut, terutama bagi peningkatan pembangunan perekonomian daerah.
Tersedianya berbagai potensi sumber daya alam seperti sumber daya hutan,
lahan dan mineral di daerah ini menyebabkan usaha/kegiatan di bidang
kehutanan, perkebunan pertanian dan pertambangan menjadi sektor unggulan
dalam menunjang perekonomian daerah, namun demikian pendayagunaan
potensi sumber daya alam yang kurang memperhatikan batas kemampuan daya
dukung dan daya tampung lingkungan yang ada, maka baik secara langsung
maupun tidak langsung pendayagunaan sumber daya tersebut akan menimbulkan
ancaman terhadap kelestarian lingkungan hidup dan kesinambungan
pembangunan itu sendiri sebagai akibat menurunnya kualitas lingkungan hidup
yang ada.
Berbagai upaya ditempuh untuk mencegah dan mengurangi laju penurunan
kualitas lingkungan tersebut, namun sejauh ini dipandang masih belum cukup
mampu dalam mengimbangi laju penurunan kualitas lingkungan yang terjadi.
Kompleksitas permasalahan yang dihadapi serta berbagai kendala dan
keterbatasan sumber daya yang dimiliki menyebabkan penanganan permasalahan
lingkungan tersebut belum mencapai hasil yang optimal.
Berkaitan hal ini upaya pengelolaan lingkungan haruslah dilakukan sebagai
upaya bersama dari semua pihak yang terkait yang menuntut tanggung jawab,
keterbukaan dan peran semua unsur pemerintah, dunia usaha serta masyarakat
yang dilandasi oleh kesadaran penuh untuk terus memelihara dan meningkatkan
kualitas lingkungan guna menjamin keberlanjutan fungsi lingkungan yang
merupakan kepentingan rakyat oleh karenanya lingkungan hidup harus dikelola
dengan prinsip melestarikan fungsi lingkungan hidup yang serasi, selaras dan
seimbang untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa datang.
BAB II - 8
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Dalam konteks pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana yang
diamanatkan Undang-undang 23 Tahun 1997 walaupun tidak secara implisit
menyebutkan bahwa otonomi daerah dibidang pengelolaan lingkungan hidup
Undang-undang tersebut telah mencerminkan azas desentralisasi dan azas
dekosentrasi khususnya dalam hal keterpaduan program pengelolaan lingkungan
hidup. Namun menjadi permasalahan sekarang adalah bagaimana kita dapat
menjawab dan memberikan suatu kebutuhan paling mendasar guna mewujudkan
dan mengimplementasikan keterpaduan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam pengelolaan lingkungan hidup.
- Banjir Permasalahan banjir merupakan isu lingkungan yang terjadi setiap tahun di
Kabupaten Nunukan. Terutama pada saat musim hujan. Di Kabupaten Nunukan,
kondisi yang sangat mengkhawatirkan adalah fenomena frekuensi kejadian banjir.
Kecamatan Sembakung bukan hal baru lagi hampir tiap tahun Kecamatan
Sembakung terkena banjir. Pada akhir bulan maret 2011 mengalami banjir,
dengan ketinggian air mencapai 2,5 hingga 3 meter dari permukaan air sungai
sembakung yang hulunya berada di sungai Padiangan Keningau Malaysia.
Kerusakan yang dialami oleh 18 (Delapan Belas) desa di buat dalam 3 (tiga)
kategori atau tingkatan, sesuai sumber data pihak kecamatan yaitu Sangat parah ,
terdiri dari 6 (Enam) desa yaitu Jumlah Rumah: 856 unit, Jumlah KK: 1215, Jumlah
SAB: 1013 Parah, terdiri dari 7 (Tujuh) desa yaitu Jumlah Rumah: 309 unit,
Jumlah KK: 580, Jumlah SAB: 500 Sedang, terdiri dari 5 (Lima) desa yaitu Jumlah
Rumah: 221 unit, Jumlah KK: 378, Jumlah SAB: 250. Berdasarkan dari laporan
dari Sanitarian Puskesmas Atap bencana banjir di Kecamatan Sembakung tidak
sampai menimbulkan korban jiwa. Tetapi dampak dan kerugian yang dialami
akibat bencana banjir ini adalah
1. Masalah penyakit-penyakit yang telah di tangani oleh Puskesmas selama
banjir yaitu :
a. Ispa akut (1303) : 138 kasus
b. Rematik (21) : 76 kasus
c. Gastritis (2201) : 26 kasus
d. Penyakit kulit alergi (2002) : 18 kasus
BAB II - 9
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
e. Penyakit kulit infeksi (2001) : 17 kasus
f. Ispa (1302) : 14 kasus
g. Gangguan saraf lainnya (0902) : 13 kasus
h. Hipertensi (12) : 12 kasus
i. Ruda paksa/kecelakaan (1901) : 12 kasus
j. Diare (0102) : 5 kasus
2. Merusak lahan sawah dan kebun warga 18 (Delapan Belas) desa di
kecamatan sembakung, sesuai sumber data statistik pertanian yaitu :
a. Lahan padi / lahan siap panen 418 Ha
b. Padi sawah tanam baru 71 Ha
c. Tanaman Palawija 32 Ha
d. Ternak Sapi, Kambing, Babi dan Unggas belum terdata
Faktor-faktor penyebab banjir di Kabupaten Nunukan antara lain:
1. Curah hujan yang tinggi dan intensitas hujan tinggi.
2. Karakteristik Topografi wilayah
3. Dimensi sungai belum mampu menampung debit banjir
4. Penyempitan dan pendangkalan akibat sampah dan sedimentasi
5. Pengaturan tata air sungai/ drainase belum maksimal
6. Pemanfaatan tata guna lahan/ perubahan tata guna lahan memperkecil daerah
resapan air
7. Kegiatan ulah manusia seperti perambahan hutan, pemotongan bukit dan
kegiatan pertambangan, pemukiman di bantaran sungai.
8. Pengaruh gelombang pasang
9. Penanganan banjir yang terhambat karena masalah sosial dan kendala teknis
10. Sarana pengendali banjir eksisting belum optimal
Upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Nunukan dalam
penanganan banjir secara terpadu melalui metose struktur dan metode non
struktur adalah :
1. Penanaman pohon di bantaran sungai- sungai secara berkelanjutan
2. Relokasi perumahan penduduk ke daerah yang lebih tinggi
BAB II - 10
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
- Konflik Gajah Kalimantan Kabupaten Nunukan merupakan satu-satunya kabupaten yang berada di
Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki habitat bagi satwa gajah, yang lebih
dikenal dengan nama Gajah Kerdil Kalimantan (Borneo Pygmi Elephant) dengan
nama latin Elephas maximus borneensis. Menurut sejarahnya, gajah di kalimantan
tercatat sejak 1930-an dari perkumpulan Hindia Belanda dan menurut beberapa
versi merupakan gajah yang didatangkan dari luar Kalimantan. Dari berbagai
manuskrip tentang asal usul gajah yang masih dipertahankan adalah hasil analisis
DNA gajah sabah, diketahui bahwa sekitar 300.000 tahun yang lalu gajah
Kalimantan terisolasi dari populasi gajah lainnya di daratan Asia lainnya. Dan dari
hasil analisa tes DNA bahwa gajah Kalimantan berbeda dengan subspesies gajah
di Sumatra dan daratan Asia lainnya, artinya gajah Kalimantan adalah binatang
pribumi.
Konflik gajah dengan manusia di Kecamatan Sebuku, Kabupaten
Nunukan sudah terjadi sejak tahun 2005, hal ini disebabkan oleh berubahanya
atau hilangnya habitat gajah Kalimantan menjadi perkebunan kelapa sawit,
pertambangan atau HPH. Seiring semakin terdesaknya kehidupan gajah akibat
konversi lahan menyebabkan terjadinya benturan kepentingan berupa konflik
antara manusia dengan gajah.
Upaya yang telah dilakukan antara lain:
1. Membentuk satuan tugas pengusir gajah di Kecamatan Sebuku yang terdiri
dari perwakilan desa-desa yang terkena konflik
2. Pengalokasian lahan/tata ruang bagi gajah
3. Penyadartahuan masyarakat melalui pelatihan dan penyuluhan menangani
prilaku gajah yang bekerjasama dengan WWF dan BKSDA Kaltim.
4. Melakukan studi habitat dan prilaku gajah yang bekerjasama dengan Fakultas
Kehutanan Universitas Mulawarman
2.1.2 Aspek Demografi Penduduk Kabupaten Nunukan pada tahun 2010 meningkat menjadi
140.842 jiwa dengan perincian 75.247 jiwa penduduk laki-laki (53,43 %) dan
65.595 jiwa penduduk perempuan (46,57%) dibandingkan dengan jumlah
penduduk pada tahun 2009 sebanyak 132.542 jiwa dan laju pertumbuhan
BAB II - 11
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
penduduk dalam periode 2009 – 2010 mencapai 6,26 %. Adapun pertumbuhan
penduduk Kabupaten Nunukan dari tahun 2000 - 2010 tergambar pada grafik 2.1 :
Grafik 2.2. Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Nunukan Tahun 2000 - 2010
Jumlah penduduk berdasarkan hasil sensus tahun 2010 adalah 140.842
jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk 9,87 jiwa per km². Pertumbuhan
penduduk yang terjadi juga merupakan dampak keberhasilan pembangunan yang
terjadi di Kabupaten Nunukan sehingga menarik minat pendatang baru untuk
tinggal di kabupaten ini.
Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah semakin
lengkapnya berbagai fasilitas publik yang dibutuhkan masyarakat, kemudian
dibukanya lapangan kerja di sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit dan
industri pengolahan kayu serta sektor jasa.
Kepadatan penduduk pada setiap Kecamatan menggambarkan pola
persebaran penduduk secara keseluruhan. Berdasarkan pola persebaran
penduduk Kabupaten Nunukan menurut luas wilayah terlihat belum merata,
sehingga terlihat adanya perbedaan kepadatan penduduk antar kecamatan.
Dari Lima Belas kecamatan yang ada terlihat bahwa Kecamatan Sebatik
memiliki kepadatan penduduk tertinggi, yaitu 211,20 jiwa/km2 diikuti oleh
Kecamatan Nunukan Selatan dengan kepadatan 85,23 jiwa/km2. Sedangkan
kepadatan penduduk Kabupaten Nunukan secara keseluruhan adalah 9,87
jiwa/km2.
BAB II - 12
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Ditinjau dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin, terlihat bahwa
pada tahun 2010 jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Nunukan masih lebih
banyak dibanding perempuan. Ini terlihat dari rasio jenis kelamin 114,71 artinya
pada setiap 100 orang perempuan terdapat 114 orang laki-laki.
Tabel 2.5. Jumlah desa, luas dan jumlah penduduk
No Kecamatan Jml Kelurahan
/Desa Luas (Km²)
Jumlah Penduduk
Kepadatan (Jiwa/Km²)
1. Nunukan 4 Kelurahan/5 Desa 1.421,98 53.646 37,72
2. Nunukan Selatan 4 Kelurahan 174,79 14.899 85,23
3. Sebatik 12 desa 104,42 22.054 211,20
4. Sebatik Barat 7 Desa 142,19 10.400 73,14
5. Sebuku 22 Desa 3.124,90 12.238 3,91
6. Lumbis 77 Desa 3.645,50 9.906 2,71
7. Sembakung 20 Desa 2.055,90 8.153 3,96
8. Krayan 65 Desa 1.837,54 7.245 3,94
9. Krayan Selatan 24 Desa 1.765,46 2.256 1,27
J u m l a h : 8 Kelurahan 232 Desa
14.263,68 140.842 9,87
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Pertumbuhan ekonomi di samping dapat berdampak pada peningkatan
pendapatan, pada akhimya juga akan berpengaruh pada pendapatan daerah.
Semakin mampu menggali potensi perekonomian daerah yang dimiliki akan
semakin besar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD), sehingga mampu meningkatkan keuangan daerah dalam
menunjang pelaksanaan otonomi daerah. Perkembangan pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Nunukan per tahun dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
BAB II - 13
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik 2.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Nunukan
Tahun 2000-2009 (persen)
Secara umum terlihat bahwa perekonomian Kabupaten Nunukan
mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan
PDRB dengan migas tumbuh 34,16 persen dan tanpa migas 17,66 persen pada
tahun 2001, kemudian pada tahun 2002 tumbuh sebesar 9,39 persen dengan
migas dan 10,07 tanpa migas dan pertumbuhannya melambat yaitu sebesar 5,97
persen dengan migas dan 6,82 tanpa migas pada tahun 2003. Pada tahun 2004
kembali menguat sebesar 9,19 persen dengan migas dan 13,02 tanpa migas.
Sementara pada tahun 2005, pertumbuhan sedikit lebih cepat daripada tahun
sebelumnya yaitu mencapai 9,56 persen dengan migas dan 16,85 tanpa migas,
kemudian pada tahun 2006 pertumbuhan kembali melambat, tercatat hanya
sebesar 1,30 persen dengan migas dan 7,29 tanpa migas. Pelambatan ini terjadi
karena ekspor yang selama dua tahun sebelumnya tumbuh sangat pesat, pada
tahun 2006 justru menurun hampir tiga persen. Sementara di sisi lain, impor yang
menjadi pengurang dalam penghitungan PDRB justru meningkat sangat besar.
Dan pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nunukan kembali
menguat sedikit 3,77 persen dengan migas dan 17,12 tanpa migas. Penguatan
laju pertumbuhan ini dipicu dari meningkatnya produksi tambang non migas yaitu
batu bara dan adanya industri CPO yang baru, sehingga nilai ekspor bertambah.
Dan penguatan masih terus berlanjut sampai tahun 2008 yang tercatat sebesar
BAB II - 14
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
4,08 persen dengan migas dan 14,43 tanpa migas. Tahun 2009 laju pertumbuhan
sedikit melambat menjadi sekitar 3,58 persen dengan migas dan 5,21 tanpa
migas.
Tabel 2.6. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kab. Nununkan Lapangan usaha 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
1. Pertanian 22,55 25,83 24,84
2. Pertambangan dan penggalian 53,70 46,77 46,48
3. Industri pengolahan 0,29 0,46 0,73
4. Listrik, gas dan air minum 0,40 0,45 0,44
5. Bangunan 4,22 4,54 4,91
6. Perdagangan, hotel dan restoran 10,58 11,54 11,08
8.Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
0,12 0,14 0,149
9. Jasa-jasa 6,33 8,25 9,29
Produk domestik regional bruto 100,000 100,000 100,000
Pertumbuhan ekonomi secara makro diartikan sebagai perkembangan kegiatan
usaha dalam perekonomian yang menyebabkan produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh masyarakat bertambah. Pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah
dapat diketahui melalui angka PDRB, untuk menghilangkan pengaruh fluktuasi
harga dalam penghitungan maka yang digunakan adalah atas dasar harga
konstan. Tahun 2009 PDRB dengan migas atas dasar harga konstan Kabupaten
Nunukan mencapai 1,344 triliun rupiah, meningkat sebesar 3,58 persen. Jika kita
melihat kondisi tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada
tahun 2008 lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi tahun 2008 mencapai 4,08 persen
sedangkan tahun 2007 sebesar 3,77 persen. Turunnya laju pertumbuhan ekonomi
ini terkait semakin berkurangnya tingkat produksi subsektor kehutanan dan
semakin berkurangnya tingkat produksi minyak mentah Kabupaten Nunukan.
Ditambah lagi faktor turunnya harga minyak mentah yang cukup tajam di tahun
2009.
BAB II - 15
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik. 2.4. Perkembangan Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000-2009 (Miliar Rupiah)
Secara keseluruhan, sektor-sektor ekonomi yang ada di Kabupaten
Nunukan selain sektor kehutanan, minyak dan gas bumi mengalami pertumbuhan
yang positif. Bila diurutkan menurut sektor ekonomi dari yang mengalami
pertumbuhan ekonomi tertinggi sampai yang terendah, maka pertumbuhan
tertinggi dihasilkan oleh sektor industri pengolahan yang mengalami pertumbuhan
26,94 persen, hal ini diakibatkan semakin bertambahnya kapasitas industri
pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) di Kabupaten Nunukan sehingga
mendongkrak pertumbuhan sektor industri pengolahan. Berikutnya, Sektor
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan
komunikasi serta sektor jasa-jasa memiliki tingkat pertumbuhan yang hampir sama
yaitu sekitar 11 persen.
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami
pertumbuhan sebesar 11,92 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi
mengalami pertumbuhan sebesar 11,86 persen. Sedangkan sektor jasa-jasa
mengalami pertumbuhan sebesar 11,76.
Sektor ekonomi yang tingkat pertumbuhannya menempati urutan kelima
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan tingkat pertumbuhan
sebesar 8,86 persen. Dibawahnya Sektor Listrik, Gas dan Air Minum tumbuh 8,43
persen. Selanjutnya adalah sektor Bangunan meningkat sebesar 7,33 persen.
Sektor yang mengalami tingkat pertumbuhan paling rendah sektor pertanian yang
BAB II - 16
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja pada Tahun 2009 ini
mengalami pertumbuhan yang cukup kecil yaitu sebesar 0,63 persen. Namun
demikian sektor pertanian tahun ini tingkat pertumbuhannya terhitung lebih baik
dibandingkan tingkat pertumbuhan tahun 2008 yang nilainya negatif 0,41 persen.
Tabel. 2.7. Pertumbuhan Ekonomi, PDRB, Pendapatan Perkapita Dengan Migas dan
Tanpa Migas
2007 2008 2009 2010
Migas Tanpa Migas
Migas Tanpa Migas
Migas Tanpa Migas
Migas Tanpa Migas
Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,09 14,44 3,45 5,05 3,45 5,05 5,53 7.89
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
2.570.817 1.647.866 3.173.385 2.359.783 3.318.636 2.779.193 3.844.757 3.361.987
PDRB Atas Dasar Harga Konstan
1.247.029 992.103 1.301.905 1.139.297 1.353.082 1.208.692 1.429.311 1.303.929
Pendapatan Perkapita
18.964 .000,- 22.371.000,- 21,700.000,- 21,700.000,-
Meskipun kontribusi subsektor minyak dan gas secara nominal cukup
dominan terhadap PDRB Kabupaten Nunukan, namun pertumbuhan ekonomi
dengan migas justru lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan
ekonomi tanpa migas. Pertumbuhan ekonomi dengan migas tercatat sebesar 3,58
persen sedangkan pertumbuhan ekonomi tanpa migas mencapai 5,21 persen.
Selisihnya hanya sekitar 1,63 persen.
Yang menjadi fenomena menarik adalah, dominasi kontribusi subsektor
minyak dan gas bumi tahun 2009 tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya, hal ini
disebabkan karena kontribusi subsektor minyak dan gas bumi tahun ini lebih kecil
bila dibandingkan kontribusi dari subsektor pertambangan tanpa migas yang tahun
ini mencapai 1 Triliun lebih atau sekitar 32 persen dari nilai total PDRB Kabupaten
BAB II - 17
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Nunukan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor non migas memiliki prospek
yang cerah bagi perkembangan perekonomian daerah, bahkan bukan tidak
mungkin pada masa yang akan datang sektor non migas dapat menopang
perekonomian daerah menggantikan peranan sektor migas, mengingat sektor
migas merupakan sektor yang potensi ekonominya terbatas serta tidak dapat
diperbaharui. Kondisi seperti inilah yang menjadi harapan bagi daerah baru yang
sedang berkembang seperti Kabupaten Nunukan sekarang ini. Sehingga
Pemerintah Kabupaten Nunukan perlu lebih memperhatikan pembangunan
ekonomi sektor-sektor di luar sektor migas. Misalnya pada subsektor perkebunan,
sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan lain-lain
yang memiliki pertumbuhan yang relatif tinggi.
Penyebab lebih rendahnya pertumbuhan dengan migas di samping karena
memang sektor non migas mengalami pertumbuhan yang pesat, juga karena
pertumbuhan subsektor minyak dan gas bumi negatif yang disebabkan produksi
minyak mentah semakin turun. Pertumbuhan subsektor ini pada tahun 2009
mencapai negatif 7,76 persen.
2.2.1. Kondisi Kemiskinan Daerah
A. Bidang Ketenagakerjaan Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Nunukan sejak tahun 2007 hingga
tahun 2009 mengalami penurunan dimana pada tahun 2007 dengan 24.600 Jiwa,
mengalami penurunan menjadi19.680 jiwa pada tahun 2008. Pada tahun 2009
penduduk miskin di Kabupaten Nunukan kembali mengalami penurunan menjadi
18.850 jiwa.
BAB II - 18
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik. 2.5. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan
Di Kabupaten Nunukan Tahun 2007 - 2010
Sumber data : Kaltim Dalam Angka 2010 Jumlah penduduk miskin
Tingkat kemiskinan
Tingkat kemiskinan di Kabupaten Nunukan masih berada dibawah rata-
rata nasional Jika di lihat dari perkembangan jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Nunukan secara keseluruhan sejak tahun 2007 sampai dengan tahun
2009 cenderung menurun dan jika dilihat garis kemiskinan nasional, Kabupaten
Nunukan masih berada dibawah rata-rata.
Namun jika berdasarkan standar provinsi Kalimantan Timur, Kabupaten
Nunukan masih berada di atas rata-rata garis kemiskinan bersama 10 (sepuluh)
kabupaten lain yang ada di Provinsi Kaltim. Jumlah Penduduk miskin Kabupaten
Nunukan adalah sebanyak 18.850 jiwa atau 13.47% dari jumlah penduduk.
BAB II - 19
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik. 2.6. Perbandingan Tingkat Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota, Rata-rata
Provinsi dan Nasional Tahun 2009
Sumber data : Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2010
Kabupaten/Kota
Provinsi
Nasional
Dari perkembangan tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Nunukan dari tahun 2007 – 2009 menunjukkan penurunan meskipun
masih berada diatas standar propinsi Kalimantan Timur. Hal ini menunjukkan
kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan Pemerintah Daerah
menunjukkan keberhasilan.
• Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan (P2)
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase
jumlah penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat
kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan. Selain harus mampu
memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga harus bisa
mengurangi tingkat kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index-P 1) dan
keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index- P 2) yang merupakan indikator
BAB II - 20
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
turunan garis kemiskinan yang dirumuskan oleh Foster-Greer-Thorbecke (FGT,
1984).
Indeks kedalaman kemiskinan (P 1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan
pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin. Semakin
tinggi nilai indeks ini semakin besar rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk
miskin terhadap garis kemiskinan. Berdasarkan Indeks Kedaman Kemiskinan di
Kabupaten Nunukan mengalami penurunan dari 3.49% pada tahun 2008 menjadi
2.73% pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi
2,17%.
Poverty Severity Index (P 2) sampai batas tertentu dapat memberikan gambaran
mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin dapat juga
digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan. Berdasarkan Indeks
keparahan kemiskinan, Kabupaten Nunukan mengalami penurunan dari 1.04%
pada tahun 2008 menjadi 0.81% pada tahun 2009 dan mengalami penurunan
menjadi 0,57%.
Dari kedua indicator tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan
mengalami penurunan pada tahun 2010.
Grafik.2.7. Perkembangan indikator indeks kedalaman kemiskinan dan keparahan
kemiskinan di Kabupaten Nunukan
Sumber Data : BPS Nunukan
BAB II - 21
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan dan
keparahan kemiskinan sejak tahun 2007 hingga tahun 2010 mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan Pemerintah Daerah telah mengambil kebijakan dan
keputusan yang tepat dalam menentukan program dan kegiatan dalam
pengentasan kemiskinan sehingga ketimpangan antar penduduk miskin semakin
berkurang . Namun demikian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan
harus tetap ditingkatkan mengingat jumlah penduduk miskin di Kabupaten
Nunukan cukup tinggi.
Indeks Kedalaman kemiskinan (P1) Kabupaten Nunukan masih berada diatas
rata-rata kedalaman kemiskinan Propinsi dan Nasional sejak tahun 2006 hingga
tahun 2010. Hal ini menjelaskan bahwa kesenjangan pengeluaran masing-masing
penduduk miskin di Kabupaten Nunukan masih lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat Propinsi maupun Nasional.
Grafik .2.8. Perbandingan indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Nunukan
terhadap rata-rata propinsi dan Nasional
Sumber Data : BPS Nunukan
BAB II - 22
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Indeks Keparahan kemiskinan (P2) Kabupaten Nunukan masih berada diatas rata-
rata tingkat keparahan kemiskinan Propinsi dan Nasional sejak tahun 2006 hingga
tahun 2010. Hal ini menjelaskan bahwa ketimpangan pengeluaran masing-
masing penduduk miskin di Kabupaten Nunukan masih lebih tinggi dibandingkan
dengan tingkat Propinsi maupun Nasional dan perlu perbaikan dalam mengambil
kebijakan dan keputusan dalam pelaksanaan program dan kegiatan
penanggulangan kemiskinan sehingga menjadi lebih efektif .
Grafik .2.9. Perbandingan indeks keparahan kemiskinan Kabupaten Nunukan
terhadap rata-rata propinsi dan Nasional
- Bidang Ketenagakerjaan Tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi sangat mempengaruhi
pertumbuhan angkatan kerja. Semakin bertambahnya penduduk usia kerja akan
berpengaruh pada pertambahan jumlah angkatan kerja, baik sebagai pekerja
maupun pencari kerja. Peningkatan tersebut jika tidak diimbangi dengan pasar
kerja yang besar maka akan menimbulkan dampak kerawanan sosial dengan
banyaknya pengangguran.
- Analisis Perkembangan Indikator Tingkat Pengangguran Terbuka
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Nunukan mengalami
fluktuatif setiap tahunnya. Pada tahun 2006 TPT di Kabupaten Nunukan mencapai
BAB II - 23
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
19,13%, turun menjadi 5,31%pada tahun 2007. TPT tahun 2008 kembali
meningkat menjadi 7,53 dan turun pada tahun 2009 menjadi 5,94. Pada tahun
2010 Tingkat Pengangguran Terbuka kembali naik mencapai 7,67%.
Hal ini menggambarkan bahwa jumlah/ kapasitas lapangan kerja tidak berimbang
dengan pencari kerja sehingga daya serap penduduk pencari kerja masih kurang.
Grafik .2.10. Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Nunukan
Tahun 2006 – 2010
Sumber Data : BPS Kab. Nunukan - Analisis Relativitas
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Nunukan sejak tahun 2006 –
2010 berdasarkan data dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2006 Pengangguran
terbuka Kabupaten Nunukan lebih tinggi dari target Propinsi (11,9%) dan
Nasional (13,4%) yaitu 19,13%. Namun sejak tahun 2007 hingga tahun 2010
Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Nunukan mengalami penurunan
yang cukup signifikan yaitu 7,67% pada tahun 2010. Dalam kurun waktu tersebut
tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Nunukan berada dibawah target yang
ditetapkan oleh Propinsi kalimantan Timur dan tingkat Nasional.
BAB II - 24
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik .2.11. Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Nunukan
dengan Provinsi Kalimantan Timur dan Nasional
Sumber Data : BPS Kabupaten Nunukan
Melihat perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka di
Kabupaten Nunukan yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya menggambarkan
bahwa pasar kerja yang tersedia tidak berimbang dengan pencari kerja yang ada.
Peningkatan produktifitas tenaga kerja (Sumber Daya Manusia) harus menjadi
perhatian penting mengingat persaingan dalam dunia kerja setiap tahunnya
semakin tinggi. Peningkatan SDM yang dilaksanakan tidak akan bermanfaat
secara maksimal jika tidak diimbangi dengan penyediaan pasar kerja. Untuk itu
Peningkatan Produktifitas dan penyediaan pasar harus dilakukan secara
seimbang sehingga tingkat pengangguran dapat diturunkan.
1. Analisis Relevansi dan Efektifitas
- Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Berikut ini analisis relevansi jumlah penduduk miskin Kabupaten Nunukan dengan
Propinsi Kalimantan Timur :
BAB II - 25
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik .2.12. Analisis relevansi Jumlah penduduk miskin Kabupaten Nunukan dan
Propinsi Kalimantan Timur
Sumber Data : BPS Nunukan
Perkembangan jumlah penduduk miskin di tingkat propinsi sejak tahun 2006 s/d
2009 mengalami penurunan hingga 239.200 jiwa, namun menngalami
peningkatan pada tahun 2010 menjadi 243.000 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk
miskin Kabupaten Nunukan mengalami penurunan dari tahun 2006 yang
mencapai 24.600 jiwa hingga mencapai 17.700 jiwa pada tahun 2010. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan jumlah penduduk miskin Kabupaten Nunukan
tidak searah dengan Pemerintah Propinsi.
Grafik diatas juga menunjukkan pembangunan di Kabupaten Nunukan cukup
dalam menurunkan jumlah penduduk miskin.
Berikut ini analisis relevansi tingkat Kemiskinan di Kabupaten Nunukan dan
Pemerintah Propinsi :
BAB II - 26
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik .2.13.
Analisis Tingkat Kemiskinan Pemeintah Kabupaten dan Propinsi
Sumber Data : BPS Nunukan
Grafik diatas menggambarkan bahwa tingkat kemiskinan di Kabupaten Nunukan
mengalami penurunan dari 20,02% pada tahun 2007 menjadi 12,45% pada tahun
2010. Di tingkat Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur tingkat kemiskinan
mengalami penurunan dari 11,04% pada tahun 2007 menjadi 7,66% pada tahun
2010. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan tingkat kemiskinan di
Kabupaten Nunukan dan Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur cukup relevan.
Selain itu perkembangan tingkat kemiskinan di tingkat Kabupaten Nunukan yang
mengalami penurunan menunjukkan bahwa pembangunan yang dilaksanakan
cukup efektif dalam menekan tingkat kemiskinan.
- Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Berikut ini grafik analisis Indeks Keparahan dan Kedalaman Kabupaten Nunukan
dan Propinsi Kalimantan Timur :
BAB II - 27
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik.2.14. Analisis Relevansi Indeks Kedalaman Kabupaten Nunukan dan
Propinsi Kalimantan Timur
Sumber Data : BPS Nunukan
Grafik diatas menggambarkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan di
Kabupaten Nunukan mengalami penurunan dari 4,87% pada tahun 2007 menjadi
2,17% pada tahun 2010. Di tingkat Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur indeks
kedalaman kemiskinan mengalami penurunan dari 1,81% pada tahun 2007
menjadi 1,51% pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan
tingkat kemiskinan di Kabupaten Nunukan dan Pemerintah Propinsi Kalimantan
Timur cukup relevan.
Selain itu perkembangan indeks kedalaman kemiskinan di tingkat Kabupaten
Nunukan yang mengalami penurunan menunjukkan bahwa pembangunan yang
dilaksanakan cukup efektif.
Berikut ini grafik analisis Indeks Keparahan dan Kedalaman Kabupaten Nunukan
dan Propinsi Kalimantan Timur :
BAB II - 28
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik.2.15. Analisis Relevansi Indeks keparahan Kabupaten Nunukan dan
Propinsi Kalimantan Timur
Sumber Data : BPS Nunukan
Grafik diatas menggambarkan bahwa indeks keparahan kemiskinan di Kabupaten
Nunukan mengalami penurunan dari 1,55% pada tahun 2007 menjadi 0,57% pada
tahun 2010. Di tingkat Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur indeks keparahan
kemiskinan mengalami fluktuatif dari 1,81% pada tahun 2007 menurun pada tahun
2008 mencapai 0,395 dan meningkat pada tahun 2009 menjadi 0,43% pada tahun
2010. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan tingkat kemiskinan di
Kabupaten Nunukan dan Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur kurang relevan.
Selain itu perkembangan indeks keparahan kemiskinan di tingkat Kabupaten
Nunukan yang mengalami penurunan menunjukkan bahwa pembangunan yang
dilaksanakan cukup efektif dalam rangka penanggulangan kemiskinan.
- Tingkat Pengangguran Terbuka Berikut ini grafik analisis Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Nunukan
dan Propinsi Kalimantan Timur :
BAB II - 29
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik.2.16. Analisis Relevansi dan efektifitas Tingkat Pengangguran Terbuka
Kabupaten Nunukan dan Propinsi Kalimantan Timur
Sumber Data : BPS Nunukan
Grafik diatas menggambarkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten
Nunukan mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya seperti terlihat
pada grafik diatas. Di tingkat Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur Tingkat
Pengangguran Terbuka mengalami penurunan dari 13,4% pada tahun 2007
menjadi 11,1% pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan
tingkat kemiskinan di Kabupaten Nunukan dan Pemerintah Propinsi Kalimantan
Timur kurang relevan.
Selain itu perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka di tingkat Kabupaten
Nunukan yang mengalami kenaikan dan penurunan menunjukkan bahwa
pembangunan yang dilaksanakan kurang efektif dalam membuka kesempatan
kerja .
A. Bidang Kesehatan Salah satu ukuran yang seringkali digunakan untuk menilai keberhasilan
pembangunan yang dilakukan oleh suatu negara atau daerah adalah kesehatan
masyarakat. Berbagai indikator dapat digunakan untuk menilai kepedulian
pemerintah daerah dalam peningkatan kesehatan masyarakat.
BAB II - 30
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
1. Perkembangan antar waktu dan antar wilayah
a. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup Indikator ini menggambarkan rata-rata jumlah kematian bayi pada setiap
1.000 kelahiran hidup. Semakin rendah angka kematian bayi per 1.000
kelahiran hidup menunjukkan adanya peningkatan kesehatan bayi dan
sebaliknya semakin sedikit angka kematian bayi per 1.000 kelahiran,
menunjukkan adanya penurunan terhadap kesehatan bayi.
Perkembangan angka kematian bayi dapat dilihat sebagai berikut :
Grafik.2.17.
Perkembangan Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup Tahun 2006 – 2010
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab.Nunukan
Dari tabel tersebut menunjukkan rata-rata angka kematian bayi per 1.000
kelahiran hidup mengalami trend yang fluktuatif dari tahun ke tahun, yaitu
pada tahun 2006 sejumlah 40 bayi, menurun menjadi 2,74 pada tahun 2007,
selanjutnya naik menjadi 19,06 pada tahun 2008, dan menurun menjadi 10,03
pada tahun 2009 akan tetapi meningkat pada tahun 2010 mencapai 13,57 per
1.000 kelahiran hidup. Capaian kinerja yang diperoleh dan terealisasikan
setiap tahunnya masih berada dibawah dari target yang ditetapkan dalam
RPJMD yaitu 40 per 1.000 Kelahiran hidup.
BAB II - 31
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Perkembangan Angka Kematian Bayi per Kecamatan dapat dilihat dari
grafik sebagai berikut :
Grafik.2.18. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) tingak Kecamatan dengan
Target Kabupaten dan Propinsi Tahun 2010
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab.Nunukan
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa dari 9 (sembilan) Kecamatan hanya
satu Kecamatan yang tidak melampaui taget Kabupaten yaitu Kecamatan
Sembakung dimana Angka Kematian Bayi mencapai 43,01 per kelahiran
Hidup lebih tinggi dibandingkan target kabupaten yaitu 40 per KH. Selain
itu, terdapat 3 (tiga) Kecamatan yang masih berada diatas target Propinsi
yaitu Kecamatan Sembakung (43,01per 1.000 KH), Kecamatan Krayan
(34,48 per 1.000 KH) dan Kecamatan Nunukan Selatan (27,91 per 1.000
KH).
b. Angka Kematian Ibu Melahirkan
Indikator ini menggambarkan rata-rata jumlah kematian ibu pada setiap
100.000 kelahiran hidup.
Semakin rendah angka kematian ibu per 1.000 kelahiran hidup
menunjukkan adanya peningkatan kesehatan ibu dan sebaliknya semakin
BAB II - 32
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
sedikit angka kematian ibu per 1.000 kelahiran, menunjukkan adanya
penurunan terhadap kesehatan ibu melahirkan
Perkembangan Angka kematian Ibu (Maternal) per 100.000 kelahiran hidup
dari tahun 2006 s.d. 2009 dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :
Grafik.2.19. Perkembangan Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup
Tahun 2006 – 2010
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab.Nunukan
Berdasarkan RPJMD kabupaten Nunukan target kinerja angka kematian
Ibu (maternal) per 100.000 kelahiran hidup dari tahun 2006 s.d. 2010
ditetapkan menurun dari tahun ke tahun yaitu dari 160,97 menurun menjadi
160 pada tahun 2007, selanjutnya diharapkan menurun sejumlah 145 ibu
dari tahun ke tahun s.d. akhir tahun 2010.
Dari tabel tersebut menunjukkan angka kematian Ibu (maternal) per
100.000 kelahiran hidup menunjukkan trend yang fluktuatif, yaitu pada
tahun 2006 sebesar 160,97 menurun menjadi 156,80 pada tahun 2007,
menurun lagi menjadi 86,88 pada tahun 2008, dan selanjutnya meningkat
menjadi 161,76.pada tahun 2009 dan kembali turun menjadi 64,64 pada
tahun 2010.
BAB II - 33
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Cakupan Angka kematian Ibu Melahirkan Tingkat Kabupaten ini pada
tahun 2010 lebih rendah dibandingkan dengan target yang ditetapkan
pada tahun 2010 yaitu 145 per 100.000 Kelahiran Hidup.
c. Prevalensi Balita Kekurangan Gizi
Indikator ini menggambarkan persentase jumlah balita yang memiliki
status gizi kurang yang pengukurannya didasarkan pada jumlah balita
dengan status gizi kurang dibagi dengan total jumlah balita yang ada.
Semakin rendah cakupan balita gizi kurang menggambarkan adanya
peningkatan kesehatan balita dan sebaliknya semakin tinggi cakupan
balita dengan gizi kurang menunjukkan adanya penurunan kesehatan
terhadap balita.
Perkembangan cakupan balita gizi kurang dari tahun 2007 s.d. tahun
2009 dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :
Grafik.2.20.
Perkembangan Cakupan Balita Gizi kurang Tahun 2006 – 2010
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab.Nunukan
Realisasi perkembangan cakupan balita gizi kurang dari tahun 2006
s.d. 2009 menunujukkan trend yang fluktuatif. Pada tahun 2006 angka
balita gizi buruk adalah sebesar 38% menurun menjadi 0,38% pada
tahun 2007, selanjutnya pada tahun 2008 juga mengalami penurunan
BAB II - 34
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
menjadi 0,08 %, namun pada tahun 2009 mengalami peningkatan
menjadi 1,74% dan pada tahun 2010 kembali meningkat menjadi
2,83%.
Grafik.2.21.
Perbandingan Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Menurut Kecamatan, Kabupaten/Kota, Rata-rata Provinsi Tahun 2009
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab.Nunukan
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa hanya Kecamatan Krayan
Selatan (24,03 %) yang capaian Prevalensi Balita Kekurangan Gizi
berada diatas target yang ditargetkan tingkat kabupaten (15%) dan
Prropinsi (17,5%). Hal ini terjadi mengingat kecamatan Krayan selatan
merupakan kecamatan yang terisolasi dan tingkat kesadaran
masyarakatnya masih rendah. Untuk mencapai kecamatan tersebut
hanya dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat perintis melalui
Kecamatan Krayan dilanjutkan dengan transportasi darat selama ± 12
jam.
2.2.2 Relevansi dan Efektivitas Program Analisis Relevansi digunakan untuk menilai sejauh mana
pembangunan yang dijalankan relevan terhadap sasaran atau
kebutuhan daerah dalam menjawab permasalahannya dan
BAB II - 35
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
perkembangan indikator seyogyanya searah dengan perkembangan
indikator diatasnya.
a. Angka kematian Bayi
Relevansi angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hiduptingkat Kabupaten dan Propinsi dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Grafik.2.22. Relevansi Angka Kematian bayi per 1.000 kelahiran Hidup
Kabupaten Nunukan
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab.Nunukan
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan Angka
Kematian Bayi Kabupaten Nunukan dengan propinsi Kurang Relevan.
Hal ini terjadi karena karena perkembangan angka kematian bayi
tingkat Kabupaten bersifat fluktuatif dibandingkan dengan capaian
tingkat propinsi Kalimantan Timur.
Berikut ini grafik analisis efektifitas angka kematian bayi per 1.000
kelahiran hidup di Kabupaten Nunukan :
BAB II - 36
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik.2.23. Analisis Efektifitas Angka Kematian Bayi per 1.000
Kelahiran Hidup Kabupaten Nunukan
Sumber Data Dinas Kesehatan kabupaten Nunukan
Perkembangan Angka Kematian Bayi Kabupaten Nunukan dari tahun
2006 hingga tahun 2010 menunjukkan capaian yang fluktuatif. Hal ini
menunjukkan bahwa pembangunan yang dilakukan di Kabupaten
Nunukan belum efektif mendukung capaian indikator angka Kematian
Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup.
b. Angka Kematian Ibu Melahirkan Angka Kematian Ibu melahirkan dari tahun 2006 hingga 2010
menunjukka fluktuatif, grafik dibawah ini menunjukkan analisis
efektifitas indikator tersebut:
Grafik.2.24. Perkembangan Analisis Efektifitas Angka Kematian Ibu Melahirkan
Kabupaten Nunukan
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab.Nunukan
BAB II - 37
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Dari grafik diatas terlihat bahwa trend angka kematian ibu melahirkan
tidak menunjukkan penurunan setiap tahunnya meskipun capaian
indikator tersebut secara umum lebih baik dari target RPJMD yang
telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan program yang dilaksanakan
untuk menurunkan indikator tersebut diatas belum efektif serta
konsisten dan ini perlu menjadi perhatian bagi Pemerintah Daerah
terutama instansi terkait.
c. Balita Gizi Kurang Analisis prevalensi Balita Gizi Kurang menunjukkan peningkatan
seperti pada grafik dibawah ini:
Indikator ini menggambarkan persentase jumlah balita yang memiliki
status gizi kurang yang pengukurannya didasarkan pada jumlah balita
dengan status gizi buruk dibagi dengan total jumlah balita yang ada.
Grafik.2.25.
Analisis Efektifitas Prevalensi Balita Gizi Kurang Tahun 2007 – 2010
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kabupaten Nunukan
Persentase Prevalensi Balita Gizi Kurang sejak tahun 2008
mengalami peningkatan dari 0,08 pada tahun 2008 menjadi 1,74 pada
tahun 2009 dan mencapai 2,83 pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan
adanya penurunan kesehatan terhadap balita dan pelaksanaan
program yang mendukung indikator dimaksud seperti pemberian
BAB II - 38
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
makanan tambahan bagi balita gizi kurang perlu ditingkatkan. Selain
itu peningkatan Prevalensi Balita Gizi Kurang setiap tahunnya
menunjukkan bahwa program yang dilaksanakan belum efektif dan
tepat sasaran dalam mendukung indikator dimaksud.
B. Bidang Pendidikan Tingginya biaya pendidikan menyebabkan akses masyarakat miskin
terhadap pendidikan menjadi terbatas. Sesuai dengan ketentuan biaya SPP
dari jenjang SD/MI sampai SLTA/MAN telah secara resmi dihapuskan.
Namun kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat tetap harus membayar
berbagai iuran sekolah seperti pembelian buku, alat tulis, pakaian seragam,
sepatu seragam dan bimbingan belajar tambahan. Berbagai iuran tersebut
menjadi penghambat bagi masyarakat miskin untuk menyekolahkan
anaknya.
Pendidikan formal belum dapat menjangkau secara merata seluruh lapisan
masyarakat, hal ini ditunjukkan adanya kesejangan antara penduduk kaya
dan penduduk miskin dalam partisipasi pendidikan baik diukur dari angka
putus sekolah (APS), angka partisipasi kasar (APK), maupun angka
partisipasi murni (APM), tanpa bekal pendidikan yang memadai mereka akan
sulit untuk keluar dari jebakan kemiskinan dan menghindarkan diri dari
lingkaran kemiskinan.
1. Perkembangan Antar Waktu dan Antar Wilayah a. Angka Putus Sekolah (APS)
Indikator ini menggambarkan perbandingan jumlah siswa yang putus
sekolah dengan jumlah siswa baik ditingkat Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas
(SMA).
Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa angka putus sekolah
baik di tingkat SD, SMP maupun SMA mengalami penurunan. Hal ini
menunjukkan program pendidikan yang dilaksanakan menunjukkan
keberhasilan dan kesadaran masyarakat tentang pendidikan
menunjukkan peningkatan meskipun perlu perbaikan dalam sistem
dan peningkatan mutu pendidikan.
BAB II - 39
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik.2.26. Target dan Realisasi APS Berbagai Jenjang Pendidikan
Tahun 2006 – 2010
Sumber Data: Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan
b. Angka Partisipasi Kasar (APK)
• Perkembangan APK di Kabupaten Nunukan
Indikator ini menunjukkan perbandingan Jumlah siswa
sekolah pada tingkatan tertentu dengan jumlah penduduk
pada usia tertentu. Semakin tinggi APK menggambarkan
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
memberikan kesempatan terhadap anaknya dalam
mengenyam pendidikan.
APK di Kabupaten Nunukan menunjukkan angka yang
fluktuatif tetapi tidak terlalu signifikan.
APK jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) mengalami
penurunan pada tahun 2007 yaitu 79,58%, namun
meningkat pada tahun 2008 menjadi 97,58% dan 116,57
pada tahun 2009.
Pada jenjang pendidikan SMP juga mengalami hal yang
sama yaitu mengalami penurunan pada tahun 2007 pada
BAB II - 40
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
80,35% dan kembali meningkat pada tahun berikutnya
hingga 80,49 pada tahun 2009.
Sedangkan untuk jenjang SMA, APK Kabupaten Nunukan
mengalami kenaikan dan penurunan dimana pada tahun
2007 mencapai 30,48%, pada tahun 2008 meningkat
menjadi 55,60% dan kembali turun pada tahun 2009 hingga
53,37%.
Grafik.2.27. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Berbagai
Jenjang Pendidikan Tahun 2006 – 2009
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Nunukan
• Perkembangan APK antar Kecamatan di Kabupaten Nunukan
Data diatas menggambarkan bahwa daya serap penduduk
usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan masih
belum optimal. Target APK Kabupaten Nunukan untuk
jenjang SD adalah 137,71 % dan Propinsi adalah
110,45%. Target ini masih diatas dari pencapaian yang
dicapai oleh 9 (sembilan) kecamatan di Kabupaten
Nunukan.
BAB II - 41
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik.2.28. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar Tingkat Sekolah
Dasar (SD)
Sumber data : Dinas Pendidikan Kab. Nunukan
Meskipun masih dibawah target yang ditetapkan
Kabupaten dan Propinsi, Capaian APK jenjang SD
ditingkat kecamatan cukup memuaskan yaitu masih berada
diatas 90%. Capaian APK tertinggi terdapat di Kecamatan
Lumbis sedangkan yang terendah ada di kecamatan
Krayan yang mencapai 88,19%.
Target APK Kabupaten Nunukan untuk jenjang SMP
adalah 96,57 %, Propinsi adalah 88,77% dan hanya 3 (tiga)
kecamatan yang dapat melampaui target APK jenjang
SMP tingkat Propinsi yaitu Kecamatan Krayan (91,56),
Krayan selatan(104,85) dan Nunukan Selatan(99,47) dan 2
(dua) kecamatan yang dapat melampaui target APK
jenjang SMP tingkat Kabupaten yaitu Kecamatan Krayan,
Krayan selatan. Sedangkan Kecamatan lain masih berada
dibawah dari target yang ditetapkan oleh Propinsi dan
Kabupaten.
BAB II - 42
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik.2.29.
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Sumber : Dinas Pendidikan
Meskipun masih dibawah target yang ditetapkan, Capaian
APK jenjang SMP ditingkat kecamatan cukup memuaskan
yaitu masih berada diatas 60%. Capaian APK terendah ada
di kecamatan Sebuku yang mencapai 61,04%.
Target APK Kabupaten Nunukan untuk jenjang SMA adalah
965,44%, Propinsi adalah 76,54% dan hanya 1 (satu)
kecamatan yang dapat melampaui target APK jenjang SMP
tingkat Propinsi maupun Kabupaten yaitu Kecamatan Krayan
(98,63. Sedangkan Kecamatan lain masih berada dibawah
dari target yang ditetapkan oleh Propinsi dan Kabupaten dan
terdapat beberapa kecamatan yang pencapaian APK masih
rendah yaitu Kecamatan Krayan Selatan (17,86), Sebatik
Barat (29,35%).
BAB II - 43
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik.2.30. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)
Sumber Data : Dinas Pendidikan
Hal ini disebabkan angka putus sekolah dan siswa yang tidak
melanjutkan ke jenjang SMA sangat tinggi dan ini perlu
dijadikan perhatian Pemerintah Daerah .
Dari ketiga grafik diatas dapat disampaikan bahwa
APK untuk tingkat SD, SMP, SMA di 9 (sembilan) Kecamatan
rata-rata masih berada dibawah target Propinsi dan
Kabupaten yang telah ditetapkan. Hal – hal yang perlu
dilakukan untuk menaikkan capaian indikator Angka
Partisipasi Kasar antara lain:
a) Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan anak usia
dini.
b) Memberikan bantuan pendidikan pada anak yang kurang
mampu .
c) Membangun rumah singggah / asrama anak sekolah yang
tempat tinggalnya jauh dari sarana pendidikan.
BAB II - 44
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
d) Meningkatkan minat dan perhatian orang tua akan
pentingnya pendidikan
c. Angka Partisipasi Murni (APM)
• Perkembangan APM di Kabupaten Nunukan
Indikator ini menunjukkan perbandingan Jumlah siswa
sekolah pada tingkat umur tertentu dengan jumlah
penduduk pada usia tertentu. Semakin tinggi APM
menggambarkan semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat untuk memberikan kesempatan terhadap
anaknya dalam mengenyam pendidikan.
APM di Kabupaten Nunukan menunjukkan angka yang
fluktuatif tetapi tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2007,
APM jenjang SD, SMP dan SMA mengalami penurunan
tetapi meningkat ditahun berikutnya hingga tahun 2009.
Grafik.2.31. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Berbagai
Jenjang Pendidikan Tahun 2006 – 2009
Sumber Data : Dinas Pendidikan Kab.Nunukan
BAB II - 45
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
• Perkembangan APM antar Kecamatan di Kabupaten Nunukan
Grafik dibawah ini menggambarkan Target APM Kabupaten
Nunukan untuk jenjang SD adalah 94,87 %, Propinsi adalah
93,74% dan hanya 1 (satu) kecamatan yang dapat
melampaui target APK jenjang SD tingkat Propinsi maupun
Kabupaten yaitu Kecamatan Lumbis (95,5). Sedangkan
Kecamatan lain masih berada dibawah dari target yang
ditetapkan oleh Propinsi dan Kabupaten.
Grafik.2.32.
Perbandingan Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang SD tingkat Kecamatan dengan Target Kabupaten dan Propinsi
Sumber data : Dinas Pendidikan Kab.Nunukan.
Meskipun masih dibawah target yang ditetapkan, Capaian
APM jenjang SD ditingkat kecamatan cukup memuaskan
yaitu masih berada diatas 70%. Capaian APK terendah ada
di kecamatan Krayan yang mencapai 71,26%.
BAB II - 46
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik.2.33. Perbandingan Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang SMP tingkat Kecamatan dengan Target Kabupaten dan Propinsi
Sumber data : Dinas Pendidikan Kab.Nunukan.
Grafik diatas menggambarkan Target APM Kabupaten
Nunukan untuk jenjang SMP adalah 59,47 %, Propinsi adalah
72,06%. Dari data tersebut terdapat 2 (dua) kecamatan yang
dapat melampaui target APK jenjang SMP baik tingkat
Propinsi maupun Kabupaten yaitu Kecamatan Nunukan
Selatan (85,9 %) dan Kecamatan Krayan Selatan (73,3%) dan
1 (satu) kecamatan yang melampaui target Kabupaten yaitu
Kecamatan Krayan (61,73). Sedangkan Kecamatan lain masih
berada dibawah dari target yang ditetapkan oleh Propinsi dan
Kabupaten. Meskipun masih dibawah target yang ditetapkan,
Capaian APM jenjang SMP ditingkat kecamatan cukup
memuaskan yaitu masih berada diatas 50% kecuali
Kecamatan Sebuku yang capaian kinerja untuk APM hanya
34,67%.
BAB II - 47
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik.2.34. Perbandingan Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang SMA tingkat Kecamatan dengan Target Kabupaten dan Propinsi
Sumber data : Dinas Pendidikan Kab.Nunukan.
Grafik diatas menggambarkan Target APM Kabupaten
Nunukan untuk jenjang SMA adalah 37,87 % dan Propinsi
adalah 53,1%. Dari data tersebut terdapat 2 (dua) kecamatan
yang dapat melampaui target APK jenjang SMP baik tingkat
Propinsi maupun Kabupaten yaitu Kecamatan Sebatik (81,57
%) dan Kecamatan Krayan (68,11%) dan 2 (dua) kecamatan
yang hanya melampaui target Kabupaten yaitu Kecamatan
Lumbis (49,47 %) dan Kecamatan Nunukan (44,99).
Sedangkan Kecamatan lain masih berada dibawah dari target
yang ditetapkan oleh Propinsi dan Kabupaten. Kecamatan
yang memiliki APM terendah yaitu Kecamatan Krayan Selatan
(17,86 %).
Beberapa hambatan yang dihadapi sehingga capaian kinerja
untuk APM masih rendah yaitu :
BAB II - 48
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
a. Banyaknya penduduk usia sekolah yang turut serta
bekerja di sektor agrobisnis dengan orang tuanya
daripada duduk di bangku pendidikan.
b. Pola pikir orang tua terhadap pentingnya pendidikan bagi
anak-anaknya masih terbatas.
c. Faktor ekonomi orang tua yang tidak menentukan dalam
mencari nafkah sehingga anak dilibatkan untuk mencari
nafkah.
2. Analisis Relevansi dan Efektifitas a. Angka Partisipasi Kasar
Analisis relevansi terhadap indikator Angka Partisipasi Kasar jenjang
Sekolah Dasar dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik.2.35. Analisis Relevansi Angka Partisipasi Kasar Jenjang Sekolah Dasar
Antara Kabupaten terhadap Propinsi
Sumber Data : Dinas Pendidikan Kab. Nunukan
Grafik diatas menggambarkan capain indikator APK jenjang SD tingkat
Propinsi dari tahun 2008 hingga tahun 2009 mengalami penurunan
yaitu 112,35% menjadi 110,45%. Sedangkan capaian indikator APK
jenjang SD tingkat Kabupaten mengalami peningkatan dari tahun 2008
yaitu 97,58% menjadi 116,57% pada tahun 2009 meskipun
BAB II - 49
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 98,18%. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan indikator ini di tingkat Kabupaten
tidak relevan atau tidak searah dengan perkembangan di tingkat
Propinsi. Berikut ini grafik analisis efektifitas perkembangan APK
jenjang SD di Kabupaten Nunukan :
Grafik.2.36. Analisis Efektifitas perkembangan APK jenjang SD
di Kabupaten Nunukan
Sumber Data: Dinas Pendidikan Kab. Nunukan
Grafik diatas menunjukkan bahwa perkembangan APK jenjang SD
sejak tahun 2007 hingga tahun 2009 mengalami peningkatan yaitu
79,58% tahun 2007 menjadi 116,57 pada tahun 2009, akan tetapi
mengalami penurunan pada tahun 2010 yaitu 98,18%. Meskipun
capaian indikator ini telah melampaui target yang ditetapkan dalam
RPJMD tetapi grafik ini menggambarkan bahwa program yang
dilaksanakan kurang efektif dalam mendukung capaian indikator ini.
Analisis relevansi terhadap indikator Angka Partisipasi Kasar jenjang
Sekolah Menengah Pertama dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
BAB II - 50
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik.2.37.
Analisis Relevansi Angka Partisipasi Kasar Jenjang Sekolah Menengah Pertama Antara Kabupaten dan Propinsi
Sumber Data : Dinas Pendidikan Kab. Nunukan
Grafik diatas menggambarkan capain indikator APK jenjang SMP
tingkat Propinsi dari tahun 2008 hingga tahun 2009 mengalami
penurunan yaitu 97,25% menjadi 88,77%. Sedangkan capaian
indikator APK jenjang SD tingkat Kabupaten mengalami peningkatan
dari tahun 2008 yaitu 76,25% menjadi 80,49% pada tahun 2009
meskipun mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 72,35%.
Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan indikator ini di tingkat
Kabupaten tidak relevan atau tidak searah dengan perkembangan di
tingkat Propinsi.
Berikut ini grafik analisis efektifitas perkembangan APK jenjang SD di
Kabupaten Nunukan
BAB II - 51
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik.2.38. Analisis Efektifitas perkembangan APK jenjang SMP
di Kabupaten Nunukan
Sumber Data: Dinas Pendidikan Kab. Nunukan
Grafik diatas menunjukkan bahwa perkembangan APK jenjang SMP
sejak tahun 2007 hingga tahun 2009 mengalami peningkatan yaitu
60,64% tahun 2007 menjadi 80,49% pada tahun 2009, akan tetapi
mengalami penurunan pada tahun 2010 yaitu 72,35%. Meskipun
capaian indikator ini telah melampaui target yang ditetapkan dalam
RPJMD tetapi grafik ini menggambarkan bahwa program yang
dilaksanakan kurang efektif dalam mendukung capaian indikator ini.
Analisis relevansi terhadap indikator Angka Partisipasi Kasar jenjang
Sekolah Menengah Atas dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik.2.39.
Analisis Relevansi Angka Partisipasi Kasar Jenjang Sekolah Menengah Atas Antara Kabupaten dan Propinsi
Sumber Data : Dinas Pendidikan Kab. Nunukan
BAB II - 52
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik diatas menggambarkan capaian indikator APK jenjang SMP
tingkat Propinsi dari tahun 2008 hingga tahun 2009 menngalami
peningkatan yaitu 71,26% menjadi 76,54%. Sedangkan capaian
indikator APK jenjang SD tingkat Kabupaten mengalami penurunan
dari tahun 2008 yaitu 59,09% menjadi 57,37% pada tahun 2009 dan
pada tahun 2010 menjadi 53,97%. Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan indikator ini di tingkat Kabupaten tidak relevan atau
tidak searah dengan perkembangan di tingkat Propinsi.
Selain itu Grafik diatas menunjukkan bahwa perkembangan APK
jenjang SMA di Kabupaten Nunukan sejak tahun 2007 hingga tahun
2010 mengalami penurunan . Meskipun capaian indikator ini telah
melampaui target yang ditetapkan dalam RPJMD tetapi grafik ini
menggambarkan bahwa program yang dilaksanakan kurang efektif
dalam mendukung capaian indikator ini.
b. Angka Partisipasi Murni Analisis relevansi terhadap indikator Angka Partisipasi Murni jenjang
Sekolah Dasar dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik.2.40.
Analisis Relevansi Angka Partisipasi Murni Jenjang Sekolah Dasar Antara Kabupaten terhadap Propinsi
Sumber Data : Dinas Pendidikan Kab. Nunukan
BAB II - 53
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik diatas menggambarkan capain indikator APM jenjang SD tingkat
Propinsi dari tahun 2008 hingga tahun 2009 mengalami peningkatan
yaitu 93,59% menjadi 93,74%. Sedangkan capaian indikator APM
jenjang SD tingkat Kabupaten mengalami peningkatan dari tahun 2008
yaitu 85,06% menjadi 97,74% pada tahun 2009 dan mengalami
penurunan pada tahun 2010 menjadi 84,51%. Hal ini menunjukkan
bahwa perkembangan indikator ini di tingkat Kabupaten tidak relevan
atau tidak searah dengan perkembangan di tingkat Propinsi.
Berikut ini grafik analisis efektifitas perkembangan APM jenjang SD di
Kabupaten Nunukan :
Grafik.2.41. Analisis Efektifitas perkembangan APM jenjang SD
di Kabupaten Nunukan
Sumber Data: Dinas Pendidikan Kab. Nunukan
Grafik diatas menunjukkan bahwa perkembangan APM jenjang SD
sejak tahun 2007 hingga tahun 2009 mengalami peningkatan yaitu
78,47% tahun 2007 menjadi 97,74% pada tahun 2009, akan tetapi
mengalami penurunan pada tahun 2010 mencapai 84,51%. Meskipun
capaian indikator ini telah melampaui target yang ditetapkan dalam
RPJMD tetapi grafik ini menggambarkan bahwa program yang
dilaksanakan kurang efektif dalam mendukung capaian indikator ini.
Analisis relevansi terhadap indikator Angka Partisipasi Murni jenjang
Sekolah Menengah Pertama dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
BAB II - 54
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik.2.42. Analisis Relevansi Angka Partisipasi Kasar Jenjang Sekolah
Menengah Pertama Antara Kabupaten dan Propinsi
Sumber Data : Dinas Pendidikan Kab. Nunukan
Grafik diatas menggambarkan capain indikator APM jenjang SMP
tingkat Propinsi dari tahun 2008 hingga tahun 2009 menngalami
peningkatan yaitu 71,43 % menjadi 72,06 %. Sedangkan capaian
indikator APM jenjang SD tingkat Kabupaten mengalami penurunan
dari tahun 2008 yaitu 53,83% menjadi 53,59% pada tahun 2009 akan
tetapi mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 54,59%. Hal
ini menunjukkan bahwa perkembangan indikator ini di tingkat
Kabupaten tidak relevan atau tidak searah dengan perkembangan di
tingkat Propinsi.
Berikut ini grafik analisis efektifitas perkembangan APM jenjang SD di
Kabupaten Nunukan :
BAB II - 55
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik.2.43. Analisis Efektifitas perkembangan APM jenjang SMP
di Kabupaten Nunukan
Sumber Data: Dinas Pendidikan Kab. Nunukan
Grafik diatas menunjukkan bahwa perkembangan APM jenjang SMP
sejak tahun 2007 hingga tahun 2010 mengalami fluktuatif dimana
capaian APM SMA pada tahun 2007 mencapai 46,53% meningkat
menjadi 53,83% pada tahun 2008 dan mengalami penurunan pada
tahun 2009 menjadi 53,59% dan kembali meningkat pada tahun 2010
mencapai 54,59%. Meskipun capaian indikator ini telah melampaui
target yang ditetapkan dalam RPJMD tetapi grafik ini menggambarkan
bahwa program yang dilaksanakan kurang efektif dalam mendukung
capaian indikator ini.
Analisis relevansi terhadap indikator Angka Partisipasi Kasar jenjang
Sekolah Menengah Atas dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
BAB II - 56
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Grafik.2.44. Analisis Relevansi Angka Partisipasi Kasar Jenjang Sekolah
Menengah Atas Antara Kabupaten dan Propinsi
Sumber Data : Dinas Pendidikan Kab. Nunukan
Grafik diatas menggambarkan capaian indikator APM jenjang SMA
tingkat Propinsi dari tahun 2008 hingga tahun 2009 menngalami
penurunan yaitu 53,19% menjadi 53,1%. Sedangkan capaian indikator
APM jenjang SMA tingkat Kabupaten mengalami penurunan dari
tahun 2008 yaitu 36,88% menjadi 31,97% pada tahun 2009 dan pada
tahun 2010 meningkat menjadi 46,99%. Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan indiktor ini di tingkat Kabupaten tidak relevan atau tidak
searah dengan perkembangan di tingkat Propinsi.
Selain itu Grafik diatas menunjukkan bahwa perkembangan APM
jenjang SMA di Kabupaten Nunukan sejak tahun 2007 hingga tahun
2010 mengalami fluktuatif . Meskipun capaian indikator ini telah
melampaui target yang ditetapkan dalam RPJMD tetapi grafik ini
menggambarkan bahwa program yang dilaksanakan kurang efektif
dalam mendukung capaian indikator ini.
,
BAB II - 57
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
2.3 Aspek Pelayanan Umum
Infrastruktur merupakan pemicu pembangunan suatu wilayah serta
sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pendorong peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Penyediaan sarana transportasi berupa jalan dan
kendaraan merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun
penumpang. Infrastruktur lainnya seperti kelistrikan dan irigasi merupakan salah
satu aspek terpenting untuk meningkatkan produktivitas sektor produksi.
Ketersediaan jaringan air bersih serta pengelolaannya dan peningkatan layanan
publik yang dikelola oleh pemerintah seperti prasarana kesehatan, pendidikan,
dan sarana olah raga secara berkelanjutan sangat menentukan tingkat
kesejahteraan masyarakat.
1. Pekerjaan Umum Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Nunukan sampai
dengan tahun 2010 panjang jalan di daerah ini adalah 694,73 KM, dari data
tersebut diketahui bahwa jalan yang sudah diaspal sepanjang 134,11 KM, yang
masih berkerikil sepanjang 218,02 dan masih dalam bentuk tanah sepanjang
342,85 KM, sementara berdasarkan kondisi jalan diketahui bahwa jalan yang
masih baik sepanjang 409,23 KM, kondisi sedang 187,45 KM, kondisi rusak ringan
38,55 KM dan rusak berat sepanjang 59,74 KM. Panjang jalan provinsi yang ada
dalam Kabupaten Nunukan sepanjang 273,6 KM dan panjang jalan desa/lokal
sampai saat ini adalah sepanjang 25.984 KM. Pembangunan jaringan jalan
tersebut merupakan prasarana transportasi yang penting untuk memperlancar
distribusi barang antar daerah serta meningkatkan mobilitas penduduk.
Tabel 2.7. Panjang Jalan di Kabupaten Nunukan
NNoo.. KKeetteerraannggaann VVoolluummee SSaattuuaann 11 PPaannjjaanngg JJaallaann KKaabbuuppaatteenn 552222,,6688 KKmm
22 PPaannjjaanngg JJaallaann PPrrooppiinnssii 227733,,6600 KKmm
BAB II - 58
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
33 PPaannjjaanngg JJaallaann DDeessaa//LLookkaall 2255,,998844 KKmm
Sumber: DInas Pekerjaan Umum Kab. Nunukan
Tabel 2.8. Panjang Jalan Berdasarkan Kondisi
NNoo.. KKeetteerraannggaann VVoolluummee SSaattuuaann
11 JJaallaann KKoonnddiissii BBaaiikk 409,23 KKmm
22 JJaallaann KKoonnddiissii SSeeddaanngg 187,45 KKmm
33 JJaallaann KKoonnddiissii RRuussaakk RRiinnggaann 38,55 KKmm
44 JJaallaann KKoonnddiissii RRuussaakk BBeerraatt 59,74 KKmm
Sumber: DInas Pekerjaan Umum Kab. Nunukan
Sementara untuk mendukung pembangunan pertanian untuk mencapai
ketahanan pangan pemerintah telah menyediakan infrastruktur pertanian berupa
jaringan irigasi dan memperluas percetakan sawah yang berfungsi untuk
memperluas areal sawah dan meningkatkan produksi beras. Berdasarkan data
dari Dinas Pertanian luas baku lahan pertanian adalah 98.548 hektar dan luas
areal sawah adalah 10.271 hektar yang tersebar di 9 kecamatan diwilayah ini,
sementara sarana irigasi yang sudah ada sampai saat ini adalah sepanjang
31.405 meter.
2. Kesehatan Sektor lain yang juga sangat mempengaruhi terhadap pelayanan umum
adalah sektor kesehatan. Permasalahan yang sering timbul dari sektor ini adalah
keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu
pelayanan kesehatanan dasar, kurangnya pemahaman terhadap prilaku hidup
sehat, mahalnya biaya jasa kesehatan yang berdampak pada rendahnya daya
tahan mereka untuk bekerja dan mencari nafkah. Semua permasalahan tersebut
diatas menjadi tantangan tersendiri 5 (lima) tahun kedepan dalam mewujudkan
pengelolaan kesehatan yang lebih efektif dan efisien.
BAB II - 59
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Tabel 2.9.
Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Nunukan
Fasilitas Kesehatan Jumlah
Rumah Sakit 1 buah
Puskesmas 12 buah
Pos Kesehatan Desa 21 buah
Posyandu 182 buah
Pustu 49 buah Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Nunukan
Salah satu indikator dari terbatasnya akses layanan kesehatan dasar
adalah angka kematian bayi, angka kematian balita, angka kematian ibu
melahirkan, angka harapan hidup, prevalansi balita dengan gizi buruk, cakupan
pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin dan cakupan pelayanan
kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin.
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk meningkatkan
keterampilan dan kecerdasan yang dimilikinya, dan pendiidikan juga merupakan
dimensi pembentuk dan penentu kualitas sumber daya manusia. Salah satu
standar umum yang digunakan untuk melihat keberhasilan pendidikan di suatu
wilayah adalah penyedia sarana pendidikan.
Secara umum jumlah sarana sekolah jenjang TK hingga SMU/SMK, baik
negeri maupun swasta yang berada di wilayah Kabupaten Nunukan secara
kuantitatif mengalami perkembangan.
Pada tahun 2011 sarana pendidikan yang tercatat di Kabupaten Nunukan
terdiri dari 2 Taman Kanak-kanak Negeri, 33 Taman Kanak-kanak Swasta, 1
Sekolah Luar Biasa Swasta, 125 Sekolah Dasar Negeri, 17 Sekolah Dasar
Swasta, 38 SLTP Negeri, 9 SLTP Swasta, 8 SMU Negeri, 8 SMU Swasta dan 5
SMKN Negeri.
BAB II - 60
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Tabel 2.10. Jumlah Sekolah, Murid Dan Guru PadaPendidikan Umum, Tahun 2009-2011
Satuan Tahun 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) Jumlah sekolah • Taman Kanak-Kanak (TK) buah 30 35 35 • Sekolah Luar Biasa (SLB) buah 1 1 1 • Sekolah Dasar (SD) buah 142 142 142 • Sekolah Lj. Tkt. Prtm (SLTP) buah 47 46 47 • Sekolah Lanj. Tingkat Atas (SLTA) buah 15 15 16 • Perguruan Tinggi (PT) buah - - - • Sekolah Menegah Kejuruan unit 2 4 5 Jumlah siswa/mahasiswa • Taman Kanak-Kanak (TK) orang 809 1.467 - • Sekolah Luar Biasa (SLB) orang 15 40 - • Sekolah Dasar (SD) orang 22.271 23.001 - • Sekolah Lj. Tkt. Prtm (SLTP) orang 7.222 7.543 - • Sekolah Menengah Umum (SMU) orang 4.096 3.862 - • Sekolah Men. Kejuruan (SMK) orang 762 1.287 - • Perguruan Tinggi (PT) orang - - - Jumlah guru/dosen & kepala sekolah • Taman Kanak-kanak (TK) orang 128 140 - • Sekolah Luar Biasa (SLB) orang 6 7 - • Sekolah Dasar (SD) orang 1.588 1.619 - • Sekolah Lj. Tkt. Prtm (SLTP) orang 552 590 - • Sekolah Menengah Umum (SMU) orang 266 334 - • Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) orang 52 97 - • Perguruan Tinggi (PT) orang - - - Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Nunukan
Keberhasilan pembangunan di Nunukan secara nyata telah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, hal tersebut akan berdampak meningkatnya mobilisasi
masyarakat dalam memenuhi aktifitasnya yang pada gilirannya akan
membutuhkan pelayanan jasa transportasi baik darat, laut, udara dan pos
telekomunikasi yang memadai. Pelayanan jasa transportasi yang diharapkan ma-
syarakat yaitu tingkat keselamatan, keamanan, kelancaran dan kenyamanan yang
lebih tinggi dengan kapasitas yang lebih besar, serta terpadu baik inter moda
maupun antar moda transportasi lainnya. Selain itu dalam menghadapi arus
globalisasi, informasi dan reformasi sehingga mengakibatkan perubahan yang
BAB II - 61
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
sangat cepat dalam kehidupan masyarakat dimana transportasi adalah sebagai
urat nadi perekonomian dengan demikian pada gilirannya membutuhkan
pelayanan transportasi darat yang lebih efisien.
Tabel 2.11.
Jumlah Sarana Dan Prasarana Perhubungan Transportasi Tahun 2009–2011
Komponen Transportasi
Tahun 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) Transportasi Darat Terminal • Kelas A (unit) 0 0 0 • Kelas B (unit) 0 0 0 • Kelas C (unit) 1 1 1 Jumlah Jembatan Timbang Dermaga • Komersil (unit) 3 3 3 • Perintis (unit) 8 8 19 Transportasi Laut Pelabuhan • Yang Diusahakan (unit) 1 1 1 • Luas Pelabuhan Penumpang (Ha) 0,7 0,7 0,7 • Luas Pelabuhan Angkutan Barang(Ha) 6 6 6 Transportasi Udara Bandara • Internasional 0 0 0 • Domestik 2 2 2 • Perintis 3 3 2 Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Nunukan
Dalam hal pelayanan umum terkait dengan birokrasi sebagai unit
pemerintah, berbagai upaya reformasi birokrasi yang telah dilakukan melalui
kegiatan yang rasional dan realistis dirasakan kurang memadai dan masih
memerlukan berbagai penyempurnaan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu upaya
yang lebih komprehensif dan terintegrasi dalam upaya mendorong peningkatan
kinerja birokrasi aparatur negara. Tuntutan untuk menciptakan pemerintahan yang
bersih dan akuntabel merupakan amanah reformasi dan tuntutan seluruh rakyat
Indonesia. Sebagai gambaran bahwa jumlah PNS Kabupaten Nunukan sampai
tahun 2010 adalah sebanyak 4.154 orang. Dari jumlah tersebut terdistribusi pada
BAB II - 62
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
golongan IV sebanyak 436 orang, golongan III sebanyak 1.764 orang, golongan II
sebanyak 1.778 orang dan golongan I sebanyak 176 orang.
2.4 Aspek Daya Saing
Kabupaten Nunukan terhampar dari laut sampai di pegunungan dengan
ketinggian + 2.000 meter dpl, dibagian utara kabupaten Nunukan berbatasan
langsung dengan 2 (dua) Negara Bagian Malaysia yaitu Sabah dan Sarawak
dengan panjang garis darat ± 481KM, panjang garis laut sepanjang ± 22 KM dan
sepanjang garis perbatasan tersebut terdapat 7 (tujuh) titk pos perbatasan baik
darat maupun laut yang merupakan salah titik pintu masuk dan transit dari dan ke
Negara Malaysia. Dengan keadaan tersebut membuat kabupaten ini memiliki
peluang tersendiri dibandingkan dengan kabupaten lain di wilayah Kaltim, peluang
tersebut yang paling terbuka adalah sektor perdagangan, jasa dan pengiriman
tenaga kerja, disamping itu pada bagian utara ini terdapat potensi sumberdaya
alam yang sangat melimpah yaitu tambang batubara, emas, perkebunan kelapa
sawit dan Hutan Tanaman Industri. Di bagian timur merupakan Alur Laut
Kepulauan Indonesia II (ALKI II, karena letaknya menghadap ke Laut
Sulawesi/Selat Makasar) yang merupakan jalur transportasi baik domestik,
nasional dan internasional. Dibagian selatan juga memiliki potensi sumberdaya
alam yang tidak kalah pentingnya berupa tambang minyak dan gas, batu bara
dan potensi pertanian. Dan dibagian barat Kabupaten ini terdapat Taman Nasional
Kayan Mentarang seluas + 300.000 ha yang merupakan bagian dari HoB (Heart of
Borneo) atau Jantung Borneo.
Disamping keragaman kondisi fisik, keberagaman budaya, etnis dan
bahasa juga di miliki wilayah ini, suku yang ada didaerah sangat beragam,
sementara agama yang ada didaerah ini adalah Islam, Kristen, Kristen Protestan,
Hindu dan Budha.
Potensi wisata yang ada didaerah ini berupa wisata pantai, wisata alam dan
wisata budaya, sampai tahun 2009 jumlah obyek wisata yang ada didaerah ini
sebanyak 45 buah dengan jumlah tempat penginapan/hotel sebanyak 35 hotel .
BAB II - 63
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Tabel 2.12. Obyek Wisata Unggulan Kabupaten Nunukan
No Nama & Lokasi Obyek Wisata Kategori (1) (2) (3) 1 Air terjun Sungai Binusan Alam 2 Pantai Firdaus (Ecing) Alam 3 Pantai Sedadap Alam 4 Wanawisata yang didominasi oleh vegetasi spesifik hutan
dataran rendah Alam
5 Agrowisata tambak dan ombak laut di Pulau Tinabasan Alam 6 Pantai Batu Lamampu Alam 7 Agrowisata Sungai Nyamuk Alam 8 Wisata Budaya Suku Dayak Murud (Tegalen) Budaya 9 Ekowisata Taman Nasional kayan Mentarang Alam 10 Pembuatan Garam gunung terletak dihulu Sungai Desa Long
Layu Alam
11 Binuang Alam 12 Ba’Liku Alam 13 Pa’Kebuan Alam
Sumber : Dinas Pariwisata Dan Budaya Kabupaten Nunukan
Potensi pertanian juga memiliki peluang untuk dikembangkan dengan luas
lahan baku pertanian 98.548 hektar dari luasan tersebut luas lahan baku untuk
areal persawahan adalah 10.271 hektar dengan luasan tersebut daerah ini dapat
dimungkinkan untuk swasembada beras pada tahun mendatang. Disamping itu
daerah ini memiliki jenis padi yang tidak ada didaerah lain yaitu Padi Adan yang
merupakan salah satu jenis padi organik, padi ini banyak terdapat di Kecamatan
Krayan dan Krayan Selatan dan sampai saat ini sudah diperjual belikan sampai ke
Negara Malaysia dan Brunai.
Tabel. 2.13. Luas Areal Pertanian Kabupaten Nunukan
No Uraian Luasan (Ha)
1 Luas Potensi Lahan Pertanian 98.548 2 Luas Lahan Sawah 8.778,10
3 Luas Tanaman Palawija 3.049
BAB II - 64
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
4 Luas Tanaman Buah-buahan 100.147
Sumber: Dispertanak Kab. Nunukan
Populasi unggas di Kabupaten Nunukan pada tahun 2011 didominasi oleh
ayam buras dengan populasi sebanyak 118.940 ekor, diikuti oleh ternak ayam
pedaging dengan populasi sebanyak 29.050 ekor, lalu ternak itik sebanyak 24.531
ekor. Sedangkan ternak besar ataupun kecil seperti kerbau dan babi dengan
populasi masing-masing sebanyak 6.839 dan 16.187 ekor, diikuti ternak sapi
potong dengan populasi sebanyak 10.812 ekor, ternak kambing sebanyak 2.825
orang, lalu ternak kuda dengan populasi sebanyak 13 ekor.
Tabel 2.14.
Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak di Kabupaten Nunukan Tahun 2009-2011
Jenis Ternak Satuan Tahun
2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4)
Ternak besar
• Sapi Potong Ekor 10.570 10.738 10.812
• Kerbau Ekor 7.154 7.027 6.839
• Kuda Ekor 36 40 13
Ternak Kecil
• Kambing Ekor 2.368 2.524 2.825
• Babi Ekor 14.884 15.932 16.187
Unggas
• Ayam Buras Ekor 131.700 118.063 118.940
• Ayam pedaging Ekor 20.440 21.480 29.050
• Itik Ekor 26.405 26.070 24.531 * angka sementara Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan
Hutan merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional, perlu
dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat. Paradigma
pembangunan kehutanan harus mulai dirubah dari hanya pemanfaatan kayu
BAB II - 65
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
kepada pemanfaatan sumber daya hutan secara menyeluruh seperti fungsi hutan
sebagai hutan produksi, hutan lindung, hutan wisata dan hutan konservasi yang
diarahkan untuk menjamin kelangsungan ketersedian hasil hutan bagi pengopera-
sian industri, perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, penciptaan
pendapatan daerah, plasma nutfah dan kesuburan tanah.
Tabel 2.15. Luas Lahan Kabupaten Nunukan Tahun 2010 – 2011
Jenis Lahan Satuan Tahun 2010 2011
(1) (2) (3) (4) Lahan Reboisasi Ha 2.890
2.890 Lahan Penghijauan Ha
6.175
6.175 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Nunukan
Luas lahan reboisasi sampai tahun 2011 mencapai 2.890 hektar dan untuk lahan
penghijauan luasnya 6.175 hektar.
Potensi perkebunan juga merupakan salah satu potensi yang sangat
menjanjikan dan dapat membuka peluang lapangan pekerjaan untuk masyarakat
Kabupaten Nunukan, dengan beroperasinya 3 (buah) pabrik CPO untuk
perkebunan Kelapa Sawit di daerah ini tentu akan lebih menjadikaan sektor ini
menjadi salah satu andalan didaerah, disamping itu tanaman Kakao yang ada di
Pulau Sebatik yang sejak dahulu memiliki kualitas yang sangat baik sebagai salah
salah satu komoditi eksport yang memiliki peluang yang sangat besar.
Tabel. 2.16. Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit
No Kecamatan Luas areal (ha) Produksi (ton) 1 Nunukan 29.047,27 14.669,80
2 Sebatik 2.012,50 14,75
3 Sebatik Barat 928,50 10,00
4 Sebuku 19.999,12 7.653,20 5 Lumbis 500,00 0,00 7 Sembakung 1.100,00 0,00
Jumlah 53.587,39 22.347,75 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Nunukan
BAB II - 66
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Tabel 2.17. Jumlah Luas Areal, Jumlah Produksi di Kabupaten Nunukan
Tahun 2009 – 2011
Jenis Tanaman Satuan Tahun 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) Kopi • Luas Areal Ha - 3.449,50 3.449,50 • Jumlah Produksi Ton 233,30 118,94 118,94 Sawit • Luas Areal Ha - 32.933,33 53.336,72 • Jumlah Produksi Ton 74.755,12 30.453,06 140.247,87 Kakao • Luas Areal Ha - 11.271,50 11.271,50 • Jumlah Produksi Ton 11.167,00 1.458,22 1.458,22 Lada • Luas Areal Ha - 209,80 209,80 • Jumlah Produksi Ton 22,00 152,78 152,78 Kelapa • Luas Areal Ha - 2.734 1.091,00 • Jumlah Produksi Ton - 3.041,37 7.567,00 Vanili • Luas Areal Ha - 77,50 83,00 • Jumlah Produksi Ton 9,75 493,67 - * angka sementara Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Nunukan
Sektor perikanan juga merupakan peluang yang sangat menjanjikan
dengan luas areal laut ± 304,867 hektar menjadikan daerah ini dapat
mengembangan berbagai jenis budidaya perikanan, produksi perikanan tangkap
untuk wilayah laut sebesar 3,937,84 ton dan perikanan umum 96,90 ton.
Tabel 2.18. Produksi Perikanan Kabupaten Nunukan
Jenis produk perikanan Di Kabupaten Nunukan
Tahun 2008 (ton)
Tahun 2009 (ton)
Tahun 2010 (ton)
Perikanan Laut 4.606,38 3.348,22 3.937,84
Perikanan Umum 168,28 89,46 96,90
BAB II - 67
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Tambak 4.121,25 4.555,54 5.684,15
Kolam 35,07 39,34 42,52
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Nunukan
Sektor yang paling banyak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
PDRB Kabupaten Nunukan adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar
49 % dari total nilai PDRB Kabupaten Nunukan. Pertambangan Minyak dan Gas
serta batubara yang ada didaerah ini merupakan bagian dari penyumbangan pada
sektor ini. Potensi sumber daya alam dan sumber daya mineral yang cukup besar
di Kabupaten Nunukan, dilihat dari segi geologi dan potensi bahan galian
mempunyai daya tarik yang cukup tinggi di mata para investor bidang
pertambangan, namun masih banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Hal ini terkait erat dengan masih perlunya secara terus menerus informasi geologi
dan sumberdaya mineral dalam rangka mengelola sumberdaya mineral, energi, air
tanah, pengelolaan lingkungan, mitigasi bencana alam, penggunaan lahan dan
penataan ruang wilayah pertambangan. Hasil pertambangan di Kabupaten
Nunukan mencakup pertambangan migas dan non migas, dari hasil tambang
tersebut minyak bumi dan gas alam yang sangat besar pengaruhnya dalarn
perekonomian di Kabupaten Nunukan.
Pada tahun 2011 produksi batubara di Kabupaten Nunukan mencapai
83.645,15 ton. Jumlah batubara yang diekspor mencapai 26.195 ton dengan nilai
2.671.890 USD
Listrik saat ini sudah merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi
kehidupan manusia. Tanpa listrik rasanya hampir pasti banyak dunia usaha,
rumah tangga maupun sektor-sektor lainnya lumpuh karena tidak adanya pasokan
listrik. Untuk sumber energi listrik di Kabupaten Nunukan masih mengandalkan
dari pasokan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Tabel 2.19. Banyaknya Pembangkit Listrik Menurut Jenis Tahun 2010
Kecamatan/ Sub Districts
PLTA PLTG PLTU PLTD PLTS
(1) (2) (3) (4) (5) (6) Krayan 2 - - - - Krayan Selatan 2 - - - -
BAB II - 68
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Lumbis 1 - - - 220 Sembakung - - - - - Nunukan - - - 18 - Sebuku - - - - - Nunukan Selatan
- - - - 138
Sebatik - - - - 117 Sebatik Barat - - - - 174
Jumlah Total
5 - - 18 649
Sumber :Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Nunukan & Perusahaan Umum Listrik Negara Nunukan
Sektor yang juga memiliki kontribusi dan permasalahan adalah sector
ketenagakerjaan terutama jasa Tenaga Kerja Indonesia yang berkerja di Malaysia,
yang mana sector ini sempat menjadi andalan Kabupaten Nunukan. Namun sector
ini mengalami ketidakpastian sejak lima tahun terakhir sehingga menyebabkan
banyak penyedia jasa gulung tikar.
Tabel 2.20. Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Nunukan
Tahun 2008-2010
Indikator Kependudukan Satuan Tahun 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5) Jumlah TKI Di Luar Negeri orang
8,004
1,443 Tenaga kerja wanita orang
1,165
1,711
2,100 Tenaga kerja pria orang
6,199
8,977
10,528 PHK kasus
13
22
1 Jumlah TK PHK (jumlah orang) orang
789
48
1 Rata-rata kebutuhan hidup minimum
rupiah 1.418.961
1.555.398
1.574.612
Rata-rata upah minimum regional
rupiah 842.000
960.000
1.025.000
* angka sementara Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Nunukan
Pendapatan pekerja dalam hal ini adalah upah selalu mendapat perhatian
dari pemerintah, hal ini bisa dilihat dari kenaikan rata-rata kebutuhan hidup
BAB II - 69
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
minimum setiap tahunnya yang mengalami kenaikan sepanjang tahun tahun 2007
hingga 2010. Untuk Upah Minimum Regional (UMR) juga mengalami hal yang
sama, dimana pada tahun 2007 UMR mencapai Rp. 787.000,- per orang dan
mengalami kenaikan di tahun 2008 menjadi Rp. 842.000,- per orang, juga di tahun
2009 mengalami kenaikan lagi sehingga kebutuhan hidup minimum menjadi Rp.
960.000,- per orang. Dan di tahun 2010 UMR mencapai Rp. 1.025.000,- per
orang.
2.5 Aspek Tata Ruang
Tata ruang merupakan perwujudan dari struktur ruang dan pola ruang.
Penelaahan rencana tata ruang bertujuan untuk melihat kerangka pemanfaatan
ruang daerah dalam 5 (lima) tahun mendatang.
1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional .
Grafik 2.45. Laju Pertumbuhan UMR & Kebutuhan Hidup
BAB II - 70
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten meliputi rencana sistem
pusat pelayanan wilayah dan rencana sistem jaringan prasarana wilayah
Kabupaten.
a. Rencana Sistem Pusat Pelayanan Wilayah meliputi :
Hirarki 1 yang berfungsi sebagai PKW meliputi: Kecamatan
Nunukan dan Nunukan Selatan
Hirarki 2 yang berfungsi sebagai PKL dan PKL Promosi (PKLp)
meliputi: Kecamatan Sebatik Barat; Kecamatan Sebuku;
Kecamatan Lumbis; dan Kecamatan Sebatik (PKLp);
Hirarki 3 yang berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
meliputi: Kecamatan Krayan; Kecamatan Krayan Selatan,
Kecamatan Sembakung.
b. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Pembentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Nunukan melalui
sistem pusat-pusat didukung oleh sistem prasarana wilayah sesuai
dengan lokasi dan fungsi masing-masing prasarana. Sistem
Prasarana Wilayah yang mendukung pembentukan struktur ruang
wilayah Kabupaten Nunukan adalah sebagai berikut:
a) Prinsip Pengembangan Sistem Transportasi
Sebagai kawasan yang memiliki wilayah yang terpisah, maka
sistem transportasi yang terintegrasi merupakan kebutuhan pokok
pengembangan infrastruktur di Kabupaten Nunukan. Oleh karena
\\itu, pengembangan sistem transportasi direncanakan secara
terpadu, melalui kombinasi transportasi darat, air (sungai dan
laut), dan udara.
Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Darat
Jaringan jalan antar Kabupaten yang sudah berkembang
dengan adanya jalur trans Kalimantan. Sedangkan untuk
Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik jalur darat berkembang
sebagai pelayanan regional pulau.
BAB II - 71
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Laut dan
Sungai
Dengan memperhatikan kondisi geografis kepulauan dari
Kabupaten Nunukan maka rekomendasi untuk sistem
angkutan penyeberangan di pelabuhan Nunukan secara
umum diarahkan untuk melakukan peningkatan pelabuhan
yang lebih besar karena jalur yang di layani merupakan jalur
antar negara.
Selain pelabuhan antar regional dan antar negara perlu
peningkatan pelabuhan penyeberangan antar pulau ke pulau
besarnya. Untuk itu perlu penyeberangan perintis yang
terintegrasi dalam pengembangan moda transportasi lainnya.
Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Udara
Guna mendukung pengembangan sistem transportasi udara,
maka rute-rute penerbangan sejalan dengan berkembangnya
bandara perlu diciptakan sehingga keterkaitan antar wilayah
dapat lebih terpadu dan diharapkan dapat meningkatkan
kegiatan ekonomi melalui jasa pengangkutan orang dan
barang.
b) Rencana Sistem Prasarana Pengairan
Pelaksanaan reformasi pengelolaan SDA untuk meningkatkan
keandalan pasokan air, pola pembiayaan dengan sistem korporasi
wilayah sungai, dan arah pengelolaan SDA yang berbasis wilayah
sungai ditekankan dengan integrasi pemakaian air permukaan dan
air tanah, serta peningkatan kualitas air dengan pendekatan
partisipatoris berdasarkan prinsip “satu sungai, satu rencana
terpadu, dan satu pengelolaan yang terkoordinasi".
Konservasi sumber daya air dilaksanakan dengan memberikan
perlindungan sumber air, dan pengelolaan kualitasnya tetap
dilaksanakan secara seiring dengan prinsip pengembangan
kimpraswil secara berkelanjutan, yaitu yang memadukan aspek
ekonomi, sosial, dan perlindungan lingkungan.
BAB II - 72
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
c) Rencana Sistem Prasarana Telekomunikasi
Arah pengembangan sektor pos dan telekomunikasi ditujukan
untuk melayani kemudahan hubungan antar wilayah. Sasaran
pokoknya adalah meningkatkan pelayanan pos dan
telekomunikasi pada kota-kota kecamatan yang diperkirakan akan
berkembang. Selain itu untuk meningkatkan keterkaitan desa-
kota, diupayakan melalui dukungan prasarana pos pedesaan dan
pos sungai. Beberapa pokok arahan pengalokasian prasarana ini,
antara lain:
- Mempercepat peningkatan prasarana telekomunikasi pada
kota-kota kecamatan di Sebuku, Sembakung, Lumbis, Krayan
dan Krayan Selatan yang diperkirakan akan berkembang
sektor-sektor unggulan, khususnya industri pertanian;
- Memperluas jaringan telekomunikasi kabel listrik (internet) di
tiap daerah;
- Upaya pelayanan pos dan telekomunikasi pedesaan dan
angkutan sungai.
d) Rencana Sistem Prasarana Energi
Strategi pengembangan sistem jaringan prasarana energi dan
tenaga listrik meliputi upaya untuk;
- Mengamankan pasokan energi kepada pusat-pusat
pemukiman perkotaan dan perdesaan serta kawasan-
kawasan strategis lain meliputi industri, pariwisata dan
pelabuhan.
- Mengembangkan jaringan tenaga listrik interkoneksi lintas
wilayah termasuk dengan negara tetangga.
- Mendorong pemanfaatan sumber energi terbarukan seperti
biomass dan mikrohidro sebagai alternatif energi konvensional
sebagai upaya mengatasi ketidakseimbangan antara pasokan
BAB II - 73
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
dan permintaan atas tenaga listrik di Kabupaten Nunukan -
baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
- Penyusunan kebijakan pemerintah daerah di bidang
ketenagalistrikan sebagai guidance bagi usaha penyediaan
tenaga listrik yang dilakukan dengan cara: inventarisasi
sumber listrik dan menilai potensi masing-masing sumber
tersebut untuk dilakukan penetapan sumber pembangkit listrik
paling potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Nunukan.
e) Rencana Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Rencana sistem prasarana pengelolaan lingkungan terdiri dari
sistem penyediaan air bersih, sistem jaringan drainase dan air
limbah serta sistem pengelolaan persampahan.
2. Rencana Pola Ruang
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya. Telaahan
terhadap rencana pola ruang
Dalam rangka memperoleh kondisi yang lebih seimbang antara
kebutuhan dan ketersediaan lahan dalam jangka waktu rencana tata ruang,
maka perencanaan pola ruang dilakukan melalui pendekatan komprehensif
yang memadukan pendekatan sektoral dan kewenangan vertikal menurut
dimensi keruangan.
Dalam hal ini, perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Nunukan
merupakan upaya untuk memadukan dan menyerasikan kepentingan antar
sektor, antar tingkat kewenangan, pertahanan dan keamanan negara, dan
masyarakat setempat dalam pemanfaatan ruang.
Pola ruang wilayah Kabupaten Nunukan merupakan arahan bagi
penggunaan ruang di wilayah Kabupaten Nunukan yang didasari prinsip
pemanfaatan sumberdaya alam berasaskan kelestarian lingkungan menuju
pembangunan yang berkelanjutan. Arahan ini diharapkan dapat menciptakan
pertumbuhan dan perkembangan antar bagian wilayah Kabupaten Nunukan
BAB II - 74
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
yang lebih berimbang secara proporsional, tanpa mengganggu kelestarian
lingkungannya.
Rencana alokasi pola ruang wilayah Kabupaten Nunukan dapat
dikelompokkan menjadi dua kawasan, yaitu: kawasan berfungsi lindung dan
kawasan berfungsi budidaya. Kawasan berfungsi lindung meliputi kawasan
dengan pemanfaatan hutan lindung, Taman Nasional Kayan Mentarang,
kawasan pesisir, sempadan sungai, dan kawasan perlindungan gajah.
Sedangkan kawasan berfungsi budidaya meliputi kawasan budidaya
kehutanan dan kawasan budidaya non kehutanan termasuk didalamnya
kawasan pemukiman, industri, pertambangan, transmigrasi, pertanian tanaman
pangan lahan kering, pertanian tanaman pangan lahan basah, perkebunan,
peternakan, dan perikanan.
BAB III - 1
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
SERTA KERANGKA PENDANAAN
Asas umum pengelolaan keuangan daerah yang telah menjadi komitmen
Pemerintah Kabupaten Nunukan adalah bahwa "Keuangan daerah dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah
dilaksanakan dalam suatu sistem terintegrasi, diwujudkan APBD yang setiap
tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah." Analisis pengelolaan keuangan
daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang
kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan
pembangunan daerah.
3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu
Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam
suatu APBD, maka analisis pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap
APBD dan laporan daerah selama 5 (lima) tahun sebelumnya.
1. Kinerja Pelaksanaan APBD APBD merupakan alat ukur (instrumen) yang menjamin terciptanya disiplin
anggaran dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan
pengelolaan anggaran.
Realisasi pendapatan Kabupaten Nunukan memberikan gambaran trend
yang fluktuatif, terlihat dari gambaran perkembangan realisasi pendapatan
dari tahun 2006 sampai dengan 2010 seperti yang terlihat di gambar 3.1.
Pada gambar 3.1 tersebut terlihat rata-rata pertumbuhan realisasi
pendapatan daerah adalah sebesar 5,18 % yang berasal dari analisa
BAB III - 2
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
struktur pertumbuhan realisasi pendapatan Kabupaten Nunukan selama
lima tahun terakhir.
Gambar 3.1
Realisasi Pendapatan Tahun 2006 – 2010 Pemerintah Kabupaten Nunukan
Sedangkan Struktur Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Kabupaten
Nunukan dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini:
BAB III - 3
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Tabel 3.1 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah
Tahun 2006 s.d. 2010, Kabupaten Nunukan (dalam jutaan rupiah)
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
Rata-rata
Pertumbuhan
1 PENDAPATAN 768.307 870.361 989.938 849.887 916.406 5,18% 1.1. Pendapatan Asli
Daerah 29.662 23.424 36.230 48.974 34.872 10,00%
1.1.1. Pajak Daerah 1.217 1.801 1.827 1.770 1.877 13,08% 1.1.2. Retribusi Daerah 2.774 4.602 7.426 7.480 8.242 34,54% 1.1.3. Hasil pengelolaan
keuangan daerah yang dipisahkan
2.669 4.162 4.403 5.738 4.139 16,05%
1.1.4 Lain-lain PAD yang sah
23.002 12.859 22.573 33.986 20.615 10,67%
1.2. Dana Perimbangan 680.103 765.541 855.280 707.428 799.635 5,00% 1.2.1 Dana bagi hasil
pajak / bagi hasil bukan pajak
571.929 539.154 683.189 529.728 710.178 8,15%
1.2.2. Dana Alokasi Umum
84.154 141.814 145.618 124.385 47.859 -1,23%
1.2.3. Dana Alokasi Khusus
24.020 84.573 26.472 53.315 41.580 65,70%
1.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
58.543 81.396 98.428 93.485 81.899 10,64%
1.3.1. Hibah - - - 3.770 - 0,00% 1.3.2. Dana darurat - 3.000 - - - 0,00% 1.3.3. Dana bagi hasil
pajak dari propinsi dan Pemerintah
8.293 9.935 13.168 14.417 30.105 42,66%
Daerah lainnya - - - - - 0,00% 1.3.4. Dana penyesuaian
dan otonomi khusus
- 5.534 26.455 5.000 2.352 85,99%
1.3.5. Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya
50.250 62.927 58.805 70.297 49.442 2,14%
Pertumbuhan per tahun
13,28% 13,74% -14,15% 7,83% 5,18 %
Sumber: DPPKAD Kabupaten Nunukan ( diolah)
BAB III - 4
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Pertumbuhan realisasi pendapatan menunjukkan disparitas tinggi yang
berarti bahwa tingkat kepastiannya masih rendah. Kondisi ini disebabkan
karena belum optimalnya strategi dan kebijakan yang dijalankan, serta
tingginya ketergantungan penerimaan daerah terhadap kondisi ekonomi dan
kebijakan Pemerintah Pusat. Hal ini dapat dimengerti karena pendapatan
daerah utamanya diperoleh dari dana bagi hasil pajak atau bukan pajak yang
bersifat closed list dan pertumbuhannya memiliki keterbatasan (kewenangan
daerah yang terbatas), sehingga rentan terhadap perubahan kondisi
ekonomi. Oleh karena itu, ke depan perlu segera dicari terobosan untuk
mendapatkan sumber pendapatan lain yang prospektif.
Realisasi belanja Kabupaten Nunukan memberikan gambaran trend
yang positif, walaupun pada tahun 2010 terjadi banyak penurunan realisasi
belanja. Perkembangan anggaran dan realisasi belanja dari tahun 2006
sampai dengan 2010 dipaparkan dengan gambar 3.2 berikut ini:
Gambar 3.2 Perkembangan Anggaran Belanja Tahun 2006-2010
Pemerintah Kabupaten Nunukan
808,370,880,686
1,043,713,486,737 1,225,976,741,508 1,206,230,936,788
875,345,836,852
719,543,222,546 821,780,640,497
967,425,559,825 1,034,952,804,220
779,863,384,511
2006 2007 2008 2009 2010
Pertumbuhan Belanja Daerah per TahunAnggaran Belanja Realisasi Belanja
BAB III - 5
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Rata-rata pertumbuhan daerah dari tahun 2006 sampai dengan tahun
2010 adalah sebesar 4,38 % untuk anggaran belanja , sedangkan untuk
realisasi belanja adalah sebesar 3,57%. Hal ini menunjukkan masih
kurangnya peningkatan kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Nunukan
selama lima tahun terakhir. Namun untuk lima tahun ke depan, pertumbuhan
rata-rata peningkatan kinerja keuangan akan digenjot di atas 5,00% persen.
Diharapkan dengan stabilnya peningkatan kinerja keuangan yang tinggi,
penyelenggaraan fungsi pemerintah daerah akan terlaksana secara optimal
(money follow function).
Pertumbuhan anggaran dan belanja Pemerintah Kabupaten Nunukan
Tahun 2006 – 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2006 sampai dengan 2010, Kabupaten Nunukan
Tahun Belanja Operasi (Ribu Rupiah)
Belanja Modal (Ribu Rupiah)
Belanja Tak Terduga (Ribu Rupiah)
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
2006
345.951.244
300.934.519
460.203.256
417.586.383
2.216.381
1.022.320
2007
401.866.296
315.563.208
638.847.190
505.674.178
3.000.000
543.254
2008
473.841.805
368.916.786
747.934.937
597.349.966
4.200.000
1.158.808
2009
630.617.817
512.049.105
573.380.089
522.898.304
2.233.030
5.396
2010
532.582.752
474.933.320
340.591.784
304.810.064
2.171.300
120.000
Tingkat penyerapan anggaran belanja operasi rata-rata selama lima
tahun adalah 82,70% dengan penyerapan tertinggi 89,18% pada tahun 2010
dan terendah 77,86% pada tahun 2006. Sedangkan tingkat penyerapan
anggaran belanja modal rata-rata selama lima tahun adalah 85,05% dengan
penyerapan tertinggi 91,20% pada tahun 2009 dan terendah 79,19% pada
tahun 2007. Lalu tingkat penyerapan anggaran belanja tak terduga rata-rata
selama lima tahun adalah 20,62% dengan penyerapan tertinggi 46,13% pada
tahun 2006 dan terendah 0,24% pada tahun 2009.
BAB III - 6
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
2. Neraca Daerah
Aset daerah merupakan aset yang memberikan informasi tentang
sumber daya ekonomi yang dimiliki dan dikuasai Pemerintah Daerah,
memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi pemerintah daerah maupun
masyarakat di masa mendatang sebagai akibat dari peristiwa masa lalu,
serta dapat diukur dalam uang.
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun
2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintah, Neraca Daerah merupakan
salah satu laporan keuangan yang harus dibuat oleh Pemerintah Daerah.
Laporan ini sangat penting bagi manajemen Pemerintah Daerah, tidak
hanya dalam rangka memenuhi kewajiban peraturan perundang-undangan
yang berlaku saja, tetapi juga sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
yang terarah dalam rangka pengelolaan sumber-sumber daya ekonomi
yang dimiliki oleh Daerah secara efisien dan efektif. Kinerja Neraca Daerah
Pemerintah Kabupaten Nunukan selama kurun waktu 2006-2010 dapat
ditunjukkan pada tabel 3.3 sebagai berkut:
Tabel 3.3 Rata-rata Pertumbuhan Aset Daerah
Tahun 2006 – 2010, Kabupaten Nunukan
No. Uraian Rata-rata Pertumbuhan (%)
1. ASET 1.1. ASET LANCAR 33,81 1.1.1. Kas 52,78 1.1.2. Piutang -3,82 1.1.3. Persediaan 482,27 1.2 INVESTASI 6,33 1.3. ASET TETAP 26,54 1.3.1. Tanah 10,25 1.3.2. Peralatan dan mesin 25,35 1.3.3. Gedung dan bangunan 22,31 1.3.4. Jalan, irigasi, dan jaringan 37,00 1.3.5. Aset tetap lainnya 7359,41 1.3.6. Konstruksi dalam pengerjaan 9,95 1.4. ASET LAINNYA 25,00 1.4.1. Tagihan penjualan angsuran - 1.4.2. Tagihan tuntutan ganti kerugian -
BAB III - 7
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
daerah 1.4.3. Kemitraan dengan pihak kedua 25,00 1.4.4. Aset tak berwujud - 1.4.5. Aset Lain-Lain - JUMLAH ASET DAERAH 23,13 2. KEWAJIBAN -54,18 2.1. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK -1,25 2.1.1. Utang perhitungan pihak ketiga -106,70 2.1.2. Uang muka dari kas daerah - 2.1.3. Pendapatan diterima dimuka - 2.1.4. Bagian Lancar Utang Jangka Pendek
Pokok Pinjaman -
2.1.5 Bagian Lancar Utang Jangka Pendek Bunga Pinjaman
-
2.1.6 Utang Jangka pendek lainnya 5,49 2.2. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 0,00 3. EKUITAS DANA 23,13 3.1. EKUITAS DANA LANCAR 39,12 3.1.1. SILPA 53,55 3.1.2. Cadangan piutang -21,37 3.1.3. Cadangan persediaan 36,55 3.1.4. Pendapatan yang Ditangguhkan 49,67 3.1.5 Dana yang Harus Disediakan untuk
Pembayaran Utang Jangka Pendek -1,25
3.2. EKUITAS DANA INVESTASI 26,15 3.2.1. Diinvestasikan dalam aset tetap 26,54 3.2.2. Diinvestasikan dalam aset lainnya 25,10 3.2.3. Diinvestasikan dalam Investasi
Jangka Panjang 6,33
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
23,13
Sumber: DPPKAD Kabupaten Nunukan (diolah)
Selama kurun waktu 2006-2010, pertumbuhan rata-rata jumlah aset
Daerah Pemerintah Kabupaten Nunukan mencapai 23,13% yang berarti
bahwa jumlah aset Pemerintah Kabupaten Nunukan meningkat sekitar
23,13% setiap tahun. Aset tersebut berupa tanah, gedung dan bangunan
serta sarana mobilitas dan peralatan kantor yang semuanya dipergunakan
untuk menunjang kelancaran tugas Pemerintahan.
Pertumbuhan rata-rata aset lancar mencapai 33,81%, meskipun piutang
menurun sebesar -3,82%. Hal ini disebabkan karena komponen aset lancar,
yaitu kas dan persediaan, mengalami kenaikan yang cukup signifikan masing-
BAB III - 8
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
masing sebesar 52,78% dan 482,27%. Tingginya pertumbuhan aset lancar ini
menunjukkan bahwa kondisi aset Pemerintah Kabupaten Nunukan berada
pada kondisi sehat.
Kewajiban, baik Jangka Pendek maupun Jangka Panjang, memberikan
informasi tentang utang Pemerintah Daerah kepada pihak ketiga atau klaim
pihak ketiga terhadap arus kas Pemerintah Daerah. Kewajiban umumnya
timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggungjawab untuk
bertindak di masa lalu yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan
pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang.
Perkembangan Kewajiban Pemerintah Kabupaten Nunukan dalam kurun
waktu 5 tahun (2006-2010) rata-rata sebesar -54,81%, yang berarti bahwa
kewajiban kepada pihak ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas
Pemerintah Daerah dari tahun 2006 sampai dengan 2010 mengalami
penurunan. Hal ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten
Nunukan selama kurun waktu tersebut selalu dapat melaksanakan kewajiban
finansial jangka pendek yang cukup tinggi secara tepat waktu.
Ekuitas Dana yang meliputi Ekuitas Dana Lancar dan Ekuitas Dana
Investasi merupakan selisih antara aset dengan kewajiban Pemerintah
Daerah. Ekuitas Dana Pemerintah Kabupaten Nunukan selama kurun waktu 5
tahun mengalami pertumbuhan sebesar 23,13%.
Selanjutnya, tingkat kualitas pengelolaan keuangan daerah dapat
diketahui berdasarkan analisis rasio atau perbandingan antara
kelompok/elemen laporan keuangan yang satu dengan kelompok yang lain.
Beberapa rasio yang dapat diterapkan di sektor publik adalah rasio likuiditas,
rasio solvabilitas dan rasio utang. Rasio likuiditas terdiri rasio lancar (current
ratio), rasio kas (cash ratio) dan rasio cepat (quick ratio). Sedangkan rasio
lancar (current ratio) adalah rasio standar untuk menilai kesehatan organisasi.
Rasio ini menunjukkan apakah Pemerintah Daerah memiliki aset yang cukup
untuk melunasi kewajiban yang jatuh tempo. Kualitas pengelolaan keuangan
daerah dikategorikan baik apabila nilai rasio lebih dari satu.
BAB III - 9
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Tabel 3.4
Analisa Rasio Keuangan Kabupaten Nunukan
No. Uraian 2008 2009 2010
(%) (%) (%)
1 Rasio Lancar (current ratio) 184.596,77 16.453 45.816,87
2 Rasio quick (quick ratio) 180..444,39 15.045,46 44.478,24
3 Rasio total hutang terhadap total aset
0,01 0,08 0,01
4 Rasio hutang terhadap modal 0,01 0,07 0,01
Sumber: DPPKAD Kabupaten Nunukan (diolah)
Hasil analisis rasio menunjukkan bahwa rasio lancar Kabupaten
Nunukan selama kurun waktu tahun 2008-2010 mempunyai nilai lebih dari
satu, yang berarti bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Nunukan dapat
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dengan lancar. Rasio lancar
terendah pada tahun 2009 masihlah sangat tinggi, yaitu sebesar 16.453%
yang berarti bahwa aset lancar Pemerintah Kabupaten Nunukan adalah
164,53 kali lipat bila dibandingkan dengan kewajiban yang jatuh tempo.
Persediaan masuk dalam kategori aset lancar, namun memerlukan tahap
untuk menjadi kas. Apalagi persediaan di Pemerintah Daerah bukan
merupakan barang dagangan, sehingga sebagai faktor pengurang dalam
aset lancar.
Sama seperti halnya rasio lancar, rasio quick (quick ratio) Pemerintah
Kabupaten Nunukan juga mempunyai nilai yang baik. Rasio quick terendah
pada tahun 2009 masih sangat tinggi, yaitu mencapai 15.045%. Rasio quick
merupakan salah satu ukuran likuiditas terbaik, karena mengindikasikan
apakah pemerintah daerah dapat membayar kewajibannya dalam waktu
dekat.
Rasio solvabilitas, yaitu perbandingan total aset dengan total utang,
dapat digunakan untuk melihat kemampuan Pemerintah Daerah dalam
memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun
BAB III - 10
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
jangka panjang. Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata rasio total
kewajiban terhadap total aset dan rasio kewajiban terhadap modal adalah
0,01%. Hal ini menunjukan bahwa total kewajiban Pemerintah Kabupaten
Nunukan dapat ditutupi oleh total aset ataupun oleh modal Pemerintah
Kabupaten Nunukan.
3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
Kebijakan pengelolaan keuangan daerah, secara garis besar akan
tercermin pada kebijakan pendapatan, pembelanjaan serta pembiayaan
APBD. Pengelolaan Keuangan daerah yang baik menghasilkan
keseimbangan antara optimalisasi pendapatan daerah, efisiensi dan
efektivitas belanja daerah serta ketepatan dalam memanfaatkan potensi
pembiayaan daerah.
Kebijakan belanja daerah tahun anggaran 2006-2010 diarahkan untuk
mencapai tujuan sebagai berikut :
1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas
pendidikan dan peningkatan derajat kesehatan
2) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan menitik beratkan
pertumbuhan ”potential basic” dan menciptakan ikon-ikon pertumbuhan
ekonomi baru.
3) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana publik.
4) Menggali dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan daerah dalam
rangka pembiayaan daerah
5) Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan mengoptimalkan
pelaksanaan otonomi daerah
6) Meningkatkan rasa aman, tertib dan damai bagi kehidupan bermasyarakat
maupun bernegara.
7) Meningkatkan keadilan dan penegakan peraturan daerah.
1. Proporsi Penggunaan Anggaran Berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah
disusun melalui pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada
BAB III - 11
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan
prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat daerah dalam pelaksanaan
tugas, pokok dan fungsinya. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan
akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi
penggunaan anggaran ke dalam program dan kegiatan. Analisis proporsi
belanja pemenuhan kebutuhan aparatur Tahun 2006-2010 dapat
ditunjukkan pada tabel 3.5 sebagai berikut :
Tabel 3.5 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Tahun 2006 – 2010, Kabupaten Nunukan No. Tahun Total Belanja Untuk
Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
(Rp)
Total Pengeluaran (Belanja + Pembiayaan
Pengeluaran) (Rp)
Persentase
(a) (b) (a) / (b) x 100% 1 2006 168.738.970.361,60 821.780.640.496,76 20,53
2 2007 123.897.380.759,00 723.762.097.788,08 17,12
3 2008 191.037.316.565,42 967.425.559.824,64 19,75
4 2009 272.522.712.051,00 1.043.085.688.693,69 26,13
5 2010 287.949.865.690,00 781.610.231.468,60 36,84
Proporsi Rata-Rata
24,07
Sumber: DPPKAD Kabupaten Nunukan (diolah)
Selama periode tahun 2006-2010, rata-rata belanja untuk memenuhi
kebutuhan aparatur adalah 24,07%. Hal ini menunjukkan bahwa alokasi
belanja untuk memenuhi kebutuhan aparatur relatif lebih kecil
persentasenya apabila dibandingkan dengan belanja untuk masyarakat
(belanja publik). Dengan demikian, kebijakan pengelolaan keuangan
daerah difokuskan untuk pembiayaan pembangunan yang berorientasi
kepada masyarakat, sedangkan pembiayaan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan aparatur lebih pada fungsi-fungsi pemerintah yaitu sebagai
fasilitator pembangunan.
BAB III - 12
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
2. Analisis Pembiayaan Daerah Perkembangan defisit rill selama kurun waktu 3 tahun dari Tahun
2008-2010 dapat digambarkan seperti terlihat pada Tabel 3.6 di bawah ini:
Tabel 3.6
Defisit Riil Anggaran Tahun 2008 – 2010 Kabupaten Nunukan
Sumber: DPPKAD Kabupaten Nunukan (diolah)
Dari Tabel tersebut, terlihat bahwa surplus riil anggaran Pemerintah
Kabupaten Nunukan pada tahun 2008 mencapai sekitar Rp. 23,80 milyar,
kemudian menjadi defisit sebesar Rp. 193,20 milyar pada tahun 2009 dan
selanjutnya mengalami surplus kembali sebesar Rp.135,12 milyar pada
tahun 2010. Sedangkan untuk menutup defisit riil anggaran pada kurun
waktu tahun yang sama, dapat digambarkan komposisinya pada Tabel 3.7
sebagai berikut:
Tabel 3.7 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran
Kabupaten Nunukan
No.
Uraian
Proporsi dari total defisit rill
2008 (%)
2009 (%)
2010 (%)
1 Sisa Lebih Perhitungan - 100 % -
No. Uraian 2008 ( Rp )
2009 ( Rp )
2010 ( Rp )
1 Realisasi Pendapatan Daerah
991.115.167.563,49 849.886.844.203,17 916.405.867.934,98
Dikurangi realisasi :
2 Belanja Daerah
967.313.269.582,26 1.034.952.804.221,28 779.538.383.738,76
3 Penegeluaran Pembiayaan Daerah
- 8.132.884.473,41 1.746.846.957,84
Defisit rill
23.801.897.981,23 (193.198.844.491,52) 135.120.637.238,38
BAB III - 13
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran Sebelumnya
2 Pencairan Dana Cadangan - - - 3 Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan - - -
4 Penerimaan Pinjaman Daerah
- - -
5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
- - -
6 Penerimaan Piutang Daerah
- - -
Sumber: DPPKAD Kabupaten Nunukan (diolah)
Dari tabel tersebut menunjukkan defisit riil seluruhnya, yang terjadi pada
Tahun Anggaran 2009 ditutup seluruhnya dengan penggunaan Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran sebelumnya. Untuk
realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran dalam kurun waktu yang sama
dapat dilihat pada tabel 3.8 di bawah ini:
Tabel 3.8 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Kabupaten Nunukan
No
Uraian
2008
2009
2010
(Rp.000) % dari Silpa
(Rp.000) % dari Silpa
(Rp.000) % dari
Silpa 1
Jumlah SILPA
245.392.495 52.193.650 187.314.287
2 Pelampauan Penerimaan PAD
5.831.977 2,38 10.187.639 19,52 (5.565.288) -2,97
3 Pelampauan Penerimaan Dana Perimbangan
(17.896.394) -7,29 (151.578.764) -290,42 93.546.257 49,94
4 Pelampauan Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
0 0 3.769.950 7,22 (1.500.000) -0,80
5 Sisa 256.456.912 104,51 171.278.132 328,16 95.807.453 -
BAB III - 14
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Penghematan Belanja atau akibat Lainnya
51,15
6 Kewajiban kepada Pihak ketiga sampai dengan akhir Tahun belum terselesaikan
0 0 1.000 0,001
7 Sisa dana Kegiatan Lanjutan
0 0 0 0 0 0
Sumber: DPPKAD Kabupaten Nunukan (diolah)
Dari Tabel di atas selama kurun waktu tiga tahun terakhir (2008-2010)
meunjukkan kondisi sebagai berikut :
• Jumlah SILPA mengalami perkembangan yang fluktuatif, yaitu dari
245,39 milyar pada tahun 2008 menurun menjadi 52,19 milyar pada
tahun 2009, dan selanjutnya mengalami kenaikan menjadi 187,31 milyar
pada tahun 2010.
• Pada umumnya SILPA yang terjadi disebabkan oleh sisa penghematan
belanja atau akibat lainnya. Kontribusi terhadap SILPA atas komponen
tersebut adalah sebesar 104,51 % pada tahun 2008 , meningkat menjadi
328,16 %, pada tahun 2009, dan selanjutnya menurun menjadi 51,15 %
pada tahun 2010.
• Pelampauan penerimaan PAD yang menjadi sub unsur penopang SILPA
menunjukkan perkembangan yang fluktuatif, yaitu sebesar Rp 5,8 milyar
pada tahun 2008, meningkat menjadi 10,18 milyar pada tahun 2009, dan
selanjutnya pada tahun 2010 menjadi minus atau kurang sebesar Rp
5,56 milyar dari target yang ditetapkan.
3.3 Kerangka Pendanaan
Pada bagian ini akan dijelaskan berkaitan dengan pengeluaran
keuangan yang harus dilakukan Pemerintah Daerah, baik terkait dengan
BAB III - 15
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
pembelanjaan pada katagori kewajiban maupun pengeluaraan pembiayaan.
Pengeluaran keuangan Pemerintah Daerah sepenuhnya mengacu pada
pedoman pengelolaan keuangan daerah, sebagaimana ketentuan normatifnya
telah disampaikan dalam uraian sebelumnya.
1. Analisis pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama Pengeluaran periodik Pemerintah Daerah yang dibebankan pada keuangan
daerah tahun 2010, memperlihatkan kondisi seperti berikut :
Tabel 3.9 Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat Serta Perioritas Utama
Kabupaten Nunukan No Uraian Tahun 2010 Catatan
(Rp) A Belanja Tidak Langsung Rp 203.929.794.590,00 1 Belanja Gaji dan Tunjangan Rp 124.879.182.590,00 2 Tambahan Penghasilan PNS Rp 76.525.032.000,00 3 Belanja Penerimaan Anggota dan
Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH
Rp 2.525.580.000,00
4 Belanja Bunga - B Belanja Langsung Rp 24.297.421.389,00 1 Belanja honorium PNS khusus
untuk guru dan tenaga medis Rp 14.370.927.961,00
2 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS Rp 1.895.000.000,00 3 Belanja jasa Kantor ( khusus
tagihan bulanan kantor seperti listrik,air,telepon dan sejenisnya)
Rp 5.572.337.437,00
4 Belanja sewa gedung kantor ( yang telah ada kontrak jangka panjangnya )
Rp 1.680.458.000,00
5 Belanja sewa perlengkapan dan peralatan kantor ( yang telah ada kontrak jangka panjangnya )
Rp 133.651.900,00
6 Belanja Sewa Sarana Mobilitas Rp 645.046.091,00 C Pembiayaan pengeluaran Rp 1.746.846.957,84 1 Pembentukan Dana Cadangan - 2 Pembayaran Pokok Utang Rp 1.746.846957,84
Sumber: DPPKAD Kabupaten Nunukan (diolah)
BAB III - 16
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
2. Proyeksi Data Masa Lalu
Berdasarkan rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah masa lalu ( tahun
2006-2010) sebesar 5,18 %, tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5-7 %,
tingkat suku bunga 8-12%, serta tingkat inflasi sebesar 5-8 % maka
proyeksi pertumbuhan pendapatan daerah Tahun 2012 – 2016 dapat
disajikan seperti tabel berikut :
Tabel 3.10 Proyeksi Pertumbuhan Pendapatan Daerah
Tahun 2012 sampai dengan 2016 Kabupaten Nunukan
Dari proyeksi pertumbuhan pendapatan daerah yang disajikan pada diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Pertumbuhan pendapatan daerah diproyeksikan meningkat dari tahun-ke
tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,78% pertahun.
• Penerimaan PAD diproyeksikan meningkat dari 38,36 milar pada tahun
2012 meningkat menjadi 51,05 milyar pada tahun 2016 dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 10 % per tahun.
• Dana perimbangan diproyeksikan meningkat dari 838,68 milyar pada
tahun 2012 meningkat menjadi 1.020,63 milar pada tahun 2016 dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 5 % per tahun.
No Uraian Rata-rata
tumbuh
Proyeksi 2012 (jt)
Proyeksi 2013 (jt)
Proyeksi 2014 (jt)
Proyeksi 2015 (jt)
Proyeksi 2016 (jt)
1 Pendapatan 5,78% 968.650,00 1.024.110,90 1.083.080,40 1.145.810,95 1.212.575,72
1.1 PAD 10,00% 38.360,00 42.196,00 46.415,60 51.057,16 56.162,88
1.2 Dana
Perimbangan
5,00% 839.680,00 881.664,00 925.747,20 972.034,56 1.020.636,29
1.3 Lain-lain
Pendapatan
Daerah yang
sah
10,64% 90.610,00 100.250,90 110.917,60 122.719,23 135.776,56
BAB III - 17
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
• Lain-lain pendapatan daerah yang sah diproyeksikan meningkat dari
90,61 milyar pada tahun 2012 meningkat menjadi 135,77 milyar pada
tahun 2016 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10,64 % per tahun.
Sedangkan pertumbuhan belanja tidak langsung diproyeksikan meningkat
sebesar 5,96% per tahun, selanjutnya pertumbuhan belanja langsung
yang periodik, wajib dan mengikat diproyeksikan meningkat sebesar 5,18%
per tahun. Proyeksi pertumbuhan belanja ini sedikit dibawah proyeksi
pertumbuhan pendapatan dengan tujuan untuk menghindari defisit
anggaran, jika dalam lima tahun ke depan terdapat belanja yang tidak
terduga dan darurat.
Tabel 3.11 Proyeksi Belanja tidak langsung dan belanja langsung yang periodik,
wajib, mengikat serta prioritas utama untuk tahun 2012 s.d. 2016 Kabupaten Nunukan (dalam jutaan rupiah)
No Uraian Pro-
yeksi 2012 2013 2014 2015 2016
A Belanja Tidak
Langsung 5,96%
222.619,80
234.207,17
246.404,03
259.242,77
272.757,51 1 Belanja Gaji dan
Tunjangan 6,85%
132.602,56
139.983,50
147.775,28
156.000,77
164.684,10 2 Tambahan
Penghasilan PNS
4,52% 80.386,72
84.037,63
87.854,35
91.844,41
96.015,68
3 Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH
5,55% 2.718,66
2.905,73
3.105,66
3.319,35
3.547,74
4 Biaya Pemungutan Pajak Daerah
6,11% 3.037,77
3.223,34
3.420,25
3.629,18
3.850,88
5 Penghasilan Lainnya
4,73% 3.874,08
4.056,98
4.248,50
4.449,07
4.659,10
B Belanja
Langsung 5,30%
226.441,76
238.171,52
250.513,80
263.500,96
277.167,11 1 Honorarium PNS 5,51%
40.317,80
42.546,55
44.898,50
47.380,47
49.999,64 2 Honorarium Non
PNS 5,06%
35.664,94
37.470,30
39.367,04
41.359,80
43.453,43 3 Uang Lembur 4,90%
BAB III - 18
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
2.219,27 2.328,53 2.443,16 2.563,44 2.689,64 4 Belanja
Beasiswa Pendidikan PNS
5,47% 2.010,10
2.119,98
2.235,87
2.358,09
2.486,99
5 Belanja Khusus, Pelatihan, Sosiaslisasi dan Bimbingan Teknis PNS
5,95% 1.859,90
1.970,32
2.087,30
2.211,22
2.342,50
6 Belanja Bahan Pakai Habis Kantor
4,86% 7.811,89
8.194,16
8.595,15
9.015,75
9.456,94
7 Belanja Bahan /Material
4,94% 15.547,72
16.312,47
17.114,84
17.956,68
18.839,93
8 Balanja Jasa Kantor
5,02% 33.758,47
35.453,69
37.234,04
39.103,79
41.067,44
9 Belanja Premi Asuransi
7,72% 639,12
696,04
758,03
825,54
899,07
10 Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor
4,65% 4.659,34
4.877,29
5.105,43
5.344,24
5.594,23
11 Belanja Cetak Dan Pengadaan
5,06% 5.396,08
5.669,64
5.957,07
6.259,07
6.576,38
12 Belanja Sewa rumah/ Gedung/ Gudang/ Parkir
6,15% 1.795,56
1.906,24
2.023,75
2.148,50
2.280,94
13 Belanja Sewa Sarana Mobilitas
7,72% 702,60
759,01
819,96
885,80
956,92
14 Belanja Sewa Alat Berat
41,67%
28,77
30,27
31,85
33,50
35,25
15 Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor
4,27% 140,00
145,98
152,23
158,73
165,52
16 Belanja Makan dan Minum
5,06% 10.805,96
11.353,04
11.927,82
12.531,70
13.166,16
17 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya
5,91% 930,43
985,64
1.044,12
1.106,08
1.171,71
18 Belanja Pakaian Kerja
6,92% 808,46
864,22
923,83
987,56
1.055,67
19 Belanja Pakaian Khusus dan Hari-hari tertentu
6,58% 1.688,06
1.799,23
1.917,72
2.044,02
2.178,63
20 Belanja Perjalanan Dinas
5,10% 50.318,46
52.891,10
55.595,27
58.437,70
61.425,45
21 Belanja Pemulangan Pegawai
5,27% 90,00
94,76
99,78
105,06
110,63
22 Belanja Pemeliharaan Jalan/ Jembatan
8,81% 57,29
65,11
74,01
84,12
95,61
23 Belanja Jasa Konsultasi/ Perencanaan/
3,97% 2.725,83
2.833,99
2.946,44
3.063,35
3.184,89
BAB III - 19
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Pengawasan 24 Belanja Tali
asih/ Santunan/ Kompensasi/ General Check up
4,73% 2.321,01
2.430,00
2.544,12
2.663,59
2.788,67
25 Belanja Khusus Pelatihan, Sosialisasi dan Bimbingan Teknis
7,27% 771,29
827,26
887,29
951,68
1.020,74
26 Belanja Jasa Konsultasi
5,02% 3.283,45
3.447,46
3.619,66
3.800,46
3.990,29
27 Belanja Pemeliharaan Dermaga
41,67%
28,77
30,27
31,85
33,50
35,25
28 Belanja Pemeliharaan Bangunan
8,81% 61,18
68,94
77,67
87,51
98,59
C Pembiayaan Pengeluaran
1 Pembayaran Pokok utang
100*
TOTAL
449.062
472.379
496.918
522.744
549.925
3. Perhitungan Kerangka Pendanaan
Setelah mengetengahkan kondisi pengelolaan keuangan daerah masa lalu
yang dibuat hingga tahun 2010, sebagai kerangka keuangan yang telah
dimasukan dalam laporan keuangan daerah, selanjutnya akan digambarkan
kapasitas riil keuangan daerah untuk mendanai kebutuhan Pembangunan
Daerah hingga tahun 2016 mendatang seperti yang tercantum pada tabel
3.12 berikut ini:
Tabel 3.12
Proyeksi tentang Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Nunukan Untuk Pendanaan Pembangunan Daerah Pada
Kurun Tahun 2011-2016
No.
Uraian
Proyeksi per Tahun 2012 2013 2014 2015 2016
(Rp. Juta) (Rp. Juta) (Rp. Juta) (Rp. Juta) (Rp. Juta)
1. Pendapatan
968.650,00
1.024.110,90
1.083.080,40
1.145.810,50
1.212.575,70
2. Pencairan dana cadangan (sesuai Perda)
-
-
-
-
-
BAB III - 20
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Dari tabel tersebut dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
• Kapasitas riil kemampuan keuangan untuk mendanai Pembangunan
Daerah selama lima tahun ke depan berkisar antara Rp 719,58 milyar
s.d. 767,05 milyar. Jumlah tersebut diproyeksikan meningkat dari tahun
ke tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,61% per tahun.
• Jumlah SILPA diproyeksikan menurun dari tahun ke tahun. Rata-rata
penurunan SILPA selama kuruan waktu lima tahun mendatang
diproyeksikan sebesar 15,00%.
• Dengan adanya kebijakan penurunan SILPA secara terus menerus dari
tahun ke tahun mengandung arti bahwa kegiatan pembangunan harus
dilaksanakan semaksimal mungkin sehingga tidak terjadi kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan (optimalisasi penganggaran belanja
pembangunan).
Tabel 3.13 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Keuangan Daerah
Pemerintah Kabupaten Nunukan Tahun 2011-2016
No
Uraian
Proyeksi per Tahun
2012 2013 2014 2015 2016 (Rp. Juta)
(Rp. Juta)
(Rp. Juta)
(Rp. Juta)
(Rp. Juta)
I Kapasitas Rill kemampuan Keuangan
719.588
721.578
730.663
745.892
767.052
3. Sisa Lebih Riil Perhitungan Anggaran
200.000,00
170.000,00
144.500,00
122.825,00
104.401,25
Total penerimaan
1.168.650,0
1.194.110,9
1.227.580,4
1.268.635,5
1.316.976,9
Dikurangi:
4. Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
449.061,56 472.532,69 496.917,83 522.743,74 549.924,62
Kapasitas riil kemampuan keuangan
719.588,44
721.578,21
730.662,57
745.891,76
767.052,33
BAB III - 21
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Rencana alokasi pengeluaran prioritas I
II.a Belanja Langsung 747.168
759.760
772.939
787.195
812.141
II.b Pembentukan dana cadangan
-
-
-
-
-
Dikurangi : II.c Belanja langsung
yang wajib dan mengikat serta prioritas utama
226.442
238.172
250.514
263.501
277.167
II.d Pengeluaran pembiayaan yang wajib mengikat serta prioritas utama
-
154
-
-
-
II Total rencana pengeluaran prioritas I (II.a+II.b-II.c-II.d)
520.726
521.434
522.425
523.694
534.973
Sisa kapasitas riil kemampuan keuangan daerah setelah menghitung alokasi pengeluaran prioritas I (I-II)
198.862
200.144
208.237
222.198
232.079
Rencana alokasi pengeluaran prioritas II
III.a Belanja Tidak Langsung
416.482
424.350
449.642
476.440
504.836
Dikurangi : III.b Belanja tidak
langsung yang wajib dan mengikat serta prioritas utama
222.619,80 234.207,17 246.404,03 259.242,77 272.757,51
III Total rencana pengeluaran prioritas II (III.a-III.b)
193.862
190.143
203.238
217.198
232.079
Surplus anggaran riil atau Berimbang (I-II-III)*
5.000
10.000
5.000
5.000
0
BAB III - 22
RPJM Kabupaten Nunukan 2011 - 2016
Dari tabel No. III.12 tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rencana kapasitas riil keuangan daerah digunakan untuk :
• rencana alokasi prioritas I, yaitu belanja lansung yang tidak wajib dan
mengikat serta prioritas utama sebesar Rp 520,72 milyar pada tahun 2012
meningkat menjadi 534,97 milyar pada tahun 2016.
• Rencana alokasi prioritas II, yaitu belanja tidak langsung yang tidak wajib
mengikat serta prioritas utama seperti belanja subsidi, belanja hibah,
belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan, dan belanja tak
terduga sebesar Rp 193,86 milyar pada tahun 2012 meningkat menjadi
232,07 milyar pada tahun 2016.
• Surplus anggaran riil sebesar 5 milyar pada tahun 2012, meningkat
menjadi 10 milyar pada tahun 2013, menurun menjadi 5 milyar pada tahun
2014 dan tahun 2015 digunakan untuk meningkatkan investasi daerah
(pengeluran pembiayaan)