Upload
lia-fristka-natha
View
1.657
Download
1
Embed Size (px)
Diare akut
Dwita Permata Sari
10-2008-214
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Pendahuluan
Diare merupakan penyakit yang lazim ditemukan pada bayi maupun pada anak-anak.
Menurut WHO diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali dalam
1 hari, dan biasanya berlangsung selama 2 hari atau lebih. Penyakit diare hingga kini masih
merupakan salah satu penyakit utama pada bayi ataupun anak di Indonesia. Diperkirakan
angka kesakitan berkisar diantara 150-430/1000 penduduk setahunnya. Dengan upaya yang
sekarang telah dilaksanakan, angka kematian di rumah sakit dapat ditekan kurang dari 3%.
Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat daripada gastroenteritis karena istilah yang
disebut terakhir ini memberikan kesan seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan oleh
infeksi, dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan.
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk
bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak bila frekuensi lebih dari 3 kali. Penyebab dari
diare ini dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu : factor infeksi, factor malabsorpsi
karbohidrat, factor makanan, factor psikologis, yang ditandai dengan gejala klinis mula-mula
bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada kemudian timbul diare. Pemeriksaan bisa dilakukan dengan pemeriksaan tinja,
pemeriksaan darah, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin, pemeriksaan eletkrolit terutama
kalium, natrium, dan fosfor, serta pemeriksaan intubasi duodenum. Pengobatan diare pada
anak dapat dilakukan dengan pemberian cairan, dietik, dan obat-obatan.
Anamnesis
Anamesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien / keluarganya /
orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien dengan memperhatikan petunjuk-
petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien, meliputi :
Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:
1. Identitas pasien
Nama,tempat tanggal lahir, usia (neonatus,balita,sekolah), jenis kelamin,nama
orangtua,alamat.dan sebagainya
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien
3. Riwayat penyakit dahulu
Kronologi penyakit, ada tidaknya riwayat sakit dahulu yang pernah di derita
4. Riwayat kesehatan
Berupa riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat pertumbuhan ( berat badan
tinggi badan), riwayat makanan
5. Riwayat keluarga dan lingkungan, sosial-ekonomi-budaya
Dalam diagnosa kasus ini anamnesis yang dipertanyakan adalah :
1. Waktu dan frekuensi diare
Diare pada malam hari sepanjang hari selalu menunjukan penyakit organic.
Perasaan ingin buang air besar yang tidak bisa ditahan merupakan kunci penting
bagi petunjuk kearah penyakit inflamasi. Diare yang timbul akut terus berlanjut
menjadi kronik dengan riwayat berpergian mengingatkan pada diare pada turis
traveler diarea atau sprue tropis. Diare dengan frekuensi 3-4 kali sehari dan terjadi
pagi hari menunjukan sindrom usus iriatif.1
2. Bentuk tinja
Bila terdapat minyak dalam tinja menunjukan insufisiensi pancreas. Tinja pucat
(steatorea) menandakan kelainan di proksimal ileosekal. Diare seperti air biasa
terjadi akibat kelainan pada semua tingkat dari system pencernaan terutama usus
halus. Adanya makanan yang tidak tercerna adaalah manifestasi dari kontak yang
terlalu cepat antara tinja dan dinding usus. Bau asam menunjukan penyerapan
karbohidrat yang tidak sempurna. Harus dibedakan anatara perdarahan yang
disertai diare dengan perdrahan yang menyertai tinja normal. Pada kolitis infeksi
dan kolitis ulserosa perdarahan disertai dengan diare, sedangkan perdarahan yang
menyertai tinja normal terdapar pada keganasan, polip, hemoroid, dan fissura ani.
3. Nyeri abdomen dan keluhan lain yang menyertai diare
Nyeri abdomen ini merupakan kelainan tak khas, karena dapat terjadi pada
kelainan organik maupun non organik. Pada penyakit organik, lokasi rasa sakit
menetap sedangkan pada diare psikogenik nyerinya dapat berubah ubah baik
tempat maupun penyebarannya. Nyeri abdomen yang disebabkan kelainan usus
kecil berlokasi disekitar pusat, dan kolik yang iakibatkan kelaian usus besar,
letaknya suprapubik. Nyeri terus menerus menandakan ulserasi yang berat pada
usus atau adanya komplikasi abses. Demam sering menyertai infeksi atau
keganasan. Mual dan muntah dapat juga menunjukan infeksi.
4. Obat
Banyak macam obat mengakibatkan diare, seperti laksan, antasida, diuretik,
bahkan neomisin. Penghentian obat beberapa hari dapat dicoba untuk membantu
menegakan diagnosis. Bila diare berhenti dengan dihentikannya obat, maka
kemungkinan besar diare disebabkan oleh obat tersebut.
5. Makanan
Diare dan mual yang menyertai minum susu menunjukkan dugaan kuat terhadap
intoleransi lactose dan sindrom usus iriatif. Pada pada pasien dengan riwayat diare
terhadap makanan tertentu biasanya mempunyai riwayat alergi dalam keluarganya
atau manifestasi alergi lain seperti asma.
6. Lain-lain
Anamnesis diare berupa air yang sangat hebat tanpa gejala yang jelas ke arah
infeksi dapat dikarenakan antara lain tumor endokrin penyebab diare yaitu
karsinoma meduler tiroid dan diare hormonal yang lain misalnya fipoma, sindrom
karsinoid atau kecanduan obat-obat pencahar.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan fisik :
a) Tanda-tanda vital
Suhu badan mengalami peningkatan, nadi menjadi cepat dan lemah,t ekanan darah
menurun
b) Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala,
lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan
berat badan
c) Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus
meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer
d) Integumen
lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek, mata cekung.
Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan tinja selalu penting,mula-mula di perhatikan apakah bentuknya
cair, setenah padat,atau bercampur darah,lendir.Harus segera di periksa apakah
ada amoeba,cacing/telur,leukosit, dan eritrosit.adanya gelembung lemak
memberi dugaan kearah malabsorbsi lemak dan penyakit pancreas.adanya
eritrosit menunjukan adanya infeksi , sedangkan jika ada leukosit
kemungkinan ada infeksi dan inflamasi usus.Pemeriksaan pH tinja perlu di
lakukan bila ada dugaan malabsorbsi karbohidrat,di mana pH tinja di bawah
6,di sertai tes reduksi positif menunjukan adanya intoleransi
glukosa.Pewarnaan gram perlu di lakukan untu mengetahui diare oleh karna
infeksi bakteri,jamur ,dan sebagainya.selain itu dapat di periksa sifat tinja
berupa volume baik itu banyak dan berbau busuk menunjukan adanya infeksi
dan bila terdapat kelainan demikian ,dapat langsung di lakukan kultur tinja.
Bila terdapat minyak dalam tinja menunjuka insufisiensi pancreas,tinja
pucat(steathore) menandakan kelainan di proximal ileosekal.diare seperti air
bisa terjadi akibat kelainan pada semua tingkat dari GI tract.adanya makana
yang tidak tercerana di saluran cerna adalah manifestasi dari kontak yang
terlalu cepat antara tinja dengan dinding usus .sedangkan bau asam
menunjukan adanya penyerapan karbohidrat yang tidak sempurna.perlu di
bedakan perdarahan yang disertai diare atau perdarahan yang menyertai tinja
normal.Pada colitis infeksi dan colitis ulcerosa perdarahan disertai dengan
diare,sedangkan yang menyertai tinja normal ada keganasan,hemoroid.polip
dan lainya.Pemeriksaan fisik tinja normal tidak selalu menyingkirkan kelainan
organic.2
Pemeriksaan darah
Idealnya pemeriksaan darah di lakukan setelah pemeriksaan tinja .bila
pemeriksaan tinja saja belum mengarah ke diagnosis. Pada diare inflamasi
ditemukan lekositosis, LED yang meningkat dan hipoproteinemia. Albumin
dan globulin rendah akan mengesankansuatu protein losing enteropathy akibat
inflamasi intestinaseperti anemia defesiensi besi,B12 serta asam folat pada
gangguan absorbsi. Kadar B12 rendah adanya pertumbuhan bakteri yang
berlebihan pada semua tempat di usus kecil.kadar albumin rendah menunjukan
adanya tanda protein loosing dari peradangan di ileum,yeyunum ,kolon atau
pada syndrome malabsorbsi.semua keadaan di atas perlu konfirmasi dengan
biobsi.Eusinofil dapat di jumpai pada gastroenteritis eusinofilik ,alergi
makanan,atau infeksi parasit diusus.Pemeriksaan serologis terhadap amoeba
harus dilakukan.Pada pasien dengan kecurigaan infeksi kronik perlu di periksa
juga kemungkinan imunodefisiensi.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan
analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan)
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor
dalam serum.
Pemeriksaan untubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
Diagnosis :
Working diagnosis :
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan gejala
klinis. Pada skenario dikatakan bahwa anak perempuan usia 4 tahun mengalami diare 7x/hari,
feses cair seperti air, tidak berbau busuk, tidak ada darah tidak ada lendir, berwarna
kekuningan. Anak tersebut lemas, dan tidak nafsu makan. Ia tidak buang air kecil sejak 8 jam
yang lalu. Pemeriksaan fisik : BB:14kg, suhu:37,8°C, kering, turgor kulit menurun, suara
bising usus meningkat. Dari data diatas bisa disimpulan bahwa anak tersebut mengalami
diare cair akut disertai dehidrasi sedang. Diare cair akut merupakan diare yang terjadi secara
akut dan berlangsungkurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan
pengeluarantinja yang lunak / cair yang sering dan tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan
panas. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi, dan bila masukan makanan kurang dapat
mengakibatkan kurang gizi. Kematian yang terjadi disebabkan karena dehidrasi. Penyebab
terpenting diare pada anak-anak adalah Shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium,
Vibrio cholera, Salmonella, E. coli, rotavirus.2
Diferntial diagnosis :
Dysentri
Sindrom desentri terdiri dari kumpulan gejala diare dengan darah dan lendir dalam feses dan
adanya tenesmus.Diare berdarah dapat disebabkan oleh kelompok penyebab diare,seperti
oleh infeksi virus, bakteri, parasit, Intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Tetapi
sebagian besar disentri disebabkan oleh infeksi.Penularannya secara fecal –oral kontak dan
orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. penyebab utama disentri adalah
Shigella, Salmonela, compylobacter jejui, Escherichia ( E. Coli) , dan Entamoeba histolytica.
Disentri berat ummunya disebabkan oleh shigellia dysentery, kadang-kadang dapat juga
disebabkan oleh shigella flexneri, salmonella dan enteroinvasl v.e.E.coli ( EIEC).5
Infeksi ini menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan biasanya terjadi pada
daerah dengan sanitasi dan higiene perorangan yang buruk Diare pada disentri umumnya
diawali oleh diare cair, kemudian pada hari kedua atau ketiga baru muncul darah, dengan
maupun tanda lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya
nafsu makan dan badan terasa lemah.Pada saat tenesmus terjadi, pada kebanyakan penderita
akan mengalami penurunan volume diarenya dan mungkin feses hanya berupa darah dan
lendir. Gejala Infeksi saluran napas akut dapat menyertai disentri. Dissentri dapat
menimbulkan dehidrasi,dari yang ringan sampai dengan dehidrasi berat walaupun
kejadiannya lebih jarang jika dibandingkan dengan diare cair akut, Komplikasi disentri dapat
terjadi lokal di saluran cema maupun sistemik.
Diare persisten
Adalah diare yang mula-mula bersifat akut tapi berlangsung selama 14 hari. Episode ini
dimulai sebagai diare cair atau disentri. Kehilangan berat badan yang nyata sering terjadi.
Volume tinja dalam jumlah banyak sehingga ada resiko dehidrasi. Penyebab : E. coli,
Shigella dan Cryptosporidium. Diare persisten berbeda dengan diare kronik, yakni diare
intermitten (hilang-timbul), atau yang berlangsung lama dengan penyebab non infeksi, seperti
penyakit sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun.
Etiologi :
Etiologi diare dapat dibagi beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi enternal ini meliputi :
Infeksi bakteri (10-20%): vibrio, E.coli, salmonella, shigella,
campylobacter, yersenia, aeromonas
Infeksi virus (70%) : enterovirus , adenovirus, rotairus, astrovirus
Infeksi parasit : cacing (ascaris , trichiuris, oxyuris, strongyloides
Protozoa (10%) : entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas
homonis
Jamur : candida albicans
2. Infeksi parenteral yaitu infitits infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti otitis mdia akut, tonsilofaringitis, bronkopnemonia, ensefalitis. Keadaan
teruta pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.3
3. Faktor malabsorbsi :
Malabsorbsi Karbohidrat (Gula). Malabsorbsi karbohidrat atau gula
adalah ketidakmampuan untuk mencerna dan menyerap (absorb) gula-
gula. Malabsorbsi gula-gula yang paling dikenal terjadi dengan
kekurangan lactase (juga dikenal sebagai intoleransi lactose atau susu)
dimana produk-produk susu yang mengandung gula susu, lactose,
menjurus pada diare. Lactose tidak diurai dalam usus karena
ketidakhadiran dari enzim usus, lactase, yang normalnya mengurai
lactose. Tanpa diurai, lactose tidak dapat diserap kedalam tubuh.
Lactose yang tidak tercerna mencapai usus besar dan menarik air
(dengan osmosis) kedalam usus besar. Ini menjurus pada diare.
Meskipun lactose adalah bentuk yang paling umum dari malabsorbsi
gula, gula-gula lain dalam diet juga mungkin menyebabkan diare,
termasuk fructose dan sorbitol.
Malabsorbsi Lemak. Malabsorbsi lemak adalah ketidakmampuan
untuk mencerna atau menyerap lemak. Malabsorbsi lemak mungkin
terjadi karena sekresi-sekresi pankreas yang berkurang yang adalah
perlu untuk pencernaan lemak yang normal (contohnya, disebabkan
oleh pankreatits atau kanker pakreas) atau oleh penyakit-penyakit dari
lapisan dari usus kecil yang mencegah penyerapan dari lemak yang
telah dicerna (contohnya, penyakit celiac). Lemak yang tidak tercerna
memasuki bagian terakhir dari usus kecil dan usus besar dimana
bakter-bakteri merubahnya kedalam senyawa-senyawa (kimia-kimia)
yang menyebabkan air disekresikan oleh usus kecil dan usus besar.
Lintasan melalui usus kecil dan usus besar juga mungkin lebih cepat
ketika ada malabsorbsi dari lemak.
Faktor makanan : Faktor makanan misalnya makanan basi, beracun,
atau alergi terhadap makanan. Penularan melalui kontak dengan tinja
yang terinfeksi secara langsung,seperti :
Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang
sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang
kotor.
Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak
air dengan benar.
Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.
Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus
kematian sebagai akibatnya.4 Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5
– 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5 episode per anak
per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka
kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila
dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan
penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian
bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 2. Diare
pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak
terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3
juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.
Patofisisologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
Gangguan osmotik : akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Gangguan sekresi : akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan
isi rongga usus
Gangguan motilitas usus : hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Patogenesis diare akut :
Masuknya jasad renik yang msih hidup kedalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung
Jasad renik tersebut berkembang biak didalam usus halus.
Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diargenik)
Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.3
Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab diare. Virus
dapat secara langsung merusak villi usus halus sehingga mengurangi luas permukaan usus
halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan terhambatnya
perkembangan normal villi enterocytes dari usus kecil dan perubahan dalam struktur dan
fungsi epitel. Perubahan ini menyebabkan malabsorbsi dan motilitas abnormal dari usus
selama infeksi rotavirus.5
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri non
invasive (vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus, berkembang
dan kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan lendir), kemudian
bakteri akan masuk ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan
cAMP yang akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa
menimbulkan kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus teregang,
kemudian terjadilah diare.
Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive, campylobacter) mengakibatkan
ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon inflamasi. Toksin bakteri
dapat mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di luar usus. Enterotoksin
Escherichia coli yang tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin yang
tidak tahan panas mengaktifkan guanilat siklase.6
Gejala klinis :
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung
lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus dan
sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan/atau
sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi.
Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang.
Selaput lendir mulut dan bibir kering.3
Tentukan status hidrasi : pasien anak-anak juga bisa datang dalam keadaan kurang cairan,
disertai takikardi dan hipotensi postural, sehingga membutuhkan cairan salin intravena.
Pada umumnya demam merupakan tanda penyakit infeksi, namun bisa juga didapatkan pada
kolitis yang berat. Penanda penyakit kronis (clubbing, koilonikia, leukonikia, ulkus di mulut,
penurunan berat badan) bisa ditemukan pada penyakit inflamasi usus kronis. Bisa ditemukan
nyeri abdomen nonspesifik. Sigmoidoskopi dan biopsi rectal bisa membantu.
Derajat Dehidrasi 7
Gejala &
Tanda
Keadaan
UmumMata
Mulut/
LidahRasa Haus Kulit
%
turun
BB
Estimasi
def. cairan
Tanpa
DehidrasiBaik, Sadar Normal Basah
Minum
Normal, Tidak
Haus
Dicubit
kembali
cepat
< 5 50 %
Dehidrasi
Ringan -
Sedang
Gelisah Rewel Cekung KeringTampak
Kehausan
Kembali
lambat5 – 10 50–100 %
Dehidrasi Berat
Letargik,
Kesadaran
Menurun
Sangat
cekung dan
kering
Sangat
kering
Sulit, tidak
bisa minum
Kembali
sangat
lambat
>10 >100 %
Gejala
klinik
Rotavirus Shigella Salmonella E .coli
entero
sigenik
E . coli
entero
invasif
cholera
Mual
muntah
Sering jarang sering + - sering
Panas + ++ ++ - ++ -
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus
kolik
Tenesmus
kolik
Kadang” Tenesmus
kolik
Kolik
Gejala lain Sering
distensi
abdomen
Pusing ,dap
at ada
kejang
Hipotensi Pusing
bakterimia
toksemia
sistemik
Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
frekuensi 5-10 kali >10kali Sering Sering Sering Terus-menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - Sering Kadang - + -
Bau - - Busuk Tdk spesifik - Amis
Warna Kuning
hijau
Merah
hijau
Hijau Tdk
berwarna
Merah –
hijau
Seperti cucian
beras
Leukosit - + + - - -
Sifat lain anoreksia kejang sepsis Meteorismus Infeksi
sistemik
-
Komplikasi :
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi seperti :
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
Renjatan hipovolemik.
Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektrokardiogram).
Hipoglikemi
Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan
vili mukosa usus halus.
Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.3
Penatalaksanaan :
Penggantian Cairan dan elektrolit
Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang
adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan
dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang
tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi
intavena yang membahayakan jiwa. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri
dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium
klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara
komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan
dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral
pengganti dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok
teh baking soda, dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1
cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Pasien harus minum
cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama kalinya.
Jika terapi intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline
normal atau laktat Ringer harus diberikan dengan suplementasi kalium
sebagaimana panduan kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan baik
dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan
penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi
oral sesegera mungkin.
Mengobati kausa Diare
Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji klinis.Obat anti diare
hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati kausa, tidak memperbaiki kehilangan air
dan elektrolit serta menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Antibiotik yang tidak
diserap usus seperti streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon dan sulfonamid dapat
memperberat yang resisten dan menyebabkan malabsorpsi. Sebagian besar kasus diare tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self
limiting).Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera
shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali
pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri
mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan
secara klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan darah
dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat
menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi
dan sirkulasi.9
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain
Kolera :
Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)
Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)
Shigella :
Trimetroprim 5-10mg/kg/hari
Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)
Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)
Amebiasis:
Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)
Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5 hari
tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis :
Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )
Pencegahan :
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat.
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
2. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan
tempat tinggal.
3. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau
bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah
6. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air
bersih dan jamban/WC yang memadai.9
7. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara
jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter
agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih
untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
Prognosis
Secara umum prognosis untuk diare akut pada anak bergantung pada penyakit
penyerta/komplikasi yang terjadi.Jika diarenya segera di tangani sesuai dengan kondisi umum
pasien maka kemungkinan pasien dapat sembuh.Yang paling penting adalah mencegah
terjadinya dehidrasi dan syok karena dapat berakibat fatal.jika terdapat penyakit penyerta
yang memberatkan keadaan pasien maka perlu di lakukan pengobatan terhadap penyakitnya
selain penanganan terhadap diare.10Oleh karna itu perlu di lakukan diagnosa pasti
berdasarkan pemeriksaan penunjang lain yang membantu, sehingga dapat di lakukan
penanganan yang tepat sesuai Penyebab/kausal dari diare yang di alaminya
Kesimpulan :
1. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per
hari, disertai dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu
2. Cara penularan diare umumnya melalui cara fekal – oral. Faktor resiko
( Faktor umur, Infeksi asimtomatik, Faktor musim, Epidemi dan pandemik)
3. Sebagian besar penyebab infeksi diare adalah Rotavirus. Etiologi diare dapat
dibagi dalam beberapa faktor, yaitu: Faktor infeksi, Faktor Malabsopsi, Faktor
makanan : makanan, Faktor Psikologis
4. Gejala klinis: Bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare.
Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan/ atau lendir, warna tinja
berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya
defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama makin menjadi
asam akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang
tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
5. Upaya pencegahan diare: Penggunaan ASI, Perbaikan pola penyapihan, dan
Perbaikan higiene perorangan.10
Daftar pustaka
1. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu kebidanan. Edisi 3; jilid III.
Jakarta: P.T. Gramedia. 2004. Hal 630-40.
2. Norasid H,Surratmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare ) akut dalam:
Gastroenterologi anak praktis, Ed Suharyono, Aswitha B,EM Halimun : edisi ke2
Jakarta 2005: Balai penerbit FK-UI hal 51-76
3. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2000.
hal 283-7
4. Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosa
dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2004 : Salemba Medika hal
73-103
5. Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Nelson textbook of pediatrics.
Edisi 15; Vol. 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. Hal 1339-58
6. Juffire M, Sri Supar dkk. Buku ajar Gastroenterologi-Hepatologi. UKK Gastro-
Hepatologi IDAI. 2011
7. Diare pada Anak. [ update 2011 mar 10, citied 2011 mar 20.00 WIB] Available
From: http://www.docstoc.com/docs/36661392/Diare-pada-anak
8. Panduan Pelayanan medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Nasional DR.
Cipto Mangunkusumo. Jakarta. 2007
9. Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare akut
dalam kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2008
10. Hegar B, Kadim M. Tatalaksana diare akut pada anak dalam Majalah kesehatan
Kedokteran indonsia Vol 1 No 06,2006