DIAGNOSIS KOMUNITAS KUSTA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

DK IKM

Citation preview

Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Morbiditas Penyakit Kusta dengan Peningkatan Pengetahuan Masyarakat dan Deteksi Dini di RT 02 RW 06, Kampung Pakuhaji , Desa Tobat, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Periode 7 Mei - 5 Juni 2015.

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGPenyakit kusta, yang disebut Morbus Hansen atau leprae dalam dunia kedokteran, merupakan suatu penyakit menular menahun yang disebabkan Mycobacterium leprae. Seseorang dapat terkena penyakit kusta apabila melakukan kontak berkala dengan pasien kusta yang tidak diobati, yaitu droplet yang berasal dari mulut atau hidung penderita tersebut. Deteksi untuk mengetahui melalui penularan penyakit kusta bukanlah hal yang mudah karena masa inkubasi yang diperlukan hingga timbulnya gejala adalah lima tahun, bahkan terkadang gejala baru muncul setelah 20 tahun. Selain menimbulkan kelainan berupa nodul pada kulit, kusta juga dapat menyebabkan gangguan saraf berupa hilangnya kemampuan sensoris. Jika tidak diobati, penyakit tersebut dapat menimbulkan kerusakan saraf, atrofi otot, serta kecacatan permanen. Penderita kusta yang mengalami cacat akan kehilangan kemandirian untuk melakukan aktivitas sehingga menambah beban penyakit itu sendiri.1Sejak jaman dahulu, kusta telah dianggap penyakit menular. Ada banyak negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin yang memiliki kasus kusta yang signifikan. Berdasarkan laporan resmi dari 103 negara, terdaftar 180.464 kasus kusta pada tahun 2014. Sedangkan pada tahun 2013 ditemukan 215,557 kasus baru.2 Indonesia merupakan 1 dari 9 negara dengan endemitas kusta tertinggi di dunia menurut WHO sekaligus menjadi peringkat ke-3 penderita kusta terbanyak setelah India dan Brazil. Pada tahun 2009, pravelensi penyakit kusta di Indonesia tercatat sebesar 20,329 kasus.1 Diantara tahun 2011-2013 terlihat bahwa sebanyak 14 provinsi di Indonesia (42.4%) termasuk dalam beban kusta tinggi. Sedangkan 19 propinsi lainnya (57.6%) termasuk dalam beban kusta rendah. Hampir seluruh provinsi di bagian timur Indonesia merupakan daerah dengan beban kusta tinggi. Jawa Barat menempati urutan ke-2 kasus kusta terbanyak pada tahun 2013 yaitu sebanyak 2,180 kasus setelah Jawa Timur. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 provinsi yang mengalami kenaikan jumlah penderita dalam kurun waktu 2011-2013 terdapat di Provinsi Banten yaitu sebanyak 202 kasus.3Berdasarkan data Puskesmas Gembong pada tahun 2014, didapatkan 11 kasus baru dan pada rentang waktu Januari-Maret 2015, tercatat bahwa terdapat 2 kasus kusta yang ditangani oleh Puskesmas Gembong. Dari tahun 2012 hingga 2014, ditemukan terbanyak di Desa Tobat dan mencapai lebih dari 50 persen total kasus baru. Target KemenKes untuk daerah beban kusta adalah < 5 per 100.000 penduduk.3 sedangkan pada wilayah kerja Puskesmas Gembong pada tahun 2012 dengan jumlah penduduk sebanyak 47.976, ditemukan kasus baru kusta sebanyak 12 kasus atau setara dengan 25 per 100.000 penduduk, tersebar pada Desa Tobat 7 orang, Desa Gembong 2 orang, Desa Cangkudu 2 orang, dan Desa Sukamurni 1 orang. Pada tahun 2013 dengan jumlah penduduk sebanyak 50.036 , ditemukan kasus baru kusta sebanyak 9 kasus atau 19,98 /100.000 penduduk, tersebar pada Desa Tobat 6 orang, Desa Gembong 0 orang, Desa Cangkudu 1 orang, dan Desa Sukamurni 2 orang. Dan pada tahun 2014 dengan jumlah penduduk sebanyak 51.600 , ditemukan kasus baru kusta sebanyak 11 kasus atau 21,31 /100.000 penduduk, tersebar pada Desa Tobat 6 orang, Desa Gembong 2 orang, Desa Cangkudu 2 orang, dan Desa Sukamurni 1 orang. Kusta merupakan menyakit menular yang apabila tidak terdiagnosis dini akan menimbulkan kecacatan yang ireversibel. Untuk mencegah terjadinya kecacatan tersebut, dibutuhkan pemutusan rantai penularan yang dapat dicapai dengan cara pengobatan kepada penderita kusta secara tepat dan dibutuhkan juga deteksi dini untuk menjaring kasus - kasus baru agar dapat ditangani lebih awal dan tidak menjadi sumber penularan.

1.2 TUJUAN1.2.1Tujuan Umum Diturunkannya morbiditas kusta di wilayah kerja Puskesmas Gembong1.2.2Tujuan Khusus1. Diketahuinya masalah utama di wilayah kerja Puskesmas Gembong .2. Diketahuinya masalah-masalah yang menyebabkan tingginya insiden kusta di Desa Tobat 3. Diketahuinya intervensi sebagai alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan dalam jangka pendek dan memiliki daya ungkit yang besar dalam menunjang tujuan jangka menengah dan jangka panjang yang diharapkan4. Diketahuinya hasil intervensi yang dilakukan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Kusta2.1.1 Definisi4,5Kusta atau yang dikenal sebagai Morbus Hansen, Lepra, merupakan penyakit infeksi yang kronik dan penyebabnya adalah Mycobacterium Leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.2.1.2 Epidemiologi5Distribusi angka penemuan kasus baru kusta di dunia yang terlapor di WHO pada awal tahun 2012 terlihat pada peta berikut.

Gambar 1. epidemiologi kusta di dunia2,5Jumlah kasus baru kusta di dunia pada tahun 2011 adalah sekitar 219.075. Dari jumlah tersebut paling banyak terdapat di regional Asia Tenggara (160.132) diikuti regional Amerika (36.832), regional afrika (12.673) dan sisanya berada diregional lain di dunia.52.1.3 Patogenesis4Pada tahun 1960 Shepard berhasil menginokulasikan Mycobacterium leprae pada kaki mencit, dan berkembang biak di sekitar tempat suntikan. Dari berbagai macam spesimen, bentuk lesi maupun negara asal penderita, ternyata tidak ada perbedaan spesies. Agar dapat tumbuh diperlukan jumlah minimun Mycobacterium leprae yang disuntikkan dan kalau melampaui jumlah maksimun tidak berarti meningkatkan perkembangbiakan.4Inokulasi pada mencit yang telah diambil timusnya dengan diikuti iradiasi 900 r, sehingga kehilangan respon iun selularnya, akan menghasilkan granuloma penuh kuman terutama di bagian tubuh yang relatif dingin, yaitu hidung, cuping telinga, kaki, dan ekor. Kuman tersebut selanjutnya dapat diinokulasikan lagi, berarti memenuh salah satu postulat Koch, meskipun belum sepenuhnya dapat dipenuhi.4Sebenarnya Mycobacterium leprae mempunyai patogenitas dan daya invasi yang rendah, sebab penderita yang mengandung kuman yang lebih banyak belum tentu memberikan gejala yang lebih berat, bahkan dapat sebaliknya. Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dengan derajat penyakit, tidak lain disebabkan oleh respon imun yang berbeda, yang menggugah timbulnya reaksi granuloma setempat atau menyeluruh yang dapat sembuh sendiri atau progresif. Oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut sebagai penyakit imunologik. Gejala klinisnya lebih sebanding dengan tingkat reaksi selularnya daripada intensitas infeksinya.4

2.1.4 Diagnosis, Diagnosis banding dan Klasifikasi52.1.4.1 Diagnosis5Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun dan disebabkan oleh kuman kusta Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf tepi/perifer sebagai afinitas pertama, Lalu kulit dan mukosa saluran nafas bagian atas, kemudian dapat ke organ tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Atas dasar definisi tersebut, maka untuk mendiagnosis kusta dicari kelainan yang berhubungan dengan gangguan saraf tepi dan kelainan yang tampak pada kulit.5Untuk menetapkan diagnosis penyakit kusta perlu dicari tanda-tanda utama atau tanda kardinal yaitu:1. Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa.Kelainan kulit/lesi yang dapat berbentuk bercak putih (hipopigmentasi) atau kemerahan (eritema) yang mati rasa (anestesi).2. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf.Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan saraf tepi (neurtis perifer) kronis. Gangguan fungsi saraf ini bisa berupa:a. Gangguan fungsi sensorik: mati rasab. Gangguan fungsi motorik: kelemahan (paresis) atau kelumpuhan (paralisis) ototc. Gangguan fungsi otonom: kulit kering dan retak-retak 3. Ditemukannya basil tahan asam (BTA) didalam kerokan jaringan kulit.Seseorang dinyatakan sebagai penderita kusta bilamana terdapat satu dari tanda-tanda utama diatas. Pada dasarnya sebagian besar penderita dapat di diagnosis dengan pemeriksaan klinis. Apabila hanya ditemukan tanda kardinal kedua, perlu dirujuk terhadap wasor atau ahli kusta. Jika masih ragu orang tersebut dianggap sebagai penderita yang dicurigai (suspek).Tanda-tanda tersangka kusta:1. Tanda-tanda pada kulita. Bercak kulit yang merah atau putih (gambaran yang paling sering ditemukan) dan atau plakat pada kulit, terutama di wajah dan telingab. Bercak kurang/mati rasac. Bercak yang tidak gatald. Kulit mengkilap atau kering bersisike. Adanya kelainan kulit yang tidak berkeringat dan atau tidak berambutf. Lepuh tidak nyeri2. Tanda-tanda pada sarafa. Nyeri tekan dan atau spontan pada sarafb. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota gerakc. Kelemahan anggota gerak dan atau wajahd. Adanya cacat (deformitas)e. Luka (ulkus) yang sulit sembuh3. Lahir dan tinggal di daerah endemik kusta dan mempunyai kelainan kulit yang tidak sembuh dengan pengobatan rutin, terutama bila terdapat keterlibatan saraf tepi.Tanda-tanda tersebut merupakan tanda-tanda tersangka kusta dan belum dapat digunakan sebagai dasar diagnosis penyakit kusta. Jika diagnosis kusta masih belum dapat ditegakkan, tindakan yang dapat dilakukan adalah: Pikirkan kemungkinan penyakit kulit lin (panu, kurap, kudis, psoriasis, vitiligo) Pengambilan kerokan jaringan kulit Bila tidak ada petugas terlatih dan tidak tersedia sarana pemeriksaan kerokan jaringan kulit, tunggu 2-6 bulan dan periksa kembali adanya tanda utama. Jika ditemukan tanda utama, diagnosis kusta dapat ditegakkan. Bila masih meragukan suspek harus dirujuk.Perlu diingat bahwa tanda-tanda utama tersebut dapat tetap ditemukan pada pasien yang sudah sembuh atau release from treatment (RFT). Anamnesa teliti diperlukan untuk menghindari pengobatan ulang yang tidak perlu.Gambar 2. Alur diagnosis dan klasifikasi kusta52.1.4.2 Diagnosis banding4,5Banyak penyakit kulit lain yang secara klinis menyerupai kelainan kulit pada penyakit kusta. Bahkan ada istilah yang menyebutkan penyakit kusta sebagai peniru terhebat (the great imitator) dalam penyakit kulit. Beberapa kelainan kulit yang mirip dengan penyakit kusta antara lain:a. Diagnosis banding bercak meraha. Psoriasisb. Tinea Circinatac. Dermatitis Seboroikb. Diagnosis banding bercak putiha. Vitiligob. Ptiriasis versikolorc. Ptiriasis albac. Diagnosis banding nodula. Neurofibromatosisb. Sarkoma kaposic. Veruka vulgaris

2.1.4.3 Klasifikasi5Setelah seseorang di diagnosis menderita kusta, maka tahap selanjutnya harus ditetapkan tipe atau klasifikasinya1. Dasar klasifikasiPenyakit kusta dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal yaitu:a. Manifestasi klinis, yaitu jumlah lesi kulit,jumlah saraf yang terganggu.b. Hasil pemeriksaan kerokan jaringan kulit(BTA) positif atau negatif2. TujuanKlasifikasi/tipe penyakit kusta penting untuk menentukan:a. Jenis pengobatan.b. lama pengobatanc. Perencanaan logistik3. Jenis klasifikasiDikenal banyak jenis klasifikasi penyakit kusta, misalnya klasifikasi Madrid, klasifikasi Ridley-Jopling, klasifikasi India dan klasifikasi WHO. Penentuan klasifikasi ini didasarkan pada tingkat kekebalan tubuh (kekebalan seluler) dan jumlah kuman.

Gambar 3. Klasifikasi penyakit kusta4,5

Pada tahun 1982, sekelompok ahli WHO mengembangkan klasifikasi untuk memudahkan pengobatan di lapangan. Dalam klasifikasi ini seluruh pasien kusta hanya dibagi dalam 2 tipe yaitu tipe Pausibasilar (PB) dan multibasilar (MB) . Dasar klasifikasi ini adalah gambaran klinis dan hasil pemeriksaan BTA melalui pemeriksaan kerokan jaringan kulit.5

Pedoman utama untuk menentukan klasifikasi penyakit kusta menurut WHO adalah sebagai berikut:Tanda UtamaPBMB

Bercak KustaJumlah 1-5Jumlah>5

Penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi (mati rasa dan atau kelemahan otot, didaerah yang dipersarafi saraf yang bersangkutan)Hanya 1 sarafLebih dari 1 saraf

Kerokan jaringan kulitBTA negatifBTA positif

Tabel 1. Klasifikasi penyakit kusta5Bila salah satu dari tanda utama MB ditemukan, maka pasien diklasifikasikan sebagai kusta MB. Tanda lain yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan klasifikasi penyakit kusta adalah sebagai berikut:

PBMB

DistribusiUnilateral atau bilateral asimetrisBilateral simetris

Permukaan bercakKering, KasarHalus, Mengkilap

Batas bercakTegasKurang tegas

Mati rasa pada bercakJelasBiasanya kurang jelas

DeformitasProses terjadi lebih cepatTerjadi pada tahap lanjut

Ciri-ciri khas-Madarosis, hidung pelana, wajah singa(facies leonina) ginekomastia pada laki-laki

Tabel 2. Klasifikasi penyakit kusta4,5

2.1.5 Terapi4,5Kemoterapi kusta dimulai tahun 1949 dengan DDS sebagai obat tunggal (Monoterapi DDS).DDS harus diminum selama 3-5 tahun untuk PD, sedangkan untuk MB 5-10 tahun, bahkan seumur hidup. kekurangan monoterapi DDM adalah terjadi resistensi, timbulnya kuman persisten serta terjadinya pasien defaulter. Pada tahun 1964 ditemukan resistensi terhadap DDS. Oleh sebab itu pada tahun 1982 WHO merekomendasikan pengobatan kusta dengan Multi Drug Therapy (MDT) untuk tipe PB maupun MB. Tujuan pengobatan MDT:1. Memutus mata rantai penularan2. Mencegah resistensi obat3. Memperpendek masa pengobatan4. Meningkatkan keteraturan berobat5. Mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum pengobatan

2.1.5.1 Sediaan dan sifat obat51. Obat MDT terdiri atas:a. DDS (dapson)1. Singkatan dari Diamino Diphenyl Sulpone2. sediaan berbentuk tablet warna putih 50 mg dan 100 mg3. Bersifat bakteriostatik yaitu menghambat pertumbuhan kuman kusta4. Dosis dewasa 100 mg/hari, anak 50 mg/hari (umur 10-15 tahun)b. Lampren (B663) / Klofazimin1. Sediaan berbentuk kapsul lunak 50 mg dan 100 mg, warna coklat.2. Bersifat bakteriostatik, bakterisidal lemah, dan antiinflamasi3. Cara pemberian secara oral, diminum sesudah makan untuk menghindari gangguan gastrointestinal.c. Rifampisin1. Sediaan berbentuk kapsul 150 mg, 300 mg, 450 mg dan 600 mg.2. Bersifat bakterisidal; 99% kuman kusta mati dalam satu kali pemberian.3. Cara pemberian secara oral, diminum setengah jam sebelum makan, agar penyerapan lebih baik2. Obat penunjang (vitamin/roboransia)Obat neurotropik seperti vitamin B1, B6 dan B12 dapat diberikan

Gambar 4. Sediaan obat multi drug therapy (MDT)52.1.5.2 Regimen Pengobatan MDT4,5Regimen pengobatan MDT di Indonesia sesuai dengan yang direkomendasikan oleh WHO yaitu sebagai berikut:1. Pasien Pausibasiler (PB)Dewasa: Pengobatan bulanan: hari pertama (obat diminum di depan petugas) 2 kapsul rifampisin 300 mg (600 mg) 1 tablet dapson/DDS 100 mgPengobatan harian : hari ke 2-28 1 tablet dapson/DDS 100 mgSatu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 6 blister yang diminum selama 6-9 bulan.

2. Pasien Multibasiler (MB)Pengobatan bulanan: hari pertama (obat diminum di depan petugas) 2 kapsul rifampisin 300 mg (600 mg) 3 tablet lampren 100 mg (300mg) 1 tablet dapson/DDS 100 mgPengobatan harian : hari ke 2-28 1 tablet lampren 50 mg 1 tablet dapson/DDS 100 mgSatu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 12 blister yang diminum selama 12-18 bulan.

3. Dosis MDT PB untuk anak (umur 10-15 tahun)Pengobatan bulanan: hari pertama (obat diminum di depan petugas) 2 kapsul rifampisin 150 mg dan 300 mg 1 tablet dapson/DDS 50 mgPengobatan harian : hari ke 2-28 1 tablet dapson/DDS 50 mgSatu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 6 blister yang diminum selama 6-9 bulan.

4. Dosis MDT MB untuk anak (umur 10-15 tahun)Pengobatan bulanan: hari pertama (obat diminum di depan petugas) 2 kapsul rifampisin 150 mg dan 300 mg 3 tablet lampren 50 mg (150mg) 1 tablet dapson/DDS 50 mgPengobatan harian : hari ke 2-28 1 tablet dapson/DDS 100 mg 1 tablet lampren 50 mg selang sehariSatu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 12 blister yang diminum selama 12-18 bulan.

Bagi dewasa dan anak usia 10-14 tahun tersedia paket dalam bentuk blister.Dosis anak disesuaikan dengan berat badan: Rifampisin :10-15mg/kgBB Dapson: 1-2 mg/kgBB Lampren:1 mg/kgBB

Sebagai pedoman praktis untuk dosis MDT bagi pasien kusta digunakan tabel sebagai berikutTipe PBJenis obat15 tahunKeterangan

RifampisinBerdasarkan berat badan300mg/bulan450mg/bulan600mg//bulanMinum di depan petugas

DDS25mg/bulan50 mg/bulan100mg/bulanMinum di depan petugas

25mg/hari50mg/hari100mg/hariMinum di rumah

Tabel 3.Dosis obat Penyakit Kusta Tipe PB4,5Tipe MBJenis obat15 tahunKeterangan

RifampisinBerdasarkan berat badan300mg/bulan450mg/bulan600mg//bulanMinum di depan petugas

DDS25mg/bulan50 mg/bulan100mg/bulanMinum di depan petugas

25mg/hari50mg/hari100mg/hariMinum di rumah

Lampren100mg/bulan150mg/bulan300mg/bulanMinum di depan petugas

50mg 2x seminggu50mg setiap 2 hari50mg per hariMinum di rumah

Tabel 4.Dosis obat Penyakit Kusta Tipe MB4,5

*sesuaikan dosis bagi anak-anak yang lebih kecil dari 10 tahun. Misalnya ,Dapson 25mg/hari dan rifampisin 300mg/bulan(diawasi). Lampren 50 mg 2 kali seminggu , dan lampren 100mg/bulan (diawasi)

2.1.5.3 Pasien dengan keadaan khusus51. Hamil dan menyusui: regimen MDT aman untuk ibu hamil dan anaknya2. Tuberkulosis: bila seseorang menderita tuberkulosis (TB) dan kusta, maka pengobatan antituberkulosis dan MDT dapat diberikan bersamaan, dengan dosis rifampisin sesuai dosis untuk tuberkulosisa. Untuk pasien TB yang menderita kusta tipe PBUntuk pengobatan kusta cukup ditambahkan dapson 100 mg , karena rifampisin sudah diperoleh dari obat TB. Lama pengobatan tetap sesuai dengan jangka waktu pengobatan PBb. Untuk pasien TB yang menderita kusta tipe MBPengobatan kusta cukup dengan dapson dan lampren karena rifampisin sudah diperoleh dari obat TB. Lama pengobatan tetap disesuaikan dengan jangka waktu pengobatan MB. Jika pengobatan TB sudah selesai maka pengobatan kusta sesuai blister MDT.3. Untuk pasien PB yang alergi terhadap dapson, dapson dapat diganti dengan lampren4. untuk pasien MB yang alergi terhadap dapson, pengobatn hanya dengan dua macam obat saja, yaitu rifampisin dan lampren sesuai dosis dan jangka waktu pengobatan MB.

2.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi5

2.2.1 Penyebab5Penyebab penyakit kusta yaitu Mycobacterium Leprae untuk pertama kalinya ditemukan oleh G.H Armauer Hansen pada tahun 1873. M. Leprae hidup intraseluler dan mempunyai afinitas yang besar pada sel saraf (schwann cell) dan sel dari sistem retikuloendotelial. Waktu pembelahannya sangat lama, yaitu 2-3 minggu. Diluar tubuh manusia (dalam kondisi tropis) kuman kusta dari sekret nasal dapat bertahan sampai 9 hari. Pertumbuhan optimal in vivo kuman kusta pada tikus pada suhu 27C - 30C.

2.2.2 Sumber penularan5Sampai saat ini hanya manusia satu-satunya yang dianggap sebagai sumber penularan walaupun kuman kusta dapat hidup pada armadillo, simpanse dan pada telapak kaki tikus yang tidak mempunyai kelenjar thymus.

2.2.3 Cara keluar dari pejamu 5Kuman kusta banyak ditemukan di mukosa hidung manusia. telah terbukti bahwa saluran nafas bagian atas dari pasien lepromatoa merupakan sumber kuman.

2.2.4 Cara penularan5Kuman kusta mempunyai masa inkubasi rata-rata 2-5 tahun, akan tetapi dapat juga bertahun-tahun. Penularan terjadi apabila M. leprae yang utuh (hidup) keluar dari tubuh pasien dan masuk kedalam tubuh orang lain. Secara teoritis penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak yang lama dengan pasien. Pasien yang sudah minum obat MDT tidak menjadi suber penularan kepada orang lain.

2.2.5 Cara masuk ke dalam pejamu5Menurut teori cara masuknya kuman ke dalam tubuh adalah melalui saluran pernapasan bagian atas dan melalui kontak kulit.

2.2.6 Pejamu5Hanya sedikit orang yang akan terjangkit kusta setelah kontak dengan pasien kusta, hal ini disebabkan adanya kekebalan tubuh. M.leprae termasuk kuman obligat intraseluler sehingga sistem kekebalan yang berperan adalah sistem kekebalan seluler. Faktor fisiologik seperti pubertas, menopause, kehamilan, serta faktor infeksi dan malnutrisi dapat meningkatkan perubahan klinis penyakit kusta. Sebagian besar (95%) manusia kebal terhadap kusta, hanya sebagian kecil (5%) yang dapat ditulari. dari 5 % tersebut, sekitar 70% dapat sembuh sendiri dan hanya 30% yang menjadi sakit.Seseorang dalam lingkungan tertentu akan termasuk dalam salah satu dari tiga kelompok ini, yaitu:a. Pejamu yang mempunyai kekebalan tubuh tinggi merupakan kelompok terbesar yang telah atau akan menjadi resisten terhadap kuman kusta.b. Pejamu yang mempunyai kekebalan rendah terhadap kuman kusta, bila menderita penyakit kusta biasanya tipe pausibasilerc. Pejamu yang tidak mempunyai kekebalan terhadap kuman kusta yang merupakan kelompok terkecil, bila menderita kusta biasanya tipe multibasiler.5

BAB IIIIDENTIFIKASI MASALAH3.1 Analisis Situasi1. Data epidemiologisPuskesmas Gembong terletak di Jalan Raya Serang KM. 31 yang masih merupakan wilayah Kecamatan Balaraja. Mulai beroperasi tahun 1984 dan berjarak 34 km dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.Kecamatan Balaraja terdiri dari 9 Desa, sedangkan yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Gembong terdiri dari 4 Desa dengan luas wilayah 1742 km2 yang meliputi :a. Desa Gembongb. Desa Cangkuduc. Desa Sukamurnid. Desa Tobat

Gambar 5. Peta Wilayah Puskesmas Gembong

Menurut data puskesmas Gembong tahun 2015, jumlah penduduk desa Gembong berjumlah 3.787 penduduk yang terdiri dari 23 RT, desa Cangkudu berjumlah 4058 penduduk yang terdiri dari 47 RT, desa Sukamurni terdiri dari 3.302 penduduk yang terdiri dari 15 RT, dan desa Tobat terdiri dari 3.648 penduduk yang terdiri dari 23 RT.Data EpidemiologisBerikut adalah angka kejadian penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas Gembong dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Pada tabel dapat dilihat bahwa selama periode 2010-2014 angka kejadian kusta di wilayah kerja Puskesmas Gembong kian meningkat. NoTahunKasus Baru PBKasus Baru MB

Desa GembongDesa SukamurniDesa cangkuduDesa TobatDesa GembongDesa SukamurniDesa cangkuduDesa Tobat

1201200122114

2201301020114

3201410011125

Tabel 5. Angka kejadian kusta di Wilayah Kerja Puskesmas GembongMenurut data tersebut, jumlah penemuan kasus baru tiap tahunnya makin meningkat dengan penemuan kasus multibasilar (MB) lebih banyak daripada kasus pausibasilar (PB). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar kasus baru yang ditemukan di wilayah puskesmas Gembong merupakan kasus yang terdeteksi pada fase lanjut dibanding fase awal penyakit.Menurut data profil puskesmas Gembong tahun 2014, angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) pada tahun 2014 mencapai 22 kasus per 100.000 penduduk , hal ini membuktikan bahwa wilayah kerja Puskesmas Gembong masih termasuk dalam daerah beban kusta tinggi dimana patokan penemuan kasus baru masih diatas 10 kasus per 100.000 penduduk.Topik Kusta yang diangkat termasuk dalam 4 upaya wajib pokok Puskesmas Gembong, sesuai hasil survey basic six puskesmas yang terdiri dari :1. Promosi kesehatan1. Kesehatan lingkungan1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular1. Kesehatan keluarga dan reproduksi1. Perbaikan gizi masyarakat1. Penyembuhan penyakit dan pelayanan kesehatan.3.2 Scope Tempat Pemilihan wilayah kerja puskesmas Gembong sebagai tempat sasaran dipersempit pada Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat RT 02 RW 06, Kampung Pakuhaji, Desa Tobat dipilih sebagai tempat untuk diagnosis komunitas karena data yang didapat dari Puskesmas Gembong menunjukan bahwa RT 02 RW 06 memiliki kasus kusta tertinggi yaitu sebanyak 8 orang dari total 31 orang yang datang ke puskesmas selama tahun 2012 hingga 2014.Desa TobatJumlah Kasus Baru

RT 02 / RW0068 Kasus

RT 03 / RW0024 Kasus

RT 03 / RW0062 Kasus

RT 06 / RW0062 Kasus

RT 03 / RW0061 Kasus

RT 04 / RW0041 Kasus

Tabel 6. Jumlah kasus di wilayah desa tobat rentang tahun 2012 - 2014Dan berdasarkan mini survey yang dilakukan di 4 desa wilayah kerja Puskesmas Gembong. ditemukan 2 kasus baru yang belum terdeteksi di desa Tobat.3.3 Identifikasi masalah dengan Paradigma BLUM Genetik : tidak dinilai Medical Care Services : Sudah dijalankan program intevensi penyakit kusta oleh tenaga kesehatan Puskesmas berupa promosi dan preventif kesehatan melalui penyuluhan . kuratif melalui school survey , contact survey dan pengobatan dengan MDT (multi drug therapy) namun jangka waktu pelaksanaan program lama , terutama contact survey yang hanya dilaksanakan 1 tahun sekali Masih terdapat kasus baru kusta yang belum terdeteksi di wilayah kerja Puskesmas Gembong. kurangnya penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit kusta sehingga masyarakat kurang memahami tentang deteksi dini,cara penularan, pengobatan, dan pencegahan penyakit kusta.

Lifestyle : Perilaku dan kebiasaan Karena kurangnya pengetahuan mengenai penyakit kusta, terkadang masyarakat tidak menyadari jika mereka sudah tertular. Biasanya gejala yang timbul diabaikan sehingga masyarakat tidak langsung mendapatkan penanganan medis. Kebiasaan masyarakat yang berobat ke sarana kesehatan hanya ketika sudah timbul gejala - gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Ketaatan masyarakat yang masih rendah untuk minum obat teratur dalam jangka waktu yang lama Lingkungan : Physical : Lokasi Puskemas yang jauh menyebabkan pasien malas untuk berobat Pendapatan yang kurang menyebabkan masyarakat tidak dapat ke puskesmas karena tidak memiliki kendaraan pribadi. Akses kendaraan umum menuju puskesmas yang sulit. Sosiokultural : Adanya mitos atau kepercayaan masyarakat di wilayah Puskesmas Gembong bahwa penyakit kusta adalah penyakit kutukan. Masih banyak masyarakat yang terbiasa memilih pengobatan alternatif dibanding pengobatan medis Banyaknya pengobatan alternatif yang menjanjikan kondisi sembuh total dalam jangka waktu yang singkat.

Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Morbiditas Penyakit Kusta dengan Peningkatan Pengetahuan Masyarakat dan Deteksi Dini di RT 02 RW 06, Kampung Pakuhaji , Desa Tobat, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Periode 7 Mei - 5 Juni 2015.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 46Juni 2015

Medical ServiceSudah dijalankan program intevensi penyakit kusta oleh tenaga kesehatan Puskesmas berupa promosi dan preventif kesehatan melalui penyuluhan . kuratif melalui school survey , contact survey dan pengobatan dengan MDT (multi drug therapy) namun jangka waktu pelaksanaan program lama , terutama contact survey yang hanya dilaksanakan 1 tahun sekali Masih terdapat kasus baru kusta yang belum terdeteksi di wilayah kerja Puskesmas Gembong.kurangnya penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit kusta sehingga masyarakat kurang memahami tentang deteksi dini,cara penularan, pengobatan, dan pencegahan. penyakit kustaGenetikTidak dinilaiGambar Paradigma Blum

EnvirontmentLokasi Puskemas yang jauh menjadikan pasien malas untuk berobatPendapatan yang kurang menyebabkan masyarakat tidak dapat ke puskesmas karena tidak memiliki kendaraan pribadi.Akses kendaraan umum menuju puskesmas yang sulit. Adanya mitos atau kepercayaan masyarakat di wilayah Pukemas Gembong bahwa penyakit kusta adalah penyakit kutukan.Masih banyak masyarakat yang terbiasa memilih pengobatan alternatif dibanding pengobatan medis Banyaknya pengobatan alternatif yang menjanjikan kondisi sembuh total

Kasus Kusta di RT 02, RW 06 Desa Tobat, Kecamatan Balaraja ,Kabupaten tangerang

LifestyleKarena kurangnya pengetahuan mengenai penyakit kusta, terkadang masyarakat tidak menyadari jika mereka sudah tertular. Biasanya gejala yang timbul diabaikan sehingga masyarakat tidak langsung mendapatkan penanganan medis.Kebiasaan masyarakat yang berobat ke sarana kesehatan hanya ketika sudah timbul gejala - gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari.Ketaatan masyarakat yang masih rendah untuk minum obat teratur dalam jangka waktu yang lama

Gambar 6. Paradigma BlumPenentuan Prioritas MasalahSetelah dilakukan identifikasi masalah dengan paradigma BLUM, kemudian dilakukan penentuan prioritas masalah dilakukan dengan cara non-scoring (Delbeq) pada tanggal 11 Mei 2015. Wawancara dan diskusi dilakukan dengan:1. dr.H.Sulastri Selaku kepala Puskesmas Gembong2. dr. Ari Hardyanto selaku dokter dan pembimbing di Puskesmas Gembong3. H.Prahara Bintang selaku pemegang program kusta di Puskesmas GembongDari hasil diskusi dan wawancara, diantara ketiga aspek pada paradigma Blum, dipilih faktor lifestyle sebagai prioritas masalah. faktor lifestyle dipilih dengan alasan :Sebagian besar warga Desa Tobat memiliki pengetahuan yang kurang terhadap deteksi dini penyakit kusta, pencegahan penularan dan perawatan diri yang baik untuk mencegah kecacatanDiharapkan dengan memberikan intervensi pada aspek lifestyle, pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta menjadi lebih jelas sehingga dapat mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat terhadap penyakit kusta sehingga penyakit kusta dapat cepat terdeteksi lebih awal dan mendapatkan penanganan medis. Serta diharapkan intervensi yang dilakukan dapat mencegah komplikasi lebih lanjut pada pasien kusta.

BAB IVIDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH4.1. IDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAHSetelah dilakukan penetapan prioritas masalah, maka didapatkan permasalahan yang akan diidentifikasi adalah lifestyle. Teknik pemecahan dan alternatif jalan keluar dilakukan dengan teknik fishbone. Kurangnya pengetahuan masyarakat Masyarakat masih tidak mengetahui tentang penyakit kusta , cara penularan ,tanda dan gejala , dan pencegahan sehingga masyarakat tidak dapat mendeteksi lebih awal penyakit kusta secara mandiri. Materi penyuluhan yang diberikan sulit dipahami oleh masyarakat karena bahasa yang sulit dipahami dan pendidikan masyarakat yang masih rendah dan masyarakat juga kurang tertarik mengikuti penyuluhan karena lokasi yang jauh dan waktu yang tidak memadai Kepercayaan tradisional Masyarakat cenderung berobat ke pengobatan alternatif/ tradisional. Kebiasaan masyarakat Kebiasaan masyarakat yang mengabaikan gejala yang tidak jelas Kebiasaan masyarakat untuk berobat ke sarana kesehatan ketika gejala sudah jelas atau parah. Kebiasaan masyarakat yang malas untuk minum obat dalam jangka waktu yang lama. Kurangnya perhatian masyarakat terhadap penyakit kusta.Solusi bagi masalah yang telah dikemukakan (Kurangnya pengetahuan masyarakat, kepercayaan tradisional,kebiasaan masyarakat) adalah penyuluhan yang menyeluruh dan lebih mendalam mengenai penyakit Kusta, Screening massal dan pembagian brosur atau pamflet kepada masyarakat.

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit kustaSkema Fishbone

Pengaruh Lifestyle terhadap tingginya kasus kusta di RT 02 RW 06 Desa Tobat .Materi penyuluhan sulit dipahamiPenyuluhan

Tingkat pendidikan masyarakat rendah

Masyarakat malas menghadiri penyuluhan

Tidak tahu tanda dan gejala awal, cara penularan, pencegahan penyakit kustaMasyarakat tidak mampu mendeteksi penyakit kusta lebih dini secara mandiri

malas minum obat jangka waktu lama

Kurangnya perhatian masyarakat terhadap penyakit kusta

Berobat jika sudah timbul gejala / parah

Lebih memilih pengobatan alternatif / mitos

Kebiasaan masyarakat

Gambar 7. Skema FishboneBAB VPERENCANAAN INTERVENSI5.1 Penyusunan Intervensi5.1.1 Intervensi I :Mengadakan penyuluhan untuk masyarakat Kampung Pakuhaji RT 02/ RW 06 Desa Tobata. Kegiatan:Penyuluhan tentang deteksi dini, cara penularan, pengobatan, pencegahan komplikasi dari penyakit kusta dan pembagian brosur berisi tanda dan gejala penyakit kusta.

Dasar:Berdasarkan mini survey yang dilakukan tim pelaksana diketahui bahwa masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanda gejala penyakit kusta sehingga tidak dapat mendeteksi penyakit kusta secara mandiri, cara penularan, cara pengobatan dan pencegahan komplikasi penyakit kusta.

b. Sasaran:Seluruh masyarakat Kampung Pakuhaji RT 02/ RW 06 Desa Tobat yang hadir dalam penyuluhan.

c. Tempat:Kampung Pakuhaji RT 02/RW 06 Desa Tobat.

d. Indikator penilaian:Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kusta yang diukur melalui pretest dan posttest yang diadakan sebelum dan sesudah penyuluhan selesai. Pengetahuan masyarakat dinilai meningkat jika jawaban dari minimal 90% peserta penyuluhan memenuhi syarat. Dikatakan memenuhi syarat apabila responden dengan jumlah jawaban benar 70% pada posttest.5.1.2 Intervensi II : Mengadakan skrining massal untuk masyarakat Kampung Pakuhaji RT 02/ RW 06 Desa Tobata. Kegiatan:Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik singkat kepada warga Kampung Pakuhaji RT 02/RW 06 Desa Tobat Dasar:Berdasarkan mini survey yang dilakukan tim pelaksana didapat masih banyak kasus yang ditemukan di lapangan tapi belum mendapat penanganan.b. Sasaran:Seluruh masyarakat Kampung Pakuhaji RT 02/ RW 06 Desa Tobat yang hadir dalam penyuluhanc. Tempat:Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobatd. Indikator penilaian:Terjaringnya pasien-pasien penderita kusta baru yang belum terdeteksi minimal 1 (satu) orang. Untuk menetapkan diagnosis penyakit kusta perlu dicari tanda-tanda utama atau tanda kardinal yaitu:1. Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa.Kelainan kulit/lesi yang dapat berbentuk bercak putih (hipopigmentasi) atau kemerahan (eritema) yang mati rasa (anestesi).2. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf.Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan saraf tepi (neurtis perifer) kronis. Gangguan fungsi saraf ini bisa berupa:a. Gangguan fungsi sensorik: mati rasab. Gangguan fungsi motorik: kelemahan (paresis) atau kelumpuhan (paralisis) ototc. Gangguan fungsi otonom: kulit kering dan retak-retak

5.2. Log Frame GoalsInputKegiatan / IntervensiTujuan

Pendek(6 Minggu)Menengah(1 tahun)Panjang(5 tahun)

Men1 Dokter Puskesmas

Pemegang program kusta di Puskesmas Gembong

3 peserta kepaniteraan

Pre-test,

Penyuluhan kepada masyarakat,

Post-testPeningkatan pengetahuan tentang penyakit kusta yaitu mengenai tanda gejala untuk mendeteksi dini, cara penularan, pengobatan dan komplikasi penyakit kusta. Peningkatan pengetahuan masyarakat dinilai berdasarkan perbandingan hasil pre-test dan post-test

Peningkatan jumlah kasus baru yang terdeteksi secara mandiri oleh masyarakat

Peningkatan jumlah kasus baru yang ditangani oleh Puskesmas Gembong

Menurunkan prevalensi kusta di wilayah kerja Puskesmas Gembong berdasarkan rekomendasi KemenKes (5 per 100.000 )

MoneyRp.300.000

MaterialKuesioner pre-test dan post-testLCD,laptop, speaker dan microphoneBrosur, posterSnack

MethodPenyuluhan

InputKegiatan/ IntervensiTujuan

Pendek(6 minggu)Menengah(1 tahun)Panjang(5 tahun)

Men1 Dokter Puskesmas

1 Pemegang program kusta di Puskesmas Gembong

3 peserta kepaniteraanSkrining penyakit kusta secara massalTerjaringnya kasus baru yang belum terdeteksi pada masyarakat Kampung Pakuhaji RT 02/ RW 06 Desa Tobat yang hadir dalam penyuluhan

Peningkatan jumlah kasus baru yang ditangani oleh Puskesmas Gembong

Menurunkan prevalensi kusta di wilayah kerja Puskesmas Gembong berdasarkan rekomendasi KemenKes (5 per 100.000)

Money-

MaterialAlkohol gliserin, kapas

MethodAnamnesis dan pemeriksaan fisik

Tabel 7. Log Frame Goals kegiatan intervensi

5.3 Planning of ActionPlanningKegiatanTujuan dan TargetSasaranTempatWaktuPelaksanaRencanaPenilaian

Pemilihan kasus :Menganalisisdata epidemiologis,10 penyakit terbanyak di Puskesmas Gembong

Mencari informasi mengenai program kesehatan yang belum mencapai target

Berdiskusi dengan staf Puskesmas Gembong

Berdiskusi antar anggota kelompokMenemukan Diagnosis Komunitas yang akan diintervensiWilayah kerja Puskesmas Gembong

Puskesmas Gembong7 Mei 2015NicoFlorenciaFauzia

Penetapan masalah utamaMendapatkan masalah utama yang akan diintervensiWilayah kerja Puskesmas GembongPuskesmas Gembong8 Mei 2015

Rencana intervensiPenyuluhan dan pembagian brosur kepada masyarakat

Skrinning massal Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa TobatPuskesmas Gembong8 Mei 2015

Tabel 8. Tabel Planning rencana intervensi

OrganizingKegiatanTujuan dan TargetSasaranTempatWaktuPelaksanaRencana Penilaian

Pemilihan kasus :Menganalisisdata epidemiologis,10 penyakit terbanyak di Puskesmas Gembong

Mencari informasi mengenai program kesehatan yang belum mencapai target

Berdiskusi dengan staf Puskesmas Gembong

Berdiskusi antar anggota kelompokMenemukan Diagnosis Komunitas yang akan diintervensiWilayah kerja Puskesmas Gembong

Puskesmas Gembong7 Mei 2015NicoFlorenciaFauzia

Penetapan masalah utama

Mendapatkan masalah utama yang akan diintervensiWilayah kerja Puskesmas GembongPuskesmas Gembong8 Mei 2015NicoFlorenciaFauzia

Pembagian tugas

Meminta izin kepala puskesmas, ketua RT 02 / RW 06 Kampung Pakuhaji Desa Tobat dan meminta bantuan pemegang program kusta di Puskesmas GembongKepala Puskesmas Gembong, ketua RT 02 / RW 06 Kampung Pakhuaji Desa Tobat, pemegang program kusta di Puskesmas GembongPuskesmas Gembong dan Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat

20 Mei 2015

NicoFlorenciaFauzia

Pembuatan kuesioner pre-test dan post-test

Seluruh masyarakat Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat yang berusia 18 tahunYang hadir dalam penyuluhanPuskesmas Gembong

20 Mei 2015Florencia Fauzia

Pembuatan materi penyuluhan

Seluruh masyarakat Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat yang berusia 18 tahun yang hadir dalam penyuluhanPuskesmas Gembong20 Mei 2015NicoFauzia

Persiapan alat dan bahan untuk skrinning massal

Seluruh masyarakat di Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat yang hadir dalam penyuluhanPuskesmas Gembong20 Mei 2015Fauzia

Pembuatan brosurSeluruh masyarakat di Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat yang hadir dalam penyuluhanPuskesmas Gembong20 Mei 2015NicoFlorencia

Tabel 9. Tabel Organising rencana intervensi

ActuatingKegiatanTujuan dan TargetSasaranTempatWaktuPelaksanaRencana Penilaian

Meminta izin kepala puskesmas, ketua RT 02 / RW 06 Kampung Pakuhaji Desa Tobat dan meminta bantuan pemegang program kusta di Puskesmas Gembong

Mendapat izin kepala puskesmas, ketua RT 02 / RW 06 Kampung Pakuhaji Desa Tobat dan pemegang program kusta di Puskesmas Gembong

Kepala Puskesmas Gembong, ketua RT 02 / RW 06 Kampung Pakhuaji Desa Tobat, pemegang program kusta di Puskesmas GembongPuskesmas Gembong dan Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat

20 Mei 2015

NicoFlorenciaFauzia

Pembuatan kuesioner pre-test dan post-test

Kuesioner siap

Seluruh masyarakat Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat yang berusia 18 tahunYang hadir dalam penyuluhanPuskesmas Gembong

20 Mei 2015FlorenciaFauziaVerifikasi kepala Puskesmas Gembong

Pembuatan materi penyuluhan

Materi penyuluhan siap

Seluruh masyarakat Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat yang berusia 18 tahun yang hadir dalam penyuluhanPuskesmas Gembong20 Mei 2015NicoFauziaVerifikasi kepala Puskesmas Gembong

Persiapan alat dan bahan untuk skrinning missal

Alat dan bahan unutk skrinning massal siap

Seluruh masyarakat di Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat yang hadir dalam penyuluhanPuskesmas Gembong20 Mei 2015Fauzia

Pembuatan brosur

Brosur siapSeluruh masyarakat di Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat yang hadir dalam penyuluhanPuskesmas Gembong25 Mei 2015NicoFlorenciaVerifikasi kepala Puskesmas Gembong.Jumlah brosur yang dibuat: 100 Lembar

Tabel 10. Tabel Actuating rencana intervensi

ControllingKegiatanTujuan dan TargetSasaranTempatWaktuPelaksanaRencana Penilaian

Penyuluhan tentang penyakit kusta kepada masyarakat dan pembagian brosur

Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta

Seluruh masyarakat di Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat yang berusia 18 tahun yang hadir dalam penyuluhan.Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat

27 Mei 20151 dokter Puskesmas Gembong

Pemegang program kusta Puskesmas Gembong

NicoFlorenciaFauzia

Pengetahuan masyarakat dinilai meningkat jika jawaban dari minimal 80% peserta penyuluhan memenuhi syarat. Dikatakan memenuhi syarat apabila responden dengan jumlah jawaban benar 70% pada posttest.

Skrinning massal penyakit kusta

Terjaringnya pasien-pasien penderita kusta baru yang belum terdeteksiSeluruh masyarakat di Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat yang hadir dalam penyuluhan

Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat

27 Mei 20151 dokter Puskesmas Gembong

Pemegang program kusta Puskesmas Gembong

NicoFlorenciaFauziaDitemukan minimal 1 kasus baru kusta

Jumlah masyarakat tercatat yang dilakukan skrining: 43 orang

Tabel 11. Tabel Controlling rencana intervensi

EvaluationKegiatanTujuan dan TargetSasaranTempatWaktuPelaksanaRencana Penilaian

Penilaian hasil pre-test dan post test setelah penyuluhan

Peningkatan pengetahuan masyarakat setelah diberi penyuluhan

Seluruh masyarakat di Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat yang berusia 18 tahun yang hadir dalam penyuluhan

Puskesmas Gembong27 Mei 2015NicoFlorenciaFauziaMeningkat jika jawaban dari minimal 80% peserta penyuluhan memenuhi syarat. Dikatakan memenuhi syarat apabila peserta dapat menjawab minimal 70% dari seluruh pertanyaan yang diberikan

Skrining massalPasien-pasien penderita kusta yang baru terdeteksi dapat ditindaklanjuti oleh Puskesmas GembongSeluruh masyarakat di Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat yang berusia 18 tahun yang hadir dalam penyuluhan

Kampung Pakuhaji RT 02 / RW O6 Desa Tobat27 Mei 20151 dokter Puskesmas Gembong

Pemegang program kusta Puskesmas Gembong

NicoFlorenciaFauziaDitemukannya minimal 1 kasus baru kusta

Jumlah masyarakat tercatat yang dilakukan skrining: 43 orang

Tabel 12. Tabel Evaluation rencana intervensi5.4 Timeline (Gantt chart)NoKegiatan

Minggu

123456

1. Perencanaan

Identifikasi kasus di Puskesmas

Diskusi tentang masalah puskesmas dengan Kepala Puskesmas dan dokter Puskesmas

Rapat antar anggota kelompok untuk menentukan masalah yang dipilih

Mengajukan kasus di pleno IKM Untar

Mengidentifikasi faktor penyebab:-menentukan target-mini survey

Diskusi untuk menetapkan masalah utama dengan staff Puskesmas

Diskusi untuk menetapkan indikator keberhasilan

Perencanaan intervensi

2. Pengorganisasian

Pembagian Tugas

Meminta izin kepada Kepala Puskesmas Gembong, Pemegang program kusta Puskesmas Gembong dan Ketua RT 02 RT 06 kampung Pakuhaji Desa Tobat.

3. Pelaksanaan

Penyuluhan dan pembagian brosur

Skrining massal

4. Pengawasan

Pengawasan berjalannya penyuluhan

Pengawasan berjalannya pelatihan skrining massal

5. Evaluasi

Intervensi I

Pengolahan data pre test dan post test responden penyuluhan

Intervensi II

Evaluasi hasil skrining massal

Tabel 14. Tabel Rencana Kegiatan Intervensi Penyakit Kusta

BAB VIPELAKSANAAN INTERVENSI6.1. Flow Chart Kegiatan6.1.1. Penyuluhan penyakit kusta dan pembagian brosur

Hari dan Tanggal: Rabu, 27 Mei 2015Pukul: 08.00 S/D selesaiPelaksanaan: 1 dokter Puskesmas, Pemegang program kusta Puskesmas Gembong , dan 3 anggota kepaniteraanSambutan Ketua RT 02/ RW 06 Kampung Pakuhaji, Desa Tobat dan Pemegang program kusta Puskesmas GembongMembagikan kuesioner pre-testPenyuluhan tentang penyakit kusta dengan power point dan poster kustaMembagikan brosur tentang tanda dan gejala penyakit kustaMembagikan kuesioner pre-testpre-test dikumpulkanPost-test dikumpulkanSesi tanya jawab

Gambar 8.Alur kegiatan penyuluhan penyakit kusta dan pembagian brosur6.1.2 Skrining massal

Hari dan Tanggal: Rabu, 27 Mei 2015Pukul: 08.00 S/D selesaiPelaksanaan: 1 dokter Puskesmas, Pemegang program kusta Puskesmas Gembong , dan 3 anggota kepaniteraanSambutan Ketua RT 02/ RW 06 Kampung Pakuhaji, Desa Tobat dan Pemegang program kusta Puskesmas GembongMelakukan skrining massal dengan anamnesis dan pemeriksaan fisikWarga dengan suspek kusta dirujuk ke puskesmas untuk ditanganiDidapatkan 6 orang yang dicurigai menderita kusta

Gambar 9.Alur kegiatan skrining massal.

6.2. Deskripsi Proses Intervensi Secara DetailIntervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah life style masyarakat: Penyuluhan tentang penyakit kusta, Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 27 Mei 2015. Dibuka dengan sambutan yang diberikan oleh ketua RT setempat dan pemegang program kusta Puskesmas Gembong. Setelah itu para peserta kepanitraan membagikan kuesioner pre test untuk mengetahui pengetahuan peserta penyuluhan sebelum diberi penjelasan mengenai penyakit kusta melalui penyuluhan. Setelah peserta selesai menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan, pre-test dikumpulkan dan penyuluhan dimulai. Materi penyuluhan diberikan melalui power point. Setelah penyuluhan selesai,dilakukan sesi tanya jawab dan pembagian brosur kemudian seluruh peserta mengisi kuesioner post-test, tujuan dari post-test adalah untuk menilai keberhasilan penyampaian materi penyuluhan yang diberikan.

Skrinning massalKegiatan ini dilakukan dihari yang sama setelah penyuluhan diberikan. Skrining dilakukan oleh 3 peserta kepaniteraan IKM dan 1 pemegang program kusta Puskesmas Gembong. Skrining massal dilakukan kepada seluruh masyarakat Kampung Pakuaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat yang hadir penyuluhan termasuk anak-anak dan balita.

6.3 Monitoring6.3.1. Jadwal monitoring dan pelaksanaanPemantauan dilakukan setiap hari, dimulai dari tanggal 28 Mei 2015 -10 Juni 2015.6.3.2. Kendala yang dihadapi Penyuluhan dan pembagian brosur1. Tidak semua masyarakat Kampung Pakuhaji RT 02 / RW 06 Desa Tobat dapat hadir penyuluhan karena banyak yang bekerja2. Sedang ada masalah pembebasan lahan di daerah RT02 RW06 pakuhaji sehingga warga banyak yang tidak hadir3. Antusiasme warga untuk datang penyuluhan masih rendah Pelaksanaan pre-test dan post-test1. masyarakat lansia tidak bisa mengisi kuesioner sendiri karena tidak bisa membaca dan menulis sehingga harus dibantu oleh orang lain. Skrinning massal1. Banyak masyarakat yang tidak hadir karena banyak yang bekerja.

6.3.3. PDCA cycle

Gambar 10. Diagram PDCA peningkatan pengetahuan masyarkat dan pembagian brosur .

Gambar 11. Diagram PDCA skrining massal.

BAB VIIHASIL INTERVENSI7.1. Pengolahan DataData diperoleh melalui kuesioner pre-test dan post-test, skrining massal, serta pemantauan di Puskesmas Gembong.7.2. Penyajian Data7.2.1. Penilaian Pengetahuan MasyarakatHasil Pre-testNomor SoalPertanyaanJumlah BenarJumlah SalahJumlah responden

1Menurut saudara apakah penyakit kusta itu?121830

2Apa tanda tanda kusta yang saudara ketahui?22830

3Apakah penyakit kusta dapat menular?26430

4Jika dapat, bagaimana cara penularannya?62430

5Apakah saudara tahu akibat yang ditimbulkan oleh penyakit kusta?102030

6Apakah penyakit kusta dapat disembuhkan?26430

7Jika ya, berapa lama pengobatan kusta sampai sembuh?82230

8Apa akibat apabila tidak menyelesaikan pengobatan?62430

9Kapan saja penderita kusta harus mengambil obat82230

10Dimana saja penderita kusta dapat berobat?27330

Total Jawaban131169

Nilai rata-rata4.365.63------------------------

Tabel 14. Hasil pretestJumlah Jawaban Benar(dari 10 soal)Jumlah RespondenKesimpulan

00Jumlah responden dengan jawaban benar