Upload
shinjiikhaahmad
View
132
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Semoga Bermanfaat
Citation preview
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Sugiyatno, M.Pd
Disusun Oleh :
1. Shandy Eksani Putra (09403241002)
2. Eti Wahyu S (09403241015)
3. Retno Ekosari S (09403241020)
4. Reny Ika Wulandari (09403241034)
5. Herlina Permatasari (09403241044)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI REGULER
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur marilah kita haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wa
Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Psikologi Pendidikan dengan judul
Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB). Makalah ini akan membahas tentang
pengertian DKB, Kedudukan DKB dalam Pembelajaran., Peserta didik
berkesulitan belajar, faktor – faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar,
pengenalan kesulitan belajar peserta didik , prosedur pelaksanaan DKB dan
Pembelajaran.
Makalah ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan beberapa pihak, di
antaranya Sugiyatno, M.Pd Selaku dosen pembimbing serta teman-teman yang
telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
pembuatan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberi
manfaat bagi para pembaca. Amin.
Yogyakarta, Desember 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas
perkembangan peserta didik. Karena itu guru dalam proses pembelajaran
harus memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar dapat
membantu perkembangan peserta didik secara optimal dan dapat mengenali
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
Guru harus mampu mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar. Guru harus memahami factor-faktor yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar, karena kesulitan belajar akan bersumber pada factor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)?
2. Bagaimana kedudukan DKB dalam pembelajaran?
3. Bagaimana ciri-ciri peserta didik yang berkesulitan belajar?
4. Apa saja factor-faktor yang mempengarhi kesulitan belajar?
5. Bagaimana kesulitan Belajar Peserta didik?
6. Bagaimana Prosedur pelaksanaan DKB?
7. Apa yang dimaksud dengan pengajaran remedial dan program pengayaan
dalam pembelajaran?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)
2. Mengetahui kedudukan DKB dalam pembelajaran
3. Mengetahui ciri-ciri peserta didik yang berkesulitan belajar
4. Mengetahui factor-faktor yang mempengarhi kesulitan belajar
5. Mengetahui kesulitan Belajar Peserta didik
6. Mengetahui Prosedur pelaksanaan DKB
7. Mengetahui yang dimaksud dengan pengajaran remedial dan program
pengayaan dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar
Dalam proses pembelajaran, tugas guru tidak hanya sekedar
menyampaikan atau mentransfer ilmu atau bahan pelajaran kepada peserta
didik. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas
perkembangan peserta didik. Kegiatan memahami kesulitan belajar peserta
didik ini dikenal dengan istilah diagnosis kesulitan belajar.
Dalam pengertian diagnosis kesulitan belajar terdapat dua istilah yang
perlu dipahami terlebih dahulu yaitu istilah diagnosis dan kesulitan belajar.
Banyak ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian diagnosis
antara lain, menurut Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological
Term, diagnosis adalah suatu analisis terhadap kelainan atau salah
penyesuaian dari pola gejala-gejalanya. Jadi diagnosis merupakan proses
pemeriksaan terhadap hal-hal yang dipandang tidak beres atau bermasalah.
Sedangkan menurut Webster, diagnosis diartikan sebagai proses menentukan
hak menentukan permasalahan kikat kelainan atau ketidakmampuan dengan
ujian, dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu penelitian yang hati-hati
terhadap fakta-fakta yang dijumpai , yang selanjutnya untuk menentukan
permasalan yang dihadapi. Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis adalah
penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar belakang
penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak.
Setelah kita pahami pengertian diagnosis, selanjutnya kita bahas
mengenai kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang
nampak pada peserta didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang
rendah atau dibawah norma yang telah ditetapkan. bahwa kesulitan belajar itu
menunjukkan adanya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan
dengan prestasi akademik yang dicapai oleh peserta didik (prestasi actual).
Blassic dan Jones juga mengatakan bahwa peserta didik yang memiliki
intelegensi normal, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan yang
penting dalam proses belajar, baik dalam persepsi, ingatan, perhatian ataupun
dalam fungsi motoriknya.
Jadi kesulitan belajar yang dialami peserta didik tidak selalu
disebabkan oleh intelejensi atau angka kecerdasannya yang rendah. Kesulitan
atau hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat berasal dari
faktor fisiologik, psikologik, instrument, dan lingkungan belajar. Maka dapat
disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar merupakan proses
menentukan masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar
dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara
menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.
Berikut ini akan dikemukakan permasalahan belajar peserta didik menurut
Warkitri dkk (1990) sebagai berikut :
1. Kekacauan Belajar (Learning Discorer) yaitu suatu keadaan dimana
proses belajar anak terganggu karena timbulnya respons yang
bertentangan.
2. Ketidakmampuan Belajar (Learning Disability) yaitu suatu gejala anak
tidak mampu belajar atau selalu menghindari kegiatan belajar dengan
berbagai sebab sehingga hasil belajar yang dicapai berada dibawah
potensi intelektualnya.
3. Learning Disfunction yaitu kesulitan belajar yang mengacu pada gejala
proses belajar yang tidak dapat berfungsi dengan baik, walaupun anak
tidak menunjukkan adanya subnormal mental, gangguan alat indera
ataupun gangguan psikologis yang lain.
4. Under Achiever, adalah suatu kesulitan belajar yang terjadi pada anak
yang memiliki potensi intelektual tergolong di atas normal tetapi prestasi
belajar yang dicapai tergolong rendah.
5. Lambat Belajar (Slow Learner) adalah kesulitan belajar yang disebabkan
anak sangat lambat dalam proses belajarnya, sehingga setiap melakukan
kegiatan belajar membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan anak lain yang memiliki tingkat potensi intelektual yang sama.
B. Kedudukan Diagnosis Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran
Keberhasilan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran ditandai
dengan penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru yang
diwujudkan dalam bentuk nilai yang tinggi atau baik. Sebaliknya peserta
didik dikatakan belum berhasil dalam belajarnya atau gagal dalam belajar
yang diwujudkan dalam bentuk nilai rendah. Artinya peserta didik belum
mampu menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
Kaitannya dengan konsep belajar tuntas (mastery learning) tingkat
penguasaan bahan pelajaran biasanya ditetapkan antara 75% - 90%. Bila
peserta didik belum mampu menguasai bahan pelajaran seperti yang telah
ditetapkan, maka peserta didik tersebut harus dibantu sampai mencapai
penguasaan bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan.John B. Carol
(1986) mengatakan : apabila peserta didik diberi kesempatan menggunakan
waktu yang dibutuhkan untuk belajar, dan mereka menggunakan dengan
sebaik-baiknya maka mereka akan mencapai tingkat hasil belajar seperti yang
diharapkan. Jadi setiap peserta didik yang memiliki kecakapan normal,
apabila diberi kecukupan waktu cukup untuk belajar , mereka akan mampu
menyelesaikan tugas-tugas belajarnya selama kondisi yang tersedia
menguntungkan. Lebih lanjut Caroll mengatakan bahwa hasil belajar peserta
didik dipengaruhi oleh :
1. Waktu yang tersedia untuk mempelajari bahan pelajaran yang telah
ditentukan
2. Usaha yang dilakukan peserta didik untuk menguasai bahan pelajaran
3. Bakat yang dimiliki peserta didik
4. Kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajarannya.
5. Kemampuan peserta didik untuk mendapat manfaat yang optimal dari
keseluruhan proses pembelajaran yang sedang dihadapi.
C. Peserta Didik Berkesulitan Belajar
Blassic dan Jones (19760 mengemukakan karakteristik anak yang
mengalami kesulitan belajar dapat ditunjukkan dalam karakteristik
behavioral, fisikal, bicara dan bahasa, serta kemampuan intelektual dan
prestasi belajar. Selain itu Sumadi Suryobroto (1984) mengemukakan bahwa
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui melalui
kriteria-kriteria yang sebenarnya merupakan harapan dan sekaligus kriteria
tersebut merupakan indikator bagi terjadinya kesulitan belajar. Adanya
kesulitan belajar tersebut dapat diketahui atas dasar :
1. Grade level, yaitu apabila anak tidak naik kelas sampai dua kali.
2. Age level, yaitu apabila anak yang umurnya tidak sesuai dengan
kelasnya.
3. Intellegensi level, terjadi pada anak yang mengalami under achiever.
4. General level, terjadi pada anak yang secara umum dapat mencapai
prestasi sesuai dengan harapan, tetapi ada beberapa mata pelajaran yang
tidak dapat dicapai sesuai dengan kriteria atau sangat rendah dimana
siswa mengalami kesulitan belajar.
Sumadi Suryabrata menggambarkan ciri-ciri anak yang mengalami
kesulitan belajar menunjukkan adanya gangguan aktivitas motorik,
emosional, prestasi, persepsi, tidak dapat menangkap arti, membuat dan
menangkap simbol, perhatian, tidak dapat memperhatikan dan tidak dapat
mengalihkan perhatian, dan gangguan ingatan.
Sedangkan Moh. Surya (1978) mengemukakan ciri-ciri anak yang
mengalami kesulitan belajar :
1. Menunjukkan adanya hasil belajar yang rendah
2. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar
4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan
6. Menunjukkan gejala emosi yang kurang wajar
Dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
menunjukkan ciri-ciri sbb:
1. Prestasi belajarnya rendah artinya nilai yang diperoleh dibawah nilai rata-
rata kelompoknya.
2. Usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar tidak sebanding dengan
hasil yang dicapai
3. Lamban dalam mengerjakan tugas dan terlambat dalam menyelesaikan
atau menyerahkan tugas.
4. Sikap acuh dalam mengikuti pelajaran dan sikap kurang wajar lainnya.
5. Menunjukkan perilaku menyimpang dari peilaku temannya yang
seusianya. Emosional, misalnya mudah tersinggung, mudah marah,
pemurung.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
Latar belakang terjadinya kesulitan belajar atau ketidakberesan dalam
belajar banyak sekali macam ragamnya. Tetapi bila penyebab kesulitan
belajar itu dikaitkan dengan faktor-faktor yang berperanan dalam belajar,
maka penyebab kesulitan belajar itu dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelajar (faktor
internal) yang meliputi: kemampuan intelektual,afeksi seperti perasaan dan
percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin,
kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan pengindraan
seperti melihat, mendengarkan, dan merasakan(Fontana, 1981). Sedang faktor
yang berasal dari luar pelajar (faktor eksternal) meliputi faktor-faktor yang
berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran yang meliputi: guru, kualitas
pembelajaran, instrumen atau fasilitas pembelajaran baik yang berupa
hardware maupun software serta lingkungan, baik lingkungan social maupun
lingkungan alam.
Menyimak faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
tersebut di atas, maka peserta didik mengalami kesulitan belajar atau
ketidakberesan dalam belajar, ditunjukkan oleh hasil belajar yang rendah. Hal
ini disebabkan oleh berbagai hal seperti yang dikemukakan oleh Noehi
Nasution. (1992: 215)
1. Rendahnya kemampuan intelektual anak
2. Gangguan perasaan atau emosi
3. Kurangnya motivasi untuk belajar
4. Kurang matangnya anak untuk belajar
5. Usia yang terlampau muda
6. Latar belakang sosial yang tidak menunjang
7. Kebiasaan belajar yang kurang baik
8. Kemampuan mengingat yang rendah
9. Terganggunya alat-alat indra
10. Proses belajar mengajar yang tidak sesuai dan
11. Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar.
Untuk lebih lengkapnya, marilah kita simak pandangan ahli yang lain
yang berkaitan dengan permasalahan belajar yang dialami peserta didik, baik
faktor internal maupun eksternal. Dimyati dan Mudjiono(1994: 228-235)
mengemukakan faktor-faktor internal yang mempengaruhi proses belajar
sebagai berikut:
1. Sikap terhadap belajar
2. Motivasi belajar
3. Konsentrasi belajar
4. Mengolah bahan ajar
5. Menyimpan perolehan hasil belajar
6. Menggali hasil belajar yang tersimpan
7. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja
8. Rasa percaya diri siswa
9. Inteligensi dan keberhasilan belajar
10. Kebiasaan belajar
11. Cita-cita siswa
Sedang faktor eksternal yang berpengaruh terhadap proses belajar meliputi:
1. Guru sebagai Pembina siswa belajar
2. Sarana dan prasarana pembelajaran
3. Kebijakan penilaian
4. Lingkungan social siswa di sekolah
5. Kurikulum sekolah
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka faktor-faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar dapat disajikan dalam bentuk diagram
sebagai berikut:
Bagan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Keterangan:
Raw Input : peserta didik
Learning Teaching Process : proses belajar mengajar atau proses
pembelajaran
Environmental input : faktor lingkungan
Instrumental input : sarana dan prasarana penunjang proses belajar
mengajar
Output : peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran
Environment input
Environment
Teaching input
Environment
Teaching input
Output Learning Teaching Proses Raw
Input
Insrumental input
E. Pengenalan Kesulitan Belajar Peserta Didik
Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik, kita harus
menentukan faktor penyebab dari kesulitan belaja tersebut. Setelah faktor
penyebab kesulitan belajar diketahui, kita baru dapat menentukan alternative
bantuan yang diberikan. Untuk dapat menentukan kesulitan belajar peserta
didik dengan tepat,maka kita harus mengumpulkan data selengkap mungkin,
baik dengan teknik non tes maupun dengan teknik tes.
1. Teknik Nontes
Teknik nontes yang dimaksud disini adalah teknik pengumpulan data
atau keterangan yang dilakukan dengan cara: wawancara, observasi,
angket, sosiometri, biografi, pemeriksaan kesehatan dan fisik, dan
dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan cara untuk memperoleh data
atau keterangan degan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber
data.
b. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan alat indra
terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Berikut ada beberapa petunjuk bagi observer dalam mengadakan
observasi:
1) Observer perlu memahami terlebih dahulu apa yang akan
dobservasi dan jenis gejala apa yang perlu dicatat.
2) Meneliti tujuan umum dan khusus, apakah sudah sesuai denga
permasalahan yang akan diteliti, seingga dapat dijadikan dasar
untuk menentukan apa yang harus diobservasi.
3) Buatlah cara untuk mencatat observasi. Cara ini akan menghemat
waktu dan menyeragamkan tata kerja observasi yang dilakukan
terhadap banyak peristiwa.
4) Adakan batasi dngan tegas macam-macam tingkat kategori yang
akan digunakan.
5) Adakan observasi secermat-cermatnya dengan pencatatan yang
sudah disederhanakan.
6) Catatlah gejala-gejala secara terpisah.
7) Ketahuilah baik-baik alat-alat pencatat dan tata cara mencatat
sebelum melakukan observasi.
c. Angket
Angket atau kuisener adalah alat pengumpul data yang berisi daftar
pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang
diselidiki atau disebut responden, secara tertulis.
Bila ditinjau dari cara menjawabnya angket terbagi menjadi dua
yaitu:
1) Angket langsung
Angket yang diberikan kepada orang yang akan dikumpulkan
datanya.
2) Angket tidak langsung
Angket yang diberikan kepada orang lain yang dianggap
mengetahui keadaaan orang yang akan dikumpulkan datanya.
Bila ditinjau dari bentuk pertanyaannya angket dibedakan menjadi
tiga yaitu:
1) Angket tertutup
Pertanyaan yang dijawabnya sudah disediakan sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan dirinya.
2) Angket terbuka
Pertanyaaan-pertanyaan dalam angket yang memberikan
kesempatan kepada responden untuk memberikan jawaban
seluas-luasnya. Angket teruka ini tepat digunakan utuk
mengungkap pendapat seseorang tentang sesuatu.
3) Angket tertutup terbuka
Angket yang terdiri dari angket tertutup, shingga responden
tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, namun bila
jawaban tidak ada yang sesuai menurut responden, maka
responden diberi kesempatan untuk mengemukakan jawaban
sesuai dengan keadaan responden.
Dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam menggunakan angket:
1) Gunakan angket dalam keadaan atau situasi yang setepat-
tepatnya.
2) Tentukan terlebih dahulu tujuan kuisener/angket, baik tujuan
umum maupun khusus.
3) Tentukan dan susunlah pertanyaan-pertanyaan sebaik-baiknya:
a) Pertanyaan harus singkat dan jelas(mudah dimengerti)
b) Jangan sampai ada pertanyaan yang terulang
c) Pertanyaan harus tegas, artinya jangan meragukan responden
d) Pertanyaan jangan sampai menimbulkan pertanyaan
e) Pertanyaan jangan sampai menimbulkan hal-hal yang
memalukan.
4) Pertanyaan disusun menurut aspeknya atau kategorinya atau
golongan-golongannya, agar lebih sistematis sehingga mudah
menganalisisnya.
5) Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data dari responden
yang sesungguhnya , maka angket yang telah tersusun
sebelumnya diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui
kesalahan-kesalahan baik kesalahan redaksional maupun isi
materi.
d. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu cara untuk mengetahui hubungan social
seseorang, yang sering disebut juga sebagai ukuran berteman
seseorang. Gambaran mengenai hubungan seseorang disebut
sosiogram.
Baik tidaknya hubungan social seseorang denga orang lain dapat
dilihat dari beberapa segi. Bimo Walgito, 1980:72.mengemukakan
sebagai berikut:
1) Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya anak atau orang itu
bergaul.
2) Intesitas hubungan, yaitu segi mendalam tidaknya anak atau
orang didalam pergaulannya, yaitu intim tidaknya mereka
bergaul
3) Popularitas hubungan, yaitu banyak sedikitnya teman bergaul,
dapat dgunakan sebagaikriteria pula untuk melihat baik
buruknya dalam hubungan sosialnya..
e. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan
jalan mengutip dari sumber catatan yang sudah ada
f. Pemeriksaan fisik dan kesehatan
Pemeriksaan fisik berkaitan dengan pengumpulan data yang
berkaitan dengan kondisi dan perkembangan fisik, misalya kecacatan
yang dimiliki, bentuk tubuh dan wajah yang kurang menarik. Sedang
pemeriksaan kesehatan berkaitan dengan masalah penyakit yang
diderita seseorang. Dalam hal ini peran dokter sangat dibutuhkan
dalam memberikan informasi tentang kesehatan seseorang.
2. Teknik Tes
Teknik tes adalah teknik pengumpulan data atau keterangan yang
dilakukan dengan memberikan tes. Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang
didasarkan atas jawaban testee terhadap pertanyaan-pertanyaan atau
melakukan perintah itu penyelidik megambil kesimpulan dengan cara
membandingkannya dengan standar atau testee yang lain(sumadi
Suryoboto,1984). Selanjutnya dalam hal ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tes hasil belajar
Tes yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan bahan
pelajaran yang telah disajikan dalam proses pembelajaran dalam
bentuk ulangan, ujian, atau dalam bentuk evaluasi yang lain.
b. Tes psikologis
Teknik pengumpulan data yang bersifat potensial yaitu data tentang
kemampuan yang belum nampak yang dimiliki seseorang, misalnya
bakat, inteligensi, minat, kepribadian, sikap, dan sebagainya.
F. Prosedur Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar
Guru dalam proses pembelajaran menghadapi peserta didik yang
beranekaragam karakteristiknya. Perbedaan peserta didik berkaitan dengan
kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, sikap, kemampuan, minat, latar
belakang kehidupan keluarganya dan lain-lainnya. Perbedaan ini cenderung
berakibat adanya perbedaan dalam belajar bagi setiap peserta didik baik
dalam kecepatan belajarnya maupun keberhasilan belajar yang dicapainya.
Langkah-langkah melaksanakan diagnosis kesulitan belajar yaitu :
1. Mengidentifikasi peserta didik yang diperkirakan mengalami kesulitan
belajar.
Dengan cara mengenali latar belakang baik psikologis maupun non
psikologis. Kasus kesulitan belajar dapat diketahui melalui :
a. Analisis Perilaku
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui
melalui observasi atau laporan proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran dapat diketahui :
1) Cepat lambatnya menyelesaikan tugas
2) Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran
3) Peran serta dalam mengerjakan tugas kelompok
4) Kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosial
b. Analisis Prestasi Belajar
Dapat dilakukan dengan cara menghimpun dan menganalisis
hasil belajar serta menafsirkannya. Dalam menafsirkan hasil belajar
peserta didik harus menggunakan norma yaitu Penilaian Acuan Norma
(PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
2. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar
Dapat kita lakukan dengan cara mengetahui dalam mata pelajaran
atau bidang studi apa kesulitan itu terjadi, kemudian aspek atau bagian
mana kesulitan belajar itu dirasakan oleh peserta didik.
Untuk menemukan bidang studi apa peserta didik mengalami
kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara membandingkan skor
prestasi yang diperoleh peserta didik dengan nilai rata-rata dari masing-
masing bidang studi. Sedangkan untuk mengetahui aspek atau bagian
mana kesulitan belajar itu dirasakan oleh peserta didik dapat dilakukan
dengan memeriksa hasil pekerjaan tes.
3. Menentukan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Dapat dilakukan dengan cara meneliti faktor-faktor yang ada pada
diri peserta didik (internal) dan faktor-faktor yang berada di luar peserta
didik (eksternal) yang menghambat proses belajar dan atau pembelajaran.
4. Memperkirakan Alternatif Bantuan
Langkah yang akan ditempuh dengan cara menjawab beberapa
pertanyaan berikut ini:
a. Apakah peserta didik masih mungkin ditolong untuk mengatasi
kesulitannya?
b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan
peserta didik?
c. Kapan dan dimana pertolongan dapat diberikan kepada peserta didik?
d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan?
5. Menetapkan Kemungkinan Cara Mengatasinya
Langkah ini merupakan langkah untuk menentukan bantuan atau
usaha penyembuhan yang diperlukan peserta didik Selanjutnya rencana
pemberian bantuan harus disesuaikan dengan jenis kesulitan yang dialami
peserta didik.
Bantuan dapat diberikan melalui program remedial atau pengajaran
perbaikan, layanan bimbingan dan konseling, program referal yaitu
mengirimkan peserta didik kepada ahli yang berkompeten dalam
mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
6. Tindak Lanjut
Ini merupakan langkah terakhir yang berupa kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a. Memberikan pertolongan kepada peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar, sebagai penerapan program bantuan yang telah
ditetapkan pada langkah sebelumnya
b. Melibatkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan
pertolongan kepada peserta didik
c. Mengikuti perkembangan peserta didik dan mengadakan evaluasi
terhadap bantuan yang telah diberikan kepada peserta didik untuk
memperbaiki kesalahan atau ketidaktepatan bantuan yang diberikan
d. Melakukan referral kepada ahli lain yang berkompeten dalam
menangani kesulitan yang dialami peserta didik
G. Pengajaran Remedial dan Program Pengayaan Dalam Proses
Pembelajaran.
Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar
misalnya tidak mampu menyerap bahan pembelajaran dengan baik, tidak
dapat konsentrasi dalam belajar, tidak mampu mengerjakan tes dan
sebagainya. Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar sehingga prestasi
belajarnya rendah, maka guru atau konselor harus memberikan layanan
bimbingan dengan baik. Layanan tersebut lebih dikenal dengan pengajaran
remedial sedangkan layanan bimbingan belajar bagi peserta didik yang tidak
mengalami kesulitan belajar lebih dikenal dengan pengayaan atau
enrichement.
1. Pengajaran Remedial dalam Pembelajaran
Remedial merupakan bentuk pengajaran yang bersifat kuratif
(penyembuhan) dan atau korektif (perbaikan). Pengajaran remedial
merupakan bentuk khusus pengajaran yang bertujuan untuk menyembuhkan
atau memperbaiki proses pembelajaran yang menjadi penghambat atau yang
dapat menimbulkan masalah atau kesulitan dalam belajar bagi peserta didik.
Menurut Warkitri dkk. (1990), pengajaran remedial sangat diperlukan
dalam proses pembelajaran karena :
a. Tidak semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai
kemampuannya.
b. Adanya kesulitan belajar berarti belum dapat tercapai perubahan tingkah
laku siswa secara bulat sebagai hasil belajar
c. Untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut diperlukan suatu teknik
bimbingan belajar. Salah satu teknik bimbingan belajar adalah
pengajaran remedial
Dengan demikian dalam pengajaran remedial, guru harus mampu
menciptakan situasi yang memungkinkan peserta didik lebih mampu
mengembangkan diri.
Secara umum, pengajaran remedial bertujuan membantu siswa mencapai
mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan
dalam kurikulum. Secara khusus, pengajaran remedial bertujuan membantu
siswa yang mengalami kesulitan belajar agar mencapai prestasi yang
diharapkan melalui proses penyembuhan dalam aspek kepribadian atau dalam
proses belajar mengajar.
Pengajaran remedial merupakan bagian terpenting dari keseluruhan
proses pembelajaran, mempunyai banyak fungsi dalam membantu peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar, antara lain
a. Fungsi korektif, adalah usaha untuk memperbaiki atau meninjau kembali
sesuatu yang dianggap keliru.
b. Fungsi pemahaman, dalam pengajaran remedial terjadi proses
pemahaman terhadap pribadi peserta didik, baik dari pihak guru,
pembimbing, maupun peserta didik itu sendiri.
c. Fungsi penyesuaian, dalam pnegajaran remedial peserta didik dibantu
untuk belajar sesuai dengan keadaan dan kemampuan yang dimiliki
sehingga tidak merupakan beban bagi peserta didik.
d. Fungsi pengayaan, dalam pengajaran remedial guru berusaha membantu
peserta didik mengatasi kesulitan belajar dengan menyediakan atau
menambah berbagai materi pengajaran yang tidak atau belum
disampaikan dalam pengajaran biasa.
e. Fungsi akselerasi, dalam pengajaran guru berusaha mempercepat
pengajaran dengan menambah frekuensi pertemuan dan materi
pengajaran.
f. Fungsi terapeutik, pengajaran remedial mengandung unsur terapeutik
karena secara langsung atau tidak langsung berusaha menyembuhkan
beberapa gangguan atau hambatan peserta didik.
Terdapat pendekatan-pendekatan dalam pengajaran remedial, antara lain
a. Pendekatan kuratif dalam pengajaran remedial
Pendekatan ini dilakukan setelah program pembelajaran yang
pokok selesai dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan menjumpai
beberapa bagian dari peserta didik yang tidak mampu menguasai seluruh
bahan yang disampaikan. Pelaksanaan pendekatan kuratif dapat
dilakukan dengan cara :
1) Pengulangan (repetation), dapat dilakukan setiap akhir jam pertemuan,
akhir unit pelajaran atau setiap pokok bahasan.
2) Pengayaan dan pengukuhan (enrichment dan reinforcement),
Layanan pengayaan dapat ditujukan kepada peserta didik yang
mempunyai kelemahan ringan dan secara akademik mungkin peserta
didik tersebut cerdas. Dapat dilakukan dengan memberikan pekerjaan
rumah atau pekerjaan di kelas pada saat pelajaran berlangsung.
3) Percepatan (acceleration)
Layanan percepatan ini diberikan kepada peserta didik yang berbakat
namun menunjukkan kesulitan psikososial.
b. Pendekatan preventif dalam pengajaran remedial
Pendekatan preventif diberikan kepada peserta didik yang diduga
akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan program yang akan
ditempuh. Guru meng-klasifikasikan kemampuan siswa didik menjadi
tiga golongan, yaitu peserta didik yang mampu menyelesaikan program
sesuai waktu yang ditentukan, peserta didik yangdiperkirakan akan
mampu menyelesaikan program lebih cepat dari waktu yang ditentukan,
dan peserta didik yang tidak dapat menyelesaikan program sesuai waktu
yang ditentukan.
Sesuai penggolongan tersebut maka teknik layanan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Kelompok belajar homogen, dalam kelompok ini peserta didik diberi
pelajaran, waktu, dan tes yang sama.
2) Kelompok individual, pengajaran disesuaikan dengan keadaan peserta
didik, sehingga setiap peserta didik mempunyai program tersendiri.
3) Layanan pengajaran dengan kelas khusus, peserta didik mengikuti
program pembelajaran yang sama dalam satu kelas. Peserta yang
mengalami kesulitan dalam bidang tertentu disediakan kelas khusus
remedial. Bagi yang cepat belajarnya disediakan program pengayaan.
c. Pendekatan pengembangan dalam pengajaran remedial
Pengajaran remedial yang bersifat pengembangan merupakan
upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsungnya
pembelajaran. Sasarannya agar peserta didik dapat segera mengatasi
hambatan-hambatan yang dialami selama mengikuti pembelajaran.Dalam
pengajaran remedial juga terdapat beberapa metode.
Metode yang digunakan dalam pengajaran remedial yaitu :
a. Metode pemberian tugas.
Metode ini dilaksanakan dengan cara memberi tugas atau
kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar.
b. Metode diskusi
Diskusi adalah suatu bentuk interaksi antarindividu dalam
kelompok untuk membahas suatu masalah. Diskusi digunakan dalam
pengajaran remedial untuk memperbaiki kesulitan belajar dengan
memanfaatkan interaksi individu dalam kelompok.
c. Metode tanya-jawab
Tanya jawab dalam pengajaran remedial dilakukan dalam bentuk
dialog antara guru dengan peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar. Tanya jawab dilakukan secara individu maupun secara
kelompok dengan peserta didik.
d. Metode kerja kelompok
Kerja kelompok dalam pengajaran remedial diusahakan agar
terjadi interaksi diantara anggota dalam kelompok. Kelompok
sebaiknya heterogen artinya dalam satu kelompok terdiri dari pria dan
wanita, peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan peserta
didik yang tidak mengalami kesulitan belajar.
e. Metode tutor sebaya
Tutor sebaya ialah peserta didik yang ditunjuk untuk membantu
teman-temannya atau peserta didik lainnya yang mengalami kesulitan
belajar. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tutor
sebaya adalah:
1) Mendapat persetujuan dari peserta didik yang mengikuti program
perbaikan
2) Mempunyai prestasi akademik yang baik, kreatif, dan dapat
menerangkan bahan yang dibutuhkan oleh peserta didik yang
mengikuti program perbaikan
3) Tidak sombong, sabar, telaten, hubungan sosialnya bagus, tidak
pelit, dan suka menolong sesama teman
f. Metode pengajaran individual
Pengajaran individual dalam pengajaran remedial yaitu proses
pembelajaran yang hanya melibatkan seorang guru dan seorang peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar
Pelaksanaan Pengajaran Remidial
Yang telah dikemukakan oleh Warkitri dkk. (1990) bahwa untuk
melaksanakan pengajaran remedial harus mengikuti langkah – langkah
sebagai berikut:
1. Penelaahan kembali kasus
Langkah ini merupakan langkah penting sabagai titik tolak
kegiatan selanjutnya. Langkah ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran yang jelas tentang kasus yang di hadapi dan kemungkinan
pemecahannya. Dalam langkah ini guru diharapkan memperoleh
gambaran tentang peserta didik yang perlu mendapatkan layanan,
tingkat kesulitan yang dialami peserta didik, letak terjadinya kesulitan,
bagian ranah yang mengalami kesulitan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesulitan peserta didik.
2. Pemilihan alternatif tindakan
Berdasarkan temuan dan uraian pada langkah pertama, maka
dapat disimpulkan karakteristik kasus atau permasalahan dan alternatif
pemecahannya. Karakteristik kasus atau permasalahan yang dihadapi
peserta didik dapat digolongkan menjadi kasus yang berat, cukup berat,
dan ringan. Kasus yang ringan yaitu apabila peserta didik belum
menemukan cara belajar yang baik. Kasus yang cukup berat yaitu
apabila peserta didik telah mampu menemukan cara belejar tetapi
belum berhasil karena hambatan psikologis. Kasus dikatakan berat bila
siswa belum mampu menemukan cara belajar yang baik dan memiliki
hambatan emosional.
a. Apabila kasus ringan, tindakan yang ditempuh adalah pemberian
pengajaran remedial.
b. Apabila kasusnya berat dan cukup berat, maka sebelum
melaksanakan pengajaran remedial, peserta didik harus diberi
layanan konseling untuk mengatasi hambatan emosional yang
mempengaruhi kegiatan belajarnya.
3. Pemberian layanan khusus
Layanan khusus disini maksudnya adalah layanan konseling,
yang bertujuan agar peserta didik yang mengalami kasus atau
permasalahan terbebas dari hambatan emosional, sehingga dapat
mengikuti pembelajaran secara wajar.
Berikut ini kasus atau permasalahan peserta didik dan cara mengatasi
yang dapat ditangani oleg guru bidang studi :
a. Kasus kurang motivasi dan minat belajar, cara mengatasinya :
menghindarkan peserta didik dari pertanyaan – pertanyaan
negative yang dapat melemahkan semangat belajar, termasuk
memarahi, merendahkan, dan membandingkan dengan orang lain
yang lebih sukses. Disamping itu perlu diciptakan suasana
kompetitif yang sehat, mendorong agar lebih berhasil dalam belajar
pada waktu= waktu berikutnya, member hukuman yang bijaksana
bila terjadi kealpaan dan member hadiah baik verbal maupun non
verbal atau material dan non material bila memperoleh kesuksesan.
b. Kasus sikap negative terhadap guru, cara mengatasinya dengan
cara menciptakan hubungan yang akrab antara guru dengan peserta
didik dan antara peserta didik
dengan peserta didik lainnya, memberikan pengalaman yang
menyenangkan dan menciptakan iklim atau suasana social yang
sehat dalam kelas.
c. Kasus kebiasaan belajar yang salah, cara mengatasinya
menunjukan cara belajar yang salah, memberikan kesempatan
untuk berlatih dan belajar dengan pola-pola belajar yang baru.
d. Kasus ketidak cocokan antara keadaan pribadi dengan lingkungan
dan program studinya, cara mengatasinya dengan cara memberikan
layanan informasi tentang pemilihan program studi dan cara
belajarnya serta prospek dari program studi yang dipilih oleh
peserta didik.
4. Pelaksanaan pengajaran remedial
Setelah langkah ketiga terpenuhi, selanjutnya pelaksanaan
pengajaran remedial. Adapun sasaran pokok langkah ini adalah
meningkatkan prestasi dan kemampuan peserta didik dalam
menyesuaikan diri dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh guru.
5. Pengukuran kembali hasil belajar
Setelah pengajaran remedial selesai, selanjutnya diadakan
pengukuran terhadap perubahan pada diri peserta didik yang
bersangkutan. Pengukuran ini untuk mengetahui kesesuaian antara
rencana dengan pencapaian hasil yang diperolehnya.
6. Re-evaluasi dan re-diagnostik
Hasil pengukuran pada langkah kelima ditafsirkan dengan
menggunakan cara dan criteria seperti pada proses pembelajaran yang
sesungguhnya. Hasil penafsiran tersebut akan menghasilkan tiga
kemungkinan sebagai berikut:
a. Peserta didik menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan
penyesuaiannya mencapai criteria keberhasilan minimum seperti
yang diharapkan.
b. Peserta didik menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan
penyesuaian drinya, tetapi belum sepenuhnya memadai criteria
keberhasilan minimum yang diharapkan.
c. Peserta didik menunjukkan perubahan yang berarti, baik dalam
prestasinya maupun kemampuan penyesuaian dirinya.
Sebagai tindak lanjut dari pengajaran remedial ini ada tiga
kemungkinan kegiatan yang harus ditempuh guru, yaitu:
a. Bagi peserta didik yang berhasil, diberi rekomendasi untuk
melanjutkan ke program pembelajaran utama tahap berikutnya.
b. Bagi peserta didik yang belum sepenuhnya berhasil, sebaiknya
diberi pengayaan dan pengukuhan prestasi sebelum diperkenankan
melanjutkan ke program selanjutnya.
c. Bagi peserta didik yang belum berhasil, sebaiknya dilakukan re-
diagnostik untuk mengetahui letak kelemahan, kesalahan atau
kekurangan pengajaran remedial yang telah dilakukan, sehingga
mungkin perlu adanya ulangan dengan alternative yang sama atau
alternative yang lain.
2. Program Pengayaan dalam Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru disamping menemukan peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar, akan menjumpai pula peserta didik yang
cukup menguasai bahan, tetapi ada pula yang mampu menguasai bahan
pelajaran yang telah diberikan oleh guru
a. Pengertian program pengayaan
Program pengayaan dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang
diperuntukan bagi pesrte didik yang memiliki kemampuan akademik
yang tinggi yang berarti mereka adalah peserta didik yang tergolong
cepat dalam menyelesaikan tugas belajarnya. Kegiatan untuk mengisi
kelebihan waktu bagi peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas
belajarnya ini disebut dengan program pengayaan.
b. Tujuan program pengayaan
Dalam proses pembelajaran, bagi peserta didik yang cepat menyelesaikan
tugas belajarnya akan mempunyai kelebihan waktu. Kegiatan untuk
mengisi kelebihan waktu bagi peserta didik yang cepat menyelesaikan
tugas belajarnya ini dimaksudkan agar peserta didik:
1) Lebih menguasai bahan pelajaran dengan cara peserta didik disuruh
membuat ringkasan tentang materi mata pelajaran yang telah
disampaikan oleh guru, menjadi tutor sebaya yaitu mengajari
temennya yang belum selesai tugasnya.
2) Memupuk rasa social karena peserta didik ini diminta membantu
temannya yang belum selesai tugas belajarnya.
3) Menambah wawasan peserta didik yang berkaitan dengan mata
pelajaran yang diberikan guru dengan cara membaca surat kabar,
atau buku-buku di perpustakaan dan sumber-sumber belajar lainnya
yang relevan dengan mata pelajaran yang sedang diikuti.
4) Memupuk tasa tanggungjawab peserta didik dengan cara melaporkan
atau menyampaikan informasi yang diperoleh melalui membaca
surat kabar atau buku-buku di perpustakaan atau sumber informasi
lainnya kepada teman-temannya.
c. Faktor yang harus diperhatikan dalam program pengayaan
1) Faktor anak atau peserta didik: bagi guru atau pendidik harus
menyadari dan memahami bahwa peserta didik disamping
mempunyai beberapa kesamaan tetapi juga mempunyai perbedaan-
perbedaan yang sifatnya individual. Karena itu dalam memberikan
kegiatan pengayaan harus memperhatikan sifat-sifat individual
peserta didik misalnya bakat, minat, hobi dan ketrampilan yang
dimiliki peserta didik.
2) Faktor kegiatan pengayaan: kegiatan pengayaan yang diberikan
oleh guru harus menunjang pengembangan peserta didik secara
optimal. Dalam hal ini kegiatan pengayaan jangan sampai
merugikan, menyusahkan, memberatkan, dan menimbulkan
kesulitan peserta didik. Tetapi kegiatan pengayaan herus
bermanfaat bagi peserta didik dalam menambah ilmu pengetahuan,
ketrampilan dan pembentukan kepribadiannya.
3) Faktor waktu : kegiatan pengayaan untuk mengisi waktu yang
dimiliki peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya
sangat bervariasi, ada yang 25 menit,ada yang 15 menit dan
sebagainya. Dalam hal ini guru harus memilih kegiatan pengayaan
yang tepat sesuai dengan waktu yang tersedia bagi setiap peserta
didik. Kenyataan ini menuntut kemampuan dan kreativitas guru
dalam mempersiapkan kegiatan pengayaan.
d. Pelaksanaan program pengayaan
Program pengayaan dalam proses pembelajaran berisi kegiatan
pengayaan yang diperuntukan bagi peserta didik yang cepat
menyelesaikan tugas belajarnya, karena mereka mempunyai kelebihan
waktu. Kegiatan pengayaan diberikan oleh guru bidang studi bersamaan
dengan pembelajaran bagi peserta didik yang sedikit kesulitan dan yang
mengalami kesulitan belajar. Apabila peserta didik yang sedikit kesulitan
belajarnya dan yang mengalami kesulitan belajar sudah menyelesaikan
tugas belajarnya sesuai dengan yang diharapkan, maka kegiatan
pengayaan dihentikan.
Selanjutnya seluruh peserta didik mengikuti pelajaran berikutnya
secara bersama-sama. Agar kegiatan pengayaan terlaksana dengan baik,
maka materi yang akan diberikan dan bentuk kegiatannya harus
dipersiapkan terlebih dahulu. Materi pengayaan harus disesuaikan
dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan di kelas, karena kegiatan
pengayaan merupakan kegiatan untuk memperdalam materi pelajaran
bukan untuk menambah konsep beru. Kegiatan pengayaan yang
diberikan guru dapat disimak pada uraian tentang tujuan program
pengayaan.
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
Dalam proses pembelajaran, tugas guru tidak hanya sekedar
menyampaikan atau mentransfer ilmu atau bahan pelajaran kepada peserta
didik. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas
perkembangan peserta didik. Kegiatan memahami kesulitan belajar peserta
didik ini dikenal dengan istilah diagnosis kesulitan belajar. Keberhasilan
belajar peserta didik dalam proses pembelajaran ditandai dengan
penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru yang
diwujudkan dalam bentuk nilai yang tinggi atau baik. Sebaliknya peserta
didik dikatakan belum berhasil dalam belajarnya atau gagal dalam belajar
yang diwujudkan dalam bentuk nilai rendah. Artinya peserta didik belum
mampu menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Penyebab kesulitan belajar itu dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelajar (factor
internal) yang meliputi: kemampuan intelektual,afeksi seperti perasaan dan
percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin,
kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan pengindraan
seperti melihat, mendengarkan, dan merasakan(Fontana, 1981). Sedang
factor yang berasal dari luar pelajar (factor eksternal) meliputi faktor-
faktor yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran yang meliputi:
guru, kualitas pembelajaran, instrumen atau fasilitas pembelajaran baik
yang berupa hardware maupun software serta lingkungan, baik lingkungan
social maupun lingkungan alam.
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar sehingga prestasi
belajarnya rendah, maka guru atau konselor harus memberikan layanan
bimbingan dengan baik. Layanan tersebut lebih dikenal dengan pengajaran
remedial sedangkan layanan bimbingan belajar bagi peserta didik yang
tidak mengalami kesulitan belajar lebih dikenal dengan pengayaan atau
enrichement.
DAFTAR PUSTAKA
Sugihartono,dkk. (2007). Psikologi Pedidikan. Yogyakarta: UNY Press.