13
BAB I PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Dermatitis medikamentosa merupakan lesi eritema dengan atau tanpa vesikula, berbatas tegas, dapat soliter atau multipel. Terutama pada bibir, glans penis, telapak tangan atau kaki. Umumnya karena reaksi dari obat-obatan yang masuk kedalam tubuh melalui mulut, suntikan atau anal. Keluhan utama pada penyakit biasanya gatal dan suhu badan meninggi. Gejala dapat akut, subakut atau kronik. Untuk lokalisasinya bisa mengenai seluruh tubuh, timbul plak hiperpigmentasi tidak tegas. . 2. Epidemiologi Dermatitis medikamentosa dapat diderita oleh semua jenis umur, tidak tergantung pada jenis kelamin, tidak bergantung pada ras, bangsa, serta iklim, semua orang berpotensi mengalami pada obat-obat tertentu. Pada rumah sakit atau pusat pelayanan kesehatan lainya dermatitis medikamentosa efek akut tidak banyak terjadi karena umumnya dilakukan tes alergi terlebih dahulu untuk mengetahui efek dari obat tersebut.

Dermatitis Medikamentosa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dermatitis Medikamentosa

BAB I

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Dermatitis medikamentosa merupakan lesi eritema dengan atau tanpa vesikula,

berbatas tegas, dapat soliter atau multipel. Terutama pada bibir, glans penis, telapak

tangan atau kaki. Umumnya karena reaksi dari obat-obatan yang masuk kedalam

tubuh melalui mulut, suntikan atau anal. Keluhan utama pada penyakit biasanya gatal

dan suhu badan meninggi. Gejala dapat akut, subakut atau kronik. Untuk lokalisasinya

bisa mengenai seluruh tubuh, timbul plak hiperpigmentasi tidak tegas.

.

2. Epidemiologi

Dermatitis medikamentosa dapat diderita oleh semua jenis umur, tidak tergantung

pada jenis kelamin, tidak bergantung pada ras, bangsa, serta iklim, semua orang

berpotensi mengalami pada obat-obat tertentu. Pada rumah sakit atau pusat pelayanan

kesehatan lainya dermatitis medikamentosa efek akut tidak banyak terjadi karena

umumnya dilakukan tes alergi terlebih dahulu untuk mengetahui efek dari obat

tersebut.

3. Etiologi

a. Obat-obatan

b. Zat-zat kimia

4. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin, panas atau

hujan, kelelahan, aktifitas berlebihan tertawa, menangis, berlari, olahraga. Faktor

psikis berupa kecemasan, sedih, stress atau ketakutan. Faktor lingkungan juga dapat

memicu terjadinya dermatitis medikamentosa.

Page 2: Dermatitis Medikamentosa

5. Gejala klinis

Pada umumnya penderita dermatitis akan meneluh gatal, dimana gejala klinis

lainnya bergantung pada stradium penyakitnya.

a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi

dansudasi sehingga tampak basah.

b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mongering menjadi

kusta.

c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan

likenefikasi.

Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak

awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis. Mata gatal,

bersin-bersin, mengeluarkan ingus, batuk, gejala nafas sesak sampai terjadi serangan

asma. Sering pula muncul keluhan mual, muntah dan diare.

Page 3: Dermatitis Medikamentosa

6. Pemeriksaan fisik

a. Kulit : Seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan kronik seperti

bekas garukan terutama daerah pipi dan lipatan - lipatan kulit daerah fleksor.

b. Mata : Diperiksa terhadap hyperemia, edema, secret mata yang berlebihan dan

katarak yang sering dihubungkan dengan penyakit atopi ataupun pengobatan

kortikosteroid.

c. Telinga: Telinga tengah dapat merupakan penyulut rhinitis alergi.

d. Hidung: Pada pemeriksaan hidung di bidang alergi ada beberapa tanda yang sudah

baku, walaupun tidak patognomonik misalnya :

1) Allergic salute : pasien menggunakan telapak tangannya menggosok ujung

hidungnya kearah atas untuk menghilangkan rasa gatal dan melonggarkan

sumbatan.

2) Allergic crease : garis melintang akibat lipatan kulit ujung hidung.

3) Allergic shiners : daerah di bawah palpebra inferior menjadi gelap dan

bengkak.

4) Allergic facies : terdiri dari pernafasan mulut, allergic shiners dan kelainan

gigi geligi.

5) Mulut dan osofaring pada rhinitis allergic, sering terlihat mukosa orofaring

kemerahan, edema atau keduanya.

6) Dada : Diperiksa secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultrasi baik

terhadap organ paru maupun jantung

7. Pemeriksaan diagnostic

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Jumlah leukosit : Biasanya pada penyakit alergi jumlsh leukosit normal,

kecuali kalau disertai alergi.

2) Sel eusenofil pada secret, konjungtiva, hidung dan sputum.

3) Serum lgE total.: Meningkatnya serum ini menyokong adanya penyakit alergi,

tetapi hanya didapatkan pada sekitar 60 – 80 % pasien.

4) lgE spesifik : Maksudnya mengukur lgE terhadap allergen tertentu. Ini bisa

diperiksa secara invitro dengan cara RAST ( Radio Allergo Sorbent Test )

Page 4: Dermatitis Medikamentosa

keuntungan pemeriksaan ini dibandingkan test kulit adalah resiko pada pasien

tidak ada, hasilnya kuantitatif, tidak dipengaruhi obat. Sedangakan

kerugiannya mahal, hasil tidak segera dapat dibaca dapat terjadi positif palsu

atau negative palsu.

b. Pemeriksaan radiologi: Dengan foto dada, untuk melihat komplikasi asma dan foto

sinus paranasal untuk melihat komplikasi rhinitis, bila ada kecurigaan rhinitis akut

maupun kronik maka diperlukan pemeriksaan scanning sinus.

8. Prognosis

Umumnya baik.

9. Therapy/ Pengobatan

Ada beberapa cara untuk mengobati reaksi alergi. Pilihan tentang pengobatan dan

bagaimana cara pemberian disesuaikan dengan gejala yang dirasakan.

a. Untuk jenis alergi biasa, seperti reaksi terhadap debu atau bulu binatang,

pengobatan yang dilakukan disarankan adalah:

1) Prescription antihistamines, seperti cetirizine (Zyrtec), fexofenadine (Allerga),

dan Ioratadine (Claritin), dapat mengurangi gejala tanpa menyebabkan rasa

kantuk. Pengobatan ini dilakukan sesaat si penderita mengalami reaksi alergi.

Jangka waktu pemakaian hanya dalam satu hari, 24 jam.

2) Nasal corticosteroid semprot. Cara pengobatan ini dimasukkan ke dalam mulut

atau melalui injeksi. Bekerja cukup ampuh dan aman dalam penggunaan,

pengobatan ini tidak menyebabkan efek samping. Alat semprot bisa digunakan

beberapa hari untuk meredakan reaksi alergi, dan harus dipakai setiap hari.

Contoh: fluticasone (Flonase), mometasone (Nasonex), dan triamcinolone

(Nasacort).

b. Untuk reaksi alergi spesifik. Beberapa jenis pengobatan yang dapat dilakukan

untuk menekan gejala yang mengikuti :

1) Epinephrine

2) Antihistamines, seperti diphenhydramine (Benadryl)

3) Corticosteroids

Page 5: Dermatitis Medikamentosa

c. Pengobatan lain yang bisa diberikan jika dibutuhkan :

1) Pada orang tertentu, cromolyn sodium semprot mencegah alergi rhinitis,

inflamasi di hidung.

2) Decongestan dapat menghilangkan ingus pada sinus. Tersedia dalam bentuk

cairan yang dimasukkan ke mulut dan semprot. Digunakan hanya beberapa

hari, namun terjadi efek samping seperti tekanan darah yang meningkat, detak

jantung yang menguat, dan gemetaran.

10. Penatalaksanaan

Hentikan pemakaian obat-obat yang diduga menyebabkan dermatitis

medikamentosa(Aspirin, Salisilat, Sulfonamid, Tetrasiklin, Penisilin), Salep

kortikosteroid, Antihistamin, kortikosteroid

B. Konsep Dasar asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas dan riwayat kesehatan pasien

b. Riwayat keperawatan: Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari,

sarana dan prasarana yang dimiliki, serta factor-faktor yang mempengaruhi personal

hygine individu, baik factor pendukung maupun factor penghambat.

c. Data subjektif :pasien melaporkan: Ada peningkatan suhu tubuh, kemerahan, rasa

terbakar, edema / pembengkakan, adanya keluhan gatal-gatal

d. Data objektif : Terlihat adanya lesi polimorf, timbul eritema, timbul edema pada

kulit yang longgar misalnya : muka (terutama palpebra dan bibir ), infiltrasi

biasanya terdiri atas papul, disertai bula / pustule, terlihat erosi / ekskoriasi dengan

krusta, ada pengelupasan kulit,  fisura.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko kerusakan kulit b.d terpapar allergen d.d adanya fisura, krusta, disertai bula /

pustule, ada pengelupasan kulit, ada edema, kemerahan, rasa terbakar.

b. Perubahan rasa nyaman b.d pruritus ditandai dengan pasien melaporkan gatal,

pasien terlihat menggaruk-garuk area alergi.

Page 6: Dermatitis Medikamentosa

c. Gangguan integritas kulit b.d kekeringan pada kulit ditandai dengan kulit terlihat

kusam dan kering.

3. Rencana Tindakan keperawatan

N

O

DX

TUJUAN DAN KRETERIA

HASIL

INTERVENSI RASIONAL

1 Setelah dilakukan tindakan 3x24

jam diharapkan kekeringan pada

kulit berkurang dengan kriteria

hasil: klien akan

mempertahankan kulit agar

mempunyai hidrasi yang baik .

dan turunnya peradangan,

ditandai dengan :

Mengungkapkan

peningkatan kenyamanan

kulit

Berkurangnya derajat

pengelupasan kulit

Berkurangnnya kemerahan

Berkurangnya lecet karena

garukan

Penyembuhan area kulit

yang telah rusak

Mandi paling tidak

sekali sehari selama

15 – 20 menit.

Segera oleskan salep

atau krim yang telah

diresepkan setelah

mandi. Mandi lebih

sering jika tanda dan

gejala meningkat

Gunakan air hangat

jangan panas.

Gunakan sabun yang

mengandung

pelembab atau sabun

untuk kulit sensitive

Hindari mandi busa

Dengan mandi air

akan meresap dalam

saturasi kulit.

Pengolesan krim

pelembab selama 2 –

4 menit setelah

mandi untuk

mencegah

penguapan air dari

kulit.

Air panas

menyebabkan

vasodilatasi yang

akan meningkatkan

pruritus.

Sabun yang

mengandung

pelembab lebih

sedikit kandungan

alkalin dan tidak

membuat kulit

Page 7: Dermatitis Medikamentosa

Oleskan/berikan

salep atau krim yang

telah diresepkan 2

atau tiga kali per hari.

kering, sabun kering

dapat meningkatkan

keluhan.

Salep atau krim

akan melembabkan

kulit.

2 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 3x24 jam

diharapkan paparan allergen

berkurang dengan kriteria hasil:

klien akan mempertahankan

integritas kulit, ditandai

dengan :

          Menghindari alergen

Ajari klien

menghindari atau

menurunkan paparan

terhadap alergen yang

telah diketahui.

Gunakan penyejuk

ruangan (AC) di

rumah atau di tempat

kerja, bila

memungkinkan.

Menghindari

alergen akan

menurunkan

respon alergi.

AC membantu

menurunkan

paparan terhadap

beberapa alergen

yang ada di

lingkungan.

3 Setelah dilakukan tindakan 3x24

jam diharapkan Pruritus

berkurang dengan kriteria hasil:

klien menunjukkan

berkurangnya pruritus, ditandai

dengan:

Berkurangnya lecet akibat

garukan

Klien tidur nyenyak tanpa

terganggu rasa gatal

Cuci semua pakaian

sebelum digunakan

untuk menghilangkan

formaldehid dan

bahan kimia lain serta

hindari menggunakan

pelembut pakaian

buatan pabrik.

Gunakan deterjen

ringan dan bilas

Pruritus sering

disebabkan oleh

dampak iritan atau

allergen dari bahan

kimia atau

komponen

pelembut pakaian.

Bahan yang

tertinggal

Page 8: Dermatitis Medikamentosa

Klien mengungkapkan adanya

peningkatan rasa nyaman

pakaian untuk

memastikan sudah

tidak ada sabun yang

tertinggal.

(deterjen) pada

pencucian pakaian

dapat

menyebabkan

iritasi.

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan perawat yang dilakukan sesuai dengan intervensi.

5. Evaluasi Proses

6. Evaluasi hasil

S : Subyektif, merupakan segala yang dikatakan pasien

O : Obyektif, merupakan segala sesuatu yang kita lihat dari pasien

A : Assessment, merupakan implementasi yang sudah tercapai atau belum

P : Planning, merupakan rencana tindakan selanjutnya.

Page 9: Dermatitis Medikamentosa

DAFTAR PUSTAKA

-          Brunner & Suddart. (1996), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

-          Carpenito, L.J. (2001) Handbook of Nursing Diagnosis (Buku terjemahan), Edisi.8. EGC,

Jakarta.

-          Doenges. ( 2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

-          Mansjoer, A. (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi.3, Media Aesculapius FKUI,

Jakarta.