50
SOLIDARITAS SOSIAL MASYARAKAT KOTA (Kasus Penggusuran di Bara-Baraya) SOCIAL SOLIDARITY OF URBAN COMMUNITY (Case of Eviction in Bara-Baraya) SKRIPSI FITRAH RAMADHANA A.I E411 14 312 DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2020

DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

SOLIDARITAS SOSIAL MASYARAKAT KOTA

(Kasus Penggusuran di Bara-Baraya)

SOCIAL SOLIDARITY OF URBAN COMMUNITY

(Case of Eviction in Bara-Baraya)

SKRIPSI

FITRAH RAMADHANA A.I

E411 14 312

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2020

Page 2: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

ii

SOLIDARITAS SOSIAL MASYARAKAT KOTA

(Kasus Penggusuran di Bara-baraya)

SKRIPSI

FITRAH RAMADHANA A.I

E411 14 312

SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT GUNA

MEMPEROLEH DERAJAT KESARJANAAN PADA

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2020

Page 3: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

iii

Page 4: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

iv

Page 5: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

v

Page 6: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan

nikmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas

akhir untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Kepada kedua Orang-Tuaku

yang tak pernah lelah mendidik dan membimbing penulis hingga saat ini,

terutama sosok Ibu yang tetap kuat meski harus sendiri membesarkan anak-

anaknya, juga kepada Almarhum Bapak semoga ditempatkan disisi yang terbaik

Allah SWT, nasehat semasa hidupnya takkan pernah penulis lupakan. Kepada

Saudara penulis yang tetap mendukung hingga saat ini, terima kasih semuanya.

Page 7: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehigga dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Solidaritas Sosial Masyarakat Kota (Kasus

Penggusuran di Bara-baraya)”.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Dr. H.

Suparman Abdullah, M.Si selaku pembimbing I serta penasehat akademik dan

Dr. M. Ramli AT, M.Si selaku pembimbing II, yang telah membantu dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa penulis

ucapakan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Dwia Aries Tina, MA selaku Rektor Universitas

Hasanuddin.

2. Bapak Prof. Dr. Armin Arsyad M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.

3. Bapak Drs. Hasbi, M.Si, Ph.D selaku Ketua Departemen Sosiologi FISIP

Unhas beserta jajarannya.

4. Seluruh Staf Dosen Pengajar Departemen Sosiologi FISIP Unhas yang

telah banyak memberikan kepada penulis pengetahuan selama menempuh

pendidikan di Departemen Sosiologi.

Page 8: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

viii

5. Bapak Pasmudir, S.Hum, M.Si dan Ibu Rosnaeni, SE, telah banyak

membantu penulis dalam urusan administratif selama berada di Departemen

Sosiologi.

6. Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam Komunitas Mahasiswa Pencinta

Alam Sosial Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Hasanuddin (UKMPA KOMPAS FISIP Unhas) terkhusus kakak instruktur

(Harun Dachri, S.Ip, Ferdynand William Reata, S.Ip dan Mirawati Syam,

S.Sos) yang telah banyak mendidik penulis dari dasar hingga saat ini begitu

pula dengan teman Diksar 14 (Hamzah, Asnal Sudirman, Nur Atikah HM,

S.Sos, Fajar, S.Sos, Mustan, Erikius Sumule dan A. Muh. Fahrul Arifin) serta

(Muh. Akbar Alamsyah, S.Sos dan Yeyen, S.Ip) yang menjadi teman diskusi

dan membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi.

7. Keluarga Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Hasanuddin (KEMASOS FISIP Unhas) dan Seluruh

anggota terkhusus (Muh. Ramdhan Syahroni, M. Arif Alfarabi, Azwar

Radhif, S.Sos dan Ikhlasy Anugrah Marhami) maupun kakak Alumni yang

selalu mendukung atau menjadi teman diskusi dalam penulisan skripsi serta

menyediakan ruang-ruang belajar dan memberikan banyak pengalaman

dalam dunia organisasi kampus. Bersatu Dalam Kebenaran!

8. Resolusi 14, Teman seangkatan penulis terkhusus (Rakhmat Nur Adhi,

S.Sos, M. Bobby Pramusdi, S.Sos, Muh. Iqbal Rasyid, S.Sos, Andika

Permana Putra, S.Sos, Sahnur Ramadhan, S.Sos, Wynaldo Adithias Aries,

S.Sos, Alwi Umar S.Sos, Sigit Ichwantoro, S.Sos, Achmad Dalvin, Nur

Page 9: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

ix

Sandra Wali G, S.Sos, Nur Syamsi M, S.Sos, Ulfah Natazsyah, S.Sos, Megi

M. Patading, S.Sos, Riska Eka Putri Rahmi, S.Sos) dalam menempuh

pendidikan di Departemen Sosiologi yang selalu menjadi teman diskusi,

mendorong dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Semoga

jalinan persaudaraan ini tetap kekal.

9. Lingkar Sospol 2014, Teman angkatan sefakultas yang selalu menjadi

teman diskusi dalam proses penyusunan skripsi. Bersama Bersatu Berjaya!

10. BTP Squad, Teman ngumpul terkhusus (Muh. Fadil Iksan, S.E, Muh. Toha

Ingratubun, S.H, Muh. Al-Mu’min, S.Ip, Muh. Dhiyaulhaq dan Heryanto)

yang selalu mendorong dan membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi. Semoga persaudaraan kita kekal!

11. RCD, Teman seangkatan di SMPN 12 Makassar yang selalu menjadi teman

diskusi dan mendorong penulis dalam proses penyusunan skripsi.

12. KKN 99 Kec. Mallawa (Unhas-Unand), Teman KKN terkhusus (Meylki

S.F, Muh. Rinaldo, S.Km, Mis Fransiska Dewi, S.Ikom, Riska Novianti,

S.H, dan Riska Handayani, S.T) yang selalu mendoakan dan mendukung

penulis dalam proses penyusunan skripsi.

13. KRS, Teman seangkatan di MAN 2 MODEL Makassar terkhusus (Muh.

Rusydi Ashri, Surfian Rahmat A.P, S.Ip, Ahmad Faisal Sy, Andi Subhan,

S.E, Ahmad Syahril, S.H) yang selalu menjadi teman diskusi dalam proses

penyusunan skripsi.

Page 10: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

x

14. Seluruh informan penelitian yang telah menyempatkan waktunya kepada

peneliti dan memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan dalam

penyusunan skripsi.

15. Semua orang yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi dan semua orang yang

membaca skripsi ini.

Penulis sadar bahwa selama menjadi Mahasiswa banyak kesalahan yang

diperbuat. Skripsi yang dibuat ini pun masih jauh dari kesempurnaan, maka dari

itu penulis sangat berharap masukan dari semua pembaca agar tradisi keilmuan

tetap terjaga pada diri kita.

Siapapun kamu yang membaca skripsi ini, yakinlah sampai detik ini penulis

tidak akan pernah sepakat dengan segala jenis penindasan dan terus berjuang

melawan segala bentuk penindasan seperti yang dilakukan para kelas atas

terhadap kelas bawah, eksploitasi alam serta penindasan terhadap perempuan dan

anak yang terjadi di tengah-tengah kita saat ini. Semoga kamu berpikiran sama

dengan penulis agar terciptanya masyarakat yang damai dan tanpa kelas.

Makassar, 24 Juli 2020

Fitrah Ramadhana A.I.

Page 11: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

xi

ABSTRAK

Fitrah Ramadhana A.I, E411 14 312. Solidaritas Sosial Masyarakat Kota

(Kasus Penggusuran di Bara-baraya). Dibimbing oleh Suparman Abdullah

dan M. Ramli AT. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Hasanuddin.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran terkait solidaritas sosial

masyarakat Bara-Baraya dalam menghadapi kasus penggusuran.

Penelitian ini menggunakan kualitatif dengan tipe deskriptif untuk

menggambarkan solidaritas sosial dalam kasus penggusuran yang terjadi di

wilayah tersebut. Adapun teknik penentuan informan yang digunakan adalah

Purposive Sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

observasi, wawancara mendalam dan studi pustaka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum adanya kasus penggusuran

ditengah-tengah masyarakat Bara-Baraya, solidaritas sosial sudah ada. Sejak

kasus ini menyentuh masyarakat Bara-Baraya solidaritas sosial yang terdapat di

dalamnya juga secara perlahan semakin meningkat, karena intensitas pertemuan

antar sesama masyarakat yang semakin sering dilakukan. Bentuk solidaritas yang

terdapat dalam masyarakat Bara-Baraya lebih cenderung ke solidaritas mekanis,

karena tipe dan sifat masyarkatnya yang masih tradisonal, adanya kesamaan nasib

dalam kasus penggusuran, besarnya rasa saling percaya dan toleransi antar sesama

masyarakat, serta semangat kolektif yang masih terjaga.

Kata Kunci: Solidaritas Sosial dan Penggusuran

Page 12: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

xii

ABSTRACT

Fitrah Ramadhana A.I, E411 14 312. Social Solidarity of Urban Community

(Case of Eviction in Bara-Baraya). Supervised by Suparman Abdullah and

M. Ramli AT. Faculty of Social and Political Sciences, Hasanuddin

University

The purpose of this study is to find an image related to the social solidarity of the

Bara-Baraya community in dealing with eviction cases.

This study used a qualitative descriptive type to describe social solidarity in

eviction cases occurring in the region. The technique of determining informants

was Purposive Sampling, while for the data collection technique, it was used a

direct observation, in-depth interviews and literature study.

The results showed that before the eviction case in the midst of the Bara-Baraya

community, social solidarity had already existed. Since this eviction case faced by

Bara-Baraya community, the social solidarity had also gradually increased, due to

the high intensity of meetings between people in community. The form of

solidarity found in the Bara-Baraya community tends to be mechanical solidarity,

because the type of the society still hold a traditional behavior, a common fate

with eviction case, the high amount of mutual trust and tolerance among people,

and the collective spirit that was still maintained.

Key words: Social Solidarity and Eviction

Page 13: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN............................................ Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI ............... Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................ Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xvii

DAFTAR SKEMA......................................................................................................... xviii

BAB I: PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 8

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL ......................... 10

A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................................... 10

1. Pengertian Solidaritas Sosial ................................................................................. 10

2. Bentuk-bentuk Solidaritas Sosial .......................................................................... 11

3. Teori Solidaritas Sosial ......................................................................................... 12

4. Gambaran Umum Masyarakat Kota...................................................................... 16

B. Kerangka Konseptual ............................................................................................... 20

C. Penelitian Terdahulu ................................................................................................ 24

Page 14: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

xiv

BAB III: METODE PENELITIAN .................................................................................. 26

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................................... 26

1. Waktu Penelitian ................................................................................................... 26

2. Lokasi Penelitian ................................................................................................... 26

B. Tipe dan Dasar Penelitian ........................................................................................ 26

C. Teknik Penentuan Informan ..................................................................................... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................................... 28

E. Teknik Analisis Data ................................................................................................ 30

BAB IV: GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .............................................. 32

A. Gambaran Umum Kota Makassar ............................................................................ 32

1. Keadaan dan Letak Geografi Kota Makassar........................................................ 32

2. Kondisi Demografis Kota Makassar ..................................................................... 34

3. Kondisi Sosial Budaya Kota Makassar ................................................................. 36

4. Sarana dan Prasarana ............................................................................................ 36

B. Gambaran Umum Kelurahan Bara-Baraya .............................................................. 39

1. Kondisi Umum Kelurahan .................................................................................... 39

BAB V: HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 50

A. Profil Informan ......................................................................................................... 50

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ............................................................................. 53

1. Solidaritas sosial pada masyarakat Bara-Baraya dalam menghadapi situasi

penggusuran .............................................................................................................. 53

2. Bentuk Solidaritas Sosial Masyarakat Bara-Baraya dalam Menghadapi Situasi

Penggusuran .............................................................................................................. 74

BAB VI: PENUTUP ......................................................................................................... 96

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 96

B. Saran ......................................................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 100

Page 15: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

xv

LAMPIRAN .................................................................................................................... 102

DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................................ 106

Page 16: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Penelitian Terdahulu………………………………………………..25

Tabel 2: Jumlah Penduduk Kota Makassar…………………………………..34

Tabel 3: Jumlah Kepemilikan KTP Berdasarkan

Kecamatan di Kota Makassar………………………………………………...35

Tabel 4: Penduduk Kelurahan Bara-Baraya………………………………….40

Tabel 5: Kelompok Umur…………………………………………………....45

Tabel 6: Kelompok Pendidikan……………………………………………...46

Tabel 7: Kelompok Tenaga Kerja……………………………………………46

Tabel 8: Klasifikasi Potensi Perkembangan Masyarakat

Sektor Jasa Berdasarkan Jenjang Pendidikan……………………………….47

Tabel 9: Data Informan Masyarakat Bara-Baraya…………………………..54

Tabel 10: Matriks Fase dan Bentuk Situasi Sosial

Masyarakat Bara-Baraya Sebelum dan Adanya Kasus……………………..75

Tabel 11: Matriks Bentuk dan Ciri-ciri

Solidaritas Sosial Masyarakat Bara-Baraya………………………………...95

Page 17: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Peta Kota Makassar…………………………………………32

Gambar 2: Kelurahan Bara-Baraya……………………………………..48

Gambar 3: Area Penggusuran…………………………………………...49

Gambar 4: Perluasan Area yang digugat………………………………..50

Page 18: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

xviii

DAFTAR SKEMA

Skema 1: Kerangka Konseptual………………………………………….22

Skema 2: Struktur Organisasi

Kelurahan Bara-Baraya Induk……………………………………………42

Skema 3: Struktur Kelembagaan Kelurahan

Bara-Baraya Kecamatan Makassar Kota Makassar……………………....43

Page 19: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan senantiasa

membutuhkan manusia lainnya. Naluri manusia yang ingin hidup dengan orang

lain disebut “gregariousness” sehingga manusia juga disebut sebagai “social

animal”, karena sejak dilahirkan manusia sudah memiliki keinginan pokok yaitu

keinginan untuk menjadi satu dengan manusia yang disekelilingnya (masyarakat)

dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana lingkungan sekitarnya

(Soekanto, 2017, p. 101). Proses menjalani kehidupan antar sesama manusia

saling membutuhkan untuk membantu kelancaran dalam pemenuhan kebutuhan

hidupnya. Demi terciptanya kehidupan bersama maka sangat dibutuhkanlah

interaksi sosial antar sesama manusia, karena interaksi sosial merupakan salah

satu cara untuk menciptakan kehidupan sosial.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa manusia adalah makhluk

sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan senantiasa membutuhkan manusia lain

dalam kehidupannya. Dalam rangkaian perjalanan hidupnya manusia secara

alamiah tidak dapat hidup sendiri, manusia senantiasa berinteraksi dengan

manusia yang lain sehingga dengan sendirinya manusia telah terlibat dalam

kelompok. Di dalam kelompok inilah proses sosialisasi berlangsung dan manusia

belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hampir dari seluruh

Page 20: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

2

aktivitas manusia dihabiskan melalui interaksi dalam kelompok, belajar dalam

kelompok dan sebagainya. Adanya berbagai kegiatan kelompok tersebut maka

manusia menghabiskan seluruh waktunya dalam berbagai keanggotaan dalam

kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam setiap

perkembangannya manusia membutuhkan kelompok.

Persoalan yang sangat penting dalam kehidupan berkelompok agar tetap

menjaga eksistensi sebuah kelompok adalah bagaimana solidaritas yang terbangun

diantara anggota kelompok tersebut sebagai suatu keseluruhan. Internal kelompok

harus muncul kesadaran kolektif sebagai anggota kelompok sehingga, antar

sesama anggota kelompok tumbuh perasaan-perasaan atas dasar kesamaan agar

terciptanya rasa solidaritas sosial dan bisa mencapai tujuan bersama yang dicita-

citakan kelompok.

Pada dasarnya manusia yang hidup berkelompok senantiasa membangun

hubungan antar sesamanya. Hal ini dilakukan sebagai upaya dalam pemenuhan

kebutuhan hidup manusia atau dengan bergantung pada lingkungannya.

Ketergantungan manusia terhadap lingkungannya terlihat dalam proses interaksi

yang terbangun di dalamnya, karena interkasi sosial yang terbangun di

lingkungannya merupakan serangkaian tingkah laku yang terjadi secara

sistematis. Lingkungan sosial dapat terbentuk sebagai kesatuan sosial atau

kelompok sosial dan masing-masing memiliki aturan serta tujuan bersama yang

harus dilaksanakan, lalu dari hal tersebut kemudian yang akan mengikat

solidaritas kelompok tersebut. Hal ini kemudian dapat dijumpai di negara

Indonesia yang solidaritas masyarakatnya masih terjaga.

Page 21: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

3

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kelompok sosial di

mana masing-masing kelompok sosial tersebut memiliki tujuan atau cara untuk

menjaga kelangsungan hidup kelompoknya. Seperti solidaritas masyarakat

nelayan di wilayah Samadikun Selatan termasuk yang ke dalam bentuk solidaritas

mekanis, walaupun wilayah Samadikun tergolong ke dalam administratif Kota

Cirebon, tetapi masyarakatnya masih memegang tinggi nilai-nilai sosial yang

terkandung dalam tradisi nadran.

Terbukti dari adanya keyakinan dan kepercayaan terhadap nilai agama dan

nilai moral yang terkandung di dalam tradisi nadran, sehingga masyarakat

bertindak dengan kesadaran diri sendiri. Selain daripada itu sistem pembagian

kerja pada masyarakat nelayan dapat dikatakan rendah, karena masyarakat lebih

sering melakukan tindakan secara kolektif. Oleh sebab itu, bentuk solidaritas

masyarakat nelayan di wilayah Samadikun Selatan adalah bentuk solidaritas

mekanik (Dadan, Yani, & Abdullah, 2017).

Sebegitu beragamnya bentuk solidaritas yang ada di Indonesia juga tidak

lepas dari keragaman letak geografis yang ada di masing-masing wilayah serta

kondisi sosial yang terus bergulir di sekitarnya, karena hal tersebut juga memiliki

pengaruh yang agak kuat dan dapat digolongkan sebagai faktor eksternal

kelompok tersebut.

Berbeda dengan yang terjadi di Kota Makassar akhir tahun 2016, 102

rumah dengan ratusan Kepala Keluarga dalam area Asrama TNI Bara-Baraya,

terpaksa harus angkat kaki dari rumahnya yang telah diratakan dengan tanah oleh

Page 22: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

4

pihak Kodam VII Wirabuana. Belum puas dengan aksinya, sekarang Kodam VII

Wirabuana berniat menggusur rumah warga di bagian timur dan barat luar asrama.

Melalui tiga kali surat peringatan, Kodam VII Wirabuana aktif menekan

dan mengintimidasi warga. 15 Maret 2017, Kodam VII Wirabuana mengeluarkan

peringatan ketiganya melalui surat No. B/614/III/2017 perihal pengosongan lahan

baik di wilayah timur dan barat luar asrama TNI Bara-Baraya. Surat intimidatif

tersebut pun disertai dengan aksi intimidasi yang kerap dialami warga setiap hari

– setiap malamnya hingga sekarang. Sehingga tak sedikit warga harus tetap

berjaga hingga larut malam jelang subuh, demi menjaga haknya tidak dicerabut

secara paksa.

Penolakan warga atas upaya penggusuran ini bukanlah tanpa dasar yang

jelas. Warga telah menguasai tanah lokasi dan bangunannya sejak tahun

1964/1965 hingga sekarang, secara berturut-turut tanpa adanya masalah dari

pihak-pihak lain. Atas dasar ketentuan pasal 24 ayat (2) PP No. 24 tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah dengan tegas menunjukkan warga merupakan

penguasa tanah (Bezitter) karena telah 20 tahun lebih secara berturut-turut

menguasai tanah tersebut.

Dilihat dari objek sengketa, tanah secara keseluruhan, baik asrama TNI

Bara-Baraya dan tanah hunian warga bagian timur dan barat adalah milik Alm.

Moedhinoeng Dg Matika, berdasarkan Verponding No. 2906 dengan luas 32.040

M2, yang kemudian secara hukum kepemilikian tanah jatuh kepada ahli waris,

isteri dan anak-anaknya; Kasiang Dg Ratu (Istri), Nurdin Dg Nombong (anak),

Page 23: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

5

Daniah Dg Ngai (anak) dan Dg Ngugi (anak). 12 April 1959, Komando Rayon

Militer (Koramil) Kota Makassar menyewa sebagian tanah dengan luas 28.970,10

M2 dari ahli waris Nurdin Dg Nombong berdasarkan Perjanjian Sewa Menyewa

(PSM) No. 88/T/459. Namun yang digunakan untuk Asrama TNI-AD Bara-

Baraya hanya seluas 22.083 M2. Sisa tanah seluas 6.887 M2, Kasiang Dg Ratu

(Istri/ahli waris) memberikan Hak Sewa Tanah kepada warga 8 KK yang terletak

di sebelah barat asrama TNI Bara-Baraya dan sisa tanah sebelah timur dijual oleh

Daniah Dg Ngai (anak/ahli waris) kepada warga 20 KK. Dari dasar inilah, sangat

jelas Kodam VII Wirabuana tidak memiliki hubungan hukum kepada warga di

sebelah barat dan timur asrama. Sehingga Kodam VII Wirabuana tidak memiliki

kewajiban untuk mengembalikan tanah secara keseluruhan kepada ahli waris.

Dengan kata lain, Kodam VII Wirabuana telah melampaui kewenangannya dan

melanggar hukum dengan tetap merencanakan penggusuran terhadap tanah dan

bangunan yang dikuasai oleh warga di sebelah timur dan barat Asrama TNI Bara-

Baraya.

Bergulirnya kasus ini hingga pada tahun 2017, khusunya warga Bara-

Baraya dalam menghadapi situasi penggusuran. Masyarakat berjuang bersama

dalam mempertahankan tempat tinggal mereka. Kasus ini mulai hangat dan

mencekam kehidupan masyarakat Bara-Baraya, terhitung sejak sekitar bulan

Februari 2017 yang lalu, ditandai dengan adanya klaim dari pihak Kodam VII

Wirabuana (sekarang Kodam XIV Hasanuddin) bahwa lokasi tanah warga

merupakan bagian dari lahan okupasi Asrama TNI-AD Bara-Baraya (LBH

Makassar, 2018).

Page 24: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

6

Awal bergulirnya kasus ini, LBH yang tergabung dalam aliansi

menghawatirkan jika kasus ini akan diintervensi oleh oknum-oknum tertentu

untuk melakukan praktik mafia, selaku pihak yang turut berkepentingan atas

objek tanah sengketa di Bara-Baraya, sebab letak tanah sengketa termasuk lokasi

strategis. Akan tetapi, Majelis Hakim selama persidangan betul-betul menjalankan

prinsip imparsial. Sehingga proses persidangan perkara ini melahirkan putusan

yang adil dan telah sesuai dengan bukti dan fakta hukum yang terungkap dalam

persidangan, "tulis LBH Makassar dalam rilis yang diterima Redaksi Makassar

Indeks”.

Fakta hukum yang dimaksud merujuk pada tidak dapatnya pihak TNI

menentukan dengan jelas lokasi dan batas-batas tanah yang diklaim sebagai tanah

sengketa. Selain itu, masih banyak fakta hukum lainnya yang membuktikan

kebenaran bahwa tanah yang dikuasai dan dihuni adalah benar-benar milik warga

(Admin, 2018). Hal itu didasari dengan adanya bukti: 1). Berdasarkan bukti surat

dan keterangan saksi-saksi yang dihadirkan selama persidangan, menerangkan

bahwa masyarakat Bara-Baraya telah tinggal di atas tanah sengketa sejak tahun

1960-an berdasarkan kepemilikan surat-surat yang sah seperti Akta Jual Beli

(AJB), Izin Mendirikan Bangunan (IMB) maupun surat Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB); 2). Tanah tersebut tidak pernah dikuasai oleh Kodam XIV

Hasanuddin, baik digunakan untuk penempatan barak TNI maupun fasilitas umum

TNI; 3). Sejak awal tanah tersebut telah dikuasai oleh tergugat dan tidak pernah

dipersoalkan oleh Kodam XIV Hasanuddin; 4). Tergugat warga Bara-Baraya juga

Page 25: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

7

bukan pensiunan TNI, sehingga sama sekali tidak punya hubungan hukum dengan

Kodam XIV Hasanuddin.

Bergulirnya kasus ini justru mengantarkan masyarakat Bara-Baraya untuk

mulai mempererat hubungan antar sesama dengan tujuan mempertahankan tempat

tinggal mereka yang telah diklaim secara sepihak dan dalam status terancam

digusur. Upaya tersebut lahir dari kesadaran bersama masyarakat Bara-Baraya

yang memiliki kesamaan nasib. Selain itu, kasus Bara-Baraya turut serta menarik

perhatian dari berbagai pihak, mulai dari kalangan mahasiswa, hingga LBH.

Konsep solidaritas sosial Emile Durkheim menjelaskan bahwa; solidaritas

sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan individu yang

didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan

diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada

keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan

bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan

yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan

melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka

(Johnson, 1994).

Pada titik inilah penulis tertarik untuk melihat lebih jauh bagaimana

solidaritas sosial yang terdapat dalam masyarakat Bara-Baraya dengan konteks

menghadapi situasi penggusuran. Penulis tertarik untuk menelusuri lebih jauh,

bagaimana solidaritas sosial dan bentuknya yang terdapat dimasyarakat Bara-

Baraya dalam menghadapi penggusuran.

Page 26: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

8

Berdasarkan latar belakang yang terdapat di atas maka, penulis merasa

tertarik untuk mengangkat judul “Solidaritas Masyarakat Kota (Kasus

Penggusuran di Bara-Baraya)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan maka peneliti perlu

memfokuskan pada beberapa masalah saja. Adapun rumusan masalah pada

penelitian ini, antara lain:

1. Bagaimana solidaritas sosial terbentuk pada masyarakat Bara-Baraya

dalam menghadapi situasi penggusuran?

2. Bagaimana bentuk solidaritas masyarakat Bara-Baraya dalam menghadapi

situasi penggusuran?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian berkaitan dengan rumusan masalah yang ada

maka dapat di uraikan tujuan penelitian antara lain:

1. Untuk mengetahui dasar dari solidaritas masyarakat Bara-Baraya dalam

menghadapi situasi penggusuran.

2. Untuk mengetahui bentuk solidaritas masyarakat Bara-Baraya dalam

menghadapi situasi penggusuran.

D. Manfaat Penelitian

Hasil-hasil penelitian ini diharapkan sangat bermanfaat antara lain:

a. Manfaat secara teoritis

Page 27: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

9

Untuk mendukung teori-teori yang sudah ada sebelumnya sehubungan

dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dalam

upaya untuk usaha pengembangan disiplin ilmu, khususnya sosiologi.

b. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan maupun

perbandingan bagi para peneliti lainnya yang erat kaitannya dengan

permasalahan penelitian.

c. Manfaat secara praktis

Bagi peneliti diharapkan dapat menumbuhkan pengetahuan dan

memperluas wawasan berdasarkan pengalaman dari apa yang ditemui di

lapangan.

Page 28: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Solidaritas Sosial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian kata solidaritas adalah

sifat (perasaan) solider, sifat atau rasa (senasib), perasaan setia kawan yang pada

suatu kelompok anggota wajib memilikinya (Depdiknas, 2007) .

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata sosial adalah berkenaan

dengan masyarakat, perlu adanya komunikasi dalam usaha menunjang

pembangunan, suka memperhatikan kepentingan umum (Depdiknas, 2007).

Solidaritas sosial menunjuk satu keadaan hubungan antar individu atau

kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut

bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama (Alamsyah, 2016).

Solidaritas juga merupakan kesetiakawanan antar anggota kelompok sosial.

Terdapatnya solidaritas yang tinggi dalam kelompok tergantung pada kepercayaan

setiap anggota akan kemampuan anggota lain untuk melaksanakan tugas dengan

baik. Pembagian tugas dalam kelompok sesuai dengan kecakapan masing-masing

anggota dengan keadaan tertentu akan memberikan hasil kerja yang baik. Dengan

demikian, akan makin tinggi pula solidaritas kelompok dan makin tinggi pula

sense of belonging (Huraerah & Purwanto, 2006).

Page 29: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

11

2. Bentuk-bentuk Solidaritas Sosial

a. Gotong-Royong

Bentuk solidaritas yang banyak kita temui di masyarakat misalnya adalah

gotong-royong. Menurut Hasan Shadily gotong royong adalah rasa dan pertalian

sosial yang sangat teguh dan terpelihara. Gotong-royong lebih banyak dilakukan

di desa dari pada di Kota diantara anggota-anggota golongan itu sendiri

(Jamaluddin, 2017).

Kolektivitas terlihat dalam ikatan gotong-royong yang menjadi nilai

masyarakat desa. Gotong-royong menjadi bentuk solidaritas yang sangat umum

dan eksistensinya dimasyarakat juga masih sangat terlihat hingga sekarang,

bahkan Negara Indonesia ini dikenal sebagai bangsa yang mempunyai jiwa

gotong-royong yang tinggi. Gotong-royong masih sangat dirasakan manfaatnya,

walaupun kita telah mengalami perkembangan jaman yang agak cepat sehingga

mengubah pola pikir manusia menjadi pola pikir yang individualis, namun pada

kenyataannya manusia memang tidak akan pernah bisa untuk hidup sendiri dan

selalu membutuhkan bantuan dari orang lain untuk kelangsungan hidupnya di

masyarakat.

b. Kerja sama

Selain gotong-royong yang merupakan bentuk dari solidaritas sosial

adalah kerja sama. Menurut Hasan Shadily, kerja sama adalah proses terakhir

dalam penggabungan. Proses ini menunjukkan suatu golongan kelompok yang

lain yang digabungkan itu (Jamaluddin, 2017).

Page 30: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

12

Kerja sama merupakan penggabungan antara individu dengan individu

lain, atau kelompok dengan kelompok lain sehingga bisa mewujudkan sebuah

hasil yang dapat dinikmati bersama. Setelah tercapainya penggabungan itu

barulah kelompok dapat bergerak sebagai kelompok sosial. Kerja sama itu

diharapkan memberikan suatu manfaat bagi anggota kelompok yang

mengikutinya dan tujuan utama dari bekerja sama bisa dirasakan oleh anggota

kelompok yang mengikutinya. Kerja sama timbul karena secara khusus adanya

orientasi tiap individu terhadap kelompoknya (In-Group) atau secara umum

keterlibatan kelompok lainnya (Out-Group).

3. Teori Solidaritas Sosial

Emile Durkheim menjelaskan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu

keadaan hubungan antara individu dan individu yang didasarkan pada perasaan

moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman

emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar

individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan

dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat.

Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional,

sehingga memperkuat hubungan antar mereka (Johnson, 1994).

Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat bahwa

masyarakat berkembang dari masyarakat primitif menuju masyarakat modern.

Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim

dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas

Page 31: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

13

sosialnya. Masyarakat primitif memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda

dengan bentuk solidaritas sosial pada masyarakat modern. Masyarakat primitif

mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanik, sedangkan masyarakat

modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik (Ritzer & Goodman,

2010). Jadi, berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat terdiri dari dua

bentuk yaitu:

a. Solidaritas Sosial Mekanis

Dalam masyarakat, manusia hidup bersama dan beinteraksi, sehingga

timbul rasa kebersamaan diantara mereka. Rasa kebersamaan yang timbul dalam

masyarakat selanjutnya akan menimbulkan perasaan kolektif. Kondisi seperti ini

biasanya dijumpai pada masyarakat yang masih primitif. Belum ada pembagian

kerja yang berarti, artinya apa yang dilakukan oleh seorang anggota masyarakat

biasanya juga dapat dilakukan oleh anggota masyarakat yang lainnya. Belum

terdapat saling ketergantungan diantara kelompok yang berbeda karena masing-

masing kelompok dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

Masyarakat yang menganut solidaritas mekanik, yang diutamakan adalah

perilaku dan sikap. Perbedaan tidak dibenarkan. Menurut Durkheim (dalam

Sunarto, 2004) seluruh anggota masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif, hati

nurani kolektif yaitu suatu kesadaran bersama yang mencakup keseluruhan

kepercayaan dan perasaan kelompok, dan bersifat ekstrim serta memaksa. Ikatan

dalam solidaritas mekanik terjadi karena kesamaan aktivitas dan merasa memiliki

tanggung jawab yang sama, sehingga ikatan nya sangat erat.

Page 32: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

14

(Ritzer & Goodman, 2010) menjelaskan Solidaritas mekanik dibentuk oleh

hukum represif. Hukum represif sendiri adalah hukum yang sifatnya

mendatangkan penderitaan pada pelanggar. Sanksinya sendiri bisa berupa

perampasan kemerdekaan pada hidupnya. Hal ini disebabkan karena dalam

solidaritas mekanik, pelanggaran dianggap sebagai pencemaran pada kepercayaan

bersama. Dalam masyarakat solidaritas mekanik, individualitas tidak berkembang

karena yang diutamakan adalah kepentingan bersama. Ciri yang khas dari

solidaritas mekanik ini adalah masyarakatnya homogen dalam kepercayaan

sentiment, dan kebersamaan yang sangat tinggi.

Mungkin bisa dicontohkan pada masyarakat pedesaan yang masih

sederhana dimana memiliki kebersamaan yang sangat erat, kemudian hukumnya

yang represif dapat dilihat ketika seseorang melakukan kesalahan hukumannya

dapat berupa pengasingan. Selain itu dalam masyarakat desa tidak saling

ketergantungan dan rata-rata mereka bisa melakukan sesuatu dengan kemampuan

sendiri.

b. Solidaritas Sosial Organis

Menurut Durkheim bahwa solidaritas organis muncul didasarkan pada

tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Seringkali solidaritas organik

ditemukan dalam masyarakat perkotaan dengan bidang pekerjaan dan peranan

sosial sehingga menimbulkan ketergantungan. Solidaritas itu didasarkan pada

tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Bertambahnya saling ketergantungan

sebagai hasil dari bertambahnya spesialisasi dalam bidang pembagian pekerjaan,

Page 33: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

15

yang memungkingkan dan juga menggairahkan bertambahnya pembedaan

dikalangan individu (Ritzer & Goodman, 2010).

Solidaritas organis merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat

kompleks, yaitu masyarakat yang mengenal pembagian kerja yang rinci dan

dipersatukan oleh saling ketergantungan antar bagian. Setiap anggota

menjalankan peran yang berbeda, dan saling ketergantungan seperti pada

hubungan antara organisme biologis. Bisa dikatakan bahwa pada solidaritas

organik ini menyebabkan masyarakat yang ketergantungan antara yang satu

dengan yang lainnya, karena adanya saling ketergantungan ini maka

ketidakhadiran pemegang peran tertentu akan mengakibatkan gangguan pada

sistem kerja dan kelangsungan hidup masyarakat. Keadaan masyarakat dengan

solidaritas organik ini, ikatan utama yang mempersatukan masyarakat bukan lagi

kesadaran kolektif melainkan kesepakatan yang terjalin diantara berbagai

kelompok profesi (Sunarto, 2004).

Munculnya perbedaan dikalangan individu ini merombak kesadaran

kolektif itu, yang pada akhirnya menjadi kurang penting lagi sebagai dasar untuk

keteraturan sosial dibandingkan dengan saling ketergantungan fungsional yang

bertambah antara indivudu-indivudu yang memilliki spesialisasi dan secara relatif

lebih otonom sifatnya. Selain itu, dalam masyarakat dengan solidaritas organik

tingkat heterogenitas semakin tinggi, karena masyarakat semakin plural.

Penghargaan baru terhadap kebebasan, bakat, prestasi, dan karir individual

menjadi dasar masyarakat pluralistik. Kesadaran kolektif perlahan-lahan mulai

hilang. Pekerjaan orang lebih terspesialisasi dan tidak sama lagi, merasa diri

Page 34: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

16

semakin berbeda dalam kerpercayaan, pendapat dan gaya hidup. Pengalaman

orang menjadi semakin beragam, demikian pula kepercayaan, sikap, dan

kesadaran pada umumnya (Ritzer & Goodman, 2010).

Kondisi seperti diatas tidak menghancurkan solidaritas sosial. Sebaliknya,

individu dan kelompok dalam masyarakat semakin tergantung kepada pihak lain

yang berbeda pekerjaan dan spesialisasi dengannya. Hal ini semakin diperkuat

oleh pernyataan Durkheim bahwa kuatnya solidaritas organis ditandai oleh

pengtingnya hukum yang bersifat memulihkan (restitutif) dari pada yang bersifat

mengungkapkan kemarahan kolektif yang dirasakan kuat. Singkatnya, ikatan yang

berpersatukan individu pada solidaritas mekanik adalah adanya kesadaran

kolektif. Sementara pada solidaritas organik adalah heterogenitas dan

individualitas semakin tinggi.

4. Gambaran Umum Masyarakat Kota

Konsep masyarakat, menurut P.L. Berger, dapat dipandang sebagai suatu

keseluruhan kompleks hubungan yang luas sifatnya. Maksud keseluruhan

kompleks hubungan adalah adanya bagian-bagian yang membentuk kesatuan.

Misalnya tubuh manusia terdiri dari berbagai macam organ seperti jantung, hati,

limpa, pembuluh darah, jaringan otak dan sebagainya. Keseluruhan bagian yang

ada membentuk suatu sistem yang dikenal sebagai manusia. Analogi bagian-

bagian dalam masyarakat adalah hubungan sosial, seperti hubungan antara jenis

kelamin, hubungan antar usia, hubungan antar dan inter keluarga. Keseluruhan

hubungan sosial tersebut dikenal dengan masyarakat (Damsar & Indrayani, 2017).

Page 35: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

17

Istilah Kota berasal dari Bahasa Sangsekerta, yaitu “kotta” yang dalam

ungkapan lain disebut sebagai kita atau kutta. Berdasarkan kamus Bahasa

Sangsekerta-Indonesia dan Sangsekerta-Inggris, Kota berarti buku atau

perbentengan (stronghold) (Jamaluddin, 2017).

Adapun dalam literatur Anglo-Amerika, terdapat dua istilah untuk

memaksudkan “kota”, yaitu “town” dan “city”. Dalam Bahasa Indonesia, “town”

disepadankan dengan Kota kecil, sedangkan “city” diartikan dengan Kota besar.

Town merupakan bentuk tengah di antara Kota dan desa. Penduduk town masih

saling mengenal dengan akrab. Perilaku sosial dalam town lebih mirip dengan

pola pedesaan apabila dibandingkan dengan pola di Kota besar (city) atau

metropolitan (Jamaluddin, 2017).

Kota menurut Robert E. Park melalui perspektif ekologi manusia,

dipandang sebagai bentukan komunitas ekologis, yaitu suatu proses tanpa sadar

melalui mana manusia terlibat dalam perjuangan biotik bagi keberadaannya. Kota

merupakan hasil adaptasi fungsional antara manusia dan lingukannya. Kota

sebagai komunitas manusia diorganisasi atas dua tingkatan: satu, level biotik atau

simbiotik (substruktur). Kehidupan Kota digerakkan oleh kompetisi. Sturktur

Kota merupakan hasil dari kompetisi warga terhadap sumber langka. Idenya

adalah bahwa Kota sama dengan lingkungan simbiotik. Dua, level budaya

(superstruktur). Kehidupan Kota digerakkan oleh komunikasi dan consensus, cara

hidup di kota merupakan respon adaptif terhadap organisasi kota. Jadi, level biotik

didasarkan atas kompetisi, yang dibatasi oleh konvensi, moral dan hukum.

Page 36: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

18

Adapun level budayanya atas dasar komunikasi dan konsensus (Damsar &

Indrayani, 2017).

Dari waktu ke waktu, perkembangan Kota terus berubah. Sejalan dengan

meningkatnya jumlah penduduk perkotaan serta meningkatnya jumlah kebutuhan

kehidupan, meningkat pula kebutuhan ruang kekotaan yang besar. Karena

ketersediaan ruang di dalam kota-kota tetap dan terbatas, meningkatnya

kebutuhan akan mengambil ruang di pinggiran kota. Gejala pengambil alihan

lahan ke arah luar disebut “urban sprawl” (Jamaluddin, 2017). Secara garis besar,

ada tiga macam proses perkembangan Kota dengan cara perluasan areal kekotaan

(urban sprawl), yaitu sebagai berikut:

a) Perembetan konsentris (concentric development/low density

continuous development). Tipe ini merupakan jenis perembetan

areal kekotaan yang paling lambat. Perembetan berjalan perlahan-

lahan terbatas pada semua bagian luar kenampakan fisik Kota.

Peran transportasi terhadap perembetan tidak terlalu besar.

b) Perembetan memanjang (ribbon development/linier

development/axial development). Tipe ini menunjukkan

ketidakmerataan perembetan areal kekotaan di semua bagian sisi-

sisi daripada daerah kota utama. Perembetan paling cepat terlihat di

sepanjang jalur transportasi yang ada, khususnya yang bersifat

menjari (radial) dari pusat kota. Daerah sepanjang rute transportasi

utama merupakan tekanan paling berat dari perkembangan.

Membumbungnya harga lahan pada kawasan ini telah memojokkan

Page 37: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

19

lahan pertanian, dengan makin banyaknya konversi lahan pertanian

ke lahan non-pertanian.

c) Perembetan yang meloncat (Leap frog development/checkerboard

development). Tipe ini dianggap paling merugikan, tidak efisien

dalam arti ekonomi maupun estetika. Perkembangan lahan

kekotaannya terjadi berpencar secara sporadic. Keadaan ini sangat

menyulitkan dalam membangun prasarana-prasarana/fasilitas.

Pembiayaan untuk pembangunan jaringan-jaringannya sangat tidak

sebanding dengan penduduk yang diberi fasilitas. Khususnya

apabila dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di areal

kekotaan yang kompak (Jamaluddin, 2017).

Masyarakat Kota dapat dilihat dari konsep Gemeinschaft dan Gesselschaft.

Salah satu ahli sosiologi yang memberikan perhatian terhadap masyarakat dalam

kaitannya perbedaan antara pedesaan dan perkotaan adalah Ferdinand Tönnies.

Dia membedakan antara Gemeinschaft dan Gesselschaft (Damsar & Indrayani,

2017).

Gemeinschaft dipahami sebagai paguyuban dan Gesselschaft sebagai

patembayan oleh Soerjono Soekanto dalam (Damsar & Indrayani, 2017). Adapun

kebanyakan terjemahan buku teks lazim menerjemahkan Gemeinschaft sebagai

asosiasi atau kelompok dan Gesselschaft sebagai masyarakat. Gemeinschaft

ditandai oleh hubungan yang dibangun atas dasar Wessenwille, yaitu kehendak

alamiah yang merupakan ekspresi dari kebutuhan naluriah, kebiasaan, keyakinan

atau kecenderungan manusia. Kehendak alamiah menghasilkan hubungan bersifat

Page 38: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

20

intim, pribadi dan afeksi antara sesama manusia. Oleh sebab itu, hubungan seperti

ini dipandang berstruktur organisme, yaitu relasi yang diekspresikan karena

adanya saling ketergantungan antar satu sama lainnya.

Adapun Gesselschaft dicirikan dengan hubugan sosial yang dikonstruksi

dengan bangunan dasarnya adalah Kurwille, yaitu kehendak rasional, merupakan

kehendak yang berlandaskan rasionalitas instrumental dalam pemilihan alat untuk

mencapai tujuan. Kehendak rasional menciptakan hubungan parsial, transaksional

dan netral afeksi. Hubungan seperti ini dilihat memiliki struktur mekanisme, yaitu

relasi yang terbangun karena pertukaran antar-individu yang bebas, yang

hubungan antar satu dengan lain bersifat asing, pertentangan dan kadang-kadang

bahkan permusuhan (Damsar & Indrayani, 2017).

B. Kerangka Konseptual

Kasus penggusuran merupakan sebuah fenomena yang sudah tidak lazim

dijumpai. Fenomena ini terjadi karena padatnya bangunan dan semakin kurangnya

lahan sehingga penggusuran dilakukan untuk menciptakan ruang. Tujuan

penggusuran biasanya dilakukan demi kepentingan pembangunan atau

pengembangan pada wilayah tersebut.

Kasus penggusuran akan melahirkan proses interaksi sosial bagi yang sedang

terancam tergusur. Interaksi sosial yang terbentuk dikalangan masyarakat terancam

tergusur akan lebih intens sebelum adanya penggusuran tersebut, sehingga

kedekatan emosional perlahan semakin meningkat. Kedekatan emosional ini akan

membentuk solidaritas sosial. Solidaritas sosial merupakan kelompok yang

Page 39: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

21

terbentuk dikalangan masyarakat dengan proses yang berbeda-beda. Perbedaan

proses terbentuknya solidaritas sosial dalam masyarakat juga akan menghasilkan

beberapa bentuk solidaritas sosial pula. Seperti yang dikemukakan oleh Emile

Durkheim bahwa solidaritas sosial terbagi menjadi dua pertama solidaritas mekanis

dan kedua solidaritas organis.

Solidartias mekanis sangat erat dengan tipe masyarakat pedesaan yang masih

sederhana dimana memiliki kebersamaan yang sangat erat, kemudian hukumnya

yang represif dapat dilihat ketika seseorang melakukan kesalahan hukumannya

dapat berupa pengasingan, karena anggota jenis masyarakat ini memiliki kesamaan

satu sama lain dan karena mereka cenderung sangat percaya pada moralitas

bersama.

Hal demikian serupa dengan kondisi masyarakat Bara-Baraya yang juga masih

mencirikan masyarakat tradisional sehingga rasa saling percaya satu sama lain

tetap terjaga dan membentuk nuansa harmonis. Selain dari keharmonisan yang

terdapat pada masyarakat Bara-Baraya, saling ketergantungan antar satu sama lain

juga merupakan implikasi dalam membentuk semangat kolektif yang tinggi

sehingga masyarakat Bara-Baraya dapat bekerja sama dalam mengawal kasus

penggusuran yang sedang mereka hadapi.

Solidaritas organis sangat erat dengan tipe masyarakat kota dimana individu

dan kelompok dalam masyarakat semakin tergantung kepada pihak lain yang

berbeda pekerjaan dan spesialisasi dengannya. Ini semakin diperkuat oleh

pernyataan Durkheim bahwa kuatnya solidaritas organis ditandai oleh pentingnya

hukum yang bersifat memulihkan (restitutif) dari pada yang bersifat

Page 40: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

22

mengungkapkan kemarahan kolektif yang dirasakan kuat. Singkatnya, ikatan yang

mempersatukan individu pada solidaritas mekanik adalah adanya kesadaran

kolektif. Sementara pada solidaritas organis adalah heterogenitas dan individualitas

semakin tinggi.

Hal demikian memiliki kemiripan dengan kondisi yang terjadi pada

masyarakat Bara-Baraya dimana sejak adanya kasus penggusuran, masyarakat

Bara-Baraya membuat pembagian kerja berdasarkan kemampuan masing-masing.

Implikasi dari adanya pembagian kerja membuat masyarakat Bara-Baraya mulai

memiliki cara pandang yang berbeda sehingga sempat membuat dinamika dalam

internalnya mengarah ke ranah perpecahan, akan tetapi dinamika tersebut berhasil

dilalui oleh masyarakat Bara-Baraya.

Maka dari itu, penelitian ini akan memfokuskan kepada proses terbentuknya

solidaritas sosial masyarakat Bara-Baraya dalam menghadapi situasi penggusuran

dan bentuk solidaritas sosial yang ada dalam masyarakat Bara-Baraya, untuk lebih

jelasnya maka akan digambarkan melalui kerangka konseptual di bawah ini:

Page 41: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

23

Kerangka Konseptual

Skema 1: Kerangka Konseptual

Interaksi Sosial

Solidaritas Sosial

Masyarakat Bara-

Baraya

Solidaritas

organis

Solidaritas

Mekanis

Kasus Penggusuran

Masyarakat Tradisional

Ketergantungan yang tinggi

Kerja sama yang tinggi

Saling percaya dan Toleransi

yang tinggi

Memiliki pembagian Kerja

Tumbuhnya individualitas

Page 42: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

24

C. Penelitian Terdahulu

No. Nama

Peneliti

Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

Perbedaan

Penelitian

1 Hendra

Widianto

(2017)

Strategi bertahan

masyarakat stren

kali jagir

wonokromo

surabaya dari

penggusuran

Tipe

penelitian

yang

digunakan

adalah

penelitian

kualitatif

Hasil Penelitian ini

menunjukkan bahwa

salah satu strategi

bertahan masyarakat

Stren Kali Jagir dari

penggusuran yaitu

dengan memperkuat

jaringan sosial dimana

masyarakatnya mencari

dukungan dan kekuatan

dalam menolak

penggusuran yang

dilakukan pemerintah

kota Surabaya

Perbedaan

penelitian yang

telah dilakukan

oleh Hendra

Widianto dengan

penelitian yang

diteliti oleh

penulis ialah

terdapat

perbedaan

mendasar

terletak pada

lingkungan

penelitian ini

berlangsung.

Selain dari pada

itu juga kasus

dari peneliti

sebelumnya

lebih mengarah

pada strategi

bertahan

masyarakat dari

situasi

penggusuran

sementara

penelitian yang

dilakukan oleh

penulis lebih

mengarah pada

solidaritas sosial

masyarakat

dalam kasus

penggusuran.

2 Anugrah

Alamsyah

Solidaritas

Sosial

Masyarakat

Nelayan dalam

Penangkapan

Ikan

Jenis

Penelitian

bersifat

kualitatif

deskriptif

Bentuk solidaritas

sosial yang ditemukan

ada 2 yaitu : a.)

kerjasama,dalam

akativitas

kesehariannya,

masyarakat nelayan di

Perbedaan

penelitian yang

telah dilakukan

oleh Anugrah

Alamsyah

dengan

penelitian yang

Page 43: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

25

kelurahan Bentengge

selalu bersama-sama

anggota kelompok

melakukan

penangkapan ikan,

b.) Gotong Royong,

Bentuk Solidaritas

gotong royong dapat

terlihat dari ativitas

keseharian masyarakat

nelayan di Kelurahan

Bentengge Kecamatan

Ujungbulu Kabupaten

Bulukumba, terutama

dalam hal pekerjaan

sehari-sehari misalnya

saling membantu

dalam memperbaiki

perahu yang rusak dan

memperbaiki jaring

yang robek, semua di

kerjakan secara

bersama-sama

diteliti oleh

penulis ialah

terdapat

perbedaan

mendasar

terletak pada

lingkungan

penelitian ini

berlangsung.

Selain dari pada

itu juga kasus

dari peneliti

sebelumnya

lebih mengarah

pada solidaritas

masyarakat

nelayan

sementara

penelitian yang

dilakukan oleh

penulis lebih

mengarah pada

solidaritas sosial

masyarakat

dalam kasus

penggusuran.

Tabel 1: Penelitian Terdahulu

Page 44: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2019. Waktu yang

digunakan untuk pengambilan data dimulai sejak Desember 2019 dengan

memasuki tahap persiapan, penentuan informan, penyusunan pedoman

wawancara, wawancara mendalam hingga olah data hasil penelitian.

Penelitian ini diselesaikan tepat waktu dengan tetap memperhatikan

validitas data yang diperoleh.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Jl. Abu Bakar Lambogo Kelurahan Bara-

Baraya Kecamatan Makassar Kota Makassar. Peneliti memilih lokasi

tersebut karena bergulirnya kasus penggusuran di lokasi itu, sehingga data

yang diperlukan dapat menjawab rumusan masalah.

B. Tipe dan Dasar Penelitian

Berdasarkan tema permasalahan yang telah diteliti, maka jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk

menggambarkan solidaritas sosial masyarakat Kota di Bara-Baraya.

Page 45: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

27

Burhan Bungin dalam bukunya Penelitian Kualitatif (2007)

mengatakan tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif:

“Penelitian sosial menggunakan format deskriptif kualitatif

bertujuan untuk mengkritik kelemahan penelitian kuantitatif yang terlalu

positivism. Selain itu juga bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan

berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial

yang ada di masyarakat menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik

realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda

atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu”

(Bungin, 2007, p. 68).

Format deskriptif kualitatif pada umumnya dilakukan pada

penelitian dalam bentuk studi kasus (Bungin, 2007). Format deskriptif

kualitatif studi kasus memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari

berbagai fenomena.

Alasan peneliti menggunakan deskriptif kualitatif karena penelitian

ini memusatkan hanya pada masyarakat Bara-Baraya, sehingga menurut

peneliti model penelitian yang tepat digunakan yaitu kasus.

C. Teknik Penentuan Informan

Informan adalah orang yang dianggap mampu memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Penelitian ini, dalam

menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Pada teknik purposive sampling peneliti menentukan kelompok peserta

Page 46: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

28

yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan

masalah penelitian tertentu (Bungin, 2007, p. 107). Pada penelitian ini

mengambil informan berdasarkan maksud dan tujuan penelitian.

1. Masa menetap masyarakat dalam kurun waktu minimal 5 tahun, karena 5

tahun bagi masyarakat dianggap sudah mampu membedakan situasi

sebelum dan sedang bergulirnya kasus penggusuran ini.

2. Masyarakat yang terlibat secara aktif dalam pengawalan kasus ini, karena

dianggap sebagai orang yang mengetahui kondisi internal kelompok

masyarakat Bara-Baraya.

3. Tokoh masyarakat karena dianggap orang yang paling paham dengan

bergulirnya kasus ini dan mengetahui segala kondisi yang terjadi di lokasi

tersebut.

4. Masyarakat yang menjadi korban penggusuran, karena korban

penggusuran ini dapat memberikan informasi terkait pengalaman dan

proses solidaritas yang terbangun di masyarakat Bara-Baraya.

5. Pejabat struktural seperti Ketua RT/RW, karena Ketua RT/RW dianggap

sebagai orang yang mengetahui kondisi solidaritas warga atau

masyarakatnya selama kasus ini bergulir.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data mencakup pelaksanaan strategi purposive

sampling kualitatif yang baik, mengembangkan cara-cara untuk merekam

informasi, baik secara digital maupun pada kertas, menyimpan data, dan

Page 47: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

29

mengantisipasi persoalan etika yang mungkin muncul (Creswell, 2015).

Purposive Sampling dalam kualitatif digunakan untuk menentukan

informan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, informan merupakan

masyarakat Bara-Baraya yang telah ditentukan pada kriteria diatas. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitin ini adalah observasi,

wawancara mendalam dan studi dokumen.

1. Data Primer

Data ini dikumpulkan dengan menggunakan:

a. Wawancara mendalam, menurut Bungin adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa pedoman wawancara, di mana

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang

relatif lama (Bungin, 2007).

b. Observasi, yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan

(Bungin, 2007, p. 118). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

Observasi tidak berstruktur. Observasi tidak berstruktur ialah observasi

yang dilakukan tanpa guide observasi, serta pada observasi ini peneliti

harus menguasai tentang objek secara umum (Bungin, 2007, p. 120).

Pada penelitian ini peneliti akan banyak mengobservasi akun

selebgram untuk mengamati unggahan dan self-story mereka setiap

Page 48: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

30

hari, kemudian melakukan wawancara dengan mereka, lalu

menyesuaikan dengan teori.

2. Data Sekunder

Data ini dikumpulkan melalui penelusuran atau studi pustaka dari

berbagai arsip-arsip penelitian, artikel-artikel, dokumen-dokumen dan

buku-buku yang berkaitan dengan kajian penelitian ini. Studi dokumen

merupakan merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Studi dokumen yaitu

mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam

permasalahan lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung

dan menambah kepercayaan dalam bentuk pembuktian suatu kejadian

(Satori & Komariah, 2009).

E. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Patton dalam (Kaelan, 2012, p. 130), yaitu

suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam pola,

kategori dan satuan uraian dasar.

Adapun langkah-langkah analisis data yang lazim digunakan dalam

penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dilapangan tentu saja jumlahnya semakin banyak,

kompleks dan rumit. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan

Page 49: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

31

polanya. Reduksi data memberikan gambaran yang lebih jelas pada

peneliti. Selain itu, memudahkan peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya

2. Display Data (Penyajian Data)

Menurut Nasution (Kaelan, 2012), membuat penyajian data juga

merupakan bagian dari kegiatan analisis. Dengan dibuatnya penyajian

data, maka masalah makna data yang terdiri atas berbagai macam

konteks dapat terkuasai petanya (Kaelan, 2012, p. 133). Dalam

penelitian kuantitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan

menggunakan tabel, grafik, pictogram, dan sebagainya. Melalui

penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan dan tersusun

dalam pola hubungan, sehingga semakin mudah dipahami.

3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Sejak semula peneliti berusaha mencari makna data yang

dikumpulkannya. Untuk itu peneliti mencari pola, tema hubungan,

persamaan, hal-hal yang sering timbul, dan sebagainya. Kesimpulan

itu mula-mula bersifat tentatif, kabur, diragukan, maka kesimpulan

senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Page 50: DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …

32

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kota Makassar

1. Keadaan dan Letak Geografi Kota Makassar

Gambar 1: Peta Kota Makassar

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar

Kota Makassar menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Selatan

berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1965 (Lembaran Negara

Tahun 1965 Nomor 94), dan kemudian berdasarkan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1965 Daerah Tingkat II Kotapraja Makassar diubah

menjadi Daerah Tingkat II Kotamadya Makassar.

Kota Makassar yang pada tanggal 31 Agustus 1971 berubah nama

menjadi Ujung Pandang. Wilayahnya dimekarkan dari 21 km2 menjadi