44
TUGAS PBL DEMAM Disusun oleh : KELOMPOK 5 No. Nama NPM 1. Dwi Nifsiatul Afrida 08700107 2. Fenty Sulistyo Hertanti 08700109 3. I Nyoman Yudiartono 08700113 4. Riva Nita Harmila 08700115 5. Dinar Mustika Nuri 08700117 6. Lahar Satrya Wiranagara 08700119 7. Adelbertus Putra Bali 08700121 8. Indra Sukma Tenggara 08700123 9. I Gede Ardi Pratama 08700125 10. Hartaz Zasika Ekosari 08700127 11. Andri Hery Gunawan 08700129 12. Nina Awinda Lia 08700131 PEMBIMBING TUTOR: Drh. Bagus Uda Palgunadi, M. Kes. 1

Demam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skenario pbl tentang demam

Citation preview

Page 1: Demam

TUGAS PBL

DEMAM

Disusun oleh : KELOMPOK 5

No. Nama NPM

1. Dwi Nifsiatul Afrida 08700107

2. Fenty Sulistyo Hertanti 08700109

3. I Nyoman Yudiartono 08700113

4. Riva Nita Harmila 08700115

5. Dinar Mustika Nuri 08700117

6. Lahar Satrya Wiranagara 08700119

7. Adelbertus Putra Bali 08700121

8. Indra Sukma Tenggara 08700123

9. I Gede Ardi Pratama 08700125

10. Hartaz Zasika Ekosari 08700127

11. Andri Hery Gunawan 08700129

12. Nina Awinda Lia 08700131

PEMBIMBING TUTOR: Drh. Bagus Uda Palgunadi, M. Kes.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2009/2010

1

Page 2: Demam

KATA PENGANTAR

Segenap rasa puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, makalah dan hasil diskusi PBL kelompok

kami selesai tepat pada waktunya.

Adapun makalah ini disajikan beberapa hasil diskusi terkait dengan skenario 1 yaitu

“Letih (Fatigue)”. Serta beberapa klarifikasi istilah dan pembahasan masalah skenario 1 yang

menitikberatkan pada kemampuan mahasiswa kedokteran dalam penegakan diagnosis mulai

dari proses anamnesa hingga tercapainya suatu hipotesa akhir dalam kasus “Letih (Fatigue)”

ini. Di mana, akan disajikan juga beberapa penatalaksanaan dari kasus tersebut.

Diharapkan semoga hasil diskusi kelompok kami yang berbentuk makalah ini dapat

memberikan manfaat kepada seluruh pembaca.

Akhir kata, “Tidak ada gading yang tak retak”. Kami sadar akan kekurangan kami

dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada

segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, baik itu rekan – rekan,

tutor serta para narasumber.

Surabaya, April 2010

Penyusun

2

Page 3: Demam

DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3

BAB I SKENARIO .................................................................................................................. 4

BAB II KATA KUNCI ............................................................................................................ 5

BAB III IDENTIFIKASI ISTILAH ......................................................................................... 6

BAB IV MINIMAL PROBLEM ............................................................................................. 7

BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................................... 8

BAB VI HIPOTESIS AWAL DAN DIFFERENTIAL DIAGNOSA .................................... 15

BAB VII ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSA ............................................... 16

BAB VIII TESIS AKHIR ...................................................................................................... 19

BAB IX MEKANISME DIAGNOSIS ................................................................................... 22

BAB X METODE TERAPI ................................................................................................... 25

BAB XI PROGNOSA DAN KOMPLIKASI ........................................................................ 29

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 30

3

Page 4: Demam

BAB I

SKENARIO 2

Seorang pasien, Anak, 12 tahun, diantar ke tempat praktik anda oleh ibunya dengan

keluhan demam. Ibunya sangat cemas karena panasnya tidak turun-turun.

4

Page 5: Demam

BAB II

KATA KUNCI

Pada skenario 2 ini, kami menemukan kata kunci yang akan kami bahas lebih lanjut,

kata kunci tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Demam

2. Cemas

5

Page 6: Demam

BAB III

IDENTIFIKASI ISTILAH

1. Demam : kondisi dimana suhu tubuh lebih tinggi dari suhu tubuh normal

(360 C - 370C).

2. Cemas : merupakan rasa takut pada apa yang akan terjadi, bersifat samar, dan

tidak menyenangkan, sering pula disertai gejala fisik.

6

Page 7: Demam

BAB IV

MINIMAL PROBLEM

Pada skenario 2 ini, kami menemukan problem yang akan kami bahas lebih lanjut,

problem tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Apa yang menyebabkan demam lama dan tidak turun-turun ?

2. Apa yang menyebabkan penyakit ini timbul ?

3. Penyakit apa saja yang dapat menimbulkan demam ?

4. Pada kasus ini, bagaimana cara diagnosa pastinya ?

5. Bagaimana strategi / prinsip penatalaksanaan pada kasus tersebut ?

6. Tanda-tanda apa saja yang dijelaskan pada pasien dan keluarga untuk merujuk dan

bagaimana cara menjelaskannya ?

7. Apa yang sebaiknya dijelaskan oleh dokter pada pasien dan keluarga tentang masalah

ini ?

8. Dapatkah penyakit ini dicegah ?

7

Page 8: Demam

BAB V

PEMBAHASAN

A. Batasan

Dalam laporan ini akan dibahas masalah

B. Fisiologi / Patofisiologi/ Patomekanisme

Apakah Demam Itu?

Demam atau dalam bahasa medis disebut dengan febris merupakan suatu keadaan

dimana terjadi peningkatan suhu tubuh, dimana suhu tersebut melebihi dari suhu tubuh

normal.

Fisiologi Demam

Dalam berbagai aktivitas sehari-hari, tubuh kita juga akan mengelurakan panas

misalnya saat berolahraga. Bilamana terjadi pengeluraan panas yang lebih besar

dibandingkan dengan pemasukannya, atau sebaliknya maka termostat tubuh itu akan

segera bekerja guna menyeimbangkan suhu tubuh inti. Bila pemasukan panas lebih besar

daripada pengeluarannya, maka termostat ini akan memerintahkan tubuh kita untuk

melepaskan panas tubuh yang berlebih ke lingkungan luar tubuh salah satunya dengan

mekanisme berkeringat. Dan bila pengeluaran panas melebihi pemasukan panas, maka

termostat ini akan berusaha menyeimbakan suhu tersebut dengan cara memerintahkan

otot-otot rangka kita untuk berkontraksi (bergerak) guna menghasilkan panas tubuh.

Kontraksi otot-otok rangka ini merupakan mekanisme dari menggigil.Contohnya, seperti

saat kita berada di lingkungan pegunungan yang hawanya dingin, tanpa kita sadari tangan

dan kaki kita bergemetar (menggigil). Hal ini dimaksudkan agar tubuh kita tetap hangat.

Karena dengan menggigil itulah, tubuh kita akan memproduksi panas. Hal diatas tersebut

merupakan proses fisiologis (keadaan normal) yang terjadi dalam tubuh kita manakala

tubuh kita mengalami perubahan suhu.

8

Page 9: Demam

Patofiologi Demam

Lain halnya bila tubuh mengalami proses patologis (sakit). Proses perubahan suhu yang

terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh “zat toksis (racun)” yang

masuk kedalam tubuh.Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan

(inflamasi) di dalam tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan

mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan

fisiologis tubuh.Proses peradangan diawali dengan masuknya “racun” kedalam tubuh kita.

Contoh “racun”yang paling mudah adalah mikroorganisme penyebab

sakit.Mikroorganisme (MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatu zat

toksin/racun tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO

tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya yakni dengan memerintahkan

“tentara pertahanan tubuh” antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk

memakannya (fagositosit).Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu

akan mengelurkan “senjata” berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen

(khususnya interleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang

keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun

hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam

arakhidonat bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.Proses selanjutnya

adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran

prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin pun berkat bantuan dan campur tangan

dari enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan

mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus.Sebagai kompensasinya, hipotalamus

selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya

peningkatan titik patakan ini dikarenakan mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh

sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya

proses mengigil ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya

perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang “setting” hipotalamus yang

mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam atau

febris. Demam yang tinggi pada nantinya akan menimbulkan manifestasi klinik (akibat)

berupa kejang (umumnya dialami oleh bayi atau anak-anak yang disebut dengan kejang

demam)Dengan memahami mekanisme sederhana dari proses terjadinya demam diatas,

maka salah satu tindakan pengobatan yang sering kita lakukan adalah mengompres kepala

dan meminum obat penurun panas misal yang sangat familiar adalah parasetamol.

9

Page 10: Demam

Skema Patofisiologi Demam Typhoid

Kuman Salmanella typhi , Salmanella

Paratyphi masuk ke saluran cerna

Sebagian di musnahkan asam lambung Sebagian masuk usus halus

Peningkatan asam lambung Di ileum terminalis membentuk

limfoid plaque peyer

Mual, muntah

Intake kurang (madequat) Sebagian hidup dan menetap Sebagian menembus

Lamina propia

Perdarahan

Masuk aliran limfe

Perforasi Menembus dan masuk

aliran darah

PERITONITIS Masuk dan bersarang dihati

dan limpa

Nyeri tekan Hepata megali, Splenomegali

Gangguan rasa nyaman = nyeri Infeksi Salmonella typhi,

Paratyphi dan Endotoksin

Dilepasnya zat pirogen oleh

leukosit pada jaringan

yang meradang

DEMAM TIFOID

Gangguan rasa nyaman : Panas

peningkatan suhu badan

10

Gangguan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

Page 11: Demam

PATOMEKANISME

11

Makanan yang

terkontaminasi

Salmonell typhii

Masuk Saluran Cerna dalam

jumlah minimal 105-109

untuk menimbulkan infeksi

Masuk ke dalam usus

halus melalui mikrovilli

Mencapai “Plak

Peyer”

Mukosa Usus yang terinfeksi akan

menstimulasi datangnya sel- sel

fagosit (Netrofil dan makrofag)

Sel-sel yang mengalami cedera, netrofil, dan

makrofag sekresi mediator peradangan: IL-1,

IL-6, TNF-alfa, & IFN-6 (Pirogen Endogen)

Bakteri memproduksi

Endotoksin (Pirogen

Eksogen)

Aktivasi Fosfolipase A2 pada

membran fosfolipid

Aktivasi Asam

Arakidonat

Asam Arakidonat melalui jalur

siklooksigenase membuat

Prostaglandin E2 (PGE2)

Aktivasi AMP siklik

Mengubah setting

termostat di hipothalamus

Suhu tubuh diatur

agar lebih tinggi DEMA

M

Masuk Pembuluh darah

(Bakteremia Primer)

Mencapai organ Retikulo Endothelial

System (Hepar, Splen) = Bakteremia

Sekunder

Bakteri, toksin atau faktor virulensi lainnya

menyebabkan proliferasi sel-sel organ

Pembesaran organ

Hepatomega

li

Splenomegal

i

Page 12: Demam

C. Pemeriksaan Fisik Penyakit

Identitas Pasien

Nama : Ponco

Umur : 12 tahun

Alamat : Jln. Pancoran V / 110 C, Jakarta

Jenis Kelamin : laki-laki

Pekerjaan : Siswa

Anamnesa

Keluhan utama :

- Panas Badan

Riwayat penyakit sekarang :

- Panas sudah 5 hari

- Panas terus-menerus (tidak naik turun), sehingga anak jadi gelisah

- Tidak menggigil

- Tidak kejang

- Tidak mimisan

- Badan tersa sakit

- Sering sakit perut

- Disertai mual-muntah (tanpa darah)

- Kadang diare

- Kadang konstipasi

- Sering pusing

- Perut kembung

Riwayat penyakit dahulu :

- 3 bulan lalu pernah sakit seperti ini. Dengan diagnosis dokter : infeksi usus.

- Belum pernah menderita Demam Berdarah

- Belum pernah operasi

- Riwayat obat : tidak punya alergi obat, dan panas yang sekarang diberi

Paracetamol.

Riwayat penyakit keluarga :

- Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.

12

Page 13: Demam

Riwayat Sosial-Ekonomi :

- Suka makan dan minum disembarang tempat

- Jarang cuci tangan sebelum makan

- Tidak ada WC (memakai WC umum)

- Kadang minum air kran (belum dimasak)

- Tinggal di lingkungan padat penduduk

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : lemah.

Vital Sign :

Tensi : 100/60 mmHg

Nadi : 84 x/menit bisa Bradikardi

Respiratory rate : 18 x/menit

Suhu : 37○ – 380 C (sub febris)

Kepala/leher : a/ic/d = +/-/-/-

Hidung kadang disertai Epistaxis

Lidah kotor di tengah & Tremor

Leher:

Tanpa pembesaran KGB

Thoraks :

- Cor : S1/S2single

Nyeri dada ( - )

- Pulmo : simetris

Suara napas vesikuler (+)

Ronkhi ( - )

Wheezing ( - )

Abdomen :

- Simetris

- Hepar : 2cm BAC ( + / - hepatomegali )

- Lien ( + / - Splenomegali )

- Meteorismus ( + )

13

Page 14: Demam

- Bising usus normal

UG : Normal

Ekstremitas : Ditemukan adanya Rosella di daerah punggung.

Pemeriksaa Penunjang

Pemeriksaan Darah Lengkap

- Hb, Trombosit, dan Indeks Eritrosit Normal

- Peningkatan jumlah eritrosit (RBC), leukosit (WBC)

- Peningkatan HCT, LED

- Diffcount : shift to the left

Uji Widal : (+)

Pemeriksaa Feces : tidak ditemukan telur cacing

14

Page 15: Demam

BAB VI

HIPOTESIS AWAL

DAN

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

A. Diagnosa Awal

Diagnosa fisiologisnya adalah “Demam Tifoid”.

Sedangkan diagnosa kausalnya adalah “Infeksi bakteri Salmonella typhosa”.

B. Diagnosa Banding

1. DBD (Demam Berdarah Dengue)

2. Malaria

3. Amubiasis

15

Page 16: Demam

BAB VII

ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

A. GEJALA KLINIS

1. DBD (Demam Berdarah Dengue)

Demam berdarah adalah penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti yang selalu ditandai dengan adanya demam tinggi. Biasanya demam ini

berlangsung selama lebih dari 5 hari.

Gejala Klinis :

- suhu badan yang tiba-tiba meninggi

- demam yang hanya berlangsung beberapa hari

- kurva demam yang menyerupai pelana kuda

- nyeri tekan terutama di daerah otot dan persendian.

- adanya ruam-ruam pada kulit

- Leukopenia

2. Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium. Malaria memiliki 4 jenis,

antara lain :

1. Malaria Tertiana

Merupakan jenis malaria paling ringan, disebabkan oleh Plasmodium vivax.

Gejala klinis : demam tiap 2 hari sekali setelah gejala pertama terjadi (2 minggu setelah

infeksi).

2. Malaria Tropika

Demam rimba (jungle fever) disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Merupakan

penyebab sebagian besar kematian akibat malaria, karena menghalangi jalan darah ke

otak.

Gejala klinis : koma, mengigau, bisa sebabkan kematian.

3. Malaria Kuartana

Disebabkan oleh Plasmodium malariae.

Gejala pertama biasanya terjadi antara 18-40 hari setelah infeksi terjadi, dan akan

terulang kembali setiap 3 hari.

4. Malaria yang disebabkan oleh Plasmodium ovale.

16

Page 17: Demam

Merupakan malaria yang paling jarang ditemukan.

3. Amubiasis

Amubiasis ialah infeksi pada usus besar disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Pada

sebagian manusia, merupakan carrier asimtomatik, tetapi penyakitnya bervariasi dari diare

ringan yang kronis sampai disentri berat. Diantara komplikasi ekstraintestinal, yang paling

sering timbul ialah abses hati, yang bisa rupture kedalam peritoneum, pleura, paru-paru

atau pericardium.

Gejala Klinis :

- Buang air besar berisi darah atau lendir

- Sakit perut

- Hilangnya selera makan

- Turun berat badan

- Demam dan rasa dingin.

- Yang adakalanya, infeksi/peradangan dapat menyebar sampai ke bagian lain badan

dan menyebabkan suatu bisul seperti amuba. Salah satu dari organ/ bagian badan

yang paling sering terpengaruh adalah hati. Ini dikenal sebagai hepatic amoebiasis.

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. DBD (Demam Berdarah Dengue)

- Darah Lengkap : trombositopenia, hemokonsentrasi, bleeding time memanjang.

- Urine : albuminuria ringan

2. Malaria

- Pemeriksaan darah tepi, pembuatan preparat darah tebal dan tipis dilakukan untuk

melihat keberadaan parasit dalam darah tepi, seperti trofozoid yang berbentuk cincin.

3. Amubiasis

Diagnosa disentri amuba usus didasarkan atas identifikasi organisme itu dari tinja atau

jaringan. Tinja yang terbentuk mula-mula diperiksa dalam preparat basah dengan saline

atau yodium untuk mencari kista amuba; metode kosentrasi seperti teknik formalin eter

meningkatkan hasil penemuan tersebut 2-3 kali. Pemberian warna supravital seperti biru

metilen yang dibufer ke larutan saline memperjelas gambaran inti dan mengurangi salan

taksir antara leukosit fakal dengan trombosit amuba. Identifikasi E.histolytica memerlukan

pemeriksaan preparat yang sudah diwarnai premanen dari material yang diawetkan dengan

17

Page 18: Demam

polivinil alcohol. Diperlukan micrometer okuler untuk membedakan E. hartmanni dari

keluarganya yang lebih besar. Untuk itu sebaiknya tinja diperiksa sebelum pemberian

obat-obatan antimikroba, antidiare atau preparat antisida, sebab semua obat-obatan ini

mempengaruhi usaha menemukan amuba. Demikian pula pemberian enema dan prosedur

radiologic yang memakai barium sulfat sebaiknya ditunda sampai selasai pemeriksaan E.

histolytica.

Sukar membuat diagnosa disentri amuba ekstraintestinalis. Biasanya tak dapat

ditemukan parasit dari tinja atau jaringan. Mungkin melakukan biakan amuba dari tinja

atau jaringan. Mungkin melekukan biakan amuba dari tinja atau pus tetapi kebanyakan

laboratorium tak bisa melakukannya. Prosedur diagnose terpenting pada yang dicurigai

menderita abses hepatica adalah ba. Responnya sering dramatic selama 3hari.

Tes-tes serologi yang memakai antigen murni adalah positif pada hampir semua penderita

yang terbukti menderita abses hepatica amuba dan pada sebagian besar penderita disentri

amuba akuta. Tes-tes ini umumnya negatife pada orang pengeluar kista yang asimtomatik,

menggambarkan bahwa diperlukan invasi kejaringan untuk pembentukan antibody.

18

Page 19: Demam

BAB VIII

TESIS AKHIR

Berdasarkan riwayat penyakit pemeriksaan fisik yang teliti maka dapat ditegakkan

diagnosa akhir yaitu : Demam Tifoid.

Demam Tifoid merupakan demam yang ditimbulkan karena infeksi bakteri Salmonella

typhosa, yang terutama menyerang bagian saluran pencernaan.

Gejala klinis :

- nyeri pada hepar dan lien

- demam lebih dari seminggu

- lidah kotor. Bagian tengahnya berwarna putih, dan tepi berwarna merah.

- mual berat dan muntah

- diare

- Kadang konstipasi

- Lemas, pusing, sakit perut. Hepato-splenomegali menyebabkan rasa sakit di perut

- pingsan.

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis:

1. Darah Lengkap

Pemeriksaan darah lengkap diperlukan karena indikasi penyakit infeksi, hasil dari

pemeriksaan diharapkan sebagai berikut:

- Hb

Karena tidak ada ditemukan gejala anemia maka nilai Hb diharapkan normal.

- Jumlah Eritrosit (RBC)

Dalam kasus infeksi/radang diperlukan jumlah eritrosit yang lebih banyak karena

sel/jaringan yang mengalami injuri atau mengalami peradangan tentunya memerlukan

lebih banyak O2 untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dalam hal ini sel darah yang

dapat mengangkutnya adalah eritrosit.

- Jumlah Leukosit (WBC)

Agent penginfeksi yang dalam hal ini adalah mikroorganisme (bakteri) akan

merangsang sistem imunitas tubuh baik yang spesifik (antibodi) dan yang non spesifik

(Sel fagosit, Interferon jalur alternatif). Dalam hal ini sel fagosit adalah Netrofil dan

Makrofag. Jadi apabila terjadi infeksi sel-sel fagosit akan menjadi lebih aktif untuk

19

Page 20: Demam

memfagositosis infeksius agent. Sehingga secara tak langsung jumlah leukosit total

akan meningkat.

- Hitung Jenis (diff.count)

Hitung jenis leukosit yang terdiri dari: Eo/Ba/St/Seg/Limf/Mo, dalam kasus infeksi

akan terjadi peningkatan jumlah sel- sel fagosit dalam hal ini adalah stab netrofil dan

Segment Netrofil sehingga akan terjadi kecenderungan peningkatan jumlah sel yang

terdapat di sebelah kiri istilahnya: Shift to the left.

- Jumlah Trombosit (PLT)

Pemeriksaan jumlah trombosit sangat vital dalam kasus demam yang melebihi hari,

kecurigaan tentunya diarahkan pada Demam Berdarah Dengue apabila ditemukan

jumlah total trombosit yang kurang dari harga normal (150.000-400.000/ml darah).

Namun apabila jumlah total trombosit yang ditemukan ternyata masih dalam keadaan

normal maka kecurigaan diarahkan pada Typhoid Fever yang akan dipastikan

pemeriksaan lainnya yaitu pada Uji Widal.

- Laju Endap Darah (LED/ESR)

Laju Endap Darah didefiniskan sebagai kecepatan sel darah mengendap dalam waktu

tertentu (jam). Dalam kasus infeksi karena terjdai peningkatan jumlah sel darah baik

eritrosit maupun leukosit maka kemampuannya untuk mengendap pun akan

meningkat.

- Hematokrit (HCT/PCV)

Karena jumlah eritrosit dalam keadaan ini meningkat maka rasionya per plasma akan

meningkat juga. Hematokrit akan meningkat.

- Indeks Eritrosit

Karena tidak ditemukan gejala anemia maka nilai Indeks Eritrosit diharapkan akan

normal.

2. Uji Widal

- Uji widal adalah uji aglutinasi yang menggunakan suspensi kuman Salmonella typhii

sebagai antien untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap Salmonella typhii dalam

serum pasien. Antigen yang digunakan adalah Antigen H (Flagellar) dan Antigen O

(Somatik)

- Dalam hal ini Uji Widal dilakukan sebagai indikasi adanya demam tifoid.

- Uji Widal menggunakan cara klasik dengan menggunakan tabung (Tube Aglutination

Test), dengan rincian sebagai berikut:

20

Page 21: Demam

Tabung I II III IV VLarutan garam

fisiologis (ml)

0,9 0,5 0,5 0,5 0,5

Serum pasien (ml)

0,1 0,5 0,5 0,5 0,5

Suspensi antigen (ml)

0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Titer antibodi

1/10 1/20 1/40 1/80 1/160

- Dengan keterangan sebagai berikut: Tabung I = solut : 0,1 ml serum pasien, solven:

0,9 larutan garam fisiologis -> 0,1 dibagi 0,9 + 0,1 = 0,1/0,1 = 1/10. Tabung II = 0,5

ml campuran larutan garam fisiologis dan serum pasien tabung I (1/10) + 0,5 ml

larutan garam fisiologis tabung II = 1/20

Titer 1/10 mengandung arti dalam 1 ml serum terdapat 10 unit antibodi

Cara menentukan titer antibodi sebagai berikut:

Tabung I II III IV V

Titer 1/10 1/20 1/40 1/80 1/160

Deretan

Tabung

+ + - - -

+ + + - -

+ + + + +

- Keterangan: tanda (+) berarti terjadi aglutinat yaitu terjadi reaksi antigen antibodi dan

yang digunakan adalah tabung aglutinat terakhir (titer 1/160)

- Uji widal dianggap positif apabila didapatkan titer 1/200 atau terjadi peningkatan

sebanyak 4x

3. Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan feses termasuk dalam pemeriksaan yang spesifik. Digunakan untuk

menyingkirkan diagnosa banding. Secara umum pemeriksaan feses digunakan untuk

mencari telur cacing karena lingkungan penderita dengan sanitasi yang sangat kurang.

BAB IX

21

Page 22: Demam

MEKANISME DIAGNOSIS

22

Anamnesa

Keluhan Utama Panas Badan

Riwayat Penyakit

Sekarang

-panas badan sudah 5 hari

-demam yang terus menerus (tidak naik

turun) sehingga jadi gelisah

- tidak menggigil

- tidak sampai kejang

-badan terasa sakit semua

- Sering mengeluh mual, dan muntah

- BAB tidak teratur kadang tidak mau

keluar kadang seperti diare

-perut terasa kembung

-ada pusing- pusing

- panas sekarang diberi Paracetamol

-alergi obat (-)

Riwayat Penyakit

Dahulu

-Sebelumnya tidak pernah kena penyakit yang seperti ini

- 3 bulan yang lalu pernah sakit seperti ini menurut dokter

infeksi usus

Riwayat Penyakit

KeluargaTidak ada menderita penyakit

yang sama

Riwayat Sosial - suka minum dan makan sembarangan

-jarang mencuci makan kalo makan

- BAB menggunakan WC umum karena WC di rumah (-)

-Kadang suka minum air kran

-Hidup di lingkungan yang padat

DD:

-Demam Tifoid

-Demam

Berdarah Dengue

Pemeriksaan Fisik

Vital Sign :

Suhu = 370 – 380C (sub febris)

Tekanan Darah = 120/80 mmHg

RR = 18 kali/menit

Denyut Nadi = 80 kali/menit

Page 23: Demam

23

Thorax:

-Cor : S1,S2 normal

Nyeri dada (-)

- Pulmo : Suara vesikuler,

ronki (-), Wheezing (-)

Abdomen:

-Simetris

-meteorismus +/-

-Hepar teraba 2 jari di bawah arcus costa

-Terdapat pembesaran limpa

-Bising usus Normal

Genital:

Normal

Ekstremitas:

Rosella daerah punggung

Kepala:

a/ic/d = +/-/-/-

Hidung kadang disertai Epistaxis

Lidah kotor di tengah & Tremor

Leher:

Tanpa pembesaran KGB

Pemeriksaan

PenunjangLaboratorium

Darah Lengkap Uji Widal

Page 24: Demam

24

- Hb normal

-RBC meningkat

- WBC meningkat

(lekositosis)

- diff. count shift to the left

-LED meningkat

-HCT/PCV meningkat

-Trombosit normal

-Indeks Eritrosit normal

- didapatkan

peningkatan titer

sampai 4 kali

- atau 1/200

DEMAM TIFOID

Page 25: Demam

BAB X

METODE TERAPI

A. Tujuan Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah membebaskan penderita dari keluhan demam dengan

segala akibat yang dapat ditimbulkan oleh demam itu sendiri. Dianjurkan pengobatan

simptomatik demam untuk mengurangi resiko demam tinggi dan kejang demam,

mengurangi perasaan tidak enak dimana orang tua juga pasti ikut cemas, mengurangi

pemakaian energi pada pasien dengan kelainan kardiovaskular.

B. Prinsip Tindakan Medis

Penatalaksanaan demam pada anak dapat dilakukan secara fisik dan obat-obatan

atau kombinasi keduanya.

1. Secara fisik:

Bukalah pakaian dan mantel yang berlebihan-lebihan.

a.. Memperhatikan aliran udara didalam ruangan

b.. Jalan napas harus terbuka

c.. Berikan cairan yang dingin melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya.

d.. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang

e.. Kompres dengan air hangat. Tidak dianjurkan dengan alkohol.

2. Antipiretik:

Antipiretik mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim

cyclooxygenase sehingga set-point hipotalamus direndahkan kembali menjadi

normal, yang mana perintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi

pengeluaran panas tidak ada lagi.

Mekanisme Kerja

Parasetamol, aspirin, dan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) lainnya adalah

antipiretik yang efektif. Bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin E2

di hipotalamus anterior (yang meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen).

25

Page 26: Demam

Parasetamol

Parasetamol adalah obat pilihan pada anak-anak. Dosisnya sebesar 10-15 mg/kg/kali.

Parasetamol dikonjugasikan di hati menjadi turunan sulfat dan glukoronida, tetapi ada

sebagian kecil dimetabolisme membentuk intermediet aril yang hepatotoksik (menjadi

racun untuk hati) jika jumlah zat hepatotoksik ini melebihi kapasitas hati untuk

memetabolismenya dengan glutation atau sulfidril lainnya (lebih dari 150 mg/kg).

Maka sebaiknya tablet 500 mg tidak diberikan pada anak-anak (misalnya pemberian

tiga kali tablet 500 mg dapat membahayakan bayi dengan berat badan di bawah 10

kg). Kemasan berupa sirup 60 ml lebih aman.

Aspirin

Merupakan antipiretik yang efektif namun penggunaannya pada anak dapat

menimbulkan efek samping yang serius. Aspirin bersifat iritatif terhadap lambung

sehingga meningkatkan risiko ulkus (luka) lambung, perdarahan, hingga perforasi

(kebocoran akibat terbentuknya lubang di dinding lambung). Aspirin juga dapat

menghambat aktivitas trombosit (berfungsi dalam pembekuan darah) sehingga dapat

memicu risiko perdarahan. Pemberian aspirin pada anak dengan infeksi virus terbukti

meningkatkan risiko Sindroma Reye, sebuah penyakit yang jarang (insidensinya

sampai tahun 1980 sebesar 1-2 per 100 ribu anak per tahun), yang ditandai dengan

kerusakan hati dan ginjal. Oleh karena itu, tidak dianjurkan untuk anak berusia < 16

tahun.

Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

Jenis OAINS yang paling sering digunakan pada anak adalah ibuprofen. Dosis sebesar

5-10 mg/kg/kali mempunyai efektifitas antipiretik yang setara dengan aspirin atau

parasetamol. Sama halnya dengan aspirin dan OAINS lainnya, ibuprofen bisa

menyebabkan ulkus lambung, perdarahan, dan perforasi, meskipun komplikasi ini

jarang pada anak-anak. Ibuprofen juga tidak direkomendasikan untuk anak demam

yang mengalami diare dengan atau tanpa muntah.

26

Page 27: Demam

Jenis Lainnya

Turunan pirazolon seperti fenilbutazon dan dipiron, efektif sebagai antipiretik, tetapi

jauh lebih toksik (membahayakan).

Terapi Suportif

Upaya Suportif yang Direkomendasikan

Tingkatkan asupan cairan (ASI, susu, air, kuah sup, atau jus buah). Minum banyak

juga mampu menjadi ekspektoran (pelega saluran napas) dengan mengurangi

produksi lendir di saluran napas. Jarang terjadi dehidrasi berat tanpa adanya diare dan

muntah terus-menerus. Hindari makanan berlemak atau yang sulit dicerna, karena

demam menurunkan aktivitas lambung.

Kenakan pakaian tipis dalam ruangan yang baik ventilasi udaranya. Anak tidak harus

terus berbaring di tempat tidur, tetapi dijaga agar tidak melakukan aktivitas

berlebihan.

Mengompres anak dengan air hangat dapat dilakukan jika anak rewel atau merasa

sangat tidak nyaman, umumnya pada suhu sekitar 40 derajat Celsius. Mengompres

dapat dilakukan dengan meletakkan anak di bak mandi yang sudah diisi air hangat.

Lalu basuh badan, lengan, dan kaki anak dengan air hangat tersebut.

Umumnya mengompres anak akan menurunkan demamnya dalam 30-45 menit.

Namun jika anak merasa semakin tidak nyaman dengan berendam, jangan lakukan hal

ini.

Upaya Suportif yang Tidak Direkomendasikan

Upaya ‘mendinginkan’ badan anak dengan melepaskan pakaiannya, memandikan atau

membasuhnya dengan air dingin, atau mengompresnya dengan alkohol. Jika nilai-

ambang hipotalamus sudah direndahkan terlebih dahulu dengan obat, melepaskan

pakaian anak atau mengompresnya dengan air dingin justru akan membuatnya

menggigil (dan tidak nyaman), sebagai upaya tubuh menjaga temperatur pusat berada

27

Page 28: Demam

pada nilai-ambang yang telah disesuaikan. Selain itu alkohol dapat pula diserap

melalui kulit masuk ke dalam peredaran darah, dan adanya risiko toksisitas.

28

Page 29: Demam

BAB XI

PROGNOSA DAN KOMPLIKASI

Untuk penderita demam tifoid, apabila keadaan berlangsung kronik dapat terjadi

berbagai macam komplikasi, antara lain perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis,

ensephalopati, bronkopneumonia, hepatitis.

Prognosis

Dalam kasus ini, umumnya prognosis dapat dikatakan baik bila pasien cepat berobat.

Prognosis kurang baik bila terdapat gejala klinis yang berat seperti hiperpireksia atau febris

kontinua, penurunan kesadaran, komplikasi berat seperti dehidrasi, asidosis, perforasi usus,

dan gizi buruk.

29

Page 30: Demam

KEPUSTAKAAN

Burnside, Mc Glynn. 1995. Adam’s Diagnosis Fisik. Penerbit Buku Kedokteran EGC :

Jakarta.

Guyton, Arthur C, Hall, John E. 2007. Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Penerbit Buku

Kedokteran EGC : Jakarta.

Laboratorium Anatomi FK UWKS. 2008. Anatomi 2. Fakultas Kedokteran UWKS :

Surabaya.

Wilson, dan Price. 2002. Patofisiologi Volume 1 Edisi Keenam. Penerbit Buku Kedokteran

EGC : Jakarta.

Mansjoer, Arif M. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga. Media Aesculapius :

Jakarta.

www.google.com

30