Upload
rijali-nurman
View
1.411
Download
151
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Desain Tekstil 1
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM DISAIN TEKSTIL 1
DEKOMPOSISI KAIN
“Anyaman Polos, Anyaman Keper, Anyaman Satin, dan Anyaman Cele”
Disusun Oleh :
Nama : Rijali Nurman
NRP : 11.K40061
Grup : K 4
Dosen : Dra. Ae Kusna
Asisten dosen : Nani Mariana
Ika Natalia Mauliza, S. ST.
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2012
DEKOMPOSISI KAIN
I. MAKSUD dan TUJUAN
1.1. Maksud
Untuk mengetahui berbagai jenis dan ciri anyaman, anyaman polos,
anyaman keper, anyaman satin, dan anyaman cele pada kain contoh, sehingga
bisa membedakan satu anyaman dengan anyaman yang lain..
1.2. Tujuan
Menentukan selisih berat hasil pengukuran dan hasil perhitungan.
Menentukan besar tetal lusi dan pakan pada kain contoh.
Menentukan nomor benang lusi dan pakan pada kain contoh.
Besar mengkeret benang lusi dan pakan kain contoh.
Untuk mengetahui konstruksi kain contoh.
II. TEORI DASAR
Kain tenun terbentuk dari anyaman tertentu dari benang-benang. Anyaman adalah
silangan antara benang ke arah panjang kain ( benang lusi/warp) dengan ke arah lebar
kain(pakan/weft). Anyaman pada tekstil di golongkan menjadi 5 bagian :
1. Anyaman dasar, dimana terdiri dari :
Anyaman polos .
Anyaman Keper
Anyaman satin .
2. Anyaman turunan
Anyaman ini merupakan turunan dari anyaman polos, yang pada anyaman
polos dan keper terbagi atas turunan langsung dan tidak langsung .Sedangkan pada
satin hanya turunannya saja .
3. Anyaman campuran
4. Anyaman dengan benang berwarna
5. Anyaman dengan tenunan rangkap
6. Anyaman khusus, misalnya; anyaman pique, anyaman handuk, anyaman berbulu,
anyaman dengan benang pengisi, anyaman permadani dan lain-lain.
Anyaman Polos
Anyaman polos adalah anyaman yang paling sederhana, paling tua dan
paling banyak digunakan diantara anyaman lainnya. Nama yang biasanya
digunakan pada anyaman polos diantaranya adalah; anyaman blacu, plat,
tabby, taffeta, atau plain.
Karakteristik anyaman polos adalah :
a. Mempunyai raport yang paling kecil dari semua jenis anyaman
b. Bekerjanya benang-benang lusi dan pakan paling sederhana yaitu 1 naik,
1 turun.
c. Ulangan raport kearah horizontal atau kearah pakan diulangi setelah 2
helai pakan. Sedangkan kearah lusi ( vertical ) diulangi setelah 2 helai
lusi.
d. Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman lain.
e. Jika faktor-faktor yang lain sama, maka anyaman polos mengakibatkan
kain menjadi paling kuat dari pada dengan anyaman lain dan letak
benang lebih teguh atau tidak mudah berubah tempat.
f. Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor
konstruksi kain yang lain dari pada jenis anyaman yang lainnya.
g. Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai perpencaran
yang lebih besar dari pada anyaman lain. Demikian pula dengan
perpencaran berat kain lebih besar dari pada anyaman lain.
h. Anyaman polos lebih sesuai untuk diberi rupa yang lain dengan jalan
mengadakan perubahan-perubahan desain, baik desain structural maupun
desain permukaan dibandingkan dengan anyaman lain.
i. Pada umumnya, kain dengan anyaman polos penutupan kain berkisar
pada 25 – 75 %.
j. Anyaman polos dapat digunakan untuk kain yang jarang dan tipis
dengan hasil yang memuaskan dari pada menggunakan anyaman lain.
k. Banyak gun yang digunakan minimum 2 gun, tetapi untuk tetal lusi yang
tinggi digunakan 4 gun atau lebih.
l. Anyaman polos banyak digunkan untuk kain dengan konstruksi medium,
dengan fabric covers 51 – 75 %. Penutupan lusi dan pakan berkisat 31 –
50 %. Jenis kain ini misalnya kain di print, sheeting dan lain – lain.
m. Anyaman polos untuk kain padat biasanya menggunakan benang pakan
yang lebih kasar dari pada benang lusi. Fabric covers berkisar 76 – 100
%, dan warp covers 50 – 100 %, sedangkan filling covers 31 – 50 %.
Karakteristik dari jenis ini cenderung menunjukkan rip ( rusuk )
horizontal pada permukaan kain.
n. Rencana tenun anyaman polos, cucukan pada anyaman polos biasanya 2
helai benang tiap satu lubang sisir, secara teratur.
Ubahan pada anyaman polos dapat dilakukan dengan cara ;
Variasi tetal kain
Variasi Jenis bahan
Variasi Nomer benang
Variasi Warna benang
Variasi Teksture
Tegangan lusi yang berbeda
Pengaruh Twist
Pada anyaman polos pengaruh twist sangat mempengaruhi pada saat
terjadinya beating/pemukulan pada proses pertenunan dimana arah
penggintiran pada benang mempengaruhi kain yang mempunyai susunan dan
nomer benang yang sama. Untuk penganyaman yang mempunyai arah yang
berlawanan antara benang lusi dan pakan maka menyebabakan pada saat
proses pengetekan benang yang terjalin/teranyam kurang kompak dan kurang
tertutup. Jadi sebaiknya menggunakan arah gintir yang searah, untuk
mendapatkan efek yang baik/rapat.
Anyaman Keper
Anyaman keper merupakan anyaman dasar kedua. Anyaman keper
memiliki nama lain twill (USA), drill (Inggris) dan Koper (Jerman).
Karakteristik anyaman keper :
a. Pada permukaan kain terlihat garis miring atau ripe miring yang tidak
putus-putus, pada keper ada yang disebut dengan keper kiri dan keper
kanan, keper pakan dan keper lusi.
b. Garis miring membentuk sudut 45 0 terhadap garis horizontal.
c. Appearance kain pada permukaan atas dan bawah berlainan.
d. Pengaruh arah twist benang sangat besar terhadap kenampakan garis
miring.
e. Besarnya sudut garis miring dipengaruhi oleh perbandingan tetal lusi dan
tetal pakan.
f. Dalam kondisi yang sama (factor lainnya sama), kekuatan kain dengan
anyaman polos lebih besar daripada kekuatan kain dengan anyaman keper.
g. Rencana tenun
Pada umumnya menenun kain dengan anyaman keper dilakukan dengan
keper pakan karena pengangkatan gun lebih ringan. Pada kain tenun untuk
memperoleh garis keper yang jelas maka digunkan benang lusi dan
benang pakan yang mempunyai putaran berlawanan dengan arah garis
keper.
Defleksi
Pada kain tenun dengan anyaman keper, float benang yang membentuk
garis keper akan menunjukkkan kecenderungan untuk merubah bentuk, dari
bentuk lurus ke bentuk belok pada ujung-ujungnya. Perubahan bentuk ini akan
tampak jika float dilihat dengan bantuan kaca pembesar atau loop. Selanjutnya
perubahan bentuk ini disebut “Defleksi”.
Apabila float terdiri dari benang dengan putaran S, maka defleksinya
akan sesuai dengan bentuk huruf S. Demikian pula float yang terdiri dari
benang dengan putaran Z, defleksinya akan sesuai dengan bentuk huruf Z.
Tetal benang dalam anyaman keper
Tetal maksimum ( firm setting ) dalam kain akan mengakibatkan setiap
silangan pakan mengurangi banyaknya lusi sebesar ± l diameter pakan (dp).
Sehingga apabila dalam 1 raport anyaman terdapat l = 8 maka tetal tetal lusi
berkurang sebanyak 8 dp dari tetal maksimum diluar kain.
Pada kain biasa, umumnya terdapat perbedaan antara tetal lusi dengan
tetal pakan. Tergantung benang mana yang akan ditonjolkan pada permukaan
kain, maka benang yang harus menonjol tersebut diberi tetal yang lebih tinggi.
Anyaman Satin
Anyaman satin adalah anyaman dasar ketiga.
Nama-nama lain dari anyaman satin yang biasanya digunakan, yaitu :
Sateen , istilah umum untuk kain katun dalam anyaman satin 5 gun atau
8 gun, biasanya satin pakan.
Satinet , istilah yang dipakai untuk kain imitasi sutera, misalnya dari
bahankatun yang dimercerisasi.
Satin , istilah yang umum dipakai pada kain-kain satin yang dibuat dari
sutera filamen atau benang sintetis filamen.
Satinettes , dibuat dari benang lusi kapas dan benang pakan wool
Satijn de chine , dibuat dari benang sutera alam dengan tetal sedang.
Belakangan juga dibuat dari benang rayon.
Ciri-ciri / karakteristik anyaman satin :
a. Dalam 1 raport anyaman, banyak benang lusi = banyak benang pakan.
b. Anyaman satin hanya menonjolkan salah satu, yaitu efek lusi dan efek
pakan pada permukaan kain.
c. Anyaman satin dengan efek lusi disebut dengan satin lusi, begitu juga
untuk anyaman satin dengan efek pakan disebut dengan satin pakan.
d. Pada satin lusi, tetal lusi > tetal pakan.
e. Pada satin pakan, tetal pakan > tetal lusi.
f. Pada kain dengan anyaman satin, tidak tampak jelas atau menonjolkan
suatu garis seperti pada anyaman keper.
g. Banyaknya gun minimum sama dengan jumlah benang lusi atau benang
pakan dalam 1 raport anyaman.
h. Pada umumnya digunakan tetal yang tinggi pada lusi atau pakan, sehingga
kainnya tampak padat.
i. Anyaman satin dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu satin teratur
(paling sedikit 5 gun ) dan satin tak teratur (paling sedikit 4 gun).
j. Pada semua anyaman satin, satin teratur maupun satin tak teratur hanya
mungkin digunakan benang berwarna secara efisien hanya pada benang
yang nampak pada permukaan kain. Misalnya satin lusi, pengguanaan
benang berwarna hanya efisien pada benang lusi saja. Jika pada satin efek
lusi digunakan benang pakan berwarna, maka warna tersebut akan
merupakan bintik-bintik kecil yang tersebar pada permukaan kain, dimana
keadaan demikian jarang dikehendaki.
Angka Loncat ( V ) dalam anyaman satin :
a. Besarnya angka loncat selalu lebih besar dari pada 1 ( V > 1 )
b. Angka loncat tidak sama dengan banyak benang lusi / pakan dalam 1 raport
anyaman dikurangi 1.
c. Angka loncat tidak sama dengan bilangan yang menjadi pembagi persekutuan
terhadap bilangan yang menunjukkan jumlah benang lusi atau pakan dalam
satu raport anyaman.
d. Angka loncat dan jumlah benang lusi dalam 1 raport masing – masing tidak
boleh terbagi oleh suatu angka yang sama.
Anyaman Kain Cele
Kain cele atau kain kotak – kotak merupakan sebuah hasil dari suatu
penelitian dan pengolahan pada disain anyaman polos.
Pada dasarnya pembuatan structural disain dilakukan dengan jalan
mengelola beberapa factor-factor dari konsentrasi kain yang pada akhirnya
untuk mendapatkan gubahan pada strukturnya. Struktur disain dibentuk pada
saat kain tersebut ditenun. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya dengan ubahan benang dalam disain yang dapat dilakukan dalam
sehelai kain.
Pengolahan kain cele yang biasanya adalah dengan penggunaan benang
yang berbeda-beda warnanya.
Apabila benang lusi dan benang pakan suatu anyaman kain digunakan
anyaman kain yang menggunakan warna dua macam atau lebih, maka
permukaan kain akan nampak pola warna bergantung dari anyaman yang
digunakan dan susunan warna pada benang lusi atau pakan. Disini anyaman
cenderung merusak kontinuitas warna lusi atau pakan. Sedangkan warna lusi
atau pakan akan tampak dipermukaan kain ditentukan oleh efek lusi atau efek
pakan.
III. ALAT dan BAHAN
Alat
Lup untuk melihat tetal/inchi.
Gunting
Mistar
Timbangan
Bahan
Kain contoh yang akan diuji.
IV. CARA KERJA
1. Tentukan arah lusi dan arah pakan. (arah lusi beri tanda panah)
2. Hitung tetal lusi dan pakan pada 3 tempat yang berbeda (untuk anyaman kain
Cele dihitung berdasarkan warnanya) .
3. Potong kain contoh 10X10 cm, timbang berat kain.
4. Ambilkan benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda masing-masing 5 helai.
(10 helai lusi dan 10 helai pakan).
5. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan.
6. Panjang benang dari kain contoh = Pk
7. Panjang benang setelah diluruskan = Pb
8. Benang lusi dan pakan pada no 4 ditimbang.
9. Hitung nomor benang lusi dan pakan.
10. Panjang 10 lusi dan pakan setelah diluruskan =……..cm = ……..m
11. Berat 10 lusi dan pakan = ……..mg = ……..g
Untuk benang lusi dan benang pakan.
12. Hitung berat kain /m2
13. Dengan penimbangan
Berat kain/m2 = Berat contoh X 100 = B1
14. Dengan perhitungan
Panjang seluruh benang lusi atau pakan dalam 1 m2 kain, dibagi dengan Nm lusi
atau pakan:
Berat kain/m2 = B2 + B3 = B4
15. Hitung selisih berat hasil penimbangan (B1) dengan hasil perhitungan (B4).
16. Menggambar anyaman dan rencana tenunan.
)(
)(
gBerat
mPanjangNm Ne1 = ……….
Tex = ……….
Td = ……….
V. DATA PERCOBAAN dan PEMBAHASAN
Anyaman Polos
Tetal ( hl/inchi ) Panjang benang setelah diluruskan
Berat kain 10 x 10 cm = 0,96 gram
Berat lusi 10 hl = 15 mg = 0,0175 gram
Berat pakan 10 hl = 17,5 mg = 0,01625 gram
Mengkeret lusi dan pakan
Nomor lusi dan pakan
Lusi
Panjang lusi = 1,016 m
Berat lusi = 0,0175 gram
Lusi (cm) Pakan (cm)
10,1 10,2 10,7 10,7
10,1 10,2 10,7 10,6
10,1 10,1 10,6 10,7
10,2 10,2 10,6 10,6
10,2 10,2 10,7 10,6
∑L = 101,6
Pjg lusi =
10,16
∑P = 106,5
Pjg pakan =
10,65
Pakan
Panjang Pakan = 1,065 m
Berat pakan = 0,01625 gram
Berat kain
a. Berat kain / m2 = berat contoh x 100 = 0,90 x 100 = 90 gram
b.
Gambar Anyaman
Anyaman polos naik 1 turun 1
Anyaman Keper
Tetal ( hl/inchi ) Panjang benang setelah diluruskan
Berat kain 10 x 10 cm = 1,32gram
Berat lusi 10 hl = 18,5 mg = 0,0225 gram
Berat pakan 10 hl = 20 mg = 0,033 gram
Mengkeret lusi dan pakan
Lusi (cm) Pakan (cm)
11 10,8 10,1 10,1
10,8 10,9 10,1 10,1
10,8 10,8 10,1 10,1
10,9 10,8 10,1 10,1
10,9 10,8 10,1 10,1
∑L = 108,5
Pjg lusi (PbL)
= 10,85
∑P = 101
Pjg pakan
(PbP) = 10,1
Nomor lusi dan pakan
Lusi
Panjang lusi = 1,085 m
Berat lusi = 0,0225 gram
Pakan
Panjang Pakan = 1,010 m
Berat pakan = 0,033 gram
Berat kain
a. Berat kain / m2 = berat contoh x 100 = 1,32 x 100 = 132 gram
b.
Anyaman Keper
Anyaman Satin
Tetal ( hl/cm ) Panjang benang setelah diluruskan
Berat kain 10 x 10 cm = 0,95 gram
Berat lusi 10 hl = 10 mg = 0,01 gram
Berat pakan 10 hl = 20mg = 0,02 gram
Mengkeret lusi dan pakan
Nomor lusi dan pakan
Lusi
Panjang lusi = 1,03 m
Berat lusi = 0,01 gram
Lusi (cm) Pakan
(cm)
10,3 10,3 10,3 10,2
10,3 10,3 10,3 10,2
10,3 10,3 10,3 10,2
10,3 10,3 10,3 10,2
10,3 10,3 10,2 10,2
∑L = 103
Pjg lusi
(PbL) =
10,3
∑P = 102,4
Pjg pakan
(PbP) =
10,24
Pakan
Panjang Pakan = 1,024 m
Berat pakan = 0,01 gram
Berat kain
a. Berat kain / m2 = berat contoh x 100 = 0,95x 100 = 95 gram
b.
Anyaman kain Cele
Tetal ( hl/inchi )
Lusi Pakan
Warna Pakan
Biru 8
Hijau 38
Kuning 8
Putih 20
Jumlah 1
rapot
74
Tetal
LUSI
(hl/inchi)
PAKAN
(hl/inchi)
47 41
47 41
47 41
∑tl = 141 ∑tp = 123
Jumlah Lusi dan Pakan / meter
a. Lusi = 100 x tetal lusi/cm = 100 x 18,50 = 1850 hl/meter
b. Pakan = 100 x tetal pakan/cm = 100 x 16,14 = 1614 hl/meter
Jumlah Rapot
a. Jumlah rapot Lusi/meter =
b. Jumlah rapot Pakan/meter =
Sisa Benang
a. Lusi = jumlah benang lusi/m – (∑ benang lusi/rapot × rapot utuh)
= 1850 – (74 × 25 )
Lusi = 1850 − 1850 = 0 helai
b. Pakan = jumlah benang lusi/m – (∑ benang lusi/rapot × rapot utuh)
Pakan = 1614 – (74 × 21 ) = 1614 – 1554 = 60 helai
Jumlah masing-masing warna / meter
a. Lusi :
Biru = (8 x 25)+0 = 200
Hijau = (38 x 25) + 0 = 950
Putih = (20x25)+0 = 500
kuning = (8 x 25)+0 =200
1850
b. Pakan :
Biru = (8 x 21) + 0 = 168
Hijau = (38 x 21) +12 = 810
Kuning = (8x21) + 0 = 168
putih = (20 x 21) + 2 =422
1568
Berat kain (10 x 10) cm = 1,41 gram
Berat kain/m2 = 1,41 x 100 = 141 gr/m2
Berat 10 hl benang lusi = 20 gram = 0,02gram
Berat 10 hl benang pakan = 45 mgram = 0,045 gram
Panjang 10 helai benang
Mengkeret lusi dan pakan
Nomor lusi dan pakan
Lusi
Panjang lusi = 1,062 m
Berat lusi = 0,042 gram
LUSI (cm) PAKAN (cm)
10,6 10,6 10,8 10,9
10,6 10,6 10,9 10,9
10,7 10,6 10,8 10,9
10,7 10,6 10,8 10,9
10,6 10,6 10,9 10,9
∑ = 106,2 cm
x = 101/10 = 10,62 cm
∑ = 108,7 cm
x = 108,7/10 = 10,87 cm
Pakan
Panjang Pakan = 1,087 m
Berat pakan = 0,045 gram
Berat masing-masing warna
a. Lusi =
Total= 77,7 gram
b. Pakan =
Massa Total: 77,7 + 70,56 = 148,26 gram
Kain Contoh Anyaman Polos Anyaman Keper Anyaman Satin Anyaman Kain Cele
VI. DISKUSI
Didapatkan hasil pengukuran yaitu nilai mengkeret benang, nomor benang, dan
berat kain. Selisih berat kain hasil perhitungan dengan hasil pengukuran yang paling
baik adalah sekecil-kecilnya, yang baik rata-rata ≤ 5%. Pada beberapa percobaan
didapat selisih melebihi nilai rata-rata. Selisih tersebut kemungkinan disebabkan
beberapa hal :
Kesulitan dalam menentukan arah lusi, sehingga akan mempengaruhi pada saat
penimbangan, karena bila salah menentukan lusi maka hasil penimbangan akan
terbalik. Untuk itu harus dipahami cara menentukan lusi, lusi rata-rata lebih
banyak dan lebih rapat daripada pakan, dari tekstur permukaan biasanya lusi lebih
kasar dari pakan pada anyaman tertentu, yang lebih mudah apabila ada pinggiran
kain maka lusi searah dengan pinggiran kain..
Berat kain dan benang saat dilakukan penimbangan kurang teliti dan
timbangannya kurang akurat, karena terkadang tidak menghasilkan berat tetap
dan ketelitiannya lebih besar. Menggunting kain 10cmx10cm harus sangat hati-
hati, jangan sampai tidak rata bahkan sedikit pun terpotong, karena itu akan
mempengaruhi penimbangan Selain itu benang yang telah ditiras ada yang tidak
utuh satu tapi terurai yang bisa mempengaruhi berat saat penimbangan.
Menghitung tetal yang kurang teliti mempengaruhi pada perhitungan
Pada kain Cele, semuanya dihitung berdasarkan warna penyusun anyamannya.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Anyaman Polos
Nm Lusi = 58,057
Nm pakan = 65,538
Berat kain/m2 berdasarkan perhitungan = 96 gram
Berat kain/m2 berdasarkan pengukuran = 89,771 gram
2. Anyaman Keper
Nm Lusi = 48,22
Nm pakan = 30,606
Berat kain/m2 berdasarkan perhitungan = 132gram
Berat kain/m2 berdasarkan pengukuran = 153,146 gram
3. Anyaman Satin
Nm Lusi = 103
Nm pakan = 51,2
Berat kain/m2 berdasarkan perhitungan = 95 gram
Berat kain/m2 berdasarkan pengukuran = 100,99 gram
4. Anyaman Kain Cele
Nm Lusi = 25,28
Nm pakan = 24,15
Berat kain/m2 berdasarkan perhitungan = 141 gram
Berat kain/m2 berdasarkan pengukuran = 117,6 gram
Jumlah Lusi / m2 = 1850 helai
Jumlah Pakan / m2 = 1614 helai
5. Semakin kecil selisih beratnya semakin baik pengukuran yang dilakukan.
6. Anyaman polos merupakan anyaman yang paling sederhana diantara anyaman
lainnya dan anyaman Cele yang paling rumit perhitungannnya.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Jumaeri,Bk.Teks dk. Textile Design. 1974. Bandung: Institut Teknologi Tekstil