5
SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME (SARS) A. DEFINISI Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yaitu penyakit infeksi pada saluran nafas yang disebabkan oleh virus corona dengan sekumpulan gejala klinis sangat berat (Chen & Rumende, 2006). SARS dapat disebut juga sebagai sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus corona (Zhang, et al., 2006). Menurut literatur lain, SARS suatu jenis kegagalan paru- paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru) (Svoboda. 2006). Jadi, SARS dapat diartikan sebagai kumpulan gejala yang sangat berat akibat adanya infeksi virus corona pada saluran nafas. B. ETIOLOGI Penyebab penyakit SARS adalah infeksi virus yang tergolong dalam genus coronavirus (CoV). SARS- CoV tersebut merupakan tipe baru dari coronavirus yang telah dideklarasikan secara resmi oleh World Healt Organization (WHO) sebagai agen kausatif penyebab SARS. SARS-CoV mempunyai patogenesis yang unik sebab mereka menyebabkan infeksi pernafasan pada bagian atas dan bawah sekaligus serta dapat menyebabkan gastroenteritis (WHO, 2005). Coronavirus sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti mahkota (corona).

Definisi Dan Etiologi Sars

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SARS

Citation preview

Page 1: Definisi Dan Etiologi Sars

SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME (SARS)

A. DEFINISI

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yaitu penyakit infeksi pada saluran

nafas yang disebabkan oleh virus corona dengan sekumpulan gejala klinis sangat berat

(Chen & Rumende, 2006). SARS dapat disebut juga sebagai sekumpulan gejala sakit

pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran

pernafasan yang disebabkan oleh virus corona (Zhang, et al., 2006). Menurut literatur

lain, SARS suatu jenis kegagalan paru- paru dengan berbagai kelainan yang berbeda,

yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru) (Svoboda.

2006).

Jadi, SARS dapat diartikan sebagai kumpulan gejala yang sangat berat akibat

adanya infeksi virus corona pada saluran nafas.

B. ETIOLOGI

Penyebab penyakit SARS adalah infeksi virus yang tergolong dalam genus

coronavirus (CoV). SARS- CoV tersebut merupakan tipe baru dari coronavirus yang

telah dideklarasikan secara resmi oleh World Healt Organization (WHO) sebagai agen

kausatif penyebab SARS. SARS-CoV mempunyai patogenesis yang unik sebab mereka

menyebabkan infeksi pernafasan pada bagian atas dan bawah sekaligus serta dapat

menyebabkan gastroenteritis (WHO, 2005). Coronavirus sendiri berasal dari bahasa

Yunani yang berarti mahkota (corona). Mahkota virus tersusun dari komponen S

glikoprotein, yang dapat menempel pada sel inang dan nantinya dapat menyebabkan virus

masuk ke dalam sel inang (Jawetz, et al., 2007).

Gambar 1. Skematis Coronavirus (Jawetz, et al., 2007).

Page 2: Definisi Dan Etiologi Sars

Coronavirus adalah anggota dari famili Coronaviridae, suatu virus besar, dan

mempunyai selubung (envelope). Selubung virus ini dipenuhi dengan tonjolan – tonjolan

yang panjang berbentuk daun bunga (petal) (Surjawidjaja, 2008). Partikel virus SARS

mempunyai diameter 80 – 140 nm, sama seperti virus corona yang lain, mempunyai

komponen tonjolan atau glikoprotein pada permukaan atau selubung virus. Pada virus

SARS, glikoprotein HE tidak ditemukan. Genom RNA coronavirus ini mempunyai

ukuran 27 – 32 kb dan merupakan genom yang terbesar di antara semua virus yang ada.

Genom virus ini beruntai tunggal (single- stranded) dan membentuk nukleokapsid helikal

yang fleksibel dan panjang. Nukleokapsid ini terletak di dalam suatu selubung lipoprotein

yang terbentuk dari penggembungan membran intraseluler (Drosten, et al., 2009).

Adapun klasifikasi dari coronavirus menurut Surjawidjaja (2003) adalah sebagai

berikut:

Ordo : Nidovirales

Familia : Coronaviridae

Genus : Coronavirus

SARS-CoV biasanya tidak stabil bila berada dalam lingkungan. Namun virus ini

dapat bertahan berhari-hari pada suhu kamar. Virus ini juga mampu mempertahankan

viabilitasnya dengan baik ketika berada di dalam feces (Chen & Rumende, 2006). SARS

stabil dalam feses dan urin pada suhu ruang selama 1 – 2 hari. Nilai pH feses penderita

lebih tinggi dari pH feses normal, dan virus yang dikandungnya lebih stabil serta dapat

bertahan sampai 4 hari. Virus SARS pada pH 6 – 7 dapat bertahan sampai 3 jam, 6 jam

pada pH 8 dan 4 hari pada pH 9. Pada suhu 4ºC dan -80ºC virus dapat bertahan sampai 21

hari. Pada suhu tersebut konsentrasi virus dalam kultur sel hampir tidak menurun. Oleh

karena itu virus SARS-CoV lebih stabil dibandingkan dengan virus corona manusia yang

telah dikenal (Ibrahim dan Sudiro, 2006).

Ada 3 kelompok serologis coronavirus yang telah dikenali setiap serogrup, virus

diidentifikasi sesuai dengan pejamu alamiahnya, dengan cara urutan (sekuens)

nukleotidanya dan hubungannya masing-masing secara serologis. Seperti halnya dengan

kebanyakan virus-virus RNA, coronavirus memiliki frekuensi mutasi yang sangat besar.

Dengan melihat panjangnya genom dan frekuensi kesalahan polimerase RNA dari virus-

Page 3: Definisi Dan Etiologi Sars

virus lain, genom RNA coronavirus agaknya memiliki kumpulan titik mutasi pada setiap

replikasi RNA-nya (Drosten, et al., 2009).

Analisi urutan (sekuens) nukleotida dari berbagai isolat coronavirus menunjukkan

suatu variabilitas sekuens yang dapat mempengaruhi replikasi virus dan patogenesisnya.

Ada anggapan bahwa penyakit SARS yang disebabkan oleh coronavirus dan menyerang

manusia merupakan keadaan di mana coronavirus yang infektif terhadap beberapa hewan

mengalami mutasi dan berevolusi untuk kemudian menjadi patogen terhadap beberapa

kelompok hewan lainnya dan juga pada manusia (Poutanen, et al., 2005).

Chen K, Rumende CM. 2006. SARS : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Drosten C, Gunther S, Preiser W. 2009. Identification of a novel coronavirus in patients with severe acute respiratory syndrome. N Engl J Med 2009; 348.

Jawetz, Melnich, Adelberg. 2007. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Poutanen SM, Low DE, Henry B, Finkelkstein S, Rose D, Green K, et al. 2005. Identification of severe acute respiratory syndrome in Canada. N Engl J Med 348.

Surjawidjaja JE. 2008. Sindrom Pernafasan Akut Parah (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS): Suatu Epidemi Baru yang Sangat Virulen. J Kedokteran Trisakti 22 (2): 76-82.

Svoboda T, Henry B, Shulman L, Kennedy E, Rea E, Wil Ng, Wallington T, Yaffe B, Gournis E, Vicencio E, Basrur S, Richard H. Glazier. 2006. Public Health Measures to Control the Spread of the Severe Acute Respiratory Syndrome during the Outbreak in Toronto. N Engl J Med 350;23.

World Health Organization (WHO). 2005. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Weekly Epidemiological Record 2005; 78:81-3.

Zhang L, Zhang F, Yu W, He T, Yu J,Christopher EY, Ba L, Li W, Farzan M, Chen Z, Yuen KY, Ho D. 2006. Antibody Responses Against SARS Coronavirus Are Correlated With Disease Outcome of Infected Individuals. Journal of Medical Virology 78:1–8.