19
MASALAH DAN TANTANGAN DALAM UPAYA PENINGKATAN DAYA SAING PELABUHAN INDONESIA Hotel Aston Jakarta, Tanggal 2 Mei 2006 O l e h M.Yamin Jinca (STUDI KASUS PERMASALAHAN PELABUHAN DI KAWASAN TIMUR IINDONESIA)

Daya Saing Pelabuhan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Daya Saing Pelabuhan

MASALAH DAN TANTANGAN DALAM UPAYA PENINGKATAN DAYA SAING PELABUHAN

INDONESIA

Hotel Aston Jakarta, Tanggal 2 Mei 2006

O l e h M.Yamin Jinca

(STUDI KASUS PERMASALAHAN PELABUHAN DI KAWASAN TIMUR IINDONESIA)

Page 2: Daya Saing Pelabuhan

BMI BMI memiliki 17.508 pulaumemiliki 17.508 pulau, , pusat-pusat pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebar di seluruh pertumbuhan ekonomi tersebar di seluruh pelosokpelosok

KAPET SANGGAU

KAPET DASKAKAP KAPET

BATULICIN

KAPET SASAMBA

KAPET PAREPARE

KAPET BUKARI

KAPET BIMA

KAPET MBAY

KAPET BATUI

KAPET MANADO BITUNG

KAPET SERAM

KAPET BIAK

Trunk Primer

Feeder Lokal

Trunk Sekunder

Feeder NasionalTrunk Tersier

KAPETPerbatasan

Ket.:

Tarakan

Samarinda Ternate

Sorong

Kendari

Gorontalo

Pantoloan

Parepare

Makassar

Balikpapan

Ambon Fak-Fak

BiakManokawari

Merauke

Jayapura

Page 3: Daya Saing Pelabuhan

Ket : TP = Tanaman Pangan PW = Pariwisata A : Pengembangan Industri Besar/Kawasan Industri PK = Perkebunan PD = Perindustrian B : Pengembangan Sumber Daya Alam PR = Perikanan PT = Pertambangan C : Perdagangan dan Distribusi

KH = Kehutanan D : Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Industri Kecil Menengah & Lokal

POTENSI DAN PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH KTI

TP PK PR KH PT PW PD A B C D

Kalbar (Sangau)

- - - - -

Penyiapan lahan daratan skala besar untuk industrial estate

Potensi pengembangan tambang mineral,

pertanian, kehutanan dan perkebunanSulut (Manado-Bitung)

- - - Pelayanan bahan baku industri dan hasil

produksi. Pengapalan material, mesin-mesin dan konstruksi

Sulteng (Batui)

- - - - - - Promosi industri prosesing produk primer-

sekunder

Penyiapan lahan daratan skala besar untuk industrial estate dalam pelabuhan

Potensi produksi tanaman pangan, perkebunan dan perikanan

Sultra (Bukari)

- - - - -

NTB (Bima)

- - - - - Jaringan ekonomi Jawa-Bali-Lombok Pengapalan SDA/bahan baku, material dan

mesin-mesin untuk konstruksi

NTT (Mbay)

- - - - - Kerjasama ekonomi Australia, Nusatenggara

Timur (AIDA)

Penyiapan lahan yang berhubungan dengan pabrik-pabrik skala besar

Maluku (Seram)

- - - - - - Peningkatan potensi industri lokal (agribisnis,

marine industri)

Aksesibilitas untuk produksi primer, distribusi input untuk industri primer

Papua (Biak)

- - - - Potensi produksi hasil pertanian, sumberdaya

mineral dan pengembangan pariwisata

Fasilitas perbaikan kapal, pelabuhan khusus, perikanan turis dan pertambangan

Fasilitas, perbaikan kapal, pelabuhan khusus, perikanan, pelabuhan turis dan pertambanganAksesibilitas, Distribusi input industri primer ke wilayah hinterland

Sulsel (Parepare)

- Kaltim (Sasamba)

- - -

Kerjasama ekonomi Singapur, Malaysia Kaltim (IMS-GT), Brunai, Philipina, Malaysia, bagian Utara Kalimantan (BIMP-EAGA)

Promosi industri bagian timur Kalimantan (Sama-rinda, Balikapapan, Batu Licin dan Banjarmasin)

- - - -

Potensi pengembangan pariwisata Sulawesi Utara dan Selatan

- - - -Kalteng (Kakab)

- - -

Fasilitas dan perbaikan kapal, pelabuhan khusus perikanan dan turis/pertambangan

Tipe Pengembangan

Propinsi di KTI & (Kapet)

Jaringan ekonomi ALKI II, & III Jawa, Sulawesi, Maluku/Papua, Jaringan ekonomi Jawa-Kalsel dan Kaltim, Sulawesi Utara (BIMP-EAGA)

Kalsel (Batulicin)

-

Pengembangan Infrastruktur wilayah, aksesibilitas, distribusi input industri primer

Antisipasi Pengembangan Infrastruktur dan Sarana Transportasi Laut

Jaringan ekonomi ALKI I dan ALKI II Simpul pelayanan dan pengapalan bahan baku industri dan hasil produksi, SDA/bahan baku, material, mesin-mesin dan konstruksi

Komoditi Andalan KapetOrientasi Pengembangan Ekonomi

Page 4: Daya Saing Pelabuhan

Lalu Lintas Muatan Barang

Pulau

Volume Muatan Barang Moda Transportasi Laut

Total Moda Transportasi (1000 ton)

Distribusi (%)

Share Moda Transportasi

Laut (%)

Distribusi via Laut

(%)

Jarak Pergerakan

(km)

Sumatera 221.178 15,5 40,0 22,53 775

Jawa/Bali 1.085.526 75,8 16,5 46,53 467

Kalimantan 71.539 5,0 96,7 20,68 929

Sulawesi 30.284 2,1 89,7 6,93 1.667

Nusa Tenggara,

Maluku, Papua23.221 1,6 78,7 4,64 1.042

INDONESIA 1.431.748 100,0 26,7 100 573

KTI 125.044 8,7 91,7 32,25 1.129

Sumber : Studi Pengembangan Pelabuhan di KTI, LP-UNHAS 2003

Page 5: Daya Saing Pelabuhan

ParametersPelita II (1974)

Pelita VI (1994)

% Pertum-buhan

(1974-1994)2000

% Pertum-buhan

(1974-2000)

Luas Daerah (km2)

1.918.727 1.918.727 - 1.918.707 -

Total Populasi 125.256 191.147 2,14 205.843 1,92

Total Panjang Jalan (km)

86.085 240.114 5,26 355.951 5,61

Kerapatan Jalan (m/km2)

45 125 5,24 186 5,6

Kerapatan Jalan (m/penduduk)

0,7 1,3 3,14 1.7 3,47

Panjang Jalan dan Kerapatan Jalan Periode 1974-2000

PRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASIPRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASI

Page 6: Daya Saing Pelabuhan

Kondisi jalan yang layak dilewati angkutan petikemas relatif rendah dalam kondisi baik di KTI. Aksesibilitas ke wilayah-wilayah hinterland masih sangat rendah.

Kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi di KTI berkisar 12,95% (2.432.517 unit) mobil penumpang 9,99%, bis 3,49%, truk 9,79%, dan sepeda motor 76,72%. Nampaknya mobilitas barang dan penduduk KBI jauh lebih dinamis di banding KTI.

Page 7: Daya Saing Pelabuhan

Volume lalu lintas barang di wilayah Pelindo IV adalah + 87,5 juta ton, pertumbuhan 3,81% periode 1997-2002.

LALU LINTAS BARANGLALU LINTAS BARANG

32,69%67,31% 62,35%37,65%

Muat Bongkar Bongkar Muat

Khusus Umum

Prosentase kegiatan B/M ada Dermaga Khusus dan Umum

Page 8: Daya Saing Pelabuhan

Terjadi pergeseran muatan general cargo dan curah kering menjadi muatan petikemas, terutama di pelabuhan Makassar, Bitung, Samarinda, Balikpapan, dan Pantoloan.

26,94%

10,71%

54,99%

7,36%B arang Impor

B arang Muat

B arang E kspor

B arang B ongkar

Volume Lalu Lintas Barang Melalui Dermaga Umum Menurut Jenis Perdagangan, Tahun 2002

Page 9: Daya Saing Pelabuhan

Prosentase Kemasan Cargo melalui Pelabuhan Makassar

0 %

1 0 %

2 0 %

3 0 %

4 0 %

5 0 %

6 0 %

7 0 %

8 0 %

9 0 %

1 0 0 %

1 9 8 4 1 9 8 8 1 9 9 1 2 0 0 2

G e n e r a l C a r g o ( % ) U n i t i s a s i C a r g o ( % ) C u r a h K e r i n g ( % ) C u r a h C a i r ( % )

C a r g o K a r u n g a n ( % ) P e t i k e m a s ( % ) L a i n n y a ( % )

8,18%

42,36%

40,03%

Petik

emas

Gen

car

Page 10: Daya Saing Pelabuhan

Distribusi Lalu Lintas 2002 No Palabuhan

Pertumbuhan (%)

1997-2002 Distribusi B/M (%)

Lalu Lintas Petikemas (%)

Bobot/ petikemas (Ton/Teu)

1 Makassar 15,17 43,68 39,20 11,42 2 Balikpapan 31,40 5,70 9,94 11,85 3 Samarinda 11,74 10,85 16,63 12,49 4 Bitung 14,87 12,37 15,84 12,24 5 Ambon 9,17 1,98 3,99 8,33 6 Sorong 86,19 2,43 1,92 12,73 7 Jayapura 49,15 3,05 0,79 17,56 8 Tarakan 1,09 3,18 3,30 9,11 9 Pantoloan 32,63 5,35 5,36 14,39

10 Kendari 156,50 2,68 1,55 18,34 11 Ternate -2,75 1,61 0,70 4,93 12 Biak 3,52 0,54 0,07 5,58 13 Parepare 0 2,47 0,00 0,00 14 Merauke 0 1,17 0,00 0,00 15 Manokwari 2,01 0,63 0,58 12,03 16 Fakfak 0 0,37 0,00 0,00 17 Gorontalo - 1,31 0,13 5,00 18 Nunukan 0 0,64 0,00 0,00

Total/Rata-rata 17,65 100,00 100,00 11,86

Indikasi :1Penggunaan petikemas belum efektif,

masih terdapat banyak kontainer kosong2Stowage faktor muatan tinggi

Lalu Lintas Petikemas

Pertumbuhan petikemas 17,65%, Muatan petikemas rata-rata 12 ton/TEU, didominasi produk non industri, kurang efektif penggunaan petikemas yang dicirikan oleh banyaknya kontainer kosong.

Page 11: Daya Saing Pelabuhan

Jalur pelayaran dan kegiatan pelayanan pelabuhan

pada bagian utara relatif lebih ramai dibandingkan jalur selatan.

ALKI 3ALKI 2

Page 12: Daya Saing Pelabuhan

Umumnya fasilitas pelabuhan sudah berumur dan difungsikan sebagai dermaga multiguna (angkutan petikemas, penumpang, dan angkutan konvensional/muatan roda)

Pertumbuhan angkutan penumpang berfluktuatif, pada Bahagian Timur Sulawesi sampai Papua tendensi meningkat. Sementara pada pelabuhan Makassar, Bitung, Balikpapan, dan Pantoloan terjadi split penumpang ke angkutan udara.

Terjadinya reposisi fungsi gudang ke lapangan penumpukan. Kecenderungan lalu lintas barang saat ini tidak menggunakan jasa pergudangan.

Page 13: Daya Saing Pelabuhan

Fasilitas dan Kinerja Dermaga Fasilitas dan Kinerja Pergudangan

dan Lapangan Penumpukan No

Pelabuha Cabang

Pelindo IV Panjang (m)

Luas (m2)

Kedalaman (m)

BOR (%)

BTP (Ton/m)

Gudang (m2)

SOR (%)

Lapangan (m2)

OSOR (%)

1 Makassar 3.101 51.955 3 - 12 53,41 1.952 19.200 19,45 65.088 2,27

2 Balikpapan 591 11.085 3 - 12 84,1 1.239 2.450 57,73 17.363 88,71

3 Samarinda 877 15.580 5.5 64,68 1.489 4.400 6,3 35.063 81,61

4 Bitung 1.567 22.350 3 – 15 73,77 1.180 4.800 2,76 20.405 18,63

5 Ambon 649 10.209 10 39,55 232 4.900 32,6 8.400 4,7

6 Sorong 280 4.960 9 80,05 736 1.950 6,81 7.583 4,48

7 Jayapura 244 3.268 5 – 9 66,44 1.697 4.187 53.42 8.000 21,06

8 Tarakan 251 3.327 4.5 – 7 80 992 1.712 54 3.400 71

9 Pantoloan 330 3.515 10 59,09 582 4.500 14,85 12.000 5,07

10 Ternate 298 3.276 5 - 8 58,67 369 2.532 39,56 1.000 90,16

11 Kendari 351 4.808 5 – 8 62,38 768 1.000 24,78 7.600 16,23

12 Parepare 204 3.053 9 53,51 567 456 - 2.464 10,01

13 B i a k 262 4.104 10 65,21 288 3.800 33,86 6.000 1,29

14 Merauke 203 2.328 6 90 129 640 11 2.450 1

15 Manokwari 163 1.920 5 – 10 77,34 462 600 2,5 6.100 5,3

16 Fakfak 141 1.176 6 – 10 80,64 493 600 18,85 1.500 0,55

17 Gorontalo 137 1.190 3 – 12 79,32 1.714 1.560 8,35 2.800 19,03

18 Nunukan 100 1.200 3 – 6 69,72 468 - 77,38 6.000

Kinerja Fasilitas PelabuhanKinerja Fasilitas Pelabuhan

Page 14: Daya Saing Pelabuhan

Infrastruktur pelabuhan berperan strategis sebagai penggerak pertumbuhan dan pengembangan kegiatan ekonomi dan sosial di KTI. Pencanangan pengembangan ekonomi dibeberapa Kawasan Andalan Ekonomi (termasuk KAPET) menjadikan pelabuhan sebagai salah satu penggerak/penunjang utama pengembangan ekonomi di KTI

Aksesibilitas ke wilayah-wilayah hinterland masih sangat rendah. Kondisi ruas jalan yang dapat dilewati angkutan petikemas masih terbatas dan berpengaruh terhadap pengembangan lalu lintas barang dan hubungan antara pusat-pusat produksi pada wilayah hinterland.

MASALAH DAN TANTANGANMASALAH DAN TANTANGAN

Page 15: Daya Saing Pelabuhan

Pertumbuhan lalu lintas barang masih relatif rendah, terjadi perubahan bentuk kemasan barang ke arah kontainerisasi terutama pada pelabuhan-pelabuhan Makassar, Bitung, Balikpapan, Samarinda dan Pantoloan.

Pertumbuhan angkutan penumpang bersifat fluktuatif di Bahagian Timur Sulawesi sampai dengan Papua tendensinya meningkat. Sedangkan pada Pelabuhan Makassar, Bitung, Balikpapan terjadi split penumpang ke angkutan udara.

Umumnya fasilitas pelabuhan sudah berumur (kondisi 40%-50%) dan difungsikan sebagai dermaga multiguna untuk melayani angkutan petikemas dan penumpang, serta angkutan konvensional.

Page 16: Daya Saing Pelabuhan

Mayoritas pelabuhan-pelabuhan regional dan lokal memerlukan revitalisasi sesuai demand transportasi khususnya penyesuaian terhadap permintaan muatan roda dan multikemas.

Kecenderungan lalu lintas barang saat ini tidak menggunakan jasa pergudangan melainkan melalui truk langsung.

Page 17: Daya Saing Pelabuhan

Terjadi Perubahan fungsi pelabuhan yang melayani Terjadi Perubahan fungsi pelabuhan yang melayani angkutan konvensional general cargo menjadi angkutan konvensional general cargo menjadi angkutan petikemasangkutan petikemas,, berimplikasi terhadap berimplikasi terhadap : :

teknologi peralatan bongkar muat, sistem kemasan, teknologi kapal, produktivitas dan waktu putar kapal di pelabuhan;

berpengaruh terhadap demand wilayah hinterland, fungsi dermaga dan kebutuhan ruang “container yard” dan relokasi terminal dan penyediaan lahan daratan, serta perluasan wilayah hinterland dan kompetensi pelabuhan;

berpengaruh terhadap organisasi dan kebijakan, hirarki pelabuhan, pentaripan, dan jaringan moda transportasi, sistem pemusatan komoditi, integrasi antarmoda dan tata laksana administrasi.

Page 18: Daya Saing Pelabuhan

Investasi dan pembiayaan pengembangan infrastruktur pelabuhan di wilayah KTI merupakan tantangan bagi PELINDO IV dalam rangka melaksanakan perannya sebagai korporat yang berorientasi profit dan sebagai agent of development yang memberikan pelayanan kepada public dengan orientasi sosial.

Memungkinkan dilakukannya kerjasama antar pihak swasta, kerjasama investasi antar PELINDO atau keterlibatan Pemda dalam pembangunan infrastrutktur kepelabuhanan dengan mengembangkan berbagai model kemitraan.

Nampaknya UU No. 21/1992 tentang pelayaran terkesan sentralistik dan didominasi oleh Pelindo, peran dan fungsi pemerintah daerah kurang, aksesibilitas swasta terbatas, pemisahan fungsi regulator dan operator tidak jelas.

Dalam RUU perubahannyapun terkesan kurang akomodatif terhadap tuntunan masyarakat bahkan terkesan masih sentralistik dan mengarah ke peningkatan peran dan fungsi pemerintah, fungsi pemda dan swasta juga belum jelas.

Page 19: Daya Saing Pelabuhan

TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA