54
DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL TERHADAP PROPORSI HIPERHOMOSISTEINEMIA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RS BETHESDA DAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Kiki Amelia NIM : 158114009 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 ...proses metabolisme homosistein, sehingga kekurangan vitamin ini berkaitan dengan terjadinya hiperhomosisteinemia. Tujuan penelitian ini adalah

  • Upload
    others

  • View
    22

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL

    TERHADAP PROPORSI HIPERHOMOSISTEINEMIA

    PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RS BETHESDA

    DAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Farmasi

    Oleh:

    Kiki Amelia

    NIM : 158114009

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL

    TERHADAP PROPORSI HIPERHOMOSISTEINEMIA

    PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RS BETHESDA

    DAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Farmasi

    Oleh:

    Kiki Amelia

    NIM : 158114009

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    Persetujuan Pembimbing

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    Pengesahan Skripsi Berjudul

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    “Sekalipun aku dapat berkata-kata

    dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat,

    tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,

    aku sama dengan gong yang berkumandang

    dan canang yang gemerincing.

    Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat

    dan aku mengetahui segala rahasia

    dan memiliki seluruh pengetahuan;

    dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna

    untuk memindahkan gunung,

    tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,

    aku sama sekali tidak berguna.”

    1 Korintus 13 : 1-2

    Karya ini kupersembahkan untuk:

    Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menyertai dan menuntun setiap

    langkah hidupku;

    Keluargaku yang selalu mendukung dalam segala hal;

    Teman-teman dan sahabat-sahabat seperjuanganku;

    Serta almamater tercinta.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PRAKATA

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan atas segala

    berkat, rahmat, dan limpahan kasih-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat

    menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Dampak Pemberian Vitamin B1,

    B6, B12 Parenteral terhadap Proporsi Hiperhomosisteinemia Pasien Gagal Ginjal

    Kronik RS Bethesda dan Panti Rapih Yogyakarta” sebagai syarat memperoleh

    gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Penulisan skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,

    sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Dr. Yustina Sri Hartini, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

    Sanata Dharma yang telah memberikan izin dan arahan kepada peneliti.

    2. Dr. dr. Rizaldy Taslim Pinzon, M.Kes., Sp.S., selaku dosen pembimbing

    skripsi yang telah banyak membantu dalam berbagai ilmu, pengetahuan,

    wawasan, dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

    berdiskusi dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    3. Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt. dan Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK.,

    selaku dosen penguji atas semua saran dan dukungan yang membangun.

    4. Kepala Rumah Sakit Bethesda yang memberikan ijin kepada peneliti untuk

    mengadakan penelitian dan pengambilan data.

    5. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

    Universitas Kristen Duta Wacana, yang telah memberikan ijin untuk

    melakukan penelitian.

    6. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

    memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama

    proses perkuliahan.

    7. Teman-teman seperjuangan skripsi (Thiara, Egi, Yosua, Juli) yang telah

    berjuang bersama, saling membantu, dan memberikan semangat.

    8. Sahabat Farmasi 2015 yang telah bersama-sama berproses dan berbagi suka

    dan duka di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

    9. Semua pihak yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak

    langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

    LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................ v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi

    PRAKATA ............................................................................................................ vii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL .................................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

    INTISARI ............................................................................................................. xiii

    ABSTRACT ......................................................................................................... xiv

    PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

    METODE PENELITIAN ......................................................................................... 4

    Desain Penelitian .............................................................................................. 4

    Subjek Penelitian .............................................................................................. 4

    Pengumpulan Data ............................................................................................ 5

    Analisis Statistik ............................................................................................... 5

    HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 6

    Data Dasar dan Karakteristik Subjek ................................................................ 6

    Deskripsi Data Kadar Homosistein................................................................. 12

    Pengaruh Pemberian Vitamin B terhadap Proporsi Hiperhomosisteinemia ... 12

    KESIMPULAN ...................................................................................................... 15

    SARAN .................................................................................................................. 15

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16

    LAMPIRAN ........................................................................................................... 19

    BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................... 39

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel I. Karakteristik subjek ............................................................................... 6

    Tabel II. Konsumsi Obat Anti-hipertensi ............................................................. 8

    Tabel III. Konsumsi Obat Anti-diabetes .............................................................. 10

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Grafik penurunan proporsi hiperhomosisteinemia ............................ 12

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Ethical Clearance ............................................................................ 19

    Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data.................................... 20

    Lampiran 3. Sertifikat Clinical Epidemiology & Biostatistics Unit ..................... 21

    Lampiran 4. Perhitungan Kalkulator Estimasi Besar Sampel .............................. 22

    Lampiran 5. Data Dasar dan Kadar Homosistein Pasien ..................................... 23

    Lampiran 6. Input data SPSS dalam Kode Angka 0 dan 1 .................................. 36

    Lampiran 7. Definisi Operasional ........................................................................ 38

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    INTISARI

    Penyakit ginjal kronis adalah kondisi ireversibel penurunan fungsi ginjal

    dengan laju filtrasi kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2

    minimal 3 bulan.

    Homosistein merupakan produk antara yang berasal dari metionin dan akhirnya

    diubah menjadi sistein. Rute utama pembersihan homosistein plasma adalah

    melalui ginjal, sehingga kadar homosistein pada pasien dengan penyakit ginjal

    kronis biasanya meningkat. Hiperhomosisteinemia menyebabkan peningkatan

    resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler. Vitamin B berperan besar terhadap

    proses metabolisme homosistein, sehingga kekurangan vitamin ini berkaitan

    dengan terjadinya hiperhomosisteinemia.

    Tujuan penelitian ini adalah mengukur dampak pemberian vitamin B1,

    B6, B12 parenteral terhadap proporsi hiperhomosisteinemia pasien gagal ginjal

    kronik yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Bethesda dan Panti Rapih

    Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan desain one group pretest-posttest

    menggunakan data sekunder rekam medis hasil lab. Data didapatkan dari 117

    pasien dengan metode consecutive sampling. Analisis data secara statistik

    dilakukan menggunakan program SPSS berlisensi dengan uji McNemar’s chi

    square.

    Dari hasil penelitian terdapat penurunan proporsi hiperhomosisteinemia

    yang bermakna setelah dilakukan pemberian vitamin B selama 2 minggu

    (70,94%; p=0,000) dan selama 4 minggu (66,38%; p=0,000). Kesimpulannya

    pemberian vitamin B1, B6, dan B12 dalam jangka waktu 2 minggu maupun 4

    minggu dapat menurunkan proporsi hiperhomosisteinemia secara bermakna pada

    pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.

    Kata kunci: gagal ginjal kronis; hiperhomosisteinemia; vitamin B

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    ABSTRACT

    Chronic kidney disease is a condition of irreversible decrease in kidney

    function with less than 60 ml / minute / 1.73 m2 filtration rate for at least 3 months.

    Homocysteine is an intermediate product derived from methionine and eventually

    converted to cysteine. The main cleaning route of plasma homocysteine is through

    the kidney, so the total homocysteine levels in patients with chronic kidney disease

    usually increase. Hyperhomocysteinemia can increase the risk of cardiovascular

    disease. Vitamin B plays a big role in the process of homocysteine metabolism, so

    deficiency of this vitamin is related to the occurrence of hyperhomocysteinemia.

    The aim of this study was to measure the effect of parenteral

    administration of vitamin B1, B6, B12 on the proportion of hyperhomocysteinemia

    in patients with chronic kidney disease on hemodialysis at Bethesda and Panti

    Rapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group

    pretest-posttest design using secondary data obtained from medical records of lab

    results. Data were obtained from 117 patients with consecutive sampling method.

    Data analysis was statistically carried out using licensed SPSS with McNemar's chi

    square test.

    There was a significant decrease in the proportion of

    hyperhomocysteinemia after administration of vitamin B for 2 weeks (70,94%;

    p=0,000) and 4 weeks (66,38%; p=0,000). In conclusion, the administration of

    vitamin B1, B6, and B12 within 2 weeks and 4 weeks can significantly reduce the

    proportion of hyperhomocysteinemia in patients with chronic renal failure

    undergoing hemodialysis.

    Keywords: chronic renal failure; hyperhomocysteinemia; vitamin B

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    PENDAHULUAN

    Chronic Kidney Disease (CKD) didefinisikan sebagai penurunan fungsi

    ginjal, dapat dilihat dari GFR (Glomerulus Filtration Rate) yang berada di bawah

    nilai normal, yaitu kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 dalam jangka waktu paling

    tidak 3 bulan. Orang-orang penderita CKD memiliki kualitas hidup terkait

    kesehatan yang lebih rendah dari pada populasi umum, yang berujung pada

    meningkatnya insiden mortalitas pada penderita CKD (Webster et al, 2017).

    Rata-rata prevalensi penyakit ginjal kronis secara global mencapai 13,4%

    (Hill et al, 2016). Penelitian di Indonesia oleh Kemenkes RI (2013) menunjukkan

    bahwa dari keseluruhan provinsi, rata-rata prevalensi penyakit ginjal kronis pada

    individu yang berumur lebih dari 15 tahun adalah sebesar 0,2%. Besar prevalensi

    khususnya untuk provinsi DI Yogyakarta sendiri adalah 0,3%.

    Penderita penyakit ginjal kronis menunjukkan banyak kelainan dalam

    metabolisme protein dan asam amino, yang mana hal tersebut dapat

    mempengaruhi kadar homosistein di dalam plasma. Homosistein merupakan hasil

    demetilasi dari asam amino metionin. Proses metabolisme homosistein banyak

    dilakukan pada ginjal, sehingga apabila terjadi gangguan pada fungsi ginjal,

    metabolisme homosistein akan berkurang dan konsentrasinya dalam darah

    menjadi meningkat (Makowski, 2015).

    Chao et al (2014) melakukan penelitian yang melibatkan sebanyak 1.581

    pasien yang direkrut dari pusat pemeriksaan kesehatan di sebuah rumah sakit di

    Taiwan antara tahun 2006 dan 2008, kemudian dibuat 2 kelompok berdasarkan

    tingkat serum homosistein di atas dan di bawah 12,24 μmol/l. Perkiraan laju

    filtrasi glomerulus (GFR) dihitung dan GFR yang berada di bawah 60

    ml/menit/1,73 m2

    termasuk CKD. Hasilnya, odd ratio (95% interval kepercayaan)

    penderita CKD adalah 5,76 dibandingkan dengan subjek dengan kadar

    homosistein serum yang normal, sehingga disimpulkan bahwa peningkatan kadar

    serum homosistein berkaitan dengan kejadian CKD dan berhubungan negatif

    dengan GFR.

    Metabolisme homosistein terjadi melalui dua jalur remetilasi dan satu

    jalur trans-sulfurasi. Jalur remetilasi bertanggung jawab terhadap konversi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    homosistein menjadi metionin, sedangkan jalur trans-sulfurasi bertanggung jawab

    terhadap konversi homosistein menjadi sistein. Jalur-jalur ini membutuhkan

    vitamin B6, B12, dan folat yang akan bertindak sebagai koenzim (Venancio et al,

    2010). Vitamin B12 berperan sebagai kofaktor pada proses remetilasi dan vitamin

    B6 sebagai kofaktor pada proses trans-sulfurasi dalam metabolisme homosistein,

    sehingga kekurangan vitamin B6 dan B12 berkaitan dengan terjadinya

    peningkatan konsentrasi Hcy dalam darah (Basheer et al, 2016).

    Homosistein pada kadar tinggi mempertinggi resiko penyakit vaskuler,

    termasuk disfungsi endotelium, proliferasi sel otot polos, dan remodelling

    kardiovaskuler. Auto-oksidasi Hcy ke homocystine menghasilkan produksi

    hidrogen peroksida (H2O2) serta radikal bebas berbasis oksigen (superoksida (O2-)

    dan radikal hidroksil (OH-)), sehingga menginduksi cedera dan disfungsi sel

    endotel melalui stres oksidatif, yang dianggap sebagai langkah pertama terjadinya

    atherogenesis (Debreceni & Debreceni, 2014).

    Penelitian Sahu et al (2015) melibatkan sebanyak 200 pasien dengan 100

    orang adalah pasien penyakit kardiovaskular yang terbukti secara angiografi dan

    100 orang tidak menderita penyakit kardiovaskular. Tingkat homosistein pasien

    diukur dan didapatkan hasil kadar homosistein meningkat secara signifikan pada

    kelompok yang sakit dibandingkan dengan kontrol. Sensitivitas, spesifisitas, dan

    akurasi homosistein sebagai ukuran prediksi resiko penyakit kardiovaskuler

    sangat tinggi, dengan nilai prediksi positif 89% dan odd ratio 39,48 bila

    dibandingkan dengan faktor risiko lain.

    Homosistein diukur dengan menggunakan pemeriksaan ARCHITECT

    Homocysteine. ARCHITECT Homocysteine merupakan pemeriksaan

    immunoassay untuk menentukan total homosistein pada serum atau plasma

    manusia secara kuantitatif dengan teknologi CMIA (Chemiluminescent

    Microparticle Immunoassay). Homosistein dalam bentuk terikat atau dimer

    direduksi oleh dithiothreitol (DTT) menjadi homosistein bebas, yang kemudian

    diubah menjadi S-adenosyl homocysteine (SAH) dengan bantuan enzim

    rekombinan S-adenosil homocysteine hydrolase (rSAHHase). SAH berkompetisi

    dengan konjugat S-adenosyl cysteine berlabel acridinium untuk berikatan dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    mikropartikel antibodi monoklonal Anti-S-adenosyl-L-homocysteine. Setelah

    melalui proses pencucian dan pemisahan magnetik, ditambahkan larutan

    pre-trigger dan trigger untuk menghasilkan chemilumiscence yang diukur dalam

    Relative Light Units (RLUs), kemudian RLUs dideteksi dengan ARCHITECT

    iSystem optics. Terdapat hubungan indirek antara kadar homosistein dalam sampel

    dengan RLUs yang terdeteksi (Abbott, 2017).

    Hiperhomosisteinemia didefinisikan sebagai tingginya kadar homosistein

    dalam darah secara abnormal (di atas 15 μmol/L). Konsentrasi total homosistein

    dalam plasma manusia sehat dalam kondisi puasa berkisar antara 5 hingga 15

    μmol/L. Konsentrasi antara 16-30 μmol/L diklasifikasikan sebagai

    hiperhomosisteinemia moderat, konsentrasi 31-100 μmol/L termasuk

    hiperhomosisteinemia intermediet, dan nilai di atas 100 μmol/L diklasifikasikan

    sebagai hiperhomosisteinemia berat (Ganguly & Alam, 2015).

    Penelitian Saposnik et al (2009) dilakukan pada 5522 partisipan yang

    dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok plasebo. Kelompok perlakuan

    mendapatkan terapi asam folat, vitamin B6, dan vitamin B12. Pada kelompok

    perlakuan ditemukan penurunan rata-rata konsentrasi homosistein sebanyak 2,2

    μmol/L, sedangkan pada kelompok plasebo meningkat 0,8 μmol/L. Angka

    insidensi stroke pada kelompok perlakuan juga ditemukan lebih rendah dari pada

    kelompok plasebo, sehingga disimpulkan bahwa penurunan homosistein dengan

    asam folat, vitamin B6, dan vitamin B12 dapat menurunkan resiko terjadinya

    stroke secara keseluruhan.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dampak pemberian

    vitamin B1, B6, B12 secara parenteral terhadap proporsi kejadian

    hiperhomosisteinemia pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

    hemodialisis di Rumah Sakit Bethesda dan Panti Rapih Yogyakarta. Penelitian ini

    diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan tambahan bagi

    para klinisi untuk melakukan pemberian terapi vitamin B1, B6, dan B12 kepada

    pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis sehingga dapat menurunkan

    hiperhomosisteinemia yang diderita pasien.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    METODE PENELITIAN

    Desain Penelitian

    Penelitian ini termasuk penelitian pra-eksperimental dengan desain one

    group pretest-posttest (Surahman dkk, 2016). Pada desain penelitian ini tidak

    digunakan kelompok kontrol. Satu kelompok pasien gagal ginjal kronis yang

    menjalani hemodialisis diberi perlakuan, yaitu pemberian 2 ml vitamin B1, B6,

    dan B12 parenteral sebanyak dua kali seminggu setelah hemodialisis. Pengukuran

    kadar homosistein dilakukan pada visit I sebelum pemberian vitamin B (pretest),

    kemudian pada visit 2 pada minggu kedua setelah pemberian vitamin B, dan visit

    3 pada minggu keempat setelah pemberian vitamin B (posttest). Penelitian ini

    menggunakan taraf kepercayaan 95% dan power studi 80%.

    Subjek Penelitian

    Penentuan besar ukuran minimal sampel diperlukan untuk mendapatkan

    sampel yang representatif. Cara perhitungan besar sampel untuk perbandingan

    proporsi satu kelompok ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut:

    n =

    )1()1(

    )1(

    22/1

    2

    ppNZ

    d

    pNpDEFF

    Keterangan:

    n = besar sampel;

    DEFF = desain efek;

    N = besar populasi;

    p = hasil frekuensi yang diperkirakan dari populasi;

    d = batas kepercayaan (dalam persen);

    Z1-α = nilai dalam tabel Z untuk nilai α tertentu (ditentukan oleh peneliti

    yaitu α = 0,05 = 5%);

    (Sullivan, 2019).

    Ukuran sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini dihitung

    dengan bantuan kalkulator ukuran sampel dari halaman web

    https://www.openepi.com/SampleSize/SSPropor.htm menggunakan data proporsi

    penurunan hiperhomosisteinemia setelah pemberian vitamin B merujuk dari

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    penelitian yang telah ada sebelumnya. Pada penelitian Chiu et al (2009) dalam

    Amini et al (2015), didapatkan proporsi penurunan hiperhomosisteinemia setelah

    perlakuan adalah 29,3% dari sejumlah 75 pasien, kemudian dimasukkan sebagai

    input data pada kalkulator penghitung ukuran sampel. Dari hasil perhitungan

    kalkulator, persyaratan sampel minimum yang diperlukan dalam penelitian ini

    adalah sebanyak 61 subjek untuk taraf kepercayaan 95%.

    Teknik pengumpulan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

    nonprobability sampling dengan tipe consecutive sampling, yaitu dengan cara

    mengambil semua subjek tersedia yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

    yang sudah ditetapkan (Sharma, 2014). Subjek penelitian ini adalah pasien gagal

    ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Bethesda dan Rumah

    Sakit Panti Rapih, Yogyakarta dengan memperhatikan beberapa kriteria inklusi

    dan eksklusi. Kriteria inklusi antara lain meliputi jenis kelamin laki-laki atau

    perempuan, usia >18 tahun (dewasa), memiliki gagal ginjal kronis yang menjalani

    hemodialisis rutin, yaitu dua kali per minggu, dan tidak menggunakan suplemen

    vitamin B rutin sebelumnya. Sedangkan kriteria eksklusi adalah subjek yang tidak

    bersedia bergabung dalam penelitian, subjek yang memiliki hipersensitivitas

    terhadap vitamin B, berpartisipasi dalam uji klinis yang lain, dan kehamilan atau

    rencana untuk hamil selama penelitian berlangsung.

    Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan menggunakan data sekunder profil pasien

    (seperti nomor rekam medis, nama, usia, dan jenis kelamin), diagnosis penyakit

    lain (hipertensi dan diabetes melitus), konsumsi obat lain (anti-hipertensi,

    anti-diabetes, dan asam folat), serta kadar homosistein pada visit 1, 2, dan 3 yang

    diambil melalui rekam medis hasil laboratorium pasien gagal ginjal kronis yang

    menjalani hemodialisis dan telah mendapatkan terapi vitamin B1, B6, dan B12

    secara parenteral selama 4 minggu di Rumah Sakit Bethesda dan Rumah Sakit

    Panti Rapih Yogyakarta.

    Analisis Statistik

    Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat karakteristik subjek dan

    deskripsi data kadar homosistein pada visit 1, 2, dan 3, kemudian dilanjutkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    analisis statistik secara komputerisasi menggunakan bantuan software SPSS untuk

    melihat pengaruh penggunaan vitamin B terhadap kejadian hiperhomosisteinemia

    subjek dalam bentuk proporsi dengan analisis McNemar’s. Hasil analisis data

    yang diperoleh kemudian dibahas dalam bentuk uraian dan tabel.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Data Dasar dan Karakteristik Subjek

    Penelitian ini melibatkan sebanyak 117 pasien yang memenuhi kriteria

    inklusi dan eksklusi. Hasil pemeriksaan yang didapatkan pada waktu sebelum

    dilakukan pemberian vitamin B (visit 1) dan pada minggu kedua setelah

    pemberian vitamin B (visit 2) diambil dari keseluruhan 117 subjek tersebut. Pada

    minggu keempat setelah pemberian vitamin B (visit 3), terdapat 1 orang yang

    tidak berhasil mengikuti penelitian hingga selesai, sehingga jumlah subjek yang

    dapat diteliti pada visit 3 berkurang menjadi 116 orang.

    Tabel I. Karakteristik subjek

    Karakteristik Kategori

    Jumlah

    Subjek

    (n=117)

    Persentase

    Jenis Kelamin Laki-laki 76 64,96%

    Perempuan 41 35,04%

    Usia

  • 7

    berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 41 subjek dengan persentase 35,04%.

    Berarti mayoritas penderita gagal ginjal kronis dalam penelitian ini didominasi

    oleh jenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan data dari Kemenkes RI (2017)

    yang menyatakan bahwa prevalensi penyakit gagal ginjal kronis secara

    keseluruhan di Indonesia pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari pada perempuan

    (0,2%). Jenis kelamin laki-laki beresiko mengalami gagal ginjal kronik dua kali

    lipat lebih besar dibandingkan perempuan, kemungkinan disebabkan karena

    perempuan lebih menjaga pola hidup sehat dari pada laki-laki (Pranandari dan

    Supadmi, 2015).

    Apabila dilihat dari pembagian rentang usia, subjek penelitian dapat

    dibagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya adalah usia 45-59 tahun (usia

    paruh baya), 60-74 tahun (lanjut usia), 75-89 tahun (usia tua), dan lebih dari 90

    tahun (sangat tua) (Kam dan Power, 2015). Terdapat 33 subjek (28,205%) yang

    termasuk dalam golongan usia

  • 8

    Penyakit hipertensi berhubungan dengan kejadian gagal ginjal kronis, di mana

    tekanan darah yang tinggi secara berkelanjutan lama-kelamaan akan dapat

    menyempitkan dan merusak arteri di sekitar ginjal. Arteri yang rusak tidak dapat

    mengalirkan darah secara maksimal ke jaringan ginjal, sehingga dapat

    menyebabkan atau memperburuk progresivitas gagal ginjal (AHA, 2019).

    Sebaliknya, penurunan laju filtrasi glomerulus akan mengaktifkan sistem saraf

    simpatis dan/atau RAAS sehingga menghasilkan hipertensi yang tidak terkontrol

    (Cheng et al, 2016) Selain itu di sisi lain, diabetes dapat memicu terjadinya

    komplikasi secara mikrovaskuler yang dapat menyebabkan nefropati dan dapat

    berlanjut menjadi gagal ginjal (WHO, 2019).

    Tabel II. Konsumsi Obat Anti-hipertensi

    Obat Anti-hipertensi Jumlah Subjek Persentase

    Jenis Obat Golongan Jenis

    Obat Golongan

    Jenis

    Obat Golongan

    Amlodipine Calcium

    channel

    blocker

    (CCB)

    60

    68

    51,28%

    58,12% Diltiazem 7 5,98%

    Nifedipine 3 2,56%

    Irbesartan Angiotensin

    receptor

    blocker

    (ARB)

    45

    51

    38,46%

    43,59% Candesartan 5 4,27%

    Valsartan 1 0,85%

    Furosemide

    Diuretik

    47

    49

    40,17%

    41,88% Spironolactone 2 1,71%

    Hidrochlorothiazid 1 0,85%

    Clonidine Agonis α2

    adrenergik 16 16 13,68% 13,68%

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    Untuk gambaran pemakaian obat-obatan lain yang digunakan oleh subjek

    pada penelitian ini, terdapat beberapa golongan dan jenis obat anti-hipertensi

    seperti calcium channel blocker (CCB), angiotensin receptor blocker (ARB),

    diuretik, dan agonis α2 adrenergik. Calcium channel blocker (CCB) terdiri dari

    Amlodipine yang dikonsumsi oleh 60 subjek (51,28%), Diltiazem sebanyak 7

    subjek (5,98%), dan Nifedipine sebanyak 3 subjek (2,56%). Total subjek yang

    mendapatkan obat anti-hipertensi golongan CCB adalah sebanyak 68 orang

    (58,12%), dengan adanya 2 orang yang mengkonsumsi lebih dari satu jenis obat

    dalam golongan CCB (1 orang mengkonsumsi Amlodipine dan Nifedipine serta 1

    orang lagi mengkonsumsi Amlodipine dan Diltiazem). Kemudian terdapat

    golongan angiotensin receptor blocker (ARB) yang terdiri dari Irbesartan yang

    dikonsumsi oleh 45 subjek (38,46%), Candesartan sebanyak 5 subjek (4,27%),

    dan Valsartan sebanyak 1 subjek (0,85%). Total subjek yang mendapatkan obat

    anti-hipertensi golongan ARB adalah sebanyak 51 orang (43,59%). Selanjutnya

    adalah golongan diuretik yang terdiri dari Furosemide yang dikonsumsi oleh 47

    subjek (40,17%), Spironolactone sebanyak 2 subjek (1,71%), dan

    Hidrochlorothiazide sebanyak 1 subjek (0,85%). Total subjek yang mendapatkan

    obat anti-hipertensi golongan diuretik adalah 49 orang (41,88%), di mana terdapat

    1 orang yang mengkonsumsi lebih dari satu jenis obat dalam golongan diuretik

    (Furosemide dan Spironolactone). Sementara Clonidine merupakan obat

    anti-hipertensi golongan agonis α2 adrenergik yang dikonsumsi oleh sebanyak 16

    orang subjek (13,68%).

    Strategi pengendalian tekanan darah telah menjadi metode yang

    disarankan untuk mengontrol tekanan darah dan mengurangi kerusakan ginjal.

    Dalam 10 tahun terakhir, pedoman di beberapa negara seperti Amerika, Eropa,

    dan Jepang telah mengedepankan dan merevisi beberapa rekomendasi kontrol

    tekanan darah untuk proteksi ginjal. Pedoman-pedoman ini merekomendasikan

    penggunaan terapi kombinasi termasuk ACEI/ARB dengan CCB dan ACEI/ARB

    dengan diuretik (Cheng et al, 2016).

    Dari studi yang dilakukan oleh Liu et al, 2017, pemberian ACEI atau

    ARB dapat mengurangi hilangnya fungsi ginjal, terutama untuk pasien dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    dialisis peritoneal. Perbandingan secara tidak langsung menunjukkan bahwa

    pengobatan dengan ARB diperkirakan dapat mengurangi angka kejadian

    kardiovaskular (seperti gagal jantung) pada pasien hemodialisis, sedangkan tidak

    dengan ACEI.

    Anti-hipertensi golongan agonis simpatis sistem saraf pusat (seperti

    metildopa, guanabenz, guanfacine, dan clonidine) lebih jarang digunakan untuk

    mengontrol tekanan darah karena tingginya tingkat efek samping yang merugikan

    pasien. Efek samping ini termasuk mulut kering, disfungsi ereksi, kelelahan, dan

    hipertensi rebound. Clonidine merupakan agonis simpatis utama yang masih

    digunakan dalam populasi hemodialisis, terutama pada pasien dengan hipertensi

    yang sulit terkontrol dan pasien dengan hipertensi yang signifikan selama

    hemodialisis. Beberapa nefrologis menyatakan bahwa patch clonidine dapat

    ditoleransi dengan baik dan efektif, sehingga frekuensi penggunaan dosis

    clonidine secara oral dapat diturunkan (Inrig, 2010).

    Tabel III. Konsumsi Obat Anti-diabetes

    Obat Anti-diabetes Jumlah Pasien

    Persentase

    Jenis Obat Golongan Jenis

    Obat Golongan

    Jenis

    Obat Golongan

    Insulin - 10 10 8,54% 8,54%

    Acarbose α-glukosidase

    inhibitor 5 5 4,27% 4,27%

    Gliquidone

    Sulfonilurea

    7

    10

    5,98%

    8,54%

    Glimepiride 3 2,56%

    Untuk obat anti-diabetes terdapat 3 golongan yang digunakan, yaitu

    insulin, α-glukosidase inhibitor, dan sulfonilurea. Terdapat 10 orang (8,54%) yang

    menggunakan insulin, 5 orang (4,27%) yang menggunakan α-glukosidase

    inhibitor (acarbose), dan 10 orang (8,54%) yang menggunakan sulfonilurea

    (gliquidone 7 orang (5,98%) dan glimepiride 3 orang (2,56%)).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    Diabetes merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler yang menjadi

    penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas bagi pasien yang menjalani

    hemodialisis. Meskipun telah banyak kemajuan di bidang pengobatan dan terapi

    pengganti ginjal, laju mortalitas para pasien hemodialisis masih tergolong tinggi,

    yaitu sebanyak 10% dari tahun pertama dilakukannya dialisis. Pasien dengan

    diabetes memiliki kesempatan bertahan hidup kurang lebih hanya separuh dari

    pasien-pasien lain yang tidak mengidap diabetes (JBDS-IP, 2016).

    Beberapa bidang terkait perawatan diabetes pada pasien hemodialisis

    masih kurang dipahami, termasuk target kontrol gula darah dan algoritma terapi

    untuk mencapai target tersebut. Manajemen farmakologi diabetes bagi pasien

    dengan gagal ginjal stadium akhir terbatasi oleh sedikitnya jumlah terapi yang

    dapat dipilih. Seringkali, insulin digunakan sebagai satu-satunya opsi terapi yang

    tersedia, dan walaupun selama penggunaan insulin dapat dilakukan manajemen

    gula darah secara hati-hati, pasien tetap beresiko mengalami hipoglikemia dan

    variabilitas glikemik individu (JBDS-IP, 2016).

    Selain anti-hipertensi dan anti-diabetes, terapi lain yang banyak

    digunakan oleh subjek dalam penelitian ini adalah asam folat. Dari 117 orang

    terdapat 102 orang (87,18%) yang menggunakan asam folat. Asam folat

    merupakan bentuk sintetis dari vitamin B9 yang berperan penting dalam proses

    konversi dari homosistein menjadi metionin. Pasien gagal ginjal kronis

    membutuhkan terapi asam folat karena kekurangan asam folat akan menyebabkan

    penurunan konversi homosistein, sehingga kadar homosistein di dalam darah

    meningkat dan meningkatkan juga resiko penyakit kardiovaskuler pada pasien

    tersebut (Cianciolo et al, 2017).

    Terapi hanya dengan asam folat saja tetap masih tidak cukup untuk

    menurunkan hiperhomosisteinemia yang diderita oleh pasien gagal ginjal kronik

    pada penelitian ini, karena dapat dilihat dari baseline kadar homosistein pada visit

    1 yang tetap tinggi sebelum pemberian intervensi, sehingga tetap perlu diberikan

    terapi tambahan untuk menurunkan hiperhomosisteinemia yang dialami pasien,

    yaitu terapi vitamin B1, B6, dan B12 parenteral.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    Deskripsi Data Kadar Homosistein

    Kadar rata-rata hemoglobin yang didapatkan pada visit 1 adalah 23,34 ±

    8,56 μmol/L, dengan rentang kadar sebesar 40,58 μmol/L (6,43 μmol/L - 47,01

    μmol/L). Pada visit 2 didapatkan rata-rata kadar homosistein menurun sebanyak

    48,84% menjadi 11,94 μmol/L (± 3,77 μmol/L), dengan rentang kadarnya sebesar

    17,89 μmol/L (3,94 μmol/L - 21,83 μmol/L). Untuk visit 3 rata-rata kadar

    homosisteinnya sedikit meningkat dibanding visit 2 (2,01%) namun masih jauh

    lebih rendah dari pada visit 1 (47,81%), yaitu sebesar 12,18 μmol/L ± 4,41

    μmol/L. Rentang kadarnya adalah sebesar 22,39 μmol/L (2,83 μmol/L - 25,22

    μmol/L.

    Pengaruh Pemberian Vitamin B terhadap Proporsi Hiperhomosisteinemia

    Analisis McNemar’s dilakukan dengan SPSS untuk melihat apakah

    pemberian vitamin B dapat menurunkan proporsi hiperhomosisteinemia setelah

    pemberian 2 minggu (perbandingan visit 1 dan visit 2) serta setelah pemberian 4

    minggu (perbandingan visit 1 dan visit 3). Data dibuat dalam bentuk dikotomus

    yaitu dilambangkan dengan 2 kode yang berbeda, misalnya kode angka 0 dan 1

    (Adedokun and Burgess, 2012). Pada penelitian ini, pasien yang mengalami

    hiperhomosisteinemia (kadar homosistein >15 μmol/L) dilambangkan dengan

    kode angka 1, sedangkan pasien yang tidak hiperhomosisteinemia dilambangkan

    dengan kode angka 0.

    Gambar 1. Grafik penurunan proporsi hiperhomosisteinemia

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Hasil keluaran analisis McNemar’s yaitu crosstab visit 1 dan 2, crosstab

    visit 1 dan 3, serta nilai signifikansi. Dari hasil crosstab visit 1 ke visit 2,

    mayoritas subjek (83 dari 117 orang atau 70,94%) mengalami perubahan dari

    hiperhomosisteinemia menjadi tidak hiperhomosisteinemia. Sisanya, 13 orang

    tidak mengalami hiperhomosisteinemia dan 21 orang tetap mengalami

    hiperhomosisteinemia pada visit 2. Dari visit 1 ke visit 3, jumlah orang yang

    mengalami perubahan dari hiperhomosisteinemia menjadi tidak

    hiperhomosisteinemia yaitu 77 orang dari 116 orang (66,38%). 13 orang masih

    tidak mengalami hiperhomosisteinemia. Hingga visit 3 terdapat 26 orang yang

    tetap mengalami hiperhomosisteinemia.

    Data menunjukkan bahwa jumlah pasien yang tetap mengalami

    hiperhomosisteinemia dari visit 2 ke visit 3 bertambah (sebanyak 5 orang). Hal ini

    dapat terjadi karena menurut penelitian Amin et al, 2016, profil homosistein

    pasien dapat meningkat secara signifikan pada tahap terakhir penyakit ginjal

    kronis meskipun sebelumnya telah menurun. Walapun begitu tetap terdapat

    perubahan yang bermakna untuk pemberian vitamin B dilihat dari nilai

    signifikansi hasil analisis McNemar’s yaitu 0,000 baik setelah pemberian selama 2

    minggu (visit 1 dan visit 2) maupun 4 minggu (visit 1 dan 3). Hasil yang

    bermakna dapat dilihat dari nilai signifikansi yang kurang dari 0,05 (Adedokun

    and Burgess, 2012).

    Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa pemberian vitamin

    B1, B6, dan B12 dalam jangka waktu 2 minggu maupun 4 minggu dapat

    menurunkan proporsi hiperhomosisteinemia secara bermakna pada pasien gagal

    ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Hasil ini sesuai dengan penelitian

    Tayebi et al, 2016 yang menginvestigasi efek pemberian suplemen vitamin B12

    terhadap kadar homosistein serum pada pasien yang menjalani hemodialisis.

    Setelah 8 minggu, median kadar homosistein pada pasien yang diberikan

    intervensi berupa vitamin B12 intravena sebanyak dua kali seminggu berkurang

    secara signifikan apabila dibandingkan dengan kontrol yang tidak mendapat

    intervensi apapun.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Pasien yang menderita penyakit ginjal kronis memiliki prevalensi tinggi

    untuk mengalami defisiensi vitamin B12. Defisiensi vitamin B12 diasosiasikan

    dengan terjadinya beberapa penyakit, contohnya anemia serta kelainan-kelainan

    neurologis seperti timbulnya gejala kesemutan, mati rasa, kehilangan

    keseimbangan, dan tubuh terasa lemah (Patil et al, 2016). Selain itu, defisiensi

    vitamin B12 juga dapat menyebabkan terjadinya hiperhomosisteinemia karena

    terganggunya transferensi radikal metil 5-MTHF dalam jalur remetilasi

    homosistein melalui metionin sintase (Venancio et al, 2010).

    Hiperhomosisteinemia juga dapat disebabkan oleh kekurangan vitamin

    yang lain seperti vitamin B6. Kurangnya vitamin B6 akan menghambat konversi

    homosistein menjadi sistein oleh enzim CBS (cystathionine beta synthase) dan

    γ-cystathionase yang diaktivasi oleh vitamin B6 di dalam jalur trans-sulfurasi.

    Kondisi ini akan mendukung terjadinya akumulasi homosistein intraseluler, yang

    kemudian akan berpindah menuju kompartemen ekstraseluler, dan pada akhirnya

    menyebabkan peningkatan konsentrasi homosistein yang tersirkulasi dalam

    peredaran darah. Proses ini akan dapat mencegah toksisitas intraseluler, akan

    tetapi di sisi lain dapat membahayakan sistem vaskuler karena adanya kelebihan

    homosistein tersebut (Venancio et al, 2010). Oleh karena itu, dapat diberikan

    terapi tambahan vitamin B untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi karena

    kekurangan vitamin ini.

    Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat dipantaunya lama

    waktu pasien menjalani hemodialisa sebelum penelitian berlangsung. Selain itu

    penelitian ini hanya berfokus pada komorbiditas hipertensi dan diabetes serta obat

    anti-hipertensi, anti-diabetes, dan asam folat, sehingga tidak semua jenis

    obat-obatan lain yang dikonsumsi dan komorbiditas yang dialami pasien dibahas

    di dalam penelitian ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    KESIMPULAN

    Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian vitamin B1, B6, dan

    B12 parenteral dalam jangka waktu 2 minggu maupun 4 minggu dapat

    menurunkan proporsi hiperhomosisteinemia secara bermakna pada pasien gagal

    ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.

    SARAN

    Vitamin B1, B6, dan B12 parenteral dapat dipertimbangkan

    penggunaannya oleh para klinisi sebagai terapi tambahan untuk mengurangi

    terjadinya komplikasi penyerta yang kerap kali terjadi pada pasien dengan gagal

    ginjal kronis yang menjalani hemodialisa, yaitu hiperhomosisteinemia. Saran

    untuk penelitian berikutnya dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih

    panjang, sekaligus menganalisis komorbiditas selain hipertensi dan diabetes

    melitus serta obat-obatan lain yang dikonsumsi selain anti-hipertensi,

    anti-diabetes, dan asam folat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    DAFTAR PUSTAKA

    Abbott, 2017, ARCHITECT Homocysteine [Package Insert], Abbott Laboratories,

    Illinois, p. 1.

    Adedokun, O. A., and Burgess, W. D., 2012. Analysis of Paired Dichotomous

    Data: A Gentle Introduction to the McNemar Test in SPSS, Journal of

    MultiDisciplinary Evaluation, 8 (17): 125-131.

    AHA, 2019. How High Blood Pressure Can Lead to Kidney Damage or Failure,

    https://www.heart.org/en/health-topics/high-blood-pressure/health-threats

    -from-high-blood-pressure/how-high-blood-pressure-can-lead-to-kidney-

    damage-or-failure, diakses pada 17 April 2019.

    Aisara, S., Azmi, S., dan Yanni, M., 2018. Gambaran Klinis Penderita Penyakit

    Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil

    Padang, Jurnal Kesehatan Andalas, 7 (1): 42.

    Alexander, N., Matsushita, K., Sang, Y., Ballew, S., Mahmoodi, B. K., Astor, B.

    C., & Coresh, J., 2015. Kidney measures with diabetes and hypertension

    on cardiovascular disease: the Atherosclerosis Risk in Communities

    Study. American journal of nephrology, 41(4-5), 409–417.

    Amin, H.K., El-Sayed, M.I.K. and Leheta, O.F., 2016, Homocysteine as a

    predictive biomarker in early diagnosis of renal failure susceptibility and

    prognostic diagnosis for end stages renal disease. Renal failure, 38(8),

    pp. 1267-1275.

    Amini, M., Khosravi, M., Baradaran, H. R., & Atlasi, R. 2015. Vitamin B12

    supplementation in end stage renal diseases: a systematic

    review. Medical journal of the Islamic Republic of Iran, 29, 167.

    Basheer, M.P., Soopy, K., Pradeep Kumar, K.M., Sreekumaran, E. and

    Ramakrishna, T., 2016. Vitamin B complex and homocysteine status and

    Cognitive impairment in the elderly among Indian population. Journal of

    Neuroscience and Behavioral Health, 8(4), pp.20-26.

    CDC, 2019, Chronic Kidney Disease (CKD) Surveillance System,

    https://nccd.cdc.gov/CKD/FactorsOfInterest.aspx?type=Age, diakses

    pada 27 April 2019.

    Chao, M.C., Hu, S.L., Hsu, H.S., Davidson, L.E., Lin, C.H., Li, C.I., Liu, C.S., Li,

    T.C., Lin, C.C. and Lin, W.Y., 2014, Serum homosistein level is

    positively associated with chronic kidney disease in a Taiwan Chinese

    population, Journal of nephrology, 27(3): 299-305.

    Cheng, Y., Huang, R., Kim, S., Zhao, Y., Li, Y., & Fu, P., 2016, Renoprotective

    effects of renin-angiotensin system inhibitor combined with calcium

    channel blocker or diuretic in hypertensive patients: A

    PRISMA-compliant meta-analysis. Medicine, 95(28), e4167.

    Cianciolo, G., De Pascalis, A., Di Lullo, L., Ronco, C., Zannini, C. and La

    Manna, G., 2017. Folic acid and homocysteine in chronic kidney disease

    and cardiovascular disease progression: which comes first. Cardiorenal

    medicine, 7(4), pp.255-266.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    Debreceni, B., & Debreceni, L., 2014, The Role of Homocysteine-Lowering

    B-Vitamins in the Primary Prevention of Cardiovascular Disease,

    Cardiovascular Therapeutics, 32 (3): 130-138.

    Ganguly, P., & Alam, S. F., 2015, Role of homocysteine in the development of

    cardiovascular disease. Nutrition Journal, 14, 6.

    http://doi.org/10.1186/1475-2891-14-6

    Hill, N. R., Fatoba, S. T., Oke, J. L., Hirst, J. A., O’Callaghan, C. A., Lasserson,

    D. S., dan Hobbs, F. D. R., 2016, Global Prevalence of Chronic Kidney

    Disease - A Systematic Review and Meta-Analysis, PLoS ONE, 11 (7):

    1.

    Inrig J., 2010, Antihypertensive agents in hemodialysis patients: a current

    perspective. Seminars in dialysis, 23(3), 290–297.

    JBDS-IP, 2016, Management of adults with diabetes on the haemodialysis unit,

    UK: Joint British Diabetes Societies for inpatient care, p. 17, 39.

    Kam, P. and Power, I., 2015. Principles of Physiology for the Anaesthetist, New

    York: CRC Press, p. 433.

    Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan

    Pengembangan Kesehatan, hal. 95.

    Kemenkes RI, 2017. InfoDATIN: Situasi Penyakit Ginjal Kronis, Jakarta: Pusat

    Data dan Informasi Kemenkes RI, hal. 3.

    Liu, Y., Ma, X., Zheng, J., Jia, J., & Yan, T., 2017, Effects of

    angiotensin-converting enzyme inhibitors and angiotensin receptor

    blockers on cardiovascular events and residual renal function in dialysis

    patients: a meta-analysis of randomised controlled trials. BMC

    nephrology, 18(1), 206.

    Makowski, G. S., 2015, Advances in Clinical Chemistry, Vol. 72, Burlington:

    Academic Press, pp. 78-80.

    Patil, R.G., Bhosle, D.G. and Malik, R.A., 2016, Vitamin B12 deficiency in

    chronic kidney disease. IOSR J Dent Med Sci, 15(9): 22-25.

    Pranandari, S. dan Supadmi, W., 2015, Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik di Unit

    Hemodialisis RSUD Wates Kulon Progo, Majalah Farmaseutik, 11 (2):

    316-320.

    Sahu, A., Gupta, T., Kavishwar, A. and Singh, R.K., 2015, Cardiovascular

    diseases risk prediction by homocysteine in comparison to other markers:

    a study from Madhya Pradesh, Journal of the Association of Physicians

    of India, 63: 37-40.

    Saposnik, G., Ray, J.G., Sheridan, P., McQueen, M., Lonn, E. and HOPE 2

    Investigators, 2009. Homocysteine-lowering therapy and stroke risk,

    severity, and disability: additional findings from the HOPE 2 trial.

    Stroke, 40(4), pp.1365-1372.

    Sharma, S., 2014, Nursing Research and Statistics, Reed Elsevier India Private

    Limited, India, p. 224.

    Sullivan, K.M., 2019, Sample Size for a Proportion or Descriptive Study,

    https://www.openepi.com/SampleSize/SSPropor.htm, diakses pada 17

    Januari 2019.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Surahman, Rachmat, M., dan Supardi, S., 2016, Modul Bahan Ajar Cetak

    Farmasi: Metodologi Penelitian, Kemenkes RI, Jakarta, hal. 79.

    Tayebi, A., Biniaz, V., Savari, S., Ebadi, A., Shermeh, M.S., Einollahi, B. and

    Rahimi, A., 2016. Effect of Vitamin B 12 supplementation on serum

    homocysteine in patients undergoing hemodialysis: A randomized

    controlled trial. Saudi Journal of Kidney Diseases and

    Transplantation, 27(2), p.256.

    Venancio, L.D.S., Burini, R.C. and Yoshida, W.B., 2010. Dietary treatment of

    hyperhomocysteinemia in peripheral arterial disease. Jornal Vascular

    Brasileiro, 9(1): 28-41.

    Webster, A. C., Nagler, E. V., Morton, R. L., dan Masson, P., 2017. Chronic

    Kidney Disease. The Lancet, 389 (10075): 1238.

    WHO, 2019. Diabetes Programme,

    https://www.who.int/diabetes/action_online/basics/en/index3.html,

    diakses pada 18 April 2019.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Ethical Clearance

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Lampiran 3. Sertifikat Clinical Epidemiology & Biostatistics Unit

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    Lampiran 4. Perhitungan Kalkulator Estimasi Besar Sampel

    https://www.openepi.com/SampleSize/SSPropor.htm

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Lampiran 5. Data Dasar dan Kadar Homosistein Pasien

    No. No. RM Inisial Usia

    (tahun)

    Jenis

    Kelamin

    Penyakit Lain Riwayat Pengobatan

    Kadar Homosistein

    (μmol/L)

    Visit

    1

    Visit

    2

    Visit

    3 HTN DM

    1. 0114923 S 59 L + - Anemolat 1 mg (3x sehari p.o.)

    Amlodipine 5 mg (1x sehari p.o.) 45,95 14,13 10,95

    2. 01993714 GM 59 L + +

    Anemolat 1 mg (2x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Acarbose 50 mg (2x sehari)

    Candesartan 8 mg (1x sehari)

    25,78 12,91 9,18

    3. 02014614 P 47 L + -

    Anemolat 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Irbesartan 150 mg (1x sehari)

    22,84 7,06 10,03

    4. 01095869 AP 60 L + - Anemolat 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari) 22,36 10,29 10,63

    5. 01043905 BTP 56 L + -

    Anemolat 1 mg (3x sehari)

    Irbesartan 150 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    30,73 9,91 10,89

    6. 01161683 S 49 P + +

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 5 mg (1x sehari)

    Levemir (Insulin) 14 IU (1x sehari)

    12,97 6,68 6,06

    7. 02055659 S 45 L + + Anemolat 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari) 27,56 13,53 7,39

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    8. 01167759 DW 47 L + +

    Folic Acid 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 5 mg (1x sehari)

    Acarbose 50 mg (1x sehari)

    Irbesartan 150 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    30,29 10,59 10,59

    9. 00654676 AC 49 L + +

    Acidum Folicum 1 mg (1x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Clonidine 150 mg (2x sehari)

    24,31 12,7 14,83

    10. 01046262 DL 54 P + + Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.) 20,79 9,03 10,01

    11. 02022646 S 48 P - -

    Acidum Folicum 5 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Irbesartan 150 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    33,23 13,68 15,76

    12. 01971847 W 57 L + +

    Anemolat 1 mg (3x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    46,59 19,51 20,62

    13. 01173230 N 48 L + +

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Glimepiride 1 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (2x sehari p.o.)

    40,9 19 22,69

    14. 02001588 T 69 L + -

    Anemolat 1 mg (3x sehari p.o.)

    Amlodipine 5 mg (1x sehari p.o.)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    34,32 11,14 10,75

    15. 0202915 RA 26 P + - Folic Acid 1 mg (3x sehari) oral 20,52 8,17 7,37

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral

    Furosemid 40 mg (1x sehari) oral

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    16. 00662790 FR 30 L + - Anemolat 1 mg (1x sehari) oral

    Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral 22,97 8,89 10,1

    17. 01146006 ES 38 L - - Folic Acid 1 mg (3x sehari) oral 25,28 8,58 9,86

    18. 01050144 VPTJ 49 L + + Folic Acid 1 mg (3x sehari) oral 24,18 15,47 14,58

    19. 02014275 R 39 L + -

    Folic Acid 5 mg (3x sehari) oral

    Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral

    Irbesartan 300 mg (1x sehari) oral

    40,76 14,75 17,42

    20. 01942565 S 41 L + -

    Folic Acid 1 mg (3x sehari) oral

    Amlodipine 10 mg (1x sehari oral)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari) oral

    21,27 6,67 4,84

    21. 02061667 K 50 P + - Acidum Folicum 1 mg (3x sehari) oral

    Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral 19,23 8,87 6,41

    22. 02063274 J 59 P - -

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari) oral

    Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral

    Furosemid 40 mg (1x sehari) oral

    Irbesartan 300 mg (1x sehari) oral

    24,49 6,08 6

    23. 01938508 KAR 65 L + +

    Anemolat 1 mg (3x sehari) oral

    Irbesartan 300 mg (1x sehari) oral

    Acarbose 50 mg (1x sehari) oral

    32,57 14,46 17,8

    24. 01090866 BI 59 L + -

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    17,66 5,72 8,51

    25. 0103891 SI 66 L + - Anemolat 1 mg (3x sehari)

    Candesartan 8 mg (1x sehari) 14,01 8 6,92

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    26. 0201123 PS 59 L + - Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari) 39,88 16,53 21,31

    27. 00156228 EEP 55 P + + Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari) 30,92 9,96 8,52

    28. 01134839 G 47 L + -

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Candesartan 16 mg (1x sehari)

    23,76 8,79 7,7

    29. 01984186 R 54 L + +

    Anemolat 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Lantus solostar (Insulin) 12 IU (1x

    sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari)

    18,2 8,13 9,57

    30. 01132605 M 54 P + - Anemolat 1 mg (3x sehari)

    Furosemid 40 mg (2x sehari) 15,71 8,05 7,1

    31. 00455253 SW 64 P - - Folavit 400 mcg (3x sehari) 16,56 9,83 7,8

    32. 010926338 IS 49 L + +

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    44,87 15,57 14,91

    33. 00150000 BHS 65 L + - - 17,21 14,8 9,83

    34. 019943523 S 49 L + - Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari) 23,87 9,95 11,26

    35. 00998942 YDR 56 L + -

    Anemolat 1 mg (2x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Furosemid 40mg (1x sehari)

    16,57 9,91 9,48

    36. 01117311 W 59 L + -

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Gliquidon 15mg (1x sehari)

    19,68 12,42 11,34

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Candesartan 16mg (1x sehari)

    37. 01042474 KR 53 P - +

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Glurenorm (Gliquidone) 30mg (1x

    sehari)

    16,43 8,11 9,43

    38. 02056549 MNS 42 L + - Anemolat 1 mg (2x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari) 21,29 9,07 8,69

    39. 00602535 AM 47 P + - Acidum Folicum 1 mg (3x sehari) 28,85 10,71 13,6

    40. 02042528 R 52 P + -

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Glimepiride 2 mg (1x sehari)

    Adalat Oros (nifedipine) 30 mg (1x

    sehari)

    Clonidine 150mg (2x sehari)

    Furosemid 40 mg (2x sehari p.o.)

    16,39 8,75 8,56

    41. 01711396 WS 62 L + - Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Lasix (furosemide) 40 mg (3x sehari) 17,25 20,72 12,25

    42. 01155915 S 55 L + -

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    32,39 10,6 10,78

    43. 02047347 MML 28 P + - Anemolat 1 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.) 18,49 10,42 11,75

    44. 00979889 HS 62 L + +

    Anemolat 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)

    Acarbose 50 mg (1x sehari)

    34,28 15,51 17,28

    45. 02061809 DAHP 49 L + + Acidum Folicum 1 mg (1x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari) 25,41 14,18 9,07

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Levemir (Insulin) 20 IU (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    46. 00675134 TM 53 P + - Acidum Folicum 1 mg (1x sehari) 22,27 9,84 9,72

    47. 01991130 SM 43 P + -

    Acidum Folicum 1 mg (1x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    26,11 8,8 7,73

    48. 00573128 YK 27 L + -

    Anemolat 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    21,05 12,75 12,11

    49. 01105917 HS 40 L + -

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Clonidine 150 mg (2x sehari)

    22,27 9,94 9,61

    50. 02013538 S 65 P + +

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    26,5 11,82 10,71

    51. 02014042 S 65 L + -

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Nifedipine 10 mg (saat dibutuhkan)

    Spironolactone 25 mg (1x sehari)

    21,77 10,74 10,85

    52. 00695343 S 63 L + -

    Acidum Folicum 400 mcg (3x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Lasix (furosemide) 40 mg (1x sehari)

    20,31 16,29 15,26

    53. 01963216 S 64 L + +

    Anemolat 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)

    Glimepiride 2 mg (1x sehari)

    23,58 13,99 15,69

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    54. 02023270 EB 30 L + - Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.) 29,75 15,89 18,03

    55. 01119082 SY 51 P + -

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    21,96 8,74 8,47

    56. 02025522 R 56 L + -

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Irbesartan 150 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    23,14 17,62 13,39

    57. 02008826 EC 38 P + -

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    6,43 4,33 2,83

    58. 01082005 ABS 40 L + -

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    Spironolaktone 25 mg (1x sehari)

    Candesartan 8mg (1x sehari)

    18,72 13,02 13,94

    59. 00475093 EM 61 L + -

    Anemolat 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    15,95 9,05 7,94

    60. 00155785 BS 60 L + + Anemolat 1 mg (3x sehari) 18,56 13,36 15,62

    61. 01901503 WN 39 L + + Anemolat 1 mg (3x sehari) 12,77 9,37 9,87

    62. 01906346 ML 61 P - - Anemolat 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.) 24,2 7,64 10,12

    63. 02003808 AP 44 L + + Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.) 25,44 11,19 11,42

    64. 01016672 AS 57 P + +

    Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    Glurenorm (Gliquidone) 30 mg

    24,1 10,32 13,68

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    65. 02009535 S 65 P + + Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.) 19,17 12,76 14,87

    66. 01129152 DJ 52 L + +

    Anemolat 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    35,72 17,3 12,78

    67. 450445

    KY 38 L + -

    Folic Acid 1 mg (2x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (tiap pagi)

    Clonidin 0,15 mg (2x sehari)

    Diltiazem 200 mg (1x sehari)

    14,5 9,67 8,5

    68. 1011241 RJ 54 L + +

    Anemolat 1 mg (3x sehari)

    Irbesartan 300 mg (tiap malam)

    Gliquidon 30 mg (1/2 tab tiap pagi)

    Furosemid 40 mg (tiap pagi)

    Diltiazem 200 mg (tiap pagi)

    19,63 12,82 15,46

    69. 947713 M 65 L + -

    Folic Acid 1 mg (3x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    17,66 9,64 9,79

    70. 450206 BS 64 L + - - 26,1 18,56 25,22

    71. 928745 H 61 L + -

    Folic Acid 1000 mikrogram (2xsehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (tiap pagi)

    18,52 10,83 11,7

    72. 897982 M 58 P + -

    Folic Acid 1000 mikrogram (3x

    sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (tiap pagi)

    16,49 9,8 11,66

    73. 180982 WR 64 L + - Clonidine 0,15 mg (2x sehari) 20,43 12,76 14,57

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Diltiazem Hcl 100 mg (1x sehari)

    74. 240897 TG 66 P + +

    (not

    ongoing)

    Folic acid 1 mg (3x sehari)

    Diltiazem 200 mg (1x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    18,28 8,7 8,97

    75. 528129 TA 51 P + - Folic Acid 1 mg (3x sehari)

    Clonidine 0,15 mg (1x sehari) 18,61 15,19 15,45

    76. 359674 HD 38 P - -

    Folic Acid 1000 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Coaprovel (Irbesartan dan

    Hidrochlorthiazide) 300 mg/12,5 (1x

    sehari)

    26,1 14,05 15,29

    77. 571874 SYB 82 L - -

    Folic Acid 1 mg (2x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (tiap pagi hari)

    24,15 14,54 13,5

    78. 887575 RTH 43 P + -

    Folic Acid 1 mg (2x sehari)

    Clonidine 0,15 mg (2x sehari)

    Furosemid 40 mg (tiap pagi)

    20,74 17,33 24,72

    79. 923490 HP 56 L + - - 16,21 9,22 10,03

    80. 876676 SP 39 L +

    (not

    ongoing) - Folic Acid 1 mg (3x sehari) 27,87 13,62 18,17

    81. 632196 NK 59 P + +

    Folic Acid 1000 mg (2x sehari p.o.)

    Amlodipine 5 mg (1x sehari p.o.)

    Insulin 14 IU (tiap pagi)

    23,13 11,97 12,12

    82. 864971 MU 61 P - - - 28,75 21,83 19,05

    83. 996572 AE 27 P + - Folic Acid 1 mg (2x sehari)

    Diltiazem 100 mg (2x sehari) 10,08 3,94 5,05

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    84. 810126 RW 27 L + +

    Folic Acid 1 mg (3x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Insulin novomix 30 IU (2x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    18,16 9,83 11,53

    85. 301169 ES 64 L + +

    Anemolat 1 mg (3x sehari)

    Clonidin 0,15 mg mg 3x sehari

    Acarbose 50 mg 3x sehari

    Gliquidone 30 mg 3x sehari

    Irbesartan 150 mg (1x sehari)

    Nifedipine 30 mg tiap pagi

    22,46 10,21 10

    86. 074193 RV 59 L + -

    Folic Acid 1000 mikrogram (1xsehari)

    Irbesartan 150 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (tiap pagi)

    17,12 10,76 10,41

    87. 306130 IN 46 P + -

    Folic Acid 1 mg (2x sehari)

    Aprovel (Irbesartan) 150 mg (1x

    sehari)

    Lasix (Furosemide) 40 mg (tiap pagi)

    14,53 10,88 9,66

    88. 127269 P 59 P + +

    Folic Acid 1 mg (3x sehari)

    Insulin 16 UI (tiap malam)

    Clonidin 0,15 mg (3x sehari)

    22,27 14,79 15,11

    89. 948718 S 61 L - - Folic Acid 1000 mg (1x sehari) 26,5 14,2 16,61

    90 078990 RM 60 P + +

    (not

    ongoing)

    Folic Acid 1 mg (3x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari) 26,91 17,99 21,22

    91. 255741 HU 51 L + -

    Folic Acid 1 mg (2x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Furosemide 40 mg (1x sehari)

    17,93 11,19 11,04

    92. 304533 RT 68 P - + Folic Acid 1 mg (1x sehari) 19,96 11,37 10,9

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    (not

    ongoing)

    93. 248797 PH 63 P - + Folic Acid 1 mg (3x sehari)

    Insulin 10 IU (3x sehari subkutan) 30,87 18,1 19,1

    94. 979048 I 51 L + -

    Folic Acid 1000 mikrogram (3x

    sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (tiap pagi p.o.)

    18,77 12,2 13,1

    95. 112680 WH 32 L - - Folic Acid 1 mg (3x sehari) 25,23 13,96 -

    96. 856483 L 36 L - - Folic Acid 1 mg (3x sehari) 20,27 11,04 11,49

    97. 858928 W 37 L + -

    Folic Acid 1 mg (3x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)

    Clonidin 0,15 mg (1x sehari)

    25,86 9,61 10,17

    98. 298418 PS 67 L + + - 47,01 21,28 22,5

    99. 8422994 SHI 66 P +

    (not ongoing)

    - Folic Acid 1 mg (2x sehari) 16,98 12,97 12,86

    100. 80440 ID 30 P + - Folic Acid 1 mg (3x sehari) 16,29 11,42 12,82

    101. 1053053 YY 70 L + - Folic Acid 1 mg (2x sehari)

    Furosemid 40 mg (2x sehari) 38,98 13,85 13,57

    102. 393400

    S 61 L - +

    Folic Acid 1 mg (1x sehari)

    Amlodipine 5 mg (tiap pagi)

    Insulin 12 IU (3x sehari)

    Furosemide 40 mg (2x sehari)

    13,19 14,25 13,19

    103. 559146 HR 74 L + +

    Folic Acid 1 mg (1x sehari)

    Amlodipine 5 mg (1x sehari)

    Gliquidon 30 mg 1/2 tab (1x sehari)

    8,88 5,16 5,02

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    104. 931419 LAM 43 L + +

    Folic Acid 1 mg (2x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Irbesartan 150 mg (1x sehari)

    Insulin 6 IU (2x sehari subkutan)

    20,81 8,5 9,38

    105. 684613 S 57 P + +

    Folic Acid 1 mg (3x sehari)

    Clonidine 0,15 mg (3x sehari)

    Gliquidon 10 mg (3x sehari p.o.)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    15,21 10,48 10,99

    106. 080835 YU 67 L - +

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Insulin 12 IU (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (tiap pagi)

    17,31 9,36 8,9

    107. 991699 ABD 19 P + -

    Folic Acid 1 mg (3x sehari)

    Irbesartan 300 mg (1x sehari)

    Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)

    Clonidine 0,15 mg (1x sehari)

    Amlodipine 10 mg (1x sehari)

    15,83 6,88 6,9

    108. 973789

    R 58 L + -

    Folic Acid 1 mg (2x sehari) oral

    Irbesartan 300 mg (300 mg setiap pagi

    oral)

    Furosemide 40 mg (1x sehari) oral

    Amlodipine 10 mg (setiap sore) oral

    13,14 8,34 11,43

    109. 693198

    AT 32 L + -

    Amlodipine 5 mg (1x sehari) oral

    Clonidine 0,15 mg (2x sehari) oral

    Irbesartan 150 mg (1x sehari) oral

    8 14,21 13,95

    110. 1037533 M 51 P + - Folic Acid 1 mg (2x sehari) oral

    Irbesartan 150 mg (setiap pagi) oral 13,12 10,15 7,73

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    111. 8782325 TS 53 P + -

    Folic Acid 1 mg (2x sehari) oral

    Irbesartan 300 mg (1x sehari) oral

    Diltiazem HCl 200 mg (1x sehari oral)

    13,69 8,68 9,46

    112. 210565 BS 38 L + - Folic Acid 1 mg (2x sehari) oral

    Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral 23,64 11,37 12,09

    113. 894470 SAD 43 P - - Clonidin 0,15 mg (1x sehari) oral 38,12 19,95 17,96

    114. 866110 MKO

    V 35 L + -

    Folic Acid 1 mg (1x sehai) oral

    Amlodipine 5 mg (1x sehari) oral

    Diltiazem 100 mg (1x sehari) oral

    Clonidin 0,15 mg (3x sehari) oral

    17,32 14,45 14,38

    115. 964796 W 57 L + - Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral

    Clonidin 0,15 mg (1x sehari) oral 42,04 14,77 14,42

    116. 1036671 DS 27 L - - Valsartan 160 mg (1x sehari) oral

    Furosemid 40 mg (tiap pagi) oral 46,24 21,46 24,21

    117. 134720 NS 36 L - - - 31,88 16,06 17,02

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    Lampiran 6. Input data SPSS dalam Kode Angka 0 dan 1

    Visit 1 Visit 2 Visit 3

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    0 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 1

    1 1 1

    1 1 1

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 1 0

    1 0 1

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 1

    Visit 1 Visit 2 Visit 3

    1 0 0

    0 0 0

    1 1 1

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 1 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 1 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 1 1

    1 0 0

    1 0 0

    Visit 1 Visit 2 Visit 3

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 1 1

    1 0 1

    1 1 1

    1 0 0

    1 1 0

    0 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 1

    0 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 1 0

    0 0 0

    1 0 1

    1 0 0

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Visit 1 Visit 2 Visit 3

    1 1 1

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 1 1

    1 0 1

    1 0 0

    1 1 1

    1 0 0

    1 0 1

    1 0 0

    1 1 1

    0 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    0 0 0

    1 0 1

    1 0 1

    1 1 1

    1 0 0

    1 0 0

    1 1 1

    1 0 0

    Visit 1 Visit 2 Visit 3

    1 0 -

    1 0 0

    1 0 0

    1 1 1

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    0 0 0

    0 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    1 0 0

    0 0 0

    0 0 0

    0 0 0

    0 0 0

    1 0 0

    1 1 1

    1 0 0

    1 0 0

    1 1 1

    1 1 1

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    Lampiran 7. Definisi Operasional

    Variabel Definisi operasional Skala

    Proporsi

    hiperhomosisteinemia

    Data hiperhomosisteinemia (> 15

    μmol/L) dalam bentuk proporsi

    diperiksa dengan metode

    ARCHITECT Homocysteine,

    didapat dari rekam medis

    Kontinyu

    Vitamin B1, B6, dan

    B12 parenteral

    Vitamin B1, B6, dan B12 dua kali

    seminggu setelah hemodialisis

    Nominal

    Gagal ginjal kronis Berdasarkan diagnosis dokter,

    sudah mengalami hemodialisis

    Nominal

    Usia Usia yang tercatat di rekam medis Kontinyu

    Jenis kelamin Jenis kelamin pasien dilihat dari

    catatan rekam medis.

    Nominal

    Hipertensi

    (komorbiditas)

    Pasien menderita hipertensi

    (tekanan darah > 140/90 atau

    mengonsumsi obat anti-HT dilihat

    dari catatan rekam medis)

    Nominal

    Diabetes melitus

    (komorbiditas)

    Pasien menderita diabetes melitus

    (GDP > 110, GD2PP >125, atau

    mengonsumsi obat anti-DM

    dilihat dari catatan rekam medis)

    Nominal

    Obat-obatan lain

    (anti-hipertensi,

    anti-diabetes, asam

    folat)

    Obat anti-hipertensi, anti-diabetes,

    dan asam folat yang dikonsumsi

    pasien dari catatan rekam medis

    Nominal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    BIOGRAFI PENULIS

    Penulis naskah skripsi yang berjudul “Dampak Pemberian

    Vitamin B1, B6, B12 Parenteral terhadap Proporsi

    Hiperhomosisteinemia Pasien Gagal Ginjal Kronik RS

    Bethesda dan Panti Rapih Yogyakarta” bernama lengkap

    Kiki Amelia, lahir di Surakarta, 11 Oktober 1997,

    merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan

    Edy Setiyanto dan Lida Kaswary. Penulis menempuh

    pendidikan formal di SD Kristen Widya Wacana II

    Jamsaren (2003-2009), SMP Pangudi Luhur Bintang Laut

    Surakarta (2009-2012), dan SMK Analis Kesehatan Nasional Surakarta (2012-2015).

    Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

    Dharma pada tahun 2015. Selama masa perkuliahan, penulis pernah mengikuti

    kegiatan Kampanye Informasi Obat (KIO) sebagai volunteer dan menjadi Asisten

    Dosen Kimia Organik pada tahun 2016.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI