137
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ASAM FOLAT, VITAMIN B 6 , DAN B 12 DENGAN KADAR HOMOSISTEIN PADA PASIEN LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Gizi Kesehatan Oleh: Ika Susanti NIM 0910730010 JURUSAN ILMU GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA i

Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

  • Upload
    eni-ta

  • View
    184

  • Download
    7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

vitamin

Citation preview

Page 1: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ASAM FOLAT, VITAMIN B6, DAN B12

DENGAN KADAR HOMOSISTEIN PADA PASIEN LUPUS ERITEMATOSUS

SISTEMIK

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Gizi Kesehatan

Oleh:

Ika Susanti

NIM 0910730010

JURUSAN ILMU GIZI KESEHATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

i

Page 2: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ASAM FOLAT, VITAMIN B6, DAN B12

DENGAN KADAR HOMOSISTEIN PADA PASIEN LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

Oleh:

Ika Susanti0910730010

Telah diuji pada:Hari : RabuTanggal : 16 Januari 2013Dan dinyatakan lulus oleh:

Penguji I

Dr. dr. Tinny Endang Hernowati, SpPK NIP. 19521225 198002 2 001

Penguji II/Pembimbing I Penguji III/Pembimbing II

dr. Maimun Zulhaidah A., M.Kes, SpPK Agustiana Dwi I., SKM., M.BiomedNIP. 19700526 199702 2 005 NIK. 120 183 486

Mengetahui,Ketua Jurusan Ilmu Gizi Kesehatan

ii

Page 3: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

Dr. dr. Endang Sriwahyuni, MSNIP. 19521008 198003 2 00

iii

Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang tanpa batas untukku

Page 4: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

KATA PENGANTAR

Dengan memanjakan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida

Sang Hyang Widhi atas anugerah yang telah diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Hubungan Antara Asupan Asam Folat,

Vitamin B6 dan B12 Terhadap Kadar Homosistein Pada Pasien Lupus

Eritematosus Sistemik”. Atas kebesaran dan keagungan-Nya penulis

mendapatkan kelancaran dalam menyusun tugas akhir ini.

Ketertarikan penulis akan topik ini didasari oleh pentingnya asam folat,

vitamin B6 dan B12 dalam metabolisme homosistein. Hiperhomosistein pada

pasien LES memiliki peranan dalam timbulnya penyakit komplikasi. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan asam folat, vitamin B6 dan

B12 dengan kadar homosistein.

Dengan terselesaikannya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dr. Dr. Karyono Mientarom, Sp.PA, selaku dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya yang telah memberikan saya kesempatan menuntut

ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

2. Dr. dr. Endang Sriwahyuni, MS selaku ketua Jurusan Ilmu Gizi Kesehatan

yang telah memberikan saya kesempatan menuntut ilmu di Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya

3. Dr. dr. Kusworini, M.Kes yang telah mengizinkan saya ikut serta dalam

pohon penelitian.

4. dr. Maimun Zulhaidah A., M.Kes, SpPK sebagai pembimbing pertama

yang telah memberi nasihat dan bimbingan untuk menyusun tugas akhir

dengan baik sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini

5. Agustiana Dwi I., SKM., M.Biomed sebagai pembimbing kedua yang telah

memberi nasihat dan bimbingan untuk menyusun tugas akhir dengan

baik, dan senantiasa memberikan semangat sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Dr. dr. Tinny Endang Hernowati, SpPK sebagai ketua tim penguji Tugas

Akhir

iv

Page 5: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

7. Para analisis di laboratorium kawi dan kakak-kakak S2 biomedik terutama

kak tita dan kak azaria yang telah membantu saya dalam menyelesaikan

penelitian ini.

8. Keluarga yang tercinta Bapak Misadi, Ibu Surati dan adek Dwi Prasetyo

9. Penyemangatku I Nyoman Widi Artana, S.T yang senantiasa memberikan

motivasi dalam mengerjakan tugas akhir ini

10. Semua pasien LES yang bersedia membantu sebagai responden.

11. Teman-teman gizi 2009, kakak-kakak gizi 2008 serta teman kos terusan

cikampek yang selalu membantu memberi informasi dan dukungan serta

semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini

12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini jauh dari sempurna, oleh

karena itu, kritik dan saran membangun selalu dinanti. Semoga tugas akhir ini

dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan mahasiswa gizi pada

khususnya.

Malang, Januari 2013

Penulis

v

Page 6: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

ABSTRAK

Susanti, Ika. 2013. Hubungan Antara Asupan Asam Folat, Vitamin B6 dan B12

dengan Kadar Homosistein Pada Pasien Lupus Eritematosus Sistemik. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) dr. Maimun Zulhaidah A., M.Kes, SpPK. (2) Agustiana Dwi I., SKM., M.Biomed.

Homosistein merupakan non protein sulfhydryl amino acid yang metabolismenya terletak pada persimpangan antara jalur transulfurasi dan remetilasi biosintesis metionin. Asam folat, vitamin B6 dan Vitamin B12 merupakan zat gizi yang berperan dalam metabolisme homosistein. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa asupan Asam folat, vitamin B6 dan Vitamin B12 dapat menurunkan kadar homosistein pada pasien Lupus Eritematosus Sistemik. Penelitian observasional dengan menggunakan metode cross sectional dilakukan pada pasien LES wanita dengan usia 18-45 tahun yang berkunjung ke Poliklinik Rematologi Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan metode consecutive sampling dengan jumlah sampel total sebanyak 29 responden. Data diolah dan dianalisis menggunakan analisis bivariate. Uji statistik menggunakan pearson correlation. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 7 pasien LES (n=29) dengan hiperhomosisteinemia. Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan Asam folat terhadap kadar homosistein (p<0,001; r=-0,749), vitamin B6 dengan kadar homosistein (p<0,001; r=-0,693) dan vitamin B12 dengan kadar homosistein (p<0,001; r=-0,670). Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara asupan asam folat, vitamin B6

dan vitamin B12 dengan kadar homosistein pada pasien Lupus Eritematosus Sistemik. Berdasarkan penelitian ini, disarankan agar pasien LES mengkonsumsi bahan makanan sumber Asam folat, vitamin B6 dan Vitamin B12 seperti biji-bijian sereal, sayuran hijau, kacang-kacangan, buah-buahan terutama jeruk, protein hewani, makanan laut, dan susu.

Kata kunci: asam folat, vitamin B6, vitamin B12, homosistein, Lupus Eritematosus Sistemik

vi

Page 7: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

ABSTRACT

Susanti, Ika. 2013. The Relationship between Intake of Folic Acid, Vitamin B6, B12 and Homocysteine Levels of Patients with Systemic Lupus Erythematosus. Final Assignment. Nutrition Program, Medical Faculty Brawijaya University. Supervisor: (1) dr. Maimun Zulhaidah A., M.Kes, SpPK. (2) Agustiana Dwi I., SKM., M.Biomed

Homocysteine is a non protein sulfhydryl amino acid which has metabolism in intersection between transulfuration and remethylation pathway in methionine biosynthesis. Folic acid, vitamin B6, and vitamin B12 are a nutrients that play a role in metabolism of homocysteine. This study was aimed to determine that intake of folic acid, vitamin B6 and vitamin B12 can decrease homocysteine levels of patients with Systemic Lupus Erythematosus. This observational study uses cross sectional performed in female SLE patients who were 18-45 years old and were visiting Polyclinic of Rheumatology Saiful Anwar General Hospital Malang. The sample was carried out by consecutive sampling method with total sample of 29 respondents. Data were processed and analyzed using bivariate analysis and Pearson correlation was used as the statistical testing method. The results showed that there were 7 SLE petients (n=29) with hiperhomosisteinemia. In addition, there was significant correlation between intake of folic acid on homocysteine levels (p <0.001; r =-0.749), vitamin B6 and homocysteine levels (p <0.001; r=-0.693) and vitamin B12 and homocysteine levels (p <0.001; r= -0.670). In other words, this study conclusion is there are a significant correlation between intake of folic acid, vitamin B6, vitamin B12 and homocysteine levels of patients with Systemic Lupus Erythematosus. Based on this study, it is recommended that SLE patients consume food which contain folic acid, vitamin B6 and vitamin B12

such as cereal grains, green vegetables, nuts, fruits especially citrus, animal protein, seafood, and dairy.

Key word: folic acid, vitamin B6, vitamin B12, homocysteine, Systemic Lupus Erythematosus

vii

Page 8: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

DAFTAR ISI

Halaman

Judul ............................................................................................................... i

Lembar Pengesahan ...................................................................................... ii

Lembar Peruntukan ........................................................................................ iii

Kata Pengantar .............................................................................................. iv

Abstrak ........................................................................................................... vi

Abstract .......................................................................................................... vii

Daftar Isi ......................................................................................................... viii

Daftar Tabel ................................................................................................... xii

Daftar Gambar ............................................................................................... xiii

Daftar Lampiran ............................................................................................. xiv

Daftar Singkatan ............................................................................................ xv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3

1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................... 3

1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 4

1.4.1 Manfaat Akademis .............................................................. 4

1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................... 4

viii

Page 9: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

ix

Page 10: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lupus Eritematosus Sistemik (LES) ............................................ 5

2.1.1 Pengertian LES .................................................................. 5

2.1.2 Diagnosis LES .................................................................... 5

2.1.3 Faktor Risiko ....................................................................... 6

2.1.4 Patofisiologi ........................................................................ 7

2.1.5 Manifestasi Klinis ................................................................ 8

2.2 Homosistein ................................................................................. 9

2.2.1 Definisi ................................................................................ 9

2.2.2 Metabolisme ....................................................................... 10

2.3 Lupus Eritematosus Sistemik, Stress Oksidatif dan Homosistein 12

2.4 Asam Folat ................................................................................... 13

2.4.1 Absorpsi, Metabolisme, dan Simpanan Asam Folat ........... 14

2.4.2 Fungsi Asam Folat .............................................................. 16

2.4.3 Kecukupan Asam Folat ...................................................... 17

2.4.4 Sumber Asam Folat ............................................................ 17

2.5 Vitamin B6 .................................................................................... 18

2.5.1 Absorpsi, Metabolisme, dan Simpanan Vitamin B6 ............ 19

2.5.2 Fungsi Vitamin B6 ............................................................... 19

2.5.3 Kecukupan Vitamin B6 ........................................................ 20

2.5.4 Sumber Vitamin B6 .............................................................. 21

2.6 Vitamin B12 ................................................................................... 21

2.6.1 Fungsi Vitamin B12............................................................... 22

2.6.2 Absorpsi, Metabolisme, dan Simpanan Vitamin B12............ 23

2.6.3 Kecukupan Vitamin B12 ....................................................... 23

x

Page 11: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

2.6.4 Sumber Vitamin B12 ............................................................ 24

2.7 Asam Folat, Vitamin B6, Vitamin B12, dan Homosistein ............... 25

2.8 Dietary Assessment ..................................................................... 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 29

3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 30

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian ................................................................. 31

4.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 31

4.3 Penentuan Variabel Penelitian .................................................... 32

4.4 Lokasi dan Waktu ........................................................................ 32

4.5 Bahan dan Instrumen Penelitian ................................................. 33

4.5.1 Asupan Asam Folat, Vitamin B6, dan Vitamin B12 ............... 33

4.5.2 Kadar Homosistein ............................................................. 33

4.5.3 Pengolahan Data ................................................................ 34

4.6 Definisi Operasional .................................................................... 34

4.7 Prosedur Penelitian ..................................................................... 35

4.7.1 Pengisian Kuesioner ........................................................... 35

4.7.2 Pengukuran Kadar Homosistein ......................................... 35

4.8 Analisa Data ................................................................................ 37

4.9 Diagram Alur Penelitian ............................................................... 39

xi

Page 12: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1 Karakteristik Responden ............................................................. 40

5.2 Lama Penyakit yang Diderita ....................................................... 41

5.3 Asupan Zat Gizi ........................................................................... 41

5.3.1 Karakteristik Tingkat Asupan Asam Folat, Vitamin B6

dan Vitamin B12 ................................................................... 42

5.4 Homosistein ................................................................................. 43

5.5 Hubungan Asupan Asam Folat, Vitamin B6 dan Vitamin B12

Dengan Kadar Homosistein ......................................................... 45

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Responden ............................................................. 47

6.2 Tingkat Asupan Makan ................................................................ 48

6.3 Hubungan Asupan Asam Folat dengan Kadar Homosistein........ 49

6.4 Hubungan Asupan Vitamin B6 dengan kadar homosistein .......... 50

6.5 Hubungan Asupan Vitamin B12 dengan kadar homosistein ......... 51

6.6 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 52

BAB 7 PENUTUP

7.1 Kesimpulan .................................................................................. 53

7.2 Saran ........................................................................................... 54

Daftar Pustaka ............................................................................................... 55

Lampiran ...................................................................................................... 59

xii

Page 13: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Angka kecukupan asam folat yang dianjurkan ............................... 17

Tabel 2.2 Nilai asam folat bahan makanan (µg/100 gram) ............................ 18

Tabel 2.3 Angka kecukupan asam folat yang dianjurkan ............................... 20

Tabel 2.4 Kandungan vitamin B6 beberapa bahan makanan (mg/100 gram) 21

Tabel 2.5 Angka kecukupan Vitamin B12 yang dianjurkan ............................. 24

Tabel 2.6 Kandungan vitamin B12 beberapa bahan makanan (µg/100 gram) 25

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan golongan umur dan status gizi 40

Tabel 5.2 Lama LES ...................................................................................... 41

Tabel 5.3 Konsumsi Obat dan Suplemen ...................................................... 42

Tabel 5.4 Distribusi asupan zat gizi dan presentase kecukupan

berdasarkan AKG 2005 ................................................................. 43

Tabel 5.5 Distribusi Asupan Asam Folat, Vitamin B6 dan Vitamin B12 ............ 44

Tabel 5.6 Distribusi kadar homosistein responden ........................................ 46

xiii

Page 14: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Patofosiologi LES ....................................................................... 8

Gambar 2.2 Struktur Homosistein .................................................................. 10

Gambar 2.3 Metabolisme homosistein ........................................................... 11

Gambar 2.4 Mekanisme gangguan imun menimbulkan

Hiperhomosisteinemia ............................................................... 13

Gambar 2.5 Struktur kimia Asam Folat .......................................................... 14

Gambar 2.6 Metabolisme Asam Folat ............................................................ 15

Gambar 2.7 Struktur kimia vitamin B6 ............................................................ 18

Gambar 2.8 Struktur kimia vitamin B12 ........................................................... 22

Gambar 2.9 Vitamin B12 dalam transfer gugus metil

via S-Adenosylation (SAM) ....................................................... 22

Gambar 5.1 Kurva Standart ........................................................................... 44

Gambar 5.2 Distribusi kadar homosistein berdasarkan kategori asupan ...... 45

xiv

Page 15: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Pernyataan Kelaikan Etik ............................................................ 59

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ................................................................... 60

Lampiran 3 Data Karakteristik Responden .................................................... 66

Lampiran 4 Hasil Uji Analisis Statistik ............................................................ 67

Lampiran 5 Nilai SLEDAI ............................................................................... 71

Lampiran 6 Alur Pengukuran Homosistein ..................................................... 73

xv

Page 16: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

DAFTAR SINGKATAN

ACR = American College of Reumatology

AKG = Angka Kecukupan Gizi

anti-nRNP = anti nuclear ribonuclear protein

anti-Sm = anti Small nuclear ribonuclear protein

APCs = antigen presenting cells

CAD = Coronary Artery Disease

HLA = Human Leucocyte Antigen

IMT = Index Massa Tubuh

LES = Lupus Eritematosus Sistemik

MDA = Malondialdehyde

MHC = Major Histocompatibility Complex

OD = Optical Density

SAH = S-adenosylhomocysteine

SAM = S-adenosylmethionine

SLEDAI = Systemic Lupus Erythematosus Disease Activity Index

SLICC = Systemic Lupus International Co-operating Clinics

SQ-FFQ = Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire

THFA = Tetrahidrofolic Acid

URT = Ukuran Rumah Tangga

xvi

Page 17: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit autoimun

sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap autoantigen,

pembentukan kompleks imun, dan disregulasi sistem imun yang

berhubungan dengan berbagai manifestasi klinis serta kerusakan jaringan

(D’cruz et al., 2007). Sampai saat ini penyebab LES belum diketahui

secara jelas, ada dugaan faktor genetik, infeksi, dan lingkungan ikut

berperan pada patofisiologi LES (Rahman dan Isenberg, 2008).

Peningkatan kadar imunoglobulin G (IgG) terhadap nuclear atau

antinuclear antibody (ANA) merupakan tanda khas dari penderita LES

(Koskenmies, 2004).

Menurut Yayasan Lupus Indonesia penderita LES diperkirakan

mencapai 5 juta orang di seluruh dunia sedangkan di Indonesia ada

sekitar 10.114 kasus dengan rentang umur 15-45 tahun. LES lebih sering

ditemukan pada ras-ras tertentu seperti bangsa Afrika-Amerika, Cina, dan

Filipina. Prevalensi LES di Amerika kira-kira 1 kasus per 2000 populasi

(Bartels et al., 2012). Penelitian yang dilakukan di Jakarta pada tahun

2004 menunjukkan bahwa penderita terbanyak adalah wanita (94,6 %)

(Komalig dkk., 2008). Sedangkan penelitian oleh Kalim (1996) di RSUD

Dr Saiful Anwar Malang melaporkan five-year survifal rate penderita LES

1

Page 18: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

sekitar 68%. Hal ini menunjukkan tingkat mortalititas penderita LES masih

cukup tinggi.

Tingkat mortalitas yang tinggi disebabkan oleh perjalanan penyakit

maupun komplikasi. Komplikasi yang muncul pada penderita LES meliputi

gangguan sistemik, gangguan pada ginjal, saluran cerna, mata,

trombosis, kematian janin dan kardiovaskuler (Hahn, 2005). Penyakit

kardiovaskuler menyebabkan morbiditas dan mortalitas sebesar 6.1%

hingga 8.9% pada penderita LES (Cassidy, 2001 dalam Prado et al.,

2006). Hiperhomosistein terkait dengan timbulnya penyakit pembuluh

darah koroner, serebral dan perifer serta deep-vein thrombosis. Penyakit

kardiovaskuler dapat terjadi pada pasien dengan hiperhomosistein dan

disertai penyakit autoimun (Lazzerini et al., 2007).

Homosistein merupakan non protein sulfhydryl amino acid yang

metabolismenya terletak pada persimpangan antara jalur transulfurasi

dan remetilasi biosintesis metionin (Cattaneo, 2000). Asam folat, vitamin

B6 dan Vitamin B12 merupakan zat gizi yang berperan dalam metabolisme

homosistein. Asam folat dan vitamin B12 dibutuhkan saat proses remetilasi

metionin sedangkan vitamin B6 berperan dalam proses transulfurasi

(McKay et al., 2000; Pusparini, 2002). Penelitian oleh Frick et al. (2003)

menemukan bahwa penurunan kadar folat, vitamin B6 dan vitamin B12

dalam plasma memicu terjadinya hiperhomosisteinnemia.

Asupan asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12 berpengaruh

terhadap kadarnya dalam plasma. Namun peningkatan stres oksidatif

yang terjadi pada penderita LES mampu memicu terjadinya oksidasi

sensitivitas asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12 dalam plasma (Fuchs et

2

Page 19: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

al., 2001; Shen et al., 2009). Menurunnya sensitivitas asam folat, vitamin

B6 dan vitamin B12 berperan dalam terjadinya hiperhomosistein

(Schroecksnadel et al., 2003). Selain zat gizi, kadar homosistein juga

dipengaruhi oleh faktor genetik, umur, jenis kelamin, fungsi ginjal, dan

penyakit (Pusparini, 2002). Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan

untuk menentukan hubungan antara asupan asam folat, vitamin B6 dan

vitamin B12 dengan kadar homosistein pada pasien LES.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah terdapat hubungan antara penurunan asupan asam folat

dengan peningkatan kadar homosistein pasien LES?

b. Apakah terdapat hubungan antara penurunan asupan vitamin B6

dengan peningkatan kadar homosistein pasien LES?

c. Apakah terdapat hubungan antara penurunan asupan vitamin B12

dengan peningkatan kadar homosistein pasien LES?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

a. Menentukan hubungan antara penurunan asupan asam folat, vitamin

B6 dan B12 dengan peningkatan kadar homosistein pasien LES

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Menentukan hubungan antara penurunan asupan asam folat dengan

peningkatan kadar homosistein pasien LES

3

Page 20: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

b. Menentukan hubungan antara penurunan asupan vitamin B6 dengan

peningkatan kadar homosistein pasien LES

c. Menentukan hubungan antara penurunan asupan vitamin B12 dengan

peningkatan kadar homosistein pasien LES

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Akademis

a. Pengembangan ilmu

Menambah wawasan tentang hubungan asupan asam folat, vitamin

B6 dan vitamin B12 dengan kadar homosistein pasien LES

b. Penelitian

Sebagai bahan rujukan dan titik tolak untuk penelitian lebih lanjut

mengenai kadar homosistein pada pasien LES

1.4.2 Manfaat Praktis

Dengan diketahui adanya hubungan asupan asam folat, vitamin B6

dan vitamin B12 dengan kadar homosistein pada pasien LES, maka

diharapkan dapat mengantisipasi kejadian komplikasi akibat

hiperhomosisteinemia pada pasien LES sejak dini dan juga dapat

dijadikan sebagai patokan dalam pemberian terapi dari segi diet.

4

Page 21: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lupus Eritematosus Sistemik (LES)

2.1.1 Pengertian LES

Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit keradangan

multisistem yang penyebabnya diduga karena adanya perubahan sistem

imun (Albar, 2001). Penyakit ini ditandai dengan peningkatan sistem

kekebalan tubuh sehingga antibodi yang seharusnya ditujukan untuk

melawan bakteri maupun virus yang masuk ke dalam tubuh berbalik

merusak organ tubuh (Sukmana, 2004). Lupus Eritematosus Sistemik

tergolong dalam penyakit collagen-vascular yaitu suatu kelompok

penyakit yang melibatkan sistem muskuloskeletal, kulit, dan pembuluh

darah yang mempunyai banyak manifestasi klinik (Delafuente, 2002).

2.1.2 Diagnosis LES

American Rheumatism Association telah nenetapkan 11 kriteria

kelainan yang terjadi dalam mendiagnosis LES. Dikatakan menderita LES

bila terjadi 4 dari 11 kriteria kelainan. Kriteria ini dikemukan oleh Dr

Graham Hughes, American College of Reumatology (ACR) tahun 1982

yang telah diupdate pada tahun 1997 yaitu : ruam malar, ruam diskoid,

fotosensitifitas, ulser pada rongga mulut, artritis, serositis, gangguan pada

5

Page 22: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

6

ginjal, gangguan pada sistem saraf, gangguan perdarahan, gangguan

imunologis, antibodi antinuklear (Hochberg, 1997)

2.1.3 Faktor Risiko

Genetik dan faktor lingkungan merupakan faktor risiko dari LES

(Albar, 2001; Herfindal et al., 2000). Pasien dengan homozigot dan

memiliki latar belakang etnik tertentu memiliki risiko lebih tinggi terkena

LES. Di New Zealand, etnis kulit putih lebih berisiko dibandingkan dengan

etnis Polynesian (Bartels, 2006). Menurut Pisetsky (1997) dalam Mok dan

Lau (2003) kejadian LES pada saudara kembar identik lebih tinggi (25-

50%) dari pada kembar non-identik atau dizigot (5%). Gen yang memiliki

kontribusi besar terhadap kejadian LES adalah Major Histocompatibility

Complex (MHC) terutama Human Leucocyte Antigen (HLA) DR2 dan HLA

DR3. Human Leucocyte Antigen terkait dengan munculnya autoantibodi

seperti anti Small nuclear ribonuclear protein (anti-Sm), anti-Ro, anti-La,

anti nuclear ribonuclear protein (anti-nRNP) dan antibodi anti-DNA.

Semua autoantibodi tersebut memicu perkembangan penyakit.

Faktor lingkungan yang meningkatkan risiko LES meliputi jenis

kelamin, paparan sinar UV, infeksi dan penggunaan obat yang tentunya

didasari oleh faktor genetik. Penelitian yang dilakukan terhadap pasien

LES di Jakarta menunjukkan penyakit infeksi terutama ISPA adalah yang

paling banyak (58,9%) menyebabkan LES, stres (85,6%), yang bekerja di

luar rumah yang langsung terpajan sinar matahari (22,3%). Penggunaan

obat yang memiliki risiko LES adalah golongan amoksisilin/ampisilin

(63,1%), disusul golongan antipiretik/analgetik (36,6%), paling sedikit

golongan hidralazin (0,9%) (Komalig, 2004).

Page 23: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

7

2.1.4 Patofisiologi

Pada pasien LES terjadi gangguan respons imun yang

menyebabkan aktivasi sel B, peningkatan jumlah sel yang menghasilkan

antibodi, hipergamaglobulinemia, produksi autoantibodi, dan

pembentukan kompleks imun (Mok dan Lau, 2003). Aktivasi sel T dan sel

B disebabkan oleh stimulasi antigen spesifik baik yang berasal dari luar

seperti bahan-bahan kimia, DNA bakteri, antigen virus, fosfolipid dinding

sel atau yang berasal dari dalam yaitu protein DNA dan RNA. Antigen ini

dibawa oleh antigen presenting cells (APCs) atau berikatan dengan

antibodi pada permukaan sel B. Kemudian diproses oleh sel B dan APCs

menjadi peptida dan dibawa ke sel T melalui molekul HLA yang ada di

permukaan. Sel T akan teraktivasi dan mengeluarkan sitokin yang dapat

merangsang sel B untuk membentuk autoantibodi yang patogen. Interaksi

antara sel B dan sel T serta APCs dan sel T terjadi dengan bantuan

sitokin, molekul CD 40, CTLA-4  (Epstein, 1998; Singh, 2003). Sel T pada

SLE juga mengalami gangguan berupa berkurangnya  produksi IL-2 dan

hilangnya respon terhadap rangsangan pembentukan IL-2 yang dapat

membantu meningkatkan ekspresi sel T (Gambar 2.1).

Page 24: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

8

Gambar 2.1 Patofosiologi LES (Mok dan Lau, 2003)

Gangguan sistem imun pada LES dapat berupa gangguan klirens

kompleks imun, gangguan pemrosesan kompleks imun dalam hati, dan

penurunan up-take kompleks imun pada liver. Adanya gangguan klirens

menyebabkan meningkatnya paparan antigen terhadap sistem imun dan

terjadinya deposisi kompleks imun. Peristiwa ini menyebabkan aktivasi

komplemen yang menghasilkan  mediator-mediator keradangan yang

menimbulkan reaksi radang. Reaksi radang inilah yang menyebabkan

timbulnya keluhan/gejala pada organ atau tempat yang bersangkutan

seperti ginjal, sendi, pleura, pleksus koroideus, kulit, dan sebagainya

(Albar, 2001; Mok dan Lau, 2003).

2.1.5 Manifestasi Klinis

Tingkat harapan hidup penderita LES semakin lama semakin

turun. Hal ini dibuktikan dengan penelitian di Toronto menunjukkan

Page 25: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

9

penderita LES setelah 5 tahun terdiagnosa harapan hidup sebesar 92%,

10 tahun setelah terdiagnosa 82%, 15 tahun setelah terdiagnosa 76%

dan 20 tahun setelah terdiagnosa 68%. Aktivitas dari penyakit dan

kerusakan kronik pada penderita LES menurunkan kualitas hidup dan

kemampuan fungsional. Systemic Lupus International Co-operating

Clinics (SLICC) melaporkan meningkatnya risiko kematian akibat

kerusakan kronis sudah terlihat sejak 2 tahun terdiagnosa. Penelitian di

Birmingham menunjukkan komplikasi yang terjadi pada pasien sering

melibatkan sistem muskuloskeletal (15%), neuropsychiatric (11%) dan

kardiovaskuler (9%) sedangkan sistem yang sedikit terpengaruh adalah

keganasan (3%), diabetes mellitus (3%) dan premature gonadal failure

(2%) (Gordon, 2002). Coronary artery disease (CAD) merupakan

komplikasi kardiovaskuler yang sering muncul. Petri et al. (2000)

melaporkan 6-54% penderita LES mengalami CAD dan tingkat

mortalitasnya sebesar 3-45%.

Hiperhomosistein terkait dengan timbulnya penyakit pembuluh

darah koroner, serebral dan perifer serta deep-vein thrombosis (Lazzerini

et al., 2007). Akumulasi homosistein yang berlebih akan menghambat

jalur anti koagulan protein C, menurunkan produksi NO, dan oksidasi LDL

mengakibatkan disfungsi endotel yang diikuti aktivasi trombosis dan

pembentukan trombus sehingga timbul arterotrombosis (Gugun, 2008).

2.2 Homosistein

2.2.1 Definisi

Homosistein (2 amino 4 mercaptobutanoic acid) merupakan non

protein sulfhydryl amino acid yang metabolismenya terletak pada

Page 26: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

10

persimpangan antara jalur transsulfurasi dan remetilasi biosintesis

metionin (Cattaneo, 2000). Homosistein terdapat dalam beberapa bentuk

meliputi sulfhidril atau bentuk tereduksi (homosistein) dan disulfida atau

bentuk teroksidasi (homosistin). Bentuk teroksidasi (homosistin) terdapat

paling banyak dalam plasma (98 – 99%) dan bentuk tereduksi hanya 1%

dalam plasma (Refsum, 2004).

Gambar 2.2 Struktur Homosistein (Refsum, 2004)

Faktor yang mempengaruhi metabolisme homosistein antara lain

faktor genetik, umur, jenis kelamin, fungsi ginjal, zat gizi dan penyakit

seperti psoriasis dan keganasan (Pusparini, 2002). Hiperhomosistein

berkaitan erat dengan penyakit vaskuler. Penelitian oleh Irawan dkk.

(2005) di RS Sardjito – Yogyakarta membuktikan bahwa

hiperhomosisteinnemia menjadi faktor risiko yang signifikan terhadap

terjadinya penyakit jantung koroner.

2.2.2 Metabolisme

Homosistein merupakan asam amino yang mengandung sulfur

dan sebagai hasil antara metabolisme metonin melalui dua jalur yaitu

remetilasi yang menghasilkan metionin dan transulfurasi yang

menghasilkan sistein. Dalam jalur remetilisasi, homosistein mendapatkan

Page 27: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

11

grup metil dari N-5-methyltetrahydrofolate atau dari betaine untuk

membentuk methionin. Reaksi dengan N-5-methyltetrahydrofolate terjadi

pada semua jaringan dan bergantung pada vitamin B12 dan asam folat

sedangkan reaksi dengan betaine terbatas pada liver. Sebagian besar

methionin kemudian diaktivasi oleh ATP untuk membentuk

S-adenosylmethionine (SAM). S-adenosylmethionine memiliki peran

utama sebagai donor metil universal kepada berbagai akseptor.

S-adenosylhomocysteine (SAH) yang merupakan hasil tambahan dari

reaksi metilasi ini, kemudian dihidrolasi sehingga membentuk homosistein

yang akan tersedia untuk memulai siklus baru transfer grup metal. Dalam

jalur transulfurasi, homosistein bergabung dengan serin untuk membentuk

cystathionine dalam reaksi irreversible yang dikatalis oleh pyridoxal-50-

phosphate (PLP). Cystathionine dihidrolisa oleh enzim yang mengandung

PLP kedua, γ-cystathionine, untuk membentuk sistein dan α-ketobutyrate

(gambar 2.3) (Selhub , 1999).

Gambar 2.3 Metabolisme homosistein (Berdainer, 2008)

Page 28: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

12

2.3 Lupus Eritematosus Sistemik, Stress Oksidatif dan Homosistein

Autoimun berhubungan dengan stres oksidatif/nitrosatif yang telah

dibuktikan pada sebuah penelitian dengan autoimmune-prone MRL+/ +

mouse model (Khan, 2001; Wang, 2009). Interferon-ɣ (IFN-ɣ) yang

dilepaskan pada aktivasi Th-1 sebagai reduktor potensial dalam

pembentukan ROS di makrofag (Schroecksnadel, 2003). Stres oksidative

menandakan terjadinya ketidakseimbangan antara Reactive Oxygen

Species (ROS) dan antioksidan di dalam tubuh. Peningkatan ROS

terutama superoxide anion dan radikal hidroksil (-OH) menyebabkan

kerusakan pada lipid, protein dan DNA (Shacter, 2000; Grimsrud et al.,

2008). Peningkatan ROS dan penurunan antioksidan menyebabkan

oksidasi Polysaturated fatty acid menjadi bentuk yang lebih reaktif seperti

Malondialdehyde (MDA) dan 4-hydroxynoneal (4-HNE) (Wang et al.,

2010). Penelitian yang dilakukan oleh Shah et al. (2010) menunjukkan

bahwa kadar MAD dan IFN-ɣ memiliki korelasi positif dengan score

Systemic Lupus Erythematosus Disease Activity Index (SLEDAI).

Stres oksidatif yang diinduksi secara imunologis dapat

menyebabkan oksidasi antioksidan dan oksidasi sensitifitas asam folat,

vitamin B6 dan vitamin B12 sehingga terjadi hiperhomosisteinemia

(McCaddon et al., 2002). Peroksidasi lemak dan oksidasi protein yang

terjadi akibat peningkatan ROS akan memberikan signal tranduksi

sehingga terjadi penipisan antioksidan terutama antioksidan sensitif

vitamin B (Elsayed, 2001). Mekanisme hiperhomosisteinnemia yang

disebabkan oleh gangguan sistem imun dijelaskan pada gambar 2.4

Page 29: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

13

2.4 Asam Folat

Folasin dan folat adalah nama generik sekelompok ikatan yang

secara kimiawi dan gizi sama dengan asam folat. Ikatan-ikatan ini

berperan sebagai koenzim dalam transportasi pecahan-pecahan karbon

tunggal dalam metabolisme asam amino dan sintesis asam nukleat.

Bentuk koenzim ini adalah tetrahidrofolat (THF) atau asam tetrahidrofolat

(THFA) (Almatsier, 2009).

Gambar 2.4 Mekanisme gangguan imun menimbulkan hiperhomosisteinemia (Schroecksnadel et al., 2003)

Page 30: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

14

Gambar 2.5 Struktur kimia Asam Folat (Berdainer, 1998)

2.4.1 Absorpsi, Metabolisme dan Simpanan Asam Folat

Asupan folat hanya akan diabsorpsi sebagai monoglutamat dalam

bentuk asam folat, 5-metil-tetrahidrofolat, dan 5-formil-tetrahidrofolat

(Mahan, 2008). Folat pada makanan terdapat dalam bentuk poliglutamat

yang harus dihidrolisis oleh enzim hidrolase yang dibantu oleh seng

menjadi bentuk monoglutamat di dalam mukosa usus halus sebelum

ditransport secara aktif. Setelah hidrolisis, monoglutamat akan diabsorpsi

oleh reseptor folat khusus oleh mikrofili dinding usus halus. Terdapat

gangguan absorpsi asam folat pada peminum alkohol karena alkohol

dapat menghambat enzim pada mikrofili dinding usus yang penting dalam

proses absorpsi selain itu alkohol juga dapat mempercepat ekskresi folat

(Almatsier, 2009; Eastwood, 2003)

Page 31: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

15

Gambar 2.6 Metabolisme Asam Folat (Mahan, 2008)

Folat di dalam sel diubah menjadi 5-metil-tetrahidrofolat (5-metil-

H4 folat) dan disimpan di hepar dengan jumlah simpanan untuk orang

dewasa sehat 7,5 mg. Didalam hepar, asam metil tetrahidrofolat diubah

menjadi asam tetrahidrofolat (THFA) dan gugus metil yang akan berperan

dalam proses metabolisme metionin. Folat akan bersirkulasi sebagai

poliglutamat di dalam pool/simpanan sel darah merah dan dikeluar

melalui feses dan urin sebagai 5-metil-H4 folat. Jumlah yang dikeluarkan

hampir sama dengan jumlah yang terdapat dalam simpanan tubuh dan

berumur 100 hari. Persediaan folat akan habis dalam waktu sepuluh

minggu (Almatsier, 2009).

Kekurangan asam folat dapat terjadi karena kurangnya konsumsi,

terganggunya absorpsi, kebutuhan metabolisme yang meningkat atau

Page 32: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

16

pembelahan sel yang berjalan cepat, pengaruh obat-obatan dan

kecanduan alkohol. Kurang konsumsi terjadi pada masyarakat

berpenghasilan rendah serta manula yang susunan makanannya

cenderung terbatas. Gangguan absorpsi terjadi pada kerusakan saluran

cerna, pada penyakit coeliac atau sprue tropis. Kebutuhan folat

meningkat pada kehamilan, menyusui, anemia hemolitik dan leukimia.

Beberapa obat seperti obat anti kanker, aspirin dan antasid mempunyai

struktur kimia yang sama dengan folat dan dapat menggantikan peran

folat pada enzim-enzim sehingga menutup alur metabolisme folat. obat

yang digunakan pada penyakit peradangan usus seperti

salisilazosulfapiridin, dapat menyebabkan defisiensi folat karena

menghambat hidrolisis dan absorpsi folat (Almatsier, 2009)

2.4.2 Fungsi asam folat

Fungsi utama koenzim folat (THFA) adalah memindahkan atom

karbon tunggal (metil) dalam bentuk gugus formil, hidroksi metil atau

metal dalam reaksi penting metabolisme beberapa asam amino dan

sintesis asam nukleat. THFA berperan dalam metilasi homosistein

menjadi metionin dengan vitamin B12 sebagai kofaktor (Mahan, 2008).

Sintesis metionin tergantung transfer gugus metil dari 5-metil-folat ke

vitamin B12 sebagai metil-B12 yang berfungsi sebagai donor metil untuk

homosistein dalam metabolisme metionin. Sumber utama

kelompok metil tunggal melibatkan siklus reaksi dikatalisis oleh serin

hidroksi metil transferase, 5,10-metilen-FH4 reduktase, dan metionin

Page 33: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

17

sintetase. Reaksi selanjutnya S-adenosylmethionine (SAM) serta 5-metil-

FH4 bersifat sebagai inhibitor (Berdainer, 1998).

2.4.3 Kecukupan asam folat

Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) kecukupan

asam folat yang dianjurkan.

Tabel 2.1 Angka kecukupan asam folat yang dianjurkan

Golongan Umur AKF (µg) Golongan Umur AKF (µg)

0-6 bulan

7-11 bulan

1-3 tahun

4-6 tahun

7-9 tahun

Hamil:

Menyusui :

0-12 bulan

65

80

150

200

200

+ 200

+100

Pria dan Wanita :

10-12 tahun

13-15 tahun

16-18 tahun

19-29 tahun

30-49 tahun

50-64 tahun

> 65 tahun

300

400

400

400

400

400

400

2.4.4 Sumber asam folat

Sumber folat terutama terdapat dalam sayuran hijau, hati, daging

tanpa lemak, serealia utuh, biji – bijian, kacang – kacangan, dan jeruk.

Vitamin C yang terdapat dalam jeruk mencegah kerusakan folat. Bahan

makanan yang mengandung sedikit folat adalah susu, telur, umbi –

umbian, dan buah kecuali jeruk (Almatsier, 2009).

Page 34: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

18

Tabel 2.2 Nilai asam folat bahan makanan (µg/100 gram)

Bahan Makanan µg Bahan Makanan µg

Hati ayam 1128 Bayam 134

Hati sapi 250 Daun selada 88,8

Kepiting 56 Kacang kedelai 210

Ubi jalar 52 Kacang hijau 121

Gandum 49 Kacang merah 180

Jeruk Mandarin 5,1 Asparagus 109

Sumber: Food Composition Table for Use in East Asia, FAO, 1972

2.5 Vitamin B6

Vitamin B6 merupakan istilah umum untuk 2-metil-3,5-

dihidrometilpiridin yang memiliki tiga bentuk aktif yakni piridoksin,

piridoksal dan piridoksamin. Dalam keadaan difosforilasi, vitamin B6

berperan sebagai koenzim dalam bentuk piridoksal fosfat (PLP) (Mahan,

2008).

Gambar 2.7 Struktur kimia vitamin B6 (Mahan, 2008)

Page 35: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

19

2.5.1 Absorpsi, Metabolisme, dan Simpanan Vitamin B6

Vitamin B6 diabsorpsi di usus halus secara disfusi pasif dalam

bentuk fosforilasi dari piridoksin (alkohol), piridoksal (aldehid) dan

piridoksamin (amin). Metabolisme vitamin B6 melalui reaksi posforilasi-

defosforilasi, oksidasi-reduksi, dan aminasi-deaminasi. Di dalam hati, otak

dan ginjal vitamin B6 yang difosforilasi kembali oleh enzim piridoksal fosfat

oksidase menjadi PLP yang merupakan bentuk predominan dalam darah.

Kekurangan riboflavin dapat menyebabkan menurunnya konversi

piridoksin dan piridoksamin menjadi PLP (Mahan, 2008). Sebanyak 50%

vitamin B6 disimpan dalam otot. Di dalam hati PLP diikat oleh apoenzim

dan beredar dalam darah dalam keadaan terikat oleh albumin. PLP yang

tidak terikat diubah menjadi asam piridoksat oleh enzim oksidase di dalam

hati dan ginjal dan dikeluarkan melalui urin (Almatsier, 2009).

Kekurangan vitamin B6 terjadi karena konsumsi obat-obatan

seperti isoniazida yang dipakai untuk pengobatan penyakit paru,

penisillamin digunakan dalam artritis reumatoid merupakan antagonis

vitamin B6 karena membentuk komplek LPL yang tidak aktif. Obat-obat

kontraseptif dapat menyebabkan gangguan metabolisme triptofan yang

dapat menyebabkan kekurangan vitamin B6 (Almatsier, 2009)

2.5.2 Fungsi Vitamin B6

Sebagai bentuk aktif vitamin B6, PLP berfungsi sebagai koenzim

dalam reaksi transaminasi, dekarboksilasi dan isomerasi pada

metabolisme asam amino. Selain itu LPL juga diperlukan untuk biosintesis

neurotransmiter serotonin, epinefrin, dan norepinefrin serta berperan

Page 36: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

20

dalam pembentukan asam alfa-aminolevulinat yang merupakan prekursor

hem dalam hemoglobin (Mahan, 2008). Dalam metabolisme metionin PLP

berperan pada jalur transulfurasi, sebagai katalis reaksi irreversibel

membentuk cystathionine dan menghidrolisa cystathionine untuk

membentuk sistein dan α- ketobutyrate (Selhub, 1999).

2.5.3 Kecukupan vitamin B6

Angka kecukupan vitamin B6 menurut Widyakarya Nasional

Pangan dan Gizi (2004) yang dianjurkan.

Tabel 2.3 Angka kecukupan vitamin B6 yang dianjurkanGolongan Umur AKP (mg) Golongan Umur AKP (mg)

0-6 bulan

7-11 bulan

1-3 tahun

4-6 tahun

7-9 tahun

Pria :

10-12 tahun

13-15 tahun

16-18 tahun

19-29 tahun

30-49 tahun

50-64 tahun

> 65 tahun

0,1

0,3

0,5

0,6

1,0

1,3

1,3

1,3

1,3

1,3

1,7

1,7

Wanita :

10-12 tahun

13-15 tahun

16-18 tahun

19-29 tahun

30-49 tahun

50-64 tahun

> 65 tahun

Hamil:

Menyusui :

0-12 bulan

1,2

1,2

1,2

1,3

1,3

1,5

1,5

+ 0,4

+ 0,5

Page 37: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

21

2.5.4 Sumber Vitamin B6

Vitamin B6 paling banyak terdapat dalam khamir, kecambah, hati,

ginjal, serealia tumbuk, kacang-kacangan, kentang, dan pisang. Susu,

telur, sayur dan buah mengandung sedikit vitamin B6. Vitamin B6 dari

bahan makanan hewani lebih mudah diabsorpsi dari pada yang terdapat

dalam bahan makanan nabati.

Tabel 2.4 Kandungan vitamin B6 beberapa bahan makanan (mg/100 gram)

Bahan Makanan mg Bahan Makanan mg

Daging sapi 0,42 Beras pecah kulit 0,62

Hati sapi 0,82 Jagung 0,40

Hati ayam 0,72 Tepung terigu 0,44

Ikan tuna 0,92 Kacang kedelai 0,82

Kuning telur 0,31 Kacang tolo 0,42

Kentang 0,19 Pisang 0,32

Sumber: Food Composition Table for Use in East Asia, FAO, 1972

2.6 Vitamin B12

Vitamin B12 atau kobalamin terdiri atas cincin yang mirip dengan

porfirin dan mengandung kobalt. Bentuk utama vitamin B12 dalam

makanan adalah 5-deoksiadenosilkobalamin, metilkonbalamin, dan

hidrokobalamin (Mahan, 2008). Kandungan kobalt pada vitamin B12

menjadikan vitamin B12 sebagai kristal merah yang larut air yang rusak

oleh asam encer, alkali, cahaya dan bahan-bahan pengoksidasi dan

Page 38: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

22

pereduksi. Kurang dari 70% vitamin B12 yang dapat bertahan pada

pemasakan (Almatsier, 2009)

Gambar 2.8 Struktur kimia vitamin B12

2.6.1 Fungsi Vitamin B12

Vitamin B12 mendukung metabolisme asam folat dalam bentuk

aktif (Guyton dan Hall, 2008) dan merupakan kofaktor dua jenis enzim

pada manusia yaitu metionin sintetase dan metilmalonil-KoA mutase.

Pada metionin sintetase gugus metil dari 5-metil tetrahidrofolat (5-metil-H4

folat) dipindahkan ke kobalamin untuk menjadi metilkobalamin yang

kemudian memberikan gugus metil ke homosistein (gambar 2.9)

(Almatsier, 2009).

Page 39: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

23

Gambar 2.9 Vitamin B12 dalam transfer gugus metilvia S-Adenosylation (SAM) (Berdainer, 1998)

2.6.2 Absorpsi, Metabolisme dan Simpanan Vitamin B12

Dalam keadaan normal kurang lebih 70% vitamin B12 yang

dikonsumsi dapat diabsorpsi. Absorpsi vitamin B12 oleh usus tergantung

pada faktor intrinsik (sel-sel parietal pada kelenjar lambung yang

menyekresi glikoprotein) (Guyton dan Hall, 2008). Reaksi autoimun dapat

menghambat faktor intrinsik sehingga absorpsi vitamin B12 terganggu

(Dunne, 2002). Vitamin yang telah terabsorpsi ditransport dalam darah

melalui protein transport transkobalamin I, II atau III. Metabolik aktif dari

vitamin B12 hanya sebagai derivat dari 5-deoksiadenosin atau gugus metil

pada cincin corrin atom kobalt yang akan dikonversi oleh vitamin B12

koenzim sintetase dan 5-metil-FH4. Kobalamin yang bebas dalam plasma

akan dikeluarkan melalui gijal dan bilirubin (Mahan, 2008). Persediaan

vitamin B12 dalam tubuh adalah 2-3 mg dan sebanyak 1,2-1,3 µg

diekskresi melalui feses dan urin. Vitamin B12 yang terdapat dalam cairan

empedu dan sekresi saluran cerna lain disalurkan kembali melalui

sirkulasi entero hepatik sehingga simpanan vitamin B12 dapat bertahan

hingga sepuluh tahun. Kekurangan vitamin B12 dapat terjadi karena

gangguan absorpsi dan transportasi yang akibatnya akan terlihat setelah

empat hingga sepuluh tahun (Almatsier, 2009).

2.6.3 Kecukupan Vitamin B12

Angka Kecukupan gizi yang dianjurakan untuk vitamin B12 menurut

Widyakarya Pangan dan Gizi 2004.

Page 40: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

24

Tabel 2.5 Angka kecukupan Vitamin B12 yang dianjurkan

Golongan Umur AKB12 (mcg) Golongan Umur AKB12 (mcg)

0-6 bulan

7-11 bulan

1-3 tahun

4-6 tahun

7-9 tahun

Pria :

10-12 tahun

13-15 tahun

16-18 tahun

19-29 tahun

30-49 tahun

50-64 tahun

> 65 tahun

0,4

0,5

0,9

1,2

1,5

1,3

1,3

1,3

1,3

1,3

1,7

1,7

Wanita :

10-12 tahun

13-15 tahun

16-18 tahun

19-29 tahun

30-49 tahun

50-64 tahun

> 65 tahun

Hamil:

Menyusui :

0-12 bulan

1,8

2,4

2,4

2,4

2,4

2,4

2,4

+ 0,2

+0,4

2.6.4 Sumber Vitamin B12

Sumber utama vitamin B12 adalah makanan protein hewani yang

memperolehnya dari hasil sintesis bakteri di dalam usus seperti hati,

ginjal, susu, telur, ikan, keju dan daging. Vitamin B12 melalui sintesis oleh

bakteri tidak diabsorpsi oleh manusia karena sintesis terjadi di kolon

(Mahan, 2008). Bentuk vitamin B12 dalam makanan terutama sebagai 5-

deoksiadenosil dan hidroksikobalamin (Almatsier, 2009)

Page 41: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

25

Tabel 2.6 Kandungan vitamin B12 beberapa bahan makanan (µg/100 gram)

Bahan Makanan µg Bahan Makanan µg

Daging sapi 1,4 Keju 1,0

Hati sapi 52,7 Susu sapi segar 0,4

Hati ayam 27,9 Sarin 14,4

Ikan tuna 3,0 Ikan Bandeng 3,4

Kuning telur 6,0 Ayam 0,4

Sumber: Food Composition Table for Use in East Asia, FAO, 1972

2.7 Asam Folat, Vitamin B6, Vitamin B12, dan Homosistein

Asam Folat, Vitamin B6, Vitamin B12 merupakan kofaktor penting

dalam metabolisme homosistein. Asam folat dan vitamin B12 dibutuhkan

saat proses remetilasi sedangkan vitamin B6 berperan dalam proses

transulfurasi (Jean et al., 1999; Pusparini, 2002). Pada proses remetilasi,

5-metil-folat mentransfer gugus metil ke vitamin B12 sehingga terbentuk

metil-B12 yang berfungsi sebagai donor metil (Berdainer, 1998).

Sedangkan vitamin B6 dalam bentuk aktif PLP pada jalur transulfurasi

berfungsi sebagai katalis reaksi irreversibel membentuk cystathionine dan

menghidrolisa cystathionine untuk membentuk sistein dan α- ketobutyrate

(Selhub, 1999). Penelitian oleh Frick et al. (2003) dan Prado et al. (2004)

menemukan bahwa penurunan kadar folat, vitamin B6 dan vitamin B12

dalam plasma memicu terjadinya hiperhomosisteinnemia.

Sebuah penelitian secara prospektif di Jepang menunjukkan

konsumsi vitamin B6 pada penderita LES memiliki hubungan dengan

Page 42: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

26

resiko penyakit arterosklerosis (Minami et al., 2010) dan menurut Roman

et al., (2007) terdapat hubungan antara peningkatan kadar homosistein

dengan penyakit arterosklerosis pada pasien LES. Asupan vitamin B6

yang lebih tinggi dapat menurunkan risiko penyakit aktif dengan

mengurangi kadar homosistein. Demikian pula dengan asam folat,

peningkatan konsumsi asam folat kira-kira 200 mg/hari akan menurunkan

homosistein total rata-rata 4 µmol/L dibuktikan pada penelitian yang

dilakukan oleh Rahayu (2011) pemberian asam folat pada tikus DM

dengan dosis 2 ppm dan 4 ppm tidak memiliki perbedaan yang bermakna

terhadap kadar homosistein namun dosis tinggi (8 ppm) pada tikus DM

dapat menurunkan kadar homosistein dan kolesterol darah. Terdapat

hubungan terbalik antara asupan vitamin B6 dan folat dengan konsentrasi

homosistein pada wanita premenopause di Jepang (Nagata et al.,2003).

Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara asupan asam folat,

vitamin B6, dan vitamin B12 terhadap kadar homosistein.

2.8 Dietary Assessment

Dietary assessment dilakukan untuk memperoleh data riwayat gizi

yang merupakan data mengenai asupan zat gizi dengan mengkaji pola

makan dan pemilihan bahan makanan. Riwayat gizi dapat dikaji dengan 2

cara yaitu secara kualitatif dan kuantitatif (Mahan, 2008).

a. Kuantitatif

Penilaian riwayat gizi secara kuantitatif dapat dilakukan dengan

recall atau record bahan makanan yang dikonsumsi dalam satu hari.

Page 43: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

27

1. 24-hour recall

Metode 24-hour recall bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait

makanan yang dikonsumsi responden selama 24 jam atau satu hari

sebelumnya. Metode ini mudah untuk dilakukan dan cepat, memiliki

beban responden yang rendah, tingkat partisipasi responden tinggi, biaya

murah, dapat digunakan untuk responden yang buta huruf, dapat

dilakukan dalam skala besar, namun metode 24-hour recall

membutuhkan daya ingat sehingga tidak cocok digunakan secara lansung

pada lansia dan anak-anak.

2. Food Record

Metode dietary assessment dengan mencatat secara lengkap

deskripsi dari seluruh makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam

Ukuran Rumah Tangga (URT) atau gram. Termasuk juga makanan yang

dikonsumsi diluar rumah. Food Record dapat dilakukan selama 3 hari (2

hari weekday dan 1 hari weekend). Kelebihan dari metode ini yakni tidak

mengandalkan daya ingat responden serta lebih akurat karena diukur

saat makan, namun memiliki beban responden yang tinggi karena lebih

menghabiskan waktu dibandingkan 24-hour recall. Metode food record

juga dapat mengubah kebiasaan makan responden (Gibson, 2005).

b. Kualitatif

Metode kualitatif terdiri dari Food Frequency Questionnaire dan

dietary history. Kedua metode ini memberikan informasi restropektif

mengenai pola makan pada waktu tertentu.

Page 44: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

28

1. Food Frequency Questionnaire

Food Frequency Questionnaire bertujuan untuk menilai frekuensi

makanan dari berbagai jenis makanan dalam periode waktu tertentu dan

dapat digunakan untuk mengetahui pola konsumsi secara kualitatif dan

semi-quantitatif. Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-

FFQ) terdiri dari daftar bahan makanan, frekuensi konsumsi dan ukuran

porsi tiap makanan yang dikonsumsi. SQ-FFQ memiliki beban responden

yang rendah, tingkat partisipasi responden tinggi, pengisian form dapat

dilakukan oleh responden (self administered) atau oleh tenaga kesehatan

melalui interview, cocok untuk digunakan dalam penelitian kelompok

besar yang asupan pangan setiap hari sangat variatif dan dapat

menghubungkan penyakit dengan kebiasaan makan (Mahan, 2008 ).

2. Dietary History

Dietary History bertujuan untuk menggali informasi retrospektif

terkait pola makan pada periode tertentu (1 bulan, 6 bulan atau 1 tahun).

Terdiri dari 3 komponen yaitu:

1. 24-hour recall untuk menilai asupan aktual

2. FFQ yang memuat bahan makanan spesifik yang bertujuan untuk

mengecek kebenaran dari hasil 24-hour recall

3. Food record selama 3 hari (Supriasa dkk, 2002).

Page 45: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

29

Lupus Eritematosus Sistemik

Pembentukan ROS (Stres oksidatif)

Asupan asam folat, vit.B6, vit.B12

Oksidasi antioksidan dan vitamin B (asam folat, vitamin B6 dan B12)

Peningkatan autoantibodi patogen

Akumulasi Homosistein

Hiperhomosisteinemia

Penipisan kadar asam folat, vit.B6, vit.B12

Menghambat jalur antikoagulan protein C

Produksi NO Oksidasi LDL

Disfungsi Endotel

Akumulasi Substansi Trombosit

Aterotrombosis

Myocard InfarkPenyakit serebral dan vaskuler perifer

Page 46: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

30

Keterangan:

: menyebabkan

: menghambat

: tidak diteliti

: diteliti

Pada penderita LES terjadi peningkatan autoantibodi patogen dan

terjadinya deposisi kompleks imun. Peristiwa ini menyebabkan

peningkatan pembentukan ROS (stres oksidatif) serta menimbulkan

oksidasi sensitifitas antioksidan dan vitamin B sehingga terjadi penipisan

kadar asam folat, vit.B6, vit.B12. Penipisan tersebut dapat menyebabkan

proses remetilasi dan transulfurasi terganggu sehingga akumulasi

homosistein meningkat dan terjadi kondisi hiperhomosisteinemia. Asupan

yang cukup dapat mencegah penipisan kadar asam folat, vit.B6, vit.B12.

Homosistein yang berlebih akan menghambat jalur antikoagulan protein

C, menurunkan produksi NO, dan meningkatkan oksidasi LDL sehingga

terjadi disfungsi endotel yang akan menyebabkan akumulasi trombosit.

Akumulasi trombosit inilah yang akan mengakibatkan arterotrombosis dan

memicu penyakit serebral, vascular perifer, dan myocard infark.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara

asupan asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12 dengan kadar homosistein

pasien Lupus Eritematosus Sistemik.

Page 47: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan

menggunakan metode cross sectional. Akan diteliti hubungan asupan

asam folat, vitamin B6 dan B12 dengan kadar homosistein pada pasien

Lupus Eritematosus Sistemik.

4.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah pasien rematik yang berkunjung ke

Poliklinik Rematologi Rumah Sakit Saiful Anwar Malang dan didiagnosis

LES oleh dokter Ahli Penyakit Dalam Konsultan Reumatik berdasarkan

kriteria ACR 2010. Sampel penelitian adalah pasien LES yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

Kriteria Inklusi :

1. Pasien LES wanita

2. Usia 18-45 tahun

3. Pasien masih memiliki daya ingat yang baik

Kriteria Eksklusi :

1. Pasien dalam kondisi sakit parah (nilai SLEDAI >20)

29

Page 48: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

30

2. Pasien mendapatkan semua jenis transfusi darah (Whole Blood,

Packed Red Cell, Washed Red Cell, Fresh Frozen Plasma, dan

Kriopresipitat).

Subyek penelitian direkrut dengan metode consecutive sampling,

setiap pasien LES yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam

penelitian sampai kurun waktu tertentu sampai jumlah sampel minimal

terpenuhi. Besar sampel dihitung dengan menggunakan besar sampel

untuk hubungan, penghitungan besar sampel tersebut adalah sebagai

berikut (Handojo, 2002):

zα = 1,96 (α=0,05)

zβ = 0,84 (β=0,2, power = 80%)

r = besarnya koefisien korelasi, besar nilai r = 0,52 (Furqon,

2005) maka jumlah sampel minimal adalah 27 orang.

4.3 Penentuan Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas : asupan asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12

b. Variabel Terikat : kadar homosistein

4.4 Lokasi dan Waktu

Pengambilan sampel pasien dilakukan di poli reumatologi dan di

bangsal rawat inap bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr Saiful Anwar

Malang. Pemeriksaan kadar homosistein dilakukan di laboratorium Kawi.

Page 49: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

31

Penelitian ini dilakukan hingga sampel minimal sudah terpenuhi dengan

alokasi waktu 3 bulan antara bulan September – November 2012.

4.5 Bahan dan instrumen penelitian

4.5.1 Asupan zat gizi makro, asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12

Instrumen yang digunakan meliputi:

1. Form 24-hour food recall digunakan untuk mengetahui asupan

makanan responden selama 24 jam atau 1 hari sebelum dilaksanakan

wawancara. Metode 24-hour recall memiliki beban responden yang

rendah dan responden masih mampu mengingat sebagian besar yang

dikonsumsi selama 24 jam terakhir sehingga dapat digunakan untuk

mengetahui gambaran asupan zat gizi dalam sehari.

2. Form semi-quantitative food frequency questionnaire (SQ-FFQ) yang

berisi daftar bahan makanan dengan kandungan asam folat, vitamin

B6 dan B12, frekuensi dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi.

SQ-FFQ merupakan metode yang dapat menilai pola makan

responden terhadap zat gizi yang spesifik dalam periode waktu

tertentu secara cepat dan murah serta menimbulkan beban

responden yang rendah (Gibson, 2005).

4.5.2 Kadar homosistein

Alat dan Bahan yang digunakan untuk mengukur kadar

homosistein meliputi :

1. ELISA Reader

2. Sentrifus

3. Tabung reaksi

Page 50: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

32

4. Pipet Mikro

5. Spuit 5 cc

6. Tabung Ependorf

7. Human Homocyteine ELISA Kit

4.5.3 Pengolahan data

Instrumen untuk pengolahan data meliputi:

1. Form Angka Kecukupan Gizi 2005

2. Program nutrisurvey

3. SPSS 16.0

4.6 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Skala

1 Asupan asam

folat, vitamin B6

dan vitamin B12

Jumlah kandungan asam folat, vitamin B6

dan vitamin B12 pada bahan makanan yang

dikonsumsi berdasarkan berdasarkan Food

Composition Table For Use In East Asia

(FAO)

Jumlah asupan dibandingkan dengan Angka

Kecukupan Gizi (AKG), dinyatakan dalam %

dan dikatagorikan:

- Lebih : > 120% AKG

- Normal : 80-120% AKG

- Kurang : <80% AKG

Rasio

2 Homosistein Homosistein merupakan asam amino yang

merupakan bentuk intermediet pada

metabolisme protein dari konversi asam

amino methionin ke sistein.

Rasio

Page 51: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

33

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Pengisian Kuesioner

1. Mengisi informed consent

2. Mengisi data dasar meliputi (nama, alamat, tanggal lahir dan

pekerjaan)

3. Melengkapi data terkait konsumsi suplemen dan obat

4. Melengkapi form 24-hour recall dengan langkah-langkah:

a. Melengkapi daftar makanan dan minuman yang dikonsumsi selama

24 jam atau satu hari sebelum wawancara

b. Mengestimasi jumlah bahan makanan yang dikonsumsi dengan

bantuan Ukuran Rumah Tangga (URT)

c. Memastikan catatan hasil recall sudah benar dengan

membacakan hasil recall kepada responden

5. Melengkapi form semi-quantitative food frequency questionnaire

dengan langkah-langkah:

a. Melengkapi kategori frekuensi untuk setiap bahan makanan yang

meliputi harian (H), mingguan (M), bulanan (B), dan tidak pernah

(TP)

b. Mengisi ukuran porsi yakni kecil (K), sedang (S), dan besar (B)

c. Melengkapi rata-rata frekuensi konsumsi dalam satu hari kemudian

menghitung rata-rata jumlah frekuensi bahan makanan perhari.

4.7.2 Pengukuran Kadar Homosistein

a. Pengambilan Sampel

Pengambilan darah dilakukan pada vena mediana cubiti yang

terletak pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Pengambilan darah

Page 52: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

34

vena dilakukan dengan alat suntik (syring) dengan ukuran jarum 22-24G

dan spuit 5 cc. Darah diambil sebanyak 5 cc kemudian dimasukkan

kedalam tabung vacutainer untuk selanjutnya dibuat serum. Setelah

didiamkan selama kurang lebih 30 menit, kemudian disentrifugasi pada

3000 rpm selama 15 menit. Serum yang merupakan supernatan dari hasil

sentrifugasi selanjutnya dipindahkan pada tabung efendorf.

b. Pengukuran kadar homosistein

Pengukuran kadar homosistein dilakukan dengan menggunakan

Human Total Homocysteine ELISA kit (NovateinBio) yang terdiri dari

mikroplate yang dilapisi dengan antibodi monoklonal anti homosistein.

Langkah pengukuran kadar homosistein:

1. Dalam mikroplate yang mengandung antibodi monoklonal

ditambahkan 50 µL larutan standar atau sampel yang sudah

didilusikan (10µL sampel dengan 40µL sample diluent) kemudian

dilanjutkan dengan penambahan HRP-conjugated antibody 50 µL ke

dalam masing-masing sumuran.

2. Mikroplate ditutup dengan strip perekat dan diinkubasi selama 1 jam

pada suhu 370C.

3. Isi sumuran kemudian dibuang dan dicuci dengan 300 ml washing

buffer sebanyak 5 kali pencucian.

4. Mikroplate dibalik dan dikeringkan dengan mengelap menggunakan

kertas penghisap yang bersih.

5. Ditambahkan chomogenic substrate A dan B masing-masing 50 µL ke

dalam sumuran, diinkubasi selama 15 menit pada suhu 370C, selama

inkubasi sumuran dilindungi dari cahaya.

Page 53: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

35

6. Ditambahkan 50 µL stop solution kedalam masing-masing sumuran

(terjadi perubahan warna dari biru menjadi kuning).

7. Densitas optik dari setiap sumuran dibaca dengan mikro ELISA reader

dalam waktu 15 menit pada panjang gelombang 450 nm.

8. Kadar homosistein dihitung menggunakan kurva standar yang

menunjukkan antara nilai densitas optik dengan kadar homosistein.

Nilai densitas optik yang diperoleh dari masing-masing sampel

ditempatkan pada sumbu Y dari kurva standar dan selanjutnya ditarik

garis tegak lurus dari sumbu Y ke garis regresi, dari titik potong pada

garis regresi tersebut selanjutnya diproyeksikan ke sumbu X untuk

mendapatkan kadar homosistein

4.8 Analisis Data

Analisis data menggunakan alat bantu program nutrisurvey dan

SPSS 16.0 dengan melakukan :

1. Perhitungan asupan asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12 dengan

program nutrisurvey.

2. Analisis deskriptif untuk mendapatkan gambaran karakteristik

sampel dan disajikan dalam bentuk tabulasi/grafik.

3. Analisis data tingkat asupan asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12

dengan dengan program SPSS 16.0.

Kebutuhan asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12 pada pasien

LES sama dengan kebutuhan untuk orang sehat sesuai dengan jenis

kelamin dan usia. Kebutuhan asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12 untuk

usia 18-45 tahun adalah 400 µg, 1,3 mg, 2,4 µg perhari

Page 54: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

36

Tingkat asupan = asupan makanan x 100%

Kebutuhan zat gizi/hari

Berdasarkan Widya Karya Pangan dan Gizi, asupan asam folat,

vitamin B6 dan vitamin B12 dibagi menjadi 3 kelompok:

- Lebih : > 120% AKG

- Normal : 80-120% AKG

- Kurang : <80% AKG (Kusumah, 2009)

Data tingkat asupan asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12 akan

disajikan secara deskriptif dengan menggunakan tabel. Kemudian data

diolah dengan SPSS 16.0 dan dilakukan uji normalitas dengan uji one-

sampel Kolmogorov-Smirnov. Selanjutnya dilakukan uji korelasi dengan

pearson correlation untuk mengetahui hubungan antara tingkat asupan

asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12 dengan kadar homosistein pada

pasien Lupus Eritematosus Sistemik.

Page 55: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

37

4.9 Diagram Alur Penelitian

Pasien rematik di poliklinik dan bangsal rawat inap Rematologi RSSA

Pasien yang didiagnosis LES oleh dokter Ahli Ilmu Penyakit Dalam Konsultan Reumatik berdasar kriteria

ACR 2010 dan memenuhi kriteria inklusi-ekslusi

Pemberian Informed Consent pada pasien

Pengambilan sampel darah vena perifer pasien sebanyak 5 cc

Pemeriksaan kadar homosistein dengan metode ELISA

Pembuatan serum

Pengisian kuesioner 24-hour food recall dan SQ-FFQ

Perhitungan asupan asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12

Pencatatan data

Analisis data

Penyusunan laporan

Page 56: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1 Karakteristik Responden

Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 29 responden

yang terbagi dalam beberapa golongan usia. Keseluruhan responden merupakan

pasien yang terdiagnosis LES dan berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Saiful

Anwar maupun klinik Rheumatologi. Data terkait golongan umur dan status gizi

disajikan pada tabel 5.1. Status gizi diperoleh dari pengukuran IMT (Index Massa

Tubuh) dan dikategorikan berdasarkan batas ambang IMT untuk orang Indonesia.

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan golongan umur dan status gizi

No. Karakteristik Responden Jumlah

n = 29

Rerata (SD)

1. Usia responden

a. 18 tahunb. 19 - 29 tahunc. 30 - 45 tahun

3

11

15

29,52 (7,81)

2. Status Gizi responden

a. Status gizi kurang tingkat berat (<17,0)

b. Status gizi kurang tingkat ringan (17,0 - 18,5)

c. Status gizi normal (18,5 - 25,0)d. Status gizi lebih tingkat ringan

(>25,0 - 27,0)e. Status gizi lebih tingkat berat

(>27,0)

3

5

20,978 (3,711)

40

16

2

3

Page 57: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

41

5.2 Lama Penyakit yang Diderita

Lama LES merupakan waktu pertama kali responden terdiagnosis LES

sampai waktu dilakukan wawancara. Variabel ini sangat tergantung dari daya ingat

responden dan sebagian besar responden terdiagnosa LES setelah timbul suatu

gejala. Lama responden terdiagnosis LES ditunjukkan pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Lama LES

Lama LES Jumlah (n=29)

0 - 12 bulan 9

13 - 24 bulan 9

25 – 36 bulan 7

> 36 bulan 4

5.3 Asupan Zat Gizi

Untuk mendapatkan data asupan zat gizi digunakan form 24-hour recall dan

semi-FFQ yang menggambarkan rata-rata asupan responden perhari. Hasil dari 24-

hour recall dan semi-FFQ dianalisis menggunakan nutrisurvey dan zat gizi yang

dinilai meliputi asupan energi, protein, asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12 yang

akan dianalisis dengan program SPSS. Selanjutnya akan diklasifikasikan menurut

Widya Karya Pangan dan Gizi VI menjadi tiga kategori yakni rendah, cukup, dan

lebih. Pada tabel 5.3 disajikan distribusi rata-rata asupan zat gizi dan presentase

kecukupan berdasarkan AKG 2005.

Page 58: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

42

Tabel 5.3 Distribusi asupan zat gizi dan presentase kecukupan berdasarkan AKG 2005

Zat Gizi Rerata (SD) % kecukupan

Zat Gizi Makro

a. Energi

b. Protein

1376 (362,58) kkal

50,58 (13,07) gram

72,42%

101,16%

Zat Gizi Mikro

a. Asam Folat

b. Vitamin B6

c. Vitamin B12

277,96 (122,39) µg

1,23 (0,45) mg

2,42 (2,12) µg

69,49%

94,92%

100,83%

Dari tabel di atas didapatkan tingkat konsumsi energi pada responden tergolong

rendah 72,42% (<77%AKG) sedangkan asupan protein tergolong cukup 101,16%

(>77%AKG) dan sebanyak 15 responden (51,7%) memiliki asupan energi dibawah

AKG.

5.3.1 Karakteristik Tingkat Asupan Asam Folat, Vitamin B6 dan Vitamin B12

Kebutuhan Asam Folat, Vitamin B6 dan Vitamin B12 untuk wanita dewasa

berdasarkan AKG adalah 400 µg, 1,3 mg, dan 2,4 µg. Untuk mendapatkan tingkat

asupan Asam Folat, Vitamin B6 dan Vitamin B12 digunakan Semi Quantitative - Food

Frequency Questionnaire yang berisi bahan makanan dengan kandungan Asam

Folat, Vitamin B6 dan Vitamin B12. Dari jumlah bahan makanan yang dikonsumsi

akan dikonversikan menjadi jumlah konsumsi perhari sehingga yang akan muncul

adalah tingkat asupan Asam Folat, Vitamin B6 dan Vitamin B12 perhari. Penilaian

tingkat asupan vitamin ini melibatkan jenis bahan makanan yang dikonsumsi selama

3 bulan terakhir. Hasil SQ-FFQ dimasukan ke nutrisurvey yang akan menampilkan

Page 59: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

43

jumlah vitamin yang dikonsumsi perhari dan untuk selanjutnya dianalisis

menggunakan SPSS. Tabel 5.4 menampilkan karakteristik asupan Asam Folat,

Vitamin B6 dan Vitamin B12

Tabel 5.4 Distribusi Asupan Asam Folat, Vitamin B6 dan Vitamin B12

Zat Gizi Kategori Jumlah Rerata (SD)

Asam Folat Kurang

Cukup

Lebih

17

11

1

277,96 (122,39)

Vitamin B6 Kurang

Cukup

Lebih

11

13

5

1,234 (0,45)

Vitamin B12 Kurang

Cukup

Lebih

13

6

10

2,428 (2,125)

5.4 Homosistein

Homosistein merupakan asam amino yang mengandung sulfur dan sebagai

hasil antara metabolisme metonin melalui dua jalur yaitu remetilasi yang

menghasilkan metionin dan transulfurasi yang menghasilkan sistein. Pengukuran

kadar homosistein dengan menggunakan ELISA. Dalam prosedur pengukuran

homosistein sebelum melakukan pengukuran untuk sampel harus didahului dengan

pengukuran sampel standart yang menghasilkan Optical Density (OD) standart. Dari

hasil pengukuran sampel standart dibuat sebuah kurva standart yang akan

menghasilkan rumus untuk menghitung kadar homosistein dari sampel.

Page 60: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

44

Gambar 5.1 Kurva standart

Dari kurva diatas didapatkan persamaan y = 0,058x + 0,451 dengan y adalah OD

dan x adalah kadar homosistein sehingga untuk menghitung homosistein sampel

menggunakan persamaan x = (y – 0,45) : 0,058.

Kadar homosistein normal pada wanita adalah 5-15 µmol/L (Pusparini, 2002),

penelitian ini membagi kadar homosistein menjadi tiga kategori yaitu dibawah

normal, normal dan diatas normal. Tabel 5.5 menunjukkan distribusi kadar

homosistein responden

Tabel 5.5 Distribusi kadar homosistein respondenKategori Jumlah Rerata (SD)

Rendah 3

12,63 (3,71)Normal 19

Tinggi 7

Sedangkan distribusi kadar homosistein berdasarkan kategori asupan asam folat,

vitamin B6 dan vitamin B12 dapat dilihat pada gambar 5.2.

Page 61: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

45

Gambar 5.2 Distribusi kadar homosistein berdasarkan kategori asupan

Keterangan:1. Asupan asam folat : kurang = 194 (53,78) µg

cukup = 373,37 (37,55) µglebih = 651,7 µg

2. Asupan vitamin B6 : kurang = 0,83 (0,12) mgcukup = 1,27 (0,15) mglebih = 2,00 (0,36) mg

3. Asupan vitamin B12 : kurang = 1,04 (0,5) µgcukup = 2,16 (0,18) µglebih = 4,39 (2,56) µg

5.5 Hubungan Asupan Asam Folat, Vitamin B6 dan Vitamin B12 dengan kadar

homosistein

Untuk mengetahui hubungan antara asupan asam folat, vitamin B6 dan

vitamin B12 dengan kadar homosistein menggunakan uji Pearson Correlation karena

kedua variabel memiliki skala ordinal. Hasil data statistik dapat dilihat pada tabel 5.6

Page 62: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

46

Tabel 5.6 Tingkat hubungan asupan asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12 dengan kadar homosistein

Variabel

Dependent

Variabel

Independent

p Kekuatan korelasi

Homosistein Asam folat <0,001 - 0,749

Vitamin B6 <0,001 - 0,673

Vitamin B12 <0,001 - 0,670

Dari hasil uji, diperoleh nilai p < 0,001. Karena nilai p < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara variabel yang diuji yaitu

asupan asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12 dengan kadar homosistein.

Page 63: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Responden

Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Setiap tahap daur

kehidupan terkait dengan jenis zat gizi yang berbeda. Semua orang sepanjang

kehidupan membutuhkan nutrien yang sama, namun dalam jumlah yang berbeda

(Kusharisupeni, 2007). Penggunaan makanan oleh tubuh tergantung pada

sistem pencernaan dan penyerapan, metabolisme zat gizi serta ada tidaknya

penyakit yang berpengaruh terhadap penggunaan zat-zat gizi oleh tubuh

(Almatsier, 2009).

Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan suatu penyakit autoimun

sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap autoantigen,

pembentukan kompleks imun, dan disregulasi sistem imun yang berhubungan

dengan berbagai manifestasi klinis serta kerusakan jaringan (D’cruz et al., 2007).

Penderita LES memerlukan zat gizi yang cukup karena kurang gizi juga

berdampak pada imunitas tubuh (Mahan, 2008).

Konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi akan berpengaruh terhadap

status gizi seseorang. Status gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh

cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan

pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan bekerja dan kesehatan

secara umum pada tingkat yang optimal (Almatsier, 2009). Gangguan gizi dapat

disebabkan karena faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer yang

47

Page 64: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

48

menyebabkan adalah kesalahan susunan makanan dari segi kuantitas dan

kualitas sedangkan penyebab sekunder dapat berupa kegagalan untuk sampai di

sel-sel tubuh setelah dikonsumsi.

Berdasarkan hasil penelitian dari 29 responden didapatkan status gizi

baik sebanyak 16 responden (55,2%). Sementara status gizi kurang yang tingkat

berat dan ringan sebanyak 10,3% dan 17,2 % sedangkan status gizi lebih tingkat

ringan dan berat sebanyak 6,9% dan 10,3%. Status gizi kurang pada penderita

LES disebabkan karena penurunan berat badan akibat perjalanan penyakit

maupun komplikasi yang diderita atau berkurangnya asupan makan akibat

anoreksia. Anoreksia dapat disebabkan karena efek samping dari obat yang

dikonsumsi. Sebanyak 25 orang atau 86,2% responden mengkonsumsi obat dan

sebanyak 12 orang atau 41,4% mengkonsumsi suplemen. Jenis obat yang

dikonsumsi meliputi methylprednisolone, azathioprine, cellcept, captopril, digoxin,

furosemide, prednisone, ranitidine, parasetamol, spironolactone, methotrexate,

MTX dan mexaquin.

6.2 Tingkat Asupan Makan

Tingkat konsumsi energi pada responden tergolong rendah 72,42%

(<77%AKG) sedangkan asupan protein tergolong cukup 101,16% (>77%AKG).

Tingkat konsumsi energi yang rendah disebabkan karena asupan sehari

responden yang kurang. Beberapa responden memiliki kebiasaan makan 2

kali/hari selain itu jumlah asupan yang sedikit juga disebabkan saat pengambilan

data beberapa responden sedang berpuasa. Ketidaksukaan terhadap beberapa

bahan makanan juga menyebabkan pembatasan terhadap variasi makanan yang

dikonsumsi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hapzah (2012) kecukupan zat

Page 65: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

49

gizi dapat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktifias, berat badan dan tinggi

badan, serta keadaan hamil dan menyusui.

Hal lain yang mempengaruhi konsumsi makanan adalah tingkat

pengetahuan gizi yang kurang yang ditunjang dengan ketersediaan bahan

pangan dan keadaan ekonomi (Almatsier, 2009). Tingkat pengetahuan gizi

berhubungan dengan kualitas dan kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi

sehingga dapat memenuhi kebutuhan sehari. Penelitian oleh Faizah (2007)

menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan mempengaruhi tingkat konsumsi

makanan pada remaja.

6.3 Hubungan Asupan Asam Folat dengan Kadar Homosistein

Sebagian besar responden memiliki tingkat konsumsi asam folat dalam

kategori kurang (58,6%) jika dibandingkan dengan AKG. Hal ini disebabkan oleh

rendahnya asupan makanan sumber folat yaitu hati, daging, serealia utuh,

kacang-kacangan, sayuran seperti bayam dan brokoli, serta jeruk. Subjek

penelitian jarang mengkonsumsi lauk hewani berupa hati, daging dan ayam

disebabkan subjek tidak menyukai salah satu produk hewani tersebut selain itu

juga disebabkan oleh faktor ekonomi. Kurangnya konsumsi buah dan sayuran

dapat menyebabkan terjadinya defisiensi folat. Hal ini akan mengakibatkan

peningkatan kadar homosistein (Suter, 2006)

Tingkat kecukupan asam folat untuk wanita usia 18 – 40 tahun sebesar

400 mikrogram perhari. Hasil penelitian menunjukan tingkat asupan asam folat

kurang dengan rata-rata 194+53,78 memiliki rata-rata kadar homosistein

14,301+4,97 yang tergolong hiperhomosisteinemia. Asam folat memiliki fungsi

utama sebagai koenzim folat (THFA) yang memindahkan atom karbon tunggal

Page 66: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

50

(metil) dalam bentuk gugus formil, hidroksi metil atau metal dalam reaksi penting

metabolisme beberapa asam amino dan sintesis asam nukleat. THFA berperan

dalam metilasi homosistein menjadi metionin dengan vitamin B12 sebagai

kofaktor (Mahan, 2008).

Analisa statistik pada penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara

asupan asam folat dengan kadar homosistein dengan arah korelasi negatif (-)

yang menunjukkan bahwa asupan asam folat semakin tinggi maka kadar

homosisteinnya rendah. Kekuatan korelasi antara asupan asam folat dengan

kadar homosistein sebesar 0,749 atau dalam kategori kuat. Sebuah penelitian

telah dilakukan dengan pemberian asam folat dosis tinggi pada penderita gagal

ginjal namun pemberian asam folat 15 mg/hari selama 4 minggu tidak

menghasilkan penurunan kadar homosistein dibandingkan asam folat 5 mg/hari.

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian asam folat yang lebih tinggi tidak lebih

efektif dalam menurunkan kadar homosistein (Darmaja dan Suwitra, 2006).

6.4 Hubungan Asupan Vitamin B6 dengan kadar homosistein

Hasil penelitian sebanyak 37,9% responden memiliki tingkat asupan

vitamin B6 dalam kategori kurang. Vitamin B6 dalam bentuk aktifnya PLP

berperan pada jalur transulfurasi pada metabolisme homosistein, sebagai katalis

reaksi irreversibel membentuk cystathionine dan menghidrolisa cystathionine

untuk membentuk sistein dan α- ketobutyrate (Selhub, 1999).

Semua subjek mengkonsumsi nasi sebagai bahan makanan utama.

Tempe dan tahu merupakan lauk nabati yang hampir seriap hari dikonsumsi oleh

responden, sedangkan kacang-kacangan jarang dikonsumsi. Lauk hewani yang

dikonsumsi diantaranya telur dan daging ayam. Dengan frekuensi konsumsi telur

Page 67: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

51

antara 2-3 kali perminggu sedangkan daging ayam 1-2 kali perbulan. Tingkat

konsumsi bahan makanan hewani yang rendah disebabkan karena faktor

ekonomi.

Pada analisa statistik menunjukkan terdapat hubungan yang memiliki

arah korelasi negatif (-) hal ini menunjukkan tingkat asupan vitamin B6 yang

rendah menyebabkan kadar homosistein meningkat (hiperhomosisteinnemia).

Penelitian oleh Triantari (2011) menunjukkan pada subjek lansia dengan

hiperhomoisteinnemia ringan memiliki asupan vitamin B6 yang tergolong defisit

tingkat berat. Kekuatan korelasi antara asupan vitamin B6 dengan homosistein

sebesar 0,673 dalam kategori kuat. Korelasi yang tidak sangat kuat bisa

disebabkan karena bioavaibilitas vitamin B6 untuk bahan makanan nabati sekitar

6,5-30% dan untuk bahan makanan hewani sekitar 50-58% sehingga vitamin B6

yang dikonsumsi dari makanan sehari-hari tidak seluruhnya dapat diserap tubuh

(Mahan, 2008).

6.5 Hubungan Asupan Vitamin B12 dengan kadar homosistein

Sebagian besar (73,9%) asupan vitamin B12 responden dalam kategori

kurang dibandingkan dengan AKG. Defisiensi vitamin B12 umumnya terjadi

karena adanya gangguan pada lambung yang dapat menyebabkan pelepasan

kobalamin dari ikatannya dengan protein yang membutuhkan cairan lambung

dan pepsin, adanya malabsorpsi usus atau kurangnya asupan vitamin B12 dari

makanan sehari-hari (Almatsier, 2009). Secara teori vitamin B12 bersama asam

folat dan vitamin B6 berperan mengubah folat menjadi bentuk aktif, dan dalam

fungsi normal semua sel, terutama sel-sel saluran cerna, sumsum tulang dan

jaringan syaraf (Suter, 2006). Penelitian oleh Triantari (2011) menunjukkan

Page 68: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

52

bahwa terdapat hubungan antara asupan vitamin B12 terhadap status kognitif

pada lansia. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara asupan

vitamin B12 dengan kadar homosistein yang memiliki kekuatan korelasi sebesar

0,670. Hubungan memiliki arah negatif (-) yang berarti semakin tinggi asupan

vitamin B12 maka semakin rendah kadar homosistein.

6.6 Keterbatasan Penelitian

Terdapat keterbatasan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui kandungan

asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12 digunakan software nutrisurvey. Meskipun

software ini telah umum digunakan, namun data yang keluar dalam bentuk nilai

berdasarkan database yang dimiliki software tersebut yang memiliki keterbatasan

dalam hal data kandungan zat gizi dalam makanan, seperti bahan makanan yang

difortifikasi oleh vitamin B kompleks.

Untuk memperoleh data hasil konsumsi yang tidak ada, digunakan bahan

makanan yang mengandung zat gizi mendekati bahan makanan tersebut dan

tambahan dari database yang berasal dari luar negeri, yang mana kandungan

zat gizi pada bahan makanan kemungkinan berbeda dengan yang dikonsumsi

responden. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini lebih aplikatif jika

kandungan zat gizi menggunakan database yang bersumber dari bahan

makanan yang dikonsumsi responden.

Page 69: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

1. Ada hubungan yang signifikan antara asupan asam folat dengan kadar

homosistein (p=0,000; r=-0,749).

2. Ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin B6 dengan kadar

homosistein (p=0,000; r=-0,693).

3. Ada hubungan yang signifikan antara asupan vitamin B12 dengan kadar

homosistein (p=0,000; r=-0,670).

7.1.1 Kesimpulan lain

1. Sebanyak 7 pasien LES (n=29) memiliki kadar homosistein diatas normal

(hiperhomosisteinemia).

2. Sebanyak 8 responden memiliki status gizi kurang, 16 responden status

gizi normal dan 5 responden status gizi lebih.

3. Rata-rata tingkat konsumsi energi pada responden tergolong rendah

72,42% (<77%AKG) dan sebanyak 15 responden (51,7%) memiliki

asupan energi dibawah AKG.

4. Tingkat asupan kurang untuk asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12

sebanyak 17 responden (58,6%), 11 responden (37,9%) dan 13

responden (44,8%).

53

Page 70: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

54

7.2 Saran

1. Pada penderita LES disarankan untuk mengkonsumsi makanan dengan

gizi seimbang yang didalamnya terkandung asam folat, vitamin B6 dan B12

seperti biji-bijian sereal, sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, protein

hewani dan buah-buahan.

2. Memenuhi anjuran konsumsi asam folat, vitamin B6 dan B12 dalam satu

hari sebesar 400 µg, 1,3 mg, dan 2,4 µg.

3. Memperluas sumber informasi dan pengetahuan terkait dengan gizi bagi

penderita LES.

Page 71: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

DAFTAR PUSTAKA

Albar Z. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Almatsier S. 2009. Vitamin Larut Air . Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hal. 205-216

Bartels CM., Hildebrand J., Muller DJ. 2012. Systemic lupus erythematosus (SLE). eMedicine,(Online), (http://emedicine.medscape.com/article/332244-overview, diakses 30 Maret 2012)

Berdainer CD., Dwyer J., Feldman EB. 1998. Folate, Homocysteine, and Neurologic Diseases. Handbook of Nutrition and food, 2nd ed. USA : CRC press, p. 949-954

Cassidy JT. and Petty RE. 2001. Systemic lupus erythematosus. Textbook of Pediatric Rheumatology. Philadelphia: WB Saunders, p. 396-449

Cattaneo M. 2000. Hyperhomocysteinaemia and atherothrombosis. Ann Med, 32: 46-52

D'Cruz DP., Khamashta MA., Hughes GR. 2007. Systemic lupus erythematosus. Lancet, 369(9561):587-96

Dunne and Lavon J. 2002. Micronutrient. Nutrition Almanac. 5th Ed. New York: McGraw-Hill, p. 10-15.

Elsayed NM. 2001. Antioxidant mobilization in response to oxidative stress: a dynamic environmental–nutritional interaction. Elsevier Nutrition. Vol. 17, p. 828–834.

Frick et al. 2003. Homocysteine, B Vitamins and Immune Activation in Coronary Heart Disease. Pteridines, vol. 14, pp. 82 – 87

Fuchs D, Jaeger M, Widner B, Wirleitner B, Artner-Dworzak E, Leblhuber F. 2001. Is hyperhomocysteinemia due to the oxidative depletion of folate rather than to insufficient dietary intake? Clin Chem Lab Med; 39:691–4

Furqon M. 2005. Gambaran homosistein, enzim MTHFR, vitamin B6, vitamin B12, dan asam folat pada penyakit jantung koroner. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta

Gibson, RS. 2005. Dietary Assessment. Principles of Nutritional Assessment. New York : Oxford University Press

Gordon C. 2002. Review: Long-term complications of systemic lupus Erythematosus. Rheumatology;41:1095–1100

Grimsrud PA, Xie H, Griffin TJ, Bernlohr DA. 2008. Oxidative stress and covalent modification of protein with bioactive aldehydes. J Biol Chem. 283:21837–21841.

Gugun AM. 2008. Hiperhomosistein dan Faktor Risiko Kelainan Vaskuler. Mutiara Medika. Vol. 8 No. 2;97-105.

Guyton Arthur C and Hall, John E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11. Jakarta: EGC, p. 440-448

55

Page 72: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

56

Hahn BH. 2005. Management of Systemic Lupus Erythematosus. Kelley's Textbook of Rheumatology, 7th Ed., Edited by Harris ED et al. London: Saunders, p. 1225-1247

Handojo, D. 2002. Hubungan Status Vitamin A dengan Ferritin Serum dan Hemoglobin Ibu Hamil.Tugas Akhir.Karya Ilmiah Akhir untuk Memenuhi Persyaratan Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik.Universitas Diponegoro Semarang.

Herfindal, E.T., Gourley, D.R., 2000, Textbook of Therapeutic Drug and Disease Management, 7th Ed. Philadelphia: W & W Publs

Irawan B., Sja’bani M., Astoni MA. 2005. Hyperhomocysteinemia as risk for coronary hearth disease. Journal Kedokter Brawijaya, Vol XXI, No.3, Hal. 103-149

Kalim H. 1996. Gambaran klinik dan harapan hidup penderita lupus Eryhematosus sistemik (SLE). Maj Kedok Indonesia; 46: 383-384

Khan MF, Wu X, Ansari GA. 2001. Anti-malondialdehyde antibodies in MRL+/+ mice treated with trichloroethene and dichloroacetyl chloride: possible role of lipid peroxidation in autoimmunity. Toxicol Appl Pharmacol.170:88–92.

Komalig F., Herryanto, Hananto M. 2004. Faktor Lingkungan yang dapat Meningkatkan Risiko Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 7 No 2, hal. 747 – 757.

Koskenmies, Sari. 2003. Mapping of Suspectibility Genes for Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Disertasi. Fakultas Kedokteran Universitas Helsinky, Finlandia.

Kusharisupeni. 2007. Gizi dalam daur kehidupan (Prinsip-prinsip dasar) dalam gizi kesehatan masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindi Persada

Kusumah, UW. 2009. Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester II-III dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya di RSUP H. Adam Malik tahun 2009. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, Medan.

Lazzerini et al., 2007. Autoimunity review: Hyperhomocysteinemia, inflammation and autoimmunity. Elsevier, Vol. 6, p. 503-509.

Mahan KL., Sylvia ES., 2008. The Water-Soluble Vitamin. Krause’s Food and Nutrition Therapy, 12th Ed. Canada: Saunderr-Elsevier, p. 82-99

Martin E. 2003. Principles of human nutrition second edition. Edinburgh, Uk, blackweel science. Hal. 239-303

McCaddon A., Regland, Hudson, and Davies. 2002. Functional vitamin B12

deficiency and Alzheimer disease. Neurology. vol. 58 no. 9 1395-1399McKay D., Perrone G., Rasmussen H., Dallal H. And Blumberg JB. 2000.

Multivitamin/Mineral Supplementation Improves Plasma B-Vitamin Status and Homocysteine Concentration in Healthy Older Adults Consuming a Folate-Fortified Diet. The Journal of nutrition, 130: 3090–3096

Minami Y., Hirabayashi Y., Nagata C., Ishii T., Harigae H., dan Sasaki T. 2011. Intakes of Vitamin B6 and Dietary Fiber and Clinical Course of Systemic Lupus Erythematosus: A Prospective Study of Japanese Female Patients. J Epidemiol. 21(4):246-254

Mok CC, Lau CS.2003. Review : Pathogenesis of systemic lupus erythematosus. J Clin Pathol ;56:481–490

Page 73: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

57

Nagata C, Shimizu H, Takami R, Hayashi M, Takeda N, Yasuda K. 2003. Soy product intake is inversely associated with serum homocysteine level in premenopausal Japanese women. Journal of Nutrition.133:797–800

Padjas A, Undas A, Swadzba J, Musial J. 2007. Antibodies to N-homocysteinylated albumin in patients with systemic lupus erythematosus. Original Articles. Pol Arch Med Wewn, 117 (3): 80-85

Petri M. 2000. Detection of coronary artery disease and the role of traditional risk factors in the Hopkins Lupus Cohort. Lupus. 9:170–5

Pisetsky DS, Glikeson G, Clair EW. 1997. Systemic Lupus Erythematosus. Diagnosis and treatment. Med Clin North Am. 81 : 113-27

Prado D, Guerra-Shinohara,Galdieri, Terreri, Hilario MO. 2006. Increased concentration of plasma homocysteine in children with systemic lupus erythematosus. Clinical and Experimental Rheumatology, 24: 594-598

Pusparini. 2002. Homosistein faktor risiko baru (non tradisional) penyakit kardiovaskuler. J Kedokter Trisakti. Vol.21 No.1, hal. 31-39

Rahayu, Muji. 2011. Pengaruh Pemberian Folat dengan Kadar Homosistein dan Profil Lipid Pada Tikus Diabetes. Tesis. Program Pasca Sarjana Magieter Ilmu Biomedik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Patologi Klinik Universitas Diponegoro, Semarang.

Rahman dan Isenberg. 2008. Systemic lupus erythematosus.The New England Journal of Medicine, vol. 358, no. 9, pp. 929–939.

Refsum H, Smith AD, Ueland PM. 2004. Facts and recommendations about total homocysteine determinations: an expert opinion. Clin Chem, 50:3-32

Roman MJ, Crow MK, Lockshin MD, Devereux RB, Paget SA, Sammaritano L. 2007. Rate and determinants of progression of atherosclerosis in systemic lupus erythematosus. Arthritis Rheum. 56:3412–9

Schroecksnadel K, Frick B, Wirleitner B, Schennach H,Fuchs D. 2003. Homocysteine accumulates in supernatants of stimulated human peripheral blood mononuclear cells. Clin Exp Immunol; 134:53–6

Schroecksnadel K., Frick B., Winkler C., Leblhuber F., Wirleitner B. and Fuchs D. 2003. Review: Hyperhomocysteinemia and Immune Activation. Clin Chem Lab Med; 41(11):1438–1443

Selhub J. 1999. Review: Homocysteine Metabolism. Annu. Rev. Nutr. 19:217–46Shacter E. 2000. Quantification and significance of protein oxidation in biological

samples. Drug Metab Rev; 32:307–326. Shah D., Kiran R., Wanchu A., Bhatnagar A. 2010. Oxidative stress in systemic

lupus erythematosus: Relationship to Th1 cytokine and disease activity. Elsevier, Immunology Letter, Vol. 129, p. 7-12

Shen J., Lai CQ., Ordovas JM., Tucker KL. 2010. Association of vitamin B-6 status with inflammation, oxidative stress, and chronic inflammatory conditions: the Boston Puerto Rican Health Study. J Clin Nutr; vol. 91 no. 2 337-342

Singh RR. 2003. Mechanisms of Autoimmunity in Lupus: Exploiting T-B Cell Cross-Talk to Explore Novel Therapeutic Strategies. J Indian Rheumatol Assoc, 11 : 109 – 120

Page 74: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

58

Sukmana N. 2004. Penatalaksanaan LES pada Berbagai Target Organ. Cermin Dunia Kedokteran, no. 142, pp.27-30

Supriasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Suter P. 2006. Vitamin metabolism and requirements in elderly: selected aspect. In: geriatric nutrition: the health profesional’s handbook. 3rd edition. Canada: jones and barlett publisher, p.31

Wang G, Wang J, Ma H, Khan MF. 2009. Increased nitration and carbonylation of proteins in MRL+/+ mice exposed to trichloroethene: potential role of protein oxidation in autoimmunity. Toxicol Appl Pharmacol. 237:188–195.

Wang G., Pierangeli S., Papalardo E., Antasari and Khan M.F. 2010. Markers of Oxidative and Nitrosative Stress in Systemic Lupus Erythematosus: Correlation with Disease Activity. Arthritis Rheum , 62 (7) : 2064–2072.

Page 75: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

55

Page 76: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

Dengan hormat,

Dalam kuesioner ini terdapat sejumlah pertanyaan untuk mengetahui hubungan asupan asam folat,

vitamin B6 dan Vitamin B12 dengan kadar homosistein pasien Lupus Eritematosus Sistemik. Dengan

demikian Anda diminta untuk mengutarakan apa adanya. Berdasarkan kuesionare ini maka nantinya akan

memberikan gambaran mengenai asupan asam folat, vitamin B6 dan Vitamin B12 yang sesuai untuk pasien

Lupus Eritematosus Sistemik.

Atas perhatian Anda, kami sampaikan terima kasih.

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden dalam pengambilan data dasar untuk mengetahui

hubungan asupan asam folat, vitamin B6 dan Vitamin B12 dengan kadar homosistein pasien Lupus

Eritematosus Sistemik.

Malang, November 2012

Surveyor Responden

(................................) (.....................................)

60

KUESIONER PENGUMPULAN DATA DASAR ASUPAN ASAM FOLAT, VITAMIN B6, DAN VITAMIN B12 DENGAN KADAR

HOMOSISTEIN PADA PASIEN LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIKJURUSAN GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYAJl. Veteran, Malng 65145

Telp. (0341) 551661, 575777

LAMPIRAN 2

Page 77: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

KETERANGAN PENGUMPUL DATA

1. Nama pengumpul data 1. 2.

2. Tanggal pengumpulan data

DATA DASAR

1. Nama

2. Alamat

3. Tanggal Lahir/usia - - /

4. Pekerjaan

DATA ANTROPOMETRI

1. Berat Badan (Kg)

2. Tinggi Badan (cm)

3. IMT

KONSUMSI SUPLEMEN DAN OBAT

Apakah Anda konsumsi suplemen ? Ya Tidak

Jika iya, apa jenis suplemen yang dikonsumsi? Berapa dosis konsumsinya dalam sehari?Jawab :.......................................................................................................................Apakah ada obat yang Anda konsumsi selama 3 bulan terakhir?

Ya TidakJika ada, apa obat yang Anda konsumsi?Jawab :.......................................................................................................................Apakah Anda konsumsi alkohol?

Ya Tidak

61

.......... tahun

Page 78: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

POLA KONSUMSI 24-FOOD RECALLWaktu Menu Jumlah

(Gram/URT)Keterangan

Pagi

Siang

Malam

62

Page 79: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

63

Page 80: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

POLA KONSUMSI SQ-FFQ

Bagaimana konsumsi bahan makanan di bawah ini dalam 3 bulan yang lalu?Bahan

MakananJumlah (Gram)

URT Frekuensi (H=Harian,

M=Mingguan, B=Bulanan, TP=Tidak Pernah)

Jumlah (K=Kecil,

S=Sedang, B=Besar

Rata-rata Frekuensi

Rata-rata jumlah

konsumsiper hari

Keterangan

H M B TP K S B

Makanan Pokok

Nasi/beras putih

100 ¾ gelas/ 1 entong

Oat meal 45 5 ½ sdm

Roti 70 2 iris

Roti Gandum 70 2 iris

Jagung 125 3 bj sdg

Singkong 120 1 ½ ptg

Ubi jalar 135 1 bj sdg

Kentang 100 1 bh sdg

Sumber Protein hewani

Daging sapi 35 1 ptg sdg

Ginjal sapi 45 1 ptg bsr

Hati sapi 35 1 ptg sdg

Usus sapi 50 1 ptg bsr

Ayam 40 1 ptg sdg

Telur ayam 55 1 btr

Hati ayam 35 1 ptg s

64

Page 81: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

Telur bebek 55 1 btr

Bahan Makanan

Jumlah (Gram)

URT Frekuensi (H=Harian,

M=Mingguan, B=Bulanan, TP=Tidak Pernah)

Jumlah (K=Kecil,

S=Sedang, B=Besar

Rata-rata Frekuensi

Rata-rata jumlah

konsumsiper hari

Keterangan

H M B TP K S B

Ikan laut 40 1 ptg sdg

Ikan tuna 40 1 ptg sdg

Sumber Protein nabati/kacang-kacangan

Kacang tanah 15 2 sdm

Kacang polong

20 2 sdm

Kacang kedelai

25 2 ½ sdm

Tempe 50 2 ptg sdg

Tahu 110 1 bj bsr

Kacang merah 20 2 sdm

Kacang hijau 20 2 sdm

Kacang almond

10 7 bj

Sayuran

Buncis 100 1 gls

Bayam 100 1 gls

Asparagus 100 1 gls

Kubis 100 1 gls

65

Page 82: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

Wortel 100 1½ ptg sdg

Kembang kol 100 1 gls

Bahan Makanan

Jumlah (Gram)

URT Frekuensi (H=Harian,

M=Mingguan, B=Bulanan, TP=Tidak Pernah)

Jumlah (K=Kecil,

S=Sedang, B=Besar

Rata-rata Frekuensi

Rata-rata jumlah

konsumsiper hari

Keterangan

H M B TP K S B

Sawi 100 1 bh sdg

Kacang panjang

100 1 gls

Selada 100 1 gls

Jamur 100 1 gls

Labu sayur 100 ½ bh sdg

Buah-buahan

Pisang 40 2 bh

Pepaya 110 1 ptg bsr

Apel 75 1 bh sdg

Alpukat 60 ½ bh bsr

Anggur 125 15 bh sdg

Jambu biji 100 1 ptg bsr

Mangga 90 ¾ bh bsr

Jeruk 110 2 bh sdg

Semangka 90 1 ptg sdg

Susu/produk susu

Susu segar 200 1 gls

Susu bubuk 20 4 sdm

Susu skim 20 4 sdm

66

Page 83: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

Keju 35 1 ptg kcl

67

Page 84: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

LAMPIRAN 3DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN

Kode Responden

Usia IMT Energi Asupan protein

Asupan Asam Folat

Asupan Vit.B6

Asupan Vit. B12

Kadar Homosistein

101 22 16.87 688 35.0 114.3 0.7 0.7 22.897

102 18 18.75 1068 56.8 412.0 0.9 1.3 14.621

103 35 26.57 925 39.5 220.1 1.9 2.01 4.69

104 26 21.66 1005 30.0 134.1 0.7 0.3 14.0

105 40 21.13 1418 47.9 144.3 0.6 1.0 24.483

106 23 20.88 1125 35.8 152.3 0.8 0.9 19.586

107 37 17.76 785 32.2 133.7 0.9 1.9 16.345

108 35 20.63 1637 59.3 353.3 2.0 2.9 9.172

109 19 14.45 1101 53.1 137.5 1.0 0.7 16.552

110 35 20.7 1981 56.5 421.1 2.6 2.1 8.759

111 39 24.16 1413 63.6 247.2 1.3 2.9 8.069

112 34 22.13 1468 66.6 350.3 1.5 6.0 5.034

113 35 23.75 1235 38.4 206.1 0.9 2.0 11.793

114 18 25.35 1771 55.1 651.7 1.6 7.5 3.241

115 29 21.8 1910 45.3 226.1 1.2 1.5 12.207

116 35 21.39 956 49.9 172.7 0.9 0.6 14.414

117 19 16.46 1555 63.2 223.8 1.1 1.7 12.966

118 24 17.22 1286 68.2 179.2 1.1 1.0 15.034

119 36 28.88 1993 35.1 324.5 1.2 1.8 9.931

120 38 18.14 1448 63.1 384.6 1.4 0.6 8.276

121 26 18.21 1299 41.9 308.0 1.2 2.4 9.241

122 30 19.34 1819 79.7 207.1 1.1 0.9 15.954

123 40 29.16 1461 55.8 325.3 1.9 2.1 8.552

124 18 19.16 1599 61.3 330.0 1.3 7.3 8.552

125 40 19.36 1722 50.9 241.5 0.8 2.4 11.517

126 25 20.0 1762 67.2 405.0 1.5 7.8 4.483

127 21 17.47 1263 40.7 390.0 1.5 4.1 6.027

128 36 19.92 1308 36.0 411.0 1.2 3.0 6.759

129 23 27.08 897 39.0 254.3 1.0 1.0 13.379

66

Page 85: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

LAMPIRAN 4HASIL UJI ANALISIS STATISTIK

a. Hasil Analisis Univariat

Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 18 3 11.5 11.5 11.5

19-29 9 34.6 34.6 46.2

>30 14 53.8 53.8 100.0

Total 26 100.0 100.0

Status Gizi (IMT)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <17 3 10.3 10.3 10.3

17-18.5 5 17.2 17.2 27.6

18,51-25 16 55.2 55.2 82.8

25.01-27 2 6.9 6.9 89.7

27.01 3 10.3 10.3 100.0

Total 29 100.0 100.0

Lama menderita LES

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 tahun 9 31.0 31.0 31.0

2 tahun 9 31.0 31.0 62.1

3 tahun 7 24.1 24.1 86.2

lebih 3 tahun 4 13.8 13.8 100.0

Total 29 100.0 100.0

67

Page 86: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

Asupan Asam Folat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kurang 17 58.6 58.6 58.6

sedang 11 37.9 37.9 96.6

lebih 1 3.4 3.4 100.0

Total 29 100.0 100.0

Asupan Vitamin B6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kurang 11 37.9 37.9 37.9

sedang 13 44.8 44.8 82.8

lebih 5 17.2 17.2 100.0

Total 29 100.0 100.0

Asupan Vitamin B12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kurang 13 44.8 44.8 44.8

sedang 6 20.7 20.7 65.5

lebih 10 34.5 34.5 100.0

Total 29 100.0 100.0

Kadar Homosistein

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid dibawah normal 3 10.3 10.3 10.3

normal 19 65.5 65.5 75.9

diatas normal 7 24.1 24.1 100.0

Total 29 100.0 100.0

68

Page 87: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

b. Hasil Uji Normalitas Homosistein, Asupan Asam Folat, Vitamin B6 dan B12

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

homosistein

pasien SLE

asupan asam

folat

asupan vitamin

B6

asupan vitamin

B12

N 29 29 29 29

Normal Parametersa Mean 11.60462 277.969 1.234 2.428

Std. Deviation 5.324130 122.3764 .4506 2.1258

Most Extreme

Differences

Absolute .120 .128 .151 .229

Positive .120 .128 .151 .229

Negative -.058 -.091 -.083 -.160

Kolmogorov-Smirnov Z .645 .691 .814 1.235

Asymp. Sig. (2-tailed) .800 .725 .521 .095

a. Test distribution is Normal.

c. Hasil Uji Hubungan Asupan Asam Folat dengan Kadar Homosistein

69

Correlations

homosistein

pasien SLE

asupan asam

folat

homosistein pasien SLE Pearson Correlation 1 -.749**

Sig. (2-tailed) .000

N 29 29

asupan asam folat Pearson Correlation -.749** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 29 29

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 88: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

d. Hasil Uji Hubungan Asupan Vitamin B6 dengan Kadar Homosistein

Correlations

homosistein

pasien SLE

asupan vitamin

B6

homosistein pasien SLE Pearson Correlation 1 -.693**

Sig. (2-tailed) .000

N 29 29

asupan vitamin B6 Pearson Correlation -.693** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 29 29

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

e. Hasil Uji Hubungan Asupan Vitamin B12 dengan Kadar Homosistein

Correlations

homosistein

pasien SLE

asupan vitamin

B12

homosistein pasien SLE Pearson Correlation 1 -.670**

Sig. (2-tailed) .000

N 29 29

asupan vitamin B12 Pearson Correlation -.670** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 29 29

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

70

Page 89: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

LAMPIRAN 5

NILAI SLEDAI

Nilai Tanda Keterangan

8 Kejang Serangan aktual. Tidak termasuk metabolik, infeksi atau pengaruh obat

8 Gangguan Kejiwaan Gangguan kemampuan fungsi pada aktivitas normal karena gangguan berat pada persepsi realita. Termasuk halusinasi, inkuheren, tidak bersosialisasi, kurangnya isi fikir, berfikir tidak logis, aneh, tidak terorganisir atau perilaku katatotik. Tidak termasuk uremia atau pengaruh obat

8 Organic Brain Syndrome Kerusakan fungsi mental dengan adanya gangguan orientasi, memori atau fungsi intelegen lain dengan fluktuasi ciri klinis dengan onset yang cepat. Termasuk biasnya kesadaran ditandai berkurangnya kapasitas untuk fokus dan ketidakmampuan untuk memberikan perhatian pada lingkungan, ditambah setidaknya 2 tanda yaitu gangguan perseptual, perkataan yang tidak nyambung, insomnia atau mengantuk disiang hari, atau peningkatan/penurunan aktivitas psikomotor. Tidak termasuk metabolik, infeksi atau pengaruh obat

8 Gangguan penglihatan Perubahan retinal dari LES. Termasuk cytoid bodies, perdarahan retinal, eksudat yang serius, perdarahan pada koroid, atau peradangan saraf optik. Tidak termasuk hipertensi, infeksi dan akibat obat-obatan

8 Gangguan syaraf kranial Serangan baru dari kematian saraf sensorik atau motorik melibatkan saraf kranial

8 Sakit kepala Lupus Sakit kepala berat yang konstan; mungkin migren, pastinya tidak bereaksi terhadap narkotik analgesik

8 Stoke Serangan baru dari cedera pembuluh darah otak kecuali arterosklerosis

8 Vasculitis Ulserasi, gangren, benjolan dijari, periungual, kematian jaringan, serpihan perdarahan, atau biopsi atau angiogram untuk membuktikan vasculitis

4 Artritis Lebih dari 2 sendi dengan nyeri dan tanda-tanda peradangan (nyeri tekan, bengkak atau efusi)

71

Page 90: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

4 Miositis Nyeri/kelemahan otot proksimal, berhubungan dengan peningkatan kreatin fosfokinase/adolase atau perubahan elektromiogram atau biopsi yang menunjukkan miositis

4 Buangan urin Heme-granular atau buangan sel darah merah

4 Hematuria >5 sel darah merah/high poer field. Tidak termasuk stone, infeksi, atau penyebab lain

4 Proteinuria >0.5 gm/24 jam. Serangan baru atau peningkatan awal lebih dari 0.5 gm/24 jam

4 Piuria >5 sel darah putih/high power field. Tidak termasuk infeksi

2 New rash Kekambuhan dari tipe inflamasi bercak-bercak merah

2 Alopesia Onset baru atau kekambuhan yang abnormal, menempel atau kehilangan rambut

2 Ulcer pada mukosa Onset baru atau kekambuhan dari ulcer pada mulut atau hidung

2 Pleurisi Nyeri dada pleuritik dengan gesekan pleura atau efusi atau perlengketan pleura

2 Perikarditis Nyeri perikardial dengan sedikitnya 1 dari: gesekan, efusi atau konfirmasi elektro kardiogram

2 Rendahnya komplemen Menurunnya CH50, C3 atau C4 dibawah batas rendah dari nilai normal untuk tes laboratorium

2 Peningkatan DNA binding >25% ikatan oleh Farr assay atau diatas rata-rata normal untuk tes laboratorium

1 Demam >38°C tidak termasuk karena infeksi

1 Trombositopenia <100.000 platelet/mm3

1 Leukopenia <3.000 sel darah putih/mm3 kecuali obat-obatan

Page 91: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

LAMPIRAN 6ALUR PENGUKURAN HOMOSISTEIN

73

Tambahkan 50 µL larutan standar atau sampel yang sudah didilusikan (10µL sampel dengan 40µL sample

diluent) dalam mikroplate

Tambahkan HRP-conjugated antibody 50 µL ke dalam masing-masing sumuran

Mikroplate ditutup dengan strip perekat dan diinkubasi selama 1 jam pada suhu 370C

Isi sumuran kemudian dibuang dan dicuci dengan 300 ml washing buffer sebanyak 5 kali pencucian

Mikroplate dibalik dan dikeringkan dengan mengelap menggunakan kertas penghisap yang bersih

Ditambahkan chomogenic substrate A dan B masing-masing 50 µL ke dalam sumuran, diinkubasi selama 15

menit pada suhu 370C, selama inkubasi sumuran dilindungi dari cahaya

Ditambahkan 50 µL stop solution kedalam masing-masing sumuran

Densitas optik dari setiap sumuran dibaca dengan mikro ELISA reader dalam waktu 15 menit pada

panjang gelombang 450 nm

Siapkan mikroplate yang mengandung antibodi monokronal

Page 92: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

BIODATA PENELITI

Nama : IKA SUSANTI

Tempat/Tgl. Lahir : Banyuwangi, 15 Pebruari 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Hindu

Alamat Asal : Dsn Krajan Rt 03 Rw 01 Desa Sumbersewu

Kec. Muncar Kab. Banyuwangi

Alamat di Malang : Jalan terusan cikampek no.16

Mobile Phone : 087859167410

Nama Ayah : MISADI

Nama Ibu : SURATI

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Nama Sekolah Tahun

SD SD Negeri 04 Sumbersewu 1997-2003

SMP SMP Negeri 3 Muncar 2003-2006

SMA SMA Negeri 1 Genteng 2006-2009

PT Universitas Brawijaya

(Gizi Kesehatan)

2009-2013

74

Page 93: Ika Susanti_Hubungan Asupan AF, Vit.B6, Dan Vit.B12 Dengan Kadar Homosistein

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ika Susanti

NIM : 0910730010

Jurusan : Ilmu Gizi Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar –

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya. Apabila di

kemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan maka saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, Januari 2013

Yang membuat pernyataan,

Ika Susanti

NIM. 0910730010

75