32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Merambahnya budaya asing ke Indonesia melalui media massa (elektronik, cetak) serta media dunia maya (internet) sangat mempengaruhi perkembangan budaya Indonesia sekaligus perkembangan lingkungan hidup. Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah lingkungan hidup dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Keadaan lingkungan Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya. 1

Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Merambahnya budaya asing ke Indonesia melalui media massa (elektronik, cetak)

serta media dunia maya (internet) sangat mempengaruhi perkembangan budaya Indonesia

sekaligus perkembangan lingkungan hidup. Proses saling mempengaruhi adalah gejala

yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai

masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang

mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi

dan mempengaruhi.

Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena

adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak

luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan

hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah lingkungan hidup dimana nilai

dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal,

seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Keadaan

lingkungan Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus

tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya.

Lingkungan hidup Indonesia sangat membanggakan karena memiliki

keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri. Seiring

berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup dan pola pikir masyarakat

yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih memanfaatkan sumber daya

alam secara berlebihan sehingga lupa akan kelestariannya. Banyak faktor yang

menyebabkan kelestarian lingkungan hidup tersebut dilupakan dimasa sekarang ini,

misalnya masuknya investor asing yang menanamkan modal di Indonesia dengan

memanfaatkan lingkungan hidup Indonesia dengan kata lain mengeksploitasi SDA.

Masuknya investor asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal yang wajar

dan menguntungkan, asalkan investor tersebut memiliki kecintaan terhadap alam

sehingga pemanfaatannya tidak merugikan Indonesia terutama dalam hal lingkungan.

1

Page 2: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

Namun pada kenyataannya investor asing mulai mendominasinya dengan cara eksploitasi

secara besar-besaran yang berlebihan, pelestarian alam Indonesia semakin dilupakan.

Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan

pentingnya lingkungan hidup terhadap kehidupan sekarang dan yang akan datang.

Lingkungan hidup adalah aset atau kekayaan bangsa. Sebagai aset  bangsa,

lingkungan hidup harus terus dijaga keasrian maupun keanekaragamannya agar tidak

dibabat habis oleh investor asing. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan

investor asing masuk asalkan pemanfaatannya tidak merugikan alam serta bangsa

Indonesia itu sendiri karena suatu negara juga membutuhkan investor asing untuk dapat

membantu menaikkan pendapatan devisa negara.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana globalisasi mempengaruhi lingkungan hidup di negara berkembang?

2. Apa dampak positif dan negatif dari pengaruh Globalisasi bagi lingkungan hidup?

3. Bagaimana Dampak Globalisasi terhadap kesehatan?

4. Apa faktor-faktor yang menyebabkan mudahnya terjadi eksploitasi lingkungan

dinegara berkembang?

5. Apa upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi

dampak negatif global lingkungan hidup?

6. Bagaimana MDGs di indonesia ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh globalisasi bagi lingkungan hidup di negara berkembang.

2. Mengetahui dampak positif dan negatif dari pengaruh Globalisasi bagi lingkungan

hidup.

3. Dampak globalisasi terhadap kesehatan.

4. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan mudahnya terjadi eksploitasi

lingkungan dinegara berkembang

5. Mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi

dampak negatif global lingkungan hidup.

6. MDGs Di indonesia.

2

Page 3: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dampak Globalisasi Bagi Lingkungan Negara Berkembang

Globalisasi, mungkin kata itu sering kita dengarkan di televisi, radio, suratkabar ataupun

percakapan sehari-hari. Kata globalisasi muncul pada abad ke-20. Globalisasi telah menjadikan

pertukaran barang dan jasa dengan mudah terjadi melewati batas-batas territorial negara.

Globalisai menjadikan dunia seperti global village. Dengan adanya globalisasi, negara-negara

dapat dengan mudah melakukan suatu interaksi, baik dalam hal komunikasi, pertukaran

informasi, dan lainnya. Hal tersebut menjadikan globalisasi sebagai arah baru bagi

perkembangan negara selanjutnya.

Globalisasi layaknya seperti keping uang logam, yang memiliki 2 sisi yang sangat

bertolak belakang satu sama lain. Globalisasi disatu sisi memberikan dampak positif dan disisi

lain memberikan dampak negatif. Dan salah satu dari dampak negatif globalisasi berimbas pada

masalah lingkungan. Ada serangkaian proses yang harus dilewati untuk menuju pada tahap

perusakkan lingkungan akibat globalisasi, yang pada umumnya terjadi di negara-negara

berkembang.

Dengan semakin menipisnya batas-batas negara karena dotrin kepahaman globalisasi

yang menuntut setiap negara jika hendak menjadi negara maju, maka harus membuka selebar-

lebarnya terhadap bantuan-bantuan dan kerjasama dengan pihak asing, maka hal inilah yang

kemudian menjadi pintu masuk bagi para investor-investor asing untuk berlomba masuk dan

menanamkan sahamnya di negara-negara berkembang. Sehingga kemudian menginisiasi

maraknya indusrialisasi, privatisasi, serta deregulasi di negara-negara berkembang.

Dalam dunia industri, bahan mentah adalah salah satu hal penting untuk menjalankan

suatu roda perindustrian. Dan bahan-bahan mentah ini, banyak ditemukan di negara-negara

berkembang yang memang dalam segi geografinya berada pada jalur lintang dan bujur yang

subur. Namun, negara berkembang terkendala dalam melakukan pengelolaan akan sumber daya

alam yang melimpah tersebut akibat keterbatasan modal dan teknologi yang dimilikinya.

3

Page 4: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

Sehingga negara-negara berkembang membutuhkan suntikkan dana dan jasa dari negara-negara

maju. Adapun bentuknya bisa berupa hutang, pinjaman, ataupun hibah.

Namun sangat disayangkan bahwa berbagai bantuan dana dalam bentuk pinjaman

maupun hibah oleh negara maju tersebut sebagian besar digunakan untuk membeli teknologi-

teknologi dari negara maju. Dengan kata lain pinjaman dari negara maju, kembali masuk ke saku

negara maju lagi dalam bentuk pembelian teknologi oleh negara berkembang, di lain waktu

negara berkembang masih harus melunasi hutang-hutang kepada negara maju beserta dengan

bunganya. Ini adalah satu dari sekian banyak bentuk kerjasama di era globalisasi antara negara

maju dan negara berkembang yang mana secara tidak langsung merugikan negara-negara

berkembang.

Teknologi yang telah dibeli oleh negara berkembang (umumnya merupakan negara

tropis) memungkinkan mereka untuk memanfaatkan kekayaan hutan alamnya dalam rangka

meningkatkan sumber devisa negara dan berbagai pembiayaan pembangunan, tetapi akibat yang

ditimbulkannya kemudian adalah terjadinya perusakkan hutan tropis. Terlepas dari berbagai

keberhasilan pembangaunan yang disumbangkan oleh teknologi dan sektor industri.

Sesungguhnya telah terjadi kemerosotan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran

lingkungan, bahkan seringkali wilayah-wilayah yang tidak menjadi pusat industri mendapat

imbasnya seperti peningkatan suhu udara.

Untuk persoalan industri, pada umumnya indutri didirikan di negara-negara berkembang

dengan tujuan untuk efisiensi biaya produksi dan transportasi serta mengingat letak negara

berkembang sebagai pasar dari komoditi industri negara maju. Dalam prosesnya kemudian,

industri-industri yang didirikan oleh negara-negara maju melakukan eksploitasi sumber daya

alam yang berlebihan ditambah lagi proses kerja industri-industri tersebut tidak berwawasan

lingkungan. Hal ini dilihat melalui berbagai bentuk kerusakkan akibat aktifitas pertambangan,

selain itu juga limbah yang dihasilkan tidak ditaktisi oleh negara maju. Dengan masuknya

perusahaan tambang asing, maka pencemaran lingkungan pasti tidak akan bisa dihindarkan.

Kebijakan pemerintah mengiizinkan operasi pertambangan pada kawasan hutan lindung dan

konservasi, sudah pasti akan mempercepat lenyapnya berbagai sumber daya alam yang tadinya

melimpah di negara-negara berkembang seperti Filipina, Indonesia, Vietnam, Sri Lanka dan lain-

lain.

4

Page 5: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

B. Dampak Positif Dan Negatif Globalisai Bagi Lingkungan Hidup

Dalam perkembangan globalisasi di dunia terdapat hasil dari pengaruh tersebut, baik dari

segi positif maupun negatif. Dampak yang ditimbulkan gerakan globalisasi di negara-negara

berkembang selain bentuk-bentuk kerusakkan lingkungan akibat eksploitasi yang diakibatkan

oleh perusahaan-perusahaan pertambangan di negara-negara berkembang oleh negara maju,

terdapat pula kerusakkan lingkungan akibat industrialisasi di negara berkembang sebagai contoh

di negara Indonesia seperti:

1. Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri

2. Konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk seperti;

merkuri, cadmium, timah hitam, pestisida, pcb, meningkat tajam dalam

kandungan air permukaan dan biota lainnya

3. Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di

musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang

berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak

4. Temperature udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan

temperatur tertinggi di beberapa kota seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat

celcius pada musim kemarau di hari terpanasnya

5. Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti;CO, NO2r SO2, dan

debu akibat polusi asap pabrik dan kendaraan bermesin

6. Sumber daya alam yang di miliki bangsa Indonesia terasa semakin menipis,

seperti minyak bumi dan batu bara yang diperkirakan akan habis pada tahun 2020

akibat eksploitasi yang berlebihan

7. Luas hutan Indonesia semakin sempit akibat tidak terkendalinya perambahan

yang disengaja atau oleh bencana kebakaran

8. Kondisi hara tanah semakin tidak subur, dan lahan pertanian semakin menyempit

dan mengalami pencemaran akibat polusi tanah dan polusi permukaan

Contoh lainnya adalah kasus penolakkan rakyat Filipina terhadap pertambangan nikel

berskala besar dipulau Mindoro oleh perusahaan pertambangan Norwegian Intex sebab sifatnya

5

Page 6: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

yang merusak karena bisa menyebabkan banjir dan erosi, selain itu pula mengganggu sumber air

irigasi terbesar disana. Irigasi itu mengairi sawah seluas 40 ribu hektar. Selama ini, Mindoro

memang dikenal sebagai limbung padi bagi Manila. Hal tersebut, bisa terjadi sebab UU

pertambangan Filipina yang ada memihak terhadap perusahaan tambang asing dan memberi

mereka 100% keuntungan dan pembebasan pajak. Dengan pemerintah yang lemah, kita tidak

bisa bergantung pada mekanisme monitoring karena pemerintahnya korup.

Melalui contoh-contoh tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa yang menjadi sumber

utama dari perusakkan dan segala bentuk eksploitasi lingkungan yang terjadi yang dipelopori

oleh industri yang notabene dikuasai sepenuhnya oleh negara-negara maju. Sesungguhnya,

negara berkembang lebih banyak dirugikan atas upaya kerjasama tersebut mengingat selain telah

dikuras kekayaan alamnya oleh negara maju, pembagian hasil yang tidak merata, serta dampak

dari eksploitasi aktifitas industry ditambah lagi dengan permaslahan limbah yang dihasilkan.

Karena limbah industri dibuang ke lingkungan, maka masalah yang ditimbulkannya

merata dan menyebar di lingkungan yang luas. Limbah industri baik berupa gas, cair, maupun

padat umumnya termasuk kategori atau dengan sifat limbah B3. Limbah bahan berbahaya dan

beracun yang sangat ditakuti adalah limbah dari indutri kimia. Limbah dari industri bahan kimia

pada umumnya mengandung berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai sifat

akumulatif dan beracun (toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Limbah padat akan

mencemari tanah dan sumber air tanah. Limbah gas yang dibuang ke udara umumnya

mengandung senyawa kimia berupa Sox, NOx, CO, dan gas-gas lain yang tidak diinginkan.

Adanya SO2 dan NOx di udara dapat menyebabkannya terjadinya hujan asam yang dapat

menimbulkan kerugian karena merusak bangunan, ekosistem perairan, lahan pertanian dan

hutan. Limbah cair yang dibuang ke perairan akan mengotori air yang dipergunakan untuk

berbagai keperluan dan mengganggu kehidupan biota air.

Untuk itu, limbah dari hasi industri benar-benar menjadi ancaman kerusakkan lingkungan

di negara-negara berkembang yang menjadi pusat industri negara maju. Keseluruhan

permasalahan yang terjadi di negara-negara berkembang menjadi layaknya sebuah penyakit

menggerogoti tubuh negara-negara berkembang dari ke hari. Namun, nampaknya negara-negara

berkembang belum menyadari sepenuhnya dengan kondisi mereka yang tidak baik-baik saja

akibat terlena dengan bualan “globalisasi’ yang dikatakan mampu meningkatkan perekonomian

dan mampu mensejahterahkan masyarakat.

6

Page 7: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

Adapula dampak positif dari globalisasi yang mempengaruhi lingkungan hidup manusia,

seperti;

1. Seperti kesadaran manusia akan mulai tercemarnya lingkungan hidup mereka,

sehingga menumbuhkan kesadaran dalam diri untuk berbenah, memulai hidup

dengan cara yang baik untk menjaga, menyelaraskan serta merawat lingkungan

hidup guna menciptakan hidup yang lebih baik

2. Munculnya teknologi canggih ramah lingkungan

3. Munculnya organisasi-organisasi pecinta alam yang senantiasa menjaga dan

meenyebarkan pengaruh terhadap kesadaran menjaga lingkungan hidup

Dalam prakteknya, sedikit demi sedikit mulai bermunculan kesadaran manusia untuk menjaga

lingkungan hidup yang semakin terancam ini. Hal itu diwujudkan secara bertahap guna menjaga

kelestarian lingkungan hidup yang menunjung performa manusia dalam kehidupannya dibumi.

C. Dampak Globalisasi terhadap kesehatan

Pada era globalisasi semenjak memasuki abad 21 ini. Era globalisasi ini mempengaruhi banyak

sektor, termasuk di dalamnya sektor kesehatan. Ada beberapa contoh mengenai dampak

globalisasi pada sektor kesehatan, seperti:

Meningkatnya mobilitas profesional kesehatan dari suatu negara ke suatu negara lain

Meningkatanya mobilitas konsumen kesehatan (pasien) yang pergi ke luar negri untuk

mendapatkan perawatan medis

Meningkatnya perusahaan asing dan perusahaan asuransi asing di dalam negri

Fenomena ini juga terjadi di Indonesia. Salah satu faktor pemicu globalisasi kesehatan di

Indonesia adalah dengan adanya AFTA 2010. AFTA merupakan singkatan dari ASEAN Free

Trade Area yang dibuat pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke IV di Singapura pada tahun

1992. Tujuan dibuatnya AFTA, tentu saja baik adanya, bagaimana tidak, negara – negara di

kawasan Asia Tenggara telah bersepakat untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan

dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional Asia Tenggara sekaligus

menjadikan Asia Tenggara menjadi salah satu pihak yang berpengaruh pada perdagangan dunia.

AFTA pada kenyataannya tidak hanya mengedepankan satu aspek saja, setidaknya ada lebih dari

12 sektor yang disentuh AFTA, termasuk sektor kesehatan.

7

Page 8: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

Kembali kita dihadapkan pada fakta, bahwa banyak masyarakat Indonesia yang memilih berobat

ke luar negri. Sebut saja Singapura. Bahkan saya cukup terkejut ketika salah seorang dosen saya

bercerita bahwa lebih dari 50% pasien dari salah satu rumah sakit di Singapura adalah orang

Indonesia. Bahkan, saya juga sempat terkejut ketika menemukan sebuah brosur General Medical

Check Up berkonsep wisata yang ditawarkan salah satu biro perjalanan ke Singapura. Belum lagi

maraknya rumah sakit asing atau praktek pelayanan kesehatan asing yang menjamur di negri

kita.

Selain memperbaiki kualitas sumber daya manusianya, perlu juga diperbaiki kualitas

sistemnya, seperti sistem Rumah Sakit misalnya, terdapat pergeseran mengenai konsep dan

kebijakan rumah sakit pada fase pra globalisasi dan di era globalisasi sebagai berikut:

Pra Globalisasi Era Globalisasi

RS adalah Lembaga Sosial

Anggaran dari Pemerintah

Pembayaran Langsung

Sistem Pembayaran fee for service

Upaya lebih ditekankan pada kuratif

dan rehabilitatif

Terpisah dari sistem pelayanan medik

wilayah Dati II

Kebijakan standar untuk semua RS

Manajemen mutu bukan inti kegiatan

Berorientasi pada dokter

RS adalah industri jasa

Anggaran dari masyarakat

Pembayaran dari masyarakat

Sistem pembayaran kapitasi

Upaya paripurna dari promotif sampai

dengan rehabilitatif

Merupakan bagiaan dari sistem

pelayanan medik Dati II

Kebijakan standar berbeda untuk

urban dan rural

Manajemen mutu menjadi inti

kegiatan rumah sakit

Berorientasi pada konsumen

Dengan adanya reorientasi tersebut, diharapkan bahwa terdapat pula pergeseran mekanisme

pasar yang berujung pada berkurangnya angka pengobatan atau rujukan ke luar negeri serta

pengembangan dunia kedokteran dalam negeri yang memungkinkan untuk Go International.

8

Page 9: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Eksploitasi Berlebihan

Dalam perkembangan globalisasi dinegara berkembang, terjadinya eksploitasi SDA yang

berlebihan sering dikaitkan guna meningkatkan mutu kemajuan negara tersebut, padahal dalam

prakteknya hasil dari eksploitasi SDA yang berlebihan tersebut malah menghantarkan negara

dalam keterpurukan yang semakin menjadi akibat kerusakkan lingkungan hidup. Faktor-faktor

yang kemudian yang melatarbelakangi mengapa negara-negara berkembang sangat mudah untuk

dieksplotasi antara lain ;

1. Keterbatasan modal yang dimiliki oleh negara-negara berkembang menjadikan

negra berkembang merasa butuh untuk mendapatkan suntikkan dana ataupun

bantuan asing tanpa memperhitungkan untung dan rugi yang akan dihadapi

kemudian

2. Lemahnya hukum domestic yang diterapkan pemerintah dalam membatasi jumlah

eksploitasi SDA oleh perusahaan asing di negara berkembang

3. Regulasi yang diberlakukan oleh pemerintah seringkali hanya memihak kepada

perusahaan asing dibandingkam memihak kepada masyarakat

4. Perkembangan budaya konsumtif akibat globalisasi dan untuk memenuhi

permintaan konsumen yang kian banyak akibat budaya konsumtif tsdi, maka

industri merasa wajib untuk meningkatkan jumlah produksinya dengan

melakukan eksploitasi secara besar-besaran

E. Upaya Penanggulangan Dampak Globalisasi Bagi Lingkungan Hidup

Dari dampak yang hadir akibat merebaknya globalisasi di dunia memberikan akibat

maupun dampak yang perlu ditanggulangi. Diantaranya, merupakan dampak negatif bagi

lingkungan hidup. Adapun solusi-solusi terhadap permasalahan lingkungan di negara

berkembang antara lain ;

1. Solusi yang kemudian ditawarkan oleh negara maju ke negara berkembang

untuk menangani permasalahan lingkungan yang ada yaitu terjadi saat

9

Page 10: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

pertemuan negara-negara yang mempunyai wilayah 5% jatah hutan dunia

(seperti Brazil, Indonesia, Venezuela, dan negara-negara Afrika), Amerika

Serikat, dan sekutunya datang menawarkan hibah, tanpa bunga dan tanpa

pengembalian dengan kompensasi negara-negara tersebut harus menghijau

hutannya kembali.

2. Pada pelita V, berbagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup

dilakukan dengan memperkuat sanksi dan memperluas jangkauan peraturan-

peraturan tentang pencemran lingkungan hidup, dengan lahirnya Kappres

77/1994 tentang Organisasi Bapedal sebagai acuan bagi pembentukan Bapeda

Wilayah ditingkat provinsi, yang juga bermanfaat bagi arah pembentukan

Bapeda/Daerah. Perturan ini dikeluarkan untuk memperkuat UU no. 4 tahun

1982 tentang pengelolaan lingkungan hidup yang dianggap perlu untuk

diperbaharui

3. Berdasarkan strategi penanganan limbah tahun 1993/1994, yang ditetapkan

oleh pemerintah, maka proses pengolahan akhir buangan sudah harus dimulai

pada tahap pemilihan baku, proses produksi, hingga pengolahan akhir limbah

buangan (lampiran pidato presiden RI, 1994 :II/27)

4. Disamping itu, untuk mengembangkan tanggungjawab bersama dalam

menanggulangi masalah pencemaran sungai terutama dalam upaya

peningkatan kualitas air, dilaksanakan program kali bersih (prokasih) yang

memprioritaskan penanganan lingkungan pada 33 sungai di provinsi

F. Millenium Development Goals (MDGs)

Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000 menyetujui agar semua

negara:

1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

Pendapatan populasi dunia sehari $10000.

Menurunkan angka kemiskinan.

2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua

Setiap penduduk dunia mendapatkan pendidikan dasar.

3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

10

Page 11: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

Target 2005 dan 2015: Mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender dalam

pendidikan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005 dan untuk semua

tingkatan pada tahun 2015.

4. Menurunkan angka kematian anak

Target untuk 2015 adalah mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak

usia di bawah 5 tahun.

5. Meningkatkan kesehatan ibu

Target untuk 2015 adalah Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam

proses melahirkan.

6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya

Target untuk 2015 adalah menghentikan dan memulai pencegahan

penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya.

7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup

Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam

kebijakan setiap negara dan program serta mengurangi hilangnya sumber daya

lingkungan.Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari

jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat.

Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai pengembangan yang

signifikan dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang yang tinggal di

daerah kumuh.

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang

berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi. Termasuk komitmen

terhadap pemerintahan yang baik, pembangungan dan pengurangan tingkat

kemiskinan secara nasional dan internasional.

Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang berkembang, dan

kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan kecil. Ini

termasuk pembebasan-tarif dan -kuota untuk ekspor mereka; meningkatkan

pembebasan hutang untuk negara miskin yang berhutang besar; pembatalan

hutang bilateral resmi; dan menambah bantuan pembangunan resmi untuk negara

yang berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan.

11

Page 12: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang negara-

negara berkembang.

Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang dengan masalah

hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk membuat hutang

lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang.

Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum muda.

Dalam kerja sama dengan pihak "pharmaceutical", menyediakan akses obat

penting yang terjangkau dalam negara berkembang

Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan

keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan

komunikasi.

G. MDGs Dindonesia

MDGs di Indonesia

Upaya Pemerintah dalam merealisasikan MDGs pada tahun 2015 akan banyak

mengalami hambatan karena pada saat yang sama pemerintah juga harus menanggung beban

pembayaran utang yang sangat besar. Program-program MDGs seperti pendidikan, kemiskinan,

kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan

membutuhkan biaya yang cukup besar. Padahal, menurut Sekertaris Nasional (Seknas) Fitra

Uchok Sky Khadafi, hutang luar negeri Indonesia pada tahun 2010 sebesar Rp1.677 triliun. Pada

tahun anggaran 2011 utang luar negeri Indonesia sebesar Rp1.803 triliun dan pada tahun 2012

utang luar negeri Indonesia mencapai Rp1.937 triliun. Berdasarkan rasio utang tersebut, terdapat

gejala bertambahnya utang luar negeri yang dapat mengakibatkan rendahnya dukungan

keuangnegara dalam merealisasikan MDGs.

Sampai dengan pertengahan tahun 2012 ini, batas akhir untuk mencapai target pencapaian MDGs

semakin dekat. Dalam pidato resmi Presiden SBY pada pertemuan PBB untuk pembangunan

berkelanjutan atau dikenal juga dengan forum Rio+20 di Riocentro Convention Center, Rio De

Janeiro, Presiden SBY menyebutkan bahwa: "Ekonomi dunia telah tumbuh dari 34 triliun USD

sampai lebih dari 64 triliun USD pada saat ini. Perdagangan internasional telah tumbuh tiga kali

lipat menjadi 28 triliun USD. Banyak negara telah menyeberang melewati status penghasilan

menengah, termasuk Indonesia. Dan bersama dengan ini kemiskinan seluruh dunia telah

12

Page 13: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

berkurang secara signifikan dari 1,9 miliar pada tahun 1990 menjadi 1,29 miliar tahun 2008. Di

Indonesia pun, kemiskinan telah menurun dari 24 persen pada tahun 1998 menjadi 12,5 persen

beberapa hari ini." Lebih lanjut SBY memaparkan bahwa "upaya Indonesia mencapai MDGs

pada tahun 2015 juga menghadapi tantangan. Telah ada beberapa kemajuan, tetapi juga beberapa

tantangan dalam mencapai target. Sebagai contoh, kita membuat kemajuan pada angka kematian

bayi dan ibu, kemiskinan, harapan hidup, tetapi kita belum mencapai target MDGs untuk

peningkatan gizi bagi anak-anak, sanitasi."Secara umum, perkembangan yang telah dicapai oleh

bangsa Indonesia sampai saat ini menunjukkan kemajuan yang cukup berarti. Beberapa indikator

MDGs secara nasional telah tercapai dan sebagian besar target MDGs secara nasional

diperkirakan akan tercapai (on track). Pemerintah mendapatkan apresiasi dari PBB atas capaian

sampai saat ini dan komitmennya untuk mencapai sasaran MDGs pada akhir tahun 2015.

Menurut Prof. Armida, "pencapaian sasaran MDGs di tingkat nasional perlu didukung

capaian di tingkat daerah, dan seluruh pemangku kepentingan yang terdiri dari Pemerintah, dunia

usaha, masyarakat luas termasuk masyarakat madani, serta para tokoh agama. Meskipun

beberapa sasaran MDGs telah tercapai dan on track, upaya-upaya khusus perlu tetap dilakukan

untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja capaian MDGs. Selain itu, diperlukan upaya-

upaya yang lebih keras lagi untuk mencapai sasaran MDGs seperti untuk penurunan angka

kematian ibu melahirkan, pencegahan HIV/AIDS dan peningkatan tutupan lahan. Sementara itu,

kesenjangan antardaerah dalam pencapaian sasaran MDGs perlu terus diperkecil, antara lain

dengan memberikan perhatian yang lebih besar bagi daerah-daerah yang kinerja pencapaian

MDGs-nya masih di bawah rata-rata nasional. Seluruh upaya untuk mencapai sasaran MDGs

tersebut perlu didukung dengan penguatan sinergi antarkementerian/lembaga dan antara pusat

dan daerah."

H. Pencapaian Indikator MDGs

MDGs (Millennium Development Goals) atau biasa disebut sebagai tujuan pembangunan di

era millennium adalah sebuah indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu

pembangunan yang bersifat global oleh setiap negara di dunia. MDGs ini pertama kali

dicetuskan pada acara Konferensi Tingkat Tinggi Millennium yang diselenggarakan di New

York pada tahun 2000 dan diikuti oleh 189 negara anggota PBB diseluruh dunia termasuk

Indonesia.

13

Page 14: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

Seluruh negara yang mengikuti konferensi MDGs ini mempunyai komitmen untuk

menetapkan MDGs sebagai acuan program pembangunan nasional yang menangani

permasalahan-permasalahan dasar yang dialami oleh negara-negara maju dan berkembang di

seluruh dunia. Di dalam konferensi ini telah disepakati 8 tujuan pembangunan millennium yaitu:

1) Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 2) Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua 3)

Mendorong Kesetaraan Gender dan Kesehatan Ibu 4) Menurunkan Angka Kematian Anak 5)

Meningkatkan Kesehatan Ibu 6) Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya

7) Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup 8) Membangun Kemitraan Global untuk

Pembangunan.

Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani deklarasi MDGs, mempunyai

kewajiban untuk melaksanakan tujuan-tujuan tersebut dalam jangka pendek, menengah, dan

panjang sampai tenggang waktu yang ditentukan yaitu pada tahun 2015. Secara global telah

ditetapkan 18 target dan 48 indikator tetapi untuk indikator tergantung kebijakan dari masing-

masing negara. Seperti Indonesia halnya yang menetapkan 59 indikator sebagai acuannya.

Indonesia termasuk negara berkembang oleh karena itu Indonesia wajib melaksanakan indikator

tersebut dan tugas negara-negara maju yaitu, sebagai pendukung dan sukarelawan terhadap

keberhasilan indikator pada negara berkembang.

Salah satu permasalahan yang sangat merisihkan penduduk Indonesia adalah masalah

Lingkungan Hidup. Moderenisasi dan Industrialisasi disegala aspek bidang yang sangat

berkembang pesat di Indonesia kebanyakan dari mereka tidak memperhatikan amdal (analisis

dampak lingkungan). Salah satu kejadian yang paling umum yaitu perusakan lingkungan dengan

pembukaan lahan hutan secara besar-besaran tanpa memperhatikan keseimbangan lahan dan

lingkungan. Pembukaan lahan biasanya akan digunakan untuk membangun pemukiman dan

kawasan industri. Pabrik-pabrik yang muncul tak jarang banyak mengakibatkan polusi udara

akibat asap yang dihasilkannya yang berdampak pada kondisi udara dan dapat menyebabkan

gangguan sistem pernafasan. Selain itu kawasan industri pabrik juga terkenal sebagai penghasil

limbah yang berupa logam-logam berat yang dapat menyebabkan gangguan pada kulit dan

pencemaran air di bantaran-bantaran sungai sehingga menyebabkan air tidak layak konsumsi.

14

Page 15: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

Semua perubahan ini yang berawal dari adanya proses globalisasi dan pastinya berdampak

negatif bagi kelangsungan hidup manusia dan lingkungan hidupnya. Oleh sebab itu MDGs

mengadvokasikan pembangunan kawasan ramah lingkungan, dan menggalakkan program cinta

lingkungan agar tidak menimbulkan dampak yang lebih parah pastinya. Mulai dari air bersih

bagi semua, membantu masyarakat membangun pabrik yang minim buangan, hingga program

reboisasi untuk mengembalikan hutan yang gundul. Setiap manusia perlu terlibat dalam MDGs

ini, termasuk Indonesia. Tujuan utamanya agar menjamin fungsi jasa dan manfaat alam

Indonesia masih dapat dinikmati generasi berikutnya.

Faktanya di Indonesia sekarang ini banyak sekali masyarakatnya yang sangat tidak peduli

dengan lingkungan karena mereka terlalu egois dan mengikuti hawa nafsu. Seperti halnya yang

sedang marak saat ini pembalakan dan penebangan hutan secara liar untuk mengeksploitasi

kekayaan alam yang ada di dalamnya. Padahal dilihat dari fungsinya hutan di Indonesia adalah

sebagai paru-paru dunia dan sebagai plasma nutfah. Bayangkan setiap tahunnya Indonesia mesti

kehilangan 1,8 juta hektar hutan akibat dari ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Betapa

malunya Indonesia setiap tahunnya selalu mengirim asap akibat pembalakan hutan secara liar ke

negara-negara tetangga hingga banyak dari mereka yang protes terhadap pemerintahan

Indonesia. Hal ini tanpa disadari selain menimbulkan pencemaran udara dan gangguan sistem

pernafasan sehingga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem makhluk hidup yang ada di

dalamnya serta dapat menyebabkan bencana alam, seperti banjir dan tanah longsor.

Banjir yang terjadi di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh hujan yang turun terus-

menerus di kawasan yang hanya mempunyai sedikit daerah resapan air dan di dalamnya banyak

masyarakat yang sering buang sampah sembarangan. Kurangnya daerah resapan air itu sendiri

disebabkan oleh pembukaan lahan besar-besaran untuk pemukiman warga. Selain itu kurangnya

kesadaran masyarakat akan buang sampah pada tempatnya juga menjadi masalah yang tak

kunjung usai. Setiap harinya menurut kajian Kementrian Lingkungan Hidup, Indonesia

memproduksi kurang lebih 625 meter kubik sampah dan jumlahnya bisa saja bertambah,

bayangkan saja jika semua masyarakat Indonesia membuang sampah sembarangan bisa jadi

Indonesia menjadi negara dengan lautan sampah. Perlu diketahui, sebagian besar sampah yang

ada di Indonesia adalah sampah plastik dan sampah plastik itu sangat membutuhkan waktu yang

lama untuk terurai. Sangat disayangkan budaya membuang sampah sembarangan di Indonesia

15

Page 16: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

menjadi tren tersendiri saat ini. Banyaknya sampah yang tersumbat dan pemukiman kumuh di

bantaran sungai sehingga tidak heran hal itu menjadi penyebab utama banjir tahunan di Jakarta.

Banyaknya pemukiman kumuh di daerah ibukota juga banyak menimbulkan masalah baru

seperti masalah sanitasi dan air bersih hal ini berdampak sangat buruk bagi kehidupan

masyarakat yang tinggal dipermukiman kumuh. Di kawasan permukiman kumuh fasilitas kamar

mandi juga sangat jarang ditemukan dan sekalinya ada sangat tidak memenuhi standard oleh

sebab itu mereka sangat kekurangan jumlah air bersih dan mereka sangat rentan sekali terkena

penyakit seperti diare dan gatal-gatal.

Sebagai masyarakat yang baik kita juga bisa ikut ambil andil dalam masalah permukiman

kumuh yang berada di bantaran-bantaran sungai hal yang mudah dilakukan dan bermanfaat yaitu

dengan cara membantu petugas yang terkait untuk menertibkan bangunan dan membantu

mengevakuasi warga yang tinggal di daerah tersebut untuk pindah ke tempat yang lebih layak.

Hal tersebut lambat laun akan membawa dampak yang positif  seperti, lingkungan yang tadinya

kumuh menjadi lebih enak dipandang karena bersih dan pastinya bisa mengurangi penyakit-

penyakit yang sering dilanda oleh warga seperti gatal-gatal dan diare. Kita memang sudah

sepantasnya ikut berpartisipasi dalam aksi menyelamatkan lingkungan dengan gencar mengikuti

kegiatan-kegiatan sosial yang bertemakan lingkungan. Mulailah dari hal yang kecil dulu dengan

peduli terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar rumah kita pastinya hal ini akan

membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat di masa yang akan datang.

Hal-hal lain yang dapat kita lakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan yaitu, sebisa

mungkin membawa tempat minum jika berpergian, lakukan aksi penanaman pohon di daerah

sekitar rumah agar ada media untuk resapan air, menggunakan transportasi umum jika

berpergian hal ini dapat mengurangi pencemaran udara akibat asap dari kendaraan bermotor, dan

sebisa mungkin menggunakan barang-barang olahan hasil daur ulang.

I. Pada Tujuan atau Sasaran Ketujuh dan Kedelapan.

1. Menjamin kelestarian fungsi lingkungan hidup

Mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan program-

program di tingkat nasional serta mengurangi perusakan sumber daya alam

16

Page 17: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

Mengurangi sampai setengah jumlah penduduk yang tidak memiliki akses kepada air

bersih yang layak minum

Berhasil meningkatkan kehidupan setidaknya 100 juta penghuni kawasan kumuh pada

tahun 2020

Di Indonesia ancaman terhadap hutan hujan semakin menjadi-jadi, apalagi pada era

desentralisasi dan otonomi daerah lebih banyak lagi hutan yang dieksploitasi,pembalakan liar

semakin menjadi-jadi dan batas kawasan lindung sudah tidak diperdulikan lagi. Panyebab

utamanya adalah lemahnya supresmasi hukum dan kurangnya pengertian dan pengetahuan

mengenai tujuan pembangunan jangka panjang dan perlindungn biosfer.

Akses dan ketersediaan informasi mengenai sumberdaya alam dan lingkungan

merupakan aspek yang perlu ditingkatkan. Program yang seperti ini dapat membantu

memperkaya pengetahuan dan wawasan kelompok masyarakat yang hidup di daerah

perdesaan dan daerah terpencil mengenai pentingnya perlindungan terhadap lingkungan. Hal

ini tidak tertutup harus diketahui juga oleh kaum bisnis dan masyarakat kota yang semakin

tidak peduli akan lingkungan. Selain itu, Kualitas air yang sampai ke masyarakat dan

didistribusikan oleh PDAM sebagian ternyata tidak memenuhi persyarat air minum aman

yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Masalah ini disebabkan oleh kualitas jaringan

distribusi dan perawatan yang tidak baik yang menyebabkan terjadinya kontaminasi. Oleh

karena itu, promosi lingkungan juga harus disandingkan dengan promosi mengenai kesehatan

dan kebersihan, sehingga masyarakat akan lebih mengerti petingnya air bersih dan dapat

berpartisipasi aktif menjaga dan merawat fasilitas air bersih yang ada.

Berdasarkan data terahir yang tersedia, akses masyrakat secara umum terhadap fasilitas

sanitasi adalah 68%. Akan tetapi, tampaknya sanitasi tidak menjadi prioritas utama

pembangunan, baik di tingkat nasional, regional, badan legislative maupun sektor swasta.

Hal ini tampak dari relatif kecilnya anggaran yang disediakan untuk sanitasi. Oleh karena itu,

kampanye mengenai pentingnya sanitasi juga perlu dilakukan kepada pemerintah, pembuat

kebijakan, dan badan legislatif, termasuk juga kapada masyarakat. Diperlukan investasi dan

prioritisasi yang lebih besar untuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan pelayanan

sanitasi untuk masyarakat di seluruh Indonesia.

17

Page 18: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

Harus disadari bahwa pembangunan berkelanjutan di Indonesia banyak sudah

mengorbankan lingkungan alam. Salah satu masalah utama adalah penebangan liar. Mungkin

hampir sebagian besar kayu-kayu yang tersedia di Jakarta adalah hasil dari penebangan

ilegal. Selain itu permasalahan air bersih (sanitasi) pun menjadi masalah utama di beberapa

daerah. Bisa bayangkan, kondisi lingkungan ketika tidak memiliki akses untuk memperoleh

air bersih.

2. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

mengembangkan lebih lanjut sistem perdagangan dan keuangan terbuka yang berdasar

aturan, dapat diandalkan dan tidak diskriminatif. Termasuk komitmen melaksanakan tata

pemerintahan yang baik, pembangunan dan pemberantasan kemiskinan – baik secara

nasional maupun internasional

menangani kebutuhan khusus negara-negara yang kurang berkembang. Mencakup

pemberian bebas tarif dan bebas kuota untuk ekspor mereka; keringanan pembayaran

hutang bagi negara-negara miskin yang terjerat hutang; pembatalan hutang bilateral; dn

pemberian bantuan pembangunan yang lebih besar untuk negara-negara yang

berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan c) menangani kebutuhan khusus negara-

negara yang terkurung daratan dan negara-negara kepulauan kecil yang sedang

berkembang.

Pada akhirnya, setiap negara yang berkomitmen dan menandatangani perjanjian MDGs dapat

memberikan harapan besar bagi warganya untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak lagi

dan hal ini menjadi tanggung jawab besar bagi pemerintah Indonesia untuk mewujudkannya.

Kini MDGs telah menjadi referensi penting pembangunan di Indonesia, mulai dari tahap

perencanaan seperti yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

hingga pelaksanaannya. Namun demikian, upaya Pemerintah Indonesia dalam merealisasikan

Tujuan Pembangunan Milenium pada tahun 2015 akan sulit karena pada saat yang sama

pemerintah juga harus menanggung beban pembayaran utang yang sangat besar. Program-

program MDGs seperti pendidikan, kemiskinan, kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup,

kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan membutuhkan biaya yang cukup besar.

Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, per 31 Agustus

18

Page 19: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

2008, beban pembayaran utang Indonesia terbesar akan terjadi pada tahun 2009-2015 dengan

jumlah berkisar dari Rp97,7 triliun (2009) hingga Rp81,54 triliun (2015) rentang waktu yang

sama untuk pencapaian MDGs. Jumlah pembayaran utang Indonesia, baru menurun drastis

(2016) menjadi Rp66,70 triliun. tanpa upaya negosiasi pengurangan jumlah pembayaran utang

Luar Negeri, Indonesia akan gagal mencapai tujuan MDGs.

Mari kita sama-sama mulai merubah mindset kita yang tadinya adalah ”self-center” menjadi

berpaham sosialis dengan mulai mengedepankan isu-isu sosial demi mewujudkan MDGs

tersebut. Jika melihat keadaan saat ini di berbagai daerah pedalaman di Indonesia, mungkin

boleh dikatakan MDGs sudah berjalan namun belum menyebar dan merata, kita mungkin bisa

tidak perduli dengan MDGs karena kita hidup di kota besar, masih dapat menggunakan internet,

masih bisa menikmati listrik, masih dapat menemukan apotek dimana-mana, masih dapat

membeli BBM cuma dengan harga Rp 6500/liter. Tapi bagaimana dengan mereka? Bahkan

kanan-kiri tempat tinggal mereka hanyalah sawah dan bukit, daerah tandus, kekurangan air

bersih, akses jalan susah dan harus membeli BBM subsidi dengan harga mahal sekitar Rp

10.000/liter, serta tidak memiliki listrik di malam hari. Lalu, apa yang sudah kita perbuat bagi

bangsa dan negara ini, sebagai masyarakat yang gemar mengeluh terhadap apa yang negara

berikan.

19

Page 20: Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya segala hal yang diciptakan manusia mempunyai efek baik dan buruk bagi

manusia itu sendiri. Globalisasi juga mempunyai sifat seperti itu. Globalisasi disatu sisi

menawarkan kebaikan, tetapi disisi lai juga kita akan terjebak dalam keterpurukan jika tidak

mewaspadainya. Pengaruh globalisasi juga harus dilihat dari “siapa yang memprakarsainya’

yaitu negara-negara barat. Hal ini perlu diwaspadai karena SDA kita yang melimpah dan bukan

tidak mungkin negara-negara tersebut juga mengincarnya dengan mempengaruhi masyarakat kita

tentang “betapa baiknya globalisasi’. Rakyat (elit penguasa dan rakyat biasa) harus meng-counter

efek buruk dari globalisasi. Jika hanya rakyat biasa saja yang mencoba meng-counternya, maka

hal itu akan hanya sia-sia mengingat kekuatan dan legitimasi yang dimiliki oleh negara-negara

maju cukup untuk menjadikan mereka betah untuk melakukan eksploitasi terhadap lingkungan di

negara berkembang.

Baik dampak negatif maupun positif dari globalisasi yang mempengaruhi lingkungan

hidup tentunya memberikan dampak perubahan besar bagi kehidupan alam serta kemajuan suatu

bangsa. Dengan adanya dampak yang terjadi akibat globalisai bagi lingkungan hidup, manusia

dituntut untuk melakukan perbaikan dengan cara-cara sederhana, program-program pemerntah,

serta gerakan global seperti hutan dunia

20