28
BAB I PENDAHULUAN Gangguan depresif adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang paling sering terjadi. Prevalensi gangguan depresif pada populasi dunia adalah 3-8 % dengan 50% kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20-50 tahun. World Health Organization menyatakan bahwa gangguan depresif berada pada urutan keempat penyakit di dunia. Gangguan depresif mengenai sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki pada suatu waktu dalam kehidupan. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penderita gangguan depresif semakin meningkat dan akan menempati urutan kedua penyakit di dunia. Gangguan depresif ditandai dengan berbagai keluhan seperti kelelahan atau merasa menjadi lamban, masalah tidur, perasaan sedih, murung, nafsu makan terganggu dapat berkurang atau berlebih, kehilangan berat badan dan iritabilitas. Penderita mengalami distorsi kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga dan putus asa. Gangguan depresif merupakan gangguan yang dapat menganggu kehidupan dan dapat diderita tanpa memandang usia, status sosial, latar belakang maupun jenis kelamin. Gangguan depresif dapat terjadi tanpa disadari sehingga penderita terkadang terlambat ditangani sehingga dapat menimbulkan penderitaan yang berat seperti bunuh diri. 1

CRS Pasien Depresi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hidro

Citation preview

Page 1: CRS Pasien Depresi

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan depresif adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang paling sering terjadi.

Prevalensi gangguan depresif pada populasi dunia adalah 3-8 % dengan 50% kasus terjadi

pada usia produktif yaitu 20-50 tahun. World Health Organization menyatakan bahwa

gangguan depresif berada pada urutan keempat penyakit di dunia. Gangguan depresif

mengenai sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki pada suatu waktu dalam kehidupan. Pada

tahun 2020 diperkirakan jumlah penderita gangguan depresif semakin meningkat dan akan

menempati urutan kedua penyakit di dunia.

Gangguan depresif ditandai dengan berbagai keluhan seperti kelelahan atau merasa

menjadi lamban, masalah tidur, perasaan sedih, murung, nafsu makan terganggu dapat

berkurang atau berlebih, kehilangan berat badan dan iritabilitas. Penderita mengalami distorsi

kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga dan

putus asa.

Gangguan depresif merupakan gangguan yang dapat menganggu kehidupan dan dapat

diderita tanpa memandang usia, status sosial, latar belakang maupun jenis kelamin. Gangguan

depresif dapat terjadi tanpa disadari sehingga penderita terkadang terlambat ditangani

sehingga dapat menimbulkan penderitaan yang berat seperti bunuh diri.

Gangguan depresif dapat diobati dan dipulihkan melalui konseling/psikoterapi dan

beberapa diantaranya memerlukan tambahan terapi fisik maupun kombinasi keduanya.

Karena ada beberapa faktor yang saling berinteraksi untuk timbulnya gangguan depresif,

penatalaksanaan yang komprehensif sangat diperlukan. Jenis terapi bergantung dari

diagnosis, berat penyakit, umur penderita dan respon terhadap terapi sebelumnya.

Terapi gangguan depresif memerlukan peran serta individu yang bersangkutan,

keluarga maupun praktisi medis dan paramedis yang profesional. Dilihat dari tingginya angka

penderita dan akibat dari gangguan depresif maka gangguan ini perlu mendapat perhatian dari

semua pihak.

1

Page 2: CRS Pasien Depresi

BAB II

LAPORAN KASUS

STATUS PSIKIATRI

Nama Pasien : Ny. ST

Tanggal Periksa : 27 Juni 2015

Dokter Pemeriksa : dr. Fatmawati, M.Kes,.Sp.KJ

KETERANGAN PRIBADI PASIEN

Nama : Ny. ST

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir/Umur : Semurung, 25 Februari 1960

Umur : 55 tahun

Status Perkawinan : Menikah

Bangsa : Indonesia

Suku : Melayu

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Petani

Alamat : Air Hitam RT 02, Sarolangun

KETERANGAN DARI ALLOANAMNESIS

Nama : Tn. Z

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMA

Umur : 22 tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Air Hitam RT 02, Sarolangun

2

Page 3: CRS Pasien Depresi

Hubungan dengan pasien : Anak Kandung

Keakraban dengan pasien : Akrab

Kesan Pemeriksa/dokter terhadap keterangan yang diberikan pasien: dapat dipercaya

I. ANAMNESIS

Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari :

1. Autoanamnesis

2. Alloanamnesis

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan

Musyawarah keluarga

2. Sebab utama pasien di bawa keluarganya ke RSJ

Pasien cemas disertai sakit kepala

3. Keluhan utama pasien dan telah berlangsung selama

Kurang lebih 1 tahun terakhir hingga sekarang

4. Riwayat perjalanan penyakit pasien sekarang

Pasien sering merasakan sakit kepala disertai cemas sejak 1 tahun terakhir. Pasien

juga mempunyai riwayat hipertensi namun belum pernah mengkonsumsi obat

antihipertensi sebelumnya. Pasien sulit tidur dan nafsu makan turun. Pasien merasa

dirinya hidup sendiri sejak suaminya meninggal, dikarenakan anak-anaknya tinggal

tidak serumah dengannya. Pasien juga pernah terjatuh di rumah hingga kepalanya

terbentur kemudian pingsan selama 11 jam.

5. Riwayat penyakit pasien sebelumnya

Pasien tidak pernah berobat atau masuk RSJ dengan riwayat atau gangguan penyakit

yang sama.

3

Page 4: CRS Pasien Depresi

6. Riwayat keluarga pasien

a. Identitas Orang Tua

IDENTITAS ORANG TUA

Ayah : Samsudin Ibu : Siti Mi’ah

Bangsa Indonesia Indonesia

Suku Melayu Melayu

Agama Islam Islam

Pendidikan SD SD

Pekerjaan Petani Petani

Umur

Alamat Air Hitam RT 02,

Sarolangun

Air Hitam RT 02,

Sarolangun

Hubungan Akrab Akrab

b. Kepribadian

Bapak

Tegas, pemarah, pekerja keras

Ibu

Sabar, penyayang

c. Pasien anak ke 3 dari 7 bersaudara

d. Urutan saudara dan usianya

Tidak didapatkan informasi yang akurat

4

Page 5: CRS Pasien Depresi

e. Gambaran kepribadian masing-masing saudara pasien dan hubungan terhadap

saudara

Tidak didapatkan informasi

f. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik pada anggota

keluarga

tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang dialami

pasien

g. Riwayat tempat tinggal

Rumah tempat tinggal Keadaan rumah

Tenang Cocok Nyaman Tak Menentu

Rumah

7. Gambaran seluruh faktor-faktor fisik dan mental yang bersangkut paut dengan

perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid)

a. Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan

Lahir cukup bulan dibantu bidan

b. Riwayat bayi dan anak-anak

Pertumbuhan fisik : normal

Minum ASI : pasien minum ASI

Usia mulai bicara : pada usia 1 tahun (12-15 bulan)

Usia mulai jalan : pada usia 1 tahun (12-18 bulan)

c. Kesehatan fisik masa kanak-kanak

Pasien dilaporkan tidak pernah menderita penyakit serius sebelumnya, demam

kejang (-)

d. Kepribadian serta temperamen sewaktu anak-anak

Pasien merupakan anak pendiam dan rajin

5

Page 6: CRS Pasien Depresi

e. Masa sekolah

Perihal SD SMP

Umur 7-12 tahun 12-15 tahun

Prestasi Baik Baik

Aktivitas Sekolah Baik Baik

Sikap terhadap teman Baik Baik

Sikap terhadap guru Baik Baik

f. Masa remaja

Kenakalan remaja (-), perokok (-), penggunaan obat terlarang (-), peminum

minuman keras (-)

g. Riwayat pekerjaan

Pasien sudah tidak bekerja dan biaya kehidupan sehari-hari dibantu oleh anak-

anaknya

h. Percintaan, perkawinan, kehidupan sosial dan rumah tangga

Riwayat percintaan dan perkawinan dalam rumah tangga baik, pasien memiliki 9

orang anak

i. Stressor psikososial

Pasien diketahui memiliki masalah dengan pekerjaan dan lingkungan sosial

j. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita pasien

Hipertensi

k. Pernah suicide

Pasien tidak ada niat ingin bunuh diri

l. Penggunaan alkohol/zat adiktif lainnya

Tidak ada

\

6

Page 7: CRS Pasien Depresi

II. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK KHUSUS

A. Gambaran Umum

1. Penampilan : baik, canggung, suara tegang

Sikap tubuh : baik

Cara berpakaian : rapi

Kesehatan fisik : sehat

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Cara berjalan : normal

Motorik : normal

3. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

B. Pembicaraan dan fragmen pembicaraan

Gaya bicara : gaya bicara spontan

Pembendaharaan bahasa : cukup

C. Afek, mood dan emosi lainnya 1

Afek : appropriate

Mood : depresi

D. Pikiran : waham (-)

E. Persepsi : halusinasi (-)

F. Mimpi dan fantasi yang diinginkan : tidak ada

G. Sensorium

1. Keasadaran : compos mentis

2. Orientasi W/T/O : dalam batas normal

3. Konsentrasi dan kalkulasi : kurang konsentrasi

4. Memori : daya ingat segera, jangka pendek dan jangka panjang

baik

5. Pengetahuan umum : cukup

6. Pikiran abstrak : tidak ada

H. Insight : derajat 4 yaitu pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan

bantuan tetapi tidak memahami penyebab sakitnya

7

Page 8: CRS Pasien Depresi

I. Kemampuan mengendalikan rangsang dari dalam diri : tidak terganggu

III. PEMERIKSAAN INTERNA

Keadaan Umum

Sensorium : compos mentis Suhu : 36,2 C BB

Nadi : 88x/menit RR : 22x/menit TB

TD : 160/90 mmHg Turgor : baik Status gizi : baik

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK KHUSUS LAINNYA

Tidak dilakukan

V. PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOGIS/PETUGAS SOSIAL DAN LAIN-LAIN

Tidak dilakukan

VI. RESUME 1

Atas dasar gejala-gejala diatas, maka berdasarkan PPDGJ-III dipertimbangkan

diagnosis berupa F32.1 Episode Depresif Sedang, dengan pedoman diagnostik, yakni :

1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode

depresi ringan (F30.0).

2. Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya) 4 dari gejala lainnya.

3. Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.

4. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan

rumah tangga.

VII.DIAGNOSIS BANDING 2

1. F32.0 Episode depresif ringan

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas

dan onset berlangsung dibawah 2 minggu.

8

Page 9: CRS Pasien Depresi

VIII. DIAGNOSIS 2

Aksis I : F32.1 Episode Depresif Sedang

Aksis II : tidak ada diagnosis

Aksis III : Penyakit Sistem Sirkulasi (hipertensi)

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

Aksis V : GAF 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan

dalam fungsi, secara umum masih baik

IX. TERAPI 3

1. Terapi Psikofarmaka

Sertraline 50 mg

Clobazam 10 mg

Amlodipine 10 mg

2. Terapi Psikoedukasi

Terapi psikoedukasi yaitu dengan cara memberikan edukasi atau informasi mengenai

penyakit yang diderita pasien berisi tanda dan gejala kekambuhan yang mungkin

timbul serta pentingnya peran keluarga dalam kepatuhan minum obat pasien.

Mengubah stigma keluarga pasien terhadap penyakit yang diderita sehingga keluarga

bisa memberikan support yang lebih kepada pasien.

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad fungsional : dubia ad bonam

9

Page 10: CRS Pasien Depresi

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi 4,5

Gangguan depresif adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai

masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan episode depresif,

gangguan distimik, gangguan depresif mayor dan gangguan depresif unipolar serta

bipolar.

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV Depresi

merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang

manifestasinya bisa berbeda – beda pada masing – masing individu.

Gangguan depresif merupakan gangguan medik serius menyangkut kerja otak, bukan

sekedar perasaan murung atau sedih dalam beberapa hari. Gangguan ini menetap selama

beberapa waktu dan mengganggu fungsi keseharian seseorang. Gangguan depresif masuk

dalam kategori gangguan mood, merupakan periode terganggunya aktivitas sehari-hari,

yang ditandai dengan suasana perasaan murung dan gejala lainnya termasuk perubahan

pola tidur dan makan, perubahan berat badan, gangguan konsentrasi, anhedonia

(kehilangan minat apapun), lelah, perasaan putus asa dan tak berdaya serta pikiran bunuh

diri.

Jika gangguan depresif berjalan dalam waktu yang panjang (distimia) maka orang

tersebut dikesankan sebagai pemurung, pemalas, menarik diri dari pergaulan, karena ia

kehilangan minat hampir disemua aspek kehidupannya.

3.2 Epidemiologi 4

Gangguan depresif dapat terjadi pada semua umur, dengan riwayat keluarga

mengalami gangguan depresif, biasanya dimulai pada usia 15 dan 30 tahun. Usia paling

awal dikatakan 5-6 tahun sampai 50 tahun dengan rerata pada usia 30 tahun. Gangguan

depresif berat rata-rata dimulai pada usia 40 tahun (20-50 tahun). Epidemiologi ini tidak

tergantung ras dan tak ada korelasinya dengan sosioekonomi. Perempuan juga dapat

10

Page 11: CRS Pasien Depresi

mengalami depresi pasca melahirkan anak. Beberapa orang mengalami gangguan

depresif musiman, di negara barat biasanya pada musim dingin. Gangguan depresif ada

yang merupakan bagian gangguan bipolar (dua kutub: kutub yang satu gangguan

depresif, kutub lainnya mania).

Gangguan depresif berat adalah suatu gangguan dengan prevalensi seumur hidup kira-

kira 15%, pada perempuan mungkin sampai 25%. Perempuan mempunyai

kecenderungan dua kali lebih besar mengalami gangguan depresif daripada laki-laki.

Alasan dalam penelitian di negara barat dikatakan karena masalah hormonal, dampak

melahirkan, stressor dan pola perilaku yang dipelajari. Gangguan depresif sangat umum

terjadi, setiap tahun lebih dari 17 juta orang Amerika mengalaminya.

Banyak orang mengalami gangguan depresif terkait dengan penggunaan napza dan

alkohol karena napza terdiri dari substansi kimia yang mempengaruhi fungsi otak, terus

menggunakan napza akan membuat zat kimiawi otak mengalami ketidakseimbangan,

sehingga mengganggu proses pikir, perasaan dan perilaku.

3.3 Etiologi dan Patofisiologi 4

Penyebab gangguan jiwa senantiasa dipikirkan dari sisi organobiologik, sosiokultural

dan psikoedukatif. Dari sisi biologik dikatakan adanya gangguan pada neurotransmiter

norefinefrin, serotonin dan dopamin. Ketidakseimbangan kimiawi otak yang bertugas

menjadi penerus komunikasi antar serabut saraf membuat tubuh menerima komunikasi

secara salah dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Karena itu pada terapi farmakologik

maka terapinya adalah memperbaiki kerja neurotransmitter norefinefrin, serotonine dan

dopamin.

Dari penelitian keluarga didapatkan gangguan depresi mayor dan gangguan bipolar,

terkait erat dengan hubungan saudara; juga pada anak kembar, suatu bukti adanya

kerentanan biologik, pada genetik keluarga tersebut. Episoda pertama gangguan

seringkali dipicu oleh stresor psikososial pada mereka yang biologiknya rentan.

Gangguan depresif juga mungkin dialami oleh mereka yang tidak mempunyai faktor

biologik sebagai kontributor terhadap terjadinya gangguan depresif, hal ini lebih

merupakan gangguan psikologik.

Berbagai faktor psikologik memainkan peran terjadinya gangguan depresif.

Kebanyakan gangguan depresif karena faktor psikologik terjadi pada gangguan depresif

11

Page 12: CRS Pasien Depresi

ringan dan sedang, terutama gangguan depresif reaktif. Gangguan depresif reaktif

biasanya didiagnosis sebagai gangguan penyesuaian diri selama masa pengobatan.

Mereka dengan rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat dirinya dan dunia luar

dengan penilaian pesimistik. Jika mereka mengalami stres besar, mereka cenderung akan

mengalami gangguan depresif. Para psikolog menyatakan bahwa mereka yang

mengalami gangguan depresif mempunyai riwayat pembelajaran depresi dalam

pertumbuhan perkembangan dirinya. Mereka belajar seperti model yang mereka tiru

dalam keluarga, ketika menghadapi masalah psikologik maka respon mereka meniru

perasaan, pikiran dan perilaku gangguan depresif. Orang belajar dengan proses adaptif

dan maladaptif ketika menghadapi stres kehidupan dalam kehidupannya di keluarga,

sekolah, sosial dan lingkungan kerjanya. Faktor lingkungan mempengaruhi

perkembangan psikologik dan usaha seseorang mengatasi masalah. Faktor pembelajaran

sosial juga menerangkan kepada kita mengapa masalah psikologik kejadiannya lebih

sering muncul pada anggota keluarga dari generasi ke generasi. Jika anak dibesarkan

dalam suasana pesimistik, dimana dorongan untuk keberhasilan jarang atau tidak biasa,

maka anak itu akan tumbuh dan berkembang dengan kerentanan tinggi terhadap

gangguan depresif.

Menurut Freud, kehilangan obyek cinta, seperti orang yang dicintai, pekerjaan

tempatnya berdedikasi, hubungan relasi, harta, sakit terminal, sakit kronis dan krisis

dalam keluarga merupakan pemicu episode gangguan depresif. Seringkali kombinasi

faktor biologik, psikologik dan lingkungan merupakan campuran yang membuat

gangguan depresif muncul.

Selain hal di atas, obat-obat juga dapat mendorong seseorang mengalami gangguan

depresif.

Obat-obat yang menginduksi gangguan depresif

Obat kardiovaskular

β-Blocker

Klonidin

Metildopa

Prokainamid

Obat hormonal

Steroid anabolik

Korticosteroid

Estrogen

Progestin

12

Page 13: CRS Pasien Depresi

Reserpin

Obat sistem saraf pusat

Barbiturat

Benzodiazepin

Kloral Hidrat

Etanol

Fenitoin

Tamoxifen

Lain-lain

Indometacin

Interferon

Narkotika

3.4 Tanda-tanda dan Gejala Klinis 4

Tanda - Tanda

Tanda gangguan depresif yang melanda jutaan orang di Indonesia setiap tahun,

seringkali tidak dikenali. Beberapa orang merasakan perasaan sedih dan murung dalam

jangka waktu cukup lama dengan latar belakang yang berbeda-beda. Variasi tanda sangat

luas dari satu orang ke orang lain, dari satu waktu ke waktu pada diri seseorang.

Gejalanya sering tersamar dalam berbagai keluhan sehingga seringkali tidak disadari juga

oleh dokter.

Tanda gangguan depresif itu adalah :

a. Pola tidur yang abnormal atau sering terbangun termasuk diselingi kegelisahan dan

mimpi buruk.

b. Sulit konsentrasi pada setiap kegiatan sehari-hari

c. Selalu kuatir, mudah tersinggung dan cemas

d. Aktivitas yang tadinya disenangi menjadi makin lama makin dihentikan

e. Bangun tidur pagi rasanya malas

Gangguan depresif membuat seluruh tubuh sakit, juga perasaan dan pikiran.

Gangguan depresif mempengaruhi nafsu makan dan pola tidur, cara seseorang

merasakan dirinya, berpikir tentang dirinya dan berpikir tentang dunia sekitarnya.

Keadaan depresi bukanlah suatu kesedihan yang dapat dengan mudah berakhir, bukan

tanda kelemahan dan ketidakberdayaan, bukan pula kemalasan. Mereka yang mengalami

gangguan depresif tidak akan tertolong hanya dengan membuat mereka bergembira

dengan penghiburan. Tanpa terapi, tanda dan gejala tak akan membaik selama

berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun.

13

Page 14: CRS Pasien Depresi

Gejala

Gejala gangguan depresif berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya, dipengaruhi

juga oleh beratnya gejala. Gangguan depresif mempengaruhi pola pikir, perasaan dan

perilaku seseorang serta kesehatan fisiknya. Gangguan depresif tidak mempunyai

simptom fisik yang sama dan pasti pada satu orang dan bervariasi dari satu orang ke

orang lain. Keluhan yang banyak ditampilkan adalah sakit, nyeri bagian atau seluruh

tubuh, keluhan pada sistem pencernaan. Kebanyakan gejala dikarenakan mereka

mengalami stres yang besar, kekuatiran dan kecemasan terkait dengan gangguan

depresifnya. Simptom dapat digolongkan dalam kelompok terkait perubahan dalam cara

pikir, perasaan dan perilaku.

a. Perubahan cara berpikir – terganggunya konsentrasi dan pengambilan keputusan

membuat seseorang sulit mempertahankan memori jangka pendek, dan terkesan

sebagai sering lupa. Pikiran negatif sering menghinggapi pikiran mereka. Mereka

menjadi pesimis, percaya diri rendah, dihinggapi perasaan bersalah yang besar, dan

mengkritik diri sendiri. Beberapa orang merusak diri sendiri sampai melakukan

tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain.

b. Perubahan perasaan – merasa sedih, murung, tanpa sebab jelas. Beberapa orang

merasa tak lagi dapat menikmati apa-apa yang dulu disenanginya, dan tak dapat

merasakan kesenangan apapun. Motivasi menurun dan menjadi tak peduli dengan

apapun. Perasaan seperti berada dibawah titik nadir, merasa lelah sepanjang waktu

tanpa bekerja sekalipun. Perasaan mudah tersinggung, mudah marah. Pada keadaan

ekstrim khas dengan perasaan tidak berdaya dan putus asa.

c. Perubahan perilaku – ini merupakan cerminan dari emosi negatif. Mereka menjadi

apatis. Menjadi sulit bergaul atau bertemu dengan orang, sehingga menarik diri dari

pergaulan. Nafsu makan berubah drastis, lebih banyak makan atau sulit

membangkitkan keinginan untuk makan. Seringkali juga sering menangis berlebihan

tanpa sebab jelas. Sering mengeluh tentang semua hal, marah dan mengamuk. Minat

seks sering menurun sampai hilang, tak lagi mengurus diri, termasuk mengurus hal

dasar seperti mandi, meninggalkan tanggung jawab dan kewajiban baik pekerjaan

maupun pribadi. Beberapa orang tak dapat tidur, beberapa tidur terus.

d. Perubahan Kesehatan Fisik – dengan emosi negatif seseorang merasa dirinya tidak

sehat fisik selama gangguan depresif. Kelelahan kronis menyebabkan ia lebih senang

14

Page 15: CRS Pasien Depresi

berada di tempat tidur tak melakukan apapun, mungkin tidur banyak atau tidak dapat

tidur. Mereka terbaring atau gelisah bangun ditengah malam dan menatap langit-

langit. Keluhan sakit dibanyak bagian tubuh merupakan tanda khas dari gangguan

depresif. Gelisah dan tak dapat diam, mondar-mandir sering menyertai. Gejala

tersebut berjalan demikian lama, mulai dari beberapa minggu sampai beberapa tahun,

dimana perasaan, pikiran dan perilaku berjalan demikian sepanjang waktu setiap hari.

Jika gejala ini terasa, terlihat dan teramati, maka sudah waktunya membawanya untuk

berobat, sebab gangguan depresif dapat diobati.

3.5 Diagnosis 1, 2, 6

Dalam klasifikasi Pedoman Diagnosis Gangguan Jiwa-III terbitan Departemen

Kesehatan, yang menganut klasifikasi WHO : ICD-X, digunakan istilah gangguan jiwa.

Pendekatan gangguan jiwa adalah pendekatan sindrom atau kumpulan gejala, dalam hal

ini sindroma atau pola perilaku, atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup

bermakna dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau hendaya

di dalam satu atau lebih fungsi penting dari manusia.

Pemahaman diatas memberi gambaran bahwa untuk membuat diagnosis gangguan

jiwa perlu didapatkan butir-butir :

1. Adanya gejala klinis yang bermakna berupa sindrom atau pola perilaku, sindrom atau

pola psikologik

2. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan, seperti rasa nyeri, tidak nyaman,

gangguan fungsi organ dsb.

3. Gejala klinis menimbulkan disabilitas dalam aktivitas sehari-hari seperti mengurus

diri (mandi, berpakaian, makan dsb).

Dalam klasisfikasi DSM IV termasuk dalam gangguan depresi mayor, episode tunggal

a. Adanya Episode Depresi Mayor tunggal.

b. Episode Depresi Mayor yg ada tdk dpt digolongkan sbg ggn Skizoafektif dan tdk

bertumpang tindih dgn Skizofrenia, Skizofreniform, ggn Waham atau Psikotik YTT.

15

Page 16: CRS Pasien Depresi

c. Tidak pernah ada episode Mania,Hipomania atau Campuran.Cat.: penyingkiran ggn2

ini tdk bisa diterapkan apabila merupakan induksi dari zat atau medikasi atau ok efek

fisiologis lsg suatu kondisi medis umum.

Jika criteria episode Depresi Mayor terpenuhi maka tentukangambaran klinisnya saat

ini:

Ringan, sedang atau berat dgn atau tanpa gambaran psikotik.

Kronis.

Dgn gambaran katatonik.

Dgn gambaran melankolis

Dgn gambaran atipik

Dgn onset postpatum

Jika tidak maka tentukan juga gambarannya:

Dlm remisi parsial atau penuh

Kronis

Dgn gambaran katatonik.

Dgn gambaran melankolis

Dgn gambaran atipik

Dgn onset postpatum

Departemen Kesehatan cq Direktorat Jenderal Pelayanan Medik telah menerbitkan

Modul Anxietas dan Gangguan depresif bagi Dokter, dimana di dalamnya terdapat

algoritma MINI (Mini International Neuropsychiatric Interview). MINI merupakan alat

diagnostik untuk mengenali gangguan jiwa secara cepat setelah suatu pelatihan. Alat ini

berupa rangkaian pertanyaan yang diajukan melalui wawancara, yang harus dijawab

penderita dengan ya atau tidak. Mini Gangguan depresif dibuat oleh Lecrubier dan

Sheehan (1998) dan dialih bahasakan oleh Yayasan Depresi Indonesia bekerjasama

dengan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik (2002) MINI terlampir dalam buku ini.

Dengan alat wawancara ini kita dapat mengenal berbagai jenis gangguan depresif.

Uraian riwayat sakit fisik dan jiwa, riwayat keluarga, obat yang pernah diberikan

terapis sebelumnya serta gangguan di masa lalu perlu diambil dalam memahami

terjadinya gangguan depresif dalam diri individu untuk penanganan selanjutnya. Riwayat

16

Page 17: CRS Pasien Depresi

penggunaan obat antidepresan atau obat lainnya perlu diperoleh, guna membantu

menentukan obat dan efektivitas obat yang dipilih.

3.6 Penatalaksanaan

1. Farmakoterapi 3

a. Obat Anti Depresi Trisiklik (Tricyclic Antidepressants (TCA)) : Amitriptyline,

imipramine, clomipramine, tianeptine

b. Obat Anti Depresi Tetrasiklik : Maprotiline, mianserin, amoxapine

c. Obat Anti Depresi MAOI Reversible (Reversible Inhibitor Of Monoamine

Oxydase-A (RIMA)) : Moclobemide

d. Obat Anti Depresi SSRI (selective Serotonin Reuptake Inhibitors) : Sertraline,

paroxetine, fluvoxamine, fluoxetin, duloxetine, citalopram

e. Obat Anti Depresi Atypical : Trazodone, mirtazapine, venlafaxine

2. Psikoterapi 5

Terapi yang digunakan untuk menghilangkan keluhan-keluhan dan mencegah

kambuhnya gangguan psikologik.

a. Terapi Kognitif

Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan sindrom depresi melalui usaha yang

sistematis yaitu merubah cara pikir maladaptif dan otomtik pada pasien-pasien

depresi. Terapi ini berlangsung lebih kurang 12-16 sesi yang terbagi dalam 3 fase.

b. Terapi Perilaku

Terapi ini sering digunakan bersama-sama dengan terapi kognitif. Tujuan terapi

perilaku adalah meningkatkan aktivitas pasien, mengikutkan pasien dalam tugas-

tugas yang dapat meningkatkan perasaan yang menyenangkan, terbagi dalam 2

fase yaitu fase awal dan fase akhir.

c. Psikoterapi Suportif

Psikoterapi ini hampir selalu dinidikasikan yaitu memberikan kehangatan, empati,

pengertian, optimistik, membantu pasien untuk mengidentifikasi dan

mengekspresikan emosinya.

17

Page 18: CRS Pasien Depresi

d. Psikoterapi Dinamik

Terapi ini dilakukan dalam periode jangka panjang. Perhatian terapi ini adalah

defisit psikologik yang menyeluruh yang diduga mendasari gangguan depresi

e. Psikoterapi Dinamik Singkat

Terapi ini berlangsung lebih pendek dengan tujuan menciptakan lingkungan yang

aman bagi pasien. Pasien dapat mengenal materi konfliknya dan dapat

mengekspresikannya.

3.7 Prognosis

Gangguang depresi memiliki banyak episode hal ini tergantung dengan kretirianya

masing-masing. Pada umumnya prognosis setiap episode adalah baik, akan tetapi

gangguan ini bersifat kronis sehingga psikiater harus menganjurkan strategi terapi untuk

mencegah kekambuhan dimasa yang akan datang.7

18

Page 19: CRS Pasien Depresi

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Gangguan depresif adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai

masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan episode depresif,

gangguan distimik, gangguan depresif mayor dan gangguan depresif unipolar serta

bipolar.

2. Gangguan depresif dapat terjadi pada semua umur, dengan riwayat keluarga

mengalami gangguan depresif, biasanya dimulai pada usia 15 dan 30 tahun

3. Diagnosis gangguan depresif dapat merujuk pada Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia Edisi Ketiga (PPDGJ III) dan menurut

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fouth Edition, Text Revision

(DSM IV-TR)

4. Penatalaksanaan gangguan depresi terbagi dalam farmakoterapi dan psikoterapi.

a. Saran

1. Setiap dokter muda stase kedokteran jiwa harus dapat lebih memahami kriteria pada

gangguan psikosomatik untuk meningkatkan kompetensi menjadi seorang dokter.

2. Untuk kegunaan pendidikan, diperlukan penilaian pasien secara holistik yang

dilakukan oleh setiap dokter muda stase kedokteran jiwa agar dapat tepat mengenali

dan mendiagnosa pasien dengan gangguan depresif.

19

Page 20: CRS Pasien Depresi

DAFTAR PUSTAKA

1. Saddock, Benjamin, dkk. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. 2010.

2. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III. Penerbit Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya, Komplek RS Atma Jaya, Jakarta. 2003

3. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic

Medication) Edisi Ketiga. Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya,

Komplek RS Atma Jaya, Jakarta. 2007.

4. Direktorat Bina Farmasi Komunikasi dan Klinik. Pharmaceutical Care untuk penderita

gangguan depresif. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan

RI; 2007 (diakses pada 20 Juli 2015). Diunduh dari: URL:

http://binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361517835.pdf

5. Amir, Nurmiati. Depresi Aspek Neurobilogi, Diagnosis dan Tatalaksana. FKUI.2005

6. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders, 4th Ed. DSM-IV-TR. American Psychiatric Association, 2000.

7. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Pedoman

Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa / Psikiatri, 2012.

20