69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP CREDIT RATING PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang listing tahun 2011) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Oleh: MONIKA LARASATI F0309053 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

CREDIT RATING PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul : PENGARUH MEKANISME

Embed Size (px)

Citation preview

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

CREDIT RATING PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang listing tahun 2011)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk

Mencapai Gelar sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret

Oleh:

MONIKA LARASATI

F0309053

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

CREDIT RATING PRUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang listing tahun 2011)

Surakarta, Februari 2013

Telah disetujui dan diterima baik oleh

Pembimbing

TAUFIQ ARIFIN, SE. M.Sc,Ak

NIP. 19821011 200912 1 004

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.

Surakarta, Februari 2013

Tim Penguji Skripsi

1. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si,Ak

NIP 19690924 199402 1 001

2. Taufiq Arifin, S.E., M.Sc, Ak

NIP 19821011 200912 1 004

3. Sulardi, SE., M.Si., Ak

NIP 19691123 200012 1 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

Tuhan tidak akan pernah menaruh mimpi di dalam hatimu, jika Ia belum memberimu

segala yang dibutuhkan untuk mencapainya.

Batas itu hanya ada di dalam kepala, push the limit

You Never Know till You’ve Tried

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Mama dan Bapak yang selalu mencintai dan menyayangiku sepenuh hati, dan

selalu menjadi penyemangat utamaku,

2. Keluarga besar Atmo Suwito dan Hagnyo Suhardjo

3. Sahabat-sahabat yang telah menemani dan mendukungku selama ini.

4. Semua Orang yang mempercayai keindahan dan kekuatan mimpi dan usaha di

dalam hidup.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,

karunia, segala nikmat, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul “Pengaruh Corporate governance Terhadap Credit rating Pada

Perusahaan Manufaktur” sebagai tugas akhir guna memenuhi syarat-syarat mencapai

gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas

dari dorongan dan bantuan banyak pihak. Oleh karenanya, penulis dengan ini

menngucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kesehatan, nikmat, karunia yang

berlimpah serta petunjuk dan bimbingan di dalam menjalani hidup ini.

2. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.M, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Santoso, M.Si., Ak, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Taufiq Arifin, S.E, M.Sc., Ak, selaku Pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan, perhatian, pengarahan yang sangat berharga bagi penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Payamta, M.Si., Ak, CPA, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan bimbingan, perhatian, pengarahan yang sangat berharga bagi

penulis dalam proses kegiatan belajar mengajar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

6. Mama dan Bapak yang selalu mencintai dan menyayangiku sepenuh hati, dan

selalu menjadi penyemangat utamaku,

7. Dekna, Mbah Woeryatmo dan keluarga besar Atmo Suwito serta Hagnyo

Suhardjo.

8. Sahabat-sahabat yang telah menemani dan mendukungku selama ini.

9. Executive Board AIESEC Expansion UNS 12/13 “Fireworks”dan Founder

10. Teman-teman Akuntansi 2009, terima kasih sudah berjuang bersama, dan saling

mengisi dalam proses belajar ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis

Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan

saran yang bersifat membangun dari semua pihak, penulis harapkan demi perbaikan

yang berkelanjutan. Akhir kata, penulis berharap penelitian skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak dikemudian hari. Terima Kasih.

Surakarta, 12 September 2012

Monika Larasati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN ........................................................................... i

HALAMAN ABSTRAKSI.................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. v

HALAMAN MOTTO ........................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6

1.4 Manfaat penelitian ............................................................................ 6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Teori Keagenan................................................................................. 8

2.2 Credit rating ..................................................................................... 10

2.3 Corporate governance ...................................................................... 18

2.4 Hubungan Corporate governance dan Credit rating ....................... 25

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

2.5 Pengembangan Hipotesis .................................................................. 27

2.6 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian ............................................................................. 31

3.2 Populasi, Sampel dan Metode Sampling .......................................... 31

3.3 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya .......................... 32

3.4 Metode Analisis data ........................................................................ 34

BAB IV ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

4.1 Deskriptif Data ................................................................................. 41

4.2 Statistik Deskriptif ............................................................................ 42

4.3 Pengujian Asumsi Klasik ................................................................. 43

4.4 Pengujian Hipotesis .......................................................................... 44

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 48

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 52

5.2 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 54

5.3 Saran ................................................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 56

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Peringkat Kredit Lembaga - lembaga di Amerika .................................. 16

Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel ........................................................................ 32

Tabel 3.2 Klasifikasi Credit rating ......................................................................... 33

Tabel 4.1 Statistik Deksriptif .................................................................................. 42

Tabel 4.2 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................. 45

Tabel 4.3 Hasil Uji F ............................................................................................... 46

Tabel 4.4 Hasil Uji T ............................................................................................... 47

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 30

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

THE IMPACT OF MECHANISMS OF CORPORATE GOVERNANCE ON

COMPANY’S CREDIT RATING IN INDONESIA

(Empirical Study on Manufacture Companies that listed for period 2011)

MONIKA LARASATI

F0309053

ABSTRACT

The objectives of this research is to investigate the impact of corporate

governance mechanisms on company’s credit rating in Indonesia. This research

focuses on manufacture companies that listed in Bursa Efek Indonesia for period

2011. This research was used 78 sample of financial statements and annual report

which published by companies. Independent variable as proxy of corporate

governance consist of concentrated ownership, managerial ownership, audit

committee, board of commisioners, percentage of independent commissioners and

board of directors. The dependent variable in this research is company’s credit rating.

Hypothesis was tested by multiple regression model.

The result of this research show that concentrated ownership, managerial

ownership, audit committee, board of committee, and percentage of independent

committee had not effect on credit rating. Only board of directors had effect on credit

rating.

Keyword : Corporate governance, credit rating

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

CREDIT RATING PERUSAHAAN DI INDONESIA

(Studi Empiris Perusahasaan Manufaktur di Indonesia yang listing tahun 2011)

MONIKA LARASATI

F0309053

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh mekanisme corporate

governance terhadap credit rating perusahaan di Indonesia. Penelitian ini berfokus

pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2011.

Penelitian ini menggunakan sampel 78 perusahaan dari laporan keuangan dan

laporan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan. Proxy corporate governance yang

digunakan sebagai variabel independen adalah konsentrasi kepemilikan saham,

kepemilikan manajerial, audit komite, jumlah dewan komisaris, persentase komisaris

independen, dan jumlah dewan direksi. Variabel dependen dalam penelitian adalah

credit rating. Uji hipotesis menggunakan regresi berganda.

Hasil dari penelitian ini adalah konsentrasi kepemilikan saham, kepemilikan

manajerial, audit komite, jumlah komite audit, jumlah dewan komisaris dan

persentase komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap credit rating.

Variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap credit rating hanya

jumlah dewan direksi.

Keyword : Corporate governance, credit rating

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi Ekonomi Indonesia sebagai negara berkembang rentan terhadap

krisis keuangan. Pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang cukup

parah. Hal ini dimungkinkan karena persoalan perbankan dan hutang swasta. Data

dari World Bank (2008) menunujukkan bahwa penambahan hutang luar negeri

Indonesia antara tahun 1992 sampai dengan bulan Juli 1997 sebesar 85% berasal dari

pinjaman swasta. Di sisi lain, negara maju yang telah memiliki regulasi pemerintahan

yang lebih baik dan ketat dari negara berkembang ternyata dapat juga terkena krisis

keuangan.

Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 berawal dari krisis

perumahan di Amerika Serikat. Krisis ekonomi dunia berawal sejak bisnis

perumahan di Amerika mengalami kemacetan. Amerika sudah memiliki Undang-

Undang Mortgage, yaitu Undang-undang sejenis kredit kepemilikan rumah (KPR)

sejak sebelum tahun 1925 (Gie, 2011). Setiap warga Amerika jika sudah memenuhi

persyaratan tertentu dapat mengambil kredit cicilan ini (mengajukan mortgage).

Sejak tahun 1980 property bisnis real estate serta bisnis-bisnis yang

berhubungan dengan perumahan kembali menggeliat. Bisnis perumahan ini lambat

laun menghadapi hambatan yaitu banyak orang yang sudah memiliki rumah.

Pemerintah AS membuat kebijakan baru pada tahun 1986 yaitu penetapan reformasi

pajak (Gie, 2011). Salah satu isi reformasi pajak tersebut adalah keringanan pajak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

bagi setiap orang yang ingin membeli rumah satu lagi. Hal ini berdampak terhadap

bisnis perumahan di Amerika yang mengalami kenaikan secara drastis selama 12

tahun. Banyak orang membeli rumah dengan mortgage.

Bisnis perumahan yang menjadi primadona sejak tahun 1990 tersebut lambat

laun menjadi bencana bagi investment banking, seperti Lehman Brother yang

bangkrut akibat transaksi-transaksi keuangan dengan mortgage yang terjadi antara

tahun 1990 sampai dengan 2004 (Detik Finance, 2009). Banyak konsumen yang

gagal bayar bayar dalam kurun waktu 10 tahun (Antara News, 2008). Akibatnya

rumah yang disita dan dijual semakin banyak. Penawaran rumah dengan permintaan

tidak sebanding, mengakibatkan harga rumah anjlok.

Interkoneksi sistem bisnis global yang saling terkait, membuat „efek domino‟

krisis yang berbasis di Amerika Serikat ini, dengan cepat dan mudah menyebar ke

berbagai negara di seluruh penjuru dunia (Gie, 2011). Krisis itu menjatuhkan

sejumlah lembaga keuangan AS. Pemain-pemain utama Wall Street berguguran,

termasuk Lehman Brothers dan Washington Mutual, dua bank terbesar di AS (Antara

News, 2008). Para investor mulai kehilangan kepercayaan, sehingga harga-harga

saham di bursa-bursa utama dunia pun jatuh.

Kondisi buruknya perekonomian dunia diperjelas dengan sederet bank di

Eropa juga telah menjadi korban, sehingga pemerintah di Eropa harus turun tangan

menolong dan mengatasi masalah perbankan mereka. Pemerintah Belgia,

Luksemburg, dan Belanda menstabilkan Fortis Group dengan menyediakan modal

11,2 miliar euro atau sekitar Rp 155,8 triliun untuk meningkatkan solvabilitas dan

likuiditasnya (Detik Finance, 2009). Pemerintah Jerman dan konsorsium perbankan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

juga berupaya menyelamatkan Bank Hypo Real Estate, bank terbesar pemberi kredit

kepemilikan rumah di Jerman. Pemerintah Jerman menyiapkan dana 35 miliar euro

atau sekitar Rp 486,4 triliun berupa garansi kredit. Kementerian Keuangan Inggris,

menasionalisasi bank penyedia KPR, Bradford & Bingley, dengan menyuntikkan

dana 50 miliar poundsterling atau Rp 864 triliun (Detik Finance, 2009).

Penyebab krisis keuangan global tersebut berasal dari ketamakan dan

ketidakhati-hatian para pelaku bisnis yang menyebabkan rantai krisis yang melanda

dunia (Dahlan Iskan, 2008). Hal buruk tersebut berkembang menjadi “krisis

kepercayaan” yang menjadi penyebab paling utama dari segala masalah ekonomi

yang dihadapi pada waktu itu. Persoalan yang serupa juga menjadi penyebab krisis

yang melanda Indonesia pada tahun 1998.

Untuk mengembalikan kepercayaan investor, diperlukan tata kelola

perusahaan yang baik dan indikator bagi kreditur. Salah satu indikator yang dapat

digunakan adalah credit rating yang cukup valid karena dikeluarkan oleh lembaga

yang independen. Credit rating adalah opini suatu lembaga independen mengenai

kemampuan dan kapasitas suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangannya secara tepat waktu (Standard and Poor‟s, 2002).

Di Amerika, credit rating dikeluarkan oleh Standard and Poor‟s, Fitch,

Moody‟s dan AM Best. Biasanya peringkat tersebut dinyatakan dalam kisaran huruf,

misalnya, dari „AAA hingga D‟ untuk memberitahu informasi mengenai tingkat dari

credit rating. Di Indonesia, lembaga-lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank

Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/8/DPNP tanggal 31 Maret

2005, antara lain Standard & Poor‟s Ratings (S&P), Fitch Ratings, Kasnic Credit

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

rating Indonesia (Kasnic) atau disebut juga Moody‟s Indonesia dan Pemeringkat

Efek Indonesia (Pefindo). Secara umum, peringkat kredit dibagi menjadi dua

kelompok tingkatan, yaitu investment grade dan non-investment grade atau

speculative grade dan dinyatakan dalam kisaran huruf misalnya, dari AAA sampai

D. Hal ini menunjukkan semakin tinggi peringkat yang diperoleh, semakin baik

kualitas kredit (Standard and Poor‟s, 2002). Dalam menentukan peringkat, masing-

masing perusahan pemeringkat efek bisa menerapkan klasifikasi pemeringkatan yang

berbeda-beda sesuai dengan peraturan yang berlaku. Salah satu ukuran yang menjadi

acuan dalam pengukuran credit rating adalah corporate governance.

Jika suatu perusahaan memiliki good corporate governance maka credit

rating juga akan baik. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Ouni dan Omri

(2010) dalam jurnal yang berjudul Financial Attrributes, Corporate governance and

Target Credit ratings menunjukkan bahwa Corporate governance berpengaruh

positif terhadap pencapaian target credit ratings yang diinginkan perusahaan.

penelitian tersebut menggunakan sampel dari 571 perusahaan di Amerika tahun 1995

sampai dengan 2007. Penelitian lain juga mengemukakan bahwa adanya hubungan

antara mekanisme corporate governance terhadap credit rating (Bhoraj dan

Sengupta, 2003). Perusahaan dengan GCG yang kuat ternyata memiliki peringkat

kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan dengan GCG yang lemah

(Ashbaugh, et al, 2004).

Penelitian ini mengacu pada penelitian Setyaningrum (2005) dalam jurnal

yang berjudul Pengaruh Mekanisme Corporate governance Terhadap Peringkat

Kredit Perusahaan Di Indonesia. Dalam penelitian yang dilakukan Setyaningrum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

menggunakan proxy corporate governance dalam variabel independen yang terdiri

dari: jumlah block holder, persentase saham investor institusional, persentase

kepemilikan saham insiders (dewan komisaris atau direksi), perusahaan yang diaudit

KAP Big 4, keberadaan komite audit sesuai peraturan pemerintah, jumlah dewan

komisaris dan persentase komisaris independen dalam perusahaan. Penelitian

tersebut mengambil sampel obligasi yang dikeluarkan oleh emiten yang listing di

BEJ dan BES untuk tahun 31 Desember 2002, 31 Desember 2003 dan 31 Desember

2004.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyaningrum

(2005) pada penggunaan variabel independen. Variabel Independen yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri dari: kepemilikan saham terkonsentrasi, kepemilikan

manajerial, jumlah komite audit, jumlah dewan komisaris, persentase komisaris

independen dan jumlah dewan direksi sebagai proxy corporate governance.

Penelitian mengenai corporate governance terhadap credit rating belum banyak

diteliti di Indonesia. Maka dari itu, Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti

empiris di Indonesia tentang pengaruh mekanisme corporate governance terhadap

credit rating dengan mengambil sampel perusahaan manufaktur di Indonesia tahun

2011 yang listing di Bursa Efek Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

1. Apakah konsentrasi kepemilikan saham berpengaruh terhadap credit

rating?

2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap credit rating?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

3. Apakah jumlah komite audit berpengaruh terhadap credit rating?

4. Apakah jumlah dewan komisaris berpengaruh terhadap credit rating?

5. Apakah persentase komisaris independen berpengaruh terhadap credit

rating?

6. Apakah jumlah dewan direksi berpengaruh terhadap credit rating?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang dapat dinyatakan seperti

berikut ini.

1. Mengetahui pengaruh konsentrasi kepemilikan saham terhadap credit

rating.

2. Mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial terhadap credit rating.

3. Mengetahui pengaruh jumlah komite audit terhadap credit rating.

4. Mengetahui pengaruh jumlah dewan komisaris terhadap credit rating.

5. Mengetahui pengaruh persentase kepemilikan saham terhadap credit

rating.

6. Mengetahui pengaruh jumlah dewan direksi terhadap credit rating.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memperoleh hasil

penelitian yang dapat bermanfaat seperti berikut ini.

1. Memberikan kontribusi literatur akuntansi mengenai pengaruh

mekanisme corporate governance terhadap credit rating.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

2. Bagi pemakai laporan keuangan, dapat memberikan masukan dalam

memahami pengaruh mekanisme corporate governance terhadap

credit rating.

3. Bagi investor, kreditor dan stakeholder lainnya dapat menjadi acuan

tambahan dalam menganalis informasi keuangan perusahaan terkait

credit rating.

4. Bagi peneliti ini merupakan proses belajar dalam mengaplikasikan

pengetahuan dan teori-teori yang telah dipelajari dan diperoleh.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Keagenan

Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak antara principal dengan agent

(Jensen and Meckling, 1976). Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan

antara kepemilikan (principal/investor) dan pengendalian (agent/manajer). Investor

mendelegasikan kewenangan kepada agen/manajer untuk mengelola kekayaan

investor. Investor mempunyai harapan bahwa dengan mendelegasikan wewenang

pengelolaan tersebut, mereka akan memperoleh keuntungan dengan bertambahnya

kekayaan dan kemakmuran investor.

“A contract under which one or more persons (the principal/s) engage

another person (the agent) to perform some service on their behalf which

involve delegating some decisions making authority to the agent.” (Jensen

dan Meckling, 1976)

Pada teori agensi, baik principal maupun agent diasumsikan sebagai orang-

orang ekonomi yang rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan

pribadinya masing-masing. Dari situasi ini timbull konflik kepentingan antara

principal dan agent (Jensen and Meckling, 1976). Investor berharap manajer akan

menghasilkan return dari uang yang mereka investasikan. Oleh karena itu, kontrak

yang baik antara investor dan manajer adalah kontrak yang mampu menjelaskan

spesifikasi-spesifikasi apa sajakah yang harus dilakukan manajer dalam mengelola

dana para investor, dan spesifikasi tentang pembagian return antara manajer dengan

investor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi jika

pihak-pihak yang saling bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang

berbeda. Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat

terjadi dalam hubungan keagenan (Einsenhardt, 1989). Pertama adalah masalah

keagenan yang timbul pada saat (a) keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan dari

prinsipal dan agen berlawanan dan (b) merupakan suatu hal yang sulit atau mahal

bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang benar benar dilakukan

oleh agen. Prinsipal tidak dapat memverifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu

secara tepat. Selain itu, masalah pembagian risiko timbul pada saat prinsipal dan

agen memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko. Dengan demikian, prinsipal dan

agen mungkin memiliki preferensi tindakan yang berbeda yang dikarenakan adanya

perbedaan preferensi terhadap risiko.

Teori keagenan dilandasi dengan tiga asumsi (Eisenhardt, 1989), yaitu:

asumsi sifat manusia (human assumptions), asumsi keorganisasian (organizational

assumptions), dan asumsi informasi (information assumptions). Asumsi sifat

manusia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (1) self-interest, yaitu sifat manusia

untuk mengutamakan kepentingan diri sendiri, (2) bounded rationality, yaitu sifat

manusia yang memiliki keterbatasan rasionalitas, dan (3) risk aversion, yaitu sifat

manusia yang lebih memilih mengelak dari risiko. Asumsi keorganisasian

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (1) konfik sebagian tujuan antar partisipan, (2)

efisiensi sebagai suatu kriteria efektivitas, dan (3) asimetri informasi antara pemilik

dan agen. Asumsi informasi merupakan asumsi yang menyatakan bahwa informasi

merupakan suatu komoditas yang dapat dibeli.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Hubungan yang terjadi dalam teori keagenan antara manajer dan investor

memicu timbulnya konflik kepentingan yang sering memiliki kepentingan pribadi

yang berbeda. Untuk mengatasi konflik kepentingan dan mengembalikan

kepercayaan investor, diperlukan tata kelola perusahaan yang baik dan indikator bagi

kreditur. Salah satu indikator yang dapat digunakan adalah credit rating yang cukup

valid karena dikeluarkan oleh lembaga yang independen.

2.2 Credit rating

Kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Enron

dan Lehman Brothers memicu perusahaan untuk lebih memperhatikan keadaan

keuangan perusahan sebelum mengeluarkan keputusan investasi. Sebelum

melakukan pembelian atas obligasi atau saham, salah satu faktor yang harus

diperhatikan oleh investor ialah credit rating. Kemampuan perusahaan melunasi

pinjaman menjadi faktor penentu yang digunakan oleh lenders untuk memberikan

pinjaman. Credit rating merupakan salah satu indikator yang menunjukkan seberapa

baik perusahaan dalam mengelola permasalahan ekonomi yang dialami perusahaan

tersebut.

Credit rating adalah opini suatu lembaga independen mengenai kemampuan

dan kapasitas suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya secara

tepat waktu (Standard and Poor‟s, 2002). Skala ini menunjukkan seberapa aman

suatu obligasi bagi investor. Credit rating perusahan merefleksikan opini yang

dimiliki oleh rating agency mengenai kelayakan kredit (creditworthiness)

perusahaan dan kelayakan perusahaan dalam menerbitkan obligasi (Standard and

Poor‟s, 2002). Lembaga pemeringkat kredit atau juga disebut dengan credit rating

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

agency (CRA) adalah suatu perusahaan yang menerbitkan peringkat kredit. Agen

pemeringkat berfungsi sebagai perantara informasi dan berperan dalam memperbaiki

efisiensi pasar modal dengan meningkatkan transparansi sekuritas, sehingga dapat

mengurangi asimetri informasi antara investor dan penerbit obligasi. Jasa ini sangat

bernilai bagi investor kecil yang menghadapi tingginya biaya (relatif terhadap

investasinya) dalam menilai creditworthiness. Oleh karena itu agen pemeringkat

menyediakan jasa yang lebih efisien ( Zuhrotun dan Baridwan, 2005).

Peringkat kredit tersebut mengukur kelayakan kredit dan kemampuan

pembayaran kembali utang, serta berpengaruh pada suku bunga yang dibebankan

pada utang tersebut. Penilaian credit rating dilakukan oleh perusahaan pemeringkat

kredit yang independen. Di Amerika, credit rating dikeluarkan oleh Standard and

Poor‟s, Fitch, Moody‟s dan AM Best. Di Indonesia, lembaga-lembaga pemeringkat

yang diakui oleh Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia No.

7/8/DPNP tanggal 31 Maret 2005, antara lain Standard & Poor‟s Ratings (S&P),

Fitch Ratings, Kasnic Credit rating Indonesia (Kasnic) atau disebut juga Moody‟s

Indonesia dan Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Pemeringkat kredit menilai

dan mengevaluasi sekuritas utang perusahaan yang diperdagangkan secara umum,

dalam bentuk peringkat maupun perubahan peringkat obligasi dan selanjutnya

diumumkan ke pasar (Zuhrohtun dan Baridwan, 2005).

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) berdiri secara resmi sejak bulan

Desember 1993. Pefindo merupakan credit rating agency pertama di Indonesia

dengan lisensi dari Bapepam No. 39/PM-PI/1994. Pendirian Pefindo di latar

belakangi oleh inisiatif dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan bank

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

sentral (Bank Indonesia). Inisiatif pendirian Pefindo merupakan respon atas

peraturan Bapepam tentang permintaan rating utang (debt) dan obligasi terdaftar

yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat independen (Pefindo, 2009).

Berdasarkan pada keputusan direksi PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) No:

Kep-01/PEF-DIR/I/2010 tentang kode etik perseroan PT Pefindo. Pefindo menjamin

bahwa peringkat suatu perusahaan atau surat utang dihasilkan melalui suatu analisis

yang mendalam terhadap seluruh informasi yang diketahui dan relevan dengan

menggunakan metodologi pemeringkatan yang telah dipublikasi. Pefindo

menggunakan metodologi pemeringkatan yang baku, sistematis dan apabila

dimungkinkan hasil pemeringkatan tersebut dapat divalidasi berdasarkan data

historis. Hasil pemeringkatan dikeluarkan berdasarkan hasil keputusan komite

pemeringkatan, bukan dari keputusan analisis secara individu. Hasil pemeringkatan

tersebut merefleksikan seluruh informasi yang diketahui dan relevan serta diyakini

validitasnya oleh Pefindo. Di sisi lain, bagi investor adanya agen pemeringkat

membantu dalam memberikan informasi investasi mengenai kemampuan emiten

dilihat dari aspek ekonomi dan keuangan. Hal ini dapat meminimalisasi asimetri

informasi bagi investor.

Credit rating perusahaan ditentukan oleh penilaian agen pemeringkat kredit

mengenai kemungkinan distribusi arus kas masa depan kepada bondholders, yang

berkaitan dengan aliran kas masa depan perusahaan (Ashbaugh, et al, 2006). Credit

rating menunjukkan kelayakan kredit perusahaan (creditworthiness). Kelayakan

kredit ditentukan oleh penilaian atas kecukupan (sufficiency) aliran kas perusahaan di

masa depan untuk menutup debt costs dan principal payment. Penentuan tingkat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

skala tersebut memperhitungkan beberapa variabel yang mempengaruhi peringkat

obligasi. Investor dapat menggunakan jasa agen pemeringkat yang memberikan jasa

penilaian terhadap obligasi yang beredar untuk mendapatkan informasi mengenai

peringkat obligasi, yang merupakan petunjuk tentang kualitas investasi obligasi yang

diminati. Peringkat obligasi diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang independen.

Di Indonesia terdapat dua lembaga pemeringkat sekuritas utang, yaitu PT

Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia) dan Kasnic Credit rating Indonesia. Lembaga

pemeringkat tersebut membantu investor dalam memberikan informasi investasi

mengenai kemampuan ekonomi dan finansial penerbit (issuer) obligasi. Peringkat

obligasi menunjukkan kualitas kredit perusahaan penerbit. Secara umum, peringkat

kredit dibagi menjadi dua kelompok tingkatan, yaitu investment grade dan non-

investment grade atau speculative grade. Dan dinyatakan dalam kisaran huruf.

Misalnya, dari AAA sampai D. Hal ini menunjukkan semakin tinggi peringkat yang

diperoleh, semakin baik kualitas kredit (Standard and Poor‟s, 2002).

Dalam menentukan peringkat, masing-masing perusahan pemeringkat efek

bisa menerapkan klasifikasi pemeringkatan yang berbeda-beda sesuai dengan

peraturan yang berlaku. PT. Pefindo memiliki prosedur pemeringkatan yang baku.

Prosedur tersebut berisi langkah-langkah yang dilakukan Pefindo sebelum

menerbitkan credit rating perusahaan (Pefindo, 2008). Adapun langkah-langkah

proses pemeringkatan oleh Pefindo adalah sebagai berikut.

a. Rating Request

Proses pemeringkatan biasanya didahului dengan permintaan formal oleh

perusahaan yang memerlukan peringkat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

b. Administration Fulfillment

Pefindo akan mengirimkan draft contract dan surat yang berisi pernyataan-

pernyataan yang harus dipenuhi. Perusahaan harus menyerahkan laporan

keuangan perusahaan selama 3 sampai 5 tahun yang sudah diaudit, beberapa

pertanyaan terinci dan data operasional yang terdapat pada kuesioner, serta

dokumen-dokumen lain seperti prospektus, memo informasi, dan sebagainya.

c. Analitic Team Assignment

Proses pemeringkatan dimulai setelah Pefindo menerima kontrak yang sudah

ditandatangani, serta semua persyaratan. Pefindo akan menunjuk tim analis yang

memiliki pengalaman di industri atau sektor yang terkait dengan perusahaan.

d. Analytical Process

Proses pemeringkatan termasuk kunjungan ke fasilitas operasional utama

perusahaan. Jika diperlukan, tim analis juga bisa mencari data dan informasi dari

sumber lain yang terpercaya. Selain itu, tim analis akan mengadakan management

meeting dengan pihak manajemen perusahaan agar bisa mendapatkan penilaian

yang lebih baik mengenai penilaian kualitatif akan tingkat pengetahuan,

kapabilitas, komitmen, kebijakan manajemen perusahaan, serta ukuran-ukuran

kualitatif lain yang memiliki pengaruh terhadap peringkat.

e. Rating Committe

Tim analis akan mengadakan Rating Committee Meeting untuk mempresentasikan

dan mengajukan peringkat perusahaan kepada anggota komite untuk dilakukan

proses pemungutan suara. Peringkat akhir yang ditujukan untuk didasarkan pada

suara terbanyak dari anggota komite.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

f. Notification to Issuer

Tim analis akan memberitahu hasil pemeringkatan kepada perusahaan terkait.

Hasil pemeringkatan tersebut biasanya dipaparkan dalam Rating Rationale, yaitu

laporan satu halaman yang berisi beberapa ikhtisar laporan keuangan (financial

highlights) dan penjelasan supporting factors dan mitigating factors dari hasil

pemeringkatan tersebut.

g. Appeal

Perusahaan akan mendapatkan satu kali kesempatan untuk mengajukan banding

(appeal) terhadap hasil peringkat dengan memberikan informasi atau data penting

yang baru. Selanjutnya, tim analis akan mempresentasikan dan mengajukan

kembali kepada komite peringkat. Namun, tidak ada jaminan bahwa peringkat

baru berdasarkan tambahan informasi tersebut akan mengubah keputusan

peringkat terdahulu.

h. Rating Release or Not Publish

Hasil pemeringkatan dapat dipublikasikan atau tidak dipublikasikan, tergantung

persetujuan dari perusahaan. Jika perusahaan menyetujui untuk mempublikasikan

hasil peringkat tersebut, maka Pefindo akan membuat siaran pers (press release)

kepada media dan anggota milis Pefindo. Press release tersebut berupa laporan

singkat yang merupakan ringkasan dari Rating Rationale. Laporan Rating

Rationale selengkapnya akan dipublikasikan di website Pefindo serta bentuk-

bentuk publikasi lainnya seperti Credit Insight, Rating Highlight, dan sebagainya.

Sebaliknya, jika perusahaan memutuskan untuk tidak mempublikasikan hasil

peringkat, maka Pefindo akan menjaga hasil pemeringkatan tersebut. Setiap rating

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

yang diberikan Pefindo terhadap obligasi perusahaan memiliki definisi atau

keterangan tertentu. Berikut ini adalah tabel rating obligasi beserta konversi

indeks yang dikeluarkan oleh Pefindo dan empat lembaga yang berbeda di

Amerika, yaitu:

Tabel 2.1

Peringkat Kredit Lembaga - lembaga di Amerika

Moody’s S&P Fitch AM Best Arti Simbol

Aaa AAA AAA Aaa Kemampuan obligor sangat kuat untuk

memenuhi kewajiban keuangan.

Penilain tertinggi

Aa1

Aa2

Aa3

AA+

AA

AA-

AA+

AA

AA-

aa+

aa

aa-

Kemampuan obligor kuat untuk

memenuhi kewajiban keuangan, tetapi

agak rentan terhadap kondisi ekonomi.

Baa1

Baa2

Baa3

BBB

BBB

BBB-

BBB+

BBB

BBB-

bbb+

bbb

bbb-

Obligor memiliki kapasitas yang

memadai untuk memenuhi kewajiban

keuangan, namun keadaan tersebut

dapat diperlemah oleh keadaan bisnis

dan perekonomian yang merugikan.

Ba1

Ba2

Ba3

BB+

BB

BB-

BB+

BB

BB-

bb+

bb

bb-

Kemampuan obligor yang agak lemah

dalam memenuhi kewajiban jangka

panjang, serta peka terhadap keadaan

bisnis dan perekonomian yang

merugikan

B1

B2

B3

B+

B

B-

B+

B

B-

b+

b

b-

Kemampuan obligor yang sangat

lemah, tetapi obligor masih memiliki

kemampuan untuk membayar

kewajiban jangka panjangnya, namun

perubahan keadaan bisnis dan

perekonomian yang merugikan akan

memperburuk kemampuan tersebut

dalam memenuhi kewajiban

keuangannya.

Caa CCC CCC ccc Kondisi obligor yang rentan, hanya

bergantung kepada kondisi bisnis dan

perekonomian dalam memenuhi

kewajiban keuangannya.

Ca CC CC cc Keadaan yang sangat rentan

C C C Keadaan yang sangat rentan dan

tergantung perekonomian dan kondisi

bisnis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Moody’s S&P Fitch AM Best Arti Simbol

C D D D Efek utang yang macet, emiten sudah

berhenti usaha, gagal bayar.

Sumber : PT. Kasnic 2008

Menurut Foster (1986) enam fungsi dari pemeringkatan utang perusahaan

sebagai berikut.

1. Sumber informasi utama atas kemampuan perusahaan atau pemerintah untuk

membuat ketepatan waktu pembayaran kembali utang pokok dan tingkat bunga

yang dipinjamkan. Informasi utama ini timbul dari kemampuan untuk

menganalisis informasi umum atau mengakses informasi rahasia.

2. Sumber dengan biaya rendah bagi keluasan informasi kredit, terkait dengan cross

section antar perusahaan, pemerintah daerah dan pemerintah. Pengumpulan

informasi tentang sejumlah perusahaan swasta, perusahaan pemerintah atau

pemerintah daerah sangat mahal. Hal ini akan lebih efektif jika informasi tersebut

didapat dari suatu agen yang mengumpulkan, memproses, dan menyimpulkan

informasi tersebut dengan mudah (dalam bentuk skala rating point).

3. Sumber “legal insurance” untuk pengawas investasi. Membatasi sekuritas utang

hanya pada tingkat ketegori yang tinggi saja.

4. Sumber sertifikasi tambahan terhadap utang perusahaan ditetapkan, hal tersebut

merupakan reputasi berupa risiko. Peringkat merupakan insentif bagi perusahaan

yang bersangkutan mengenai kelengkapan atau ketepatan waktu dari laporan

keuangan. Perusahaan peringkat dapat menyajikan sertifikat kualitas informasi

yang diberikan oleh penerbit atas sekuritas utang yang diberikan peringkat.

5. Monitor terhadap kegiatan manajemen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

6. Memudahkan kebijakan publik yang melarang investasi spekulatif oleh institusi

seperti: bank, perusahaan asuransi dan dana pensiun.

2.3 Corporate governance

Istilah Corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadburry

Committee tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal sebagai Cadburry Report

(Tjager et al, 2003). Menurut Cadburry Committee of United Kingdom, Corporate

Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur antara pemegang saham,

manajemen, kreditor, pemerintah, karyawan, serta stakeholder internal dan eksternal

lainya, yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka.

Corporate governance merupakan suatu mekanisme pengelolaan yang

didasarkan pada teori keagenan. Penerapan konsep corporate governance diharapkan

memberikan kepercayaan terhadap agen (manajemen) dalam mengelola kekayaan

pemilik (investor), dan pemilik menjadi lebih yakin bahwa agen tidak akan

melakukan suatu kecurangan untuk kesejahteraan agen (Sheifer dan Vishny, 1997).

Menurut KNKG (2006) setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas Good

Corporate governance (GCG) diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua

jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,

independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai

kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku

kepentingan (stakeholders).

Prinsip dasar penerapan good corporate governance oleh FCGI (2002) adalah

sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

1. Fairness (Keadilan)

Prinsip keadilan (fairness) merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi

seluruh pemegang saham. Keadilan diartikan sebagai perlakuan yang sama

terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan

pemegang saham asing dari kecurangan. Dalam melaksanakan kegiatannya,

perusahaan harus memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku

kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

2. Disclosure/Transparancy (Keterbukaan/Transparansi)

Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi atas

hal penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan pemegang kepentingan.

Untuk menjaga objektivitas dalam menjalan bisnis, perusahaan harus

menyediakan informasi yang material dan relevan sehingga mudah diakses dan

dipahami.

3. Accountability (Akuntabilitas)

Menekankan pada pentingnya penciptaan sistem pengawasan yang efektif

berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi dan pemegang saham

meliputi: monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen untuk

meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang

saham.

4. Responsibility (Responsibilitas)

Adanya tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan

manajemen serta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang

saham. Prinsip ini diwujudkan dalam kesadaran bahwa tanggung jawab

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

merupakan konsekuensi adanya wewenang, menyadari adanya tanggung jawab

sosial, menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi profesional,

menjunjung etika dan memelihara bisnis yang sehat.

Penerapan corporate governance memberikan empat manfaat (FCGI, 2001),

yaitu:

1. meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan

keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi perusahaan, serta lebih

meningkatkan pelayanan kepada stakeholders,

2. mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah (karena faktor

kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value,

3. mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia,

dan

4. pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus

akan meningkatkan shareholders’s values dan dividen.

Terdapat dua mekanisme dalam penerapan Corporate governance di dalam

perusahaan, yaitu mekanisme internal dan mekanisme eksternal. Pengendalian

internal perusahaan dalam menyeimbangkan hak seluruh pemegang kepentingan

menjadi perhatian mekanisme internal. Masalah asimetri informasi yang terjadi di

tingkat manajemen karena masalah keagenan. Asimetri informasi dapat diminimalisir

dengan menunjuk dewan komisaris dan pembentukan komite audit.

Dewan komisari sebagai perwakilan pemegang saham untuk dapat

mengawasi kegiatan manajemen. Asumsinya dengan adanya dewan komisaris yang

mewakili pemegang saham, baik pengendali ataupun minoritas, maka dewan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

komisaris merupakan alat pengendalian dan elemen yang sangat penting dalam

mekanisme internal corporate governance. Pembentukan komite audit juga dapat

dilaksanakan untuk mekanisme internal lainnya. Komite audit dibentuk sebagai alat

evaluasi pengendalian internal perusahaan serta dapat mengusulkan penunjukan

auditor eksternal.

Selain mekanisme internal, terdapat juga mekanisme eksternal, yaitu:

menggunakan perangkat-perangkat dari luar perusahaan. Dalam penelitian ini, aspek

persentase kepemilikan saham terkonsentrasi dewan komisaris, komisaris

independen, dewan direksi, komite audit, kepemilikan manajerial dan persentase

kepemilikan saham terbesar.

1. Konsentrasi kepemilikan saham

Struktur kepemilikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap mekanisme

CG dan kinerja perusahaan (Schleifer dan Vishny, 1997). Di Asia, yang sebagian

besar perusahaan besarnya memiliki struktur kepemilikan yang terkonsentrasi

(concentrated ownership), masalah keagenan bergeser dari permasalahan antara

pemegang saham dan agen menjadi konflik antara pemegang saham pengendali

(controlling owner) dengan pemegang saham minoritas (minority owner)

(Maharani, 2010). Studi-studi yang dilakukan terkait dengan tingkat konsentrasi

kepemilikan pada perusahaan masih memiliki hasil yang beragam.

2. Kepemilikan manajerial

Kepemilikan saham manajerial memungkinkan dewan direksi dan dewan

komisaris untuk memiliki saham di dalam perusahaan. Kepemilikan manajerial

berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang

saham (Jensen dan Meckling, 1976) Jika kepemillikan saham lebih banyak

dimiliki oleh dewan komisaris ini menjadi pertanda yang baik karena dapat

meningkatkan pengawasan dewan komisaris terhadap manajemen (Ashbaugh et

al, 2004).

3. Jumlah Komite Audit

Dewan komisaris membentuk komite audit untuk membantu melaksanakan

tugas dan fungsinya (FCGI, 2001). Komite Audit merupakan ciri dari implemetasi

tata kelola perusahaan dengan baik. Berdasarkan Keputusan Direksi PT. BEJ No:

KEP-315/BEJ/06-2000 yang telah berubah menjadi No: Kep-339/BEJ/07-2001

mensyaratkan tentang komite audit di dalam perusahaan minimal 3 orang.

4. Dewan direksi

Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang

akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun

jangka panjang. Sedangkan peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih

ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Peran

komisaris ini diharapkan akan meminimalisir permasalahan agensi yang timbul

antara dewan direksi dengan pemegang saham. Oleh karena itu dewan komisaris

seharusnya dapat mengawasi kinerja dewan direksi sehingga kinerja yang

dihasilkan sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Jumlah dewan yang besar

menguntungkan perusahaan dari sudut pandang resources dependence

(Mintzberg, 1979).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Maksud dari pandangan resources dependence adalah bahwa perusahaan

akan tergantung dengan dewannya untuk dapat mengelola sumber dayanya secara

lebih baik. Pfeffer & Salancik (1978) juga menjelaskan bahwa semakin besar

kebutuhan akan hubungan eksternal yang semakin efektif, maka kebutuhan akan

dewan dalam jumlah yang besar akan semakin tinggi. Sedangkan kerugian dari

jumlah dewan yang besar berkaitan dengan dua hal, yaitu: meningkatnya

permasalahan dalam hal komunikasi dan koordinasi dengan semakin

meningkatnya jumlah dewan dan turunnya kemampuan dewan untuk

mengendalikan manajemen, sehingga menimbulkan permasalahan agensi yang

muncul dari pemisahan antara manajemen dan kontrol (Yermack, 1996).

5. Komisaris Independen

Dalam struktur dewan komisaris terdapat komisaris independen untuk

meningkatkan keefektifan dewan komisaris (John dan Senbet, 1998). Dalam

menjalankan tugasnya, dewan komisaris mengadakan pertemuan rutin internal

maupun eksternal dengan pihak lain. Hal ini tentu saja agar kelangsungan

perusahaan dapat terjaga. Ketentuan Pencatatan Efek Bursa Indonesia (BEI)

Nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa

yang berlaku sejak tanggal 1 Juli 2000 mengatur Keberadaan komisaris

Independen di dalam perusahaan.

Setiap perusahaan yang listing di BEI harus memiliki komisaris independen

dengan jumlah yang proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki

oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris

independen 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris. Berdasarkan teori

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

keagenan, bahwa semakin besar jumlah komisaris independen pada dewan

komisaris, maka semakin baik mereka dapat memenuhi peran mereka di dalam

mengawasi dan mengontrol tindakan-tindakan para direktur eksekutif. Premis dari

teori keagenan adalah bahwa komisaris independen dibutuhkan pada dewan

komisaris untuk mengawasi dan mengontrol tindakan-tindakan direksi,

sehubungan dengan perilaku oportunistik mereka (Jensen dan Meckling, 1976).

Penelitian yang dilakukan di China, mengungkapkan bahwa ada pengaruh positif

antara ukuran dari dewan komisaris dengan level tata kelola perusahaan karena

semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris maka fungsi pengawasan dapat

dilakukan secara lebih efektif (Chen, 2005).

6. Dewan Komisaris

Dewan komisaris adalah suatu mekanisme yang mengawasi dan memberikan

petunjuk serta arahan pada pengelola perusahaan, dalam hal ini adalah pihak

manajemen yang bertanggung jawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing

perusahaan. Dewan komisaris diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS) untuk menjabat suatu periode tertentu, dan memiliki kemungkinan untuk

dapat diangkat kembali. Dewan komisaris dapat diberhentikan atau diberhentikan

sementara oleh RUPS juga.

Dewan Komisaris dapat dikatakan sebagai inti dari corporate governance,

yang memiliki tugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi

kegiatan manajemen dalam pengelolaan perusahaan, dan mewajibkan

terlaksananya akuntabilitas. Dewan komisaris juga merupakan pusat ketahanan

dan kesuksesan perusahaan (Egon Zehnde International, 2000).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2.4 Hubungan antara Corporate governance dan Credit rating

Sejak krisis moneter di era 1990-an terjadi, corporate governance dianggap

menjadi hal yang sangat krusial dalam pengelolaan perusahaan. Munculnya konsep

corporate governance di Indonesia sebagai reaksi atas perilaku pengelola perusahaan

yang tidak memperhitungkan stakeholder. Krisis moneter di Asia Tenggara, dan

Indonesia yang terkena dampak paling parah terjadi karena tata kelola yang buruk

(Herwidiyatmo, 2000). Lemahnya corporate governance sering disebut sebagai salah

satu penyebab krisis keuangan di Negara- Negara Asia (Johnson, et al, 2000 dan

Mitton, 2002). Ciri utama lemahnya corporate governance adalah adanya tindakan

mementingkan diri sendiri di pihak para manajer perusahaan. Jika para manajer

perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan

mengabaikan kepentingan investor, maka akan menyebabkan jatuhnya harapan-

harapan para investor tentang pengembalian (return) atas investasi yang mereka

tanamkan. Secara agregat, hal tersebut akan mengakibatkan aliran masuk modal

(capital inflows) ke suatu negara mengalami penurunan sedangkan aliran keluar

(capital outflows) dari suatu negara mengalami kenaikan. Akibat selanjutnya adalah

menurunnya harga-harga saham di negara tersebut, sehingga pasar modalnya

menjadi tidak berkembang dan menurunnya nilai pertukaran mata uang tersebut

(Johnson et al, 2000).

Krisis membuat banyak pihak menyadari dibutuhkannya penerapan corporate

governance yang baik dalam mengelola perusahaan. Konsep corporate governance

diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transaparan bagi

semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep tersebut diterapkan dengan baik,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat seiring dengan

transaparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik (Nasution, Doddy 2007).

Akan tetapi, kenyataannya corporate governance yang baik sampai sekarang belum

benar-benar diterapkan. Praktik- praktik di Indonesia yang bertentangan dengan

konsep good corporate governance antara lain: adanya konsentrasi kepemilikan oleh

pihak tertentu yang memungkinkan terjadinya hubungan afiliasi antara pemilik,

pengawas, dan direktur perusahaan, tidak efektifnya peran dewan komisaris dan

lemahnya law enforcement.

Tuntutan investor terhadap mekanisme good corporate governance pun

semakin tinggi. Sehingga pembuat regulasi harus mengeluarkan berbagai peraturan

yang intinya bertujuan untuk melindungi para pemegang saham dari adanya

informasi asimetri (Herwidiyatmo, 2000). Mekanisme corporate governance dapat

mengurangi resiko gagal bayar (default risk) dengan cara mengurangi biaya

keagenan (agency cost) dengan memonitor kinerja manajemen dan mengurangi

asimentri informasi antara perusahaan dengan kreditur. Selanjutnya, agency risk

adalah resiko manajemen bertindak untuk kepentingannya sendiri dan menyimpang

dari tujuan memaksimalkan nilai perusahaan (firm value). Masalah keagenan (agency

problem) menyebabkan “ketidakadilan” bagi pemegang saham minoritas dan

kreditur, agent cenderung memaksimalkan return jangka pendek dibanding jangka

panjang (Dechow and Sloan, 1991). Jika mekanisme corporate governance dapat

mengurangi agency risk, maka perusahaan dengan tata kelola korporasi yang baik

akan diuntungkan dengan diperolehnya credit rating yang tinggi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Untuk struktur analisis, penulis mengadopsi kerangka kerja yang

dikembangkan oleh Standard & Poor (2002) untuk menilai struktur tata kelola

perusahaan perusahaan dan praktik. Kerangka Standard & Poor (2002) berfokus pada

empat komponen utama dari pemerintahan yaitu: Struktur dan Pengaruh

Kepemilikan, Hubungan dan Hak Stakeholder Keuangan, Transparansi Keuangan,

dan Struktur Dewan dan Proses.

2.5 Pengembangan Hipotesis

2.5.1 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Saham Terhadap Credit rating.

Struktur konsentrasi kepemilikan saham memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap mekanisme CG dan kinerja perusahaan (Schleifer dan Vishny, 1997). Hal

ini dapat dikatakan bahwa kepemilikan terkonsentrasi memiliki dampak hubungan

yang positif terhadap credit rating.

H1: Kepemilikan saham terkonsentrasi berpengaruh terhadap credit rating.

2.5.2 Pengaruh Kepemillikan Manajerial Terhadap Credit rating

Di suatu perusahaan jika kepemilikan saham dimiliki lebih banyak oleh

direksi ini menandakan adanya kepentingan manajemen yang besar sehingga

peringkat surat utang akan semakin rendah. Hal ini terjadi karena semakin besar

jumlah dewan direksi yang memiliki saham di dalam perusahaan, mereka akan

menggunakan hak suara untuk mengambil alih sumber daya perusahaan untuk

kepentingan pribadi dewan, seperti berinvestasi di proyek-proyek yang menjanjikan

return tinggi tetapi probabilitas suksesnya rendah (Gordon and Pound, 1993). Jika

hal tersebut terjadi kinerja perusahaan akan menurun dan memiliki dampaknya

terhadap credit rating. Jika kepemillikan saham lebih banyak dimiliki oleh dewan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

komisaris ini menjadi pertanda yang baik karena dapat meningkatkan pengawasan

dewan komisaris terhadap manajemen sehingga peringkat utang semakin tinggi

(Ashbaugh, et al, 2004). Semakin tinggi persentase kepemilikan manajerial akan

menurunkan kinerja perusahaan dan menyebabkan peringkat surat utang rendah

(Sharma, 2004).

H2: Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap credit rating.

2.5.3 Pengaruh Jumlah Komite Audit Terhadap Credit rating

Tugas dari komite audit adalah menyampaikan informasi, laporan dan hal-hal

yang dilakukan direksi dan memberikan pendapat professional yang independen

kepada dewan komisaris. Jumlah komite audit yang sesuai dengan ketentuan

Keputusan Direksi PT BEJ No: Kep-339/BEJ/07-2001 adalah minimal terdiri dari 3

(tiga) orang anggota. Semakin banyak jumlah komite audit akan semakin baik

menciptakan iklim good corporate governance dalam hal transparansi dan

akuntabilitas dalam perusahaan (Astuti, 2010). Hal ini memiliki juga berdampak baik

terhadap credit rating perusahaan.

H3: Jumlah Komite Audit berpengaruh terhadap credit rating.

2.5.4 Pengaruh Jumlah Dewan Komisaris Terhadap Credit rating

Semakin banyak dewan komisaris dalam suatu perusahaan mengakibatkan

kinerja perusahaan semakin buruk. Hal ini terjadi karena ukuran dewan komisaris

yang lebih besar meningkatkan masalah komunikasi dan koordinasi di antara dewan,

sehingga kemampuan dewan untuk mengendalikan perusahaan akan menurun

(Yermack, 1996).

H4: Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap credit rating.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

2.5.5 Pengaruh Persentase Komisaris Independen Terhadap Credit rating

Semakin besar persentase dewan komisaris di sebuah perusahaan, semakin

baik pula tata kelola perusahaannya (Bhojraj dan Sengupta, 2003).

H5: Persentase Komisaris independen berpengaruh terhadap credit rating.

2.5.6 Pengaruh Jumlah Dewan Direksi Terhadap Credit rating

Penelitian terdahulu, dikemukakan bahwa jumlah dewan komisaris memiliki

hubungan yang positif terhadap kinerja perusahaan (Dalton, et al, 1999). Sedangkan,

pada penelitian yang lain, dewan direksi yang jumlahnya lebih besar menyebabkan

perusahaan menghadapi permasalahan, komunikasi, koordinasi dan pengambilan

keputusan. Ukuran dewan komisaris yang lebih besar menyebabkan nilai perusahaan

yang lebih rendah juga. Dalam hal ini terdapat hubungan negatif antara ukuran

dewan direksi terhadap credit rating (Jensen, 1993; Lorsch, 1989; Yermack 1996).

Hubungan yang negatif antara dewan direksi dengan kinerja perusahaan juga

ditemukan dalam penelitian yang menggunakan sampel perusahaan Finlandia

(Eisensberg, et al,1998).

H6: Jumlah dewan direksi memiliki pengaruh terhadap credit rating.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

2.6 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Kepemillikan saham Terkonsentrasi

Jumlah Dewan Direksi

Jumlah Komite Audit

Jumlah Dewan Komisaris

Persentase komisaris Independen

Kepemillikan Manajerial

Credit rating

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah pengujian hipotesis yang menjelaskan sifat dari

hubungan antar variabel, yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausalitas

antara variabel-variabel melalui analisis data dalam pengujian hipotesis. Penelitian

ini menjelaskan macam hubungan tertentu atau pengaruh mekanisme corporate

governance yang diproxykan dalam kepemilikan saham terkonsentrasi, kepemilikan

manajerial, jumlah komite audit, jumlah dewan komisaris, persentase komisaris

independen, dan jumlah dewan direksi terhadap credit rating perusahaan.

3.2 Populasi, Sampel dan Metode Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di

Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan

metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria

tertentu. Dalam penelitian ini kriteria yang ditetapkan adalah sebagai berikut.

1. Perusahaan manufaktur yang telah mempublikasikan laporan keuangan dan

telah diaudit untuk periode 31 Desember 2011.

2. Data perusahaan manufaktur yang bersumber dari Bursa Efek Indonesia

(BEI).

3. Data peringkat kredit.

4. Data perusahaan manufaktur yang memiliki peringkat kredit.

5. Laporan keuangan disajikan dalam rupiah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Tabel 3.1

Proses Pemilihan Sampel

Deskripsi Jumlah

Total perusahaan yang listing di BEI tahun 2011 383

Perusahaan non manufaktur (245)

Data yang tidak lengkap (60)

Total sampel 78

Sample yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan penulis adalah

sebanyak 78 (tujuh puluh delapan) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

3.3 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuranya

Penelitian ini menggunakan variable-variabel yang terikat dengan analisis

yang digunakan.

1. Variabel Dependen

Terdapat satu variabel terikat dalam penelitian ini, yaitu peringkat obligasi

(Credit rating) perusahaan. Credit rating digunakan untuk menunjukan penilaian

atas risiko kegagalan kredit perusahaan. Dalam variabel ini digunakan teknik scoring

(Pemeringkatan). Data mentah dalam bentuk Excel yang diperoleh dari sumber,

diubah menjadi peringkat. Standar dalam hal ini adalah standar peringkat S&P.

Untuk peringkat kredit perusahaan (peringkat), penulis menggunakan peringkat

kredit jangka panjang yang disusun oleh penerbit Standard & Poor‟s (S&P). Rentang

peringkat dimulai dari AAA (rating tertinggi) ke D (peringkat terendah). Peringkat

S&P ini mencerminkan penilaian kelayakan obligasi yang berhubungan dengan

kewajiban membayar hutang. Untuk keperluan analisis kami, beberapa peringkat

dibagi menjadi tujuh kategori sesuai dengan jadwal yang diberikan dalam Tabel.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Tabel 3.2

Klasifikasi Credit rating

Hutang Rating S&P Skor Rating Grade

AAA 7 Investasi

AA+ 6 Investasi

AA 6 Investasi

AA- 6 Investasi

A+ 5 Investasi

A 5 Investasi

A- 5 Investasi

BBB+ 4 Investasi

BBB 4 Investasi

BBB- 4 Investasi

BB+ 3 Spekulatif

BB 3 Spekulatif

BB- 3 Spekulatif

B+ 2 Spekulatif

B 2 Spekulatif

B- 2 Spekulatif

CCC+ 1 Spekulatif

CCC atau CC 1 Spekulatif

C 1 Spekulatif

D atau SD 1 Spekulatif

Sumber : PT. Pefindo

2. Variabel Independen

a. Kepemilikan Saham Terkonsentrasi

Kepemilikan saham terkonsentrasi diukur dari jumlah saham terbesar terhadap

jumlah total saham perusahaan (Maharani, 2010).

b. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial diukur dengan menghitung persentase jumlah saham

yang dimiliki oleh manajemen dibandingkan dengan jumlah seluruh saham

perusahaan yang beredar. Variabel ini dihitung dengan rumus berikut:

Beredar Saham Jumlah

Manajemen Dimiliki Yang Saham Jumlah Manajerial nKepemilika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

c. Jumlah Komite Audit

Jumlah komite audit di dalam perusahaaan yang tercamtum dalam laporan

keuangan.

d. Jumlah Dewan Komisaris

Jumlah dewan komisaris dalam penelitian adalah jumlah seluruh anggota yang

duduk dalam dewan komisaris yang bertugas mengawasi dan memberi

nasihat pada direksi. Variabel ini diukur dengan menghitung jumlah anggota

dewan komisaris yang dilihat dari annual report masing-masing perusahaan.

e. Persentase Komisaris Independen

Variabel Independensi dewan komisaris dilihat dari proporsi komisaris

independen yang ada dalam dewan komisaris di perusahaan. Hasilnya berupa

persentase yang dihitung dari rumus berikut:

Komisaris Dewan AnggotaSeluruh Jumlah

Independen Komisaris AnggotaJumlah Independen Komisaris

f. Jumlah Dewan Direksi

Jumlah dewan direksi dalam penelitian ini adalah jumlah semua anggota yang

menjabat sebagai direksi di dalam perusahaan. variable ini diukur dengan

melihat jumlah dewan direksi dalam annual report perusahaan.

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Analisi Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dilakukan terhadap masing-masing variabel yang

digunakan dalam penelitian ini. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk

mengetahui nilai rata-rata (mean), nilai minimum, nilai maksimum, dan deviasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

standar dari variabel yang diteliti. Analisis ini dimaksudkan untuk memberikan

gambaran mengenai distribusi dan perilaku data (Ghozali, 2006).

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian data dilakukan dengan uji asumsi klasik bertujuan untuk

memastikan bahwa hasil penelitian valid, dengan data yang digunakan secara teori

tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya efisien (Ghozali, 2006)

Secara teoritis model regresi akan menghasilkan nilai parameter model penduga yang

bila dipenuhi asumsi klasik regresi, yaitu uji normalitas, asumsi multikolinieritas,

heteroskedasitas dan autokorelasi. Uji asumsi klasik yang dipakai dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terdapat variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,

2006). Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji One-Sampel

Kolmogorov Smirnov. Data dikata terdistribusi dengan normal apabila hasil

pengujian menunjukkan nilai residual memiliki signifikansi diatas 5%. Kriteria

pengujian yang digunakan adalah nilai p-value, apabila nilai p-value > 0,05 maka

dapat dinyatakan bahwa data terdistribusi dengan normal, dan apabila jika nilai p-

value < 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa data tidak berdistribusi dengan normal.

Dalam Uji Normalitas ini ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali,

2006).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Hipotesis Nol

H0 : Data terdistribusi secara normal, atau

Hipotesis Alternatif

HA : Data tidak terdistribusi secara normal, atau

Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut ini.

a. Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak. Ini berarti data tidak terditribusi secara

normal.

b. Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima. Ini berarti data terdistribusi secara

normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolineritas ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu

model. Kemiripan antar variabel independen dalam suatu model akan menyebabkan

terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan

variabel independen yang lain. Selain itu, deteksi terhadap multikolineritas juga

bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan

mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. Multikolineriaritas antar variabel dapat dilihat dari nilai

tolerance dan variances inflation factor (VIF).

Hipotesis Nol

H0: ada multikolinearitas atas data, atau

H0 : VIF > 10 untuk semua data, atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

H0 : Tolerance <0,10 untuk semua data.

Hipotesis Alternatif

HA: tidak ada multikolinearitas atas data, atau

HA: VIF ≤10, untuk semua data, atau

HA: Tolerance ≥ untuk semua data

Kesimpulan

Atas dasar hipotesis alternatif diterima (H0 ditolak) jika nilai VIF kurang dari 10 dan

nilai tolerance lebih dari 0,10 pada pengujian multikolineritas.

3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan di antara anggota-angota dan serangkaian

pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (Ghozali, 2006) . Penyebab

timbulnya autokorelasi adalah kesalahan spesifikasi, misalnya terabaikannya suatu

variable penting atau bentuk fungsi yang tidak tepat. Gejala autokorelasi dideteksi

dengan uji Durbin Watson. Ketentuan untuk mengambil keputusan terjadi

autokorelasi atau tidak adalah dengan membandingkan nilai statistik DW hitung (d)

yang diperoleh dengan ketentuan:

a. Jika DW hitung batas > batas atas (dU) maka tidak ada autokorelasi.

b. Jika DW hitung < batas bawah (dL) maka terjadi autokorelasi.

c. Jika dL < DW < dU tidak dapat diketahui terjadi autokorelasi atau tidak.

4. Uji Heteroskedasitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi

yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas

(Ghozali, 2006). Untuk melihat ada tidaknya Heteroskedastisitas pada model regresi

di dasarkan pada analisis:

Hipotesis Nol

H0: ada heteroskedasitas atas data, atau

Hipotesis Alternatif

HA: tidak ada heteroskedasitas atas data,

Kesimpulan

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola teratur

(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengidentifikasikan telah

terjadi heteroskedastisitas maka H0 diterima

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka

nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau HA diterima

(Ghozali, 2006).

3.4.3 Uji Hipotesis

1. Persamaan Regresi Berganda

Regresi berganda dilakukan untk menguji pengaruh penerapan corporate

governance terhadap credit rating, model persamaan regresi dalam penelitian ini

adalah :

PEFRATEt+1 = a + b1 Kepemilikan saham terkonsentrasi1 + b2

Kepemilikan manajerial2 + b3 Jumlah Komite Audit3 + b4

Jumlah dewan komisaris4 + b5 Persentase komisaris

independen5 + b6 Jumlah Dewan Direksi6 + e

PEFRATE = Credit rating / Peringkat obligasi umum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

A = Konstanta

bi = koefisien persaman regresi

e = disturbance error (faktor pengganggu/residual)

2. Uji t (Parsial)

Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari

variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Uji t dilakukan

dengan membandingkan antara nilai signifikan dengan taraf signifikan yang

digunakan yaitu 0,05. Ketentuan yang digunakan jika nilai signifikan lebih kecil

0,05 maka terdapat pengaruh positif dari variabel independen secara parsial

terhadap variabel dependen.

3. Uji F (Simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui kemampuan variabel independen

secara bersama-sama (simultan) dalam mempengaruhi variabel dependen

(Ghozali, 2006). Uji F dilakukan dengan membandingkan antara nilai signifikan

dengan taraf signifikan yang digunakan yaitu 0,05. Ketentuan yang digunakan

jika nilai signifikan lebih kecil 0,05 maka terdapat pengaruh positif dari variabel

independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen.

4. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,

2006). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, yang dapat

disimpulkan jika nilai R2 yang kecil (mendekati nol) diartikan bahwa kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

terbatas. Begitupula sebaliknya apabila angka koefisien determinasi semakin

mendekati 1, maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

semakin kuat, yang berarti variabel-variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

Bab empat menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan data yang berhasil

dikumpulkan, hasil pengolahan data, dan pembahasan dari hasil analisis data

tersebut. Pertama, bagian ini menyajikan deskripsi umum data dan hasil penelitian.

Selanjutnya, bagian ini menyajikan hasil hipotesis yang didukung dengan pengujian

asumsi klasik, disertai dengan pembahasan hasil analisis.

4.1 Deskripsi Data

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh

mekanisme corporate governance terhadap credit rating perusahaan manufaktur di

Indonesia. Populasi dari data penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2011. Penelitian ini menggunakan data

sekunder berupa laporan keuangan tahun 2011 yang dipublikasikan oleh website

resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) www.idx.go.id serta Indonesian Capital Market

Directory (ICMD) dan laporan keuangan yang tersedia pada website masing-masing

perusahaan, dan data peringkat kredit perusahaan.

4.2 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif yang ada dalam penelitian ini ditujukan untuk

memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi variabel-variabel penelitian, nilai

maksimum, minimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi. Berikut adalah gambaran

hasil analisis deskriptif dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 17.0 dari

variabel-variabel yang diteliti.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Tabel 4.1

Statistik Deksriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

peringkat 78 3 7 5.52564 0.963278

Konsentrasi

kepemilikan saham

78 0.178 0.985 0.52043 0.229486

Kepemilikan manajerial 78 .000 0.28090 0.017823

0

0.0557601

KOMITE AUDIT 78 2 5 3.09 0.432

DEWAN KOMISARIS 78 1 11 4.21 1.936

KOMINDPN 78 0.25 0.8 0.38448 0.099347

DIREKSI 78 2 12 4.87 2.287

Valid N (listwise) 78

N atau jumlah data dalam penelitian ini adalah 78 dan semua dinyatakan

valid. Rata-rata peringkat kredit adalah 5,52564 dengan standar deviasi 0,963278

memiliki nilai maximum 7 dan nilai minimum 3. Rata-rata konsentrasi kepemilikan

saham adalah 52,0423% dengan standar deviasi 0,229486 memiliki nilai maximum

98,5% dan nilai minimum 17,8%. Rata-rata kepemilikan manajerial adalah 0,017823

dengan standar deviasi 0,0557601 memiliki nilai maximum 28,09% dan nilai

minimum 0%. Rata-rata komite audit adalah 3.09 dengan standar deviasi 0,432

memiliki nilai maximum 5 dan nilai minimum 2. Rata-rata ukuran dewan komisaris

adalah 4,21 dengan standar deviasi 1,936 memiliki nilai maximum 11 dan nilai

minimum 1. Rata-rata persentase dewan komisaris adalah 38,448% dengan standar

deviasi 0,099347 memiliki nilai maximum 80% dan nilai minimum 25%. Rata-rata

ukuran dewan direksi adalah 4,87 dengan standar deviasi 2,287 memiliki nilai

maximum 12 dan nilai minimum 2.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

4.3 Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis

sebagai syarat bahwa analisis regresi serta agar hasil analisis regresi dapat dipercaya

atau valid.

1. Pengujian Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan diuji

telah terdistribusi secara normal atau tidak terdistribusi dengan normal. Tujuan

dilakukannya pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah model

regresi, kesalahan (error) yang dihasilkan mempunyai distribusi normal atau

tidak normal (Santoso, 2012). Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis

grafik dan uji non-parametrik Kolmogorov Smirnov. Data dinyatakan normal

apabila nilai signifikansi uji One K-S lebih dari 0,05.

2. Pengujian Multikolinearitas

Tujuan dari pengujian multikolinieritas adalah menguji sebuah model

regresi untuk menemukan ada atau tidak korelasi antar-variabel independen

(Santoso, 2012). Model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat atau terbebas

dari problem multikolinieritas. Model regresi yang dinyatakan terbebas dari

problem multikolinearitas jika setiap variabel independennya mempunyai nilai

VIF di bawah 10 atau tolerance di atas 0,1. Hasil dari pengujian multikolinearitas

bahwa seluruh variabel independen tidak ada yang mempunyai nilai VIF di

bawah 10 atau tolerance di atas 0,1. Dapat disimpulkan bahwa antar variabel

independen dalam model regresi terbebas dari problem multikolinearitas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

3. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara

variabel penganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode

sebelumnya. Uji autokorelasi dilakukan dengan menghitung nilai Durbin-

Watson. Hasil Durbin Watson 1,945.

4. Heterokedasitas

Pengujian adanya heterokedasitas dapat dilihat dari plot residual. Jika plot

residual menunjukan sebaran data yang terpola maka model regresi mengandung

heterokedasitas. Gambar hasil uji heterokedasitas menunjukan bahwa titik-titik

menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Dengan hasil

demikian, kesimpulan yang bisa diambil adalah data tidak terjadi gejala

heterokedasitas antara variabel independen dan variabel dependen.

4.4 Pengujian Hipotesis

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh bukti empiris terkait pengaruh

mekanisme corporate governance terhadap credit rating perusahaan. Untuk tujuan

penelitian tersebut, maka dalam melakukan analisis data penelitian dengan

menggunakan model regresi berganda. Pengujian hipotesis terdiri dari uji

signifikansi-F, uji signifikansi-t dan uji koefisien determinasi yang dipaparkan

seperti di bawah ini. Perhitungan analisis regresi ganda dilakukan dengan bantuan

computer program SPSS, hasil analisis yang diperoleh adalah sebagai berikut ini.

1. Uji Koefisien determinasi (Adjusted R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk menyatakan persentase total variasi

dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Untuk model regresi yang menggunakan satu variabel independen koefisien

determinasi ditunjukkan oleh nilai R square (R2) dan untuk model regresi yang

menggunakan dua atau lebih variabel independen koefisien determinasi ditunjukkan

oleh nilai adjusted R square (adj R2). Penelitian ini menggunakan nilai adj R

2.

Pengujian koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 4.2

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 0.544a 0.296 0.237 0.841616

a. Predictors: (Constant), DIREKSI,

kepemilikanmanajerial, KOMITEAUDIT, KOMINDPN,

konsentrasikepemilikansaham, DEWANKOMISARIS

b. Dependent Variable: peringkat

Berdasarkan pada tabel 4.2, dapat dilihat nilai adjusted R2 sebesar 0,237 yang

dapat diartikan bahwa variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh

variabel independen sebesar 23,7%. Hal ini berarti bahwa credit rating dipengaruhi

variabel penerapan corporate governance yang terdiri dari kepemilikan saham

terkonsentrasi, kepemilikan manajerial, jumlah komite audit, jumlah dewan

komisaris, persentase komisaris independen dan jumlah dewan direksi hanya sebesar

23,7% saja. Sisanya sebesar 76,3% dari credit rating dipengaruhi oleh variabel lain

selain dari ke enam variabel tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

2. Uji Parameter Regresi Simultan (Statistik-F)

Uji F merupakan pengujian untuk menentukan kelayakan model regresi untuk

digunakan dalam melakukan analisis hipotesis dalam suatu penelitian. Uji statistik F

ini bertujuan untuk meguji secara stimultan variabel independen mekanisme

corporate governance yang terdiri dari konsentrasi kepemilikan saham, kepemilikan

manajerial, komite audit, jumlah dewan komisaris, persentase komisaris independen

dan jumlah direksi terhadap credit rating. Uji F dapat dideteksi dengan melihat

angka yang ada di dalam probability value (sig). Jika di dalam hasilnya terdapat

probability value dalam hasil pengujian lebih kecil dari 5%, maka dapat dinyatakan

bahwa model layak (fit) untuk digunakan sebagai model regresi dalam penelitian.

Tabel 4.3

Hasil Uji F

Model

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 21.158 6 3.526 4.979 .000a

Residual 50.291 71 0.708

Total 71.449 77

a. Predictors: (Constant), DIREKSI, kepemilikanmanajerial, KOMITEAUDIT,

KOMINDPN, konsentrasikepemilikansaham, DEWANKOMISARIS

b. Dependent Variable: peringkat

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat nilai F sebesar 4.979 dengan probabilitas

signifikan 0,000. Karena signifikansi lebih kecil dibandingkan dengan 5% atau 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa variabel mekanisme corporate governance yang di

proxykan dengan kepemilikan saham terkonsentrasi, kepemilikan maajerial, komite

audit, jumlah dewan komisaris, persentase komisaris independen dan jumlah dewan

direksi mempengaruhi credit rating, sehingga model regresi berganda yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

digunakan dalam penelitian ini fit untuk digunakan dalam pengujian hipotesis

penelitian.

3. Uji Parameter Regresi Parsial (Statistik-T)

Uji Parameter Regresi Parsial atau Uji Statistik T bertujuan untuk mengetahui

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian sesuai

dengan pernyataan dalam hipotesis penelitian ini. Uji Statistik T dapat dideteksi

dengan melihat besarnya nilai probability value (sig)-t. Jika nilai probability value

(sig)-t lebih kecil dari 0,05 atau 5%, maka dapat dikatakan bahwa variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen sehingga hipotesis yang

diajukan dalam penelitian dapat diterima atau didukung oleh data penelitian. Berikut

adalah tabel hasil uji t yang telah dilakukan.

Tabel 4.4

Hasil Uji T

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.199 0.820 5.120 0.000

Konsentrasi

kepemilikan saham

0.081 0.456 0.019 0.179 0.859

Kepemilikan manajerial -2.211 1.742 -0.128 -1.269 0.209

KOMITEAUDIT 0.059 0.229 0.026 0.256 0.799

DEWANKOMISARIS 0.087 0.059 0.175 1.474 0.145

KOMINDPN -0.068 1.039 -0.007 -0.066 0.948

DIREKSI 0.164 0.052 0.390 3.135 0.002

a. Dependent Variable: peringkat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Pengujian hipotesis pertama diketahui t hitung untuk Kepemilikan saham

terkonsentrasi sebesar 0,179 dengan tingkat signifikansi 0,859 > 0,05. Hal ini

menunjukan bahwa Kepemilikan saham terkonsentrasi tidak berpengaruh signifikan

terhadap credit rating sehingga hipotesis pertama ditolak. Hasil penelitian ini

berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Schleifer dan Vishny

(1997) yang menyatakan struktur kepemilikan terkonsentrasi memiliki pengaruh

yang positif terhadap mekanisme corporate governance dan penelitian Gomes (2000)

yang mengatakan bahwa pemegang saham pengendali atau yang memiliki saham yang

terkonsentrasi dapat memiliki komitmen yang kredibel untuk tidak melakukan

ekspropriasi atas kepentingan minoritas, karena adanya tingkat kepemilikan yang tinggi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian LaPorta et al, (1999) yang mengatakan

bahwa pada negara dengan kondisi ekonomi yang sedang berkembang, pemegang saham

pengendali memiliki kemungkinan yang lebih besar dalam melakukan ekspropriasi atas

hak pemegang saham minoritas melalui aktivitas tunneling yang agresif. Hal ini

menyebabkan pemegang saham yang memiliki kendali efektif atas perusahaan tidak

hanya mampu menentukan bagaimana perusahaan dijalankan atau dioperasikan tetapi

juga mengatur mengenai transaparansi pelaporan keuangan, sehingga membuat

konsentrasi kepemilikan saham tidak berpengaruh signifikan terhadap credit rating.

Pengujian hipotesis kedua diketahui t hitung untuk Kepemilikan Manajerial

sebesar -1,269 dengan tingkat signifikansi 0,209 > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa

Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap credit rating

sehingga hipotesis kedua ditolak. Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial

ditandai dengan kepemilikan saham yang dmiliki dewan komisaris dan dewan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

direksi. Hasil Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang

mengungkapkan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk

mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan cara menyelaraskan

kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham (Jensen dan Meckling,

1976). Penelitian ini sependapat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Iskander dan Chamlou (2000) yang mengemukakan bahwa hal utama dari corporate

governance adalah transparency atau keterbukaan. Keterbukaan tersebut akan

menjadi sulit dilakukan apabila terdapat manajemen yang memiliki saham

perusahaan. Hal tersebut terjadi karena manajemen memiliki kepentingan pribadi di

dalam perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial membuat

informasi yang disampaikan tidak transparan dan mengakibatkan rendahnya credi

rating.

Pengujian hipotesis ketiga diketahui t hitung untuk Komite Audit sebesar

0,256 dengan tingkat signifikansi 0,799 > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa jumlah

komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap credit rating sehingga hipotesis

ketiga ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Sidharta dan Leonardo (2006) yang mengungkapkan bahwa komposisi komite

audit di perusahaan merupakan ancaman bagi pemegang saham dalam perusahaan.

Faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah karena sebagian besar perusahaan di

Indonesia masih didominasi oleh perusahaan keluarga. Dapat disimpulkan bahwa

jumlah komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap credit rating

karena kondisi penerapan corporate governance di Indonesia masih pada tingkat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

yang lemah, sehingga jumlah komite audit di dalam perusahaan hanya untuk

memenuhi regulasi pemerintah (Astuti, 2010).

Pengujian hipotesis keempat diketahui t hitung untuk jumlah dewan

komisaris sebesar 1,474 dengan tingkat signifikansi 0,145 > 0,05. Hal ini

menunjukan bahwa jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap

credit rating sehingga hipotesis ditolak. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa

semakin besar jumlah dewan komisaris di dalam perusahaan maka semakin buruk

pula kinerja perusahaan tersebut (Larcker et al, 2004 dan Yermack,1996). Hal ini

terjadi karena, ukuran dewan komisaris yang lebih besar meningkatkan masalah

komunikasi dan koordinasi diantara dewan, sehingga kemampuan dewan untuk

mengendalikan perusahaan akan menurun (Jensen, 1993 dan Yermack, 1996).

Pengujian hipotesis kelima diketahui t hitung untuk Persentase Dewan

Komisaris Independen sebesar -0,066 dengan tingkat signifikansi 0,948 > 0,05. Hal

ini menunjukan bahwa Persentase Dewan Komisaris tidak berpengaruh signifikan

terhadap credit rating sehingga hipotesis ditolak. Hasil pengujian menunjukan bahwa

Persentase Dewan Komisaris berpengaruh negatif terhadap credit rating. Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang menemukan bahwa tidak ada

jaminan dengan banyaknya komposisi komisaris independen di dalam perusahaan

akan meningkatkan kinerja perusahaan (Brickley et al, 1997). Komisaris independen

di dalam perusahaan dinilai cukup penting, tetapi hal tersebut harus didampingi

dengan adanya tindakan yang serius dalam menerapkan prinsip-prinsip corporate

governance. Penempatan dewan komisaris independen dimungkinkan hanya untuk

memenuhi ketentuan regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk penegakkan good

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

corporate governance sehingga peranan komisaris independen dalam menciptakan

transparansi belum dapat terlihat oleh kreditur (Boediono,2005) (Siregar dan

Siddharta, 2005). Penelitian yang lain juga menemukan bahwa terdapat hubungan

negatif antara persentase komisaris independen terhadap kinerja perusahaan. dalam

hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar persentase dewan komisaris akan

membuat semakin rendah credit rating.

Pengujian hipotesis keenam diketahui t hitung untuk jumlah dewan direksi

sebesar 3,135 dengan tingkat signifikansi 0,002 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa

jumlah dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap credit rating sehingga

hipotesis keenam diterima. Jumlah dewan direksi memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap credit rating karena dewan direksi merupakan pusat dari pengendalian dalam

perusahaan, dan dewan ini merupakan penanggung jawab utama dalam tingkat kesehatan

dan keberhasilan perusahaan secara jangka panjang (Mizruchi, 1983). Semakin besar

jumlah dewan direksi, semakin baik pengaruhnya terhadap credit rating. Jumlah dewan

direksi yang besar menguntungkan perusahaan dari sudut pandang resources dependence

(Mintzberg, 1983). Maksud dari pandangan resources dependence adalah bahwa

perusahaan akan tergantung dengan dewannya untuk dapat mengelola sumber dayanya

secara lebih baik. Pfeffer & Salancik (1978) juga menjelaskan bahwa semakin besar

kebutuhan akan hubungan eksternal yang semakin efektif, maka kebutuhan akan dewan

dalam jumlah yang besar akan semakin tinggi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh mekanisme

corporate governance terhadap credit rating perusahaan di Indonesia. Sampel

penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur tahun2011, maka jumlah total

sampel yang digunakan adalah 78 perusahaan. Penelitian menggunakan regresi linear

berganda pada variabel dependen adalah peringkat kredit. Dari hasil pengujian

analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut.

1. Kepemilikan saham terkonsentrasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap credit rating. Hal ini terjadi pada negara dengan kondisi ekonomi yang

sedang berkembang, pemegang saham pengendali memiliki kemungkinan yang

lebih besar dalam melakukan ekspropriasi atas hak pemegang saham minoritas.

Akibatnya, pemegang saham yang memiliki kendali efektif atas perusahaan tidak

hanya mampu menentukan bagaimana perusahaan dijalankan atau dioperasikan

tetapi juga mengatur mengenai transparansi pelaporan keuangan, sehingga

membuat konsentrasi kepemilikan saham tidak berpengaruh signifikan terhadap

credit rating.

2. Kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap credit

rating. Kepemilikan manajerial di dalam penelitian ini ditandai dengan

kepemilikan saham yang dimiliki dewan komisaris dan dewan direksi. Apabila

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

manajemen memiliki kepentingan didalam perusahaan, hal ini berakibat pada

kurangnya keterbukaan perusahaan dalam menyampaikan informasi. Kurang

keterbukaan yang dilakukan manajemen terjadi karena manajemen memiliki

kepentingan pribadi di dalam perusahaan. Hal ini berdampak buruk pada credit

rating.

3. Jumlah komite audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap credit

rating karena kondisi penerapan corporate governance di Indonesia masih pada

tingkat yang lemah, sehingga jumlah komite audit di dalam perusahaan hanya

untuk memenuhi regulasi pemerintah.

4. Jumlah dewan komisaris tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap credit

rating karena ukuran dewan komisaris yang lebih besar meningkatkan masalah

komunikasi dan koordinasi di antara dewan, sehingga kemampuan dewan untuk

mengendalikan perusahaan akan menurun.

5. Persentase komisaris independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap credit rating karena penempatan dewan komisaris independen

dimungkinkan hanya untuk memenuhi ketentuan regulasi saja tetapi tidak

dimaksudkan untuk penegakkan good corporate governance sehingga peranan

komisaris independen dalam menciptakan transparansi belum dapat terlihat oleh

kreditur.

6. Jumlah dewan direksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap credit rating

karena Jumlah dewan direksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap credit

rating karena dewan direksi merupakan pusat dari pengendalian dalam

perusahaan, dan dewan ini merupakan penanggung jawab utama dalam tingkat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

kesehatan dan keberhasilan perusahaan secara jangka panjang. Semakin banyak

jumlah dewan direksi maka semakin besar kebutuhan akan hubungan eksternal

yang semakin efektif.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan

oleh peneliti berikutnya. Beberapa di antara keterbatasan tersebut sebagai berikut.

1. Penelitian ini menggunakan uji statistik terhadap peringkat kredit yang

dikeluarkan oleh satu lembaga pemeringkat.

2. Penelitian ini hanya menggunakan 78 sampel perusahaan Sampel penelitian ini

menggunakan perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun

2011. Hal ini membuat hasil penelitian tidak mencerminkan pengaruh corporate

governance terhadap keseluruhan perusahaan publik yang listing di Bursa Efek

Indonesia.

3. Hanya satu dari enam variabel independen sebagai proxy dari corporate

governance yaitu jumlah dewan direksi yang memiliki pengaruh terhadap credit

rating.

5.3 Saran

Adapun saran yang peneliti ajukan untuk dapat dijadikan masukan yang

berguna bagi peneliti selanjutnya.

1. Perlu kajian lebih mendalam mengenai penilaian credit rating yang dikeluarkan

satu lembaga peringkat kredit agar hasil penelitian lebih akurat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk memperluas sampel perusahaan,

misalnya menggunakan beberapa jenis perusahaan publik yang listing di Bursa

Efek Indonesia,

3. Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel independen mengenai corporate

governance yang tidak sempat dilakukan dalam penelitian ini, contohnya jumlah

rapat yang dilakukan dewan direksi, kepemilikan institusional, dan kepemilikan

jumlah pemegang saham besar (block holder).