Upload
putri-rahmawati
View
48
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Ruang : Kutilang Tanggal Masuk : 8 September 2013
Nama : M Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 17 Tahun Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pelajar Agama : Islam
I. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis
Tanggal: 8 September 2013 Jam: 19.00
1. Keluhan Utama
Benjolan pada lipat paha sebelah kanan
2. Keluhan Tambahan
Nyeri pada lipat paha sebelah kanan, Tidak ada testis pada penis.
3. Riwayat Penyakit
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada daerah lipat paha sebelah
kanan yang dirasa timbul sejak kecil. Benjolan awalnya dirasakan sebesar
ibu jari yang dapat dimasukkan dengan tangan pasien sendiri dan timbul
saat pasien mengangkat benda berat ataupun merasa kecapean. Pada 2
tahun ini benjolan dirasa nyeri dan sering timbul.
1
Selain itu pasien mengeluh bahwa kedua testisnya tidak ada sejak lahir.
Riwayat BAK lancar tanpa nyeri. Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat
benjolan ditempat lain disangkal.
4. Riwayat Keluarga
Tidak ada yang mengalami keluhan penyakit serupa.
5. Riwayat Masa Lampau
a. Penyakit terdahulu : tidak ada
b. Trauma terdahulu : tidak ada
c. Operasi : tidak ada
d. Sistem saraf : tidak ada
e. Sistem kardiovaskular : tidak ada
f. Sistem gastrointestinal : tidak ada
g. Sistem urinarius : tidak ada
h. Sistem genitalis : tidak ada
II. STATUS PRESENT
A. Status Umum
Keadaan umum : tampak sakit ringan (TSR)
Kesadaran : compos mentis (CM)
Keadaan Gizi : cukup
Kulit : lembab, turgor baik
B. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg Nadi : 90x/menit
Pernapasan : 24x/menit Suhu : 36,5°C
2
Kepala dan Muka
Bentuk dan ukuran : normocephal, simetris
Mata :
Konjungtiva : pucat (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Reflek cahaya : +/+
Pupil : bulat, isokor
Telinga : lapang, serumen (-/-)
Hidung : deviasi septum (-), secret (-)
Tenggorokan : hiperemis (-)
Mulut : sianosis (-)
Gigi : karies (+), plaq (+)
Leher
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
JVP : 5+1 cmH2O
Dada (Thoraks)
Inspeksi : normothorax, ictus cordis tak terlihat, hemithorax simetris,
terdapat 3 benjolan pada dada sebelah kanan berukuran d:
3cm (disebelah papil mamae), d: 1cm pada tulang iga ke
VII, d: 2 cm pada tulang iga IX dan dada kiri 1 benjolan
pada papil mamae sebelah kiri dengan ukuran d: 2cm.
Palpasi : ictus cordis tak teraba, fremitus taktil simetris
Perkusi : batas kanan: ICS IV parasternal, batas kiri: ICS V
midclavicula 2 jari lateral, sonor +/+
Auskultasi : vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-; S1 S2 reguler, murmur (-),
gallop (-)
3
Perut (Abdomen)
Inspeksi : cembung, simetris
Palpasi : nyeri tekan regio perut bagian bawah
Perkusi : timpani
Auskultasi : BU (+), 3x/menit
Regio Lumbal (Flank Area)
Inspeksi : datar, simetris, luka (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : nyeri ketok costovertebrae dextra (-), sinistra (-)
Auskultasi : bruit (-)
Ekstremitas
Superior : edem (-/-)
Inferior : edem (-/-), psoas sign (+), obturator sign (-)
Genitalia
Skrotum kiri : Tidak nampak
Skrotum kanan : Tidak nampak
Testis kiri : Tidak ada
Testis kanan : Tidak ada
Penis : Tidak ada kelainan
Perianal
RT tidak dilakukan
Neuromuskular
Kekuatan motorik 5/5.
Sensibilitas : tekan +/+
Refleks fisiologis : patella +/+
Refleks patologis : -
4
Tulang Belakang
Lordosis (-)
Skoliosis (-)
Kifosis (-)
C. Status Lokalis
Regio inguinal dekstra
Nyeri benjolan
I = Tampak benjolan di inguinal dextra
P = teraba massa (-), nyeri tekan di bagian supra pubis (+)
P = timpani
A = Bising usus (+) 3x/menit, metallic sound (-)
LABORATORIUM RUTINa. Darah rutin : Hb = 13,9 g/dl
LED = 24 mm/jam
Leukosit = 8.100/ul
Neutrofil segmen = 85 %
Eosinofil = 0%
Limposit = 12%
Monosit = 3%
Masa pendarahan = 2 menit
5
Masa pembekuan = 11 menit
SGOT=20/ul
SGPT=10/ul
Ureum = 14 mg/dl
Creatinin = 0,7 mg/dl
Natrium = 140
Kalium = 4,0
Calsium = 9,2
Clorida = 102
b. Urin rutin : -
c. Feses rutin : -
III. RESUME
Pasien datang dengan keluhan Pasien datang dengan keluhan benjolan
pada daerah lipat paha sebelah kanan yang dirasa timbul sejak kecil.
Benjolan awalnya dirasakan sebesar ibu jari yang dapat dimasukkan
dengan tangan pasien sendiri dan timbul saat pasien mengangkat benda
berat ataupun merasa kecapean. Pada 2 tahun ini benjolan dirasa nyeri dan
sering timbul.
Selain itu pasien mengeluh bahwa kedua testisnya tidak ada sejak lahir.
Riwayat BAK lancar tanpa nyeri. Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat
benjolan ditempat lain disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
- Konjungtiva : pucat (-)/(-)
- kepala dan leher : ditemukan benjolan dibelakang leher sebesar
5cmx5cm, tidak nyeri dapat digerakkan.
- Thorax : tidak ditemukan kelainan
- Abdomen :
I = Tampak benjolan di inguinal dextra
6
P = teraba massa (-), nyeri tekan di bagian supra pubis (+) P = timpani A = Bising usus (+) 3x/menit, metallic sound (-)
- Ekstremitas : PSOAS sign (-), Obturator sign (-)
IV. DIAGNOSIS BANDING
1. Limphadenopati inguinal
2. Abses inguinal
V. DIAGNOSIS KERJA
Hernia inguinalis dextra + undensended testis
VI. PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN
1. Konservatif
Tirah baring
Reposisi
Alat penyangga
Paracetamol 500 mg 3x1
Ceftriaxon 1 gr/12 jam
2. Operatif
Rujuk ke Spesialis bedah untuk tindakan operatif (herniotomy,
hernioraphy dan herniopalsty)
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. RadiologiRontgen Thorax PA : cardiomegali, CTR = 67%
b. Laboratorium khusus
7
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Darah lengkap (Haemoglobin, Hematokrit, LED, indeks eritrosit,
hitung jenis leukosit, elektrolit)
2. Rontgen Foto Polos Abdomen
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut.
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia
dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia
diberi nama menurut letaknya, misalnya diafragma, inguinal, umbilikal, femoral.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk ke perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila
isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut
hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan
usus. Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit
oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke
dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara
klinis, hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan
gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia
strangulata. Pada keadaan sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi pada
saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan
sampai nekrosis.
9
10
11
12
13
14
Gambar 1. Bagian-bagian Hernia
1. Kantong hernia: pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis; 2.
Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia.
Pada hernia abdominalis berupa usus; 3. Locus Minoris Resistence (LMR);
4. Cincin hernia: Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui
kantong hernia; 5. Leher hernia: Bagian tersempit kantong hernia yang
sesuai dengan kantong hernia.
Klasifikasi Hernia Berdasarkan Arah Herniasi 3
15
• Hernia Eksterna
Penonjolannya dapat dilihat dari luar :
a. Hernia Inguinalis Medialis dan Lateralis
b. Hernia Femoralis
c. Hernia Umbilicus
d. Hernia Epigastrica
e. Hernia Lumbalis
f. Hernia Obturatoria
g. Hernia Semilunaris
h. Hernia Perinealis
i. Hernia Ischiadica
• Hernia Interna
Bila isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya cavum thorax, cavum
abdomen :
a. Hernia Epiploici Winslowi : Herniasi viscera abdomen melalui foramen
omentale
b. Hernia Bursa Omentalis
c. Hernia Mesenterica
d. Hernia Retroperitonealis
e. Hernia Diafragmatica
16
Gambar 2. Beberapa Contoh Hernia Eksterna
Hernia Inguinalis
Hernia yang paling sering terjadi (sekitar 75% dari hernia abdominalis) adalah
hernia inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi: hernia inguinalis indirek
(lateralis), di mana isi hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui locus
minoris resistence (annulus inguinalis internus); dan hernia inguinalis direk
(medialis), di mana isi hernia masuk melalui titik yang lemah pada dinding
belakang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada pria
daripada wanita, sementara hernia femoralis lebih sering terjadi pada wanita.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti
batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai
hernia inguinalis.
17
Gambar 3. Hernia Inguinalis
Hernia juga mudah terjadi pada individu yang kelebihan berat badan, sering
mengangkat benda berat, atau mengedan.
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum maka disebut hernia
skrotalis. Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum.
Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.
Gambar 4. Hernia scrotalis yang berasal dari hernia inguinalis indirek
PEMERIKSAAN HERNIA
Inspeksi Daerah Inguinal dan Femoral
18
Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau
sebagian daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua
hernia ditemukan di daerah inguinal. Biasanya impuls hernia lebih jelas dilihat
daripada diraba.
Pasien disuruh memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukan
inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak
selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak,
mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan impuls pada
sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri
dan periksalah kembali daerah itu.
Pemeriksaan Hernia Inguinalis
Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakan jari pemeriksa di dalam
skrotum di atas testis kiri dan menekan kulit skrotum ke dalam. Harus ada kulit
skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus
diletakkan dengan kuku menghadap ke luar dan bantal jari ke dalam. Tangan kiri
pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih
baik.
Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika di lateral masuk ke
dalam kanalis inguinalis sejajar dengan ligamentum inguinalis dan digerakkan ke
atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari
tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari
tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanalis
inguinalis, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau
mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh
19
ujung atau bantal jari penderita. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang
dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut
dan terus-menerus pada massa itu. Jika pemeriksaan hernia dilakukan dengan
perlahan-lahan, tindakan ini tidak akan menimbulkan nyeri.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk
kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari
telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk
memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang
anda rasakan lebih nyaman.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia
inguinal indirek mungkin ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat
dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus di dalam skrotum, suatu tanda
yang berguna untuk menegakkan diagnosis hernia inguinal indirek.
Transluminasi Massa Skrotum
Jika anda menemukan massa skrotum, lakukanlah transluminasi. Di dalam suatu
ruang yang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum.
Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembus
sinar. Transmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang
mengandung cairan serosa, seperti hidrokel atau spermatokel.
Tabel 1. Diagnosis Banding Pembesaran Skrotum yang Lazim Dijumpai
Diagnosis
Umur Lazim
(Tahun)
Transiluminasi
Eritema
Skrotum
Nyeri
Epididimitis Semua umur Tidak Ya Berat
Torsio testis < 35 Tidak Ya Berat
Tumor testis < 35 Tidak Tidak Minimal
20
Hidrokel Semua umur Ya Tidak Tidak ada
Spermatokel Semua umur Ya Tidak Tidak ada
Hernia Semua umur Tidak Tidak Tidak ada sampai
sedang*
Varikokel > 15 Tidak Tidak Tidak ada
* Kecuali kalau mengalami inkarserasi, di mana nyerinya mungkin berat
PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting
artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.
21
Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis
internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan
menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus
abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale
poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus
abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc
Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian
bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.
PENCEGAHAN
Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat dicegah,
namun langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi tekanan pada otot-otot dan
jaringan abdomen:
Menjaga berat badan ideal. Jika anda merasa kelebihan berat,
badan,konsultasikan dengan dokter mengenai program latihan dan diet yang
sesuai.
Konsumsi makanan berserat tinggi. Buah-buahan segar, sayur-sayuran dan
gandum baik untuk kesehatan. Makanan-makanan tersebut kaya akan serat
yang dapat mencegah konstipasi.
Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari
mengangkat benda berat. Jika harus mengangkat benda berat, biasakan
untuk selalu menekuk lutut dan jangan membungkuk dengan bertumpu pada
pinggang.
Berhenti merokok. Selain meningkatkan resiko terhadap penyakit-penyakit
serius seperti kanker dan penyakit jantung, merokok seringkali menyebabkan
batuk kronik yang dapat menyebabkan hernia inguinalis.
22
BAB III
ANALISIS KASUS
Seorang laki-laki berumur 17 tahun berinisial Nn. M datang ke RSAM
dengan keluhan benjolan pada daerah lipat paha sebelah kanan..
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada daerah lipat paha sebelah
kanan yang dirasa timbul sejak kecil. Benjolan awalnya dirasakan sebesar ibu jari
yang dapat dimasukkan dengan tangan pasien sendiri dan timbul saat pasien
mengangkat benda berat ataupun merasa kecapean. Pada 2 tahun ini benjolan
dirasa nyeri dan sering timbul.
Berdasarkan pemeriksaan fisik status generalis didapatkan penderita
tampak sakit sedang, vital sign didapatkan dalam batas normal, pupil isokor
dengan refleks cahaya semuanya positif. Leher, KGB, paru-paru, jantung, thorax
tidak ditemukan kelaian.
23
Pada pemeriksaan fisik di daerah abdomen didapatkan nyeri tekan titik Mc
Burney (+) yang menunjukkan karena adanya peningkatan tekanan intraluminal,
terjadi gangguan aliran limfe, terjadi oedem yang lebih hebat. Akhirnya
peningkatan tekanan menyebabkan obstruksi vena, yang mengarah pada iskemik
jaringan, infark, dan gangren. Setelah itu, terjadi invasi bakteri ke dinding
appendiks; diikuti demam, takikardi, dan leukositosis akibat kensekuensi
pelepasan mediator inflamasi dari jaringan yang iskemik. Saat eksudat inflamasi
dari dinding appendiks berhubungan dengan peritoneum parietale, serabut saraf
somatic akan teraktivasi dan nyeri akan dirasakan lokal pada lokasi appendiks,
khususnya di titik Mc Burney’s. Rovsing Sign (-) hal ini menunjukkan adanya
tekanan yang diberikan pada LLQ abdomen menghasilkan sakit di sebelah kanan
(RLQ), menggambarkan iritasi peritoneum.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah dan
didapatkan leukosit meningkat sebesar 12.700/mm3. Demam disebabkan akibat
konsekuensi pelepasan mediator inflamasi dari jaringan yang iskemik.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat dilakukan penilaian Alvarado
score:
Migration of pain : 1
Anorexia : -
Nausea/vomiting : -
RLQ tenderness : 2
Rebound : -
Elevated temperatur : -
Leukocytosis : 2
Left shift : 1
Total points : 6
Dari penilaian Alvarado score dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien ini
harus di evaluasi kembali dalam 24 jam dengan diberikan medika mentosa.
Diagnosis banding pasien ini adalah ureterolitiasis sinistra, nefrolitiasis
sinistra, adnexitis sinistra, dan colitis sinistra. Ureterolitiasis dan nefrolotiasis
menjadi diagnosis banding dikarenakan pada pasien ini ditemukan nyeri ketok
24
costovertebrae. Namun gejala khas pada pasien dengan batu ureter tidak
ditemukan, yang ditandai dengan keluhan BAK dengan nyeri saat BAK jika batu
terletak di distal ureter , dan nyeri yang terdapat pada batu ureter adalah nyeri
kolik. Pada pasien ini, nyeri yang dirasakan adalalah nyeri yang terus menerus.
Tatalaksana pada kasus ini adalah dengan memberikan obat-obatan dan di
evaluasi dalam 24-48 jam, jika keluhan membaik obat diteruskan khususnya
antibiotic selama 8 hari. Prognosis pada kasus ini Quo ad vitam, quo ad
functionam, dan quo ad sanationam dubia ad bonam bonam.
DAFTAR PUSTAKA
Brunicardi, F. Charles, The appendix in Schwartz’z Principles of Surgery 8 th
edition, McGraw-Hill’s, 2007
Prince, A Sylvia, Wilson, Lorraine M, editor Hartanto, Huriawati, Susi Natalia,
Wulansari, Pita, Mahanani, Dewi Asih, Appendisitis in Patofisiologi konsep klinis
proses-proses penyakit vol 1, 6th edition, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
2006
25