6
AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) (Vol 5 No. 2 Tahun 2017) CORAL RECRUITMENT ONTO CONCRETE ARTIFICIAL REEF IN HARI ISLAND, SOUTHEAST SULAWESI Subhan 1 · Asrin Ginong Pratikino 1 Ringkasan Study on coral recruitment in ar- tificial reefs was carried out in Hari Island, Southeast Sulawesi. Data collection was con- ducted by calculating the number of genus co- lony and measuring coral size using visual cen- sus method equipped with scuba diving and an underwater camera. The construction of artifi- cial reefs would vertically expand the profile of the survival of juvenile coral recruitment, whe- re 95 new colonies of the recruitment had su- ccessfully been observed. Moreover, there we- re 10 genus of stony coral (Scleractinia) ma- naged to be identified with the abundance pro- portion of Pocillopora, Acropora, Fungis, Lep- toseris, Cynarina, Seriotopora, Acanthastrea, Favites, Montipora, Oxypora. The entire coral recruitment was dominated by genus Pocillo- pora reaching 80.0%. The coral recruitment in artificial reefs showed that there was potential coral recovery in the island. Keywords Artificial reef, Coral Recruitmen, Pocillopora, Hari Island Received : 7 Februari 2017 Accepted : 27 Februari 2017 1 )Fakulttas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universi- tas Halu Oleo, Jl. H.E.Mokodompit Kampus Bu- mi tridharma Anduonohu Kendari 93232 phone/Fax: +62401 393782 E-mail: [email protected] PENDAHULUAN Terumbu buatan (Artificial reefs) merupakan bentuk upaya nyata dalam rehabilitasi dan res- torasi terumbu karang yang telah mengalami kerusakan baik yang disebabkan oleh alam ma- upun manusia. Terumbu buatan dapat berupa satu atau beberapa objek dari bahan alami atau buatan manusia yang sengaja diletakkan di da- sar laut (Lam, 2003), (SalinasdeLeon et al., 2011). Struktur terumbu buatan dapat dibuat dari ber- bagai material seperti ban bekas (Collins et al., 2002), struktur beton baik yang berbentuk ku- bah atau piramida, tumpukan batu/rock piles (McClanahan et al., 2005), mobil bekas, ger- bong kereta atau kapal bekas (Fowler and Bo- oth, 2012). Terumbu buatan yang disusun se- demikian rupa sehingga dapat menjadi rumah, pelindung, tempat mencari makan serta tempat memijah dan berkembang biak berbagai bio- ta laut dan ikan dapat terwujud (Folpp et al., 2011), (Harris, 2009), (Langhamer, 2012) dan (Walker and Schlacher, 2014). Sebagaimana halnya terumbu karang alami, ter- umbu buatan memiliki beberapa fungsi, yaitu : mengumpulkan organisme laut untuk mening- katkan efisiensi penangkapan (sebagai aktrakt- an), melindungi dan menyediakan area asuh- an, meningkatkan prodiktifitas alami dengan menyediakan habitat baru yang permanen ba- gi biota penempel (sessile) dan menjaga kese- imbangan siklus rantai makanan, serta menyi- apkan habitat dan simulasi karang alami un- tuk spesies tertentu (Burt et al., 2009). Ter- umbu buatan juga berfungsi untuk memperce-

CORAL RECRUITMENT ONTO CONCRETE ARTIFICIAL REEF … fileberapa aktifis lingkungan yang didukung oleh program CSR salah satu perusahaan BUMN untuk melakukan kegiatan rehabilitasi dalam

  • Upload
    dinhnhu

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

AQUASAINS(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan)(Vol 5 No. 2 Tahun 2017)

CORAL RECRUITMENT ONTO CONCRETEARTIFICIAL REEF IN HARI ISLAND, SOUTHEASTSULAWESI

Subhan1 · Asrin Ginong Pratikino1

Ringkasan Study on coral recruitment in ar-tificial reefs was carried out in Hari Island,Southeast Sulawesi. Data collection was con-ducted by calculating the number of genus co-lony and measuring coral size using visual cen-sus method equipped with scuba diving and anunderwater camera. The construction of artifi-cial reefs would vertically expand the profile ofthe survival of juvenile coral recruitment, whe-re 95 new colonies of the recruitment had su-ccessfully been observed. Moreover, there we-re 10 genus of stony coral (Scleractinia) ma-naged to be identified with the abundance pro-portion of Pocillopora, Acropora, Fungis, Lep-toseris, Cynarina, Seriotopora, Acanthastrea,Favites, Montipora, Oxypora. The entire coralrecruitment was dominated by genus Pocillo-pora reaching 80.0%. The coral recruitment inartificial reefs showed that there was potentialcoral recovery in the island.

Keywords Artificial reef, Coral Recruitmen,Pocillopora, Hari Island

Received : 7 Februari 2017

Accepted : 27 Februari 2017

1)Fakulttas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universi-tas Halu Oleo, Jl. H.E.Mokodompit Kampus Bu-mi tridharma Anduonohu Kendari 93232 phone/Fax:+62401 393782E-mail: [email protected]

PENDAHULUAN

Terumbu buatan (Artificial reefs) merupakanbentuk upaya nyata dalam rehabilitasi dan res-torasi terumbu karang yang telah mengalamikerusakan baik yang disebabkan oleh alam ma-upun manusia. Terumbu buatan dapat berupasatu atau beberapa objek dari bahan alami ataubuatan manusia yang sengaja diletakkan di da-sar laut (Lam, 2003), (SalinasdeLeon et al., 2011).Struktur terumbu buatan dapat dibuat dari ber-bagai material seperti ban bekas (Collins et al.,2002), struktur beton baik yang berbentuk ku-bah atau piramida, tumpukan batu/rock piles(McClanahan et al., 2005), mobil bekas, ger-bong kereta atau kapal bekas (Fowler and Bo-oth, 2012). Terumbu buatan yang disusun se-demikian rupa sehingga dapat menjadi rumah,pelindung, tempat mencari makan serta tempatmemijah dan berkembang biak berbagai bio-ta laut dan ikan dapat terwujud (Folpp et al.,2011), (Harris, 2009), (Langhamer, 2012) dan(Walker and Schlacher, 2014).

Sebagaimana halnya terumbu karang alami, ter-umbu buatan memiliki beberapa fungsi, yaitu :mengumpulkan organisme laut untuk mening-katkan efisiensi penangkapan (sebagai aktrakt-an), melindungi dan menyediakan area asuh-an, meningkatkan prodiktifitas alami denganmenyediakan habitat baru yang permanen ba-gi biota penempel (sessile) dan menjaga kese-imbangan siklus rantai makanan, serta menyi-apkan habitat dan simulasi karang alami un-tuk spesies tertentu (Burt et al., 2009). Ter-umbu buatan juga berfungsi untuk memperce-

490 Subhan1, Asrin Ginong Pratikino1

pat proses pemulihan (recovery) dari ekosis-tem terumbu karang yang rusak melalui pe-nyediaan media penempelan (settlement) danpertumbuhan larva karang (Burt et al., 2009);(Burt et al., 2011); dan (Finkel and Benayahu,2007).

Pengukuran kelimpahan rekruitmen karang pa-da habitat alami berdasarkan jumlah anakankarang atau juvenile yang didefinisikan seba-gai koloni karang berukuran ≤5 cm (Zamaniet al., 2011a); (Golbuu et al., 2007), 2 dan 5 cm(Miller et al., 2006), 0.5-5.0 cm (McClanah-an et al., 2005). Di dalam penilaian resiliensiterumbu karang, rekruitmen karang diestima-si berdasarkan jumlah koloni karang yang ber-ukuran kecil, yaitu yang mempunyai diame-ter koloni terpanjang ≤10 cm (Bachtiar et al.,2012), (Obura and Grimsditch, 2009). Batasanukuran koloni ini tidak memiliki makna seca-ra biologis dan ekologis, tetapi dapat menun-jukkan ada tidaknya proses rekruitmen karangdi terumbu karang tersebut.

Penelitian mengenai rekrutmen karang pada ter-umbu karang di Indonesia masih sedikit dila-kukan. Bachtiar and Prayoga (2011) telah me-laporkan keberhasilan rekrutmen karang padamodul Reef Ball di Teluk Benete, Pulau Sum-bawa NTB. Hasil penelitian Zamani et al. (2011b)menjelaskan bahwa terumbu buatan beton da-pat digunakan secara efektif untuk membuathabitat baru bagi karang, ikan karang dan bi-ota lainnya terutama pada ekosistem terumbukarang yang telah rusak.

Pulau Hari menjadi tempat penempatan terum-bu buatan karena kondisi terumbu karang disebagian wilayah ini telah rusak akibat pem-boman ikan. Kondisi tersebut mendorong be-berapa aktifis lingkungan yang didukung olehprogram CSR salah satu perusahaan BUMNuntuk melakukan kegiatan rehabilitasi dalambentuk penenggelaman terumbu buatan. Keber-hasilan rehabilitasi karang dengan metode ter-umbu buatan dapat ditandai dengan kehadir-an rekrut koloni karang baru yang melekat pa-da permukaan terumbu buatan. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui pertumbuhan ka-rang yang menempel (rekrutmen) pada terum-bu buatan modul beton setelah 1 tahun pascapenenggelaman.

Gambar 1 Lokasi penelitian dan penempatan modulterumbu buatan (tanda panah)

MATERI DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember2015 bertempat di gosong karang Pulau Hari,Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Lo-kasi penempatan terumbu buatan berada padaposisi 4o02’02.38”LS dan 122o46’31.01”BT (Gam-bar 1). Sebanyak 5 unit terumbu buatan beton(Gambar 2) ditempatkan pada rataan subtratyang didominasi oleh pasir dan patahan karang(rubble) di kedalaman 4-6 m.

Pengamatan karang rekrut meliputi identifika-si berdasarkan genus, lifeform dan diameter ko-loni anakan karang. Pengambilan data dilakuk-an dengan menghitung jumlah koloni genus danukuran karang yang tampak secara visual (vi-sual census method) (Burt et al., 2009), (Finkeland Benayahu, 2007). Pengamatan dilakukandengan cara mengamati semua permukaan sub-trat beton untuk merekrut karang dengan ban-tuan alat selam SCUBA. Setiap rekrut karangdifoto secara tegak lurus menggunakan kame-ra bawah air dengan pengaturan makro besertapenggaris disisi koloni sebagai acuan ukuran.Proses identifikasi karang dilakukan dengan me-lihat kenampakan dari karang tersebut melaluifoto koloni dan foto close up koralit dan diban-dingkan dengan buku identifikasi karang (Su-harsono, 2008) dan (Veron, 2000).

Sebagai data pendukung dilakukan penilaiankondisi terumbu karang disekitar lokasi pene-

Coral’s Recruitment Artificial Reef 491

Gambar 2 Modul terumbu buatan beton yang di teng-gelamkan di peraian Pulau Hari yang ditenggelamkanpada November 2013.

litian yaitu pada daerah rataan terumbu dan le-reng terumbu yang dekat dengan posisi terum-bu buatan. Penilaian dilakukan dengan metote(line intercept transect, LIT) berdasarkan ben-tuk pertumbuhan life form dan genus karang(Harris, 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan (Gambar 3) setelah se-tahunmasa penenggelaman terumbu buatan di per-airan Pulau Hari memperlihatkan adanya pro-ses rektrutmen karang yang terjadi pada per-mukaan terumbu. Sekitar 95 anakan (rekrut)karang muda berhasil ditemukan selama pe-nelitian. Berdasarkan sebaran ukuran diame-ter koloni kisaran 15-25 mm mendominasi darikeseluruhan pengamatan (Gambar 4).

Rekrutmen karang yang berhasil diidentifika-si pada terumbu buatan di perairan Pulau Ha-ri terdiri dari 10 genus karang batu (Sclera-ctinia). Dari rekutmen karang tersebut, GenusPocillopora merupakan karang yang paling do-minan dengan proporsi sebesar (80.0%), disu-sul dengan Genus Acropora (9.47%), GenusFungia (3.16%) (Gambar 5). Beberapa genuskarang lainnya yang berhasil diidentifikasi an-tara lain Leptoseris, Cynarina, Seriotopora, Acan-thastrea, Favites, Montipora, Oxypora, masing-masing dalam proporsi yang sama (1.05%).

Pocillopora merupakan genus karang yang me-nonjol dalam penelitian ini (80%), hal yang sa-

ma ditemukan juga dalam penelitian yang di-lakukan oleh (Lee et al., 1978), (Nozawa et al.,2011), (Price, 2010), dan (SalinasdeLeon et al.,2011). Dalam penelitiannya Lee et al. (1978)menemukan bahwa Pocillopora domicornis rek-rut setelah 3 hari pelepasan larva oleh induk-nya, planulasi P. domicornis mengikuti siklusbulan dan pelepasan larva terjadi setelah bul-an baru. Karang dari anggota Pocilloporidaemerupakan salah satu karang perintis di eko-sistem terumbu karang, keberadaannya sangatmenentukan keberhasilan rekrutmen karang je-nis lainnya (Veron, 2000), Pocilloporidae mam-pu mengkolonisasi substrat sesegera mungkin,sehingga anggota family ini merupakan jenispionir dalam mengkolonisasi substrat baru (Bai-rd and Morse, 2004), (Petersen et al., 2005).Selain itu, anggota Pocilloporidae dilaporkanmampu memijah sepanjang tahun, sehingga ke-beradaanya di komunitas karang dewasa yangsudah mantap sering mendominasi (Golbuu et al.,2007), Rahman et al. (2014).

Sebagai pembanding, penelitian yang dilakuk-an oleh Munasik et al. (2006) di perairan PulauPanjang, Jawa Tengah bahwa karang dan larvakarang P. damicornis melimpah di salah sisiselatan pulau diduga akibat pola arus di telahmempertahankan larva di perairan yang ditan-dai oleh keberhasilan rekruitmen di sisi selatansehingga wilayah ini berperan sebagai larvaltrap. Begitu pula penelitian Rudi et al. (2005)menjelaskan adanya dominasi Genus Pocillo-pora yang menempel pada subtrat uji diper-kirakan berhubungan erat dengan strategi rep-roduksinya. Jenis ini menghasilkan keturunanbaru melalui pengeraman (brooding), berbedadengan misalnya dengan Acropora yang ber-sifat memijah (spawning). Pada spesies yangmengerami, telur-telur dibuahi secara internal,lalu embrio berkembang menjadi larva planuladi dalam polip karang itu sendiri. Sebaliknyaspesies yang memijah akan melepaskan telurdan sperma ke dalam kolom air, berikutnya di-ikuti dengan fertilisasi eksternal dan perkem-bangan embrio.

Pada dasarnya, proses rekrutmen karang dia-wali dengan perubahan planula karang dari fa-se planktonik menjadi bentik dan siap untukmelakukan penempelan pada subtrat di dasarperairan. Menurut Burt et al. (2009), Burt et al.(2011), reproduksi dan rekruitmen adalah dua

492 Subhan1, Asrin Ginong Pratikino1

Gambar 3 Beberapa genus karang yang teramati (A=Pocillopora, B=Acropora, C=Fungia, D=Leptoseris,E=Cynarina, F=Seriatopora, G=Acanthastrea, H=Favites, I=Montipora, J=Oxypora).

Gambar 4 Jumlah koloni semua genus karang berda-sarkan kelas ukuran diameter (mm)

Gambar 5 Distribusi kelimpahan rekrut (anakan) ka-rang pada terumbu buatan di Pulau Hari

proses penting yang menentukan keberadaandan kelansungan suatu terumbu karang. Prosesreproduksi menjamin terbentuknya koloni ba-ru, sedangkan rekrutmen adalah proses bagai-mana koloni baru hasil reproduksi sukses men-jadi anggota baru dalam populasi. Proses rek-rutmen ditandai dengan kemunculan calon ko-loni baru dalam ukuran relatif kecil (juvenile)pada habitat baru dan beradaptasi dengan ba-ik dengan relung ekologisnya. Peristiwa ini di-kenal juga dengan kolonisasi yang sangat ter-gantung dengan ketersediaan larva dan subtratuntuk penempelan.

Selain faktor internal biologis terdapat bebera-pa faktor lain (eksternal) yang mempengaruhipenempelan larva karang pada terumbu buatanseperti ketersediaan subtrat keras dan kompe-tisi. Jika sebuah terumbu buatan ditempatkandiperairan, proses suksesi biota penempel akanterjadi. Kontruksi terumbu buatan akan mem-perluas profil secara vertikal bagi kehidupanbiota penempel (sessile) (Walker and Schla-cher, 2014). Diawali dengan penempelan mik-roorganisme terutama oleh bakteri (Cyanoba-cteria) dan diatom yang tumbuh berlipat kalisecara cepat. Bersama dengan debris dan bah-an organik partikulat lainnya, mikroorganismeini membentuk lapisan film pada permukaanbenda. Tahap ini merupakan tahap primer di-mana mikroorganisme berperan sebagai perin-tis bagi organisme penempel berikutnya yangumumnya berukuran lebih besar. Selanjutnya,organisme seperti alga coklat dan merah, ter-itip, ascidian dan zooantid akan bersaing de-

Coral’s Recruitment Artificial Reef 493

ngan larva karang yang menempel (Salinasde-Leon et al., 2011).

Proses rekrutmen karang hanya dapat dipaha-mi melalui studi terumbu karang dalam sua-tu area yang luas, tidak hanya pada tempat-tempat kecil yang terpisah-pisah (Rudi et al.,2005). Dengan demikian pengelolaan terum-bu karang sebaiknya didasarkan pada pema-haman mengenai rekrutmen yang menentukankondisi terumbu karang di masa yang akan da-tang. Lebih lanjut Bachtiar et al. (2012) me-nambahkan bahwa mengetahui potensi rekrui-tmen karang sangat penting di dalam pengelo-laan terumbu karang, karena potensi pemulih-an terumbu karang tergantung pada rekruitmenkarang.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian rekrutmen karangpada terumbu buatan di Pulau Hari menunjukk-an bahwa Genus Pocillopora dengan mendo-minasi anakan (rekrut) karang secara keselu-ruhan dengan nilai kelimpahan rekrut menca-pai 80.0%. Adanya rekrutmen karang yang ter-jadi pada terumbu buatan menunjukkan ada-nya potensi pemulihan karang di Pulau Hari.

Acknowledgements Kami mengucapkan terima ka-sih yang sebesar-besarnya kepada program Corpora-te Social Responsibility (CSR) PT Garuda IndonesiaAirlines Tbk atas bantuan dan kerjasamanya mulai da-ri pengadaan terumbu buatan sampai proses penengge-laman. Selain itu ucapan terima kasih diberikan kepadaLangkoe Diving Club (LDC) Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan UHO, serta Hari Diving Club (HDC)atas bantuan persiapan peralatan selam Scuba dan re-lawan tenaga penyelam.

Pustaka

Bachtiar, I., Abrar, M., and Budiyanto, A. (2012). Rek-ruitmen karang scleractinia di perairan pulau lem-bata (recruitment of scleractinian corals at lembataisland waters). ILMU KELAUTAN: Indonesian Jo-urnal of Marine Sciences, 17(1):1–7.

Bachtiar, I. and Prayoga, W. (2011). Coral recruitmenton reef balltm modules at the benete bay, sumbawaisland, indonesia. Journal of Coastal Development,13(2):119–125.

Baird, A. H. and Morse, A. N. (2004). Induction of me-tamorphosis in larvae of the brooding corals acro-pora palifera and stylophora pistillata. Marine andFreshwater Research, 55(5):469–472.

Burt, J., Bartholomew, A., Bauman, A., Saif, A., andSale, P. F. (2009). Coral recruitment and early ben-thic community development on several materialsused in the construction of artificial reefs and bre-akwaters. Journal of Experimental Marine Biologyand Ecology, 373(1):72–78.

Burt, J., Bartholomew, A., and Sale, P. F. (2011). Ben-thic development on large-scale engineered reefs: acomparison of communities among breakwaters ofdifferent age and natural reefs. Ecological Engine-ering, 37(2):191–198.

Collins, K., Jensen, A., Mallinson, J., Roenelle, V., andSmith, I. (2002). Environmental impact assessmentof a scrap tyre artificial reef. ICES Journal of Ma-rine Science: Journal du Conseil, 59(suppl):S243–S249.

Finkel, S. P. and Benayahu, Y. (2007). Differential re-cruitment of benthic communities on neighboringartificial and natural reefs. Journal of ExperimentalMarine Biology and Ecology, 340(1):25 – 39.

Folpp, H., Lowry, M., Gregson, M., and Suthers, I. M.(2011). Colonization and community developmentof fish assemblages associated with estuarine arti-ficial reefs. Brazilian Journal of Oceanography,59(SPE1):55–67.

Fowler, A. and Booth, D. (2012). How well do sun-ken vessels approximate fish assemblages on coralreefs? conservation implications of vessel-reef de-ployments. Marine biology, 159(12):2787–2796.

Golbuu, Y., Victor, S., Penland, L., Idip, D., Emaurois,C., Okaji, K., Yukihira, H., Iwase, A., and Van Wo-esik, R. (2007). Palaus coral reefs show differen-tial habitat recovery following the 1998 bleachingevent. Coral Reefs, 26(2):319 – 332.

Harris, L. E. (2009). Artificial reefs for ecosystem res-toration and coastal erosion protection with aqua-culture and recreational amenities. Reef Journal,1(1):235–246.

Lam, K. K. (2003). Coral recruitment onto an expe-rimental pulverised fuel ash–concrete artificial reef.Marine pollution bulletin, 46(5):642–653.

Langhamer, O. (2012). Artificial reef effect in rela-tion to offshore renewable energy conversion: stateof the art. The Scientific World Journal, 2012.

Lee, C. D., wang, S. B., and Kuo, C. L. (1978). Bhenticand fish as biological indicator of water quality withreferences of water pollution control in developingcountries. bangkok.

McClanahan, T., Maina, J., Starger, C., Herron-Perez, P., and Dusek, E. (2005). Detriments topost-bleaching recovery of corals. Coral Reefs,24(2):230–246.

Miller, R. J., Sharp, G. J., and O’Brien, E. M. (2006).Laboratory experiments on artificial reefs for ame-rican lobsters. Journal of Crustacean Biology,26(4):621–627.

Munasik, M., Sugianto, D. N., Pranowo, W. S., Suhar-sono, S., Situmorang, J., and Kamiso, H. (2006).Pola arus dan kelimpahan karang pocillopora dami-cornis di pulau panjang, jawa tengah. ILMU KE-LAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences,11(1):11–18.

Nozawa, Y., Tanaka, K., and Reimer, J. D. (2011). Re-consideration of the surface structure of settlement

494 Subhan1, Asrin Ginong Pratikino1

plates used in coral recruitment studies. ZoologicalStudies, 50(1):53–60.

Obura, D. and Grimsditch, G. (2009). Resilience as-sessment of coral reefs: assessment protocol for co-ral reefs, focusing on coral bleaching and thermalstress. IUCN Gland.

Petersen, D., Laterveer, M., and Schuhmacher, H.(2005). Spatial and temporal variation in larval sett-lement of reefbuilding corals in mariculture. Aqua-culture, 249(1):317–327.

Price, N. (2010). Habitat selection, facilitation, andbiotic settlement cues affect distribution and perfor-mance of coral recruits in french polynesia. Oeco-logia, 163(3):747–758.

Rahman, A., Harris, A., and Jamaluddin (2014). Po-la rekrutmen karang scleractinia pada kondisi ling-kungan berbeda. Jurnal Sains dan Teknologi,14(3):209–219.

Rudi, E., Soedharma, H., S, S. S., and Pariwono, J. I.(2005). Affinity of coral (scleractinia) recruitmenton hard subtrate. Indonesian Journal of Aquatic Sci-ences and Fisheries, 12(2):129–137.

SalinasdeLeon, P., Carrera, A. C., Zeljkovic, S., Smith,D. J., and Bell, J. J. (2011). Scleractinian settlementpatterns to natural cleared reef substrata and artifi-cial settlement panels on an indonesian coral reef.Estuarine, Coastal and Shelf Science, 93(1):80–85.

Suharsono (2008). Jenis-jenis Karang di Indonesia.LIPI-Coremap Program.

Veron, J. E. (2000). Corals of the world, vol. 1–3. Aus-tralian Institute of Marine Science, Townsville, pa-ges 404–405.

Walker, S. J. and Schlacher, T. A. (2014). Limited habi-tat and conservation value of a young artificial reef.Biodiversity and conservation, 23(2):433–447.

Zamani, N. P., Abrar, M., and Nurwijaya, I. W.(2011a). Coral recuitment, survival and growth ofcoral species at pari island, thousand islands; jakar-ta: a case study of coral resilience. Journal of Indo-nesia Coral Reefs, 1(1):7–14.

Zamani, N. P., Aziz, A. M., Kamal, M. M., and Subh-an, B. (2011b). Coral settlement on concrete artifici-al reefs in pramuka island waters, kepulauan seribu,jakarta and managemnet option. Journal of Indone-sia Coral Reefs, 1(1):55–64.