15
KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH DALAM SISTEM USAHATANI TERPADU DI KABUAPATEN BANYUMAS (Contribution Of Dairy Cattle Farm Income In Integrated Farming System In Banyumas Regency)* Oleh: Ir. Sri Mastuti, MP)** ABSTRACT. The study had the following goals: 1) to find out contribution of dairy cattle farm incame in an integrated farming work in Banyumas Regency; 2) to find out the factors that affected the income of dairy cattle farming in an integrated farming work in Banyumas Regency. Respondent wasy farmers which were distributed in 3 districts of dairy catlle farming development i.e.; districts of Baturaden, Sumbang, and Pekuncen. Variables observed were family background (age, education, family size, and other job); farm size, milk production, devoted working hours, and long w, and economic efficiency was analyzed by using R/C. While the factors thad affected farming activity. The total respondents were 47. Incame was analysed based an cash flow approach. Result of income was analysis showed that income earned by farmer`s from dairy cattle farm contributed to the income in integrated farming system 73,58 percent. Income of rice farming 23,99 percent and 2,43 percent from fisheries. Multiple regression analysis showed that milk production and devoted working hours has significant influence of dairy farming. It indicated that milk production and devoted working hours has significant contribution to income of dairy farming. Kay word: income, integrated farming 1

Copy of Seminar Ketahanan Pangan Sapi Perah 2

  • Upload
    gjuiolp

  • View
    19

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Copy of Seminar Ketahanan Pangan Sapi Perah 2

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAHDALAM SISTEM USAHATANI TERPADU

DI KABUAPATEN BANYUMAS(Contribution Of Dairy Cattle Farm Income In Integrated Farming System

In Banyumas Regency)*Oleh:

Ir. Sri Mastuti, MP)**

ABSTRACT. The study had the following goals: 1) to find out contribution of dairy cattle farm incame in an integrated farming work in Banyumas Regency; 2) to find out the factors that affected the income of dairy cattle farming in an integrated farming work in Banyumas Regency. Respondent wasy farmers which were distributed in 3 districts of dairy catlle farming development i.e.; districts of Baturaden, Sumbang, and Pekuncen. Variables observed were family background (age, education, family size, and other job); farm size, milk production, devoted working hours, and long w, and economic efficiency was analyzed by using R/C. While the factors thad affected farming activity. The total respondents were 47. Incame was analysed based an cash flow approach. Result of income was analysis showed that income earned by farmer`s from dairy cattle farm contributed to the income in integrated farming system 73,58 percent. Income of rice farming 23,99 percent and 2,43 percent from fisheries. Multiple regression analysis showed that milk production and devoted working hours has significant influence of dairy farming. It indicated that milk production and devoted working hours has significant contribution to income of dairy farming.

Kay word: income, integrated farming

I. PENDAHULUAN

Pengembangan sapi perah sangat tepat dan memegang peranan penting dalam

mencukupi kebutuhan susu. Peningkatan jumlah penduduk, perbaikan kesejahteraan dan

kesadaran gizi masyarakat telah mendorong peningkatan konsumsi susu yang

diperkirakan terus meningkat dari tahun ketahun. Peternakan sapi perah di Indonesia

didominasi oleh peternakan rakyat dengan cirri-ciri skala usaha kecil, sebagai usaha

sampingan, dan sebagian besar kebutuhan ternaknya diusahakan sendiri.

*) Disampaikan pada Seminar Nasional Hari Lingkungan Hidup Sedunia “Tata Ruang Peternakan Produktif Guna Mendukung Pertanian Berkelanjutan untuk Meningkatkan Kwalitas Hidup Masyarakat”, Purwokerto 12 Juni 2010.

**) Pengajar pada Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

1

Page 2: Copy of Seminar Ketahanan Pangan Sapi Perah 2

Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk

pengembangan peternakan sapi perah. Potensi sumberdaya alam seperti lahan yang

cukup luas dan hijauan yang cukup melimpah dapat menjadi faktor pendorong untuk

pengembangan usaha. Namun, usaha peternakan sapi perah tersebut masih memiliki

berbagai kendala yaitu jumlah kepemilikan antara 2 -3 ekor, penggunaan tenaga kerja

keluarga, bersifat sebagai usaha sambilan, rataan produksi susu masih rendah dan

penggunaan teknologi yang turun temurun (Siswadi, dkk. 2001). Walaupun hanya

sebagai usaha sambilan usaha ternak sapi perah mempunyai potensi untuk dikembangkan

agar dapat memberkan kontribusi pendapatan keluarga disamping usaha pokoknya

sebagai petani padi dan usaha lainnya. Usaha sapi perah jika dioptimalkan

pemeliharaannya merupakan bidang usaha yang menjanjikan, hal tersebut dikarenakan

usaha sapi perah mempunyai kelebihan antara lain bisa memberikan pemasukan

setiap harinya dari produksi susunya.

Pemilikan lahan yang sempit bagi sebagian besar petani adalah merupakan suatu

kendala bagi petani untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya, oleh karena itu

dengan melakukan system usahatani tani terpadu diharapkan dapat meningkatkan

pendapatan keluarga. Sistem usaha tani terpadu adalah memadukan ternak dengan usaha

pemeliharaan tanaman atau usaha perikanan. Dalam usaha tani terpadu antar komoditas

harus saling memberikan keuntungan secara langsung. Hal lain yang cukup penting

dalam konsep usaha tani terpadu adalah mengoptimalan pemanfaatan lahan dan tenaga

kerja yang tersedia (Widyastuti, 1996). Keterpaduan komoditas dalam usaha

deversifikasi usahatani dapat meningkatkan produktivitas lahan, tenaga kerja

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan (Susilowati dkk, 2005).

Hingga saat ini para petani belum pernah memperhitungkan seberapa besar

pendapatan yang diperoleh dari masing-masing kegiatan usahanya ( usaha ternak sapi

perah, usahatani padi, dan usahatani perikanan). Seberapa besar kontribusi pendapatan

usatani sapi perah dalam system usahatni terpadu, walaupun sampai saat ini dianggap

sebagai usaha sampingan.

Maka pada kesempatan ini saya ingin mengkaji :( 1) seberapa besar kontribusi

pendapatan usahaternak sapi perah dalam system usahatani terpadu di Kabupaten

2

Page 3: Copy of Seminar Ketahanan Pangan Sapi Perah 2

Banyumas, dan (2) faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatn usahaternak sapi perah

dalam system usahatani terpadu di Kabupaten Banyumas.

II. METODE DAN ANALISIS DATA

1. Metode Pengembilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan setiap tahap (multi stage). Penentuan sampel

kecamatan, menggunakan metode purposive sampling. Tahap kedua, menentuan dua

desa pada setiap kecamatan terpilihmenggunakan metode purposive sampling. Tahap

ketiga, menentukan sampel menggunakan metode sensus, dengan criteria semua peternak

sapi perah yang mempunyai usahatani tanaman padi dan usahatani dan usaha perikanan

dari semua desa terpilih sebanyak 47 responden.

Variabel yang diamati : biaya produksi usaha ternak sapi perah, usahatani padi,

usahatani perikanan, penerimaan dari ketiga usahatani tersebut; pendapatan dari ketiga

usahatani tersebut; jumlah pakan hijauan dan jumlah pakan konsentrat, jumlah ternak

(X1), produksi susu (X2) , curahan jam kerja (X3), dan pengalaman beternak (X4)

2. Analisis Data

Analisis data dilakukan sebagai berikut :

a. Analisis pendapatan dihitung dengan rumus :

I = TR - TC(Sudarman, 1999)

b. Untuk mengetahui pengaruh jumlah ternak, jumlah produksi, curahan kerja, dan

pengalaman beternak terhadap pendapatan usahaternak sapi perah dalam system

usahatani terpadu digunakan Analisis Linier Berganda dengan model matematik :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+b4X4 + e (Sudjana, 1990)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Pendapatan usahaternak Sapi Perah

Tingkat pendapatan ternak sangat dipengaruhi oleh tingkat penerimaan,biya

variabel serta biaya tetap yang dikeluarkan oleh peternak. Mubyarto(1995), menyatakan

penerimaan tunai pada usaha tani merupakan perkalian antara produk yang dihasillkan

dengan harga jual dari produk tersebut,baik produk utama maupun produk

sampingan .Selanjutnya dinyatakan pula untuk analisis pendapatan pendaoatan usaha tani

3

Page 4: Copy of Seminar Ketahanan Pangan Sapi Perah 2

dianalisis secara cash out flow,uph tenaga kerja keluarga ,sewa lahan dan bunga modal

sendiri tidak diperhitungkan tetap dianggap sebagai suatu pendapatan hal inii dianggap

sebagai usaha tani sesungguhnya .Hasil analisis dapat ditunjukan pada tabel 1

Tabel 1. Rataan Penerimaa, Biaya produksi, Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah

Uraian Rp/Th Rp/ThPenerimaan 16.787.484,00Biaya Produksi

a. Biaya tetapb. Biaya Variabelc. Total Biaya

942.051,005.163.120,00

6.105.171,00Pendapatan = Penerimaan-Total Biaya 10.682.313,00

Sumber Data: Data Primer yang Diolah Tahun 2009

Penerimaan berasal dari beberapa sumber yaitu penjualan produk utama yaitu susu

sebesar Rp. 11.300.259,00.Sedang produk sampingan berupa kenaikan nilai ternak

sebesar Rp.769.859,00. Dsn penjualan ternak afkir sebesar Rp.3.177.660,00.

Berdasarkan tabel 1 bahwa pendapatan usaha ternak sapi perah cukup menguntungkan

,walaupun pada usaha ini memerlukan modal yang tidak sedikit.Masalah modal ini sering

menjadi kendala para peternak sapi perah rakyat karena membutuhkan investasi yang

relative besar serta biaya produksi setiap harinya harus tersedia uang cash untuk membeli

pakan konsentrat yan relative mahal bagi peternak.

b .Pendapatan Usahatani Padi

Usahatani tanaman padia dengan luas lahan rata-rata 0,29 hektar menghasilkan

prodiksi rata-rata pertahun 27,7 kwintal.Sempitnya lahan untuk usahatani padi

disebabkan sebagian lahan pertanian dimanfaatkan untuk pemukiman.Hasil analisis

pendapatan usahatani tanaman padi ditunjukan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Penerimaan, Biaya Produksi,Pendapatan Usaha Tanaman Padi Uraian Rp/Th Rp/Th

Penerimaan 5.555.484,00Biaya Produksi

a. Biaya tetapb. Biaya Variabelc. Total Biaya

245.556,001.827.723,00

2.073.289,00Pendapatan = Penerimaan-Total Biaya 3.482.195,00

Sumber Data: Data Primer yang Diolah Tahun 2009

4

Page 5: Copy of Seminar Ketahanan Pangan Sapi Perah 2

Penerimaan dari usahatani tanaman padi selalu berubah dari waktu ke waktu yang

disebabkan harga padi di tengkulak sering berubah-ubah dan hasil produksinya juga

berubah karena factor musim yang kurang bisa dikontrol petani.

c. Pendapatan Usahatani Perikanan

Usaha perikanan yang diusahakan oleh responden hanya bersifat sebagai tabungan dan

dalam pemeliharaanya hanya dipanen satu kali dalam satu tahun. Hasil analisis

pendapatan usaha perikanan ditunjukan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-Rata Penerimaan,Biaya Produksi,Pendapatan Usaha Tanaman Perikanan Uraian Rp/Th Rp/Th

Penerimaan 633.103Biaya Produksi

a. Biaya tetapb. Biaya Variabelc. Total Biaya

14.693,00265.459,00

2.073.289,00Pendapatan = Penerimaan-Total Biaya 352.952,00

Sumber Data: Data Primer yang Diolah Tahun 2009

Biaya produksi yang dkeluarkan pada usahatani perikanan terdiri dari biaya tetap(biaya

penyusutan kolam dan peralatan)dan biaya variabel(pembelian bibit,pakan dan obat-

obatan).Sedangkan penerimaan hanya berasal dari penjualan ikan saja.

Besarnya pendapatan yang diperoleh oleh petani dari hasil pengurangan penerimaan

dengan total biaya produksi dalam kurun waktu setahun.Dari tabel 3 menunjukan bahwa

pendapatan dari usahatani perikanan relative kecil bila dibanding dengan pendapatan

usaha ternak sapi perah maupun usahatani tanaman padi,hal ini disebabkan volume

pemeliharaan ikan yang relative kecil yang hanya bersifat sebagai konsumsi keluarga

atau tabungan pada saat hari raya.

2.Kontribusi Pendapatan Usahaternak Sapi Perah dalam Sistem Usahatani

Terpadu

Kalau dilihat dari hasil analisis pendapatan tersebut diatas menunjukan bahwa

usahaternak sapi perah memberikan kontribusai paling tinggi,kemudian usahatani

tanaman padi memberikan lebih rendah dibanding usahatani perikanan.Hasil analisis

selengkapnya besarnya kontribusi pendapatan masing-masing usahatani dalam system

usahatani terpadu dapat ditunjukan pada tabel 4

5

Page 6: Copy of Seminar Ketahanan Pangan Sapi Perah 2

Tabel 4. Rataan Kontribusi Pendapatan Masing-masing Usaha dalam Sistem Usahatani Terpadu

Uraian Rp/Th Rp/Th

a. Pendapatan Usahternak sapi perah

b. Pendapatan Usahatani tanaman padi

c. Pendapatan Usahatani perikanan

10.682.313,00

3.482.195,00

352.952,00

73,58

23,99

02,43

Total Pendapatan Usahatani Terpadu 14.517.460,00 100

Sumber Data: Data Primer yang Diolah Tahun 2009

Berdasar Tabel tersebut di atas menunjukan bahwa usahaternak sapi perah walaupun

hanya sebagai usaha sampingan ternyata memberikan kontribusi paling besar

dibandingkan usaha pokok (usahatani tanaman padi). Hal ini disebabkan kedudukan

usahaternak sapi perah memang sangat berperan di dalam suatu pola usahatani rakyat di

Kabupaten Banyumas, walaupun usaha ini memerlukan modal yang relative besar dan

curahan kerja yang intensif dibanding dengan usahatani tanaman padi dan usahatani

perikanan.

2.Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Usahaternak Sapi

Perah dalam system Usahatani Terpadu di Kabupaten Banyumas

Faktor-faktor yang dianalisis dan merupakan variabel bebas adalah jumlah

ternak(X1),produksi susu(x2),curahan kerja(X3),dan pengalaman beternak(x4).Variabel

terikat adalah pendapatan dari usaha ternak sapi perah(y).

Pengaruh jumlah ternak,produksi susu,curahan kerja dan pengalaman beternak

terhadap pendapatan usahaternak sapi perah dianalisis dengan regresi

berganda(Sudjana,1992).Hasil analisis selengkapnya ditunjukan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahaternak Sapi Perah dalam Sistem Usahatani Terpadu

Variabel Koefisien Reg (b) t hitung t signifikan

KonstantaJumlah anak (X1)Produksi Susu (X2)Curahan Kerja (X3)Pengalaman Beternak (X4)

1.571.401,00943.341,60

1.316,374.573,26

-12.329,40

4,6601,1673,7793,740

-0,077

0,6440,2500,0000,0060,939

R2 0,701F hitung 20,04F signifikan 00,00

Sumber Data: Data Primer yang Diolah Tahun 2009

6

Page 7: Copy of Seminar Ketahanan Pangan Sapi Perah 2

Berdasarkan hasil analisis regresi di atas,maka persamaan garis regresinya adalah

sebagai berikut : Y= 1.571.401,00+ 931.341,60X1 +1.36137X2 +4.573,26X3 -

12,239,30X4. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,701, berarti sekitar 70,10 persen

variasi variabel independen(Y) dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel

independen, dan sisanya 29,90 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

dimasukan dalam model. Hasil uji F, secara bersama-sama variabel independen (X)

berpengaryh nyata terhadap variabel pndapatan(Y) dengan tingkat signifikan 99 persen

(P>0,01). Berarti persamaan garis regersi tersebut dapat digunakan secara bersama-sama

sebagai garis penduga pendapatan.

Secara parsial jumlah ternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahaternak

sapi perah dalam system usahatani terpadu.Hal ini disebabkan sebagian besar responden

hanya memiliki skala usaha yang relatif kecil(0,25-5 ST) yaitu 78,73 persen.

Secara parsial,produksi susu berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahaternak sapi

perah pada tingkat kepercayaan 99 persen (P<0,01).Koefisien regresi sebesar 1.316,378

yang berarti tiap penambahan produksi sebanyak 1 liter akan menambah pendapatan

sebesar Rp.1.316,378. Hal tersebut disebabkan semakin banyak produksi susu yang

dihasilkan akan memperbesar penerimaan yang diperoleh peternak,sehingga pendapatan

ternak semakin meningkat.

Variabel curahan kerja berpengaruh nyata terhadpa pendapatan usahaternak sapi perah

pada tingkat kepercayaan 99 persen (P<0,01). Koefisien regresi sebesar 4.573,262 yang

berarti tiap penambahan curahan kerja sebesar satu satuan akan menambah pendapatan

sebesar Rp.4.573,262. Hal tersebut berarti dengan penambahan curahan kerja akan

berpengaruh terhadap pendapatan usahaternak sapi perah.Karena semakin tinggi curahan

kerja maka ternak akan semakin terawat sehingga akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan ternaka dan produksi yang dihasilkan.

Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadapa pendapatan

usahaternak sapi perah(P>0,010).Hal ini disebabkan penggunaan teknologi yang sangat

sederhana serta turun temurun sehingga pengalaman pengalaman beternak tidak

memberikan sumbangan yang nyata bagi pendapatan peternak.Selain itu keterkaitan

antara variabel lama beternak terhadap pendapatan mempunyai korelasi yang sangat

7

Page 8: Copy of Seminar Ketahanan Pangan Sapi Perah 2

rendah sehingga factor pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap

pendapatan usahaternak sapi perah.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :

1. Kontribusi pendapatan usahaternak sapi perah dalam system usahatani terpadu

sebesar 73,58 persen.

3. Besarnya produksi susu dan banyaknya curahan kerja berpengaruh terhadap

besarnya pendapatan usahaternak sapi perah dalam system usahatani terpadu

Saran :

Perlu bantuan modal lunak untuk pengadaan induk sapi perah dengan kualitas

unggul agar peternak dapat meningkatkan pendapatan dan usahaternak sapi

perahnya. Sehingga dengan penambahan skala usaha tingkat produksi susu dapat

ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Yogyakarta. Hal. 25 - 34

Siswadi, Y. Subagyo dan T.Y. Astuti. 2001. Analisis Fungsi Produksi Susu Pada Usaha Peternakan Sapi Perah Di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas. Animal Production, Vol.3 (1). Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Sudarman, Adi. 1999. Teori Ekonomi Mikro. Edisi ke 3. BPFE. Yogyakarta. Hal. 20 - 21

Sudjana, 2002. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Penerbit Tarsito. Bandung. Hal. 45.

Susulawati, M. Sabran, R. Ramli, D Djauhari, Rukayah, dan Koesrini. 2005. Pengkajian Sistem Usahatani Terpadu Padi-Kedelai/Sayuran-Ternak di Lahan Pasang Surut. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol. 8 No. 2. Juli 2005. Hal. 176 - 196

Widyastuti, Y.E. 1996. Sahatani Terpadu Ternak dan Tanaman. Penebar Swadaya Jakarta

8

Page 9: Copy of Seminar Ketahanan Pangan Sapi Perah 2

Riyanto, B. 1998. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Penerbit Gajah Mada. Yogyakarta.

Soehardjo dan Dahlan Patong, 1980. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Soekartawi, 1990. Teori Ekonomi Produksi (Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas). Rajawali Pers. Jakarta.

9

Page 10: Copy of Seminar Ketahanan Pangan Sapi Perah 2

10