Upload
gjuiolp
View
19
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAHDALAM SISTEM USAHATANI TERPADU
DI KABUAPATEN BANYUMAS(Contribution Of Dairy Cattle Farm Income In Integrated Farming System
In Banyumas Regency)*Oleh:
Ir. Sri Mastuti, MP)**
ABSTRACT. The study had the following goals: 1) to find out contribution of dairy cattle farm incame in an integrated farming work in Banyumas Regency; 2) to find out the factors that affected the income of dairy cattle farming in an integrated farming work in Banyumas Regency. Respondent wasy farmers which were distributed in 3 districts of dairy catlle farming development i.e.; districts of Baturaden, Sumbang, and Pekuncen. Variables observed were family background (age, education, family size, and other job); farm size, milk production, devoted working hours, and long w, and economic efficiency was analyzed by using R/C. While the factors thad affected farming activity. The total respondents were 47. Incame was analysed based an cash flow approach. Result of income was analysis showed that income earned by farmer`s from dairy cattle farm contributed to the income in integrated farming system 73,58 percent. Income of rice farming 23,99 percent and 2,43 percent from fisheries. Multiple regression analysis showed that milk production and devoted working hours has significant influence of dairy farming. It indicated that milk production and devoted working hours has significant contribution to income of dairy farming.
Kay word: income, integrated farming
I. PENDAHULUAN
Pengembangan sapi perah sangat tepat dan memegang peranan penting dalam
mencukupi kebutuhan susu. Peningkatan jumlah penduduk, perbaikan kesejahteraan dan
kesadaran gizi masyarakat telah mendorong peningkatan konsumsi susu yang
diperkirakan terus meningkat dari tahun ketahun. Peternakan sapi perah di Indonesia
didominasi oleh peternakan rakyat dengan cirri-ciri skala usaha kecil, sebagai usaha
sampingan, dan sebagian besar kebutuhan ternaknya diusahakan sendiri.
*) Disampaikan pada Seminar Nasional Hari Lingkungan Hidup Sedunia “Tata Ruang Peternakan Produktif Guna Mendukung Pertanian Berkelanjutan untuk Meningkatkan Kwalitas Hidup Masyarakat”, Purwokerto 12 Juni 2010.
**) Pengajar pada Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
1
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk
pengembangan peternakan sapi perah. Potensi sumberdaya alam seperti lahan yang
cukup luas dan hijauan yang cukup melimpah dapat menjadi faktor pendorong untuk
pengembangan usaha. Namun, usaha peternakan sapi perah tersebut masih memiliki
berbagai kendala yaitu jumlah kepemilikan antara 2 -3 ekor, penggunaan tenaga kerja
keluarga, bersifat sebagai usaha sambilan, rataan produksi susu masih rendah dan
penggunaan teknologi yang turun temurun (Siswadi, dkk. 2001). Walaupun hanya
sebagai usaha sambilan usaha ternak sapi perah mempunyai potensi untuk dikembangkan
agar dapat memberkan kontribusi pendapatan keluarga disamping usaha pokoknya
sebagai petani padi dan usaha lainnya. Usaha sapi perah jika dioptimalkan
pemeliharaannya merupakan bidang usaha yang menjanjikan, hal tersebut dikarenakan
usaha sapi perah mempunyai kelebihan antara lain bisa memberikan pemasukan
setiap harinya dari produksi susunya.
Pemilikan lahan yang sempit bagi sebagian besar petani adalah merupakan suatu
kendala bagi petani untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya, oleh karena itu
dengan melakukan system usahatani tani terpadu diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan keluarga. Sistem usaha tani terpadu adalah memadukan ternak dengan usaha
pemeliharaan tanaman atau usaha perikanan. Dalam usaha tani terpadu antar komoditas
harus saling memberikan keuntungan secara langsung. Hal lain yang cukup penting
dalam konsep usaha tani terpadu adalah mengoptimalan pemanfaatan lahan dan tenaga
kerja yang tersedia (Widyastuti, 1996). Keterpaduan komoditas dalam usaha
deversifikasi usahatani dapat meningkatkan produktivitas lahan, tenaga kerja
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan (Susilowati dkk, 2005).
Hingga saat ini para petani belum pernah memperhitungkan seberapa besar
pendapatan yang diperoleh dari masing-masing kegiatan usahanya ( usaha ternak sapi
perah, usahatani padi, dan usahatani perikanan). Seberapa besar kontribusi pendapatan
usatani sapi perah dalam system usahatni terpadu, walaupun sampai saat ini dianggap
sebagai usaha sampingan.
Maka pada kesempatan ini saya ingin mengkaji :( 1) seberapa besar kontribusi
pendapatan usahaternak sapi perah dalam system usahatani terpadu di Kabupaten
2
Banyumas, dan (2) faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatn usahaternak sapi perah
dalam system usahatani terpadu di Kabupaten Banyumas.
II. METODE DAN ANALISIS DATA
1. Metode Pengembilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan setiap tahap (multi stage). Penentuan sampel
kecamatan, menggunakan metode purposive sampling. Tahap kedua, menentuan dua
desa pada setiap kecamatan terpilihmenggunakan metode purposive sampling. Tahap
ketiga, menentukan sampel menggunakan metode sensus, dengan criteria semua peternak
sapi perah yang mempunyai usahatani tanaman padi dan usahatani dan usaha perikanan
dari semua desa terpilih sebanyak 47 responden.
Variabel yang diamati : biaya produksi usaha ternak sapi perah, usahatani padi,
usahatani perikanan, penerimaan dari ketiga usahatani tersebut; pendapatan dari ketiga
usahatani tersebut; jumlah pakan hijauan dan jumlah pakan konsentrat, jumlah ternak
(X1), produksi susu (X2) , curahan jam kerja (X3), dan pengalaman beternak (X4)
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan sebagai berikut :
a. Analisis pendapatan dihitung dengan rumus :
I = TR - TC(Sudarman, 1999)
b. Untuk mengetahui pengaruh jumlah ternak, jumlah produksi, curahan kerja, dan
pengalaman beternak terhadap pendapatan usahaternak sapi perah dalam system
usahatani terpadu digunakan Analisis Linier Berganda dengan model matematik :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+b4X4 + e (Sudjana, 1990)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Pendapatan usahaternak Sapi Perah
Tingkat pendapatan ternak sangat dipengaruhi oleh tingkat penerimaan,biya
variabel serta biaya tetap yang dikeluarkan oleh peternak. Mubyarto(1995), menyatakan
penerimaan tunai pada usaha tani merupakan perkalian antara produk yang dihasillkan
dengan harga jual dari produk tersebut,baik produk utama maupun produk
sampingan .Selanjutnya dinyatakan pula untuk analisis pendapatan pendaoatan usaha tani
3
dianalisis secara cash out flow,uph tenaga kerja keluarga ,sewa lahan dan bunga modal
sendiri tidak diperhitungkan tetap dianggap sebagai suatu pendapatan hal inii dianggap
sebagai usaha tani sesungguhnya .Hasil analisis dapat ditunjukan pada tabel 1
Tabel 1. Rataan Penerimaa, Biaya produksi, Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah
Uraian Rp/Th Rp/ThPenerimaan 16.787.484,00Biaya Produksi
a. Biaya tetapb. Biaya Variabelc. Total Biaya
942.051,005.163.120,00
6.105.171,00Pendapatan = Penerimaan-Total Biaya 10.682.313,00
Sumber Data: Data Primer yang Diolah Tahun 2009
Penerimaan berasal dari beberapa sumber yaitu penjualan produk utama yaitu susu
sebesar Rp. 11.300.259,00.Sedang produk sampingan berupa kenaikan nilai ternak
sebesar Rp.769.859,00. Dsn penjualan ternak afkir sebesar Rp.3.177.660,00.
Berdasarkan tabel 1 bahwa pendapatan usaha ternak sapi perah cukup menguntungkan
,walaupun pada usaha ini memerlukan modal yang tidak sedikit.Masalah modal ini sering
menjadi kendala para peternak sapi perah rakyat karena membutuhkan investasi yang
relative besar serta biaya produksi setiap harinya harus tersedia uang cash untuk membeli
pakan konsentrat yan relative mahal bagi peternak.
b .Pendapatan Usahatani Padi
Usahatani tanaman padia dengan luas lahan rata-rata 0,29 hektar menghasilkan
prodiksi rata-rata pertahun 27,7 kwintal.Sempitnya lahan untuk usahatani padi
disebabkan sebagian lahan pertanian dimanfaatkan untuk pemukiman.Hasil analisis
pendapatan usahatani tanaman padi ditunjukan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Penerimaan, Biaya Produksi,Pendapatan Usaha Tanaman Padi Uraian Rp/Th Rp/Th
Penerimaan 5.555.484,00Biaya Produksi
a. Biaya tetapb. Biaya Variabelc. Total Biaya
245.556,001.827.723,00
2.073.289,00Pendapatan = Penerimaan-Total Biaya 3.482.195,00
Sumber Data: Data Primer yang Diolah Tahun 2009
4
Penerimaan dari usahatani tanaman padi selalu berubah dari waktu ke waktu yang
disebabkan harga padi di tengkulak sering berubah-ubah dan hasil produksinya juga
berubah karena factor musim yang kurang bisa dikontrol petani.
c. Pendapatan Usahatani Perikanan
Usaha perikanan yang diusahakan oleh responden hanya bersifat sebagai tabungan dan
dalam pemeliharaanya hanya dipanen satu kali dalam satu tahun. Hasil analisis
pendapatan usaha perikanan ditunjukan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-Rata Penerimaan,Biaya Produksi,Pendapatan Usaha Tanaman Perikanan Uraian Rp/Th Rp/Th
Penerimaan 633.103Biaya Produksi
a. Biaya tetapb. Biaya Variabelc. Total Biaya
14.693,00265.459,00
2.073.289,00Pendapatan = Penerimaan-Total Biaya 352.952,00
Sumber Data: Data Primer yang Diolah Tahun 2009
Biaya produksi yang dkeluarkan pada usahatani perikanan terdiri dari biaya tetap(biaya
penyusutan kolam dan peralatan)dan biaya variabel(pembelian bibit,pakan dan obat-
obatan).Sedangkan penerimaan hanya berasal dari penjualan ikan saja.
Besarnya pendapatan yang diperoleh oleh petani dari hasil pengurangan penerimaan
dengan total biaya produksi dalam kurun waktu setahun.Dari tabel 3 menunjukan bahwa
pendapatan dari usahatani perikanan relative kecil bila dibanding dengan pendapatan
usaha ternak sapi perah maupun usahatani tanaman padi,hal ini disebabkan volume
pemeliharaan ikan yang relative kecil yang hanya bersifat sebagai konsumsi keluarga
atau tabungan pada saat hari raya.
2.Kontribusi Pendapatan Usahaternak Sapi Perah dalam Sistem Usahatani
Terpadu
Kalau dilihat dari hasil analisis pendapatan tersebut diatas menunjukan bahwa
usahaternak sapi perah memberikan kontribusai paling tinggi,kemudian usahatani
tanaman padi memberikan lebih rendah dibanding usahatani perikanan.Hasil analisis
selengkapnya besarnya kontribusi pendapatan masing-masing usahatani dalam system
usahatani terpadu dapat ditunjukan pada tabel 4
5
Tabel 4. Rataan Kontribusi Pendapatan Masing-masing Usaha dalam Sistem Usahatani Terpadu
Uraian Rp/Th Rp/Th
a. Pendapatan Usahternak sapi perah
b. Pendapatan Usahatani tanaman padi
c. Pendapatan Usahatani perikanan
10.682.313,00
3.482.195,00
352.952,00
73,58
23,99
02,43
Total Pendapatan Usahatani Terpadu 14.517.460,00 100
Sumber Data: Data Primer yang Diolah Tahun 2009
Berdasar Tabel tersebut di atas menunjukan bahwa usahaternak sapi perah walaupun
hanya sebagai usaha sampingan ternyata memberikan kontribusi paling besar
dibandingkan usaha pokok (usahatani tanaman padi). Hal ini disebabkan kedudukan
usahaternak sapi perah memang sangat berperan di dalam suatu pola usahatani rakyat di
Kabupaten Banyumas, walaupun usaha ini memerlukan modal yang relative besar dan
curahan kerja yang intensif dibanding dengan usahatani tanaman padi dan usahatani
perikanan.
2.Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Usahaternak Sapi
Perah dalam system Usahatani Terpadu di Kabupaten Banyumas
Faktor-faktor yang dianalisis dan merupakan variabel bebas adalah jumlah
ternak(X1),produksi susu(x2),curahan kerja(X3),dan pengalaman beternak(x4).Variabel
terikat adalah pendapatan dari usaha ternak sapi perah(y).
Pengaruh jumlah ternak,produksi susu,curahan kerja dan pengalaman beternak
terhadap pendapatan usahaternak sapi perah dianalisis dengan regresi
berganda(Sudjana,1992).Hasil analisis selengkapnya ditunjukan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahaternak Sapi Perah dalam Sistem Usahatani Terpadu
Variabel Koefisien Reg (b) t hitung t signifikan
KonstantaJumlah anak (X1)Produksi Susu (X2)Curahan Kerja (X3)Pengalaman Beternak (X4)
1.571.401,00943.341,60
1.316,374.573,26
-12.329,40
4,6601,1673,7793,740
-0,077
0,6440,2500,0000,0060,939
R2 0,701F hitung 20,04F signifikan 00,00
Sumber Data: Data Primer yang Diolah Tahun 2009
6
Berdasarkan hasil analisis regresi di atas,maka persamaan garis regresinya adalah
sebagai berikut : Y= 1.571.401,00+ 931.341,60X1 +1.36137X2 +4.573,26X3 -
12,239,30X4. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,701, berarti sekitar 70,10 persen
variasi variabel independen(Y) dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel
independen, dan sisanya 29,90 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukan dalam model. Hasil uji F, secara bersama-sama variabel independen (X)
berpengaryh nyata terhadap variabel pndapatan(Y) dengan tingkat signifikan 99 persen
(P>0,01). Berarti persamaan garis regersi tersebut dapat digunakan secara bersama-sama
sebagai garis penduga pendapatan.
Secara parsial jumlah ternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahaternak
sapi perah dalam system usahatani terpadu.Hal ini disebabkan sebagian besar responden
hanya memiliki skala usaha yang relatif kecil(0,25-5 ST) yaitu 78,73 persen.
Secara parsial,produksi susu berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahaternak sapi
perah pada tingkat kepercayaan 99 persen (P<0,01).Koefisien regresi sebesar 1.316,378
yang berarti tiap penambahan produksi sebanyak 1 liter akan menambah pendapatan
sebesar Rp.1.316,378. Hal tersebut disebabkan semakin banyak produksi susu yang
dihasilkan akan memperbesar penerimaan yang diperoleh peternak,sehingga pendapatan
ternak semakin meningkat.
Variabel curahan kerja berpengaruh nyata terhadpa pendapatan usahaternak sapi perah
pada tingkat kepercayaan 99 persen (P<0,01). Koefisien regresi sebesar 4.573,262 yang
berarti tiap penambahan curahan kerja sebesar satu satuan akan menambah pendapatan
sebesar Rp.4.573,262. Hal tersebut berarti dengan penambahan curahan kerja akan
berpengaruh terhadap pendapatan usahaternak sapi perah.Karena semakin tinggi curahan
kerja maka ternak akan semakin terawat sehingga akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ternaka dan produksi yang dihasilkan.
Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadapa pendapatan
usahaternak sapi perah(P>0,010).Hal ini disebabkan penggunaan teknologi yang sangat
sederhana serta turun temurun sehingga pengalaman pengalaman beternak tidak
memberikan sumbangan yang nyata bagi pendapatan peternak.Selain itu keterkaitan
antara variabel lama beternak terhadap pendapatan mempunyai korelasi yang sangat
7
rendah sehingga factor pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan usahaternak sapi perah.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan :
1. Kontribusi pendapatan usahaternak sapi perah dalam system usahatani terpadu
sebesar 73,58 persen.
3. Besarnya produksi susu dan banyaknya curahan kerja berpengaruh terhadap
besarnya pendapatan usahaternak sapi perah dalam system usahatani terpadu
Saran :
Perlu bantuan modal lunak untuk pengadaan induk sapi perah dengan kualitas
unggul agar peternak dapat meningkatkan pendapatan dan usahaternak sapi
perahnya. Sehingga dengan penambahan skala usaha tingkat produksi susu dapat
ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Yogyakarta. Hal. 25 - 34
Siswadi, Y. Subagyo dan T.Y. Astuti. 2001. Analisis Fungsi Produksi Susu Pada Usaha Peternakan Sapi Perah Di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas. Animal Production, Vol.3 (1). Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Sudarman, Adi. 1999. Teori Ekonomi Mikro. Edisi ke 3. BPFE. Yogyakarta. Hal. 20 - 21
Sudjana, 2002. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Penerbit Tarsito. Bandung. Hal. 45.
Susulawati, M. Sabran, R. Ramli, D Djauhari, Rukayah, dan Koesrini. 2005. Pengkajian Sistem Usahatani Terpadu Padi-Kedelai/Sayuran-Ternak di Lahan Pasang Surut. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol. 8 No. 2. Juli 2005. Hal. 176 - 196
Widyastuti, Y.E. 1996. Sahatani Terpadu Ternak dan Tanaman. Penebar Swadaya Jakarta
8
Riyanto, B. 1998. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Penerbit Gajah Mada. Yogyakarta.
Soehardjo dan Dahlan Patong, 1980. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Soekartawi, 1990. Teori Ekonomi Produksi (Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas). Rajawali Pers. Jakarta.
9
10