30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menyiapkan diri dalam perananya dimasa akan datang. Pendidikan dilakukan tanpa ada batasan usia, ruang dan waktu yang tidak dimulai atau diakhiri di sekolah, tetapi diawali dalam keluarga dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat, yang hasilnya digunakan untuk membangun kehidupan pribadi agama, masyarakat, keluarga dan negara. Merupakan suatu kenyataan bahwa pemerintah dalam hal ini diwakili lembaga yang bertanggung jawab didalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia, akan tetapi pendidikan menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah dan masyarakat yang sering disebut dengan Tri Pusat Pendidikan. Salah satu keprihatinan yang dilontarkan banyak kalangan adalah mengenai rendahnya mutu pendidikan atau

contoh penelitian tindakan kelas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: contoh penelitian tindakan kelas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menyiapkan diri dalam

perananya dimasa akan datang. Pendidikan dilakukan tanpa ada batasan usia, ruang

dan waktu yang tidak dimulai atau diakhiri di sekolah, tetapi diawali dalam keluarga

dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat,

yang hasilnya digunakan untuk membangun kehidupan pribadi agama, masyarakat,

keluarga dan negara. Merupakan suatu kenyataan bahwa pemerintah dalam hal ini

diwakili lembaga yang bertanggung jawab didalam pelaksanaan pendidikan di

Indonesia, akan tetapi pendidikan menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah dan

masyarakat yang sering disebut dengan Tri Pusat Pendidikan.

Salah satu keprihatinan yang dilontarkan banyak kalangan adalah mengenai

rendahnya mutu pendidikan atau Out Put yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga

pendidikan formal. Dalam hal ini yang menjadi kambing hitam adalah guru dan

lembaga pendidikan tersebut, orang tua tidak memandang aspek keluarga dan kondisi

lingkungannya. Padahal lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar sangat

menentukan terhadap keberhasilan pendidikan. Salah satu bidang pengajaran yang

dilaksanakan disekolah adalah pengajaran matematika.

Matematika sebagai salah satu pengetauhan dasar dewasa ini telah

berkembang amat pesat, baik materi maupun kegunaannya. Matematika yang

Page 2: contoh penelitian tindakan kelas

diajarkan di sekolah terdiri atas bagian –bagian matematika yang dipilih guna

menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa

secara terpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi(IPTEK). Ini

berarti bahwa matematika di sekolah selain memiliki objek abstrak, memiliki pola

pikir yang deduktif dan konsisten, juga tidak bisa dipisahkan dari perkembangan

IPTEK.

Dalam kegiatan belajar mengajar, seringkali seorang siswa tidak dapat

menyelesaikan masalah (soal) dengan tuntas, karena ketidak mampuan mereka

memahami (mengingat) konsep-konsep dasar matematika yang pernah mereka

terima, maka tugas para guru untuk menanam keyakinan pada diri siswa bahwa

matematika sesuatu yang menyenangkan dan menarik untuk dipelajari dan harus

ditanam sejak dini, seperti diungkapkan oleh Simajuntak (1993:60): “ Hendaklah

sejak dini konsep-konsep matematika ini dapat diajarkan oleh guru dengan metode

penyampaian yang tepat sehingga siswa diharapkan dapat menguasai dengan baik

meteri matematika yang selanjutnya dapat menjadi dasar untuk materi selanjutnya

yang lebih sukar”.

Peranan guru sangat diperlukan dalam memilih metode yang tepat dalam

mengajarkan suatu pokok bahasan agar siswa lebih termotivasi dan dapat

mengaktifkan siswa dalam belajar matematika. Dengan demikian siswa akan

memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan yaitu 85% siswa dapat tuntas dalam

Page 3: contoh penelitian tindakan kelas

belajar. Sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan prestasi belajar

matematika siswa disekolah tersebut.

Pengajaran matematika di Sekolah Dasar dimulai dengan memperkenalkan

kepada murid tentang dasar operasi hitung terhadap bilangan seperti penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian yang semuanya itu merupakan kemampuan

dasar dalam mempelajari matematika. Materi ini harus dikuasai oleh murid agar

untuk mempelajari materi selanjutnya yang lebih sukar tidak mengalami kendala.

Mengenai penguasaan belajar ini, Nasution (dalam Witriah, 2002:2) menyatakan

bahwa:

Jika banyak kekurangan terdapat dalam penguasaan anak tentang bahan

sebelumnya maka sukar sekali mengajar anak itu sampai tingkat penguasaan

penuh, lebih-lebih pada tingkat yang lebih tinggi. Misalnya murid yang tidak

menguasai dasar-dasar matematika SD dan SMP akan payah sekali dibawa

sampai penguasaan penuh pada tingkat SMA.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa untuk menguasai

operasi hitung terhadap bilngan yang terdapat dijenjang yang lebih lanjut, siswa

terlebih dahulu harus menguasai operasi hitung yang terdapat di Sekolah Dasar (SD).

Selain menguasai operasi hitung siswa juga diharapkan terampil menggunakan

operasi hitung dalam menyelesaikan masalah dalam matematika dan masalah-

masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 4: contoh penelitian tindakan kelas

Berdasarkan kenyataan yang terjadi di SD Negeri 1 Dewantara, pada proses

belajar mengajar masih banyak terlihat siswa yang main-main di kelas dan kurang

menyenangi pelajaran matematika. Sehingga prestasi belajar matematika siswa bayak

yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Bedasarkan pengamatan

hal ini terjadi karena siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang masih

berlangsung satu arah dan berpusat pada guru. Siswa hanya dituntut untuk mendengar

dan menyelesaikan sejumah soal yang ada dalam buku paket.

Salah satu alternatif agar pembelajaran matematika dapat berjalan efektif dan

dapat meningkatkan prestasi adalah melalui penggunaan alat peraga. Alat peraga

sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian

dengan judul “Melalui penggunaan alat peraga dari kulit kerang dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas awal materi penjumlahan dua

bilangan pelajaran Matematika pada SD Negeri 1 Dewantara”

1.2 Kajian Pustaka

1.2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan perubahan atau interaksi terhadap

lingkungan. Kegiatan belajar dapat dilaksanakan di sekolah dan di luar sekolah.

Disekolah kegiatan belajar dapat dilaksanakan dengan teratur dan berbeda dengan

proses belajar yang berlangsung di luar sekolah. Pada hakikatnya belajar merupakan

Page 5: contoh penelitian tindakan kelas

proses perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pelatihan dan pengalaman.

Kegiatan belajar dapat dibina oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan dan

ketrampilan. Pembina kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru lebih sempurna

dibandingkan dengan dilakukan diluar sekolah. Kesempurnaan tersebut dapat dilihat

antara lain dari segi guru menyajikan ilmu pengetahuan kepada anak didik dengan

menggunakan pendekatan yang tepat, kemudian guru mengadakan penilaian terhadap

pengetahuan yang telah diberikan.

Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai dari hasil pengembangan mata

pelajaran yang biasanya ditandai dengan perolehan nilai yang baik dan memuaskan.

Istilah prestasi belajar sering juga disebut indeks prestasi. Hal ini sejalan dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Slameto (2003:199) : “indeks prestasi adalah nilai

kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai-nilai akhir yang menggambarkan mutu

penyelesaian suatu program belajar”. Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar siswa antara lain faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern) yaitu

kecerdasan, bakat, minat dan motivasi. Kemudian faktor yang terdiri dari luar diri

siswa (faktor ekstern) yaitu keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

1.2.2 Alat Peraga

Dalam proses belajar mengajar alat peraga memegang peranan penting

sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses

belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan,

Page 6: contoh penelitian tindakan kelas

metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak

bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk

mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Dalam pencapain tersebut,

peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan

adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Menurut

Sudjana 2009, Alat Peraga Pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh

mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa

lebih efektif dan efisien.

Alat peraga sering mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan

membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Faizal, 2010,

mendefinisikan Alat Peraga Pendidikan sebagai instrument audio maupun visual yang

digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan

membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi.

1.2.3 Macam-macam Alat Peraga

Beberapa contoh alat peraga yang dapat digunakan dalam prose belajar

mengajar antara lain:

a. Gambar

Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya saling dikenal dan

saling dipakai, karena gambar disenangi oleh anak berbagai umur, diperoleh dalam

keadaan siap pakai, dan tidak menyita waktu persiapan.

Page 7: contoh penelitian tindakan kelas

b. Peta

Peta bisa menolong mereka mempelajari bentuk dan letak negara-negara serta

kota-kota yang disebut Al-kitab. Salah satu yang harus diperhatikan, penggunaan peta

sebagai alat peraga hanya cocok bagi anak besar kelas tinggi.

c. Papan tulis.

Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana mengajar. Papan

tulis dapat diterima dimana-mana sebagai alat peraga yang efektif. Tidak perlu

menjadi seorang seniman untuk memakai papan tulis. Kalimat yang pendek, beberapa

gambaran orang yang sederhana sekali, sebuah diagram, atau persegi panjang, dapat

menggambarkan orang, kota, atau kejadian.

d. Boks pasir

Anak kelas kecil dan kelas tengah sangat menggemari peragaan yang

menggunakan boks pasir. Boks pasir dapat diciptakan "pett' bagi mereka khususnya

bagi kelas tengah karena pada umur tersebut mereka sudah mengetahui jarak dari

desa ke desa. (Pepak.sabda.org.andomtions.blogspot. com).

e. Kulit kerang

Peranan kulit kerang ini sangat tidak kalah pentingnya dengan alat peraga

yang lain, kulit kerang bisa dijadikan alat peraga dalam pelajaran matematika pada

materi penjumlahan.

Page 8: contoh penelitian tindakan kelas

Selain alat peraga yang disebutkan di atas, media mengajar yang paling

dikenal di dalam pelayanan anak sering disebut dengan istilah singkat, alat peraga

berbentuk fleschard, wayang, boneka jari, rumah palestina dan sebagainya.

Adapun alat peraga yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan alat peraga kulit kerang karena disenangi anak berbagai umur,

diperoleh dalam keadaan siap pakai dan tidak menyita waktu persiapan selain itu

untuk menarik perhatian siswa dalam melakukanya yang akan diujikan pada siswa

kelas I SD Negeri I Dewantara.

1.2.4 Penjumlahan Dua Bilangan

1. Penjumlahan cara mendatar

Ari membeli 20 kelereng

Diberi Bibi 10 kelereng

Maka kelereng Ari adalah

Penyelesaian

20 + 10 = 30

Jadi kelereng Ari ada 30 butir 20 + 10 = 30

Page 9: contoh penelitian tindakan kelas

Satuan tambahkan satuan puluhan tambahkan puluhan

2. Penjumlahan dengan cara bersusun panjang

Amatilah gambar berikut ini

28 = 20 + 8

10 = 10 + 0

= 30 + 8

= 38

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pembelajaran penggunaan alat peraga kulit

kerang yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas awal pada materi

penjumlahan pelajaran matematika SD Negeri 1 Dewantara?

Page 10: contoh penelitian tindakan kelas

1.4 Tujuan Peneliti

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah, untuk

mendiskripsikan model pembelajaran menggunakan alat peraga kulit kerang pada

materi penjumlahan bilangan.

Page 11: contoh penelitian tindakan kelas

BAB II

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Dewantara yang terletak

diKeude Krueng Geukueh kecamatan Dewantara selama 3 bulan dari bulan

September 2011 sampai dengan November 2011. Yang menjadi subjek penelitian

ini adalah seluruh siswa kelas I SD Negeri 1 Dewantara yang berjumlah 32 siswa

yang mana terdiri dari 16 laki-laki dan 16 perempuan. Untuk memperoleh

sejumlah data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik, penelitian

mengadakan pengamatan langsung terhadap penggunaan alat peraga dalam

pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Documenter merupakan

data tentang hasil prestasi belajar siswa yang diambil dari leger nilai siswa kelas 1

SD Negeri 1 Dewantara.

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi tes tertulis terdiri dari

10 butir soal yang berbentuk essay dan non tes meliputi lembar observasi analsis

data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah teknis analisis

deskriptif yaitu membandingkan hasil belajar siswa pada siklus I dengan hasil

belajar siklus II, yang masing-masing siklus mempunyai 4 tahapan yaitu:

perencaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Page 12: contoh penelitian tindakan kelas

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Pembelajaran awal sebelum pelaksaan tindakan kelas , guru melaksanakan

proses pembelajaran dengan paradigma lama (konvensional). Guru selalu cendrung

menstransfer ilmu pada siswa melalui metode ceramah dan alat peraga seadanya

saja. Siswa nampak pasif, kurang kreatif, tidak ada upaya yang dilakukan guru untuk

mengali pengetahuan siswa, dan bosan dalam proses pembelajaran.

Suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan dan tidak inovatif

berdampak pada nilai yang diperoleh siswa. Aktivitas siswa mempunyai peranan

penting dalam proses pembelajaran, tanpa adanya aktivitas siswa proses pembelajaran

tidak akan berjalan dengan baik akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah.

Hal ini seperti yang terlihat dari hasil belajar siswa kelas I SD Negeri 1 Dewantara

tahun pelajaran 2011/2012. Banyak siswa belum mencapai ketuntasan belajar

minimal. Hal ini dapat terlihat dari capaian nilai hasil belajar masih di bawah

kriteria minimal ( KKM ) sebesar 65.

Dari hasil tes siklus I, menunjukkan yang memperoleh nilai 100 sebanyak 1

siswa tuntas, kemudian yang memperoleh nilai 95 sebanyak 3 siswa tuntas,

kemudian yang memperoleh nilai 90 sebanyak 4 siswa tuntas, kemudian yang

memperoleh nilai 85 sebanyak 6 siswa tutas, kemudian yang memperoleh nilai 80

sebanyak 7 siswa tuntas, dan yang memperoleh nilai 75 sebanyak 1 siswa tuntas,

Page 13: contoh penelitian tindakan kelas

kemudian yang memperoleh nilai 75 sebanyak 7 siswa tuntas, kemudian yang

memperoleh nilai 70 sebanyak 1 siswa tidak tuntas, selanjutnya yang memperoleh

nilai 65 sebanyak 1 siswa tidak tuntas, dan yang memperoleh nilai 60 sebanyak 1

tidak tuntas, dan yang memperoleh nilai 55 sebanyak 1 siswa tidak tuntas. Dapat

disimpulkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai ≥ 74 sebanyak 28 orang dan siswa

yang mendapatkan nilai < 74 sebanyak 4 orang jadi siswa yang tuntas pada siklus I

sebanyak 28 siswa.

Tes hasil belajar siklus I diperoleh data bahwa siswa yang medapatkan nilai ≥

74 sebanyak 28 orang dan siswa yang mendapatkan nilai < 74 sebanyak 4 orang.

Setelah dihitung persentase siswa yang mendapatkan nilai ≥ 74 sebanyak 28 orang,

maka keberhasilan tes akhir siklus I mencapai 87,5% dan siswa yang mendapat nilai

< 65 sebanyak 4 orang dengan persentase 12,5%. Dengan demikian siswa sudah

mengalami ketuntasan dalam belajar sebanyak 87,5% sedangkan 12,5% masih belum

tuntas dan perlu diberikan remedial. Berdasarkan kriteria keberhasilan hasil tes jika ≥

85% siswa mendapat skor ≥ 74, maka pembelajaran pada siklus I telah tuntas dengan

persentase 87,5%.

Berdasarkan data observasi yang dilakukan pengamat I tehadap aktivitas guru,

jumlah skor diperoleh 49. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah

( NR )= jumlahskorskor maksimal

(NR )=4960

x100 %=81,66 % Observasi yang dilakukan

pengamat II, diperoleh jumlah skor 47. Dengan demikian persentase nilai rata-rata

Page 14: contoh penelitian tindakan kelas

adalah jumlah skor

skor maksimalx100 %= (NR )=47

60x 100 %=78,33 % dengan nilai rata-rata

79,99%. Berarti taraf keberhasilan guru berdasarkan observasi kedua pengamat

termasuk kedalam katagori baik.

Berdasarkan data observasi yang dilakukan pengamat I terhadap aktivitas

siswa, diperoleh skor 47. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah NR =

jumlah skorskor maksimal x 100% =

4760 x 100% = 78,33 %. Obsevasi yang dilakukan oleh

mengamat II. Diperoleh skor yang sama yaitu 47. Dengan demikian persentase nilai

rata-rata adalah NR =jumlah skor

skor maksimal x 100% = 4760 x 100% = 78,33 %. Nilai rata-rata

aktivitas siswa siklus I yaitu 78,33%. Berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa

berdasarkan kedua pengamat termasuk kedalam katagori baik.

Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus II siswa masih belajar secara

kelompok, namun dalam kegiatan pembelajaran siswa juga diberikan tugas secara

individu. Tugas individu diberikan agar siswa lebih bertanggungjawab dan aktif

dalam proses pembelajaran.

Dari hasil tes siklus II, menunjukkan bahwa yang memperoleh nilai 100

sebanyak 3 siswa tuntas, kemudian yang memperoleh nilai 95 sebanyak 5 siswa

tuntas, kemudian yang memperoleh nilai 90 sebanyak 6 siswa tuntas, kemudian yang

memperoleh nilai 85 sebanyak tidak ada. kemudian yang memperoleh nilai 80

sebanyak 7 siswa tuntas, kemudian yang memperoleh nilai 75 sebanyak 9 siswa

Page 15: contoh penelitian tindakan kelas

tuntas, kemudian yang memperoleh nilai 70 sebanyak 2 siswa tidak tuntas,

selanjutnya yang memperoleh nilai 65 sebanyak tidak ada, dan yang memperoleh

nilai 60 sebanyak tidak ada, dan yang memperoleh nilai 55 sebanyak tidak ada. Dapat

disimpulkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai ≥ 74 sebanyak 30 orang dan siswa

yang mendapatkan nilai < 74 sebanyak 2 orang jadi siswa yang tuntas pada siklus I

sebanyak 30 siswa.

Tes hasil belajar siklus II diperoleh data bahwa siswa yang mendapatkan nilai

≥ 74 sebanyak 30 orang dan siswa yang mendapatkan nilai < 74 sebanyak 2 orang.

Setelah dihitung persentase siswa yang mendapatkan nilai ≥ 74 sebanyak 30 orang,

maka keberhasilan tes akhir siklus II mencapai 93,75% dan siswa yang mendapat

nilai < 74 sebanyak 2 orang dengan persentase 6,25%. Dengan demikian siswa sudah

mengalami ketuntasan dalam belajar sebanyak 93,75% sedangkan 6,25% masih

belum tuntas dan perlu diberikan remedial. Berdasarkan kriteria keberhasilan hasil tes

jika ≥ 85% siswa mendapat skor ≥ 74, maka pembelajaran pada siklus kedua telah

tuntas dengan persentase 93,75%.

Berdasarkan data observasi yang dilakukan pengamat I tehadap aktivitas guru,

jumlah skor diperoleh 51. Dengan demkian persentase nilai rata-rata adalah

( NR )= jumlahskorskor maksimal

x 100 %=( NR )=5160

x100 %=85 %. Observasi yang dilakukan

pengamat II, diperoleh jumlah skor yaitu49. Dengan demikian persentase nilai rata-

rata adalah jumlah skor

skor maksimal100 %=( NR )=49

60x100 %=81,66 %. Nilai rata-rata kedua

Page 16: contoh penelitian tindakan kelas

pengamat adalah 83,33 Berarti taraf keberhasilan guru berdasarkan observasi kedua

pengamat termasuk kedalam katagori baik.

Berdasarkan data observasi yang dilkukan pengamat I terhadap aktivitas siswa,

diperoleh skor 55. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah

NR= jumlahskorskor maksimal

x 100 %=5560

x100 %=91,66 %. Observasi yang dilakukan oleh

pengamat II juga diperoleh skor yang sama yaitu 55. Dengan demikian persentase

nilai rata-rata adalah NR= jumlah skorskor maksimal

x 100 %=5560

x100 %=91,66 % jadi nilai

rata-rata aktivitas siswa adalah 91,66%. Berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa

berdasarkan kedua pengamat termasuk kedalam katagori sangat baik.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan alat peraga dari kulit kerang dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa serta dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Hal ini dapat

dianalisis dan dibahas sebagai berikut :

Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I dengan persentase ketuntasan

87,5% dan tidak tuntas sebesar 12,5%. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus II

dengan persentase ketuntasan sebesar 93,75% dan persentase tidak tuntas sebesar

Page 17: contoh penelitian tindakan kelas

6,25%. Hal ini terbukti bahwa pembelajaran dengan menggunakn alat peraga dari

kulit kerang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Nilai siswa pada siklus I dan siklus II, bahwa siklus I jumlah siswa yang

mendapatkan nilai ≥ 74 tuntas sebanyak 28 orang dan jumlah siswa yang

mendapatkan nilai < 74 tidak tuntas sebanyak 4 siswa. Sedangkan siklus II jumlah

siswa yang mendapatkan nilai ≥ 74 tuntas sebanyak 30 orang dan yang mendapatkan

nilai < 74 tidak tuntas sebanyak 2orang. Dapat disimpulkan hasil belajar siswa sudah

mencapai nilai ketuntasan minimal yang ditetapkan.

3.2.2 Aktivitas Guru dan Siswa

Menurut hasil pengamatan oleh dua orang guru pengamat saat proses

pembelajaran berlangsung, aktivitas guru dan aktivitas siswa sudah terlihat sangat

baik.

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian siklus I dan siklus II yang berupa

hasil tes belajar siswa, hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa, menunjukkan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kulit kerang di kelas I SD

Negeri 1 Dewantara pada materi penjumlahan dua bilangan dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian siklus I dan siklus II menunjukkan

bahwa dengan menggunakan alat peraga dapat memotivasi siswa untuk belajar karena

pada kegiatan mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan, siswa langsung

Page 18: contoh penelitian tindakan kelas

menirukan apa yang dilakukan oleh guru dan pada kegiatan pelatihan menggunakan

alat/bahan yang mudah didapat dan berhubungan dengan lingkungan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga kulit

kerang pada materi penjumlahan dua bilangan dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa kelas I SD Negeri 1 Dewantara. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan

penelitian di kelas I SD Negeri 1 Dewantara sudah berhasil dengan penggunaan alat

peraga dari kulit kerang pada materi penjumlahan dua bilangan.

Page 19: contoh penelitian tindakan kelas

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti kemukakan

pada bab-bab sebelumnya, maka ada beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan alat peraga kulit

kerang pada materi penjumlahan bilangan bulat di kelas I SD Negeri 1 Dewantara

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar

pada siklus I yaitu 85,71% tuntas dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu

91,43% tuntas, dan tergolong dalam katagori sangat baik.

2. Aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat

peraga kulit kerang mengalami peningkatan. Aktivitas guru pada siklus I dengan

pengamat I memperoleh persentase 80,00%, pengamat II 78,33% dengan jumlah

rata-rata 79,99% dan mengalami peningkatan pada siklus II pengamat I 85%, dan

pengamat II 81,66% dengan persentase rata-rata 83,33%. Sedangkan aktivitas

siswa pada siklus I dengan persentase 78,33% dan mengalami peningkatan pada

siklus II menjadi 91,66%. Aktivitas guru dan siswa tergolong dalam kategori

sangat baik.

Page 20: contoh penelitian tindakan kelas

4.2 Saran

Ada beberapa saran yang ingin peneliti kemukakan berkaitan dengan

penelitian ini. Adapun saran-saran tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kulit kerang pada materi

penjumlahan bilangan bulat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Maka

disarankan agar menggunakan alat peraga kulit kerang pada materi yang berbeda.

2. Kegiatan pembelajaran dengan alat peraga kulit kerang membutuhkan waktu

yang relatif lama, oleh karena itu guru yang menggunakan alat peraga kulit

kerang ini dapat memanfaatkan waktu yang seefisien mungkin.