Upload
egagradini
View
260
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menyiapkan diri dalam
perananya dimasa akan datang. Pendidikan dilakukan tanpa ada batasan usia, ruang
dan waktu yang tidak dimulai atau diakhiri di sekolah, tetapi diawali dalam keluarga
dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat,
yang hasilnya digunakan untuk membangun kehidupan pribadi agama, masyarakat,
keluarga dan negara. Merupakan suatu kenyataan bahwa pemerintah dalam hal ini
diwakili lembaga yang bertanggung jawab didalam pelaksanaan pendidikan di
Indonesia, akan tetapi pendidikan menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah dan
masyarakat yang sering disebut dengan Tri Pusat Pendidikan.
Salah satu keprihatinan yang dilontarkan banyak kalangan adalah mengenai
rendahnya mutu pendidikan atau Out Put yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga
pendidikan formal. Dalam hal ini yang menjadi kambing hitam adalah guru dan
lembaga pendidikan tersebut, orang tua tidak memandang aspek keluarga dan kondisi
lingkungannya. Padahal lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar sangat
menentukan terhadap keberhasilan pendidikan. Salah satu bidang pengajaran yang
dilaksanakan disekolah adalah pengajaran matematika.
Matematika sebagai salah satu pengetauhan dasar dewasa ini telah
berkembang amat pesat, baik materi maupun kegunaannya. Matematika yang
diajarkan di sekolah terdiri atas bagian –bagian matematika yang dipilih guna
menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa
secara terpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi(IPTEK). Ini
berarti bahwa matematika di sekolah selain memiliki objek abstrak, memiliki pola
pikir yang deduktif dan konsisten, juga tidak bisa dipisahkan dari perkembangan
IPTEK.
Dalam kegiatan belajar mengajar, seringkali seorang siswa tidak dapat
menyelesaikan masalah (soal) dengan tuntas, karena ketidak mampuan mereka
memahami (mengingat) konsep-konsep dasar matematika yang pernah mereka
terima, maka tugas para guru untuk menanam keyakinan pada diri siswa bahwa
matematika sesuatu yang menyenangkan dan menarik untuk dipelajari dan harus
ditanam sejak dini, seperti diungkapkan oleh Simajuntak (1993:60): “ Hendaklah
sejak dini konsep-konsep matematika ini dapat diajarkan oleh guru dengan metode
penyampaian yang tepat sehingga siswa diharapkan dapat menguasai dengan baik
meteri matematika yang selanjutnya dapat menjadi dasar untuk materi selanjutnya
yang lebih sukar”.
Peranan guru sangat diperlukan dalam memilih metode yang tepat dalam
mengajarkan suatu pokok bahasan agar siswa lebih termotivasi dan dapat
mengaktifkan siswa dalam belajar matematika. Dengan demikian siswa akan
memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan yaitu 85% siswa dapat tuntas dalam
belajar. Sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa disekolah tersebut.
Pengajaran matematika di Sekolah Dasar dimulai dengan memperkenalkan
kepada murid tentang dasar operasi hitung terhadap bilangan seperti penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian yang semuanya itu merupakan kemampuan
dasar dalam mempelajari matematika. Materi ini harus dikuasai oleh murid agar
untuk mempelajari materi selanjutnya yang lebih sukar tidak mengalami kendala.
Mengenai penguasaan belajar ini, Nasution (dalam Witriah, 2002:2) menyatakan
bahwa:
Jika banyak kekurangan terdapat dalam penguasaan anak tentang bahan
sebelumnya maka sukar sekali mengajar anak itu sampai tingkat penguasaan
penuh, lebih-lebih pada tingkat yang lebih tinggi. Misalnya murid yang tidak
menguasai dasar-dasar matematika SD dan SMP akan payah sekali dibawa
sampai penguasaan penuh pada tingkat SMA.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa untuk menguasai
operasi hitung terhadap bilngan yang terdapat dijenjang yang lebih lanjut, siswa
terlebih dahulu harus menguasai operasi hitung yang terdapat di Sekolah Dasar (SD).
Selain menguasai operasi hitung siswa juga diharapkan terampil menggunakan
operasi hitung dalam menyelesaikan masalah dalam matematika dan masalah-
masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan kenyataan yang terjadi di SD Negeri 1 Dewantara, pada proses
belajar mengajar masih banyak terlihat siswa yang main-main di kelas dan kurang
menyenangi pelajaran matematika. Sehingga prestasi belajar matematika siswa bayak
yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Bedasarkan pengamatan
hal ini terjadi karena siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang masih
berlangsung satu arah dan berpusat pada guru. Siswa hanya dituntut untuk mendengar
dan menyelesaikan sejumah soal yang ada dalam buku paket.
Salah satu alternatif agar pembelajaran matematika dapat berjalan efektif dan
dapat meningkatkan prestasi adalah melalui penggunaan alat peraga. Alat peraga
sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian
dengan judul “Melalui penggunaan alat peraga dari kulit kerang dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas awal materi penjumlahan dua
bilangan pelajaran Matematika pada SD Negeri 1 Dewantara”
1.2 Kajian Pustaka
1.2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan perubahan atau interaksi terhadap
lingkungan. Kegiatan belajar dapat dilaksanakan di sekolah dan di luar sekolah.
Disekolah kegiatan belajar dapat dilaksanakan dengan teratur dan berbeda dengan
proses belajar yang berlangsung di luar sekolah. Pada hakikatnya belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pelatihan dan pengalaman.
Kegiatan belajar dapat dibina oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan dan
ketrampilan. Pembina kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru lebih sempurna
dibandingkan dengan dilakukan diluar sekolah. Kesempurnaan tersebut dapat dilihat
antara lain dari segi guru menyajikan ilmu pengetahuan kepada anak didik dengan
menggunakan pendekatan yang tepat, kemudian guru mengadakan penilaian terhadap
pengetahuan yang telah diberikan.
Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai dari hasil pengembangan mata
pelajaran yang biasanya ditandai dengan perolehan nilai yang baik dan memuaskan.
Istilah prestasi belajar sering juga disebut indeks prestasi. Hal ini sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Slameto (2003:199) : “indeks prestasi adalah nilai
kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai-nilai akhir yang menggambarkan mutu
penyelesaian suatu program belajar”. Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa antara lain faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern) yaitu
kecerdasan, bakat, minat dan motivasi. Kemudian faktor yang terdiri dari luar diri
siswa (faktor ekstern) yaitu keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1.2.2 Alat Peraga
Dalam proses belajar mengajar alat peraga memegang peranan penting
sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses
belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan,
metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak
bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk
mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Dalam pencapain tersebut,
peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan
adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Menurut
Sudjana 2009, Alat Peraga Pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh
mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa
lebih efektif dan efisien.
Alat peraga sering mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan
membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Faizal, 2010,
mendefinisikan Alat Peraga Pendidikan sebagai instrument audio maupun visual yang
digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan
membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi.
1.2.3 Macam-macam Alat Peraga
Beberapa contoh alat peraga yang dapat digunakan dalam prose belajar
mengajar antara lain:
a. Gambar
Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya saling dikenal dan
saling dipakai, karena gambar disenangi oleh anak berbagai umur, diperoleh dalam
keadaan siap pakai, dan tidak menyita waktu persiapan.
b. Peta
Peta bisa menolong mereka mempelajari bentuk dan letak negara-negara serta
kota-kota yang disebut Al-kitab. Salah satu yang harus diperhatikan, penggunaan peta
sebagai alat peraga hanya cocok bagi anak besar kelas tinggi.
c. Papan tulis.
Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana mengajar. Papan
tulis dapat diterima dimana-mana sebagai alat peraga yang efektif. Tidak perlu
menjadi seorang seniman untuk memakai papan tulis. Kalimat yang pendek, beberapa
gambaran orang yang sederhana sekali, sebuah diagram, atau persegi panjang, dapat
menggambarkan orang, kota, atau kejadian.
d. Boks pasir
Anak kelas kecil dan kelas tengah sangat menggemari peragaan yang
menggunakan boks pasir. Boks pasir dapat diciptakan "pett' bagi mereka khususnya
bagi kelas tengah karena pada umur tersebut mereka sudah mengetahui jarak dari
desa ke desa. (Pepak.sabda.org.andomtions.blogspot. com).
e. Kulit kerang
Peranan kulit kerang ini sangat tidak kalah pentingnya dengan alat peraga
yang lain, kulit kerang bisa dijadikan alat peraga dalam pelajaran matematika pada
materi penjumlahan.
Selain alat peraga yang disebutkan di atas, media mengajar yang paling
dikenal di dalam pelayanan anak sering disebut dengan istilah singkat, alat peraga
berbentuk fleschard, wayang, boneka jari, rumah palestina dan sebagainya.
Adapun alat peraga yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan alat peraga kulit kerang karena disenangi anak berbagai umur,
diperoleh dalam keadaan siap pakai dan tidak menyita waktu persiapan selain itu
untuk menarik perhatian siswa dalam melakukanya yang akan diujikan pada siswa
kelas I SD Negeri I Dewantara.
1.2.4 Penjumlahan Dua Bilangan
1. Penjumlahan cara mendatar
Ari membeli 20 kelereng
Diberi Bibi 10 kelereng
Maka kelereng Ari adalah
Penyelesaian
20 + 10 = 30
Jadi kelereng Ari ada 30 butir 20 + 10 = 30
Satuan tambahkan satuan puluhan tambahkan puluhan
2. Penjumlahan dengan cara bersusun panjang
Amatilah gambar berikut ini
28 = 20 + 8
10 = 10 + 0
= 30 + 8
= 38
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pembelajaran penggunaan alat peraga kulit
kerang yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas awal pada materi
penjumlahan pelajaran matematika SD Negeri 1 Dewantara?
1.4 Tujuan Peneliti
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah, untuk
mendiskripsikan model pembelajaran menggunakan alat peraga kulit kerang pada
materi penjumlahan bilangan.
BAB II
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Dewantara yang terletak
diKeude Krueng Geukueh kecamatan Dewantara selama 3 bulan dari bulan
September 2011 sampai dengan November 2011. Yang menjadi subjek penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas I SD Negeri 1 Dewantara yang berjumlah 32 siswa
yang mana terdiri dari 16 laki-laki dan 16 perempuan. Untuk memperoleh
sejumlah data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik, penelitian
mengadakan pengamatan langsung terhadap penggunaan alat peraga dalam
pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Documenter merupakan
data tentang hasil prestasi belajar siswa yang diambil dari leger nilai siswa kelas 1
SD Negeri 1 Dewantara.
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi tes tertulis terdiri dari
10 butir soal yang berbentuk essay dan non tes meliputi lembar observasi analsis
data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah teknis analisis
deskriptif yaitu membandingkan hasil belajar siswa pada siklus I dengan hasil
belajar siklus II, yang masing-masing siklus mempunyai 4 tahapan yaitu:
perencaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Pembelajaran awal sebelum pelaksaan tindakan kelas , guru melaksanakan
proses pembelajaran dengan paradigma lama (konvensional). Guru selalu cendrung
menstransfer ilmu pada siswa melalui metode ceramah dan alat peraga seadanya
saja. Siswa nampak pasif, kurang kreatif, tidak ada upaya yang dilakukan guru untuk
mengali pengetahuan siswa, dan bosan dalam proses pembelajaran.
Suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan dan tidak inovatif
berdampak pada nilai yang diperoleh siswa. Aktivitas siswa mempunyai peranan
penting dalam proses pembelajaran, tanpa adanya aktivitas siswa proses pembelajaran
tidak akan berjalan dengan baik akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah.
Hal ini seperti yang terlihat dari hasil belajar siswa kelas I SD Negeri 1 Dewantara
tahun pelajaran 2011/2012. Banyak siswa belum mencapai ketuntasan belajar
minimal. Hal ini dapat terlihat dari capaian nilai hasil belajar masih di bawah
kriteria minimal ( KKM ) sebesar 65.
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan yang memperoleh nilai 100 sebanyak 1
siswa tuntas, kemudian yang memperoleh nilai 95 sebanyak 3 siswa tuntas,
kemudian yang memperoleh nilai 90 sebanyak 4 siswa tuntas, kemudian yang
memperoleh nilai 85 sebanyak 6 siswa tutas, kemudian yang memperoleh nilai 80
sebanyak 7 siswa tuntas, dan yang memperoleh nilai 75 sebanyak 1 siswa tuntas,
kemudian yang memperoleh nilai 75 sebanyak 7 siswa tuntas, kemudian yang
memperoleh nilai 70 sebanyak 1 siswa tidak tuntas, selanjutnya yang memperoleh
nilai 65 sebanyak 1 siswa tidak tuntas, dan yang memperoleh nilai 60 sebanyak 1
tidak tuntas, dan yang memperoleh nilai 55 sebanyak 1 siswa tidak tuntas. Dapat
disimpulkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai ≥ 74 sebanyak 28 orang dan siswa
yang mendapatkan nilai < 74 sebanyak 4 orang jadi siswa yang tuntas pada siklus I
sebanyak 28 siswa.
Tes hasil belajar siklus I diperoleh data bahwa siswa yang medapatkan nilai ≥
74 sebanyak 28 orang dan siswa yang mendapatkan nilai < 74 sebanyak 4 orang.
Setelah dihitung persentase siswa yang mendapatkan nilai ≥ 74 sebanyak 28 orang,
maka keberhasilan tes akhir siklus I mencapai 87,5% dan siswa yang mendapat nilai
< 65 sebanyak 4 orang dengan persentase 12,5%. Dengan demikian siswa sudah
mengalami ketuntasan dalam belajar sebanyak 87,5% sedangkan 12,5% masih belum
tuntas dan perlu diberikan remedial. Berdasarkan kriteria keberhasilan hasil tes jika ≥
85% siswa mendapat skor ≥ 74, maka pembelajaran pada siklus I telah tuntas dengan
persentase 87,5%.
Berdasarkan data observasi yang dilakukan pengamat I tehadap aktivitas guru,
jumlah skor diperoleh 49. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah
( NR )= jumlahskorskor maksimal
(NR )=4960
x100 %=81,66 % Observasi yang dilakukan
pengamat II, diperoleh jumlah skor 47. Dengan demikian persentase nilai rata-rata
adalah jumlah skor
skor maksimalx100 %= (NR )=47
60x 100 %=78,33 % dengan nilai rata-rata
79,99%. Berarti taraf keberhasilan guru berdasarkan observasi kedua pengamat
termasuk kedalam katagori baik.
Berdasarkan data observasi yang dilakukan pengamat I terhadap aktivitas
siswa, diperoleh skor 47. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah NR =
jumlah skorskor maksimal x 100% =
4760 x 100% = 78,33 %. Obsevasi yang dilakukan oleh
mengamat II. Diperoleh skor yang sama yaitu 47. Dengan demikian persentase nilai
rata-rata adalah NR =jumlah skor
skor maksimal x 100% = 4760 x 100% = 78,33 %. Nilai rata-rata
aktivitas siswa siklus I yaitu 78,33%. Berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa
berdasarkan kedua pengamat termasuk kedalam katagori baik.
Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus II siswa masih belajar secara
kelompok, namun dalam kegiatan pembelajaran siswa juga diberikan tugas secara
individu. Tugas individu diberikan agar siswa lebih bertanggungjawab dan aktif
dalam proses pembelajaran.
Dari hasil tes siklus II, menunjukkan bahwa yang memperoleh nilai 100
sebanyak 3 siswa tuntas, kemudian yang memperoleh nilai 95 sebanyak 5 siswa
tuntas, kemudian yang memperoleh nilai 90 sebanyak 6 siswa tuntas, kemudian yang
memperoleh nilai 85 sebanyak tidak ada. kemudian yang memperoleh nilai 80
sebanyak 7 siswa tuntas, kemudian yang memperoleh nilai 75 sebanyak 9 siswa
tuntas, kemudian yang memperoleh nilai 70 sebanyak 2 siswa tidak tuntas,
selanjutnya yang memperoleh nilai 65 sebanyak tidak ada, dan yang memperoleh
nilai 60 sebanyak tidak ada, dan yang memperoleh nilai 55 sebanyak tidak ada. Dapat
disimpulkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai ≥ 74 sebanyak 30 orang dan siswa
yang mendapatkan nilai < 74 sebanyak 2 orang jadi siswa yang tuntas pada siklus I
sebanyak 30 siswa.
Tes hasil belajar siklus II diperoleh data bahwa siswa yang mendapatkan nilai
≥ 74 sebanyak 30 orang dan siswa yang mendapatkan nilai < 74 sebanyak 2 orang.
Setelah dihitung persentase siswa yang mendapatkan nilai ≥ 74 sebanyak 30 orang,
maka keberhasilan tes akhir siklus II mencapai 93,75% dan siswa yang mendapat
nilai < 74 sebanyak 2 orang dengan persentase 6,25%. Dengan demikian siswa sudah
mengalami ketuntasan dalam belajar sebanyak 93,75% sedangkan 6,25% masih
belum tuntas dan perlu diberikan remedial. Berdasarkan kriteria keberhasilan hasil tes
jika ≥ 85% siswa mendapat skor ≥ 74, maka pembelajaran pada siklus kedua telah
tuntas dengan persentase 93,75%.
Berdasarkan data observasi yang dilakukan pengamat I tehadap aktivitas guru,
jumlah skor diperoleh 51. Dengan demkian persentase nilai rata-rata adalah
( NR )= jumlahskorskor maksimal
x 100 %=( NR )=5160
x100 %=85 %. Observasi yang dilakukan
pengamat II, diperoleh jumlah skor yaitu49. Dengan demikian persentase nilai rata-
rata adalah jumlah skor
skor maksimal100 %=( NR )=49
60x100 %=81,66 %. Nilai rata-rata kedua
pengamat adalah 83,33 Berarti taraf keberhasilan guru berdasarkan observasi kedua
pengamat termasuk kedalam katagori baik.
Berdasarkan data observasi yang dilkukan pengamat I terhadap aktivitas siswa,
diperoleh skor 55. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah
NR= jumlahskorskor maksimal
x 100 %=5560
x100 %=91,66 %. Observasi yang dilakukan oleh
pengamat II juga diperoleh skor yang sama yaitu 55. Dengan demikian persentase
nilai rata-rata adalah NR= jumlah skorskor maksimal
x 100 %=5560
x100 %=91,66 % jadi nilai
rata-rata aktivitas siswa adalah 91,66%. Berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa
berdasarkan kedua pengamat termasuk kedalam katagori sangat baik.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan alat peraga dari kulit kerang dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa serta dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Hal ini dapat
dianalisis dan dibahas sebagai berikut :
Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I dengan persentase ketuntasan
87,5% dan tidak tuntas sebesar 12,5%. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus II
dengan persentase ketuntasan sebesar 93,75% dan persentase tidak tuntas sebesar
6,25%. Hal ini terbukti bahwa pembelajaran dengan menggunakn alat peraga dari
kulit kerang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Nilai siswa pada siklus I dan siklus II, bahwa siklus I jumlah siswa yang
mendapatkan nilai ≥ 74 tuntas sebanyak 28 orang dan jumlah siswa yang
mendapatkan nilai < 74 tidak tuntas sebanyak 4 siswa. Sedangkan siklus II jumlah
siswa yang mendapatkan nilai ≥ 74 tuntas sebanyak 30 orang dan yang mendapatkan
nilai < 74 tidak tuntas sebanyak 2orang. Dapat disimpulkan hasil belajar siswa sudah
mencapai nilai ketuntasan minimal yang ditetapkan.
3.2.2 Aktivitas Guru dan Siswa
Menurut hasil pengamatan oleh dua orang guru pengamat saat proses
pembelajaran berlangsung, aktivitas guru dan aktivitas siswa sudah terlihat sangat
baik.
Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian siklus I dan siklus II yang berupa
hasil tes belajar siswa, hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa, menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kulit kerang di kelas I SD
Negeri 1 Dewantara pada materi penjumlahan dua bilangan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian siklus I dan siklus II menunjukkan
bahwa dengan menggunakan alat peraga dapat memotivasi siswa untuk belajar karena
pada kegiatan mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan, siswa langsung
menirukan apa yang dilakukan oleh guru dan pada kegiatan pelatihan menggunakan
alat/bahan yang mudah didapat dan berhubungan dengan lingkungan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga kulit
kerang pada materi penjumlahan dua bilangan dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas I SD Negeri 1 Dewantara. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
penelitian di kelas I SD Negeri 1 Dewantara sudah berhasil dengan penggunaan alat
peraga dari kulit kerang pada materi penjumlahan dua bilangan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti kemukakan
pada bab-bab sebelumnya, maka ada beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan alat peraga kulit
kerang pada materi penjumlahan bilangan bulat di kelas I SD Negeri 1 Dewantara
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar
pada siklus I yaitu 85,71% tuntas dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu
91,43% tuntas, dan tergolong dalam katagori sangat baik.
2. Aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga kulit kerang mengalami peningkatan. Aktivitas guru pada siklus I dengan
pengamat I memperoleh persentase 80,00%, pengamat II 78,33% dengan jumlah
rata-rata 79,99% dan mengalami peningkatan pada siklus II pengamat I 85%, dan
pengamat II 81,66% dengan persentase rata-rata 83,33%. Sedangkan aktivitas
siswa pada siklus I dengan persentase 78,33% dan mengalami peningkatan pada
siklus II menjadi 91,66%. Aktivitas guru dan siswa tergolong dalam kategori
sangat baik.
4.2 Saran
Ada beberapa saran yang ingin peneliti kemukakan berkaitan dengan
penelitian ini. Adapun saran-saran tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kulit kerang pada materi
penjumlahan bilangan bulat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Maka
disarankan agar menggunakan alat peraga kulit kerang pada materi yang berbeda.
2. Kegiatan pembelajaran dengan alat peraga kulit kerang membutuhkan waktu
yang relatif lama, oleh karena itu guru yang menggunakan alat peraga kulit
kerang ini dapat memanfaatkan waktu yang seefisien mungkin.