24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konservasi dan Preservasi Perpustakaan yang merupakan sumber informasi, bertugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan pustaka untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna secara efektif dan efesien. Agar bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, perlu suatu penanganan agar bahan pustaka terhindar dari kerusakan, atau setidaknya diperlambat proses kerusakannya dan memepertahankan kandungan informasi yang sering kita sebut sebagai preservasi bahan pustaka. Konservasi secara umum diartikan dengan pelestarian, namun dalam khasanahnya sangat banyak pengertian yang ada dan berbeda pula implikasinya. Menurut Adishakti (2007) istilah ini biasanya digunakan para arsitek mengacu pada piagam dari International Council of Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981, Piagam ini lebih dikenal dengan Burra Charter. Dalam Burra Charter konsep Konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang dirumuskan pada Piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengolahan suatu tempat atau ruang ataupun obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik. Maka dalam lingkup perpustakaan dapat dikatakan bahwa konservasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu perpustakaan untuk melestarikan semua bahan koleksi yang ada agar tetap dalam keadaan yang baik, bisa digunakan serta dalam pelestariannya mengacu pada kebijakan perpustakaan tersebut. Preservasi adalah kegiatan yang terencana dan terkelola untuk memastikan agar koleksi perpustakaan dapat terus dipakai selama mungkin. Pada dasarnya Preservasi itu upaya untuk mematikan agar semuabahan koleksi cetak maupun non cetak pada suatu perpustakaan bisa tahan lama dan tidak cepat rusak. Dalam sepuluh tahun terakhir pada abad ke-20, Preservasi telah berkembang menjadi salah satu macam pekerjaan yang menarik perhatian dalam dunia perpustakaan. Oleh karena itu, akhir-akhir ini setiap perpustakaan selalu menerapkan kegiatan Preservasi ini. Dan kita mengaharapkan dengan semakin berlanjutnuya kegiatan seperti ini, maka akan terjaga pula semua koleksi Universitas Sumatera Utara

Chapter II Pelestarian

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konservasi dan Preservasi

    Perpustakaan yang merupakan sumber informasi, bertugas

    mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan pustaka untuk dapat

    dimanfaatkan oleh pengguna secara efektif dan efesien. Agar bahan pustaka yang

    dimiliki perpustakaan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, perlu

    suatu penanganan agar bahan pustaka terhindar dari kerusakan, atau setidaknya

    diperlambat proses kerusakannya dan memepertahankan kandungan informasi

    yang sering kita sebut sebagai preservasi bahan pustaka. Konservasi secara umum

    diartikan dengan pelestarian, namun dalam khasanahnya sangat banyak pengertian

    yang ada dan berbeda pula implikasinya. Menurut Adishakti (2007) istilah ini

    biasanya digunakan para arsitek mengacu pada piagam dari International Council

    of Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981, Piagam ini lebih dikenal dengan

    Burra Charter. Dalam Burra Charter konsep Konservasi adalah semua kegiatan

    pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang dirumuskan pada Piagam tersebut.

    Konservasi adalah konsep proses pengolahan suatu tempat atau ruang ataupun

    obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik.

    Maka dalam lingkup perpustakaan dapat dikatakan bahwa konservasi adalah suatu

    kegiatan yang dilakukan oleh suatu perpustakaan untuk melestarikan semua bahan

    koleksi yang ada agar tetap dalam keadaan yang baik, bisa digunakan serta dalam

    pelestariannya mengacu pada kebijakan perpustakaan tersebut.

    Preservasi adalah kegiatan yang terencana dan terkelola untuk memastikan

    agar koleksi perpustakaan dapat terus dipakai selama mungkin. Pada dasarnya

    Preservasi itu upaya untuk mematikan agar semuabahan koleksi cetak maupun

    non cetak pada suatu perpustakaan bisa tahan lama dan tidak cepat rusak.

    Dalam sepuluh tahun terakhir pada abad ke-20, Preservasi telah

    berkembang menjadi salah satu macam pekerjaan yang menarik perhatian dalam

    dunia perpustakaan. Oleh karena itu, akhir-akhir ini setiap perpustakaan selalu

    menerapkan kegiatan Preservasi ini. Dan kita mengaharapkan dengan semakin

    berlanjutnuya kegiatan seperti ini, maka akan terjaga pula semua koleksi

    Universitas Sumatera Utara

  • perpustakaan agar tidak cepat rusak maupun hilang. Menurut Internatoinal

    Federation of Library Assosiation (IFLA) member batasan sedalam

    mendefinisikan tentang pelestarian (Sudarsono, 2006: 314).

    Pelestarian (Preservation) mencakup semua aspek usaha melestarikan

    bahan pustaka dan arsip, termasuk didalamnya kebijakan pengolahan, metode dan

    tehnik, sumber daya manusia, dan penyimpanannya. Pengawetan (Conservation)

    membatasi kebijakan dan cara khusus dalam melindungi bahan pustaka dan arsip

    untuk kelestarian koleksi tersebut. Perbaikan (Restoration) menunjuk pada

    pertimbangan dan cara yang digunakan untuk memperbaiki bahan pustaka dan

    arsip yang rusak. Dari beberapa definisi istilah diatas dapat kita simpulkan bahwa,

    kegiatan Conservation dan Restoration adalah bagian dari kegiatan Konservasi.

    Sedangkan Preservation adalah kegiatan yang tidak bisa dimasukkan kedalam

    konservasi karena itu telah masuk pada Preservasi. Hal ini dipisahkan karena ada

    batasan-batasan dari masing-masing istilah tersebut.

    2.2 Maksud DanTujuan Tujuan utama program pelestarian bahan pustaka adalah mengusahakan

    agar koleksi bahan pustaka selalu sedia dan siap pakai. hal ini dapat dilakukan

    dengan melestarikanbentuk fisik bahan pustaka, melestarikan kandungan

    informasi ke dalam media lain (alihmedia) seperti mikrofilm, mikrofish, foto

    reproduksi dan fotokopy. atau melestarikan kedua-duanya, yaitu bentuk fisik dan

    kandungan informasi.

    Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai terkait dengan kegiatan

    pemeliharaan bahan pustaka di perpustakaan:

    1. Menyelamatkan nilai informasi yang terkandung dalam setiap bahan

    pustaka atau dokumen.

    2. Menyelamatkan bentuk fisik bahan pustaka atau dokumen.

    3. Mengatasi kendala kekurangan ruang (space).

    4. Mempercepat proses temu balik atau penelusuran dan perolehan

    informasi.

    5. Menjaga keindahan dan kerapian bahan pustaka.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3 Fungsi Pelestarian Bahan Pustaka

    Perpustakaan sebagai salah satu pusat informasi, bertugas mengumpulkan,

    mengolah dan menyajikan bahan pustaka untuk dapat dimanfaatkan oleh

    pemustaka secara efektif dan efisien. Agar bahan pustaka yang dimiliki

    perpustakaan dapat diinginkan dalam jangka waktu yang relativ lama, perlu suatu

    penanganan agar bahan pustaka terhindar dari kerusakan, atau setidaknya

    diperlambat proses kerusakannya, dan mempertahankan kandungan informasi itu

    yang sering kita sebut sebagai preservasi bahan pustaka.

    Tugas pemeliharaan, perawatan, dan pelestarian bahan pustaka bukanlah

    tugas yang mudah. Sejak zaman dahulu perpustakaan telah berusaha untuk

    mencegah dan mengatasi kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor

    alam, serangga, dan manusia.

    Pemustaka manusia sebagai pemustaka juga turut amdil sebagai faktor

    perusak bahan pustaka, maka perlu sebuah perhatian khusus bagi pengelola

    perpustakaan agar pemustaka tidak lagi menjadi perusak bahan pustaka dan harus

    diberdayakan sebagai pihak yang ikut serta dalam pemeliharaan bahan pustaka.

    Kegiatan Pemeliharaan bahan pustaka memiliki beberapa fungsi antara

    lain:

    1. Fungsi perlindungan

    Upaya melindungi bahan pustaka dari beberapa faktor yang

    mengakibatkan kerusakan.

    2. Fungsi pengawetan

    Upaya pengawetan terhadap bahan pustaka agar tidak cepat rusak dan

    dapat dimanfaatkan lebih lama lagi.

    3. Fungsi kesehatan

    Upaya menjaga bahan pustaka tetap dalam kondisi bersih sehingga tidak

    berbau pengap dan tidak mengganggu kesehatan pembaca maupun

    pustakawan.

    4. Fungsi pendidikan

    Upaya memberikan pendidikan kepada pembaca, bagaimana

    memanfaatkan bahan pustaka yang baik dan benar.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5. Fungsi kesabaran

    Upaya pemeliharaan bahan pustaka membutuhkan kesabaran dan

    ketelitian.

    6. Fungsi sosial

    Pemeliharaan bahan pustaka sangat membutuhkan keterlibatan dari orang

    lain.

    7. Fungsi ekonomi

    Pemeliharaan yang baik akan berdampak pada keawetan bahan pustaka,

    yang akhirnya dapat meminimalisasi biaya pengadaan bahan pustaka.

    8. Fungsi keindahan

    Dengan pemeliharaan yang baik, bahan pustaka di perpustakaan akan

    tersusun rapi, indah dan tidak berserakan, sehingga perpustakaan kelihatan

    indah dan nyaman.

    2.4 Unsur-unsur Dalam Pelestarian (Preservation) Pada Bahan Pustaka

    Dureau dan Clement, dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar

    Pelestarian Dan Pengawetan Bahan Pustaka, menyebutkan bahwa pelestarian

    (preservation) mencakup unsur-unsur pengelolaan dan keuangan, termasuk cara

    penyimpanan dan alat-alat bantunya, dan taraf tenaga kerja yang diperlukan,

    kebijaksanan, teknik dan metode yang diterapkan untuk melestarikan bahan-bahan

    pustaka serta informasi yang dikandungnya. Dengan demikian tujuan pelestarian

    pustaka adalah melestarikan informasi yang direkam dalam bentuk fisiknya, atau

    dialihkan pada media, agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan.

    Unsur-unsur dalam pelestarian bahan pustaka meliputi:

    1. Pengelolaan, meliputi kegiatan bagaimana mengelola bahan pustaka agar dapat

    dimanfaatkan oleh pengguna dengan baik tanpa mengabaikan kelestarian bahan

    pustaka tersebut.

    2. Keuangan, meliputi seberapa besar anggaran yang dibutuhkan untuk kegiatan

    pelestarian bahan pustaka, sehingga dengan jelas dalam mengalokasikan biaya

    untuk kegiatan tersebut. Kebutuhan untuk keperluan pelestarian harus

    Universitas Sumatera Utara

  • direncanakan dengan matang. Sehingga dana yang terserap dapat

    dipertanggungjawabkan.

    3. Cara penyimpanan, meliputi kegiatan bagaimana memperlakukan bahan-bahan

    pustaka dalam pengaturan di tempat penyimpanan. Dimana bahan pustaka

    harus disimpan dan dipertimbangkan, oleh siapa saja yang menyimpan alat-alat

    bantu apa yang diperluakn untuk penyimpanan dan kegiatan pelestarian pada

    umumnya. Alat-alat misalnya alat-alat untuk penjilidan, alat angkut berupa

    kereta dorong dan lain-lain.

    4. Taraf tenaga kerja, yang diperlukan dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka

    menyangkut kuantitas dan kulitas, maksudnya berapa banyak tenaga kerja yang

    dibutuhkan dan dengan kualifikasi bidang apa serta kemampuannya. Karena

    kegiatan bahan pustaka preservasi bahan pustaka ini bersifat preventif

    disamping juga kuratif, diperlukan kesadaran dan pemahaman dari berbagai

    pihak, baik dari pustakawan, tenaga administrasi, dan pengguna perpustakaan.

    5. Kebijaksanaan, akan berkaitan dengan perencanaan keuangan. Kebijaksanaan

    pada tahap awal dilakukan dalam seleksi bahan pustaka, yaitu memutuskan

    apakah akan menambahkan koleksi atau tidak.

    6. Teknik dan metode yang diterapkan dalam melestarikan bahan-bahan pustaka

    serta informasi yang dikandungnya, perpustakaan tidak harus selamanya

    melestarikan kandungan informasinya ke dalam bentuk fisik yang lain,

    misalnya dalam bentuk mikro (microfiche/microfilm) atau CD-ROM.

    2.5 Upaya Peningkatan Pemahaman Pemustaka dalam Pemeliharaan Bahan

    Pustaka.

    Penggunaan perpustakaan juga dapat didorong agar menjadi pemustaka

    yang baik dengan tidak merusak bahan pustaka. Ada beberapa cara yang

    penulisan kemukakan sebagai sebuah solusi, yaitu:

    1. Pendidikan pemustaka

    Lewat pendidikan pemustaka ini pustakawan dapat menyisispkan

    informasi tentang preservasi bahan pustaka. Dengan demikian

    Universitas Sumatera Utara

  • perpustakaan diharapkan mempu berfungsi dalm mendidik pemustaka

    menjadi pemustaka yang tertib dan bertanggung jawab.

    2. Talkshow dan seminar

    Lewat acara ini perpustakaan dapat memberikan pengetahuan

    kepada pemustaka tentang kegiatan preservasi di perpustakaan dan

    pentingnya melestarikan bahan pustaka agar informasi yang terkandung

    didalamnya dapat dimanfaatkan oleh pemustaka lain di generasi

    msekarang dan mendatang.

    3. Pemustakaan media

    Perpustakaan dapat memasang poster-poster yang berisi larangan

    melakukan tindakan penyalahgunaan bahan pustaka. Pemasangan denah

    dan petunjuk (rambu-rambu) perpustakaan yang memudahkan pemustaka

    dalam mencari informasi.

    4. Memberlakukan sanksi

    Bagi pelaku tindakan penyalahgunaan bahan pustaka dan meminta

    kepada pemustaka jika melihat seseorang melakukan tindakan

    penyalahgunaan bahan pustaka di perpustakaan untuk segera melaporkan

    hal itu kepada pustakawan yang terdekat.

    2.6 Jenis-Jenis Kerusakan Bahan Pustaka oleh Pemustaka

    Biasanya bahan pustaka perpustakaan dilayankan dengan sistem terbuka

    kepada pemustaka. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada

    pemustaka untuk memilih bahan pustaka yang diinginkan dan sangat bermanfaat

    untuk meningkatkan minat baca. Pemustaka pun akan memiliki alternatif lain

    seandainya bahan pustaka yang dikehendaki tidak ada, maka ia dapat memilih

    bahan pustaka yang lain yang sesuai. Namun hal yang sangat disayangkan dari

    dilaksanakannya sistem layanan terbuka ini adalah timbulnya tindakan

    penyalahgunaan bahan pustaka perpustakaan oleh pemustaka.

    Hal ini sesuai dengan pendapat Sulistyo-Basuki (1992: 41) yang menyatakan bahwa: Kerusakan fisik seperti dokumen kotor, goresan pada foto dan rekaman, halaman koyak, dan coretan pada dokumen sering terjadi bila unit informasi terbuka untuk umum.

    Universitas Sumatera Utara

  • Kerusakan fisik seperti itu adalah salah satu bentuk akibat dari tindakan

    penyalahgunaan bahan pustaka perpustakaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

    Soeatminah (1992: 37) yaitu: Manusia yang tidak bertanggungjawab merupakan

    perusak yang paling hebat, karena tidak hanya menyebabkan kerusakan tetapi juga

    hilangnya bahan pustaka.

    Pemustaka perpustakaan dapat bertindak sebagai lawan atau juga kawan

    dalam usaha pelestarian bahan pustaka. Menurut (Sulistyo-Basuki, 1991: 272)

    menegaskan bahwa:

    Manusia dalam hal ini pemakai perpustakaan dapat merupakan lawan atau juga kawan. Pemakai perpustakaan menjadi kawan bilamana dia membantu pengamanan buku dengan cara menggunakan bahan pustaka secara cermat dan hati-hati. Pengunjung akan menjadi musuh bilamana dia memperlakukan buku dengan kasar, sehingga sobek atau rusak.

    Pengertian tindakan penyalahgunaan bahan pustaka adalah bentuk

    tindakan perusakan dan pemanfaatan yang salah dari bahan pustaka perpustakaan.

    Obiagwu (1992) menggolongkan tindakan pengerusakan bahan pustaka menjadi

    empat macam yaitu:

    1. Theft (pencurian) adalah tindakan mengambil bahan pustaka tanpa melalui

    prosedur yang berlaku di perpustakaan dengan atau tanpa bantuan orang

    lain. Pencurian bermacam-macam jenisnya, dari pencurian kecil-kecilan

    sampai yang besar. Bentuk pencurian yang sering terjadi adalah

    menggunakan kartu perpustakaan curian.

    2. Mutilation (perobekan) adalah tindakan perobekan, pemotongan,

    penghilangan, dari artikel, ilustrasi dari jurnal, majalah, buku, ensiklopedia

    dan lain-lain tanpa atau dengan menggunakan alat.

    3. Unauthorized borrowing (peminjaman tidak sah) adalah kegiatan

    pemustaka yang melanggar ketentuan peminjaman. Tindakan ini meliputi

    pelanggaran batas waktu pinjam, pelanggaran jumlah bahan pustaka yang

    dipinjam, membawa pulang bahan pustaka dari perpustakaan tanpa

    melaporkannya ke petugas atau pustakawan, meskipun dengan maksud

    untuk mengembalikannya dan membawa pulang bahan-bahan yang belum

    diproses dari bagian pelayanan teknis. Bentuk lain dari peminjaman tidak

    Universitas Sumatera Utara

  • sah adalah peredaran buku yang tersembunyi di dalam perpustakaan untuk

    kepentingan tertentu atau pribadi.

    4. Vandalism (vandalisme) adalah tindakan perusakan bahan pustaka dengan

    menulisi, mencorat-coret, memberi tanda khusus, membasahi, membakar

    dan lain-lain Mengenalkan virus secara sengaja pada program komputer

    atau menekan disket database juga termasuk perbuatan vandalis.

    2.7 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka Setiap pustakawan harus dapat mencegah terjadinya kerusakan bahan

    pustaka. Kerusakan itu dapat dicegah jika kita mengetahui faktor-faktor yang

    menjadi penyebabnya. Menurut Razak (1996: 9), bahan pustaka mudah

    mengalami kerusakan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

    Sebagian besar bahan pustaka koleksi perpustakaan merupakan bahan tercetak

    yang umumnya terbuat dari kertas. Bahan dari kertas ini dapat mengalami

    kerusakan, baik karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal yang

    dapat merusak bahan pustaka antara lain jamur, serangga, binatang pengerat, zat

    kimia bahkan manusia dan lain-lain. Sedangkan faktor internal yang marusak

    bahan pustaka adalah zat asam yang terkandung dalam kertas, dengan adanya zat

    asam ini kertas dapat rusak dari dalam, yaitu akibat sisa-sisa zat kimia pada saat

    pembuatan kertas.

    Oleh karena itu, agar bahan pustaka dapat bertahan lama sehingga informasi

    yang berada di dalamnya dapat diakses oleh pemakai secara optimal diperlukan

    usaha pelestarian. Koleksi perpustakaan merupakan bahan tercetak yang

    umumnya terbuat dari kertas. Bahan dari kertas ini dapat mengalami kerusakan,

    baik karena faktor eksternal maupun internal. Oleh karena itu, agar bahan pustaka

    dapat bertahan lama sehingga informasi yang berada di dalamnya dapat diakses

    oleh pemakai secara optimal diperlukan usaha pelestarian.

    Faktor penyebab kerusakan bahan pustaka. Untuk dapat memberikan

    perlakuan terhadap bahan pustaka yang tepat, agar terhindar dari kerusakan, perlu

    memahami faktor-faktor penyebab kerusakan tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • Ada dua faktor penyebab bahan pustaka mudah mengalami kerusakan

    menurut Razak (1996: 9), yaitu faktor internal dan faktor eksternal tersebut,

    sebagai berikut:

    2.7.1 Faktor internal (dari dalam)

    Kerusakan yang terjadi pada bahan buku sendiri, yakni pada kertas, tinta

    cetak, perekat, dan pengawet perekat yang tidak baik kualitasnya, dan pada benag

    penjilidan yang tidak serasidengan sampul.

    Kerusakan pada bahan perpustakaan non-buku seperti kaset, disket,

    piringan hitam, CD ROM, dan pustaka renik juga disebabkan oleh kualitas

    bahannya yang tidak baik atau tidak cocok. Pemrosesan bahan perpustakaan non-

    buku yang kurang baik menyebabkan mudah tercemari oleh jasad renik sehinggan

    bahan perpustakaan mudah rusak.

    2.7.2 Faktor eksternal (faktor dari luar) Kerusakan bahan perpustakaan dapat pula disebabkan oleh faktor mekanis

    atau kimiawi dari lingkungan, dan hayati.

    1. Faktor Mekanis

    a. Kecerobohan pengguna yang menimbulkan kehausan pada bahan

    perpustakaan.

    b. Cahaya matahari.

    c. Medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik atau logam magnet.

    2. Faktor Hayati

    a. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan pemanfaatan dan perlakuan

    terhadap bahan pustaka yang kurang tepat. Manusia, meliputi pustakawan

    sebagai orang yang memberikan layanan, dan pengguna yang terdiri dari

    mahasiswa, dosen, karyawan dan pihak luar. Larangan membawa

    makanan, minuman ke dalam ruang perpustakaan bukan merupakan hal

    yang tanpa alasan, sebab ceceran sisa makanan atau kandungan minyak,

    jika menempel pada buku akan mengundang serangga atau tikus.

    Pengguna perpustakaan kadang melipat halaman bagian yang dianggap

    penting, akan menyebabkan cepat rusaknya buku tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Vandalisme

    Vandalisme merupakan tindakan perusakan bahan pustaka dengan menulisi,

    mencorat-coret, memberi tanda khusus, membasahi, membakar dan lain-

    lain. Mengenalkan virus secara sengaja pada program komputer atau

    menekan disket database juga termasuk perbuatan vandalis.

    c. Perabot dan peralatan

    Perabot yang berhubungan langsung dengan buku/bahan pustaka adalah rak.

    Jumlah rak jika kurang sesuai dengan kebutuhan akan mengakibatkan buku

    bertumpuk pada rak tersebut. Ukuran rak yang tidak sesuai dengan ukuran

    buku, dan penempatan yang terlalu rapat, dapat menyebabkan bahan cepat

    rusak. Peralatan yang digunakan untuk memindahkan buku dari ruang ke

    ruang lain atau dari lantai bawah ke lantai atas pada gedung perpustakaan.

    d. Bencana Alam

    Bencana alam seperti kebanjiran, gempa bumi, kebakaran dan kerusuhan

    merupakan faktor yang sangat sulit dielakkan. Bencana alam ini dapat

    memusnahkan bahan pustaka dalam waktu singkat. Kerusakan yang terjadi

    karena kebanjiran dan air hujan adalah timbulnya noda oleh jamur dan

    kotoran yang dibawa oleh air. Noda yang ditimbulkan oleh jamur ini sangat

    sakit di hilangkan karena jamur berakar di sela-sela serat kertas.

    3.Faktor Kimiawi

    a. Suhu dan kelembapan udara.

    Suhu dan kelembapan udara ini sangat erat hubungannya, karena jika

    kelembaban udara berubah, maka suhu juga akan berubah. Di musim

    penghujan suhu udara rendah, kelembaban tinggi, memungkinkan

    tumbuhnya jamur pada kertas, atau kertas menjadi bergelombang karena

    naik turunnya suhu udara. Udara yang lembap merupakan salah satu faktor

    penyebab kerusakan kertas dan bahan pustaka lainya. Peningkatan suhu

    umumnya mempercepat reaksi kimiawi dan keseimbangan pertumbuhan

    jenis cendawan tertentu. Suhu yang ideal untuk bahan kertas adalah 20-240

    Celcius, dan untuk bahan film 6-120 Celcius. Kelembapan yang dari 65%

    akan mempercepat kerusakan bahan pustaka yang ada diperpustakaan,

    Universitas Sumatera Utara

  • terutama didaerah tropis seperti Indonesia. Kelembapan ideal sekitar 40-

    50% dan untuk bahan film 20-30%.

    b. Serangga dan binatang pengerat

    Beberapa jenis serangga yang dapat merusak bahan pustaka, seperti kecoa,

    rayap, kutu buku dan lain-lain. Tikus merupakan binatang pengerat yang

    suka merusak buku, terutama buku-buku yang tertumpuk, apalagi di tempat

    gelap.

    c. Kuat lemahnya cahaya

    Sumber cahaya yang digunakan untuk penerangan ruang perpustakaan ada

    dua, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Kita tahu bahwa

    cahaya matahari maupun cahaya lampu listrik mengandung sinar ultra violet.

    Ultra violet inilah yang dapat menyebabkan rusaknya kertas/buku.

    Perhatikanlah kertas yang langsung kena sinar matahari, warnanya akan

    cepat berubah dan semakin suram.

    d. Reaksi Kimia

    Kertas tersusun dari senyawa-senyawa kimia, lambat laun akan terurai. Hal

    ini dikarenakan proses oksidasi dan Hidrolisa bahan sellulose, yang

    merupakan salah satu bahan campuran kertas. Proses hidrolisa dipercepat

    oleh adanya asam kuat seperti: HCL, H2OSO4, HNO3 serta unsur-unsur

    logam berat seperti Fe, Cu yang merupakan residu yang terkandung dalam

    kertas sebagai katalisator.

    e. Pencemaran Udara

    Yang ditimbulkan dari gas-gas SO2, H2S, NO2, pada konsenterasi tinggi akan

    menghasilkan asam-asam yang merusak bahan kertas, film, dan alat-alat

    dari logam.

    2.8 Kegiatan Perawatan Bahan Pustaka Menurut Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 1992, kegiatan

    perawatan bahan pustaka terbagi atas tiga bagian yaitu pencegahan kerusakan,

    perawatan, dan perbaikan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.8.1 Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka Kerusakan yang disebabkan oleh faktor dari dalam (internal) sulit untuk

    dicegah, tetapi beberapa upaya berikut dapat dilakukan:

    1. Faktor Mekanis

    a. Membersihkan ruangan dari debu dan kotoran secara teratur. Kotoran dan

    debu sebaiknya dibersihkan dengan vacuum cleaner yang dapat menghisap

    debu dan kotoran, karena sapu dan bulu ayam dapat memindahkan debu dari

    rak buku ke tempat lain.

    b. Menghindarkan bahan perpustakaan dari sinar matahari lansung.

    2. Faktor Hayati

    Cara mengatasi tindakan pencegahan terhadap bahan pustaka yang terjadi

    akibat faktor manusia, faktor biota, dan faktor bencana alam. Upaya pencegahan

    terhadap tindakan penyalahgunaan bahan pustaka dapat dilakukan untuk

    meminimalkan jumlah bahan pustaka yang dirusak. Hal ini bisa dilakukan dengan

    cara antara lain:

    a. Mencegah kerusakan dari faktor manusia (ulah manusia)

    1) Mengatur tata ruang layanan bahan pustaka perpustakaan sedemikian

    rupa sehingga tidak memungkinkan pemustaka melakukan tindakan

    penyalahgunaan bahan pustaka dengan leluasa.

    2) Menciptakan keadaan perpustakaan yang kondusif baik itu untuk

    membaca ataupun untuk belajar sehingga menciptakan kenyamanan bagi

    pengunjung perpustakaan.

    3) Menyediakan fasilitas mesin fotokopi yang memadai, dengan harga yang

    terjangkau dan hasil yang memuaskan.

    4) Menambah jumlah eksemplar bahan pustaka yang banyak dibutuhkan oleh

    pemustaka.

    5) Pemasangan sistem keamanan elektronik misalnya pemustakaan kamera

    pengintai untuk memantau kegiatan pemustaka di dalam perpustakaan.

    6) Menanamkan kesadaran book preservation baik pada orang yang

    menggunakan buku maupun terhadap staf perpustakaan.

    7) Melatih diri sendiri untuk mencintai buku mengingat buku peranannya

    dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, sebagai informasi, pelansung

    Universitas Sumatera Utara

  • kehidupan Perguruan Tinggi yang perlu dijaga dan diamankan bersama.

    Juga bagi pemakai buku, hendaknya diperhatikan bagaimana cara memakai

    buku yang baik, seperti:

    a) Cara membuka buku

    b) Jangan menyelipkan pensil, mistar/pemggaris, karet penghapus, dan

    barang-barangn lain ke dalam buku.

    c) Buku harus dihindarkan dari tangan yang berminyak (bekas memegang

    makanan), jangan dikenakan air, bahkan pencegahan terhadap kebakaran

    sangat penting diperhatikan.

    3. Faktor Biota

    Biota yang merusak bahan pustaka adalah serangga, binatang pengerat

    seperti tikus dan jamur. Untuk mencegah kerusakan tersebut diperlukan

    berbagai tindakan yang harus dilakukan, antara lain:

    a. Usahakan ruangan agar tetap bersih supaya terhindar dari binatang yang

    ingin merusak bahan pustaka seperti binatang pengerat seperti tikus,

    serangga dan jamur.

    b. Gunakan sarung tangan dan masker jika ingin menangani bahan pustaka

    yang berjamur.

    c. Periksa bahan pustaka yang mengandung serangga, letakkan dekat jendela

    atau kipas angin, semprotkan pada obyek.

    4. Faktor Bencana Alam

    Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang tidak daapt di sangka-

    sangka sebelumya. Bencana alam bisa tiba-tiba terjadi yang tidak diketahui

    kapan bencana alam tersebut akan datang dan akhirnya mengakibatkan

    hancurnya bahan pustaka. Dalam menghadapi musibah yang akan terjadi,

    maka sangat diperlukan kesiagaan dari seluruh jajaran perputakaan untuk

    menghadapinya. Untuk bencana kebakaran perlu disediaakan alat pemadam

    kebakaran yang mudah dijangkau kapan saja. Untuk bencana banjir, dan

    bencana akibat gejala alam seperti gempa dan angin topan, memang sangat

    sulit untuk dihadapi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5. Faktor Kimiawi

    a. Mencegah kerusakan bahan pustaka dari pengaruh cahaya. Untuk

    menghindari kerusakan bahan pustaka akibat cahaya, perlu dilakukan

    berbagai hal sebagai berikut:

    1) Gunakan UV filter untuk melindungi ruangan dari UV.

    2) Hindari bahan pustaka dari sinar matahari secara lansung.

    b. Lampu neon mrngandung UV yang sangat tinggi, gunakan UV

    absoebentnjackets pada lampu neon.

    c. Jangan biarkan spotlinght dalam jarak yang dekat pada obyek.

    d. Mencegah kerusakan bahan pustaka dari suhu udara dan kelembapan

    udara. Ada beberapa cara untuk melindungi bahan pustaka dari

    kelembapan udara yang tidak ideal, antara lain:

    1) Usahakan meletakkan bahan pustaka, baik yang disimpan maupun

    yang dipermerkan, pada temperatur yang tetap, untuk itu dapat

    menggunakan tirai atau blinds untuk menghindari panas.

    2) Hindari meletakkan bahan pustaka di dekat tembok yang mengalami

    fluktuasi temperature.

    3) Ruangan ber AC dapat mengeringkan bahan pustaka dan apabila

    temperatur berubah maka akan dapat menambah kelembapan.

    e. Mencegah kerusakan dari faktor kimia, partikel debu, jamur dan logam

    dari udara.

    Ada banyak masalah kimiawi yang dapat merusak bahan pustaka.

    Pada dasarnya kerusakan tersebut disebabkan oleh hasil reaksi kimiawi yang

    terjadi dalam bahan pustaka. Kertas dihasilkan oleh proses kimia, semakin

    buruk kualitas kertas, maka semakin rentan terhadap populasi Karat yang

    terdapat dalam bahan pustaka dapat ditimbulkan dari proses pembuaatn kertas,

    rak yang berkarat dan tinta yang digunakan. Foxing muncul pada ke lembapan

    udara yang tinggi, apabila jamur merupakan penyebabnya maka perlu diambil

    tindakan fumigasi, sedangkan apabila karat penyebabnya, bagian yang terkena

    karat yang berasal dari rak buku perlu dibersihkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.8.2 Perawatan Pada Bahan Pustaka

    Perawatan merupakan bagian dari Concervation yaitu pengawetan. Menurut Perpustakaan RI, (1992: 2) pengawetan merupakan kebijaksanaan dan cara tertentu yang dipakai untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran termasuk metode dan teknik yang ditetapkan oleh petugas teknis. Dapat disimpulkan bahwa perawatan bahan pustaka berarti suatu usaha

    yang dilakukan terhadap bahan pustaka untuk melindungi bahan pustaka dari

    kerusakan dan kehancuran. Usaha-usaha berikut meliputi:

    1. Pembersihan terhadap noda

    Noda yang terjadi pada kertas selain memeberikan kesan kotor, juga dapat

    menimbulakan karat dan zat asam yang dapat membuat tumbuhnya jamur pada

    bahan pustaka. Pembersihan yang akan dilakukan tergantung pada jenis noda atau

    kotoran dan keadaan bahan. Menurut perpustakaan Nasional RI, (1992: 28) hal-

    hal yang menyebabkan terjadinya noda adalah:

    a. Debu ( Parikel Padat )

    Debu merupakan partikel padat yang berasal dari berbagai macam zat.

    Partikel logam misalnya, bila teroksidasi akan menimbulkan bercak-bercak

    kuning pada permukaan bahan. Debu ini dapat dibersihkan dengan kuas atau

    sikat, penghapus karet, busa atau vacuum cleaner. Noda terjadi hendaknya

    dibersihkan dengan air, karena air akakn menyebabkan noda meresap masuk

    ke dalam serat kertas dan akan tinggal selamanya.

    b. Zat cair

    1) Minyak

    Minyak akan meresap dan menjalar sesuai dengan sifat zat cair.

    Noda yang dihasilkan ditandai dengan perubahan warna kertas menjadi lebih

    tua dari warna aslinya.

    2) Air

    Air yang meresap dan mengalir pada kertas sekaligus akan

    membawa kotoran ke batas alir air, sehingga noda lebih nampak di daerah

    tepi alir air. Sedangkan di daerah alirannya sendiri lebih bersih.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3) Tinta Yang Luntur

    Noda yang disebabkan oleh tinta yang luntur hanay terjadi pada

    satu permukaan saja.

    4) Asam

    Terjadinya asam pada bahan disebabkan karena beberapa hal,

    misalnya karena lingkungan, partikel debu, pengaruh usia atau dari proses

    pembuatan kertas itu sendiri. Asam dapat menimbulkan noda diatas

    permukaan bahn yaitu berubahnya warna bahan menjadi kecoklatan.

    2. Fumigasi

    Fumigasi berasal dari kata fumigation atau to fumigati yang artinya

    mengasapi atau megasap. Perpustakaan Nasioanal RI, (1995: 75) bahwa fumigasi

    merupakan kegiatan yang dilakukan untuk megasapi bahan pustaka dengan

    menggunakan uap atau gas peracun membasmi serangga atau jamur yang

    menyerang bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Bahan yang digunakan untuk

    membunuh serangga dan jamur disebut fumigant yang dapat berbentuk padat, cair

    atau gas. Pada pelaksanaanya fumigant akan menjadi uap atau gas pada tekanan

    dan suhu kamar tertentu.

    Dalam mengadakan fumigasi pustakawan harus memperhitungkan jumlah

    bahan yang akan difumigasi dan luas ruang yang diperlukan. Dengan

    memperhatikan ruang yang ada maka dipilih pula fumigant yang akan

    dipergunakan, jenis-jenis fumigant, jumlah yang diperlukan serta lama fumigasi.

    Pustakawan juga harus memperhatikan bahaya dari pemakai zat-zat kimia

    untuk fumigasi. Tidak satu pun bahan kimia dapat dipakai tanpa alat pengaman,

    atau tanpa supervisi oleh orang yang berpengalaman dalam bidang ini.

    3. Menghilangkan keasaman pada kertas

    Keasaman yang terkandung dalam kertas menyebabkan kertas itu cepat

    lapuk, terutama kalau kena polusi. Bahan pembuat kertas merupakan bahan

    organik yang mudah bersenyawa dengan udara luar. Agar pengaruh udara tersebut

    tidak berlanjut, maka bahan pustaka perlu dilaminasi. Agar laminasi efektif,

    sebelum dikerjakan, bahan pustaka dihilangkan atau diturunkan tingkat

    keasamannya. Ada dua cara menghilangkan keasaman pada bahan pustaka, yaitu

    Universitas Sumatera Utara

  • cara kering dan cara basah. Sebelum ditentukan cara yang mana yang tepat, maka

    perlu diukur tingkat keasaman pada dokumen. Ada berbagai alat pengukur tingkat

    keasaman dokumen yang dibicarakan dalam bahan pustaka ini, sehingga

    pustakawan dapat memilih cara mana yang paling mungkin untuk dikerjakan

    sesuai dengan kondisinya.

    Tinta yang dipergunakan untuk menulis bahan pustaka sangat menentukan

    apakah bahan pustaka akan dihilangkan keasamannya secara basah, atau secara

    kering. Kalau tinta bahan pustaka luntur, maka cara keringlah yang paling cocok.

    Kalau menggunakan cara basah, harus diperhatikan cara pengeringan bahan

    pustaka yang ternyata cukup sukar dan harus hati-hati. Kalau hanya sekedar

    mengurangi tingkat keasaman kertas dan tidak akan dilaminasi, kiranya cara

    kering lebih aman, sebab tidak ada kekhawatiran bahan pustaka robek. Cara

    kering ini dapat diulang setiap enam bulan, sampai bahan pustaka dimaksud sudah

    kurang keasamannya dan dijamin lebih awet.

    4. Laminasi

    Laminasi adalah suatu proses pelapisan dua permukaan kertas dengan

    bahan penguat. Laminasi maksudnya adalah menutupi satu lembar di antara dua

    lembar bahan penguat, Perpustakaan Nasional RI (1995: 93). Laminasi dapat

    dilakukan dengan cara manual yakni alaminasi dengan tangan dan laminasi

    dengan modern dengan menggunakan mesin, dimana bahan laminasi sudah di

    desain dalam bentuk siap pakai. Proses ini menggunakan untuk melestarikan

    bahan pustaka yang sudah rusak dan akan lebih parah bila dipergunakan lagi,

    misalnya bahan yang sudah tua, sobek atau rapuh, dan bersifat asam. Sebelum

    pekerjaan laminasi dilaksanakan, hendaknya bahan sudah mengalami perawatan.

    Perpustakaan Nasional RI, (1992: 35 ) misalnya:

    a. Telah difumigasi

    b. Telah dihilangkan nodanya

    c. Telah dihilangkan asam yang terkandung didalamnya

    Manuskripsi, dokumen, naskah, yang kuno terutama kertas-kertasnya yang

    sudah lapuk sehingga mudah hancur, dapat di awetkan dengan cara

    menyemprotkan bahan kimia atau laminasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • Cara modern menggunakan laminasi dan ahli bentuk, pada laminasi

    sederhana dilaksanakan secara manual. Laminasi secara modern yaitu laminasi

    dengan menggunakan mesin dan bahan laminasi yang sudah didesain dalam

    bentuk siap pakai. Karena proses paans (dari mesin), laminasi akan melindungi

    dokumen. Cara ini banayk digunakan di Indonesia teruatama perlindungan

    dokumen berharga. Cara lain yang digunakan dalam penanganan bahan pustaka

    pada laminasi dapat dilakukan dengan pelepasan atau penyemprotan bahan

    pustaka dengan bahan kimia. Sedangkan laminasi sederhana yang dilakukan

    secara manual dilakukan dengan cara membentangkan kertas tissue sesuai dengan

    ukuran yang dibutuhkan, kemudian diatasnya digelar selembar acetat foil dengan

    dimensi ukuran yang sama. Lalu diatasnya dihamparkan bahan pustaka yang

    rusak. Kemudian dipasang lagi kertas tissue dengan ukuran lebih besar daripada

    halaman yang rusak. Kemudian di ulas dengan cairan acetat pada semua halaman

    Dan dibolak-balik dengan bantuan kapas atau kuas. Persenyawaan cairan

    aceton menyebabkan acetat foil bersenyawa dengan kertas tissue, baik diatas

    maupun dihalaman yang rusak, lalu kertas tissue digunting.

    5. Enkapsulasi

    Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas dengan menempatkan

    lembaran bahan kertas diantara dua film plastik polyster untuk menghindari

    kerusakan fisik karena sering dipegang atau melindungi kertas dari debu dan

    pollutant. Pada umumnya kertas yang akan di enkapsulasi adalah lembaran naskah

    kuno, peta, bahan cetakan atau poster yang sudah rapuh, plastik yang digunakan

    sebagai bahan pelindung. Sebelum pelaksanaan enkapsulasi, kertas harus bersih,

    kering, dan dideasidifiaksi untuk menetralkan asam yang terdapat pad kertas.

    6. Konservasi Koleksi Audio Visual

    Kerusakan suatu film nitrat dapat diperkirakan sebelumnya melalui test

    kimia dan fisika, misalnya dengan test pelapukan. Dengan test ini dapat

    disimpulkan berapa tahun film nitrat akan bertahan lama. Daya tahan suatu film

    juga tergantung dari kondisi penyimpanan dan mutu kerja saat prossing. Dalam

    merawat koleksi audio visual ini harus disesuaikan dengan temperatur dengan

    kelembapan udara sehingga bahan pustaka yang berbentuk audio visual dapat

    bertahan selama mungkin.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.8.3 Perbaikan Bahan Pustaka dan Restorasi

    1. Menambal

    Menurut Perpustakaan Nasional RI, (1995: 89). Menambal atau

    menutup bagian yang berlubang dapat dilakuakan dengan kertas jepang dan

    perekat kanji. Menambal juga dapat dilakuakan dengan bubur kertas (pulp) atau

    menggunakan kertas tissue yang berperekat.

    Adapun cara untuk menambal bahan pustaka adalah sebagai berikut:

    a. Pilih kertas yang sesuai dengan kondisi bahan pustaka dan juga kertas

    yang sesuia untuk menambal.

    b. Bagian tepi lubang atau potongan kertas yang hilang dikikis atau dipertipis

    dengan menggunakan cutter.

    c. Oleskan perekat dengan hati-hati pada bagian tepi lubang atau bagian yang

    terkikis.

    d. Letakkan kertas penambal di atas lubang atau bagian kertas yang hilang

    dengan rah serat disesuaikan.

    e. Kertas penambal yang terletak diluar bagian berlubang dikikis dengan

    menggunakan cutter.

    f. Kertas yang halus disatukan diatas bagian yang telah di tambal dan sedikit

    di tekan, agar merekat dengan baik. Setelah kering ratakan dengan

    menggunakan tulang pelipat.

    2. Menyambung

    Menyambung dilakukan untuk merekat bagian yang sobek atau lemah

    karena lipatan, biasanya diperkuat dengan potongan kertas dari jenis tertentu, agar

    bagian yang sobek tidak bertambah besar atau lebar. Menurut Perpustakaan

    Nasional RI, (1995: 91) ada berbagai cara dalam menyambung bahan pustaka

    yang telah sobek, anatara lain:

    a. Pilih kertas yang akan digunakan untuk memperkuat sambungan

    b. Letakkan penggaris logam diatas kertas dengan arah panjang serat

    c. Tarik garis sepanjang tepi penggaris dengan menggunakan trecpen yang

    telah dicelupkan dalam air

    d. Kertas dilipat keatas dengan mengunakan tulang pelipat

    Universitas Sumatera Utara

  • e. Kertas ditarik dengan hati-hati menurut garis yang basah

    f. Rapatkan bagian kertas yang sobek dengan hati-hati

    g. Oleskan perekat diatas kertas penyambung kemudian letakkan di bawah

    pemberat setelah kering, potong bagian yang berlebih

    h. Letakkan kertas diantara dua lembar kertas penyerap dan letakkan

    dibawah pemberat. Setelah kering, potong bagian yang berlebih

    3. Penjilidan

    Penjilidan adalah suatu cara untuk menghimpun atau menggabungkan

    beberapa lembaran kertas menjadi satu, serta dilapisi oleh cover. Perpustakaan

    Nasional RI, (1995: 2). Menurut Perpustakaan RI, (1995: 3) penjilidan dibagi

    menjadi dua bagian, antara lain:

    a. Dengan sampul linak (soft cover) yaitu menjilid dengan cover tipis atau

    kertas yang mempunyai berat antara 165 gram sampai 320 gram.

    b. Dengan sampul keras (hard cover) yaitu menjilid dengan cover tebal atau

    karton yang mempunyai berat diatas 320 gram.

    Sebagai pustakawan kita harus dapat memperbaiki dokumen yang rusak,

    baik itu kerusakan kecil maupun kerusakan berat. Perpustakaan sebaiknya

    memiliki ruangan khusus untuk melakukan pekerjaan ini. Menambah buku

    berlubang oleh larva kutu buku atau sebab lainnya, menyambung kertas yang

    robek, atau menambal halaman buku yang koyak adalah pekerjaan yang mesti

    dapat dikerjakan. Mengganti sampul buku yang rusak total, menjilid kembali, atau

    mengencangkan penjilidan yang kendur adalah pekerjaan yang harus dikuasai

    oleh seorang restaurator. Berbagai macam kerusakan yang lain yang mungkin

    terjadi, tidak boleh ditolak oleh bagian pelestarian ini. Peralatan yang diperlukan,

    serta bahan dan cara mengerjakan perbaikan ini harus dipelajari benar-benar oleh

    seorang pustakawan atau teknisi bagian pelestarian.

    Penjilidan dilakukan terhadap bahan pustaka yang sampulnya rusak,

    benang jahitnya lepas ataupun nomor halamanya yang tidak berurut lagi sehingga

    perlu dibongkar dan dijilid kembali. Tetapi sebelum melakukan penjilidan, perlu

    dipikirkan terlebih dahulu bahan-bahan, biaya, dan tenaga penjilidan sama dengan

    biaya pembelian dengan judul yang sama maka lebih baik membeli bahan pustaka

    Universitas Sumatera Utara

  • yang baru. Sebagai pustakawan ada perlunya terlebih dahulu mengenal bahan

    jilidan, perlengkapan penjilidan dan mutu kualitas jilid, antara lain:

    1) Mengenal Bahan Jilidan

    Buku bukan merupakan tumpukan kertas yang berdiri sendiri, tapi

    merupakan struktur yang satu sama lain saling terikat. Struktur buku terdiri

    atas:

    a) segi

    b) foredge

    c) kertas hujungan

    d) badan buku

    e) papan jilidan

    f) ikatan timbul

    g) groove

    h) ulang pita kapital dan sebagainya

    2) Perlengkapan penjilidan. Agar struktur itu tidak lepas satu sama lainnya,

    maka buku perlu dijilid meliputi:

    a) pisau

    b) palu

    c) pelubang

    d) gunting

    e) tulang pelipat

    f) penggaris besi

    g) kuas

    h) gergaji

    i) jarum

    j) benang

    k) pengepres

    l) pemidang jahit

    m) mesin potong dan sebagainya

    3) Mutu kualitas jilid. Selain ditentukan oleh kemahiran dalam bekerja juga

    ditentukan oleh bahan yang digunakan. Bahan penjilid meliputi:

    Universitas Sumatera Utara

  • a) kain linen

    b) perekat

    c) benang dan kawat jahit

    Arah serat kertas merupakan hal yang penting bagi pekerjaan penjilidan.

    Arah serat yang salah akan mengakibatkan jilidan tidak rapi dan lemah.

    Adapun Persiapan penjilidan yang dilakukan meliputi dua hal yaitu:

    a) Penghimpunan kertas-kertas atau bahan pustaka,

    Penghimpunan harus dikerjakan secara teliti, jangan salah mengurutkan

    nomor halaman. Kalau majalah, jangan salah mengurutkan nomor penerbitannya.

    Panjang-pendek, serta lebar kertas harus disamakan. Rapihkan sisi sebelah kiri

    agar pemotongan dan perapihan dapat dikerjakan untuk ketiga sisi yang lain.

    Petunjuk penjilidan harus disertakan, agar hasilnya sesuai dengan yang kita

    kehendaki.

    b) Penggabungan.

    Dalam melakukan penggabungan kita harus melihat jilidan macam apa

    yang dikendaki sesuai dengan slip petunjuk penjili dan.

    Ada lima macam jilidan yang dapat dipilih:

    i. Jilid kaye

    ii. Signature binding

    iii. Jilid lem punggung

    iv. Jilid spiral

    v. Jilid lakban

    2.9 Penyiangan Penyiangan (weeding) adalah kegiatan pemilahan terhadap koleksi bahan

    pustaka yang aad di perpustakaan. Kegiatan penyiangan dilakukan agar bahan

    bahan pustaka yang tidak sesuai lagi diganti dengan bahan pustaka yang baru.

    Bahan pustaka yang perlu disisngi biasanya bahan pustaka yang isinya tidak

    relevan lagi, sudah usang, isinya tidak lengkap, bahan pustaka yang sudah ada

    edisi terbarunya dan bahan pustaka yang fisiknya sudah sangat rusak.

    Adapun tujuan kegiatan penyiangan, antara lain:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Membina dan memeperbaiki nilai pelayanan informasi pelayanan oleh

    perpustakaan

    2. Memeperbaiki penampilan dan kinerja perpustakaan

    3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna ruang dan koleksi

    4. Mengetahui mutu, lingkup, dan kedalaman koleksi

    5. Menyesuaikan koleksi dengan tujuan dan Program Perguruan Tinggi

    6. Mengetahui kekuatan dan kelemahan

    7. Menyesuaikan kebijakan penyiangan koleksi

    8. Meningkatkan nilai informasi

    Menurut Departemen Pendididkan Nasional RI, (2005: 65), Kriteria

    penyiangan kebijakan penyiangan sering bersifat relative. Sehingga perpustakaan

    perlu memilki kebijakan tertulis tentang penyiangan koleksi yang merujuk pada

    peraturan perundang-undangan.

    Dalam menentukan kebijakan penyiangan, perpustakaan perlu meminta

    bantuan pada ahli para pejabat yang berwenang. Bersama dengan pustakawan,

    mereka menentukan bahan pustaka mana yang perlu dikeluarkan dari kolesi.

    Penyiangan koleksi dapat dilakukan sebagi berikut:

    1. Menyingkirkan bahan perpustakaan dari tempatynya ke ruangan

    penyimpanan khusus

    2. Menghapus atau memusnakan pustaka

    3. Menukar bahan perpustakaan dengan bahan perpustakaan lain

    4. Menghadiahkan bahan perpustakaan kepada perpustakaan lain

    Bahan perpustakaan yang perlu disiang untuk itu sangat diperlukan

    pedoman penyiangan, antara lain:

    a. Bahan perpustakaan yang isinya sudah tidak relevan dengan program

    perguruan tinggi

    b. Bahan perpustakaan yang isinya sudah usang

    c. Bahan perpustakaan yang isinya sudah tidak ada edisi barunya

    d. Bahan perpustakaan yang jumlah eksemplarnya terlalu banyak

    e. Bahan perpustakaan yang fisiknya sudah sangat rusak

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.10 Stock Opname Stock opname merupakan kegiatan perhitungan kembali koleksi bahan

    pustaka yang memiliki perpustakaan. Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 235 ), stock

    opname adalah Pemeriksaan fisik terhadap buku yang tercatat milik

    perpusakaan. Sebelum melakuakn kegiatan ini perlu dipertimbangkan terlebih

    dahulu pelayanan apa yang dibutukan dan kapan waktu yang tepat untuk

    melakukan kegiatan stock opname agar tidak mengganggu pelayanan yang

    disediakan oleh perpustakaan kepada penggunaanya.

    Adapun kegiatan stock opname bertujuan untuk:

    1. Mengetahui dengan tepat profil koleksi bahan pustaka yang ada di

    perpustakaan

    2. Mengetahui jumlah judul atau eksemplar koleksi bahan pustaka menurut

    golongan klasifiaksi dengan tepat

    3. Mengetahui dengan tepat buku yang memiliki catalog

    4. Mengetahui bahan pustaka yang hilang

    5. Mengetahui kondisi bahan pustaka apakah sudah rusak atau tidak lengkap

    Universitas Sumatera Utara