16
CASE REPORT ABSOLUT GLAUCOMA OKULI DEXTRA & SUSPEK DRY EYE OKULI DEXTRA ET SINISTRA Pembimbing: dr. Harie Basoeki Soedjono, Sp.M Disusun Oleh: Fransiska Ancelia 2014061148 Yohanes Kurniawan 2014061149 Joewen S. Manafe 2014061145 Maria Dominika A. F. 2014061150 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA RSUD R. SYAMSUDIN, SH, KOTA SUKABUMI SEPTEMBER 2015

Case SUKABUMI Glaukoma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Glaukoma Koas Atmajaya

Citation preview

Page 1: Case SUKABUMI Glaukoma

CASE REPORT

ABSOLUT GLAUCOMA OKULI DEXTRA &

SUSPEK DRY EYE OKULI DEXTRA ET

SINISTRA

Pembimbing:

dr. Harie Basoeki Soedjono, Sp.M

Disusun Oleh:

Fransiska Ancelia 2014061148

Yohanes Kurniawan 2014061149

Joewen S. Manafe 2014061145

Maria Dominika A. F. 2014061150

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA

RSUD R. SYAMSUDIN, SH, KOTA SUKABUMI

SEPTEMBER 2015

Page 2: Case SUKABUMI Glaukoma

Case Report

1

STATUS PASIEN

IDENTITAS

Nama : Tn. M

Usia : 75 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Sukabumi

Pekerjaan : Pensiun

Tgl Periksa : 2 September 2015

ANAMNESIS

Keluhan Utama

Pasien datang untuk kontrol penyakit glaukoma yang sudah dialami pasien sejak 3 tahun

lalu.

Keluhan Tambahan

Pasien mengeluhkan mata merah dan rasa kesat pada kedua mata sejak seminggu lalu.

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami hal ini.

Riwayat Penyakit Sekarang

Tiga tahun yang lalu, pasien mengeluh penglihatan makin buram dan pasien sadar

bahwa buram hanya terbatas pada mata kanan saja. Pasien memeriksakan diri ke dokter

dan di diagnosa sebagai glaukoma. Pasien menerima pengobatan topikal.

Defek lapang pandang mata kanan mulai terjadi pada pasien, dimulai dari area

superior hingga pada 1 tahun yang lalu, pasien mengalami kebutaan total mata kanan.

Gangguan penglihatan pada mata kiri disangkal.

Kedua mata pasien merah dan terasa keset sejak seminggu lalu. Rasa kesat menjadi

lebih ringan ketika pasien banyak berkedip. Tidak ada faktor yang memperberat. Rasa

kesat juga disertai dengan perasaan silau jika melihat lampu yang agak terang.

Riwayat trauma disangkal oleh pasien. Melihat pelangi di sekitar lampu, dan kilatan

cahaya disangkal. Pasien juga menyangkal adanya nyeri pada bola mata dan sakit kepala.

Page 3: Case SUKABUMI Glaukoma

Case Report

2

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien terdiagnosa glaukoma sejak 3 tahun yang lalu, dan sudah menjalani pengobatan.

Riwayat hipertensi disangkal, riwayat diabetes mellitus disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengeluhkan hal yang serupa. Tidak ada angota

keluarga yang memiliki riwayat diabetes mellitus maupun hipertensi.

Riwayat Pengobatan

Pengobatan yang didapat selama ini adalah Glaukon, Timol.

Riwayat Psikososial

Pasien adalah seorang pensiunan yang kurang aktif beraktivitas di luar rumah.

PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Tanda Vital :

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : afebris

STATUS OFTALMOLOGIKUS

OD OS

Orthophoria Kedudukan Mata Orthophoria

Baik ke segala arah Gerak Bola Mata Baik ke segala arah

Benjolan (-)

udem (-)

Hiperemis (-)

nyeri tekan (-)

Palpebra

Benjolan (-)

udem (-)

Hiperemis (-)

nyeri tekan (-)

Injeksi konjungtiva (+)

injeksi siliar (-)

injeksi episklera (-) Konjungtiva

Injeksi konjungtiva (+)

injeksi siliar (-)

injeksi episklera (-)

Page 4: Case SUKABUMI Glaukoma

Case Report

3

jaringan fibrovaskular (-) jaringan fibrovaskular (-)

Infiltrat (-)

sikatriks (-) Cornea

Infiltrat (-)

sikatriks (-)

Kedalaman dangkal

hipopion(-)

hifema (-) C.O.A

Kedalaman normal

hipopion(-)

hifema (-)

Warna coklat

sinekia (-) Iris

Warna coklat

sinekia (-)

Bulat

diameter 3 mm

reflex cahaya (-) Pupil

Bulat

diameter 3 mm

reflex cahaya (+)

Jernih

shadow test (-) Lensa

Jernih

shadow test (-)

Tidak dilakukan Vitreous Humor Tidak dilakukan

0 Visus 5/5 F

5/10 gram= 37,2 mmHg Tonometer Schiotz 9/10 gram= 19,6 mmHg

RESUME

Tn. M, 75 tahun datang untuk kontrol penyakit glaukoma pada mata sebelah kanannya.

Mata kanannya sudah mengalami kebutaan sejak setahun yang lalu. Awalnya pasien

mengeluhkan bahwa penglihatan dengan mata kanan buram, dan lama kelamaan lapang

pandang pasien mengalami defek sebagian dan akhirnya buta total. Mata kiri pasien

normal. Pada kedua mata, pasien mengeluhkan rasa kesat, mata merah dan perasaan silau

sejak 1 minggu yang lalu. Pasien tidak dapat melihat gerakan tangan dan cahaya dengan

mata kanan. Dari pemeriksaan fisik umum, tanda-tanda vital dalam batas normal, tekanan

darah pasien 120/80. Pemeriksaan tekanan bola mata dengan menggunakan tonometer

Schiotz didapatkan mata kanan 37,2 mmHg sedangkan mata kiri 19,6 mmHg. Pasien

juga tidak menderita diabetes mellitus.

Pada pemeriksaan oftalmologikus ditemukan:

OD: lensa jernih, shadow test (-), dan visus dasar 0.

OS: lensa jernih, shadow test (-), dan visus dasar 5/5 F.

DIAGNOSIS KERJA

OD: Glaukoma Absolut, suspek dry eye

OS: suspek dry eye

Page 5: Case SUKABUMI Glaukoma

Case Report

4

PENATALAKSANAAN

Non-Medikamentosa: -

Medikamentosa

- Timolol Maleate 0.25% 2 x 1 tetes

- Azetolamide 4 x 250mg

- Artificial tear eye-drop p.r.n.

PROGNOSIS

OD

Quo Ad Vitam : Ad Bonam

Quo Ad Functionam : Ad Malam

Quo Ad Sanationam : Ad Malam

OS

Quo Ad Vitam : Ad Bonam

Quo Ad Functionam : Ad Bonam

Quo Ad Sanationam : Dubia ad malam

Analisa Kasus

OD (Glaukoma Absolut)

No Teori Kasus

1. Faktor resiko:

Myopia tinggi

Diabetes

Riwayat trauma dan operasi pada mata

Tekanan darah tinggi

Penggunaan kortikosteroid (tetes mata, pil,

inhaler, dan krim)

Usia > 40 tahun

Riwayat glaukoma pada keluarga

Etnik Asia timur dan etnik eskimo

Faktor resiko:

Usia > 40 tahun

Page 6: Case SUKABUMI Glaukoma

Case Report

5

2. Manifestasi klinis:

Visus menurun sampai hilang

Tekanan bola mata yang tinggi > 25

mmHg

Visus mata kanan 0

Tekanan bola mata kanan 37,2 mmHg

3. Tatalaksana:

Carbonic anhidrase inhibitor

Beta-blocker, timolol maleat 0,25-

0,50 %

Timolol Maleat 0,25%

Azetolamid

Artifisial tear eye drop

Analisa Kasus

ODS (Suspek Dry Eye)

no Teori Kasus

1. Faktor resiko:

Usia (> 65)

Gender (wanita >laki-laki, karena

perubahan hormonal)

Obat-obatan (antihistamin,

dekongestan, obat hipertensi,

antidepresan)

Penyakit lain (rheumatoid arthritis,

diabetes, tiroid)

Inflamasi kelopak mata, kornea,

maupun adanya entropion atau

ektropion

Keadaan lingkungan (terkena asap,

angin maupun cuaca kering)

Melihat layar komputer dalam

waktu yang lama

Penggunaan kontak lensa jangka

panjang

Faktor resiko:

Usia > 40 tahun

Melihat layar komputer dalam

waktu yang lama

Usia >65 tahun

2. Manifestasi klinis: Fotofobia

Page 7: Case SUKABUMI Glaukoma

Case Report

6

Iritasi

Rasa terbakar

Serasa berpasir

Fotofobia

Sensasi benda asing

Mata berair hingga pandangan

kabur

3. Tatalaksana:

Penggunaan air mata buatan

Konservasi air mata

Meningkatkan produksi air mata

Pengobatan untuk inflamasi

kelopak mata dan permukaan mata

Tatalaksana:

Penggunaan air mata buatan

Page 8: Case SUKABUMI Glaukoma

Case Report

7

TINJAUAN PUSTAKA

I. GLAUKOMA

a) Definisi

Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan,

yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan

mata glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf

optic, dan menciutnya lapang pandang.

b) Epidemiologi

Pada tahun 2010, sebanyak 4,5 juta orang menjadi buta karena glaucoma. Di

UK sendiri, glaucoma terjadi pada 2% populasi dengan usia 40an tahun dan 10% pada

populasi usia 80an. Di Indonesia sendiri, glaucoma masih kurang dikenal oleh

masyarakat, padahal cukup banyak yang menjadi buta karenanya. Pada glaucoma

kronik dengan sudut bilik mata depat terbuka misalnya, kerusakan saraf optic terjadi

perlahan-lahan hampir tanpa keluhan subjektif. Hal tersebut menyebabkan penderita

terlambat berobat.

c) Faktor Risiko

Beberapa faktor resiko untuk terjadinya glaukoma antara lain peningkatan

tekanan intraokular, usia di atas 40 tahun, etnis Afrika-Amerika, riwayat glaukoma

dalam keluarga, konsumsi obat-obatan kortikosteroid, peradangan uvea, trauma,

penyakit hipertensi dan diabetes mellitus.

d) Gejala Klinis

Pasien dengan glaukoma dapat memberikan keluhan berupa :

• Penurunan lapang pandang

• Mual dan muntah

• Penglihatan kabur

• Mata merah

• Halo di sekitar cahaya

• Nyeri mata

• Nyeri kepala

Page 9: Case SUKABUMI Glaukoma

Case Report

8

e) Klasifikasi

Klasifikasi Vaughen untuk glaukoma adalah sebagai berikut :

1. Glaukoma primer

Glaukoma sudut terbuka (glaukoma simpleks)

Istilah glaukoma simpleks menggambarkan keadaan klinik penderita,

dimana perjalanan penyakit berlangsung lama tanpa ada manifestasi klinis

yang jelas. Bahaya penyakit ini adalah bahwa ia tidak memberi banyak

keluhan pada penderita. Sehingga membuat penderita terlambat berobat.

Mekanisme glaucoma sudut terbuka ini berbeda dari glaukoma sudut tertutup.

Pada glaucoma sudut terbuka, hambatan terletak didalam jaringan trabekulum

sendiri. Akuos humor dengan leluasa mencapai lubang trabekulum, tetapi tak

dapat keluar akibat celah trabekulum yang sempit.

Glaukoma sudut tertutup

Istilah glaukoma sudut tertutup didasarkan atas gonioskopi. Gejala

klinis yang tampak antara lain berupa serangan nyeri mendadak (akut), mata

merah dan palpebra bengkak, serta tekanan bola mata yang tinggi. Keadaan ini

terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya memang sudah sempit. Pada

bilik mata depan yang dangkal akan terjadi hambatan aliran akuos humor dari

bilik mata belakang ke depan yang dinamakan papillary block. Keadaaan

tersebut akan menyebabkan peningkatan tekanan bilik mata belakang. Pada

sudut bilik mata depan yang sudah sempit, dorongan ini akan menyebabkan

iris menutupi jaringan trabekulum, akibatnya akuos humor tidak dapat atau

sukar disalurkan keluar, sehingga terjadi glaucoma sudut tertutup. Keadaan

yang memungkinkan terjadi hambatan pupil ini ditemukan pada mata yang

bersumbu pendek dan lensa yang terus membesar karena usia, iris yang tebal

pun dianggap menjadi faktor resiko untuk mempersempit sudut bilik mata

depan.

Pada glaukoma sudut tertutup, sebelum penderita mendapat serangan

akut, ia mengalami gejala prodromal. Gejala prodromal jarang membuat

seseorang memeriksakan diri ke dokter karena cenderung muncul sebentar dan

hilang sendiri. Keluhan yang bisa didapatkan antara lain pandangan kabur,

melihat warna pelangi di sekitar lampu atau lilin, kepala sedikit sakit di

Page 10: Case SUKABUMI Glaukoma

Case Report

9

sebelah mata yang bermasalah serta nyeri ringan pada mata. Keluhan tersebut

akan berlangsung setengah sampai 3 jam. Apabila dalam fase tersebut

dilakukan pemeriksaan, akan ditemukan hiperemi perikorneal yang ringan,

kornea agak suram karena edema, bilik mata depan agak dangkal, pupil sedikit

melebar dan tekanan bola mata meninggi. Meskipun gejala tersebut tidak

berlangsung lama, tetapi kalau ditemukan harus mendapat pengobatan.

Fase berikutnya yang akan dialami adalah fase serangan akut

glaucoma dimana kesan yang didapat adalah pasien seperti sakit berat dan

kelihatan payah. Penderita mengeluh nyeri kepala hebat, mual-muntah, nyeri

di dalam dan sekitar mata, penglihatan sangat kabur dan pasien melihat

pelangi di sekitar cahaya. Apabila dilakukan pemeriksaan akan ditemukan

kelopak mata bengkak, konjungtiva bulbi sangat hiperemik, injeksi siliar, dan

kornea yang buram. Reflex pupil bisa melambat atau menghilang, tajam

penglihatan menurun. Pemeriksaan tonometer akan mendapatkan hasil tekanan

bola mata yang tinggi.

2. Glaukoma kongenital

Glaukoma primer atau infantile

Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan congenital lainnya

3. Glaukoma sekunder

Glaukoma akibat perubahan lensa

Glaukoma akibat kelainan uvea

Glaukoma akibat trauma

Glaukoma akibat bedah

Glaukoma akibat penggunaan steroid topical berkepanjangan

4. Glaukoma absolut

Merupakan stadium akhir glaucoma dimana sudah terjadi kebutaan

total. Pada glaucoma absolut bilik mata dangkal, papil sudah atrofi, bola mata

keras seperti batu. Sering pada keadaan ini mengakibatkan penyumbatan

pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada

iris, yang dapat menyebabkan timbulnya nyeri dan glaukoma hemoragik.

Page 11: Case SUKABUMI Glaukoma

Case Report

10

f) Pemeriksaan Oftalmologi

• Pemeriksaan tonometri untuk mengukur tekanan bola mata. Dapat dilakukan

dengan cara palpasi, tonometer schiotz, aplanasi dengan tonometer aplanasi

goldman, dan nonkontak pneumotonometri.

• Pemeriksaan gonioskopi untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan

menggunakan lensa kontak khusus. Gonioskopi dapat membedakan sudut

terbuka dan sudut tertutup. Begitu pula dapat diperiksa apakah ada perlekatan

iris di bagian perifer dan kelainan lainnya.

• Pemeriksaan oftalmoskopi. Pemeriksaan fundus mata untuk memperhatikan

keadaan papil saraf optik. Ratio C/D pada glaukoma biasanya >0,5

• Pemeriksaan lapang pandang

g) Penatalaksanaan

Glaukoma akut merupakan masalah pembedahan. Pengobatan dengan

medikamentosa harus dilaksanakan sebagai tindakan pertolongan darurat. Obat-

obatan yang dapat diberikan antara lain:

• Miotik. Yang paling mudah didapatkan adalah pilokarpin 2-4%.

• Carbonic anhidrase inhibitor. Dapat menekan produksi cairan dimata.

Sebelum dilakukan pembedahan, tiap glaucoma akut harus diobati hingga tekanan

bola mata dibawah 25 mmHg. Setelah tekanan bola mata membaik, dapat dilakukan

operasi. Sedangkan pada glaukoma sudut terbuka (kronis), pengobatan

medikamentosa diberikan secara teratur dan pembedahan hanya dilakukan bila

pengobatan tidak memberikan hasil memuaskan. Obat-obatan yang dapat diberikan

antara lain:

• Miotik. Yang paling mudah didapatkan adalah pilokarpin 2-4%.

• Beta-blocker, timolol maleat 0,25-0,50 % .

• Simpatomimetik. Yang digunakan adalah epinefrin 0,5-2%.

• Carbonic anhidrase inhibitor. Dapat menekan produksi cairan dimata.

II. MATA KERING

a) Dry Eyes

Page 12: Case SUKABUMI Glaukoma

Case Report

11

Mata kering adalah suatu kondisi dimana terjadi kekurangan air mata untuk

membasahi (lubrikasi) mata. Air mata diperlukan untuk menjaga kesehatan

permukaan mata bagian depan dan untuk memberikan gambaran visual yang baik.

Pada orang yang memiliki mata kering ada 2 kemungkinan yang terjadi, entah terjadi

kekurangan produksi air mata maupun kualitas dari air mata orang tersebut. Mata

kering merupakan masalah umum yang sering terjadi dan biasanya kronik dan

terdapat pada orang dewasa tua.

Setiap kali mata berkedip, air mata akan tersebar secara merata pada permukaan

mata (kornea). Air mata memberikan lubrikasi, dan mengurangi resiko infeksi,

menghilangkan benda asing di permukaan mata, serta menjaga permukaan mata agar

tetap licin dan jernih. Kelebihan air mata akan disalurkan ke duktus lakrimalis, yang

terletak di sudut dalam mata, yang akan diserap kembali ke hidung.

b) Produksi air mata tidak adekuat

Air mata diproduksi oleh beberapa kelenjar di dalam dan sekitar kelopak mata.

Produksi air mata cenderung berkurang seiring bertambahnya usia, akibat penyakit

lain, ataupun efek samping dari obat-obatan. Keadaan lingkungan sekitar seperti angin

dan cuaca kering juga berpengaruh terhadap volume air mata dengan cara

meningkatkan evaporasi. Ketika jumlah normal dari air mata berkurang ataupun

terjadi penguapan berlebih, gejala dari mata kering akan muncul dan berkembang.

c) Kualitas air mata yang buruk

Air mata terdiri dari 3 lapis, yaitu minyak, air,

dan mukus. Setiap lapisan memiliki fungsi masing-

masing untuk proteksi dan nutrisi permukaan mata

depan. Lapisan minyak membantu mencegah

terjadinya evaporasi pada lapisan air, sedangkan

lapisan musin untuk meratakan air mata di seluruh

permukaan mata depan. Apabila air mata mengalami

evaporasi terlalu cepat maupun tidak terdistribusi

secara merata pada permukaan, gejala mata kering akan muncul.

Penyebab tersering dari mata kering ini adalah ketidakadekuatan dari 3 lapisan air

mata. Orang yang memiliki mata kering merasakan gejala seperti iritasi, rasa terbakar,

serasa berpasir, fotofobia, ataupun sensasi benda asing, mata berair, maupun

Page 13: Case SUKABUMI Glaukoma

Case Report

12

pandangan kabur. Pengobatan dari mata kering sendiri mempunyai tujuan untuk

menjaga volume air mata untuk meminimalisasi kekeringan mata.

d) Etiologi dan Faktor Resiko

Sebagian besar orangtua dengan umur > 65 tahun akan mengalami gejala dari mata

kering.

Mata kering sendiri memiliki etiologi dan faktor resiko yang bermacam - macam.

Termasuk di dalamnya:

Umur

Mata kering merupakan salah satu proses fisiologis penuaan.

Jenis kelamin

Jenis kelamin wanita memiliki kecenderungan untuk menderita mata kering

akibat perubahan hormon

Medikasi

Beberapa pengobatan tertentu, seperti antihistamin, dekongestan, obat

antihipertensi, dan anti depresan, bisa mengurangi produksi air mata

Penyakit lain

Rheumatoid Atrthritis, diabetes, maupun penakit tiroid memiliki

kecenderungan untuk menderita mata kering. Selain itu, inflamasi dari kelopak

mata, permukaan mata, entropion dan ektropion.

Lingkungan

Paparan asap, angin, dan cuaca kering dapat meningkatkan evaporasi air mata

yang berujung mata kering.Kegagalan untuk berkedip secara teratur, seperti

pada saat memandang layar komputer dalam waktu yang lama, juga

berkontribusi terhadap mata yang kering.

Faktor lain

Penggunaan jangka panjang dari kontak lensa.

e) Diagnosa

Diagnosa dari mata kering bisa didapatkan dari pemeriksaan mata secara

komprehensif, yaitu :

Page 14: Case SUKABUMI Glaukoma

Case Report

13

Riwayat keluhan pasien

Untuk mengetahui semua gejala yang pasien rasakan apakah berhubungan

dengan keadaan kesehatan pasien secara umum, riwayat pengobatan, atau faktor

lingkungan yang ternyata memiliki hubungan langsung terhadap gejala yang

muncul.

Pemeriksaan fisik mata bagian luar

Struktur kelopak mata dan dinamika kedipan mata

- Evaluasi kelopak mata dan kornea menggunakan penlight dan kaca pembesar

- Pengkuran kualitas dan kuantitas dari air mata untuk menilai normalitas air

mata

f) Tatalaksana

Salah satu tata laksana utama adalah dengan menggunakan air mata

buatan.Inti pengobatan ada 4 yaitu penambahan air mata buatan, konservasi air mata,

peningkatan produksi air mata, pengobatan pada inflamasi kelopak mata atau

permukaan mata

Penggunaan air mata buatan

Mata kering yang ringan seringkali diobati dengan menambahkan air mata

buatan yang diteteskan pada mata.Penggunaan air mata buatan ini sangat

direkomendasikan karena efek samping dari penggunaanya yang minimal.

Konservasi Air mata

Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan blocking duktus lakrimal dimana

terjadi penyerapan air mata secara normal. Penutupan saluran ini bisa menggunakan

silikon kecil atau sumbatan seperti gel yang bersifat reversibel.Jika diperlukan, bisa

dilakukan operasi untuk menutup duktus lakrimalis secara permanen.

Meningkatkan produksi air mata

Peresepan tetes mata untuk meningkatkan produksi air mata (Pilocarpin)

Pengobatan untuk inflamasi kelopak mata dan permukaan mata

Peresepan tetes mata (Siklosporin maupun Fluorometolon) dan antibiotik,

kompres hangat, pemijatan kelopak mata, pembersih kelopak mata untuk

mengurangi inflamasi.

Page 15: Case SUKABUMI Glaukoma

Case Report

14

Non-medikamentosa

Berkedip secara teratur

Meningkatkan kelembapan udara di tempat kerja maupun di rumah

Menggunakan kacamata hitam ketika berada diluar

Menggunakan suplemen nutrisi yang mengandung asam amino esensial

Minum air yang cukup setiap harinya

Page 16: Case SUKABUMI Glaukoma

Case Report

15

DAFTAR PUSTAKA

- Ilyas,Sidharta, Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Balai penerbit FKUI:

Jakarta, 2012.

- Ilyas,Sidharta dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa

Kedokteran. Edisi II. Sagung Seto: Jakarta, 2002.

- http://www.mayoclinic.org/diseases-

conditions/glaucoma/basics/treatment/con-20024042

- http://www.medscape.com/viewarticle/748901_3

- American Optometric Association :http://www.aoa.org/patients-and-

public/eye-and-vision-problems/glossary-of-eye-and-vision-conditions/dry-

eye?sso=y

- http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dry-eyes/basics/definition/con-

20024129