20
1. IDENTITAS Pasien Suami Nama : Ny. I Tn. N Umur : 37 th 41 th Pendidikan : SD SD Pekerjaan : IRT Buruh Agama : Islam Islam Suku : Sunda Sunda Alamat : Bayongbong Bayongbong No.CM : 76-32-xx Masuk RS : 19 April 2015 Keluar RS : 23 April 2015 Ruangan : Jade 2. ANAMNESIS A. Keluhan utama : Keluar cairan banyak dari jalan lahir B. Anamnesa khusus : G 7 P 5 A 1 merasa hamil 9 bulan, datang dengan keluhan keluar cairan dari jalan lahir sejak ± 24 jam SMRS. Cairan yang keluar berwarna jernih, banyak dan tidak berbau. Keluhan keluar darah yang disertai dengan lendir disangkal, mules-mules belum dirasakan oleh pasien. Pasien merasakan pergerakan janin pertama kali sejak 4 bulan yang lalu hingga saat ini. C. Riwayat Obstetri Kehamila n ke Tempat Penolon g Cara Kehamila n Cara Persali nan BB Lahir Jenis Kelami n Usia Keadaan : Hidup/Mat i I Rumah Paraji Aterm Spontan - P - M 1

Case Report - KPD + Lintang dr. rizki

Embed Size (px)

DESCRIPTION

obgyn

Citation preview

Page 1: Case Report - KPD + Lintang dr. rizki

1. IDENTITASPasien Suami

Nama : Ny. I Tn. NUmur : 37 th 41 thPendidikan : SD SDPekerjaan : IRT BuruhAgama : Islam IslamSuku : Sunda SundaAlamat : Bayongbong BayongbongNo.CM : 76-32-xxMasuk RS : 19 April 2015Keluar RS : 23 April 2015Ruangan : Jade

2. ANAMNESISA. Keluhan utama :

Keluar cairan banyak dari jalan lahir

B. Anamnesa khusus :G7P5A1 merasa hamil 9 bulan, datang dengan keluhan keluar cairan dari jalan lahir

sejak ± 24 jam SMRS. Cairan yang keluar berwarna jernih, banyak dan tidak berbau. Keluhan keluar darah yang disertai dengan lendir disangkal, mules-mules belum dirasakan oleh pasien. Pasien merasakan pergerakan janin pertama kali sejak 4 bulan yang lalu hingga saat ini.

C. Riwayat Obstetri

Kehamilan ke

Tempat Penolong Cara Kehamilan

Cara Persalinan

BB Lahir

Jenis Kelamin

Usia Keadaan : Hidup/Mati

I Rumah Paraji Aterm Spontan - P - M

II Rumah Paraji Aterm Spontan - L 16 th H

III Rumah Paraji Aterm Spontan - P - M

IV --------------------------------------- Abortus -----------------------------------------------

V Rumah Paraji Aterm Spontan - P 10 th H

VI Rumah Paraji Aterm Spontan - P 6 th H

1

Page 2: Case Report - KPD + Lintang dr. rizki

VII --------------------------------- Kehamilan Saat Ini ----------------------------------------

D. Riwayat Perkawinan :Status : Menikah pertama kaliUsia saat menikah : Perempuan : 14 tahun, SD, IRT

Laki-laki : 18 tahun, SD, Buruh

E. HaidSiklus haid : Tidak TeraturLama haid : 7 hariBanyaknya darah : BiasaNyeri haid : Tidak dirasakanMenarche usia : 11 tahunHPHT : 21 Juni 2014

TP : 28 Maret 2015

F. Riwayat kontrasepsiTidak pernah menggunakan alat kontrasepsi

G. Prenatal Care :Datang untuk kontrol kehamilan ke Bidan dengan jumlah kunjungan ± 10 kali

selama kehamilan, terakhir 1 hari yang lalu.

H. Keluhan selama kehamilan Tidak ada keluhan selama kehamilan

I. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit liver,

penyakit Diabetes militus, penyakit tiroid, penyakit epilepsi, riwayat asma bronchial disangkal pasien dan riwayat hipertensi sebelum kehamilan disangkal.

3. PEMERIKSAAN FISIKA. Status Praesens

Keadaan umum : BaikKesadaran : Compos mentisTensi : 110/70 mmHgNadi : 80 x/menitRespirasi : 20 x/menit

2

Page 3: Case Report - KPD + Lintang dr. rizki

Suhu : 36,0 ºC Kepala : Konjungtiva Anemis : -/-

Sklera ikterik : -/- Cor : Bunyi jantung I-II murni reguler

Gallop (-), Murmur (-)Pulmo : VBS kiri = kanan, Rhonki -/-, Wheezing -/-Abdomen : Cembung lembut Hepar dan Lien: Sulit dinilai Ekremitas : Akral hangat, Edema tungkai -/-,

Varises -/-

4. STATUS OBSTETRIKA. Pemeriksaan luar

Tinggi Fundus Uteri : 33 cmLingkar Perut : 100 cmLetak Anak : LintangHIS : 2-3 x/10 menit, lama his 60 detikBJA : 150 x/menit, regulerTBBA : 2.970 gr

B. Inspekulo :Tidak dilakukan

C. Pemeriksaan Fornises :Tidak dilakukan

D. Pemeriksaan Dalam : Vulva : TAKVagina : TAKPortio : Tebal lunakPembukaan : 2-3 cmKetuban : (-)Bag. Terendah: Tidak terabaTes Lakmus : +

3

Page 4: Case Report - KPD + Lintang dr. rizki

E. Laboratorium Tanggal : 19 April 2015Darah rutin

Hemoglobin 11,5 gr %

Hematokrit 37%

Leukosit 9.700/mm3

Trombosit 191.000/mm3

Eritrosit 4.48 juta/mm3

Tanggal 21 April 2015

Hemoglobin 11,5 gr %

Hematokrit 38%

Leukosit 10.160/mm3

Trombosit 165.000/mm3

Eritrosit 4.42 juta/mm3

5. DIAGNOSIS KERJAG7P5A1 Parturien Aterm Kala I Fase Laten dengan Ketuban Pecah Dini dan Letak

Lintang

6. RENCANA PENGELOLAAN Cek lab darah rutin R/ SC atas indikasi letak lintang; IUD Inform consent Observasi KU, TTV, HIS, DJJ Infus RL 500 cc 20 gtt/menit dan folley kateter Ceftriaxon 1 x 2mg iv

4

Page 5: Case Report - KPD + Lintang dr. rizki

LAPORAN OPERASI

Nama : Ny. DUmur : 20 Tahun

No. CM :748xxxRuang : Kalimaya Bawah

Jam Operasi Mulai :14.50

Jam Operasi Selesai :15.50Lama Operasi : 60 menit

Akut / Terencana : Akut Tanggal : 20 April 2015Operator : Asisten I : Perawat Instrumen:Zr.Ekadr. Stanley Asisten II : Sirkulasi: Ahli Anestesi : Asisten Anestesi :

Zr. DitaJenis Anestesi : Spinal

dr. Dadi Sp.An Obat Anestesi : O2 + Bunascan

Diagnosa Pra-Bedah :G7P5A1 Parturien Aterm Kala I Fase Laten + KPD + Letak Lintang

Indikasi Operasi :Letak Lintang

Diagnosa Pasca bedah : P6A1 PMSC a/i Letak Lintang

Jenis Operasi : SCTP + IUD

Kategori Operasi : BesarDisinfeksi dengan : Povidone Iodine Jaringan yang di eksisi : Tidak dikirim PALaporan Operasi Lengkap :- Dilakukan tindakan a dan antiseptic di daerah abdomen dan sekitarnya.- Dilakukan insisi mediana pfanensteil sepanjang ± 10 cm.- Setelah peritoneum dibuka, tampak dinding uterus.- Plika vesikouterina disisihkan ke bawah, disayat melintang.- Kandung kemih disisihkan ke bawah dan ditahan dengan retraktor abdomen.- SBR disayat konkaf, bagian tengahnya ditembus oleh jari penolong dan diperlebar ke kanan &

kiri.- Jam 15.00 : Lahir bayiperempuan dengan meluksir kepala.

BB 2800 gram APGAR 1”= 4 5”= 8

PB 47 cm

Disuntikkan Oksitosin 10 IU Intramural. Kontraksi baik.- Jam 15.03 : lahir palsenta dengan tarikan ringan pada tali pusat.

B 500 gram Ukuran 20x20x2,5 cm- SBR dijahit lapis demi lapis. Lapisan pertama dijahit secara jelujur interloking- Sebelum lapisan pertama dijahit seluruhnya, dipasang IUD CUT 3800 K- Lapisan ke-2 dijahit secara jelujur.- Setelah yakin tidak ada perdarahan, dilakukan reperitonealisasi dengan peritoneum kandung

kencing hingga menutupi uterus.- Perdarahan dirawat.- Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah.- Fascia dijahit dengan PGA No 1, kulit dijahit secara subkutikular. - Perdarahan selama operasi 400 cc- Diuresis selama operasi 200 cc

5

Page 6: Case Report - KPD + Lintang dr. rizki

Follow Up Post Partum

Tangal Catatan Instruksi

20/04/2015FU Post SC

S/ -O/ KU : CM T : 120/70 mmHg N : 90 x/mnt R : 20 x/mnt S : AFD/ P6A1 Partus Maturus SC a/i Letak Lintang

- Ceftriaxone- Metronidazole 3 x 500 mg- Kaltrofen Supp

21/04/2015POD I

S/ O/ KU : CM T : 110/70 mmHg N : 80 x/mnt R : 20 x/mnt S : 35,6oCMata: Ca: -/- Si: -/-Abd : Datar LembutNT : - PS/PP : -/- DM : -TFU : SepusatPerdarahan : +Lochia : RubraL.O : Tertutup VerbandBAB/BAK : -/-

D/ P6A1 Partus Maturus SC a/i Letak Lintang

- Ceftriaxone 2 x 1 iv- Metronidazole 3 x 500 mg- Kaltrofen Supp

22/04/2015POD II

S/ -O/ KU : CM T : 110/70 mmHg N : 80 x/mnt R : 24 x/mnt S : 36,5oCMata: Ca: -/- Si: -/-ASI : -/-Abd : Datar LembutNT : - PS/PP : -/- DM : -TFU : 2 Jari Dibawah PusatPerdarahan : +, minimalLochia : RubraL.O : Kering TerawatBAB/BAK : -/+

- Cefadroxil 2 x 500 mg- Metronidazole 3 x 500 mg- As. Mefenamat 3 x 500

mg- Mobilisasi- GV

6

Page 7: Case Report - KPD + Lintang dr. rizki

D/ P6A1 Partus Maturus SC a/i Letak Lintang

23/04/2015POD III

S/ -O/ KU : CM T : 110/70 mmHg N : 80 x/mnt R : 24 x/mnt S : 36,5oCMata: Ca: -/- Si: -/-ASI : -/-Abd : Datar LembutNT : - PS/PP : -/- DM : -TFU : 2 Jari Dibawah PusatPerdarahan : +, minimalLochia : RubraL.O : Kering TerawatBAB/BAK : -/+

D/ P6A1 Partus Maturus SC a/i Letak Lintang

- Cefadroxil 2 x 500 mg- Metronidazole 3 x 500 mg- As. Mefenamat 3 x 500

mg- GV

Permasalahan1. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini?2. Apakah pengelolaan kasus ini sudah tepat?3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?

Pembahasan1. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini?

a. Ketuban Pecah Dini (KPD)Ketuban Pecah Dini (amniorrhexis – premature rupture of the membrane, “PROM”)

adalah pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan >37 minggu. Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu hamil mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk melakukan pengamatan adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu maka peristiwa tersebut disebut KPD Preterm (PPROM = preterm premature rupture of the membrane - preterm amniorrhexis). Waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim disebut ketuban pecah dini (periode laten). Kondisi ini merupakan penyebab persalinan prematur dengan segala komplikasinya.

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 dan pada multipara kurang dari 5cm. Ada juga yang disebut ketuban pecah

7

Page 8: Case Report - KPD + Lintang dr. rizki

dini preterm yakni ketuban pecah saat usia kehamilan belum masa aterm atau kehamilan dibawah 38 – 42 minggu. Arti klinis ketuban pecah dini :

1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka kemungkinan terjadinya prolapsus tali pusat atau kompresi tali pusat menjadi besar

2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian terendah yang masih belum masuk pintu atas panggul sering kali merupakan tanda adanya gangguan keseimbangan foto pelvik.

3. KPD sering diikuti dengan adanya tanda – tanda persalinan sehingga dapat memicu terjadinya persalinan preterm.

4. Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture of membrane) seringkali disertai dengan infeksi intrauterin.

5. Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.

Diagnosisa. Anamnesa

Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir, terus menerus atau tidak. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna keluanya cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah. Dari anamnesis 90% sudah dapat mendiagnosa KPD secara benar.

b. Pemeriksaan fisikPeriksa tanda-tanda vital pasien yaitu kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu badan. Apakah ada tanda infeksi, seperti suhu badan meningkat dan nadi cepat.

c. Inspeksi Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban  baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.

d. Pemeriksaan dalamDidapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vaginal touch perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan,  dan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan), dan dibatasi sedikit mungkin.

e. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan laboraturium

8

Page 9: Case Report - KPD + Lintang dr. rizki

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina.

Tes Lakmus (tes Nitrazin).yaitu dengan memeriksa kadar keasaman cairan vagina. Kertas mustard emas yang sensitif, pH ini akan berubah menjadi biru tua pada keberadaan bahan basa. pH normal vagina selama kehamilan adalah 4,5-5,5, pH cairan amniotik adalah 7-7,5. Tempatkan sepotong kertas nitrazin pada mata pisau spekulum setelah menarik spekulum dari vagina, jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.

b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.

b. Letak LintangLetak lintang adalah letak janin dengan posisi sumbu panjang tubuh janin memotong atau

tegak lurus dengan sumbu panjang ibu. Pada letak lintang, bahu biasanya berada di atas pintu atas panggul sedangkan kepala terletak pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain kondisi seperti ini disebut sebagai presentasi bahu atau presentasi akromion. Posisi punggung dapat mengarah ke posterior, anterior, superior, atau inferior, sehingga letak ini dapat dibedakan menjadi letak lintang dorso anterior dan dorso posterior.

Penyebab letak lintang:1. Dinding perut kendur, seperti pada multiparitas2. Kesempitan panggul3. Plasenta previa4. Prematuritas5. Kelainan bentuk rahim, seperti uterus akuartus6. Mioma uteri7. Kehamilan ganda

Diagnosisa. Inspeksi

Perut tampak melebar ke samping; pada kehamilan cukup bulan, fundus uteri tampak lebih rendah daripada biasanya, hanya beberapa jari diatas pusat.

b. PalpasiFundus uteri maupun bagian bawah rahim ternyata teraba kosong sedangkan

bagian-bagian besar (kepala dan bokong) teraba disamping kiri atau kanan. Bila tahanan

9

Page 10: Case Report - KPD + Lintang dr. rizki

terbesar teraba di sebelah depan, punggung ada di sebelah depan; sebaliknya, bila teraba tonjolan-tonjolan, ini merupakan bagian-bagian kecil, sehingga punggung terdapat di sebelah belakang.Pemeriksaan abdomen dengan palpasi perasat leopold mendapatkan hasil :

Leopold 1 fundus uteri tidak ditemukan bagian janin Leopold II teraba balotemen kepala pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada

fosa iliaka yang lain Leopold III dan IV tidak ditemukan bagian janin, kecuali pada saat persalinan

berlangsung dengan baik dapat teraba bahu di dalam rongga panggul. Bila pada bagian depan perut ibu teraba suatu dataran keras yang melintang maka berarti punggung anterior. Bila pada bagian perut ibu teraba bagian – bagian yang tidak beraturan atau bagian kecil janin berarti punggung posterior.

c. Pemeriksaan dalamDalam persalinan dapat menemukan sisi toraks sebagai susunan tulang-tulang

yang sejajar; bila pembukaan sudah besar, akan teraba scapula dan sisi yang bertentangan dengan scapula, akan teraba klavikula.

Pemeriksaan Leopold pada wanita dengan janin letak lintang.

PembahasanPada pasien ini, berdasarkan anamnesis ditemukan pasien merasakan ada cairan yang

keluar dari jalan lahir ± 24 jam SMRS. Keluhan tidak disertai dengan keluarnya darah yang bercampur lendir serta tanda-tanda persalinan lainnya. Pada pemeriksaan Leopold, Leopold I fundus uteri tidak ditemukan bagian janin, Leopold II teraba balotemen kepala pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain, Leopold III dan IV tidak ditemukan bagian janin. Pada pemeriksaan dalam, ditemukan ketuban (-) dan bagian terbawah janin tidak teraba.

10

Page 11: Case Report - KPD + Lintang dr. rizki

2. Apakah pengelolaan kasus ini sudah tepat?Ketuban Pecah Dini

Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya perode laten.Konservatif

Pengelolaan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu maupun janin), pada umur kehamilan 28-36 minggu, dirawat selama 2 hari.

Selama perawatan dilakukan:1. observasi kemungkinan adanya amnionitis/tanda-tanda infeksi

Ibu : suhu >38ºC, takikardi ibu, leukositosis, tanda-tanda infeksi intra uterin, rasa nyeri pada rahim, secret vagina purulenJanin : takikardi janin

2. pengawasan timbulnya persalinan.3. pemberian antibiotic (Ampisilin 4x500 mg atau Eritromisin 4x500 mg dan metronidazol

2x500 mg) selama 3-5 hari.4. ultrasonogravi untuk menilai kesejahteraan janin.5. bila ada indikasi untuk melahirkan, dilakukan pematangan paru janin

Dexametason, 5 mg tiap 12 jam (i.m) sampai 4 dosisBetametason, 12 mg (i.m) sampai 2 dosis dengan interval 24 jam

AktifPengelolaan aktif pada KPD dengan umur kehamilan 20-28 minggu dan >28 minggu.Terminasi kehamilan 20-28 minggu

1. Misoprostol 100 ug intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.

2. Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.3. Pemberian tetes oksitoksin 5 IU dalam dextros 5% mulai 20 tetes per menit sampai

maksimal 60 tetes per menit.4. Kombinasi 1 dan 3 untuk janin hidup maupun mati5. Kombinasi 2 dan 3 untuk janin mati.

Terminasi kehamilan >28 minggu1. Misoprostol 50 ug intravaginal, yang dapat diulangi ² kali 6 jam sesudah pemberian

pertama.2. Pemberian tetes oksitoksin 5 IU dalam dextros 5% mulai 20 tetes per menit sampai

maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2 labu.

11

Page 12: Case Report - KPD + Lintang dr. rizki

3. Ada tanda-tanda infeksi4. Timbulnya tanda-tanda persalinan5. Gawat janin

Letak LintangJanin cukup bulan dengan letak lintang tidak dapat lahir dengan spontan. Tetapi ada

kalanya anak yang pada mula persalinan terletak lintang, akan berputar sendiri menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea. Versio spontanea hanya mungkin dilakukan bila ketuban masih utuh. Setelah ketuban pecah, bila persalinan berlanjut maka bahu akan masuk ke dalam panggul dan lengan akan jatuh setelahnya maka janin tidak dapat turun lebih jauh lagi dan terjepit dalam rongga panggul. Uterus berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkan janin, bagian atas berkontraksi dan beretraksi dan segmen bawah uterus melebar serta menipis. Batas antara dua bagian itu makin lama makin tinggi dengan demikian terjadi lingkaran retraksi patologik (Ring Van Bandle). Keadaan demikian disebut letak lintang kasep. Jika segera tidak diberi pertolongan maka akan terjadi ruptura uteri yang dapat menyebabkan kematian ibu dan janin. Bila janin kecil (< 800 gr), sudah mati dan menjadi lembek kadang-kadang persalinan bisa berlangsung spontan. Janin lahir dalam keadaan terlipat melalui jalan lahir (conduplicato corpore) atau lahir dengan evolutio spontanea.

a. Evolutio spontanea1. Menurut Denman

Laterofleksi terjadi pada tulang pinggang bagian bawah menuju ke atas. Setelah bahu lahir, lahirlah bokong, kemudian dada dan kepala.2. Menurut Douglas

Laterofleksi terjadi pada tulang pinggang bagian atas menuju ke bawah. Setelah bahu lahir, lahirlah sisi toraks, perut, bokong dan akhirnya kepala.

b. Conduplicatio corpore

Kepala dan perut berlipat bersama – sama lahir memasuki panggul. Kadang – kadang oleh karena his, letak lintang berubah spontan mengambil bangun semula dari uterus menjadi letak membujur, kepala atau bokong, namun hal ini jarang terjadi. Kalau letak lintang dibiarkan, maka bahu akan masuk ke dalam panggul, turun makin lama makin dalam sampai rongga panggul terisi sepenuhnya oleh badan janin. Bagian korpus uteri mengecil sedang SBR

12

Page 13: Case Report - KPD + Lintang dr. rizki

meregang. Hal ini disebut Letak Lintang Kasep = Neglected Transverse Lie. Adanya letak lintang kasep dapat diketahui bila ada ruptura uteri mengancam; bila tangan dimasukkan ke dalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul serta dengan narkosa yang dalam tetap sulit merubah letak janin. Bila tidak cepat diberikan pertolongan, akan terjadi ruptura uteri dan janin sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam rongga perut.

PembahasanPada kasus ini, untuk menangani KPD yang tepat adalah pemberian antibiotik untuk

mencegah terjadinya infeksi. KPD yang cukup bulan, jika segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan jika menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Terminasi kehamilan yang dilakukan pada kasus ini adalah dengan section caesaria. Janin cukup bulan dengan letak lintang tidak dapat lahir dengan spontan. Tetapi ada kalanya anak yang pada mula persalinan terletak lintang, akan berputar sendiri menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea. Versio spontanea hanya mungkin dilakukan bila ketuban masih utuh.

3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?Prognosis KPD

1. Prognosis Ibua. Infeksi intrapartal/dalam persalinan

Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis yang selanjutnya dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas.

b. Infeksi puerperalis/ masa nifasc. Dry labour/Partus lamad. Perdarahan post partume. Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC)f. Morbiditas dan mortalitas maternal

2. Prognosis Janina. Prematuritas

Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah respiratory distress sindrome, hypothermia, neonatal feeding problem, retinopathy of premturity, intraventricular hemorrhage, necrotizing enterocolitis, brain disorder (and

13

Page 14: Case Report - KPD + Lintang dr. rizki

risk of cerebral palsy), hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.b. Prolaps funiculli / penurunan tali pusatc. Hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi)

Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/pertus lama, apgar score rendah, ensefalopaty, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory distress.

d. Sindrom deformitas janin atau sindrom Potter. Sindrom ini meliputi restriksi pertumbuhan intrauterin, deformitas akibat kompresi

pada muka dan ekstremitas, dan yang paling penting adalah hipoplasia paru-paru sering terjadi pada preterm PROM

e. Morbiditas dan mortalitas perinatal.

Prognosis Letak LintangBayi dalam letak lintang tidak mungkin lahir spontan dan membahayakan ibu maupun

anak. Biarpun dapat lahir spontan, anak akan lahir mati. Bahaya terbesar persalinan pervaginam ialah rupture uteri spontan atau traumatik akibat tindakan versi dan ekstraksi. Selain itu sering terjadi infeksi akibat partus lama.

Sebab kematian bayi adalah prolapses funikuli dan afiksia karena kontraksi rahim terlalu kuat. Tekukan leher yang kuat juga menyebabkan kematian. Prognosis bayi sangat bergantung kepada waktu ketuban pecah. Oleh sebab itu, ketuban diupayakan selama mungkin tetap utuh dengan cara:

1. Melarang pasien mengejan2. Melarang ibu dengan anak yang melintang berjalan-jalan3. Tidak memberi obat augmentasi his4. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati agar tidak memecahkan ketuban

Setelah ketuban pecah, bahaya bertambah karena:1. Dapat terjadi letak lintang kasep bila pembukaan sudah lengkap2. Anak dapat mengalami asfiksia akibat gangguan sirkulasi utero plasenta3. Tali pusat dapat menumbung4. Bahaya infeksi bertambah

TerapiSetelah diagnosis letak lintang ditegakkan, versi luar segera diupayakan dalam kehamilan

agar sedapat-dapatnya diubah menjadi presentasi kepala. Namun bila tidak mungkin, versi berupaya mengubah letak menjadi letak sungsang. Versi luar masih dapat dilakukan bila pembukaan <3-4 cm dan ketuban masih utuh. Bila versi luar tidak berhasil, dilakukan tindakan section caesaria, karena versi dan ekstraksi sangan berisiko bagi ibu maupun anak.

Pembahasan

14

Page 15: Case Report - KPD + Lintang dr. rizki

Pada kasus ini, prognosis ibu dan janin adalah baik, tidak ditemukan adanya komplikasi pada ibu atau janin. Quo ad vitam pada pasien ini ad bonam karena setelah dilakukan terapi berupa tindakan SC keadaan pasien serta bayi hidup dan kondisinya baik. Quo ad functionam pasien ini ad bonam karena telah dilakukan operasi SC karena organ reproduksi masih berfungsi dengan baik. Quo ad sanationam pasien ini adalah dubia ad bonam, karena pasien ini tingkat kesembuhannya tinggi dan tidak mengganggu aktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Obsetri dan Ginekologi FK UNPAD. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obsetri dan GinekologiRS.Dr. Hasan Sadikin., Bandung: 2005

2. Cunningham FG, dkk. Williams obstetrics edisi ke 23. New York, McGraw-Hill. 20143. Prawirohadjo S. Ilmu Kebidanan edisi keempat. PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo: Jakarta. 2010.4. Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana

untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 19985. Martaadisoebrata D, dkk. Letak Lintang dalam Obstetri Patologi fakultas kedokteran

universitas padjadjaran. Penerbit Buku Kedookteran EGC. 2013.

15