Upload
nadya-kuncaraning-anugrae
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/26/2018 Case Kulit
1/19
I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Tn. Halabah
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : Lakilaki
Alamat : Kampung Baru, kecamatan Rajabasa
Suku bangsa : Jawa Serang
Pekerjaan : PNS Politeknik Negeri Lampung
Agama : Islam
Status : Menikah
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Gatalgatal di seluruh badan
Keluhan tambahan : Panas
Riwayat Penyakit :
} 5 bulan yang lalu timbul bercak merah kasar sebesar koin seribu rupiah di sekitar
punggung, bercak tersebut terasa gatal membuat pasien ingin menggaruknya, makin lama
pada } 3 bulan yang lalu, timbul bercak yang sama semakin banyak memenuhi dada,
punggung, muncul juga di kedua tungkai kaki, dan kepala. Keluhan disertai rasa panas dan
bercakbercak yang terasa gatal, bila di garuk jadi mengelupas, berwarna putih seperti
serpihan ketombe, tampak bersisik. Bila keringatan dan pada malam hari terasa lebih gatal
sehingga menggaruknya sampai berdarah. 2 bulan yang lalu, pasien berobat ke puskesmas di
beri obat minum 2 macam ( pasien tidak tahu nama obat nya apa) warna hijau dan kuning,
dan obat salep inerson. Pasien berobat rutin di puskesmas selama 4 minggu dan terus
diberikan obat yang sama seperti awal berobat.
Namun, keluhan gatal tetap dirasakan dan bahkan bertambah meluas ke seluruh
bagian tubuh pasien. Akhirnya pasien disarankan oleh dokter di puskesmas itu untuk berobat
ke dokter kulit RSAM. Pasien mengaku tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
Pasien menyangkal menderita penyakit lain seperti kencing manis. Pasien
menyangkal di keluarganya ada yang sakit seperti ini.
Pengobatan yang pernah di dapat :
- 2 macam obat warna hijau dan kuning bulat kecil di minum 2 x 1.
- Salep inerson
Penyakit lain yang pernah di derita :
5/26/2018 Case Kulit
2/19
- Tidak ada
III. STATUS GENERA;LIS
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : Cukup
Tanda vital
a. Tekanan darah : Tidak dilakukan
b. Nadi : 84 x/menit
c. RR : 24 x/menit
d. Suhu : afebris
Thoraks : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
KGB : Tidak ada pembesaran
IV. STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi : Regio presternalis, pectoralis, inframammaria, epigastrika, umbilicus Regio
vertebralis, infrascapularis, lumbalis Regio cruris dekstra et sinistra
Inspeksi : Tampak plak eritem multiple berukuran lentikular, numular sampai plakat
sirkumskripta dengan skuama berlapis-lapis, transparan dan berwarna putih mengkilat.
Tampak makula hiperpigmentasi multiple lentikular sampai plakat. Tampak ekskoriasis
multiple ukuran lentikular sampai numular.
Test manipulasi : Fenomena tetesan lilin (+) Auspitz (+) Fenomena Koebner tidak dilakukan
V. LABORATORIUM : Tidak dilakukan
VI. RESUME
Pasien laki-laki, Tn. H, 43 tahun, menikah, PNS. Datang ke poli kulit RSAM dengan keluhan
gatalgatal di seluruh badan. } 5 bulan yang lalu timbul bercak merah kasar sebesar koin
seribu rupiah di sekitar punggung, bercak tersebut terasa gatal membuat pasien ingin
menggaruknya, makin lama pada } 3 bulan yang lalu, timbul bercak yang sama semakin
banyak memenuhi dada, punggung, muncul juga di kedua tungkai kaki, dan kepala. Keluhan
disertai rasa panas dan bercakbercak yang terasa gatal, bila di garuk jadi mengelupas,
berwarna putih seperti serpihan ketombe, tampak bersisik. Bila keringatan dan pada malam
hari terasa lebih gatal sehingga menggaruknya sampai berdarah. 2 bulan yang lalu, pasien
berobat ke puskesmas di beri obat minum 2 macam ( pasien tidak tahu nama obat nya apa)
5/26/2018 Case Kulit
3/19
warna hijau dan kuning, dan obat salep inerson. Pasien berobat rutin di puskesmas selama 4
minggu dan terus diberikan obat yang sama seperti awal berobat. Namun, keluhan gatal tetap
dirasakan dan bahkan bertambah meluas ke seluruh bagian tubuh pasien. Akhirnya pasien
disarankan oleh dokter di puskesmas itu untuk berobat ke dokter kulit RSAM. Pasien
mengaku tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Pasien menyangkal menderita penyakit
lain seperti kencing manis. Pasien menyangkal di keluarganya ada yang sakit seperti ini.
Status generalis dalam batas normal. Status dermatologis pada regio presternalis, pectoralis,
inframammaria, epigastrika, umbilicus, vertebralis, infrascapularis, lumbalis, cruris dekstra et
sinistra. Di temukan plak eritem multiple berukuran lentikular, numular sampai plakat
sirkumskripta dengan skuama berlapis-lapis, transparan dan berwarna putih mengkilat.
Makula hiperpigmentasi multiple lentikular sampai plakat. Ekskoriasis multiple ukuran
lentikular sampai numular. Pada test manipulasi didapatkan Fenomena tetesan lilin (+),
Auspitz (+).
VII. DIAGNOSIS BANDING
Psoriasis
Dermatofitosis
Sifilis Psoriasiformis
Dermatitis Seboroik
Dermatitis Atopi
Mikosis Fungoides
Pitiriasis Rosea
VIII. DIAGNOSA KERJA
Psoriasis
IX. PENATALAKSANAAN
1. Umum
Menghindari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit dan
faktor-faktor yang dapat memperberat penyakit, seperti stress psikis, infeksi
lokal, gangguan metabolik dan trauma.
2. Khusus
Sistemik
o Metotreksat 3 x 2,5 mg perminggu
o Antihistamin: klorfeniramin maleat 2 x 4 mg
Topikal
o Salep campuran Liquor Carbonas detergens 5% dan asam salisil 5%
5/26/2018 Case Kulit
4/19
X. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Kerokan kulit dengan KOH
- Pemeriksaan yang bertujuan menganalisis penyebab psoriasis, seperti pemeriksaan
darah rutin, kimia darah, gula darah, kolesterol dan asam urat.
XI. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
XII. FOLLOW UP
Kontrol bila obat habis belum ada perbaikan atau keluhan berulang.
5/26/2018 Case Kulit
5/19
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak
eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal berlapis-lapis berwarna putih
mengkilap serta transparan, disertai fenomen tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Penyebab
psoriasis hingga saat ini belum diketahui, tetapi yang pasti pembentukan epidermis
dipercepat, dimana proses pergantian kulit pada pasien psoriasis berlangsung secara cepat
yaitu sekitar 2-4 hari, sedangkan pada orang normal berlangsung 3-4 minggu. Penyakit ini
tidak menyebabkan kematian, tidak menular, tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada
bagian tubuh mana saja sehingga dapat menyebabkan gangguan kosmetik, menurunkan
kualitas hidup, gangguan psikologis (mental), sosial, dan finansial.
Psoriasis ditemukan di mana-mana di dunia, tetapi catatan prevalensi di daerah yang berbeda
bervariasi kurang dari 1% hingga mencapai 3% dari populasi.2,5 Insiden pada orang kulit
putih lebih banyak dibandingkan dengan orang yang kulit berwarna. Di United States,
psoriasis dijumpai sebanyak 2% dari populasi, dengan rata-rata 150.000 kasus baru pertahun.
Psoriasis jarang ditemukan di Afrika Barat dan Amerika Utara. Insiden penyakit ini juga
rendah pada bangsa Jepang dan Eskimo, serta populasi kulit hitam. Insiden psoriasis pada
pria agak lebih banyak dari pada wanita, psoriasis dapat terjadi pada semua usia, tetapi
umumnya pada orang dewasa muda. Onset penyakit ini umumnya kurang pada usia yang
sangat muda dan orang tua.2,5 Dua kelompok usia yang terbanyak adalah pada usia antara 20
30 tahun dan yang lebih sedikit pada usia antara 50 60 tahun. Psoriasis lebih banyak
dijumpai pada daerah dingin dan lebih banyak terjadi pada musim hujan.
B. ETIOLOGI PSORIASIS
Penyebab psoriasis hingga saat ini tidak diketahui, terdapat predisposisi genetik tetapi secara
pasti cara diturunkan tidak diketahui. Psoriasis tampaknya merupakan suatu penyakit
keturunan dan tampaknya juga berhubungan dengan kekebalan dan respon peradangan.
Diketahui faktor utama yang menunjang penyebab psoriasis adalah hiperplasia sel epidermis.
Penyelidikan sel kinetik menunjukkan bahwa pada psoriasis terjadi percepatan proliferasi sel-
sel epidermis serta siklus sel germinatum lebih cepat dibandingkan sel-sel pada kulit normal.
Pergantian epidermis hanya terjadi dalam 3-4 hari sedangkan turn over time epidermis
normalnya adalah 28-56 hari.
5/26/2018 Case Kulit
6/19
Faktor genetik sangat berperan, dimana bila orang tuanya tidak menderita psoriasis, resiko
untuk mendapat psoriasis 12 %, sedangkan jika salah seorang orang tuanya menderita
psoriasis resikonya mencapai 34-39 %. Hal lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah
bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe :
Psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial dan berhubungan dengan HLA-B13, B17,
Bw57, dan Cw6 sedangkan psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial dan
berhubungan dengan HLA-B27 dan Cw2 dan Psoriasis Pustulosa berkorelasi dengan
HLAB27. Psoriasis merupakan kelainan multifaktorial dimana faktor genetik dan lingkungan
memegang peranan penting. Ada beberapa faktorfaktor yang dapat mencetuskan psoriasis,
yaitu:
1. Trauma: Dilaporkan bahwa berbagai tipe trauma kulit dapat menimbulkan psoriasis.2. Infeksi: Sekitar 54 % anak-anak dilaporkan terjadi eksaserbasi psoriasis dalam 2-3
minggu setelah infeksi saluran pernapasan atas. Infeksi fokal yang mempunyai
hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah Psoriasis Gutata, sedangkan
hubungannya dengan Psoriasis Vulgaris tidak jelas dan pernah di laporkan kasuskasus
Psoriasis Gutata yang sembuh setelah diadakan tonsilektomi. Streptococcus pyogenes
telah diisolasi sebanyak 26 % pada Psoriasis Gutata Akut, 14 % pada pasien Psoriasis
Plak, dan 16 % pada pasien Psoriasis Kronik.
3. Stres : Dalam penyelidikan klinik, sekitar 30-40 % kasus terjadi perburukan olehkarena stres. Stres bisa merangsang kekambuhan psoriasis dan cepat menjalar bila
kondisi pasien tidak stabil. Pada anak-anak, eksaserbasi yang dihubungkan dengan
stres terjadi lebih dari 90 %. Stres psikis merupakan faktor pencetus utama.2,12 Tidak
ditemukan gangguan kepribadiaan pada penderita psoriasis. Adanya kemungkinan
bahwa stres psikologis dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan menerima
terapi dan dapat menyebabkan deteriorasi terutama pada kasus berat.
4. Alkohol : Umumnya dipercaya bahwa alkohol berefek memperberat psoriasis tetapipendapat ini belum dikonfirmasi dan kepercayaan ini muncul berdasarkan observasi
pecandu alkohol yang menderita psoriasis. Peminum berat yang telah sampai pada
level yang membayakan kesehatan sering ditemukan pada pasien psorasis berat
lakilaki dibandingkan penderita psorasis lainnya. Kemungkinan alkohol yang
berlebihan dapat mengurangi kemampuan pengobatan dan juga adanya gejala stres
menyebabkan parahnya penyakit kulit.
5/26/2018 Case Kulit
7/19
5. Faktor endokrin : Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan menopause.Pada waktu kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada masa pasca partus
memburuk.
6. Sinar matahari : Dilaporkan 10 % terjadi perburukan lesi.
C. PATOGENESIS PSORIASIS
Psoriasis merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan aktivitas berbagai gen yang
berinteraksi dengan lingkungan, berhubungan kuat dengan alel HLA-CW-6. The Human
Genom Project akan membantu mengidentifikasi major histocompatibility Complex (MHC)
dan gen non MHC yang terlibat pada psoriasis. Patogenesis psoriasis tetap tidak diketahui
tetapi beberapa penulis percaya bahwa penyakit ini merupakan autoimun murni dan sel T
mediated. Beberapa penemuan mendukung autoimun ini seperti histokompatibiliti kompleks
mayor (MHC) antigen, akumulasi sel T terutama memori, serta adanya lapisan anti korneum
dan anti keratinosit antibodi nukleus. Beragam data yang diperoleh akhir-akhir ini pada
penyelidikan psoriasis menekankan bahwa terdapat aktivitas infiltrasi sel-sel CD4 pada lesi-
lesi kulit. Lesi psoriasis lama umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang
terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis. Pada
psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel langerhans juga
berperan pada imunopatogenesis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali dengan adanya
pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel Langerhans. Beberapa sitokin
dan reseptornya memperlihatkan peningkatan level pada epidermis psoriasis. Perubahan-
perubahan biokimia yang ditemukan pada psoriasis meliputi : Konsentrasi lipid yang tinggi
dan peningkatan level enzim protein nuklear pada glikolitik pathway yang menyebabkan turn
over sel meningkat. Perhatian yang sungguh-sungguh difokuskan pada level siklik nukleotida
terutama AMP siklik (cAMP) yang mengontrol epidermopoesis. Juga dilaporkan terjadinya
kenaikan yang menyolok dari level siklik GMP (cGMP) dalam epidermis. Walaupun
demikian peningkatan cGMP yang menyebabkan peningkatan kecepatan proliferasi seluler
tidak diketahui hingga saat ini. cAMP epidermis sangat menurun selanjutnya asam arakidonik
meningkat dalam epidermis.
D. BENTUK KLINIS PSORIASIS
Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis, yaitu:
1. Psoriasis Vulgaris
5/26/2018 Case Kulit
8/19
Hampir 80 % penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis Plak yang secara ilmiah disebut juga
Psoriasis Vulgaris. Dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk plak.
Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan di atas.
Gambaran. Psoriasis Plak (Vulgaris)
2. Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan diseminata,
umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas atau sehabis influenza
atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda.2,5,8,9,12 Selain itu, juga dapat timbul
setelah infeksi yang lain, baik bakterial maupun viral, pada stres, luka pada kulit, penggunaan
obat tertentu (antimalaria dan beta bloker)
Gambaran. Psoriasis Gutata
3. Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)
Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada darerah fleksor sesuai dengan namanya,
misalnya pada daerah aksilla, pangkal pahadi bawah payudara, lipatan-lipatan kulit di seklitaskemalua dan panggul.
Gambaran. Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)
5/26/2018 Case Kulit
9/19
4. Psoriasis Pustulosa
Ada dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit
tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat dua bentuk psoriasis pustulosa,
bentuk lokalisata dan generalisata. Bentuk lokalisata contohnya psoriasis pustulosa
palmplantar (Barber) yang menyerang telapak tangan dan kaki serta ujung jari. Sedangkan
bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch) jika
pustula timbul pada lesi psoriasis dan juga kulit di luar lesi, dan disertai gejala sistemik
berupapanas / rasa terbakar.
Gambaran. Psoriasisi Pustula
5. Psoriasis Eritroderma
Psoriasis Eritroderma dapat disebabkan oleh pengobatan topikal terlalu kuat atau oleh
penyakitnya sendiri yang meluas. Bentuk ini dapat juga ditimbulkan oleh infeksi,
hipokalsemia, obat antimalaria, tar dan penghentian kortikosterid, baik topikal maupun
sistemik. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema
dan skuama tebal universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar, yakni
lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.
Gambaran. Psoriasis Eritroderma
E. DIAGNOSIS PSORIASIS
Diagnosis Psoriasis dilakukan melalui:
Pemeriksaan Kulit :
Dari autoanamnesis pasien Psoriasis Vulgaris mengeluh adanya bercak kemerahan yang
menonjol pada kulit dengan pinggiran merah, tertutup dengan sisik keperakan, dengan ukuran
yang bervariasi, makin melebar, bisa pecah dan menimbulkan nyeri, jarang menyebabkan
gatal. Kelainan kulit pada psoriasis terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak)
dengan skuama di atasnya. Bisa ditemukan eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada
5/26/2018 Case Kulit
10/19
stadium penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di
pingir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika (mica-like scale), serta
transparan. Besar kelainan bervariasi dari milier, lentikular, numular, sampai plakat, dan
berkonfluensi, dengan gambaran yang beraneka ragam, dapat arsinar, sirsinar, polisiklis atau
geografis. Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut,
lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp, perbatasan skalp dengan
muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan bawah, umbilikus, serta kuku. Pada psoriasis
terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik). Fenomena tetesan lilin dan
Auspitz merupakan gambaran khas pada lesi psoriasis dan merupakan nilai diagnostik,
kecuali pada psoriasis inverse (psoriasis pustular) dan digunakan untuk membandingkan
psoriasis dengan penyakit kulit yang mempunyai morfologi yang sama, sedangkan Kobner
tidak khas, karena didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus, liken nitidus,
veruka plana juvenilis, pitiriasis rubra pilaris, dan penyakit Darier. Fenomena Kobner
didapatkan insiden yang bervariasi antara 38-76 % pada pasien psoriasis. Fenomena tetesan
lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang
digores disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores dapat menggunakan pingir
gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebakan
oleh papilomatosis. Cara megerjakannya : skuama yang berlapis-lapis itu dikerok, bisa
dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka pengerokan harus dilakukan
perlahanlahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik
melainkan perdarahan yang merata. Fenomena Kobner dapat terjadi 7-14 hari setelah trauma
pada kulit penderita psoriasis, misalnya garukan dapat menyebabkan kelainan yang sama
dengan kelainan psoriasis. Dua puluh lima sampai lima puluh persen penderita psoriasis yang
lama juga dapat menyebabkan kelainan pada kuku, dimana perubahan yang dijumpai berupa
pitting nail atau nail pit pada lempeng kuku berupa lekukan-lekukan miliar. Perubahan pada
kuku terdiri dari onikolosis (terlepasnya seluruh atau sebagian kuku dari matriksnya),
hiperkeratosis subungual (bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk di
bawahnya), oil spots subungual, dan koilonikia ( spooning of nail plate).
Disamping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula menyebabkan
kelainan pada sendi, tetapi jarang terjadi. Antara 10-30 % pasien psoriasis berhubungan
dengan atritis disebut Psoriasis Artritis yang menyebabkan radang pada sendi. Umumnya
bersifat poliartikular, tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal, terbanyak terdapat
5/26/2018 Case Kulit
11/19
pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik
subkorteks.
Gambaran Histopatologi Psoriasis
Psoriasis memberikan gambaran histopatologi, yaitu perpanjangan (akantosis) reteridges
dengan bentuk clubike, perpanjangan papila dermis, lapisan sel granuler menghilang,
parakeratosis, mikro abses munro (kumpulan netrofil leukosit polimorfonuklear yang
menyerupai pustul spongiform kecil) dalam stratum korneum, penebalan suprapapiler
epidermis (menyebabkan tanda Auspitz), dilatasi kapiler papila dermis dan pembuluh darah
berkelok-kelok, infiltrat inflamasi limfohistiositik ringan sampai sedang dalam papila dermis
atas.
Laboratorium Psoriasis
Tidak ada kelainan laboratorium yang spesifik pada penderita psoriasis tanpa terkecuali pada
psoriasis pustular general serta eritroderma psoriasis dan pada plak serta psoriasis gutata.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan bertujuan menganalisis penyebab psoriasis, seperti
pemeriksaan darah rutin, kimia darah, gula darah, kolesterol, dan asam urat. Bila penyakit
tersebar luas, pada 50 % pasien dijumpai peningkatan asam urat, dimana hal ini berhubungan
dengan luasnya lesi dan aktifnya penyakit. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya Artritis
Gout. Laju endapan eritrosit dapat meningkat terutama terjadi pada fase aktif. Dapat juga
ditemukan peningkatan metabolit asam nukleat pada ekskresi urin. Pada psoriasis berat,
psoriasis pustular general dan eritroderma keseimbangan nitrogen terganggu terutama
penurunan serum albumin. Protein C reaktif, makroglobulin, level IgA serum dan kompleks
imun IgA meningkat, dimana sampai saat ini peranan pada psoriasis tidak diketahui.
F. DIAGNOSIS BANDING PSORIASIS
a. Dermatofitosis (Tinea dan Onikomikosis)
Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa eritema dapat terjadi hanya di
pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya adalah skuama umumnya pada
perifer lesi dengan gambaran khas adanya central healing, keluhan pada dermatofitosis gatal
sekali dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.
b. Sifilis Psoriasiformis
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriasiformis.
Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan sering disertai demam pada
malam hari (dolores nocturnal), STS positif (tes serologik untuk sifilis), terdapat senggama
5/26/2018 Case Kulit
12/19
tersangka (coitus suspectus), dan pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh serta
alopesia areata.
c. Dermatitis Seboroik
Predileksi Dermatitis Seboroik pada alis, lipatan nasolabial, telinga sternum dan fleksura.
Sedangkan Psoriasis pada permukaan ekstensor terutama lutut dan siku serta kepala. Skuama
pada psoriasis kering, putih, mengkilap, sedangkan pada Dermatitis Seboroik skuama
berminyak, tidak bercahaya. Psoriasis tidak lazim pada wajah dan jika skuama diangkat
tampak basah bintik perdarahan dari kapiler (Auspitz sign), dimana tanda ini tidak ditemukan
pada dermatitis seboroik.
d. Pitiriasis Rosea
Pada pitiriasis Rosea, lokasi erupsi pada lengan atas, badan dan paha, bentuk oval, distribusi
memanjang mengikuti garis tubuh (pohon cemara), skuama sedikit tidak berlapis-lapis dan
didahului oleh herald patch.
e. Mikosis Fungoides
Pada Mikosis Fungoides gambaran plak identik dengan psoriasis dan hanya bisa dibedakan
dengan biopsi. Plak pada miksosis fungoides pada umumnya asimetris dan tebalnya
bervariasi dengan sedikit atau tidak ada skuama.
f. Dermatitis Atopi
Distribusi biasanya tidak ada pada permukaan ekstensor siku dan lutut, biasanya disertai
eksudasi dengan skuama keabu-abuan disertai gatal berat.
G. PENATALAKSANAAN PSORIASIS
Oleh karena penyebab pasti belum jelas, maka diberikan pengobatan simtomatis sambil
berusaha mencari / mengeliminasi faktor pencetus :
A. Topikal
a. Preparat ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah anti radang.
Preparat ter berguna pada keadaan-keadaan:
Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau takhifilaksis oleh
karena pemakaian pada lesi luas.
Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal kurang bijaksana.
Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik.
Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari :
Fosil, misalnya iktiol.
5/26/2018 Case Kulit
13/19
Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.
Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens.
Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter batubara lebih efektif dari
pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga jauh lebih besar. Pada
psoriasis yang menahun lebih baik digunakan ter yang beasal dari batubara, sebaliknya
psoriasis akut dipilih ter dari kayu. Preparat ter digunakan dengan konsentrasi 2-5 %. Untuk
mempercepat, ter dapat dikombinasi dengan asam salisilat 2-10 % dan sulfur presipitatum 3-
5 %.
b. Kortikosteroid
Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara, yaitu:
1. Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.
2. Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler.
3. Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit memegang peranan dan
steroid topikal dapat menurunkan inflamasi.
Fluorinate, triamcinolone 0,1 % dan flucinolone topikal efektif untuk kebanyakan kasus
psoriasis pada anak. Preparat hidrokortison 1%-2,5% harus digunakan pada fase akut dan
sebagai pengobatan maintenance. Kortikosteoid tersedia dalam bentuk gel, lotion, solution
dan krim, serta ointment dimana pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi efek samping.
Efek samping berupa atrofi, erupsi akneiformis, striae, telangiektasis di muka, dapat terjadi
pada pemakaian topikal potensi kuat, terutama bila digunakan under occlusion. Kadang-
kadang pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi hypothalamic pituitary adrenal axis
(HPA) sehingga dianjurkan pemeriksaaan level serum kortisol.
c. Ditranol (antralin)
Antralin mempunyai efek sitostatik, sebab dapat mengikat asam nukleat, menghambat
sintesis DNA dan menggabungkan uridin ke dalam RNA nukleus.6,8 Obat ini dikatakan
efektif pada Psoriasis Gutata.2,8 Kekurangannya adalah mewarnai kulit dan pakaian.2,6,7,8
Konsentrasi yang digunakan biasanya 02-0,8 persen dalam pasta, salep, atau krim.1,2 Lama
pemakaian hanya . . jam sehari sekali untuk mencegah iritasi penyembuhan dalam 3
minggu.
d. Calcipotriol
Calcipotriol ialah sintetik vit D yang bekerja dengan menghambat proliferasi sel dan
diferensiasi sel terminal, meningkatkan diferensiasi terminal keratinosit, dan menghambat
proliferasi keratinosit.2,6,8 Preparatnya berupa salep atau krim 50 mg/g.2 Efek sampingnya
5/26/2018 Case Kulit
14/19
berupa iritasi, yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi.
Rasa tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat dihentikan.
e. Tazaroten
Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat proliferasi dan
normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan menghambat petanda proinflamasi pada sel
radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi
0,05 % dan 0,1 %. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat akan
mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa
gatal, rasa terbakar, dan eritema pada 30 % kasus, juga bersifat fotosensitif.
f. Emolien
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh (selain lipatan),
ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan bahan dasar vaselin 1-2
kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan
aktif. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.
B. Sistemik
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dan diindikasikan pada Psoriasis Eritroderma,
Psoriasis Artritis, dan Psoriasis Pustulosa Tipe Zumbusch. Dimulai dengan prednison dosis
rendah 30-60 mg (1-2 mg/kgBB/hari), atau steroid lain dengan dosis ekivalen. Setelah
membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian diberi dosis pemeliharaan. Penghentian
obat secara mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi Psoriasis Pustulosa
Generalisata.
b. Sitostatik
Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX). Indikasinya ialah untuk
psoriasis, Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, dan Psoriasis Eritroderma
yang sukar terkontrol dengan obat. Dosis 2,5-5 mg/hari selama 14 hari dengan istirahat yang
cukup. Dapat dicoba dengan dosis tunggal 25 mg/minggu dan 50 mg tiap minggu berikutnya.
Dapat pula diberikan intramuskular 25 mg/minggu, dan 50 mg pada tiap minggu berikutnya.
Kerja metotreksat adalah menghambat sintesis DNA dengan cara menghambat dihidrofolat
reduktase dan dengan demikian menghasilkan kerja antimitotik pada epidermis. Penyelidikan
in vitro akhir-akhir ini, metotreksat 10-100 kali lebih efektif dalam menghambat proliferasi
sel-sel limfoid.
Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoietik, kehamilan, penyakit
5/26/2018 Case Kulit
15/19
infeksi aktif (misalnya tuberkulosis), ulkus peptikum, kolitis ulserosa, dan psikosis. Efek
samping metotreksat berupa nyeri kepala, alopesia, kerusakan kromosom, aktivasi
tuberkulosis, nefrotoksik, juga terhadap saluran cerna, sumsum tulang belakang, hepar, dan
lien. Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri lambung, stomatitis ulserosa, dan diare. Jika
hebat dapat terjadi enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Sumsum tulang berakibat
timbulnya leukopenia, trombositopenia, kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi
fibrosis portal dan sirosis hepatik.
c. DDS
DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan Psoriasis Pustulosa tipe Barber
dengan dosis 2100 mg/hari.1,2 Efek sampingnya ialah anemia hemolitik,
methemoglobinemia, dan agranulositosis.
d. Etretinat (tegison, tigason)
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi psoriasis yang
sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Etretinat efektif
untuk Psoriasis Pustular dan dapat pula digunakan untuk psoriasis eritroderma. Kerja retinoid
yaitu mengatur pertumbuhan dan diferensiasi terminal keratinosit yang pada akhirnya dapat
menetralkan stadium hiperproliferasi. Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel
epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal. Retinoid juga memberikan efek anti inflamasi
seperti menghambat netrofil. Dosisnya bervariasi : pada bulan pertama diberikan
1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1. mg/kgbb/hari.
Efek sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada mulut, mata, dan
hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan persendian, peninggian
lipid darah, gangguan fungsi hepar (peningkatan enzim hati), hiperostosis, dan teratogenik.
Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan.
e. Asitretin (neotigason)
Merupakan metabolit aktif etretinat yang utama. Asitretin sebagai monoterapi sangat efektif
untuk Psoriasis Eritroderma dan Pustular.2,8,13 Efek sampingnya dan manfaatnya serupa
dengan etretinat. Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2-4 hari, dibandingkan
dengan etretinat yang lebih dari 100-120 hari.2,6,8 Dosisnya 0,5 mg/kgbb/hari. Obat ini lebih
menjanjikan untuk penderita anak-anak dan wanita usia produktif.
f. Siklosporin A
Digunakan bila tidak berespon dengan pengobatan konvensional. Efeknya ialah
imunosupresif.2,7,16 Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari.6 Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik,
gastrointestinal, flu like symptoms, hipertrikosis, hipertrofi gingiva, serta hipertensi. Hasil
5/26/2018 Case Kulit
16/19
pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.
g. Eritromisin
Merupakan antibiotik pilihan karena menghambat efek kemotaksis netrofil dan biasanya
pada psoriasis gutata yang rekuren setelah infeksi streptokokus dapat dipertimbangkan untuk
pemeriksaan kultur tenggorokan.
C. Fototerapi
Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan untuk
pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara alamiah, tetapi
sayang tidak dapt diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah psoriasis. Karena itu,
digunakan sinar ulraviolet artfisial, diantaranya sinar A yang dikenal sebagai. Sinar tersebut
dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen,
metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai
pengobatan cara Goeckerman. PUVA efektif pada 85 % kasus, ketika psoriasis tidak
berespon terhadap terapi yang lain. Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan
terjadi efek sinergik. Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran
ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya
dilakukan pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.
Efek samping overdosis dari fototerapi berupa mual, muntah, pusing dan sakit kepala.
Adapun kanker kulit (karsinoma sel skuamos) yang dianggap sebagai resiko PUVA masih
kontroversial.
H. KESIMPULAN
Psoriasis adalah penyakit kronik yang residif yang hingga saat ini belum diketahui secara
pasti penyebabnya. Psoriasis bisa terjadi pada semua umur, umumnya terjadi pada orang
dewasa. Pada penderita psoriasis tidak mempengaruhi keadaan umum, penderita hanya
mengeluh gatal ringan, lesi pada kulit berupa eritema dan skuama yang berlapis-lapis. Selain
itu psoriasis dapat menyebabkan kelainan kuku dan kelainan pada sendi. Kebanyakan
psoriasis yang onsetnya di mulai pada anak-anak biasanya menjadi berat pada usia dewasa.
Pengobatan agresif dan edukasi dapat mengurangi beratnya penyakit ini. Dengan kontrol
teratur dapat memberi kesembuhan, walaupun pada beberapa penderita dapat terjadi
penyembuhan spontan namun dapat juga berlangsung lama (kronis)
5/26/2018 Case Kulit
17/19
DISKUSI
Pada kasus ini di diagnosis psoriasis berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis yang
terdapat pada pasien. Riwayat dan gejala klinis psoriasis ditemukan pada kasus ini. Dari
anamnesis didapatkan keluhan terdapat bercak merah kasar terasa gatal semakin banyak
memenuhi dada, punggung, serta di kedua tungkai kaki. Keluhan disertai rasa panas. Yang
kemudian digaruk jadi mengelupas, berwarna putih seperti serpihan ketombe, tampak bersisik
dan makin menebal. Dengan perjalanan penyakit yang kronik dan residif. Pada gambaran
klinis ditemukan pada Regio presternalis, pectoralis, inframammaria, epigastrika, umbilicus,
Regio vertebralis, infrascapularis, lumbalis, regio cruris dekstra et sinistra. Di temukan plak
eritem multiple berukuran lentikular, numular sampai plakat sirkumskripta dengan skuama
berlapis-lapis, transparan dan berwarna putih mengkilat. Makula hiperpigmentasi multiple
lentikular sampai plakat. Ekskoriasis multiple ukuran lentikular sampai numular. Pada test
manipulasi didapatkan Fenomena tetesan lilin (+), Auspitz (+). Gambaran ini sesuai dengan
gambaran klinis psoriasis dimana ditemukan bercakbercak eritem yang meninggi (plak)
dengan skuama diatasnya. Eritem berbatas tegas dan merata, Skuama berlapis-lapis, kasar
dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Terdapat fenomena tetesan lilin, dan
Auspitz. Pada pasien ini diagnosis bandingnya adalah :
a. Dermatofitosis (Tinea dan Onikomikosis)
Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa eritema dapat terjadi hanya di
pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya adalah skuama umumnya pada
perifer lesi dengan gambaran khas adanya central healing, keluhan pada dermatofitosis gatal
sekali dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.
b. Sifilis Psoriasiformis
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriasiformis.
Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan sering disertai demam pada
malam hari (dolores nocturnal), STS positif (tes serologik untuk sifilis), terdapat senggama
tersangka (coitus suspectus), dan pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh serta
alopesia areata.
c. Dermatitis Seboroik
Predileksi Dermatitis Seboroik pada alis, lipatan nasolabial, telinga sternum dan fleksura.
Sedangkan Psoriasis pada permukaan ekstensor terutama lutut dan siku serta kepala. Skuama
pada psoriasis kering, putih, mengkilap, sedangkan pada Dermatitis Seboroik skuama
berminyak, tidak bercahaya. Psoriasis tidak lazim pada wajah dan jika skuama diangkat
5/26/2018 Case Kulit
18/19
tampak basah bintik perdarahan dari kapiler (Auspitz sign), dimana tanda ini tidak ditemukan
pada dermatitis seboroik.
d. Pitiriasis Rosea
Pada pitiriasis Rosea, lokasi erupsi pada lengan atas, badan dan paha, bentuk oval, distribusi
memanjang mengikuti garis tubuh (pohon cemara), skuama sedikit tidak berlapis-lapis dan
didahului oleh herald patch.
e. Mikosis Fungoides
Pada Mikosis Fungoides gambaran plak identik dengan psoriasis dan hanya bisa dibedakan
dengan biopsi. Plak pada miksosis fungoides pada umumnya asimetris dan tebalnya
bervariasi dengan sedikit atau tidak ada skuama.
f. Dermatitis Atopi
Distribusi biasanya tidak ada pada permukaan ekstensor siku dan lutut, biasanya disertai
eksudasi dengan skuama keabu-abuan disertai gatal berat. Pengobatan yang diberikan pada
kasus ini untuk sistemik dan topikal antara lain:
Metotreksat merupakan sitostatika, mencegah lesi agar tidak melebar. Perlu periksa fungsi
hati karena salah satu efek sampingnya ke hati.
Antihistamin: klorfeniramin maleat untuk mengurangi gejala gatalgatal, menghambat
efek histamin yang dilepaskan sewaktu reaksi antigen antibodi terjadi.
Salap campuran liquor Carbonas detergens 5% dan asam salisil 5% bersifat keratolitik,
digunakan salap karena mempunyai daya penetrasi yang baik.
5/26/2018 Case Kulit
19/19
DAFTAR PUSTAKA
1. Adhi djuanda: psoriasis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi ketiga, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2000
2. Siregar R.S: psoriasis dalam atlas berwarna saripati penyakit kulit, edisi kedua, EGC,
Jakarta, 2005
3. Benny effendi wiryadi: psoriasis penatalaksanaan dalam metode diagnostik dan
penatalaksanaan psoriasis dan dermatitis seboroik, BP FKUI, Jakarta, 2003
4. Emmy S, Sri linuwih, M. wisnu: psoriasis dalam penyakit kulit yang umum di
Indonesia sebuah panduan bergambar, MMI, Jakarta, 2005
5. National Institutes of Health | Department of Health & Human Services
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/psoriasis.html
6. Yayasan Psoriasis Indonesia. Pusat Informasi Online Penyakit Kulit Psoriasis.
http://www.psoriasis.or.id/psoriasis.php
7. http://www.psoriasisindonesia.org
8. Psoriasis From Wikipedia, the free encyclopedia
http://en.wikipedia.org/wiki/Psoriasis