Case Kulit

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/26/2018 Case Kulit

    1/19

    I. IDENTIFIKASI PASIEN

    Nama : Tn. Halabah

    Umur : 43 tahun

    Jenis kelamin : Lakilaki

    Alamat : Kampung Baru, kecamatan Rajabasa

    Suku bangsa : Jawa Serang

    Pekerjaan : PNS Politeknik Negeri Lampung

    Agama : Islam

    Status : Menikah

    II. ANAMNESIS

    Keluhan utama : Gatalgatal di seluruh badan

    Keluhan tambahan : Panas

    Riwayat Penyakit :

    } 5 bulan yang lalu timbul bercak merah kasar sebesar koin seribu rupiah di sekitar

    punggung, bercak tersebut terasa gatal membuat pasien ingin menggaruknya, makin lama

    pada } 3 bulan yang lalu, timbul bercak yang sama semakin banyak memenuhi dada,

    punggung, muncul juga di kedua tungkai kaki, dan kepala. Keluhan disertai rasa panas dan

    bercakbercak yang terasa gatal, bila di garuk jadi mengelupas, berwarna putih seperti

    serpihan ketombe, tampak bersisik. Bila keringatan dan pada malam hari terasa lebih gatal

    sehingga menggaruknya sampai berdarah. 2 bulan yang lalu, pasien berobat ke puskesmas di

    beri obat minum 2 macam ( pasien tidak tahu nama obat nya apa) warna hijau dan kuning,

    dan obat salep inerson. Pasien berobat rutin di puskesmas selama 4 minggu dan terus

    diberikan obat yang sama seperti awal berobat.

    Namun, keluhan gatal tetap dirasakan dan bahkan bertambah meluas ke seluruh

    bagian tubuh pasien. Akhirnya pasien disarankan oleh dokter di puskesmas itu untuk berobat

    ke dokter kulit RSAM. Pasien mengaku tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.

    Pasien menyangkal menderita penyakit lain seperti kencing manis. Pasien

    menyangkal di keluarganya ada yang sakit seperti ini.

    Pengobatan yang pernah di dapat :

    - 2 macam obat warna hijau dan kuning bulat kecil di minum 2 x 1.

    - Salep inerson

    Penyakit lain yang pernah di derita :

  • 5/26/2018 Case Kulit

    2/19

    - Tidak ada

    III. STATUS GENERA;LIS

    Keadaan umum : Tampak sakit ringan

    Kesadaran : Compos mentis

    Status gizi : Cukup

    Tanda vital

    a. Tekanan darah : Tidak dilakukan

    b. Nadi : 84 x/menit

    c. RR : 24 x/menit

    d. Suhu : afebris

    Thoraks : Dalam batas normal

    Abdomen : Dalam batas normal

    KGB : Tidak ada pembesaran

    IV. STATUS DERMATOLOGIS

    Lokasi : Regio presternalis, pectoralis, inframammaria, epigastrika, umbilicus Regio

    vertebralis, infrascapularis, lumbalis Regio cruris dekstra et sinistra

    Inspeksi : Tampak plak eritem multiple berukuran lentikular, numular sampai plakat

    sirkumskripta dengan skuama berlapis-lapis, transparan dan berwarna putih mengkilat.

    Tampak makula hiperpigmentasi multiple lentikular sampai plakat. Tampak ekskoriasis

    multiple ukuran lentikular sampai numular.

    Test manipulasi : Fenomena tetesan lilin (+) Auspitz (+) Fenomena Koebner tidak dilakukan

    V. LABORATORIUM : Tidak dilakukan

    VI. RESUME

    Pasien laki-laki, Tn. H, 43 tahun, menikah, PNS. Datang ke poli kulit RSAM dengan keluhan

    gatalgatal di seluruh badan. } 5 bulan yang lalu timbul bercak merah kasar sebesar koin

    seribu rupiah di sekitar punggung, bercak tersebut terasa gatal membuat pasien ingin

    menggaruknya, makin lama pada } 3 bulan yang lalu, timbul bercak yang sama semakin

    banyak memenuhi dada, punggung, muncul juga di kedua tungkai kaki, dan kepala. Keluhan

    disertai rasa panas dan bercakbercak yang terasa gatal, bila di garuk jadi mengelupas,

    berwarna putih seperti serpihan ketombe, tampak bersisik. Bila keringatan dan pada malam

    hari terasa lebih gatal sehingga menggaruknya sampai berdarah. 2 bulan yang lalu, pasien

    berobat ke puskesmas di beri obat minum 2 macam ( pasien tidak tahu nama obat nya apa)

  • 5/26/2018 Case Kulit

    3/19

    warna hijau dan kuning, dan obat salep inerson. Pasien berobat rutin di puskesmas selama 4

    minggu dan terus diberikan obat yang sama seperti awal berobat. Namun, keluhan gatal tetap

    dirasakan dan bahkan bertambah meluas ke seluruh bagian tubuh pasien. Akhirnya pasien

    disarankan oleh dokter di puskesmas itu untuk berobat ke dokter kulit RSAM. Pasien

    mengaku tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Pasien menyangkal menderita penyakit

    lain seperti kencing manis. Pasien menyangkal di keluarganya ada yang sakit seperti ini.

    Status generalis dalam batas normal. Status dermatologis pada regio presternalis, pectoralis,

    inframammaria, epigastrika, umbilicus, vertebralis, infrascapularis, lumbalis, cruris dekstra et

    sinistra. Di temukan plak eritem multiple berukuran lentikular, numular sampai plakat

    sirkumskripta dengan skuama berlapis-lapis, transparan dan berwarna putih mengkilat.

    Makula hiperpigmentasi multiple lentikular sampai plakat. Ekskoriasis multiple ukuran

    lentikular sampai numular. Pada test manipulasi didapatkan Fenomena tetesan lilin (+),

    Auspitz (+).

    VII. DIAGNOSIS BANDING

    Psoriasis

    Dermatofitosis

    Sifilis Psoriasiformis

    Dermatitis Seboroik

    Dermatitis Atopi

    Mikosis Fungoides

    Pitiriasis Rosea

    VIII. DIAGNOSA KERJA

    Psoriasis

    IX. PENATALAKSANAAN

    1. Umum

    Menghindari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit dan

    faktor-faktor yang dapat memperberat penyakit, seperti stress psikis, infeksi

    lokal, gangguan metabolik dan trauma.

    2. Khusus

    Sistemik

    o Metotreksat 3 x 2,5 mg perminggu

    o Antihistamin: klorfeniramin maleat 2 x 4 mg

    Topikal

    o Salep campuran Liquor Carbonas detergens 5% dan asam salisil 5%

  • 5/26/2018 Case Kulit

    4/19

    X. PEMERIKSAAN ANJURAN

    - Kerokan kulit dengan KOH

    - Pemeriksaan yang bertujuan menganalisis penyebab psoriasis, seperti pemeriksaan

    darah rutin, kimia darah, gula darah, kolesterol dan asam urat.

    XI. PROGNOSIS

    Dubia ad bonam

    XII. FOLLOW UP

    Kontrol bila obat habis belum ada perbaikan atau keluhan berulang.

  • 5/26/2018 Case Kulit

    5/19

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DEFINISI

    Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak

    eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal berlapis-lapis berwarna putih

    mengkilap serta transparan, disertai fenomen tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Penyebab

    psoriasis hingga saat ini belum diketahui, tetapi yang pasti pembentukan epidermis

    dipercepat, dimana proses pergantian kulit pada pasien psoriasis berlangsung secara cepat

    yaitu sekitar 2-4 hari, sedangkan pada orang normal berlangsung 3-4 minggu. Penyakit ini

    tidak menyebabkan kematian, tidak menular, tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada

    bagian tubuh mana saja sehingga dapat menyebabkan gangguan kosmetik, menurunkan

    kualitas hidup, gangguan psikologis (mental), sosial, dan finansial.

    Psoriasis ditemukan di mana-mana di dunia, tetapi catatan prevalensi di daerah yang berbeda

    bervariasi kurang dari 1% hingga mencapai 3% dari populasi.2,5 Insiden pada orang kulit

    putih lebih banyak dibandingkan dengan orang yang kulit berwarna. Di United States,

    psoriasis dijumpai sebanyak 2% dari populasi, dengan rata-rata 150.000 kasus baru pertahun.

    Psoriasis jarang ditemukan di Afrika Barat dan Amerika Utara. Insiden penyakit ini juga

    rendah pada bangsa Jepang dan Eskimo, serta populasi kulit hitam. Insiden psoriasis pada

    pria agak lebih banyak dari pada wanita, psoriasis dapat terjadi pada semua usia, tetapi

    umumnya pada orang dewasa muda. Onset penyakit ini umumnya kurang pada usia yang

    sangat muda dan orang tua.2,5 Dua kelompok usia yang terbanyak adalah pada usia antara 20

    30 tahun dan yang lebih sedikit pada usia antara 50 60 tahun. Psoriasis lebih banyak

    dijumpai pada daerah dingin dan lebih banyak terjadi pada musim hujan.

    B. ETIOLOGI PSORIASIS

    Penyebab psoriasis hingga saat ini tidak diketahui, terdapat predisposisi genetik tetapi secara

    pasti cara diturunkan tidak diketahui. Psoriasis tampaknya merupakan suatu penyakit

    keturunan dan tampaknya juga berhubungan dengan kekebalan dan respon peradangan.

    Diketahui faktor utama yang menunjang penyebab psoriasis adalah hiperplasia sel epidermis.

    Penyelidikan sel kinetik menunjukkan bahwa pada psoriasis terjadi percepatan proliferasi sel-

    sel epidermis serta siklus sel germinatum lebih cepat dibandingkan sel-sel pada kulit normal.

    Pergantian epidermis hanya terjadi dalam 3-4 hari sedangkan turn over time epidermis

    normalnya adalah 28-56 hari.

  • 5/26/2018 Case Kulit

    6/19

    Faktor genetik sangat berperan, dimana bila orang tuanya tidak menderita psoriasis, resiko

    untuk mendapat psoriasis 12 %, sedangkan jika salah seorang orang tuanya menderita

    psoriasis resikonya mencapai 34-39 %. Hal lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah

    bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe :

    Psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial dan berhubungan dengan HLA-B13, B17,

    Bw57, dan Cw6 sedangkan psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial dan

    berhubungan dengan HLA-B27 dan Cw2 dan Psoriasis Pustulosa berkorelasi dengan

    HLAB27. Psoriasis merupakan kelainan multifaktorial dimana faktor genetik dan lingkungan

    memegang peranan penting. Ada beberapa faktorfaktor yang dapat mencetuskan psoriasis,

    yaitu:

    1. Trauma: Dilaporkan bahwa berbagai tipe trauma kulit dapat menimbulkan psoriasis.2. Infeksi: Sekitar 54 % anak-anak dilaporkan terjadi eksaserbasi psoriasis dalam 2-3

    minggu setelah infeksi saluran pernapasan atas. Infeksi fokal yang mempunyai

    hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah Psoriasis Gutata, sedangkan

    hubungannya dengan Psoriasis Vulgaris tidak jelas dan pernah di laporkan kasuskasus

    Psoriasis Gutata yang sembuh setelah diadakan tonsilektomi. Streptococcus pyogenes

    telah diisolasi sebanyak 26 % pada Psoriasis Gutata Akut, 14 % pada pasien Psoriasis

    Plak, dan 16 % pada pasien Psoriasis Kronik.

    3. Stres : Dalam penyelidikan klinik, sekitar 30-40 % kasus terjadi perburukan olehkarena stres. Stres bisa merangsang kekambuhan psoriasis dan cepat menjalar bila

    kondisi pasien tidak stabil. Pada anak-anak, eksaserbasi yang dihubungkan dengan

    stres terjadi lebih dari 90 %. Stres psikis merupakan faktor pencetus utama.2,12 Tidak

    ditemukan gangguan kepribadiaan pada penderita psoriasis. Adanya kemungkinan

    bahwa stres psikologis dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan menerima

    terapi dan dapat menyebabkan deteriorasi terutama pada kasus berat.

    4. Alkohol : Umumnya dipercaya bahwa alkohol berefek memperberat psoriasis tetapipendapat ini belum dikonfirmasi dan kepercayaan ini muncul berdasarkan observasi

    pecandu alkohol yang menderita psoriasis. Peminum berat yang telah sampai pada

    level yang membayakan kesehatan sering ditemukan pada pasien psorasis berat

    lakilaki dibandingkan penderita psorasis lainnya. Kemungkinan alkohol yang

    berlebihan dapat mengurangi kemampuan pengobatan dan juga adanya gejala stres

    menyebabkan parahnya penyakit kulit.

  • 5/26/2018 Case Kulit

    7/19

    5. Faktor endokrin : Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan menopause.Pada waktu kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada masa pasca partus

    memburuk.

    6. Sinar matahari : Dilaporkan 10 % terjadi perburukan lesi.

    C. PATOGENESIS PSORIASIS

    Psoriasis merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan aktivitas berbagai gen yang

    berinteraksi dengan lingkungan, berhubungan kuat dengan alel HLA-CW-6. The Human

    Genom Project akan membantu mengidentifikasi major histocompatibility Complex (MHC)

    dan gen non MHC yang terlibat pada psoriasis. Patogenesis psoriasis tetap tidak diketahui

    tetapi beberapa penulis percaya bahwa penyakit ini merupakan autoimun murni dan sel T

    mediated. Beberapa penemuan mendukung autoimun ini seperti histokompatibiliti kompleks

    mayor (MHC) antigen, akumulasi sel T terutama memori, serta adanya lapisan anti korneum

    dan anti keratinosit antibodi nukleus. Beragam data yang diperoleh akhir-akhir ini pada

    penyelidikan psoriasis menekankan bahwa terdapat aktivitas infiltrasi sel-sel CD4 pada lesi-

    lesi kulit. Lesi psoriasis lama umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang

    terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis. Pada

    psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel langerhans juga

    berperan pada imunopatogenesis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali dengan adanya

    pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel Langerhans. Beberapa sitokin

    dan reseptornya memperlihatkan peningkatan level pada epidermis psoriasis. Perubahan-

    perubahan biokimia yang ditemukan pada psoriasis meliputi : Konsentrasi lipid yang tinggi

    dan peningkatan level enzim protein nuklear pada glikolitik pathway yang menyebabkan turn

    over sel meningkat. Perhatian yang sungguh-sungguh difokuskan pada level siklik nukleotida

    terutama AMP siklik (cAMP) yang mengontrol epidermopoesis. Juga dilaporkan terjadinya

    kenaikan yang menyolok dari level siklik GMP (cGMP) dalam epidermis. Walaupun

    demikian peningkatan cGMP yang menyebabkan peningkatan kecepatan proliferasi seluler

    tidak diketahui hingga saat ini. cAMP epidermis sangat menurun selanjutnya asam arakidonik

    meningkat dalam epidermis.

    D. BENTUK KLINIS PSORIASIS

    Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis, yaitu:

    1. Psoriasis Vulgaris

  • 5/26/2018 Case Kulit

    8/19

    Hampir 80 % penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis Plak yang secara ilmiah disebut juga

    Psoriasis Vulgaris. Dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk plak.

    Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan di atas.

    Gambaran. Psoriasis Plak (Vulgaris)

    2. Psoriasis Gutata

    Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan diseminata,

    umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas atau sehabis influenza

    atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda.2,5,8,9,12 Selain itu, juga dapat timbul

    setelah infeksi yang lain, baik bakterial maupun viral, pada stres, luka pada kulit, penggunaan

    obat tertentu (antimalaria dan beta bloker)

    Gambaran. Psoriasis Gutata

    3. Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)

    Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada darerah fleksor sesuai dengan namanya,

    misalnya pada daerah aksilla, pangkal pahadi bawah payudara, lipatan-lipatan kulit di seklitaskemalua dan panggul.

    Gambaran. Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)

  • 5/26/2018 Case Kulit

    9/19

    4. Psoriasis Pustulosa

    Ada dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit

    tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat dua bentuk psoriasis pustulosa,

    bentuk lokalisata dan generalisata. Bentuk lokalisata contohnya psoriasis pustulosa

    palmplantar (Barber) yang menyerang telapak tangan dan kaki serta ujung jari. Sedangkan

    bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch) jika

    pustula timbul pada lesi psoriasis dan juga kulit di luar lesi, dan disertai gejala sistemik

    berupapanas / rasa terbakar.

    Gambaran. Psoriasisi Pustula

    5. Psoriasis Eritroderma

    Psoriasis Eritroderma dapat disebabkan oleh pengobatan topikal terlalu kuat atau oleh

    penyakitnya sendiri yang meluas. Bentuk ini dapat juga ditimbulkan oleh infeksi,

    hipokalsemia, obat antimalaria, tar dan penghentian kortikosterid, baik topikal maupun

    sistemik. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema

    dan skuama tebal universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar, yakni

    lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.

    Gambaran. Psoriasis Eritroderma

    E. DIAGNOSIS PSORIASIS

    Diagnosis Psoriasis dilakukan melalui:

    Pemeriksaan Kulit :

    Dari autoanamnesis pasien Psoriasis Vulgaris mengeluh adanya bercak kemerahan yang

    menonjol pada kulit dengan pinggiran merah, tertutup dengan sisik keperakan, dengan ukuran

    yang bervariasi, makin melebar, bisa pecah dan menimbulkan nyeri, jarang menyebabkan

    gatal. Kelainan kulit pada psoriasis terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak)

    dengan skuama di atasnya. Bisa ditemukan eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada

  • 5/26/2018 Case Kulit

    10/19

    stadium penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di

    pingir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika (mica-like scale), serta

    transparan. Besar kelainan bervariasi dari milier, lentikular, numular, sampai plakat, dan

    berkonfluensi, dengan gambaran yang beraneka ragam, dapat arsinar, sirsinar, polisiklis atau

    geografis. Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut,

    lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp, perbatasan skalp dengan

    muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan bawah, umbilikus, serta kuku. Pada psoriasis

    terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik). Fenomena tetesan lilin dan

    Auspitz merupakan gambaran khas pada lesi psoriasis dan merupakan nilai diagnostik,

    kecuali pada psoriasis inverse (psoriasis pustular) dan digunakan untuk membandingkan

    psoriasis dengan penyakit kulit yang mempunyai morfologi yang sama, sedangkan Kobner

    tidak khas, karena didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus, liken nitidus,

    veruka plana juvenilis, pitiriasis rubra pilaris, dan penyakit Darier. Fenomena Kobner

    didapatkan insiden yang bervariasi antara 38-76 % pada pasien psoriasis. Fenomena tetesan

    lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang

    digores disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores dapat menggunakan pingir

    gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebakan

    oleh papilomatosis. Cara megerjakannya : skuama yang berlapis-lapis itu dikerok, bisa

    dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka pengerokan harus dilakukan

    perlahanlahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik

    melainkan perdarahan yang merata. Fenomena Kobner dapat terjadi 7-14 hari setelah trauma

    pada kulit penderita psoriasis, misalnya garukan dapat menyebabkan kelainan yang sama

    dengan kelainan psoriasis. Dua puluh lima sampai lima puluh persen penderita psoriasis yang

    lama juga dapat menyebabkan kelainan pada kuku, dimana perubahan yang dijumpai berupa

    pitting nail atau nail pit pada lempeng kuku berupa lekukan-lekukan miliar. Perubahan pada

    kuku terdiri dari onikolosis (terlepasnya seluruh atau sebagian kuku dari matriksnya),

    hiperkeratosis subungual (bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk di

    bawahnya), oil spots subungual, dan koilonikia ( spooning of nail plate).

    Disamping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula menyebabkan

    kelainan pada sendi, tetapi jarang terjadi. Antara 10-30 % pasien psoriasis berhubungan

    dengan atritis disebut Psoriasis Artritis yang menyebabkan radang pada sendi. Umumnya

    bersifat poliartikular, tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal, terbanyak terdapat

  • 5/26/2018 Case Kulit

    11/19

    pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik

    subkorteks.

    Gambaran Histopatologi Psoriasis

    Psoriasis memberikan gambaran histopatologi, yaitu perpanjangan (akantosis) reteridges

    dengan bentuk clubike, perpanjangan papila dermis, lapisan sel granuler menghilang,

    parakeratosis, mikro abses munro (kumpulan netrofil leukosit polimorfonuklear yang

    menyerupai pustul spongiform kecil) dalam stratum korneum, penebalan suprapapiler

    epidermis (menyebabkan tanda Auspitz), dilatasi kapiler papila dermis dan pembuluh darah

    berkelok-kelok, infiltrat inflamasi limfohistiositik ringan sampai sedang dalam papila dermis

    atas.

    Laboratorium Psoriasis

    Tidak ada kelainan laboratorium yang spesifik pada penderita psoriasis tanpa terkecuali pada

    psoriasis pustular general serta eritroderma psoriasis dan pada plak serta psoriasis gutata.

    Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan bertujuan menganalisis penyebab psoriasis, seperti

    pemeriksaan darah rutin, kimia darah, gula darah, kolesterol, dan asam urat. Bila penyakit

    tersebar luas, pada 50 % pasien dijumpai peningkatan asam urat, dimana hal ini berhubungan

    dengan luasnya lesi dan aktifnya penyakit. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya Artritis

    Gout. Laju endapan eritrosit dapat meningkat terutama terjadi pada fase aktif. Dapat juga

    ditemukan peningkatan metabolit asam nukleat pada ekskresi urin. Pada psoriasis berat,

    psoriasis pustular general dan eritroderma keseimbangan nitrogen terganggu terutama

    penurunan serum albumin. Protein C reaktif, makroglobulin, level IgA serum dan kompleks

    imun IgA meningkat, dimana sampai saat ini peranan pada psoriasis tidak diketahui.

    F. DIAGNOSIS BANDING PSORIASIS

    a. Dermatofitosis (Tinea dan Onikomikosis)

    Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa eritema dapat terjadi hanya di

    pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya adalah skuama umumnya pada

    perifer lesi dengan gambaran khas adanya central healing, keluhan pada dermatofitosis gatal

    sekali dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.

    b. Sifilis Psoriasiformis

    Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriasiformis.

    Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan sering disertai demam pada

    malam hari (dolores nocturnal), STS positif (tes serologik untuk sifilis), terdapat senggama

  • 5/26/2018 Case Kulit

    12/19

    tersangka (coitus suspectus), dan pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh serta

    alopesia areata.

    c. Dermatitis Seboroik

    Predileksi Dermatitis Seboroik pada alis, lipatan nasolabial, telinga sternum dan fleksura.

    Sedangkan Psoriasis pada permukaan ekstensor terutama lutut dan siku serta kepala. Skuama

    pada psoriasis kering, putih, mengkilap, sedangkan pada Dermatitis Seboroik skuama

    berminyak, tidak bercahaya. Psoriasis tidak lazim pada wajah dan jika skuama diangkat

    tampak basah bintik perdarahan dari kapiler (Auspitz sign), dimana tanda ini tidak ditemukan

    pada dermatitis seboroik.

    d. Pitiriasis Rosea

    Pada pitiriasis Rosea, lokasi erupsi pada lengan atas, badan dan paha, bentuk oval, distribusi

    memanjang mengikuti garis tubuh (pohon cemara), skuama sedikit tidak berlapis-lapis dan

    didahului oleh herald patch.

    e. Mikosis Fungoides

    Pada Mikosis Fungoides gambaran plak identik dengan psoriasis dan hanya bisa dibedakan

    dengan biopsi. Plak pada miksosis fungoides pada umumnya asimetris dan tebalnya

    bervariasi dengan sedikit atau tidak ada skuama.

    f. Dermatitis Atopi

    Distribusi biasanya tidak ada pada permukaan ekstensor siku dan lutut, biasanya disertai

    eksudasi dengan skuama keabu-abuan disertai gatal berat.

    G. PENATALAKSANAAN PSORIASIS

    Oleh karena penyebab pasti belum jelas, maka diberikan pengobatan simtomatis sambil

    berusaha mencari / mengeliminasi faktor pencetus :

    A. Topikal

    a. Preparat ter

    Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah anti radang.

    Preparat ter berguna pada keadaan-keadaan:

    Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau takhifilaksis oleh

    karena pemakaian pada lesi luas.

    Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal kurang bijaksana.

    Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik.

    Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari :

    Fosil, misalnya iktiol.

  • 5/26/2018 Case Kulit

    13/19

    Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.

    Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens.

    Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter batubara lebih efektif dari

    pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga jauh lebih besar. Pada

    psoriasis yang menahun lebih baik digunakan ter yang beasal dari batubara, sebaliknya

    psoriasis akut dipilih ter dari kayu. Preparat ter digunakan dengan konsentrasi 2-5 %. Untuk

    mempercepat, ter dapat dikombinasi dengan asam salisilat 2-10 % dan sulfur presipitatum 3-

    5 %.

    b. Kortikosteroid

    Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara, yaitu:

    1. Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.

    2. Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler.

    3. Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit memegang peranan dan

    steroid topikal dapat menurunkan inflamasi.

    Fluorinate, triamcinolone 0,1 % dan flucinolone topikal efektif untuk kebanyakan kasus

    psoriasis pada anak. Preparat hidrokortison 1%-2,5% harus digunakan pada fase akut dan

    sebagai pengobatan maintenance. Kortikosteoid tersedia dalam bentuk gel, lotion, solution

    dan krim, serta ointment dimana pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi efek samping.

    Efek samping berupa atrofi, erupsi akneiformis, striae, telangiektasis di muka, dapat terjadi

    pada pemakaian topikal potensi kuat, terutama bila digunakan under occlusion. Kadang-

    kadang pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi hypothalamic pituitary adrenal axis

    (HPA) sehingga dianjurkan pemeriksaaan level serum kortisol.

    c. Ditranol (antralin)

    Antralin mempunyai efek sitostatik, sebab dapat mengikat asam nukleat, menghambat

    sintesis DNA dan menggabungkan uridin ke dalam RNA nukleus.6,8 Obat ini dikatakan

    efektif pada Psoriasis Gutata.2,8 Kekurangannya adalah mewarnai kulit dan pakaian.2,6,7,8

    Konsentrasi yang digunakan biasanya 02-0,8 persen dalam pasta, salep, atau krim.1,2 Lama

    pemakaian hanya . . jam sehari sekali untuk mencegah iritasi penyembuhan dalam 3

    minggu.

    d. Calcipotriol

    Calcipotriol ialah sintetik vit D yang bekerja dengan menghambat proliferasi sel dan

    diferensiasi sel terminal, meningkatkan diferensiasi terminal keratinosit, dan menghambat

    proliferasi keratinosit.2,6,8 Preparatnya berupa salep atau krim 50 mg/g.2 Efek sampingnya

  • 5/26/2018 Case Kulit

    14/19

    berupa iritasi, yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi.

    Rasa tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat dihentikan.

    e. Tazaroten

    Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat proliferasi dan

    normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan menghambat petanda proinflamasi pada sel

    radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi

    0,05 % dan 0,1 %. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat akan

    mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa

    gatal, rasa terbakar, dan eritema pada 30 % kasus, juga bersifat fotosensitif.

    f. Emolien

    Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh (selain lipatan),

    ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan bahan dasar vaselin 1-2

    kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan

    aktif. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.

    B. Sistemik

    a. Kortikosteroid

    Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dan diindikasikan pada Psoriasis Eritroderma,

    Psoriasis Artritis, dan Psoriasis Pustulosa Tipe Zumbusch. Dimulai dengan prednison dosis

    rendah 30-60 mg (1-2 mg/kgBB/hari), atau steroid lain dengan dosis ekivalen. Setelah

    membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian diberi dosis pemeliharaan. Penghentian

    obat secara mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi Psoriasis Pustulosa

    Generalisata.

    b. Sitostatik

    Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX). Indikasinya ialah untuk

    psoriasis, Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, dan Psoriasis Eritroderma

    yang sukar terkontrol dengan obat. Dosis 2,5-5 mg/hari selama 14 hari dengan istirahat yang

    cukup. Dapat dicoba dengan dosis tunggal 25 mg/minggu dan 50 mg tiap minggu berikutnya.

    Dapat pula diberikan intramuskular 25 mg/minggu, dan 50 mg pada tiap minggu berikutnya.

    Kerja metotreksat adalah menghambat sintesis DNA dengan cara menghambat dihidrofolat

    reduktase dan dengan demikian menghasilkan kerja antimitotik pada epidermis. Penyelidikan

    in vitro akhir-akhir ini, metotreksat 10-100 kali lebih efektif dalam menghambat proliferasi

    sel-sel limfoid.

    Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoietik, kehamilan, penyakit

  • 5/26/2018 Case Kulit

    15/19

    infeksi aktif (misalnya tuberkulosis), ulkus peptikum, kolitis ulserosa, dan psikosis. Efek

    samping metotreksat berupa nyeri kepala, alopesia, kerusakan kromosom, aktivasi

    tuberkulosis, nefrotoksik, juga terhadap saluran cerna, sumsum tulang belakang, hepar, dan

    lien. Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri lambung, stomatitis ulserosa, dan diare. Jika

    hebat dapat terjadi enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Sumsum tulang berakibat

    timbulnya leukopenia, trombositopenia, kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi

    fibrosis portal dan sirosis hepatik.

    c. DDS

    DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan Psoriasis Pustulosa tipe Barber

    dengan dosis 2100 mg/hari.1,2 Efek sampingnya ialah anemia hemolitik,

    methemoglobinemia, dan agranulositosis.

    d. Etretinat (tegison, tigason)

    Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi psoriasis yang

    sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Etretinat efektif

    untuk Psoriasis Pustular dan dapat pula digunakan untuk psoriasis eritroderma. Kerja retinoid

    yaitu mengatur pertumbuhan dan diferensiasi terminal keratinosit yang pada akhirnya dapat

    menetralkan stadium hiperproliferasi. Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel

    epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal. Retinoid juga memberikan efek anti inflamasi

    seperti menghambat netrofil. Dosisnya bervariasi : pada bulan pertama diberikan

    1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1. mg/kgbb/hari.

    Efek sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada mulut, mata, dan

    hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan persendian, peninggian

    lipid darah, gangguan fungsi hepar (peningkatan enzim hati), hiperostosis, dan teratogenik.

    Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan.

    e. Asitretin (neotigason)

    Merupakan metabolit aktif etretinat yang utama. Asitretin sebagai monoterapi sangat efektif

    untuk Psoriasis Eritroderma dan Pustular.2,8,13 Efek sampingnya dan manfaatnya serupa

    dengan etretinat. Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2-4 hari, dibandingkan

    dengan etretinat yang lebih dari 100-120 hari.2,6,8 Dosisnya 0,5 mg/kgbb/hari. Obat ini lebih

    menjanjikan untuk penderita anak-anak dan wanita usia produktif.

    f. Siklosporin A

    Digunakan bila tidak berespon dengan pengobatan konvensional. Efeknya ialah

    imunosupresif.2,7,16 Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari.6 Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik,

    gastrointestinal, flu like symptoms, hipertrikosis, hipertrofi gingiva, serta hipertensi. Hasil

  • 5/26/2018 Case Kulit

    16/19

    pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.

    g. Eritromisin

    Merupakan antibiotik pilihan karena menghambat efek kemotaksis netrofil dan biasanya

    pada psoriasis gutata yang rekuren setelah infeksi streptokokus dapat dipertimbangkan untuk

    pemeriksaan kultur tenggorokan.

    C. Fototerapi

    Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan untuk

    pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara alamiah, tetapi

    sayang tidak dapt diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah psoriasis. Karena itu,

    digunakan sinar ulraviolet artfisial, diantaranya sinar A yang dikenal sebagai. Sinar tersebut

    dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen,

    metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai

    pengobatan cara Goeckerman. PUVA efektif pada 85 % kasus, ketika psoriasis tidak

    berespon terhadap terapi yang lain. Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan

    terjadi efek sinergik. Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran

    ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya

    dilakukan pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.

    Efek samping overdosis dari fototerapi berupa mual, muntah, pusing dan sakit kepala.

    Adapun kanker kulit (karsinoma sel skuamos) yang dianggap sebagai resiko PUVA masih

    kontroversial.

    H. KESIMPULAN

    Psoriasis adalah penyakit kronik yang residif yang hingga saat ini belum diketahui secara

    pasti penyebabnya. Psoriasis bisa terjadi pada semua umur, umumnya terjadi pada orang

    dewasa. Pada penderita psoriasis tidak mempengaruhi keadaan umum, penderita hanya

    mengeluh gatal ringan, lesi pada kulit berupa eritema dan skuama yang berlapis-lapis. Selain

    itu psoriasis dapat menyebabkan kelainan kuku dan kelainan pada sendi. Kebanyakan

    psoriasis yang onsetnya di mulai pada anak-anak biasanya menjadi berat pada usia dewasa.

    Pengobatan agresif dan edukasi dapat mengurangi beratnya penyakit ini. Dengan kontrol

    teratur dapat memberi kesembuhan, walaupun pada beberapa penderita dapat terjadi

    penyembuhan spontan namun dapat juga berlangsung lama (kronis)

  • 5/26/2018 Case Kulit

    17/19

    DISKUSI

    Pada kasus ini di diagnosis psoriasis berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis yang

    terdapat pada pasien. Riwayat dan gejala klinis psoriasis ditemukan pada kasus ini. Dari

    anamnesis didapatkan keluhan terdapat bercak merah kasar terasa gatal semakin banyak

    memenuhi dada, punggung, serta di kedua tungkai kaki. Keluhan disertai rasa panas. Yang

    kemudian digaruk jadi mengelupas, berwarna putih seperti serpihan ketombe, tampak bersisik

    dan makin menebal. Dengan perjalanan penyakit yang kronik dan residif. Pada gambaran

    klinis ditemukan pada Regio presternalis, pectoralis, inframammaria, epigastrika, umbilicus,

    Regio vertebralis, infrascapularis, lumbalis, regio cruris dekstra et sinistra. Di temukan plak

    eritem multiple berukuran lentikular, numular sampai plakat sirkumskripta dengan skuama

    berlapis-lapis, transparan dan berwarna putih mengkilat. Makula hiperpigmentasi multiple

    lentikular sampai plakat. Ekskoriasis multiple ukuran lentikular sampai numular. Pada test

    manipulasi didapatkan Fenomena tetesan lilin (+), Auspitz (+). Gambaran ini sesuai dengan

    gambaran klinis psoriasis dimana ditemukan bercakbercak eritem yang meninggi (plak)

    dengan skuama diatasnya. Eritem berbatas tegas dan merata, Skuama berlapis-lapis, kasar

    dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Terdapat fenomena tetesan lilin, dan

    Auspitz. Pada pasien ini diagnosis bandingnya adalah :

    a. Dermatofitosis (Tinea dan Onikomikosis)

    Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa eritema dapat terjadi hanya di

    pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya adalah skuama umumnya pada

    perifer lesi dengan gambaran khas adanya central healing, keluhan pada dermatofitosis gatal

    sekali dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.

    b. Sifilis Psoriasiformis

    Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriasiformis.

    Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan sering disertai demam pada

    malam hari (dolores nocturnal), STS positif (tes serologik untuk sifilis), terdapat senggama

    tersangka (coitus suspectus), dan pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh serta

    alopesia areata.

    c. Dermatitis Seboroik

    Predileksi Dermatitis Seboroik pada alis, lipatan nasolabial, telinga sternum dan fleksura.

    Sedangkan Psoriasis pada permukaan ekstensor terutama lutut dan siku serta kepala. Skuama

    pada psoriasis kering, putih, mengkilap, sedangkan pada Dermatitis Seboroik skuama

    berminyak, tidak bercahaya. Psoriasis tidak lazim pada wajah dan jika skuama diangkat

  • 5/26/2018 Case Kulit

    18/19

    tampak basah bintik perdarahan dari kapiler (Auspitz sign), dimana tanda ini tidak ditemukan

    pada dermatitis seboroik.

    d. Pitiriasis Rosea

    Pada pitiriasis Rosea, lokasi erupsi pada lengan atas, badan dan paha, bentuk oval, distribusi

    memanjang mengikuti garis tubuh (pohon cemara), skuama sedikit tidak berlapis-lapis dan

    didahului oleh herald patch.

    e. Mikosis Fungoides

    Pada Mikosis Fungoides gambaran plak identik dengan psoriasis dan hanya bisa dibedakan

    dengan biopsi. Plak pada miksosis fungoides pada umumnya asimetris dan tebalnya

    bervariasi dengan sedikit atau tidak ada skuama.

    f. Dermatitis Atopi

    Distribusi biasanya tidak ada pada permukaan ekstensor siku dan lutut, biasanya disertai

    eksudasi dengan skuama keabu-abuan disertai gatal berat. Pengobatan yang diberikan pada

    kasus ini untuk sistemik dan topikal antara lain:

    Metotreksat merupakan sitostatika, mencegah lesi agar tidak melebar. Perlu periksa fungsi

    hati karena salah satu efek sampingnya ke hati.

    Antihistamin: klorfeniramin maleat untuk mengurangi gejala gatalgatal, menghambat

    efek histamin yang dilepaskan sewaktu reaksi antigen antibodi terjadi.

    Salap campuran liquor Carbonas detergens 5% dan asam salisil 5% bersifat keratolitik,

    digunakan salap karena mempunyai daya penetrasi yang baik.

  • 5/26/2018 Case Kulit

    19/19

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Adhi djuanda: psoriasis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi ketiga, Balai

    Penerbit FKUI, Jakarta, 2000

    2. Siregar R.S: psoriasis dalam atlas berwarna saripati penyakit kulit, edisi kedua, EGC,

    Jakarta, 2005

    3. Benny effendi wiryadi: psoriasis penatalaksanaan dalam metode diagnostik dan

    penatalaksanaan psoriasis dan dermatitis seboroik, BP FKUI, Jakarta, 2003

    4. Emmy S, Sri linuwih, M. wisnu: psoriasis dalam penyakit kulit yang umum di

    Indonesia sebuah panduan bergambar, MMI, Jakarta, 2005

    5. National Institutes of Health | Department of Health & Human Services

    http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/psoriasis.html

    6. Yayasan Psoriasis Indonesia. Pusat Informasi Online Penyakit Kulit Psoriasis.

    http://www.psoriasis.or.id/psoriasis.php

    7. http://www.psoriasisindonesia.org

    8. Psoriasis From Wikipedia, the free encyclopedia

    http://en.wikipedia.org/wiki/Psoriasis