Upload
nini07
View
12
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
case internship
Citation preview
No. ID dan Nama Peserta : dr. Noorahmah Adiany Ansari
No. ID Nama Wahana : RSUD Arifin Nu’mang
Topik :Perdarahan post partum ec. Retensi Plasenta
Tanggal ( Kasus) : 28 juni 2015
Nama Pasien : Ny. R No. RM :
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. A. Azizah Yusuf
Tempat presentasi : RSUD Arifin Nu’mang
Obyek Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Wanita, 26 tahun, P1 A0 Post partum 42 minggu, masuk rumah sakit dengan
rujukan dari bidan desa poskedes LW dengan keadaan perdarahan dari jalan lahir akibat
plasenta belum lahir setelah 2 jam pasca melahirkan. Perdarahan aktif dari jalan lahir (+)
lemas (+) pucat (+) akral dingin (+) nyeri perut bagian bawah (+), mual (-) muntah (-)
Tujuan : menegakkan diagnosis dan menangani kasus perdarahan post partum ec. retensi
plasenta
Bahan
Bahasan:
Tinjauan
Pustaka
Riset Kasus Audit
Cara
Membahas:
Diskusi Presentasi dan
diskusi
E-mail Pos
Data Pasien Nama : Ny. R No.Registrasi :
Nama Klinik Perawatan KIA RSUD Arifin
Nu’mang
Data Utama Bahan Diskusi
1. Diagnosis/Gambaran Klinis : Wanita, 26 tahun, P1 A0 Post partum 42 minggu, masuk
rumah sakit dengan rujukan dari bidan desa poskedes LW dengan keadaan perdarahan
dari jalan lahir akibat plasenta belum lahir setelah 2 jam pasca melahirkan. Perdarahan
aktif dari jalan lahir (+) lemas (+) pucat (+) akral dingin (+) nyeri perut bagian bawah
(+), mual (-) muntah (-)
2. Riwayat pengobatan : injeksi oxytocin intramuscular + 20 i.u Oxytocin drip 12 tetes/
menit dalam cairan RL 500 cc
3. Riwayat abortus sebelumnya : -
1
4. Riwayat keluarga : -
5. Riwayat ANC : kondisi janin baik, lahir dengan presentasi kepala
6. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
a. Cunningham, Gary. 2006. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta : EGC
b. Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC
c. Prawirohardjo, Sarwono.2010.Pelayanan Kesehatan Maternal.Edisi 1. Jakarta.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
d. Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 Vol 2. Jakarta : EGC
Hasil Pembelajaran :
1. Menegakkan diagnosis perdarahan post partum akibat retensi plasenta
2. Mengetahui penanganan perdarahan post partum akibat retensi plasenta
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
1. Subyektif
Wanita, 26 tahun, P1 A0 Post partum 42 minggu, masuk rumah sakit dengan rujukan
dari bidan desa poskedes LW dengan keadaan perdarahan dari jalan lahir akibat
plasenta belum lahir setelah 2 jam pasca melahirkan. Perdarahan aktif dari jalan lahir
(+) lemas (+) pucat (+) akral dingin (+) nyeri perut bagian bawah (+), mual (-) muntah
(-)
2. Obyektif :
a. Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh :
Status Present : SS/GC/CM;
TD: 100/70 mmHg P : 28 x/mnt
N : 100 x/mnt S : 36.8 C
Keadaan umum : tampak lemah, kesadaran masih ada
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (-/-)
Mulut : anemis (+), sianosis (-)
Dada : Vesikuler, Rh-/-, Wh -/-
Jantung : BJ I/II Murni reguler, bising jantung (-)
Abdomen : peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas : akral dingin, pucat (+), CRT > 2 detik
2
b. Pemeriksaan Obstetrik
Inspeksi : tampak datar, striae gravidarum (+) linea nigra (+), terlihat tali pusat
berukuran ± 5 cm di depan vagina, di klem dengan forcep.
Palpasi : Kontraksi (-), TFU teraba 2 jari di bawah pusar, nyeri tekan perut bagian
bawah.
Pemeriksaan dalam (vaginal toucher) : Teraba tali pusat keluar dari ostium uteri
externa, stolcel (+), portio terbuka sedikit
c. Pemeriksaan penunjang
Darah rutin :
- Leukosit : 12.000 mm3
- Eritrosit : 3.85 x 106 mm3
- Hb : 9.5 g/dl
- Ht : 30%
- Trombosit : 180.000 mm3
Kimia darah :
- GDS : 128 mg/dl
3. Assesment
A. DEFINISI
Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam
setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest placenta) merupakan
tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan
postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (late
postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. Menurut
Sarwono Prawirohardjo : Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya
plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.
B. ETIOLOGI
Penyebab dari retensio plasenta ini adalah
1. Plasenta sudah lepas tapi belum dilahirkan yang menghalangi keluarnya plasenta di
sebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III
3
sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus (ingkarserasio plasenta)
2. Plasenta belum lepas dari dinding uterus, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal
yaitu:
a. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (Plasenta adhesiva ) yaitu,
implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan
mekanisme separasi fisiologis.
b. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian lapisan
miometrium, perlekatan plasenta sebagian atau total pada dinding uterus. Pada
plasenta akreta vilii chorialis menanamkan diri lebih dalam kedalam dinding rahim
daripada biasa adalah sampai kebatas atas lapisan otot rahim. Plasenta akreta ada yang
kompleta, yaitu jika seluruh permukannya melekat dengan erat pada dinding rahim.
Plasenta akreta yang parsialis, yaitu jika hanya beberapa bagian dari permukaannya
lebih erat berhubungan dengan dinding rahim dari biasa. Plasenta akreta yang
kompleta, inkreta, dan precreta jarang terjadi. Penyebab plasenta akreta adalah
kelainan desidua, misalnya desisua yang terlalu tipis.
c. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai /
melewati lapisan miometrium.
d. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion yang menembus lapisan
miometrium hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e. Plasenta inkar serata adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan
oleh kontriksi ostium uteri
Namun ada beberapa factor predisposisi untuk terjadinya retensio plasenta diantaranya
beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta yaitu: Grandemultipara, Kehamilan
ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak luas, Kasus infertilitas,
karena lapisan endometriumnya tipis, Plasenta previa, karena dibagian ishmus uterus
pembuluh darah sedikit sehingga perlu masuk jauh kedalam, serta bekas operasi pada
uterus.
C. PATOFISIOLOGI
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi
otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel
miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan
kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum
uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai
4
mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta
berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding
uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang
longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang
terdapat di uterus berada di antara serat-serat oto miometrium yang saling bersilangan.
Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retraksi otot ini mengakibatkan
pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti. Namun dapat juga terjadi perdarahan
bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah
dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan menyebabkan
banyak darah hilang. Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan
pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang
mekanisme kala tiga persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat
plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta
melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).
Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan
pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara
dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara
plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang
mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan
spongiosa.
Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak
turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam
rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih
merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh
lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta
lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya. Tanda-tanda lepasnya plasenta
adalah sering ada pancaran darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan
konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang
telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah
plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding uterus
menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-
kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan interabdominal. Namun,
5
wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta
secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan
persalinan kala tinggi. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan menekan dan
mengklovasi uterus, bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat.
D. DIAGNOSIS
1. Gambaran klinis
Gejala yang selalu ada adalah plasenta belum lahir dalam 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul yaitu tali pusat putus
akibat retraksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan. Tertinggalnya
plasenta (sisa plasenta), gejala yang selalu ada yaitu plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-
kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang. Penilaian
retensio plasenta harus dilakukan dengan benar karena ini menentukan sikap pada saat
bidan akan mengambil keputusan untuk melakukan manual plasenta.
2. Anamnesis
Meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode
perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan
polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara
spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
3. Pemeriksaan Pervaginam
Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis
tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
E. PENATALAKSANAAN
Apabila plasenta belum lahir 30 menit setelah anak lahir, harus diusahakan untuk
mengeluarkannya. Dapat di coba dulu prasat menurut Crede. Tindakan ini sekarang tidak
banyak dilakukan karena memungkinkan terjadinya inversion uteri, tekanan yang kuat
pada uterus dapat juga menyebabkan perlukaan yang kuat pada otot uterus dan rasa nyeri
yang keras dengan kemungkinan syok. Akan tetapi dengan teknik yang sempurna hal ini
dapat dihindari.
Salah satu cara untuk membantu pengeluaran plasenta adalah cara brandt. Dengan
6
salah satu tangan, penolong memegang tali pusat didekat vulva. Tangan yang lain
diletakkan didepan dinding perut di atas simfisis sehingga permukaan palmar jari jari
tanagan terletak dipermukaan depan rahim, kira kira pada oerbatasan segmen bawah dan
badan rahim. Dengan melakukan tekanan ke bawah ke atas belakang maka badan rahim
akan terangkat. Apabila plasenta telah lepas, maka tali pusat tidak tertarik ke atas.
Kemudian tekanan di atas simfisis di arahkan ke bawah belakang , kea rah vulva. Pada
saat ini dilakukan tarikan ringan pada tali pusat untuk membantu mengeluarkan plasenta.
Yang selalu tidak dapat dicegah ialah bahwa plasenta selalu tidak dapat dilahirkan
seluruhnya, melainkan sebagian masih ketinggalan yang harus dikeluarkan dengan
tangan. Pengeluaran plasenta dengan tangan kini di anggap cara yang paling baik. Denga
tangan kiri menahan fundus uteri supaya fundus jangan naik ke atas, tangan kanan di
masukkan ke dalam kavum uteri. Dengan mengikuti tali pusat, tangan itu sampai pada
plasenta dan mencari pinggir plasenta. Kemudian jari jari tangan itu dimasukkan antara
pinggir pplasenta dan dinding uterus. Biasanya tanpa kesulitan plasenta sedikit demi
sedikit dapat dilepaskan dari dinding uterus untuk kemudian dilahirkan.
Banyak kesulitan dialami dalam pelepasan plasenta pada plasenta akreta. Plasenta
hanya dapat dikeluarkan sepotong demi sepotong bahaya perdarahan serta perforasi
mengancam. Apabila berhubungan dengan kesulitan kesulitan tersebut akhirnya
diagnosis plasenta ingkreta dibuat, sebaiknya usaha untuk mengelurkan plasenta
bimanual dihentikan, lalu dilakukan histerektomi.
Pada plasenta yang sudah lepas, akan tetapi terhalang untuk dilahirkan karena
lingkaran kontriksi (inkarserasio plasenta) tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam
vagina dan kebagian bawah uterus denagn dibantu oleh anastesia umum untuk
melonggarkan kontriksi. Dengan tangan tersebut sebagai petunjuk di masukkan cunam
ovum melalui lingkaran kontriks untuk memegang plasenta, dan perlahan lahan plasenta
sedikit sedikit demi sedikit di tarik ke bawah melalui tempat sempit tersebut.
Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter
yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau
larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi,
tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang
dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat
atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan
7
dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus. Jika plasenta tidak lepas dicoba
dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala
tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah
persalinan buatan yang sulit seperti forseptinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan
untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan
dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran
sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan
hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian
obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi
sekunder.
F. KOMPLIKASI
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya : Perdarahan Terjadi
terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit pelepasan hingga kontraksi
memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup. Infeksi Karena
sebagai benda mati yang tertinggal didalam rahim meingkatkan pertumbuhan bakteri
dibantu dengan pot d’entre dari tempat perlekatan plasenta. Terjadi polip plasenta sebagai
masa proliferative yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis. Terjadi degenerasi
(keganasan) koriokarsinoma. Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula
fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-dikariotik) dan akhirnya menjadi
karsinoma invasive, proses keganasan akan berjalan terus. Sel ini tampak abnormal tetapi
tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini
merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang
beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan
abnormal merupakan keadaan pre kanker, yang bisa berubah menjadi kanker.
4. Plan :
Diagnosis : pasien masuk dengan diagnosis perdarahan post partum ec. Retensi
plasenta. Dari hasil anamnesis didapatkan perdarahan aktif dari jalan lahir (+) anemis
8
(+), terlihat tali pusat berukuran ± 5 cm di depan vagina, di klem dengan forcep.
Penanganan yang dilakukan :
- O2 5 lpm via nasal kanul
- IVFD RL kosong 500cc bolus
- Memasang kateter urin
- Dilakukan manual plasenta 1 kali
- Manual plasenta gagal rujuk ke RS. NM
Pendidikan
Kita menjelaskan terapi, prognosis dan komplikasi yang kemungkinan terjadi pada
keadaan ini.
Konsultasi
Dijelaskan adanya indikasi merujuk dan konsultasi dengan dokter spesialis obstetri
dan ginekologi untuk penanganan lebih lanjut.
Rujukan
Dilakukan karena indikasi manual plasenta yang gagal dan dirujuk ke dokter spesialis
obstetri dan ginekologi.
Peserta
Rappang, 4 September 2015
Pendamping
dr. Noorahmah Adiany dr. Andi Azizah Yusuf
9