46
STATUS PASIEN I. Identitas Pasien Nama : Ny. H Usia : 36 tahun Agama : Islam Alamat : Sadewata 04/04 Sabandar, Karangtengah, Cianjur Suku : Sunda Tgl MRS : 10 Februari 2016 II.Anamnesis Anamnesis dilakukan dengan alloanamnesis dan autoanamnesis (11 Februari 2016) Keluhan utama : Kejang seluruh tubuh SMRS Riwayat penyakit sekarang : Kejang seluruh tubuh pada pagi hari 3 hari SMRS. Kejang tiba-tiba pada saat pasien bangun tidur, kejang selama ± 2 menit. 30 menit kemudian pasien kejang kembali. Selama perjalan ke Rumah Sakit pasien kejang, saat kejang pasien tidak sadar, mata mendelik ke atas, dan mulut tidak berbusa. Setelah kejang, pasien merasa lemas, tampak bingung dan masih sadar. Pasien muntah 2x di UGD setelah kejang. Muntahan tidak menyembur, isi makanan, warna kekuningan. Kejang kelojotan dari 1

Case Epilepsi Isi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

epilepsi

Citation preview

Page 1: Case Epilepsi Isi

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. H

Usia : 36 tahun

Agama : Islam

Alamat : Sadewata 04/04 Sabandar, Karangtengah, Cianjur

Suku : Sunda

Tgl MRS : 10 Februari 2016

II. Anamnesis

Anamnesis dilakukan dengan alloanamnesis dan autoanamnesis (11 Februari

2016)

Keluhan utama :

Kejang seluruh tubuh SMRS

Riwayat penyakit sekarang :

• Kejang seluruh tubuh pada pagi hari 3 hari SMRS. Kejang tiba-tiba pada

saat pasien bangun tidur, kejang selama ± 2 menit. 30 menit kemudian

pasien kejang kembali. Selama perjalan ke Rumah Sakit pasien kejang,

saat kejang pasien tidak sadar, mata mendelik ke atas, dan mulut tidak

berbusa. Setelah kejang, pasien merasa lemas, tampak bingung dan masih

sadar. Pasien muntah 2x di UGD setelah kejang. Muntahan tidak

menyembur, isi makanan, warna kekuningan. Kejang kelojotan dari tangan

kemudian dalam waktu singkat ke seluruh tubuh, mata OS mendelik ke

atas, 3x selama ±10 menit. Sebelum kejang pasien merasa mual, tidak

pernah mencium bebauan, mendengar suara atau melihat kilatan. dan

mulut tidak berbusa, tetapi tidak diikuti oleh gerakan mengunyah ataupun

tertawa. obat kejang orang tua tidak ingat

Riwayat penyakit Dahulu:

• Riwayat infeksi (-), Trauma (-), kejang demam (-). Kejang terjadi bisa

1

Page 2: Case Epilepsi Isi

kapan saja, tanpa alasan yang jelas. Riwayat kejang tanpa demam sejak

umur 10 tahun dan berobat ke dokter, pola kejang sama seperti saat ini,

dalam beberapa tahun terakhir pasien memang sering kejang dengan

frekuensi 1-2x/tahun, jarang minum obat,

Riwayat Epilepsi sejak usia 10 tahun (kejang 1-2x tiap tahun, bebas kejang

antara 4bulan – 1tahun)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Epilepsi (-)

Riwayat Pengobatan :

Mendapat obat untuk kejang tetapi pasien tidak minum teratur

Riwayat Kehamilan dan Persalinan :

Selama kehamilan ibu tidak pernah sakit, pasien lahir aterm, pervaginam

tanpa ada komplikasi, trauma jalan lahir (-)

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan : Sakit Sedang

Kesadaran : Composmentis

GCS : 15 (E4 V5 M6)

Tanda-tanda Vital : :

TD : 110/70 mmHg

Pulse : 82 kali/menit (isi cukup, kuat angkat, reguler)

RR : 20 kali/ menit (reguler)

S : 37,0 ⁰ C

Kooperatif : Pasien kooperatif

Status Generalis

Mata : konjungtiva anemis(-),sclera ikterik(-).

Mulut : lembab, stomatitis (-)

Leher : pembesaran KGB (-), JVP normal

Thorax : bentuk dan pergerakan dada simetris

Pulmo : vesikuler,wheezing -/-, rhonki -/-

Cor : BJ I, II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

2

Page 3: Case Epilepsi Isi

Abdomen : datar, rata, BU (+) Normal

Ekstremitas :edema (-), akral hangat, sianosis (-).

Status Neurologis

Saraf Kranial

Rangsang meninges

Kaku kuduk -

Brudzinsky I -

Brudzinsky II -

Lasegue sign -

Kernig sign -

N.I (Olfaktorius)

Pemeriksaan Hidung Kanan Hidung KiriDaya Pembauan Normosmia Normosmia

N.II (Optikus)

Pemeriksaan Mata kanan Mata kiriVisus 6/6 6/6Lapang Pandang Normal NormalFunduskopi

a. Arteri : venab. Papil

Belum dapat dilakukanBelum dapat dilakukan

Belum dapat dilakukanBelum dapat dilakukan

N.III (Okulomotorius)Pemeriksaan Mata kanan Mata kiri

Ptosis (-) (-)PupilBentukDiameterReflex CahayaDirekIndirek

Bulat3 mm

(+)(+)

Bulat3 mm

(+)(+)

Akomodasi Baik BaikGerak bola mataAtasBawahMedialMedial atas

BaikBaikBaikBaik

BaikBaikBaikBaik

3

Page 4: Case Epilepsi Isi

N.IV (Throklearis)Pemeriksaan Mata kanan Mata kiri

Gerakan bola mata : medial bawah Baik Baik

N.V (Trigeminus)Pemeriksaan Kanan Kiri

MotorikMengunyah Baik Baik

SensibilitasCabang oftalmikusCabang maksilarisCabang mandibularis

BaikBaikBaik

BaikBaikBaik

ReflexKorneaBersinJaw Jerk

(+)(+)(+)

(+)(+)(+)

N. VI (Abdusens)Pemeriksaan Mata kanan Mata kiri

Gerakan bola mata :Lateral Baik Baik

N.VII (Facialis)Pemeriksaan Kanan Kiri

MotorikMengangkat alisMenyeringaiMencucu

(+)(+)(+)

(+)(+)(+)

SensorikDaya kecap lidah 2/3 depan Normal Normal

N.VIII (Vestibulokoklearis)Pemeriksaan Kanan Kiri

PendengaranTest Rinne (+) (+)

4

Page 5: Case Epilepsi Isi

Test WeberTest Swabach

Tidak ada lateralisasiNormal

Tidak ada lateralisasiNormal

KeseimbanganTest telunjuk-hidung Normal Normal

N.IX (Glosofaringeus) dan N.X (Vagus)

N. XI (Assesorius)

N.XII (Hypoglosus)

Motorik

Kekuatan Otot : 5 5

5 5

Tonus otot : normal

Atrofi : tidak ada

Sensorik Kanan Kiri

Nyeri : Ektremitas Atas : normal normal

Ekstremitas Bawah : normal normal

Raba : Ektremitas Atas : normal normal

Ekstremitas Bawah: normal normal

5

Pemeriksaan HasilArkus faringPasifGerakan aktif

SimetrisSimetris

Uvula di tengahPasifGerakan aktif

(+)(+)

Reflex muntah (+) / (+)Daya kecap lidah 1/3 belakang Baik

Pemeriksaan Kanan KiriMemalingkan kepala Normal NormalMengangkat bahu Normal Normal

Pemeriksaan HasilPosisi lidah Di tengahPapil lidah NormalAtrofi otot lidah (-)Fasikulasi lidah (-)

Page 6: Case Epilepsi Isi

Reflek Fisiologi

Refleks fisiologis Dextra Sinistra

Triseps + +

Biseps + +

Patella + +

Achilles + +

Reflek Patologis

Refleks patologis Dextra Sinistra

Babinski - -

Chaddock - -

Oppenheim - -

Gordon - -

Keseimbangan dan koordinasi

Romberg sign Tidak dilakukan

Jari ke jari Baik

Jari ke hidung Baik

Fungsi Vegetatif

Miksi : baik

Defekasi : baik

PEMERIKSAAN PENUNJANG

6

Page 7: Case Epilepsi Isi

Laboratorium (10 Februari 2016)

Pemeriksaan Darah Hasil Rujukan

Hematologi Lengkap

Haemoglobin

Hematokrit

Eritrosit

Leukosit

Trombosit

13.7

42

4.63

9.2

291

12-16 g/dL

37-47 %

4.2-5.46/ µl

4.8-10.83/µl

150-4503/µl

Glukosa Rapid Sewaktu 103 <180 mg/dL

Elektrolit

Natrium (Na)

Kalium (K)

Calcium Ion

141

5.25

1.17

135-148 mEq/L

3.50-5.30 mEq/L

1.15-1.29 mEq/L

Laboratorium (12 Februari 2016)

Pemeriksaan Darah Hasil Rujukan

Glukosa Darah

Glukosa Darah Puasa 94 70-110 mg/%

Lemak

Kolesterol Total

Kolestrol HDL

Kolestrol LDL

Trigliserida

183

55.2

120.1

149

< 200 mg/dL

>50 mg%

<130 mg%

<150 mg%

Fungsi Hati

AST (SGOT)

ALT (SGPT)

31

39

< 31 U/L

< 32 U/L

Fungsi Ginjal

Ureum

Kreatinin

Asam Urat

25.8

0.6

4.50

10-50 g%

0.5-1.0 mg%

2.4 – 5.7 mg%

IV. Diagnosis

7

Page 8: Case Epilepsi Isi

Diagnosis Klinis : Epilepsi

Diagnosis Patologis : Epilepsi et causa Idiopatik

Diagnosis Etiologi : Idiopatik

V. Diagnosis Banding

Diagnosis klinis sinkope

VI. Rencana Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG), CT-Scan dan pemeriksaan Magnetic

Resonance Imaging untuk mencari etiologi

VII. Penatalaksanaan

Edukasi : Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai penyakit yang

dialaminya dan memberikan anjuran meminum obat secara teratur serta

memeriksakan anjuran pemeriksaan yang sudah ditentukan, dalam hal ini

EEG dan CT scan kepala.

Medikamentosa

Phenytoin 3x100mg.

Stesolid

VIII. Prognosis

Quo Ad vitam : bonam

Quo Ad functionam : dubia ad malam

Quo Ad sanactionam : dubia ad malam

Follow Up

Hari/Tgl S O A P

11/02/16

Hari -2

- Kejang (-)

- Muntah (-)

- BAB (+)

- BAK (+)

Kesadaran: CM

GCS : E4 M6 V5 = 15

TD: 110/70 mmHg

HR: 80 kali/menit

RR: 20 kali/ menit

S: 36.20C

RM : KK(-), K/L(TT),

BZ1(-), BZ2(-), BZ3(-).

Epilepsi - IVFD RL 16 tpm

- Phenytoin 3x100

mg

- Stesolid

8

Page 9: Case Epilepsi Isi

SO :

- Pupil : bulat, isokor,

ϕ3mm, RC +/+

- GBM : baik ke segala

arah

- Wajah : normal

- Lidah : di tengah

Motorik: tonus normal,

atrofi (-)

5 5

5 5

Sensorik : Normostesi

F.veg : BAB(+), BAK

normal

F.luhur : MMSE 26

RF : BTR(++/++)

KPR(++/++)

APR (++/++)

RP: babinski (-/-)

chaddock (-/-)

12/02/16 - Kejang (-)

- Muntah (-)

- BAB (+)

- BAK (-)

Kesadaran: CM

GCS : E4 M6 V5 = 15

TD: 120/80 mmHg

HR: 82 kali/menit

RR: 20 kali/ menit

S: 36.50C

SO :

- Pupil : bulat, isokor,

ϕ3mm, RC +/+

- GBM : baik ke segala

arah

Epilepsi - Terapi lanjut

9

Page 10: Case Epilepsi Isi

- Wajah : normal

- Lidah : di tengah

Motorik:

5 5

5 5

Sensorik : normoestesi

F.veg : BAB(-), BAK

normal

RF : BTR(++/++)

KPR(++/++)

APR (++/++)

RP: babinski (-/-)

chaddock (-/-)

IX. Resume

Seorang wanita usia 36 tahun, datang ke UGD RSUD Cianjur pada tanggal 10

Februari 2016 dengan keluhan :

Autoanamnesis dan alloanamnesis (10 Februari 2016)

Keluhan Utama :

Kejang seluruh tubuh SMRS

Riwayat penyakit sekarang :

• Kejang seluruh tubuh pada pagi hari 3 hari SMRS. Kejang tiba-tiba pada

saat pasien bangun tidur, kejang selama ± 2 menit. 30 menit kemudian

pasien kejang kembali. Selama perjalan ke Rumah Sakit pasien kejang,

saat kejang pasien tidak sadar, mata mendelik ke atas, dan mulut tidak

berbusa. Setelah kejang, pasien merasa lemas, tampak bingung dan masih

sadar. Pasien muntah 2x di UGD setelah kejang. Muntahan tidak

menyembur, isi makanan, warna kekuningan. Kejang kelojotan dari tangan

kemudian dalam waktu singkat ke seluruh tubuh, mata OS mendelik ke

10

Page 11: Case Epilepsi Isi

atas, 3x selama ±10 menit. Sebelum kejang pasien merasa mual, tidak

pernah mencium bebauan, mendengar suara atau melihat kilatan. dan

mulut tidak berbusa, tetapi tidak diikuti oleh gerakan mengunyah ataupun

tertawa. obat kejang orang tua tidak ingat

Riwayat penyakit Dahulu:

• Riwayat infeksi (-), Trauma (-), kejang demam (-). Kejang terjadi bisa

kapan saja, tanpa alasan yang jelas. Riwayat kejang tanpa demam sejak

umur 10 tahun dan berobat ke dokter, pola kejang sama seperti saat ini,

dalam beberapa tahun terakhir pasien memang sering kejang dengan

frekuensi 1-2x/tahun, jarang minum obat,

Riwayat Epilepsi sejak usia 10 tahun (kejang 1-2x tiap tahun, bebas kejang

antara 4bulan – 1tahun)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Epilepsi (-)

Riwayat Pengobatan :

Mendapat obat untuk kejang tetapi pasien tidak minum teratur

Riwayat Kehamilan dan Persalinan :

Selama kehamilan ibu tidak pernah sakit, pasien lahir aterm, pervaginam

tanpa ada komplikasi, trauma jalan lahir (-)

Riwayat Tumbuh Kembang :

OS sekolah hingga SMP. Berdiri dan berjalan sesuai usia (12bulan),

kesulitan berbahasa tidak ada, sosial tidak ada masalah.

STATUS GENERALIS

Saat di Ruang Gandaria (10 Februari 2016)

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

GCS : E4 M6 V5 = 15

Tanda Vital :

11

Page 12: Case Epilepsi Isi

TD : 110/70 mmHg

Pulse : 82 kali/menit (isi cukup, kuat angkat, reguler)

RR : 20 kali/ menit (reguler)

S : 37,0 ⁰ CStatus Generalis

Kepala dan leher

- Kepala : tidak ada kelainan

- Mata : tidak ada kelainan

- Hidung : tidak ada kelainan

- Telinga : tidak ada kelainan

- Mulut : tidak ada kelainan

- Leher : tidak ada kelainan

Thoraks

- Paru : tidak ada kelainan

- Jantung : tidak ada kelainan

Abdomen : tidak ada kelainan

Ekstremitas : tidak ada kelainan

Status Neurologis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

GCS : E4 M6 V5 = 15

Rangsang Meningeal

- Kaku Kuduk : -

- Laseque/Kernig sign : tidak terbatas

- Brudzinki I/II/III : -/-/-

- Patrick : -/-

- Kontrapatrick : -/-

Saraf Otak

N.I (Olfaktorius)

12

Page 13: Case Epilepsi Isi

Tidak ada kelainan

N.II (Optikus)

Tidak ada kelainan

N.III (Okulomotorius)Tidak ada kelainan

N.IV (Throklearis)Tidak ada kelainan

N.V (Trigeminus)Tidak ada kelainan

N. VI (Abdusens)Tidak ada kelainan

N.VII (Facialis)Tidak ada kelainan

N.VIII (Vestibulokoklearis)Tidak ada kelainan

N.IX (Glosofaringeus) dan N.X (Vagus)Tidak ada kelainan

N. XI (Assesorius)Tidak ada kelainan

N.XII (Hypoglosus)Tidak ada kelainan

MotorikKekuatan Otot : 5 5

5 5

Tonus otot : normal

Atrofi : tidak ada

Sensorik Kanan Kiri

Nyeri : Ektremitas Atas : normal normal

Ekstremitas Bawah : normal normal

Raba : Ektremitas Atas : normal normal

Ekstremitas Bawah: normal normal

13

Page 14: Case Epilepsi Isi

Fungsi Vegetatif

Miksi : baik

Defekasi : baik

Fungsi Luhur

MMSE : skor 26 (no cognitive impairment/normal)

Refleks Fisiologis Refleks Patologis

Reflek bisep : (++/++) Babinski : (-/-)

Reflek trisep : (++/++) Chaddock : (-/-)

Reflek brachioradialis : (++/++) Oppenheim : (-/-)

Reflek patella : (++/++) Gordon : (-/-)

Reflek achilles : (++/++)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium (10 Februari 2016)

Pemeriksaan Darah Hasil Rujukan

Hematologi Lengkap

Haemoglobin

Hematokrit

Eritrosit

Leukosit

Trombosit

13.7

42

4.63

9.2

291

12-16 g/dL

37-47 %

4.2-5.46/ µl

4.8-10.83/µl

150-4503/µl

Glukosa Rapid Sewaktu 103 <180 mg/dL

Elektrolit

Natrium (Na)

Kalium (K)

Calcium Ion

141

5.25

1.17

135-148 mEq/L

3.50-5.30 mEq/L

1.15-1.29 mEq/L

Laboratorium (12 Februari 2016)

Pemeriksaan Darah Hasil Rujukan

Glukosa Darah

14

Page 15: Case Epilepsi Isi

Glukosa Darah Puasa 94 70-110 mg/%

Lemak

Kolesterol Total

Kolestrol HDL

Kolestrol LDL

Trigliserida

183

55.2

120.1

149

< 200 mg/dL

>50 mg%

<130 mg%

<150 mg%

Fungsi Hati

AST (SGOT)

ALT (SGPT)

31

39

< 31 U/L

< 32 U/L

Fungsi Ginjal

Ureum

Kreatinin

Asam Urat

25.8

0.6

4.50

10-51 g%

0.5-1.0 mg%

2.4 – 5.7 mg%

Diagnosis

Diagnosis Klinis : Epilepsi

Diagnosis Patologis : Epilepsi et causa Idiopatik

Diagnosis Etiologi : Idiopatik

Diagnosis Banding

Diagnosis klinis : Sinkope

Rencana Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG), CT-Scan dan pemeriksaan Magnetic

Resonance Imaging untuk mencari etiologi

Penatalaksanaan

Edukasi : Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai penyakit yang

dialaminya dan memberikan anjuran meminum obat secara teratur serta

memeriksakan anjuran pemeriksaan yang sudah ditentukan, dalam hal ini

EEG dan CT scan kepala.

Medikamentosa

Phenytoin 3x100mg.

Stesolid

15

Page 16: Case Epilepsi Isi

Prognosis

Quo Ad vitam : bonam

Quo Ad functionam : ad bonam

Quo Ad sanactionam : ad bolam

Follow Up

Hari/Tgl S O A P

16

Page 17: Case Epilepsi Isi

11/02/16

Hari -2

- Kejang (-)

- Muntah (-)

- BAB (+)

- BAK (+)

Kesadaran: CM

GCS : E4 M6 V5 = 15

TD: 110/70 mmHg

HR: 80 kali/menit

RR: 20 kali/ menit

S: 36.20C

RM : KK(-), K/L(TT),

BZ1(-), BZ2(-), BZ3(-).

SO :

- Pupil : bulat, isokor,

ϕ3mm, RC +/+

- GBM : baik ke segala

arah

- Wajah : normal

- Lidah : di tengah

Motorik: tonus normal,

atrofi (-)

5 5

5 5

Sensorik : Normostesi

F.veg : BAB(+), BAK

normal

F.luhur : MMSE 26

RF : BTR(++/++)

KPR(++/++)

APR (++/++)

RP: babinski (-/-)

chaddock (-/-)

Epilepsi - IVFD RL 16 tpm

- Phenytoin 3x100

mg

- Stesolid

17

Page 18: Case Epilepsi Isi

12/02/16 - Kejang (-)

- Muntah (-)

- BAB (+)

- BAK (-)

Kesadaran: CM

GCS : E4 M6 V5 = 15

TD: 120/80 mmHg

HR: 82 kali/menit

RR: 20 kali/ menit

S: 36.50C

SO :

- Pupil : bulat, isokor,

ϕ3mm, RC +/+

- GBM : baik ke segala

arah

- Wajah : normal

- Lidah : di tengah

Motorik:

5 5

5 5

Sensorik : normoestesi

F.veg : BAB(-), BAK

normal

RF : BTR(++/++)

KPR(++/++)

APR (++/++)

RP: babinski (-/-)

chaddock (-/-)

Epilepsi - Terapi lanjut

ANALISA KASUS

Daftar Masalah

1. Mengapa pada pasien ini didiagnosis epilepsi?

2. Bagaimana mekanisme epilepsi?

3. Bagaimana tatalaksana pada epilepsi?

PEMBAHASAN

18

Page 19: Case Epilepsi Isi

1. Mengapa pada pasien ini didiagnosis epilepsi?

Epilepsy didefinisikan sebagai keadaan yang ditandai oleh bangkitan (seizure)

berulang sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi otak secara intermitten

yang disebabkan oleh lepas muatan listrik abnormal dan berlebihan di neuron –

neuron secara paroksismal, didasari oleh berbagai factor etiologi.

Bangkitan epilepsy (epileptic seizure) adalah menifestasi klinik dari bangkitan

serupa (streotipik), berlangsung secara mendadak dan sementara dengan atau

tanpa penurunan kesadaran, disebabkan oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel

saraf di otak, bukan disebabkan oleh sutau penyakit otak akut (unprovoked).

Sindrom epilepsi adalah sekumpulan gejala dan tanda klinik epilepsi yang

terjadi secara bersama-sama yang berhubungan dengan etiologi, umur, awitan

(onset), jenis bangkitan, faktor pencetus, dan kronisitas.

KLASIFIKASI

Klasifikasi yang ditetapkan oleh International League Against Epilepsi

(ILAE) terdiri dari dua jenis klasifikasi :

Klasifikasi untuk jenis bangkitan epilepsi :

1. Bangkitan parsial

1.1. Bangkitan parsial sederhana

a. Motorik

b. Sensorik

c. Otonom

d. Psikis

1.2. Bangkitan parsial kompleks

a. Bangkitan parsial sederhana yang diikuti dengan gangguan

kesadaran

b. Bangkitan parsial yang disertai dengan gangguan kesadaran

saat awal bangkitan

1.3. Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder

a. Parsial sederhana yang menjadi umum tonik-klonik

b. Parsial kompleks yang menjadi umum tonik-klonik

c. Parsial sederhana menjadi parsial kompleks kemudian menjadi

umum tonik-klonik

19

Page 20: Case Epilepsi Isi

2. Bangkitan umum

2.1. Bangkitan umum

a. Lena (absence)

b. Mioklonik

c. Klonik

d. Tonik

e. Tonik-klonik

f. Atonik

3. Tak tergolongkan

Klasifikasi untuk sindrom epilepsi :

a. Bangkitan epilepsi :

A. Bangkitan Parsial:

1. Bangkitan Parsial Sederhana

•Motorik

•Sensorik

• Otonom

•Psikis

2. Bangkitan Parsial Kompleks :

- Bangkitan Parsial Sederhana Diikuti Gangguan Kesadaran

- Bangkitan Parsial Disertai Gangguan Kesadaran Awal Bangkitan.

3. Bangkitan Parsial Yang Menjadi Umum Sekunder

- Parsial Sederhana Menjadi Umum Tonik Klonik

- Parsial Kompleks Menjadi Umum Tonik Klonik

- Parsial Sederhana Menjadi Parsial Kompleks Kemudian Menjadi

Umum Tonik-Klonik

B. Bangkitan Umum:Lena (Absence)

Mioklonik

Klonik

Tonik

20

Page 21: Case Epilepsi Isi

Tonik – Klonik

Atonik

C. Tak Tergolongkan

b. Sindrom Epilepsi

1. Epilepsi umum

- Epilepsi umum primer (yang berarti idiopatik, kriptogenik, fungsional

atau jinak) pada masa anak dan remaja

a. Epilepsi absens atau petit mal

b. Epilepsi absens mioklonik

c. Konvulsi tonik klonik umum atau grand mal

d. Epilepsi absens yang berkombinasi dengan grand mal

- Epilepsi umum sekunder (yang berarti simtomatik, lesional, atau

ganas) pada masa bayi, anak dan remaja

o Berbagai jenis epilepsy umum akibat ensefalopati spesifik

o Berbagai jenis epilepsy umum akibat ensefalopati non spesifik :

sindrom West, sindrom Lennox-Gastaut

2. Epilepsi parsial

- Epilepsi parsial primer (yang berarti idiopatik, kriptogenik, fungsional

atau jinak) pada masa anak berusia lebih dari 10 tahun dan masa

remaja.

o Epilepsy motorik parsial primer dengan “spikes” sentro

midtemporal

o Epilepsy sensomotorik parsial primer dengan “spikes” parietal

21

Page 22: Case Epilepsi Isi

o Epilepsi visual parsial primer dengan “spike wave” occipital

- Epilepsi parsial sekunder (yang berarti simtomatik, lesional atau

ganas) pada semua golongan usia, tetapi terutama pada orang dewasa.

o Epilepsy parsial sekunder dengan simtomatik yang sederhana

o Epilepsy parsial sekunder dengan simtomatik yang kompleks

ETIOLOGI EPILEPSI

1. Idiopatik : penyebabnya tidak diketahui, umumnya mempunyai predisposisi

genetik.

2. Kriptogenik : dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum diketahui,

termasuk disini adalah sindrom West, sindrom Lennox-Gastaut, dan epilepsi

mioklonik. Gambaran klinik sesuai dengan ensepalopati difus.

3. Simtomatik : disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf pusat,

misalnya trauma kepala, infeksi susunan saraf pusat (SSP), kelainan

kongenital, lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik (alkohol,

obat), metabolik, kelainan neurodegeneratif.

Berdasarkan pada pasien :

• Kejang seluruh tubuh pada pagi hari 3 hari SMRS. Kejang tiba-tiba pada

saat pasien bangun tidur, kejang selama ± 2 menit. 30 menit kemudian

pasien kejang kembali. Selama perjalan ke Rumah Sakit pasien kejang,

saat kejang pasien tidak sadar, mata mendelik ke atas, dan mulut tidak

berbusa. Setelah kejang, pasien merasa lemas, tampak bingung dan masih

sadar. Pasien muntah 2x di UGD setelah kejang. Kejang kelojotan dari

tangan kemudian dalam waktu singkat ke seluruh tubuh, mata OS

mendelik ke atas, 3x selama ±10 menit. Riwayat kejang tanpa demam

sejak umur 10 tahun dan berobat ke dokter, pola kejang sama seperti saat

ini, dalam beberapa tahun terakhir pasien memang sering kejang dengan

frekuensi 1-2x/tahun, jarang minum obat,

Riwayat Epilepsi sejak usia 10 tahun (kejang 1-2x tiap tahun, bebas kejang

22

Page 23: Case Epilepsi Isi

antara 4bulan – 1tahun)

2.Bagaimana mekanisme epilepsi?

Tiap neuron yang aktif melepaskan muatan listrikya. Fenomen elektrik ini adalah

wajar. Manifestasi biologiknya berupa gerak otot atau suatu modalitas sensorik,

tergantung dari neuron kortikal mana yang melepaskan muatannya. Dalam

keadaan fisiologik, neuron melepaskan muatan listriknya oleh karena potensial

membrannya direndahkan oleh potensial postsinaptik yang tiba pada dendrit.

Potensial aksi itu disalurkan melalui akson yang bersinap dengan dendrit neuron

lain.

Asetilkolin merendahkan potensial membran postsinaptik. Apabila sudah cukup

asetilkolin tertimbun di permukaan otak, maka pelepasan muatan listrik neuron-

neuron kortikal dipermudah. Asetilkolin diproduksi oleh neuron-neuron kolinergik

dan merembes keluar dari permukaan otak. Pada kesadaran awas-waspada lebih

banyak asetilkolin mesembes keluar dari permukaan otak daripada selama tidur.

Penimbunan asetilkolin setempat harus mencapai suatu konsentrasi yang dapat

mengungguli ambang lepas muatan listrik neuron. Oleh karena itu fenomena lepas

muatan listrik epileptic terjadi secara berkala.

Kurangnya zat gamma-aminobutyric acid (GABA) sebagai zat anti-konvulsi

alamiah akan menyebabkan neuron-neuron kortikal mudah sekali terganggu dan

bereaksi dengan melepaskan muatan listriknya secara menyeluruh.

Inti-inti intralaminar talamik dapat juga digalakkan oleh lepas muatan listrik dari

sekelompok neuron-neuron kortikal. Pada gilirannya inti-inti intralaminar talamik

melepaskan muatan listriknya dan merangsang seluruh neuron kortikal. Sehingga,

23

Page 24: Case Epilepsi Isi

kejang dapat diawali dengan kejang fokal akibat lepasnya muatan listrik dari

neuron kortikal menjadi kejang tonik-klonik karena inti intralaminar talamik

merangsang seluruh neuron kortikal.

3.Bagaimana tatalaksana pada epilepsi?

PRINSIP TERAPI FARMAKOLOGI

OAE mulai diberikan bila :

Diagnosis epilepsi telah dipastikan (confirmed)

Setelah pasien dan atau keluarganya menerima penjelasan tentang tujuan

pengobatan

Pasien dan atau keluarganya telah diberitahu tentang kemungkinan efek

samping OAE yang akan timbul.

Tepari dimulai dengan monoterapi, menggunakan OAE pilihan sesuai

dengan jenis bangkitan (tabel 1), jenis sindrom epilepsi (tabel 2)

Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikan bertahap sampai

dosis efektif tercapai atau timbul efek samping, kadar obat dalam plasma

ditentukan bila bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif (tabel 3)

Bila dengan penggunaan dosis maksimum obat pertama tidak dapat

mengontrol bangkitan, maka perlu ditambahkan OAE kedua. Bila OAE

telah mencaoai kadar terapi, maka OAE pertama diturunkan bertahap

(tapering off), perlahan – lahan

Penambahan obat ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak

dapat diatasi dengan penggunaan dosis maksimal kedua OAE pertama

Pasien dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk diberi terapi

bila :

Dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada EEG

Pada pemeriksaan CT-Scan atau MRI otak dijumpai lesi yang berkorelasi

dengan bangkitan, misalnya neoplasma otak, AVM, abses otak ensefalitis

herpes

24

Page 25: Case Epilepsi Isi

Pada pemeriksaan neurologik dijumpai kelainan yang mengarah pada

adanya kerusakan otak

Terdapat riwayat epilepsi pada saudara sekandung (bukan orang tua)

Riwayat bangkitan simtomatik

Riwayat trauma kepala terutama yang disertai penurunan kesadara., stroke,

infeksi SSP

Bangkitan pertama berupa status epileptikus

Efek samping OAE perlu diperhatikan (tabel 4 & 5)

JENIS OBAT ANTI-EPILEPSI

Pemilihan OAE didasarkan atas jenis bangkitan epilepsi, efek samping OAE

Tabel 1. Pemilihan OAE didasarkan atas jenis bangkitan

JENIS

BANGKIT

AN

OAE LINI

PERTAMA

OAE LINI

KEDUA

AOE LAIN YANG

DAPAT

DIPERTIMBANG

KAN

OAE YANG

SEBAIKNYA

DIHINDARI

BANGKIT

AN

UMUM

TONIK

KLONIK

Sodium

Valproat

Lamotrigine

Topiramate

Carbamazep

ine

Clobazam

Levetiracet

am

Oxarbazepi

ne

Clonazepam

Phenobarbital

Phenytoin

Acetazolamide

BANGKIT

AN LENA

Sodium

Valproat

Lamotrigine

Clobazam

Topiramate

Carbamazepin

e

Gabapentin

Oxarbazepine

BANGKIT

AN

MIOKLON

IK

Sodium

Valproat

Topiramate

Clobazam

Levetiracet

am

Lamotrigin

e

Piracetam

Carbamazepin

e

Gabapentin

Oxarbazepine

25

Page 26: Case Epilepsi Isi

Topiramate

BANGKIT

AN TONIK

Sodium

Valproat

Lamotrigine

Clobazam

Levetiracet

am

Topiramate

Phenobarbital

Phenytoin

Carbamazepin

e

Oxarbazepine

BANGKIT

AN

FOKAL

DENGAN/

TANPA

UMUM

SEKUNDE

R

Sodium

Valproat

Lamotrigin

e

Topiramate

Carbamaze

pine

Oxarbazepi

ne

Clobazam

Gabapentin

Levetiracet

am

Phenytoin

Tiagabine

Phenobarbital

Acetazolamide

Clonazepam

Tabel 2. Pemilihan OAE didasarkan atas jenis sindrom epilepsi

JENIS BANGKITAN OAE LINI

PERTAMA

OAE LINI

KEDUA

AOE LAIN

YANG DAPAT

DIPERTIMBAN

GKAN

OAE YANG

SEBAIKNYA

DIHINDARI

EPILEPSI LENA

PADA ANAK KECIL

(CAE)

Sodium Valproat

Lamotrigine

Levetiraceta

m

Topiramate

Carbamazepine

Oxarbazepine

Phenytoin

BANGKITAN LENA

PADA ANAK (JAE)

Sodium Valproat

Lamotrigine

Levetiraceta

m

Topiramate

Carbamazepine

Oxarbazepine

Phenytoin

EPILEPSI

MIOKLONIK PADA

Sodium Valproat

Lamotrigine

Levetiraceta

m

Acetazolamide Carbamazepine

Oxarbazepine

26

Page 27: Case Epilepsi Isi

ANAK (JME) Phenytoin

EPILEPSI UMUM

TONIK KLONIK

Sodium Valproat

Lamotrigine

Carbamazepine

Topiramate

Levetiraceta

m

Phenobarbital

Phenytoin

Acetazolamide

Clobazam

Clonazepam

Oxarbazepine

EPILEPSI FOKAL

KRIPTOGENIK/SIM

TOMATIK

Topiramate

Carbamazepine

Oxarbazepine

Sodium Valproat

Lamotrigine

Clobazam

Gabapentin

Levetiraceta

m

Phenytoin

Acetazolamide

Clonazepam

Phenobarbital

SPASMUS

INFANTIL

Steroid Clobazam

Clonazepam

Topiramate

Sodium

Valproat

Carbamazepine

Oxarbazepine

EPILEPSI BENIGNA

DGN GELOMBANG

PAKU DI DAERAH

SENTRO-

TEMPORAL

Carbamazepine

Oxarbazepine

Sodium Valproat

Lamotrigine

Levetiraceta

m

Topiramate

EPILEPSI

BENIGNA DGN

GELOMBANG

PAROKSISMAL

DI DAERAH

OKSIPITAL

Carbamaze

pine

Oxarbazepi

ne

Sodium

Valproat

Lamotrigin

e

Levetirace

tam

Topiramat

e

27

Page 28: Case Epilepsi Isi

EPILEPSI

MIOKLONIK

BERAT PADA

BAYI (SMEI)

Clobazam

Clonazepa

m

Topiramate

Sodium

Valproat

Levetirace

tam

Phenobar

bital

Carbamazepine

Lamotrigine

Oxarbazepine

GELOMBANG

PAKU YANG

KONTINU PADA

STADIUM

TIDUR DALAM

Sodium

Valproat

Lamotrigin

e

Clobazam

Clonazepa

m

Levetirace

tam

Topiramat

e

Carbamazepine

Oxarbazepine

SINDROM

LENNOX-

GASTAUT

Sodium

Valproat

Lamotrigin

e

Clobazam

Clonazepa

m

Levetirace

tam

Clobazam

Clonazepa

m

Carbamazepine

Oxarbazepine

SINDROM

LANDAU-

KLEFFNER

Sodium

Valproat

Lamotrigin

e

Steroid

Levetirace

tam

Topiramat

e

Carbamazepine

Oxarbazepine

EPILEPSI

MIKLONIK-

ASTATIK

Sodium

Valproat

Clobazam

Clonazepa

m

Topiramate

Levetirace

tam

Topiramat

e

Carbamazepine

Oxarbazepine

28

Page 29: Case Epilepsi Isi

Steroid : Prednisolon atau ACTH

Tabel 3. Dosis obat anti-epilepsi untuk orang dewasa

OBAT DOSIS

AWAL

(mg/ha

ri)

DOSIS

RUMAT

AN

(mg/hari)

JUMLAH

DOSIS

PERHARI

WAKTU

PARUH

PLASMA

(jam)

WAKTU

TERCEPAT

NYA

STEADY

STATE

(hari)

Carbamazep

ine

400 –

600

400 –

600

2 – 3x

(untuk yg CR

2x)

15-35 2-7

Phenytoin 200 –

300

200 –

400

1 – 2x 10 – 80 3 – 15

Valproic

acid

500 –

1000

500 –

2500

2 – 3x

(untuk yg CR

2x)

12 – 18 2 – 4

Phenobarbit

al

50 –

100

50 – 200 1 50 – 170

Clonazepam 1 4 1 or 2 20 – 60 2 – 10

Clobazam 10 10 -30 2 – 3x

(untuk yg CR

2x)

10 – 30 2 – 6

Oxarbazepi

ne

600 –

900

600 –

3000

2 – 3x 8 – 15

Levetiraceta

m

1000 –

2000

1000 –

3000

2x 6 – 8 2

Topiramate 100 100 –

400

2x 20 – 30 2 – 5

Gabapentin 900 –

1800

900 –

3600

2 – 3x 5 – 7 2

29

Page 30: Case Epilepsi Isi

Lamotrigine 50 –

100

20 – 200 1 – 2x 15 – 35 2 – 6

CR : controlled release

Tabel 4. Efek samping obat anti-epilepsi klasik

OBAT EFEK SAMPING

TERKAIT DOSIS IDIOSINKRASI

Carbamazepin

e

Diplopia, dizziness nyeri

kepala, mual, mengantuk,

netropienia, hiponatremia

Ruam morbiliform, agranulositosis, anemia

aplastik, efek hipototoksik, syndrome

stevens-johnson, efek teragenik

Phenytoin Nistagmus, ataksia, mual,

muntah, hipertrofi gusi,

depresi, mengantuk,

paradoxical increase in

seizure, anemia megaloblastik

Jerawat, coarse facies, hirsutism, lupus like

syndrome, ruam, sindrom Stevens-johnson,

dupuytren’s contracture, efek hepatotoksik,

efek teratogenik

Valproic acid Tremor, berat badan

bertambah, depresia, mual,

muntah, kebotakan, teratogenik

Pankreatitis akuk, efek hepatotoksik,

trombositopenia, ensephalopati, udem

perifer

Phenobarbital Kelelahan, restlegless, depresi,

insomnia (pada anak),

distractability (pada anak),

hiperkinesia (pada anak),

irritabilty (pada anak)

Ruam makulopapular, eksfoliasi, nekrosis

epidermal toksik, efek hepatotoksik,

arthritic changes, dupuytren’s contracture,

efek teratogenik

Clonazepam Kelelahan, sedasi, mengantuk,

dizziness, agresi (pada anak),

hiperkinesia (pada anak)

Ruam, trombositopenia

Tabel 5. Efek samping obat anti-epilepsi baru

OBAT EFEK SAMPING UTAMA EFEK SAMPING YANG

LEBIH SERIUS NAMUN

JARANG

LEVETIRACETAM Somnolen, astenia, sering muncul

ataksia, penurunan ringan jumlah sel

darah merah, kadar hemoglobin dan

30

Page 31: Case Epilepsi Isi

hematokrit

Gabapentin Somnolen, kelelahan, ataksia,

dizziness, gangguan saluran cerna

Lamotrigine Ruam, dizziness, tremor, ataksia,

diplopia, nyeri kepala, gangguan

saluran cerna

Sindrom Stevens-Johnson

Clobazam Sedasi, dizziness, irritability,

depresi, dysinhibition

Oxcarbazepine Dizziness, diplopia, ataksia, nyeri

kepala, kelemahan, ruam,

hiponatremia

Topiramate Gangguan kognitif, tremor, dizzines,

ataksia, nyeri kepala, kelelahan,

gangguan saluran cerna, batu ginjal

31

Page 32: Case Epilepsi Isi

PENGHENTIAN OAE

Dalam hal penghentian OAE maka ada dua hal penting yang perlu diperhatikan,

yaitu syarat umum untuk menghentikan OAE dan kemungkinan kambuhnya

bangkitan setelah OAE dihentikan.

Syarat umum untuk menghentikan pemberian OAE adalah sebagai berikut:

Penghentian OAE dapat didiskusikan dengan pasien atau keluarganya

setelah bebas dari bangkitan selama minimal 2 tahun

Gambaran EEG "normal"

Harus dilakukan secara bertahap, pada umumnya 25% dari dosis semula,

setiap bulan dalam jangka waktu 3-6 bulan.

Penghentian dimulai dari satu OAE yang bukan utama.

Kekambuhan setelah penghentian OAE akan lebih besar kemungkinannya pada

keadaaan sebagai berikut:

Semakin tua usia kemungkinan timbulnya kekambuhan makin tinggi

Epilepsi simtomatik

Gambaran EEG yang abnormal

Semakin lama adanya bangkitan sebelum dapat dikendalikan

Tergantung bentuk sindrom epilepsi yang diderita; sangat jarang pada

sindrom epilepsi benigna dengan gelombang tajam pada daerah sentro-

temporal, 5-25 % pada epilepsi lena masa anak kecil, 25-75% epilepsi

parsial kriptogenik simtomatik, 85-95% pada epilepsi mioklonik pada

anak

Penggunaan lebih dari satu OAE

Masih mendapatkan satu atau lebih bangkitan setelah memulai terapi

Mendapat terapi 10 tahun atau lebih

Kemungkinan untuk kambuh lebih kecil pada pasien yang telah bebas dari

bangkitan selama 3-5 tahun, atau lebih dari 5 tahun. Bila bangkitan timbul

kembali maka gunakan dosis efektif terakhir (sebelum pengurangan dosis OAE),

kemudian di evaluasi kembali.

32

Page 33: Case Epilepsi Isi

Daftar Pustaka

1. PERDOSSI. Pedoman Penatalaksanaan Kejang dan Epilepsi.

Perhimpunan Dokter Saraf 2007.

2. S. William, WM. Chelsea, SE Joseph. Adult onset epilepsies, DW

Chadwick. From Cell to Community-A practical guide to epilepsy.

National Society for Epilepsy. 2007. pp 127-132.

3. GJ Tucker. Textbook Of Traumatic Brain Injury: Seizures. American

Psychiatric Publication. 2005. pp. 309–321

4. J Mani,E Barry. Posttraumatic epilepsy: The Treatment of Epilepsy:

Principles and Practice. Hagerstown, MD: Lippincott Williams &

Wilkins. 2006. pp. 521–524

5. Coulam CB, Annegers JF. Do anticonvulsants reduce the efficacy of

the oral contraceptive? Epilepsia. 20:519-25.

6. Shorvon SD, Tallis RC, Wallace HK. Antiepileptic drugs:

coprescription of proconvulsant drugs and oral contraceptives: a

national study of antiepileptic drug prescribing practice. Journal of

Neurology, Neurosurgery and Psychiatry. 2002;72:114-5.

7. Samren EB, van Duijn CM, Koch S, Hiilesmaa VK, Klepel H, Bardy

AH, et al. Maternal use of antiepileptic drugs and the risk of major

congenital malformations: a joint european prospective study of human

teratogenesis associated with maternal epilepsy. Epilepsia. 38:981-90.

8. Kaneko S, Battino D, Andermann E, Wada K, Kan R, Takeda A, et al.

Congenital malformations due to antiepileptic drugs. Epilepsy

Research. 33:145-58.

9. Scottish Intercollegiates Guidelines Network. Diagnosis and

Management of Epilepsies in Adults. April 2003.

33