104
PENDAHULUAN Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup. Dari definisi di atas, jelas terlihat bahwa dalam toksikologi terdapat unsur-unsur yang saling berinteraksi dengan suatu cara-cara tertentu untuk menimbulkan respon pada sistem biologi yang dapat menimbulkan kerusakan pada sistem biologi tersebut. Salah satu unsur toksikologi adalah agen-agen kimia atau fisika yang mampu menimbulkan respon pada sistem biologi. Selanjutnya cara-cara pemaparan merupakan unsur lain yang turut menentukan timbulnya efek-efek yang tidak diinginkan ini. Berdasarkan efek nya toksikologi di bagi atas 2 macam : a. Efek toksi akut : yang mempunyai korelasi langsung dengan absorbs zat toksik b. Efek toksi kronis : zat toksik dalam jumlah kecil di absorbs dalam waktu yang lama , terakumulasi mencapai dosis toksik yang akhirnya menimbulkan keracunan. 1

BUNDEL TOKSIKOLOGI 2

Embed Size (px)

Citation preview

PENDAHULUAN

Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang

merugikan bagi organisme hidup. Dari definisi di atas, jelas terlihat bahwa dalam toksikologi

terdapat unsur-unsur yang saling berinteraksi dengan suatu cara-cara tertentu untuk

menimbulkan respon pada sistem biologi yang dapat menimbulkan kerusakan pada sistem

biologi tersebut. Salah satu unsur toksikologi adalah agen-agen kimia atau fisika yang mampu

menimbulkan respon pada sistem biologi. Selanjutnya cara-cara pemaparan merupakan unsur

lain yang turut menentukan timbulnya efek-efek yang tidak diinginkan ini.

Berdasarkan efek nya toksikologi di bagi atas 2 macam :

a. Efek toksi akut : yang mempunyai korelasi langsung dengan absorbs zat toksik

b. Efek toksi kronis : zat toksik dalam jumlah kecil di absorbs dalam waktu yang lama ,

terakumulasi mencapai dosis toksik yang akhirnya menimbulkan keracunan.

1

BAB I

ALKALOID

A. SEJARAH

Sejarah alkaloid hampir setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan obat-

obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman, kedokteran, the, tuan atau tapal, dan racun

selama 4000 tahun. Tidak ada usaha untuk mengisolasi komponen aktif dari ramuan obat-obatan

hingga permulaan abad ke sembilan belas. Obat-obatan pertama yang diketemukan secara

kimia adalah opium, getah kering Apium Papaver somniferum. Opium telah digunakan

dalam obat-obatan selama berabad-abad dan sifat-sifatnya sebagai analgesik maupun narkotik

telah diketahui. Pada tahun 1803, Derosne mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan

diberi nama narkotin. Seturner pada tahun 1805 mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap

opium dapat berhasil mengisolasi morfin.

Dalam tahun 1817-1820 di Laboratorium Pelletier dan Caventon di Fakultas Farmasi di

Paris, melanjutkan penelitian di bidang kimia alkaloid yang menakjubkan. Daintara alkaloid

yang diperoleh dalam waktu singkat tersebut adalah Stikhnin, Emetin, Brusin, Piperin, kaffein,

Quinin, Sinkhonin, dan Kolkhisin.Pada tahun 1826, Pelletier dan Caventon juga memperoleh

Koniin suatu alkaloid yang memiliki sejarah cukup terkenal. Alkaloid tersebut tidak hanya

yang bertanggung jawab atas kematian Socrates akibat dari hisapan udara yang beracun,

tetapi karena struktur molekulnya yang sederhana. Koniin merupakan alkaloid pertama yang

ditentukan sifat-sifatnya (1870) dan yang pertama disintesis (1886).

Selama tahun 1884 telah ditemukan paling sedikit 25 alkaloid hanya dari Chinchona.

Kompleksitas alkaloid merupakan penghalang elusidasi struktur molekul selama abad ke

sembilan belas bahkan pada awal abad ke dua puluh. Sebagai contoh adalah Stikhnin yang

ditemukan pertama kali oleh Pelletier dan Caventon pada tahun 1819 dan struktur akhirnya dapat

ditentukan oleh Robinson dan kawan-kawan pada tahun 1946 setelah melakukan pekerjaan kimia

yang ekstra sukar selama hampir 140 tahun.Perlu dicatat bahwa selama kimia organik

berkembang pesat selama periode tersebut, menjadi ilmu pengetahuan yang rumit pada saat

2

ini, usaha pengembangan dalam kimia bahan alam tumbuh sejalan, banyak reaksi yang

sekarang merupakan reaksi klasik dalam kimia organik adalah hasil penemuan pertama dari studi

yang cermat degradasi senyawa bahan alam.

B. SUMBER ALKALOID

Pada waktu yang lampau sebagian besar sumber alkaloid adalah pada tanaman

berbunga, angiosperma (Familia Leguminoceae, Papavraceae, Ranunculaceae, Rubiaceae,

Solanaceae,Berberidaceae) dan juga pada tumbuhan monokotil (Familia Solanaceae dan

Liliaceae). Pada tahun-tahun berikutnya penemuan sejumlah besar alkaloid terdapat pada hewan,

serangga, organisme laut, mikroorganisme dan tanaman rendah. Beberapa contoh yang terdapat

pada berbagai sumber adalah isolasi muskopiridin dari sebangsa rusa; kastoramin dari

sejenis musang Kanada ; turunan Pirrol-Feromon seks serangga ; Saksitoksin - Neurotoksik

konstituen dari Gonyaulax catenella ; pirosiamin dari bacterium Pseudomunas aeruginosa;

khanoklavin-I dari sebangsa cendawan, Claviceps purpurea ; dan likopodin dari genus lumut

Lycopodium.

Karena alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang terdapat sebagian besar pada

tanaman berbunga, maka para ilmuwan sangat tertarik pada sistematika aturan tanaman.

Kelompok tertentu alkaloid dihubungkan dengan famili atau genera tanaman tertentu.

Berdasarkan sistem Engler dalam tanaman yang tinggi terdapat 60 order. Sekitar 34 dari padanya

mengandung alkaloid. 40% dari semua famili tanaman paling sedikit mengandung

alkaloid. Namun demikian, dilaporkan hanya sekitar 8,7% alkaloid terdapat pada disekitar

10.000 genus. Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid yang penting adalah

Liliaceae, solanaceae dan Rubiaceae. Famili tanaman yang tidak lazim yang mengandung

alkaloid adalah Papaveraceae. Dalam kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid,

beberapa genera mengandung alkaloid sedangkan genera yang lain tidak mengandung alkaloid.

Suatu genus sering menghasilkan alkaloid yang sama, dan bahkan beberapa genera yang berbeda

dalam suatu famili dapat mengandung alkaloid yang sama. Sebagai contoh hiossiamin

diperoleh dari tujuh genera yang berbeda dari famili tanaman Solanaceae. Dilain pihak alkaloid

yang lebih kompleks, seperti vindolin dan morfin, sering terdapat dalam jumlah yang

terbatas pada satu spesies atau genus tanaman.

3

Di dalam tanaman yang mengandung alkaloid, alkaloid mungkin terlokasi

(terkonsentrasi) pada jumlah yang tinggi pada bagian tanaman tertentu. Sebagai contoh

reserpin terkonsentrasi pada akar (hingga dapat diisolasi) Rauvolfia sp ; Quinin terdapat dalam

kulit, tidak pada daun Cinchona ledgeriana ; dan morfin terdapat pada getah atau latex Papaver

samniferum. Pada bagian tertentu tanaman tidak mengandung alkaloid tetapi bagian tanaman

yang lain sangat kaya alkaloid. Namun ini tidak berarti bahwa alkaloid yang dibentuk di bagiam

tanaman tersebut. Sebagai contoh dalam species Datura dan Nicotiana dihasilkan dalam akar

tetapi ditranslokasi cepat ke daun, selain itu alkaloid juga dalam biji (Nux vomica, Areca

catechu), buah (Piperis nigri ), daun (Atropa belladona), akar & rhizoma (Atrpa belladona &

Euphorbia ipecacuanhae) dan pada kulit batang (Cinchona succirubra). Fungsi alkaloid ini

bermacam-macam diantaranya sebagai racun untuk melindungi tanaman dari serangga dan

binatang, sebagai hasil akhir dari reaksi detoksifikasi yang merupakan hasil metbolit akhir

dari komponen yang membahayakan bagi tanaman, sebagai faktor pertumbuhan tanaman dan

cadangan makanan. Kisaran konsentrasi total alkaloid tang terdapat pada bagian tanaman

tertentu sangat bervariasi. Sebagai contoh, reserpin dapat mencapai konsentrasi hingga 1%

dalam akar Rauvolfia serpentine, tetapi vinkristin dari daun Catharanthus roseus diperoleh

hanya 4.10-6%. Dapat dibayangkan persoalan yang menyangkut dalam industri yang

memproduksi alkaloid yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit.

C. PENAMAAN DAN SIFAT-SIFAT FISIKA DAN KIMIA

1. Penamaan

Karena begitu banyak tipe alkaloid maka tidak mungkin diadakan penyatuan penamaan.

Bahkan dalam satu kelompok alkaloid, sering terjadi tidak adanya sistem penamaan dan

penomeran yang konsisten. Suatu contoh, adalah alkaloid indol, dimana banyak terdapat

kerangka yang berbeda. Kebanyakan dalam bidang ini sistem penomeran yang digunakan

didasarkan pada biogenesis, namun sayang Chemical Abstract mempunyai sistem

penomeran yang sangat membingungkan untuk setiap kerangka individu. Kharaktersistik yang

lazim penamaan alkaloid adalah bahwa nama berakhiran ”ina”.

Disamping itu alkaloid, seperti bahan alam yang lain, diberi nama yang dikenal

”trivial” (yaitu non-sistematik). Mereka mungkin diturunkan dari nama genus (contoh

4

atropin dari Atropa belladonna) ; dari nama species (contoh, kokain dari Erythroxyloncoca) ;

dari nama yang lazim untuk obat-obatan/aktifitas fisiologik (contoh, emetin, emetat), atau

dari nama pakar kimia alkaloid yang terkenal/penemunya (contoh, pelletierina).

2. Sifat-Sifat Fisika

Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1

atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer,

sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari

struktur molekul dan gugus fungsionalnya).

Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan

titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk

amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak

berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh

berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid

hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut

dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.

3. Sifat-Sifat Kimia

Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan

elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat

melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik

dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa

dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan

bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron

berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit

asam.

Contoh senyawa yang mengandung gugus amida. Kebasaan alkaloid menyebabkan

senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar

dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid

selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan

5

berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat,

sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah

sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.

D. KLASIFIKASI

Pada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jelas kiranya bahwa alkaloid sebagai

kelompok senyawa, tidak diperoleh definisi tunggal tentang alkaloid. Sistem klasifikasi

yang diterima, menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai

a. Alkaloid Sesungguhnya

Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas

phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen

dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ; biasanya terdapat “aturan” tersebut

adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin

heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.

b. Protoalkaloid

Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan asam amino

tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis

dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian ”amin biologis” sering digunakan untuk

kelompok ini. Contoh, adalah meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin.

c. Pseudoalkaloid

Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya

bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal

(contoh: konessin dan purin (kaffein)) Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:

. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik

Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini

adalah :

6

Alkaloid Piridin-Piperidin

Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk

dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana

tabacum dari famili Solanaceae.

Alkaloid Tropan

Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat

mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum

tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang

digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili

Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia

spp,Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca (Famili

Erythroxylaceae)

Alkaloid Quinolin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah :

Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap

Plasmodium vivax

Alkaloid IsoquinolinM

Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada

famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus

scoparius dan Sophora secondiflora.

Alkaloid Indol.

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine

dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan

vinkristin dari Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada

pengobatan kemoterapy untuk penyakit Leukimia dan Hodgkin‟s.

Alkaloid Imidazol.

Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada

famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi paragua.

Alkaloid Lupinan

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus

luteus (fam : Leguminocaea).

7

Alkaloid Steroid

Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang

mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus

venenosus.

Alkaloid Amina

Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan

sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino

fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam

Gnetaceae)

Alkaloid Purin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi

(Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari famili Theaceae,

Ilex paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili

Sapindaceae, Cola nitida dari famili Sterculiaceae dan Theobroma cacao.

Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik

Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom

karbonpada rantai samping.

Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)

Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah satu

atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora williamsii,

Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave americana, Agave atrovirens,

Ephedra sinica, Cholchicum autumnale.

Alkaloid Capsaicin.

Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens, Capsicum baccatum,

Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense.

D. IDENTIFIKASI

Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang

mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman kering

yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol

dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan

8

dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau

dengan Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara

larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika

larutan asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti

tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk menentukan adanya

alkaloid quartener. Prosedur Kiang-Douglas agak berbeda terhadap garam alkaloid yang

terdapat dalam tanaman (lazimnya sitrat, tartrat atau laktat). Bahan tanaman kering pertama-tama

diubah menjadi basa bebas dengan larutan encer amonia. Hasil yang diperoleh kemudian

diekstrak dengan kloroform,ekstrak dipekatkan dan alkaloid diubah menjadi hidrokloridanya

dengan cara menambahkan asam klorida 2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji

terhadap alkaloidnya dengan menambah pereaksi mayer,Dragendorff atau Bauchardat.

Perkiraan kandungan alkaloid yang potensial dapat diperoleh dengan menggunakan larutan

encer standar alkaloid khusus seperti brusin.

Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis alkaloid.

Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam

yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood. Pereaksi

mayer mengandung kalium jodida dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung

bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi

Wagner dan mengandung kalium jodida dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung

kompleks silikon dioksida dan tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan

perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik

dari popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan pereaksi wagner atau

dragendorff.

Kromatografi dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang lazim untuk

memisahkan alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom

terhadap bahan alam selalu dipantau dengan kromatografi lapis tipis. Untuk mendeteksi alkaloid

secara kromatografi digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah

pereaksi Dragendorff, yang akan memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa

alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama

koumarin dan α-piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi

9

tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat,

jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida.

Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa membedakan

kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk menentukan atau mendeteksi jenis

alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan)

memberikan warna yang sangat karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot.

Perteaksi serium amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat atau fosfat) memberikan

warna yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor

ultraungu alkaloid.

Campuran feriklorida dan asam perklorat digunakan untuk mendeteksi alkloid

Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru fluoresen pada sinar ultra ungu (UV)

setelah direaksikan dengan asam format dan fenilalkilamin dapat terlihat dengan ninhidrin.

Glikosida steroidal sering dideteksi dengan penyemprotan vanilin-asam fosfat. Pereaksi Oberlin-

Zeisel, larutan feri klorida 1-5% dalam asam klorida 0,5 N, sensitif terutama pada inti tripolon

alkaloid kolkisin dan sejumlah kecil 1 μg dapat terdeteksi.

E. SIMPLISIA

1. Alkaloid Piridin-Piperidin

Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen, dengan struktur inti :

REDUKSI

N NH

Piridin Piperidin

10

Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan :

1. Turunan Piperidin, meliputi piperini yang diperoleh dari Piperis nigri Fructus; yang

berasal dari tumbuhan Piperis nigri (fam : Piperaceae) berguna sebagai bumbu

dapur.

2. Turunan Propil-Piperidin, meliputi koniin yang diperoleh dari Conii Fructus; yang

berasal dari tumbuhan Conium maculatum (Fam: Umbelliferae) berguna sebagai

antisasmodik dan sedatif.

3. Turunan Asam Nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh dari Areca Semen; yang

berasal dari tumbuhan Areca catechu (fam: Palmae) berguna sebagai

anthelmentikum pada hewan.

4. Turunan Pirinin & Pirolidin, meliputi nikotin yang diperoleh dari Nicoteana

Folium; yang berasal dari tumbuhan Nicotiana tobaccum (fam: Solanaceae) berguna

sebagai antiparasit, insektisida dan antitetanus.

Tumbuhan yang juga mengandung alkaloid ini adalah kuli dari Punica granatum

(fam: Punicaceae) yang berguna sebagai taenifuga.

2. Alkaloid Tropan

Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat

mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sumsum tulang

belakang, struktur intinya :

a. Hiosiamin dan Skopolamin

Berasal dari tumbuhan Datura stramonium, D. Metel (fam Solanaceae), tumbuh

pada daerah yang memiliki suhu yang panas daun dan bijinya mengandung

alkaloid Skopolamin; berfungsi sebagai antispasmodik dan sedative. Pada tumbuhan

Hyoscyamus muticus dan H. Niger (fam Solanaceae), tumbuh didaerah Amerika

Selatan dan Kanada dikenal dengan nama “Henbane” daun dan bijinya digunakan

sebagai relaksan pada otot.

b. Kokain

Senyawa ini berfungi sebagai analgetik narkotik yang menstimulasi pusat syaraf,

selain itu juga berfungsi sebagai antiemetik dan midriatik. Zat ini bersal dari

daun tumbuhan Erythroxylum coca, E. Rusby dan E. Novogranatense (fam

11

Erythroxylaceae). Kokain lebih banyak disalahgunakan (drug abuse) oleh

sebagian orang dengan nama-nama yang lazim dikalangan mereka seperti snow,

shabu-shabu, crak dan sebagainya.

c. Atropin, Apotropin dan Belladonina

Atropa dari bahasa Yunani yaitu terdiri dari kata “Atropos” yang berarti tidak dapat

dibengjokkan atau disalahgunakan, ini disebabkan karena belladona merupakan

obat yang sangat beracun dan dapat menyebabkan kematian.Belladonna barasal dari

bahasa Italia “Bella” artinya cantik dan “Donna” artinya wanita. Bila cairan buah

diteteskan pada mata akan menyebabkan dilatasi dari pupil mata sehingga menjadi

sangat menarik. Akar dan daun tumbuhan Atropa belladonna (fam Solanaceae)

merupakan sumber dari senyawa ini, digunakan sebaga antispamolitik,

antikolinergik, anti asma dan midriatik. Zat ini merupakan hasil dari hiosiamin

selama ekstraksi sehingga tak dapat ditemukan dalam tanaman. Atropin yang

dihasilkan secara sintetik lebih mahal daripada yang berasal dari ekstraksi dari

tanaman dan tidak dapat disaingi harganya.

3. Alkaloid Quinolin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen.

a. Kinina, Kinidina, Sinkonidin, Sinkonidina

Senyawa ini pada umumnya berguna sebagai anti malaria, alkaloid ini terdapat

pada kulit batang (cotex) dari tumbuhan Cinchona succirubra (fam : Rubiaceae).

Ada beberapa jenis dari Cinchona diantaranya C. Calisaya yang berwarna kuning

berasal dari Peru dan Bolivia, C. Officinalis dan C. Ledgeriana lebih banyak di Indonesia

yang ditanam di pulau jawa. Sebelum PD II Indonesia menyuplai 90% kebutuhan kina di

dunia, ketika Jepang memutuskan suplai ini maka diusahan beberapa obat antimalaria

sintetik kloroquin, kunaikri dan primakrin) untuk menggantika kina.

b. Akronisina

Berasal dari kulit batang tumbuhan Acronychia bauery (fam : Rutaceae, berfungsi

sebagai antineoplastik yang tealah diujikan pada hewan coba dan diharapkan

mampu merupakan obat yang efektif untuk kemoterapi neoplasma pada manusia.

12

c. Camptothecin.

Diperoleh dari buah, sebagian kayu atau kulit dari pohon Camptotheca

acuminata (fam : Nyssaceae), suatu pohon yang secara endemik tumbuh di daratan

cina. Ekstrak dari tumbuhan ini ternyata mempunyai keaktifan terhadap leukemia

limpoid.

d. Viridicatin

Merupakan subtansi antibiotik dari mycelium jamur Penicillium viridicatum

(fam : Aspergillaceae), senyawa ini aktif untuk semua jenis Plasmodium (kecuali P.

vivax) penyebab malaria. Penggunaan senyawa ini memiliki efek samping berupa

Cindronism yaitu pendengaran berkuran.

4. Alkaloid Isoquinolin

Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen

Morfin

Penggunaan morfin khusus pada nyeri hebat akut dan kronis , seperti pasca

bedah dan setelah infark jantung, juga pada fase terminal dari kanker.Morfin

sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai :

1). Infark miokard;

2). Mioplasma;

3). Kolik renal atau kolik empedu ;

4). Oklusio akut pembuluh darah perifer , pulmonal atau koroner

;5) perikarditis akut, pleuritis dan pneumotoraks spontan dan

6). Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar , fraktur dan nyeri pasca-bedah.

Morfin diperoleh dari biji dan buah tumbuhan Papaver somniferum dan P.

Bracheatum (fam : Papaveraceae) salah satu hasil tanaman ini berupa hasil

sadapan dari getah buah yang dikenal sebagai “opium” yang berarti candu, Candu

merupakan „ibu‟ dari morfin, mulanya dikembangkan sebagai obat penghilang

rasa sakit sekitar tahun 1810. Morfin dikategorikan sebagai obat yang

ajaibkarena mampu mengurangi rasa sakit akibat operasi atau luka parah. Pada

saat dikonsumsi, obat ini menyebabkan penggunanya berada dalam kondisi mati rasa

13

sekaligus diliputi perasaan senang/ euforia seperti sedang berada dalam alam

mimpi. Oleh karena efek sampingnya yang berupa euforia ini, pada tahun 1811

obat ini diberi nama Morpheus sama seperti nama dewa mimpi Yunani oleh Dr.

F.W.A. Serturner, seorang ahli obat dari Jerman. Pertengahan tahun 1850, morfin

telah tersedia di seluruh Amerika Serikat dan semakin populer dalam dunia

kedokteran. Morfin dimanfaatkan sebagai obat penghilang rasa sakit yang

membuat takjub dokter-dokter pada masa itu. Sayangnya, ketergantungan

terhadap obat tersebut terlewatkan, tidak terdeteksi sampai masa Perang Saudara

berakhir. Dengan adanya penggunaan yang berlebihan yang terus menerus ataupun

kadang-kadang dari suatu obat yang secara tidak layak atau menyimpang dari

norma pengobatan yang lazim maka hal tersebut dikatakan drug abuse terlebih lagi

apabila pada pemakaian morfin sebagai obat keras. Morfin tergolong kedalam hard

drugs yakni zat-zat yang pada penggunaan kronis menyebabkan perubahan –

perubahan dalam tubuh si pemakai, sehingga penghentiannya menyebabkan

gangguan serius bagi fisiologi tubuh, yang disebut gejala penarikan atau gejala

abstimensi. Gejala ini mendorong bagi si pecandu untuk terus menerus

menggunakan zat – zat ini untuk menghindarkan timbulnya gejala

abstimensi.dilain pihak , dosis yang digunakan lambat laun harus ditingkatkan

untuk memperoleh efek sama yang dikehendaki (toleransi). Hard drugs

menyebabkan ketergantungan fisik (ketagihan ) hebat dan menyebabkan toleransi

terhadap dosis yang digunakan.

Emetina

Senyawa ini berfunsi sebagai emetik dan ekspektoran, diperoleh dari akar tumbuhan

Cephaelis ipecacuanha dan C. Acuminata (fam : Rubiaceae)

Hidrastina dan Karadina

Senyawa ini berasal dari tumbuhan Hydrastis canadensis (fam : Ranunculaceae)

dikenal pula sebagai Yellowroot; bagian yang digunakan berupa umbi akar berkhasiat

sebagai adstrigensia pada radang selaput lendir.

14

Beberina

Berupa akar dan umbi akar dari tumbuhan Berberis vulgaris (dari Oregon), B.

Amition (dari Himalaya), dan B. aristaca (India) dari familia Berberidaceae yang

berguna sebagai zat pahit/amara dan antipiretik.

5. Alkaloid Indol

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol \

Reserpina

Merupakan hasil ekstraksi dari akar tumbuhan Rauwolfia serpentine dari suku

Apocynaceae yang terkadang bercampur dengan fragmen rhizima dan bagian

batang yang melekat padanya. Senyawa ini berfungsi sebagai antihipertensi.

Dalam perdagangan terdapat 5 jenis yaitu R. Serpentine, R. Canescens, R. Micratha,

dan R. Tetraphylla. Selain sebagai anti hipertensi juga berfungsi sebagai

traqulizer (penenang),

Vinblastina, Vinleusina, Vinrosidina, Vinkristina

Diperoleh dari tumbuhan Vinca rosea, Catharanthus roseus (fam :

Apocynaceae) berupa herba yang berkhasiat sebagai antitumor.

Sriknina & Brusina

Berasal dari tumbuhan Strychnos nux-vomica dan S. ignatii (fam :Loganiaceae)

yang terdapat di Filifina, Vietnam dan Kamboja. Bagian tanaman yang diambil

berupa ekstrak biji yang telah kering dengan khasiat sebagai tonikum dalam

dosis yang kecil sedangkan dalam pertanian digunakan sebagai ratisida (racun

tikus).

Fisostigmina & Eserina

Simplisianya dikenal dengan nama Calabar bean, ordeal bean, chop nut dan split nut

berupa biji dari tumbuhan Physostigma venenosum (fam : Leguminosae) yang

berkhasiay sebagai konjungtiva pengobatan glaukoma.

Ergotoksina, Ergonovina, & Ergometrina Alkaloid ini asalnya berbeda

dibandingkan dengan yang lain, sebab berasal dari jamur yang menempel pada

sejenis tumbuhan gandum yang kemudian dikeringkan. Jamur ini berguna sebagai

vasokonstriktor untuk penyakit migrain yang spesifik dan juga sebagai oxytoksik.

15

Diperoleh dari sisik jamur yang menempel pada tumbuhan Claviceps purpurea

(fam: Hypocreaceae), jamur ini merupakan parasit pada tumbuhan tersebut, selain

itu jamur ini juga terdapat pada tumbuhan Secale cornutum (fam: Graminae).

Kurare

Diperoleh dari kulit batang Stricnos crevauxii, C. Castelnaci, C. Toxifera

(fam:loganiaceae) dan Chondodendron tomentosum (fam: Menispermaceae) yang

berguna sebai relaksan pada otot.

6. Alkaloid Imidazol

Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen, Lingkaran Imidazol merupakan

inti dasar dari pilokarpin yang berasal dari daun tumbuhan Pilocarpus jaborandi atau

Jaborandi rermambuco, P. Microphylus atau J. marashm, dan P. Pinnatifolius atau J.

Paraguay dari familia Rutaceae yang berkhasiat sebagai konjungtiva pada penderita glaukoma.

7. Alkaloid Lupinan

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus

luteus, Cytisus scopartus (fam : Leguminocaea) dan Anabis aphylla (fam : Chenopodiaceae)

berupa daun tumbuhan yang telah dikeringkan berkhasiat sebagai oksitoksik.

8. Alkaloid Steroid

Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang

mengandung 4 cincin karbon.

Alkaloid steroid terbagi atas 3 golongan yaitu :

1. Golongan I : Sevadina, Germidina, Germetrina, Neogermetrina, Gemerina,

Neoprotoperabrena, Veletridina

2. Golongan II : Pseudojervina, Veracrosina, Isorobijervosia

3. Golongan III : Germina, Jervina, Rubijervina, Isoveratromina

16

Germidina, Germitrina Diperoleh dari umbi akar tumbuhan Veratrum viride

(fam: Liliaceae) yang berguna sebagai antihipertensi.

Protoveratrin Diperoleh dari umbi akar tumbuhan Veratrum album (fam : Liliaceae)

yang berguna sebagai insektisida & antihioertensi.

Sevadina Diperoleh dari biji sebadilla (Sebadilla Semen) dari tumbuhan

Schonecaulon officinalis (fam: Liliaceae) berguna sebagai insektisida.

9. Alkaloid Amina

Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan

sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau

tirosin.

a. Efedrina

Berasal dari herba tumbuhan Ephedra distachya, E. Sinica dan E. Equisetina (fam :

Gnetaceae) berguna sebagai bronkodilator. Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama

“Ma Huang” dalam bahasa Cina “Ma” berarti sepat sedangkan „Huang” berati

kuning, hal ini mungkin dihubungkan dengan rasa dan warnan simplisia ini. Selain dari

persenyawaan alam, alkaliod ini juga dibuat dalam bentuk sintetis garam seperti

Efedrin Sulfat dan Efedrin HCl yang berbetuk kristal, sifat-sifat farmakologiknya sama

dengan Efedrin dan dipakai sebagai simpatomimetik.

b. Kolkisina

Alkaloid ini berasal dari biji tumbuhan Colchicum autumnalei (fam : Liliaceae)

berguna sebagai antineoplasmik dan stimulan SSP, selain pada biji kormus (pangkal

batang yang ada di dalam tanah) tumbuhan ini juga mengandung alkaloid yang sama.

c. d- Norpseudo Efedrina

Senyawa di atas diperoleh dari daun-daun segar tumbuhan Catha edulis (fam :

Celastraceae) nama lain dari tumbuah ini dalah Khat atau teh Abyssina, tumbuhan

ini berupa pohon kecil atau semak-semak yang berasal dari daerah tropik Afrika

Timur. Khasiat dari simplisia ini adalah stimulan pada SSP.

d. Meskalina

Diperoleh dari sejenis tumbuhan cactus Lophophora williamsii (fam : Cactaceae)

dikenal dengan nama Peyote yang dapat menyebabkan halusinasi dan euphoria

17

10. Alkaloid Purin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Susunan inti heterosiklik yang

terdiri dari cincin pirimidin yang tergabung dengan Imidazole.

a. Kafeina (1,3,7, Trimetil Xanthin)

Alkaliod ini diperoleh dari biji kopi Coffe arabica, C. Liberica (fam: Rubiaceae)

mengandung kafein. Aksi dari kopi pada prinsipnya di dasarkan pada daya kerja

kafein, yang bekerja pada susunan syaraf pusat, ginjal, otot – otot jantung.

Meskipun kopi terutama digunakan sebagai minuman, tetapi dapat juga

digunakan sebagai stimulans dan diuretic. Juga kopi ini digunaskan untuk

mengobati keracunan yang mempunyai tanda – tanda adanya deprosi pada

susunan syaraf pusat. Selain tumbuan kopi ada tumbuhan lain yang juga

mengandung caffein seperti camellia sinensis (fam: Theaceae), cola nitida

(fam starculiaceae).

b. Theobromina (3,7 Dimetil Xantin)

Diperoleh dari biji tumbuhan Theobroma cacao (fam: Sterculaceae) yang berguna

sebagai diuretik dan stimulan SSP.

c. Theofilina (1,3 Dimetil Xantin)

Merupakan isomerdari 1,3 dimetil xantin (isomer Theobromina) yang berguna

sebagai bronkodilator dan diuretik)

18

BAB II

SULFONAMIDA

A. Pengertian

Sulfonamida adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik untuk

pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Sulfonamida merupakan kelompok

obat penting pada penanganan infeksi saluran kemih (ISK). Demi pengertian yang baik, pertama

– tama akan dibicarakan sepintas lalu beberapa aspek dari aspek dari ISK

Infeksi saluran kemih (ISK) hampir selalu diakibatkan oleh bakteri aerob dari flora usus.

Penyebab infeksi bagian bawah atau cystitis ( radang kandung) adalah pertama kuman gram

negative. Pada umumnya, seseorang dianggap menderita ISK bila terdapat lebih dari 100.000

kuman dalam 1 ml urine.

Antara usia lebih kurang 15 dan 60 tahun jauh lebih banyak wanita daripada pria

menderita ISK bagian bawah, dengan perbandingan Ca dua kali sekitar pubertas dan lebih dari

10 kali pada usia60 tahun . hal ini dapat dijelaskan bahwa fakta bahwa sumber infeksi

kebanyakan adalah flora usus. Pada wanita, uretranya hanya pendek (2 -3 cm), sehingga

kamdung kemih mudah dicapai oleh kuman – kuman dari dubur melalui perineum, khususnya

pada basil – basil E.coli. pada pria disamping uretranya lebih panjang (15-18 cm), cairan

prostatnya juga memiliki sifat – sifat bakterisid sehingga menjadi pelindung terhadap infeksi

oleh kuman – kuman patogen.

Sebagai kemoterapuetikum dalam resep, biasanya sulfa dikombinasikan dengan natrium

bikarbonat atau natrium sitras untuk mendapatkan suasana alkalis, karena jika tidak dalam

suasana alkalis maka sulfa – sulfa akan menghablur dalam saluran air kecing, hal ini akan

menimbulkan iritasi yang cukup mengerikan . Tapi tidak semua sulfa dikombinasikan dengan

natrium bikarbonat atau natrium sitrat. Misalnya Trisulfa dan Elkosin. Hal ini karena pH-nya

sudah alkalis, maka kristal urea dapat dihindari.

19

Sulfonamida berupa kristal putih yang umumnya sukar larut dalam air, tetapi garam

natriumnya mudah larut. Rumus dasarnya adalah sulfanilamide. Berbagai variasi radikal R pada

gugus amida (-SO2NHR) dan substitusi gugs amino (NH2) menyebabkan perubahan sifat fisik,

kimia dan daya antibaktreri sulfonamida.

Rumus umum Sulfonamida

R1 – H atau sisa ftalat atau suksinat

R2- H radikal alifatis atau heterosiklik

B. Pemakaian

1. Kemoterapeutikum : Sulfadiazin, Sulfathiazol

2. Antidiabetikum : Nadisa, Restinon, dll

3. Desibfektan saluran air kencing : Thidiour

4. Diuretikum : Diamox

C. Sifat – sifat

1. Bersifat ampoter, karena itu sukar dpindahka dengan acara pengocokan yang digunakan

dalam analisa organik

2. Mudah larut dalam aseton, kecuali Sulfasuksidin, Ftalazol dan Elkosin

D. Kelarutan

1. Umumnya tidak melarut dalam air, tapi adakalanya akan larut dalam air anas. Elkosin

biasanya larut dalam air panas dan dingin.

2. Tidak larut dalam eter, kloroform, petroleum eter,

3. Larut baik dalam aseton

20

4. Sulfa – sulfa yang mempunyai gugus amin aromatik tidak bebas akan mudah larut dalam

HCl encer. Irgamid dan Irgafon tidak lariut dalam HCl encer.

5. Sulfa – sulfa dengan gugusan aromatik sekunder sukar larut dalam HCl, misalnya septazin,

soluseptazin, sulfasuksidin larut dalam HCl, akan tetapi larut dalam NaOH

6. Sulfa dengan gugusan –SO2NHR akan terhidrolisis bila dimasak dengan asam kuat HCl

atau HNO3.

E Identifikasi

1. cara kelarutan

a. Larut dalam air seperti

Garam – garam natriumnya

Sulfonamidum

Sulfonamida = larut sebagian air

b. Diasamkan dengan asam cuka 3 %

Larut : Sulfanilamid :Sulfacetamid dan Soluseptazin

Tidak larut : Sulfadiazin antara lain Sulfamorazin, Sulfametazin, Sulfatiazol,

Sulfapyridin, Irgafen, dan Irgamid

Larut dalam alkohol 96% : Sulfacetamid, Irgamid, Igafen, Sulfathiazol Na

Tidak larut dalam alkohol 96 % Sulfadiazin Na, Sulfamerazin Na, Sulfametazin Na,

sulfapyridin Na, dan Sulfathiazol Na.

Larut dalam asam cuka 7% Sulfanalamid, Sulfacetamid, Soluseptazin

Tidak larut dalam air larut dalam air panas : sulfanalamid, sulfasetamid

Tidak larut dalam NaOH 10 % Irgafen, Septiazin, Radilon, Sulfaguanidin

2. Larutan penampak noda

Larutan Roux ; selektif, warnanya tertentu

21

Pereaksi Erlich ; jungga dan tahan lama, sensitive

Pereaksi p-DAB-HCl : jingga

3. Larutan Pengelusi

Butanol : NH4OH : air = 4 : 1 :5

Ketiganya dikocok dengan alat corong pisah, terjadi dua lapisan, lapisan atas adalah

butanol, lapisan yang jernih adalah NH4OH

Butanol : pyridin = 8 : 1

Butanol : HCl (1 :5) = 10 : 1

Yang dilihat adalah nilai RF nya yang dihitung daru ratio antara naiknya lapisan

dengan naiknya pelarut pengelusi.

F. Reaksi Reaksi Umum

1. Reaksi elementer terhadap C, H, S : positif

2. Reasi terhadap gugus gugus amin : reaksi diazotasi, reaksi dengan p-DAB- HCl , reaksi

korek api, dan reaksi indohenol

3. Reaksi terhadap gugus sulfon : Zat + H2SO4 30% + 1 tts FeCl3 + HNO3 dan FeCl3 atau

Barium Nitrat : endapan BaSO3 putih

4. Reaksi Purfurol : terhadap gugus amin bebas: 1 tts reagen (2 % purfurel dalam asam asetat

) + zat memberi warna merah tua, ungu positif kecuali sulfasuksidin, thalazol, Septazin

5. Reaksi Vanilin : Huckhal dan Turftiti Terhadap derivat metil pyridin , diatas kaca arloji

atau objek : 1 tts + H2SO4 + beberapa kristal vanilin, campurkan + zat panaskan diatas

nyala api kecil : kuning atau hijau muda Kecuali : sulfamerazin Na : merah tua,

sulfamezathin Na : merah tua Irgamid : hijau tua – hitam dengan tepi merah

6. Rekasi Korek api Zat + HCl encer lalu kedalamnya dicelupkan korek api, maka timbul

warna jingga sampai jingga kuning. Asam sulfanilat : Kuning

7. Rekasi Diazotasi : untuk amin aromatik primer Zat + 2 tts HCl 2 N dan air : + NaOH dan

teteskan larutan 0,1 g beta-naftol dalam 2 ml NaOH, endapan jingga kemudian merah

22

darah. Kalau yang dipakai alfa naftol : merah ungu. Gratisin : kekeruhan jingga kuning

Negatif : sulfasuksidin, thalazol, septazin

8. Reaksi Erlich dengan p-DAB-HCl : reaksi yang umum dengan amin aromatik Pereaksi : p-

DAB-HCl : 1 gram dalam 10 ml + air ad 100 ml zat + pereaksi 1-2 tetes diatas plat tetes :

warna yang timbul adalah kuning jingga Kuning sitrun : Sulfametazin, Sulfadiazin,

Sulfamerazin, Gratisin

Kuning : Elkosi

Kuning tua : Thazalol, Sulfanalamid

Jingga : Sulfaguanidin

9. Reaksi dengan CuSO4. Larutan CuSO4 dalam air yang encer. Reaksi ini diberikan oleh

sulfa yang hetersiklik dalam NaOH dengan CuSO4 : endapan dan warna Hijau : Elkosin,

Globuoid, Eucacil, Sulfapyridin

Ungu : Sulfadiazin, Sulfasuksidin, Sulfatiazol

Putih : Irgafen, Sulfanalamid

10. Reaksi Indophenol Khusus untuk gugus amin aromatik dengan tempat para yang kosong

Caranya : Panaskan zat 100 mg dalam tabung reaksi + 2 cc air sampai mendidih lalu

segera + 2 tts NaoH dan 2 ml kaporit + 1 tts fenol liquafectum segera. Amati perubahan

warna yang terjadi.

Albuoid : Hijau (hijau tua) Sulfaddiazin : Merah rosa

Elkosin : Coklat Sulfaguanidin : kuning

Cantrisin : Merah coklat Sulfamerazin : Merah rosa

Irgafen : Hijau Sulfametazin : merah rosa

Lucosil : Coklat merah Sulfanalamid : biru

23

Sulfapyridin : coklat Sulfasuksidin : kuning lemah

Sulfa thiazol : kuning jingga Thalazol : tak berwarna

11. Peraksi Roux

pereaksi : Na Nitroprusida 10

Aquadest 100

NaoH 2 cc

KmnO4 5 cc

Cara melakukan reaksi. Zat padat disimpan diatas plat tetes lalu + 1 tts perekasi lalu

diaduk dengan batang penguluk. Dilihat perubahan warna yang terjadi.

Albuoid : Coklat hijau – hijau Sulfapyridin : ungu

Elkosin : ungu coklat-ungu Sulfasuksidin : hijau kuning

Sulfadiazin : ungu-hijau biru sulfathiazol : hijau kining

Sulfaquanidin : ungu- coklat Sulfatiooreum: merah biru

Sulfamezatinus : ungu – hijau tua Irgafen : hijau kuning

Lucosil : hijau kuning hiaju Thazalol : (-0)

12. Reaksi dengan KBrO3 Tablet harus diisolasi dahulu Caranya : Dalam tabung reaksi kecil

10 mg zat + 1 cc H2SO4 + 1 tts KBr jenuh. Amati perubahan yang terjadi

As. Sulfanilat : ungu coklat Sulfanalamid :ungu,merah lama lama keruh

Gratisin : coklat Sulfasuksidin : ungu coklat

Marfanil : keruh putih kuning Thiadicur : kuning coklat

24

Nadisan : coklat-ungu –coklat

Ftalazol : tidak berwarna

Sulfadiazin : kuning jingga coklat merah

13. Pirolisa Semua sulfida bila dipanaskan diatas titik leburnya akan terurai dan timbul warna

dari residu :

Sulfadiazin : merah

Sulfaguanidin : ungu

Sulfanalamid : violet

Sulfatiazol : coklat merah Atau akan membebaskan H2S

Elkosin Na – Sulfamezatin

Septazin Na – Sulfamerazin

Soluseptazain Na—Sulfathiazol

Sulfamerazain Na –Su;fadiazin

Ultraseptyl Sulfamezatin

Sulfatiazol Na-Irgamid

Perhatian : yang melepaskan H2S adalah garamnya ! Atau melepaskan NH3 : melepaskan

gas SO2 : Sulfaguanidin Lucosil, Sulfanalmid ulfapyridin, Sulfathiazol

14. Sublimasi Untuk beberapa sulfa yakni : Sulfadiazin, Sulfamerazin, Sulfamezatin,

Thalazol, Elkosin.

15. Reaksi Kristal

Aseton – air

Alkohol – air

Dragendorf

Bouchardat

Eder

Asam pikrat 1 % dalam air

Asam pikrolon

Mayer

Cu kompleks

P-DAB-HCl

Asam sikikowolframat

AuBr3

25

G. Senyawa – senyawa sulfonamide

1. Sulfadiazin

berupa bubuk volumineus, berwarna kekuningan, TL = 250 o -256o

Sedikit larut dalam air, alkohol dan aseton, larut baik dalam asam mineral, NaOH,

basa- basa

Dengan pereaksi p-DAB-HCl : Kuning jingga

Dengan pereaksi Roux : ungu – biru hijau

Dengan CuSO4 : ungu dan ada Kristal

Dengan pereaksi indophenol : merah rosa

Dengan pirolisa : merah coklat- hijau

Dengan reaksi Raybin : Zat : resorsinolo 5 % dalam alkohol 96 % + 1 cc H2SO4 p

dipanasi : merah carmin, bila diencerkan + 25 cc HAc biang, netralknan dengan

amoniak : biru , berfluor, kuning hijau

Reaksi kristal Asam pikrat, bouchardat, dragendorf dan aseton- air

2. Sulfamerazin

Berupa bubuk tak berwarna dan kuning muda, hampir tidak berasa, T.L 234o

Dengan pereaksi p-DAB-HCl : merah jingga

Dengan pereaksi ROUX : ungu – ungu biru – biru, hijau – hijau bagus dalam 15

menit

Dengan CuSO4 : coklat – abu – abu

Dengan Indophenol : rosa

Dengan Vanilin : merah stabil

Sublimat : 159 – 160 0 C

Memberi reaksi Raybin : (+)

Dengan reaksi kristal Sulblimasi, asam pikrat, aseton – air, dragendorf, bouchardat,

dan Fe-kompleks Sulfamethyl ThiazolBerupa kristal putih, TL = 238 – 240 o C

Sedikit larut dalam air, tak larut dalam eter dan alcohol

Larut dalam alkali dan alkaloid

26

Dengan pereaksi p-DAB-HCl : jingga

Dengan KBrO3 : ungu lalu mengendap

Dengan KBrO¬3 pekat : kuning coklat

Dengan KBrO3 encer : kuning saja

Dengan reaksi Kristal Aseton – air, bouchardat, dan sublimasi

3. Sulfamezatin

Berupa bubuk putih, kuning muda, tak berasa, TL = 193 – 198 0 C

Dalam air larut : 150 mg/100 cc

Dengan peraksi ROUX : ungu merah ungu coklat, hijau tua kotor

Dengan p-DAB-HCl : kuning jingga

Dengan vanillin : merah jingga

Dengan KBrO3 : ungu lemah-coklat kuning

Dengan Indophenol : merah

Dengan CuSO4 : jingga coklat

Dengan pyrolisa : coklat keluar H2S

Reaksi Kristal Sublimas, aseton – air, dragendorf, p-DAB-Cl, bouchardat, Fe-

kompleks.

4. Sulfanilamid

Berupa bubuk tabur, berwarna putih, TL + 163 0 C

Larut dalam air

Dengan Roux : hijau coklat, hijau ungu, hijau kotor

Dengan p-DAB-HCl : kuning jingga

Dengan korek api : (+)

Dengan vanilin : kuning hijau

KBrO3 : ungu merah coklat

Dengan Indophenol : endapan biru langit

Dengan CuSO4 : biru

Pyrolisa : biru violet (gas NH3) bila + H2SO4 p + air : biru tinta

27

Diazotasi : (+)

Dengan amil alkohol : rosa

Bila di(+) Hac : Flour; ungu biru

Reaksi Kristal Sublimasi, aseton – air, Fe-kompleks, asam pikrat, asam pikrolon,

5. Sulfaguanidin

Berupa bubuk putih tak berasa dengan TL = 185 0 C

Larut dalam air (13 mg/100 cc), tak larut dalam NaOH, sedikit larut dalam aseton dan

alkohol dan larut dalam asam mineral

Dengan pereaksi p-DAB-HCl : jingga

Dengan Roux : kuning, hijau-hijau

Dengan CuSO4 : Alkalis : biru tua

Netral : negative

Dengan indofenol ; kuning coklat (basa)

Pyrolisa : NH3 dan ungu

KBrO3 : ungu – coklat tua

Penambahan NaOH dipanaskan NH3 keluar

zat + 3 tts HCl + 1 ml air + 2 tts NaNO2 0,1 % spritus : merah ungu ditarik dengan

CHCl3 : hijau kuning

BAB III

28

ANTIBIOTIK

A. Pengertian.

Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam pengobatan modern.

Antibiotik adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sebelum

penemuan antibiotik yang pertama, penisilin, pada tahun 1928, jutaan orang di seluruh dunia tak

terselamatkan jiwanya karena infeksi-infeksi yang saat ini mudah diobati. Ketika influenza

mewabah pada tahun 1918, diperkirakan 30 juta orang meninggal, lebih banyak daripada yang

terbunuh pada Perang Dunia I.

Pencarian antibiotik telah dimulai sejak penghujung abad ke 18 seiring dengan

meningkatnya pemahaman teori kuman penyakit, suatu teori yang berhubungan dengan bakteri

dan mikroba yang menyebabkan penyakit. Saat itu para ilmuwan mulai mencari obat yang dapat

membunuh bakteri penyebab sakit. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk menemukan apa

yang disebut "peluru ajaib", yaitu obat yang dapat membidik/menghancurkan mikroba tanpa

menimbulkan keracunan.

B. Penemuan Penisilin

Pada permulaan tahun 1920, ilmuwan Inggris Alexander Fleming melaporkan bahwa

suatu produk dalam airmata manusia dapat melisiskan (menghancurkan) sel bakteri. Zat ini

disebut lysozyme, yang merupakan contoh pertama antibakteri yang ditemukan pada manusia.

Seperti pyocyanase, lysozyme juga menemukan jalan buntu dalam usaha pencarian antibiotik

yang efektif, karena sifatnya yang merusak sel-sel bakteri non-patogen.

Namun pada tahun 1928 Fleming secara kebetulan menemukan antibakteri lain.

Sekembali liburan akhir pekan, Fleming memperhatikan satu set cawan petri lama yang ia

tinggalkan. Ia menemukan bahwa koloni Staphylococcus aureus yang ia goreskan pada cawan

petri tersebut telah lisis.

Lisis sel bakteri terjadi pada daerah yang berdekatan dengan cendawan pencemar yang

tumbuh pada cawan petri. Ia menghipotesa bahwa suatu produk dari cendawan tersebut

29

menyebabkan lisis sel stafilokokus. Produk tersebut kemudian dinamai penisilin karena

cendawan pencemar tersebut dikenali sebagai Penicillium notatum.

Walaupun secara umum Fleming menerima pujian karena menemukan penisilin, namun

pada kenyataannya secara tehnik Fleming "menemukan kembali" zat tersebut. Semula Ernest

Duchesne, seorang mahasiswa kedokteran Perancis, yang menemukan sifat-sifat penisilium pada

tahun 1896, namun gagal dalam melaporkan hubungan antara cendawan dan zat yang memiliki

sifat-sifat antibakteri, sehingga Penisilium dilupakan dalam komunitas ilmiah sampai penemuan

kembali oleh Fleming.

C. Jenis Antibiotik

Meskipun ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya mereka berasal dari

beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Ada banyak cara untuk

menggolongkan antibiotik, salah satunya berdasarkan struktur kimianya. Berdasarkan struktur

kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:

a. Golongan AminoglikosidaDiantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin,

neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.

b. Golongan Beta-Laktam Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem,

meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil,

seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin,

amoksisilin).

c. Golongan Glikopeptida Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.

d. Golongan Poliketida Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin,

klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin

(doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).

e. Golongan Polimiksin Diantaranya polimiksin dan kolistin.

f. Golongan Kinolon (fluorokinolon) Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin,

norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.

g. Golongan Streptogramin Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan

kinupristin-dalfopristin.

30

h. Golongan Oksazolidinon Diantaranya linezolid dan AZD2563.

i. Golongan Sulfonamida Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.

j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.

Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif

meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:

1. Mengganggu sintesa dinding sel, seperti penisilin, sefalosporin, imipenem, vankomisin,

basitrasin.

2. Mengganggu sintesa protein bakteri, seperti klindamisin, linkomisin, kloramfenikol,

makrolida, tetrasiklin, gentamisin.

3. Menghambat sintesa folat, seperti sulfonamida dan trimetoprim.

4. Mengganggu sintesa DNA, seperti metronidasol, kinolon, novobiosin.

5. Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.

6. Mengganggu fungsi membran sel, seperti polimiksin B, gramisidin.

Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis infeksi.

Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat dibedakan antibiotik yang

membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja, dan antibiotik yang berspektrum luas,

yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif dan negatif.

Sebagian besar antibiotik mempunyai dua nama, nama dagang yang diciptakan oleh

pabrik obat, dan nama generik yang berdasarkan struktur kimia antibiotik atau golongan

kimianya. Contoh nama dagang dari amoksilin, sefaleksin, siprofloksasin, kotrimoksazol,

tetrasiklin dan doksisiklin, berturut-turut adalah Amoxan, Keflex, Cipro, Bactrim, Sumycin, dan

Vibramycin.

Setiap antibiotik hanya efektif untuk jenis infeksi tertentu. Misalnya untuk pasien yang

didiagnosa menderita radang paru-paru, maka dipilih antibiotik yang dapat membunuh bakteri

penyebab radang paru-paru ini. Keefektifan masing-masing antibiotik bervariasi tergantung pada

lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.

31

Antibiotik oral adalah cara yang paling mudah dan efektif, dibandingkan dengan

antibiotik intravena (suntikan melalui pembuluh darah) yang biasanya diberikan untuk kasus

yang lebih serius. Beberapa antibiotik juga dipakai secara topikal seperti dalam bentuk salep,

krim, tetes mata, dan tetes telinga.

Penentuan jenis bakteri patogen ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Tehnik

khusus seperti pewarnaan gram cukup membantu mempersempit jenis bakteri penyebab infeksi.

Spesies bakteri tertentu akan berwarna dengan pewarnaan gram, sementara bakteri lainnya tidak.

Tehnik kultur bakteri juga dapat dilakukan, dengan cara mengambil bakteri dari infeksi

pasien dan kemudian dibiarkan tumbuh. Dari cara bakteri ini tumbuh dan penampakannya dapat

membantu mengidentifikasi spesies bakteri. Dengan kultur bakteri, sensitivitas antibiotik juga

dapat diuji.

Penting bagi pasien atau keluarganya untuk mempelajari pemakaian antibiotik yang

benar, seperti aturan dan jangka waktu pemakaian. Aturan pakai mencakup dosis obat, jarak

waktu antar pemakaian, kondisi lambung (berisi atau kosong) dan interaksi dengan makanan dan

obat lain.

Pemakaian yang kurang tepat akan mempengaruhi penyerapannya, yang pada akhirnya

akan mengurangi atau menghilangkan keefektifannya.

Bila pemakaian antibiotik dibarengi dengan obat lain, yang perlu diperhatikan adalah

interaksi obat, baik dengan obat bebas maupun obat yang diresepkan dokter. Sebagai contoh,

Biaxin (klaritromisin, antibiotik) seharusnya tidak dipakai bersama-sama dengan Theo-Dur

(teofilin, obat asma).

Berikan informasi kepada dokter dan apoteker tentang semua obat-obatan yang sedang

dipakai sewaktu menerima pengobatan dengan antibiotik.

Jangka waktu pemakaian antibiotik adalah satu periode yang ditetapkan dokter.

Sekalipun sudah merasa sembuh sebelum antibiotik yang diberikan habis, pemakaian antibiotik

seharusnya dituntaskan dalam satu periode pengobatan.

32

Bila pemakaian antibiotik terhenti di tengah jalan, maka mungkin tidak seluruh bakteri

mati, sehingga menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik tersebut. Hal ini dapat

menimbulkan masalah serius bila bakteri yang resisten berkembang sehingga menyebabkan

infeksi ulang.

D. Efek Samping

Disamping banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dalam pengobatan infeksi, antibiotik

juga memiliki efek samping pemakaian, walaupun pasien tidak selalu mengalami efek samping

ini. Efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala ringan, diare ringan, dan mual.

Dokter perlu diberitahu bila terjadi efek samping seperti muntah, diare hebat dan kejang

perut, reaksi alergi (seperti sesak nafas, gatal dan bilur merah pada kulit, pembengkakan pada

bibir, muka atau lidah, hilang kesadaran), bercak putih pada lidah, dan gatal dan bilur merah

pada vagina.

E. Resistensi Antibiotik

Salah satu perhatian terdepan dalam pengobatan modern adalah terjadinya resistensi

antibiotik. Bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap antibiotik, misalnya bakteri yang

awalnya sensitif terhadap antibiotik, kemudian menjadi resisten. Resistensi ini menghasilkan

perubahan bentuk pada gen bakteri yang disebabkan oleh dua proses genetik dalam bakteri:

1. Mutasi dan seleksi (atau evolusi vertikal). Evolusi vertikal didorong oleh prinsip seleksi

alam. Mutasi spontan pada kromosom bakteri memberikan resistensi terhadap satu

populasi bakteri. Pada lingkungan tertentu antibiotika yang tidak termutasi (non-mutan)

mati, sedangkan antibiotika yang termutasi (mutan) menjadi resisten yang kemudian

tumbuh dan berkembang biak.

2. Perubahan gen antar strain dan spesies (atau evolusi horisontal)

Evolusi horisontal yaitu pengambil-alihan gen resistensi dari organisme lain. Contohnya,

streptomises mempunyai gen resistensi terhadap streptomisin (antibiotik yang

dihasilkannya sendiri), tetapi kemudian gen ini lepas dan masuk ke dalam E. coli atau

Shigella sp.

33

Beberapa bakteri mengembangkan resistensi genetik melalui proses mutasi dan seleksi,

kemudian memberikan gen ini kepada beberapa bakteri lain melalui salah satu proses untuk

perubahan genetik yang ada pada bakteri.

Ketika bakteri yang menyebabkan infeksi menunjukkan resistensi terhadap antibiotik

yang sebelumnya sensitif, maka perlu ditemukan antibiotik lain sebagai gantinya. Sekarang

penisilin alami menjadi tidak efektif melawan bakteri stafilokokus dan harus diganti dengan

antibiotik lain.

Tetrasiklin, yang pernah dijuluki sebagai "obat ajaib", kini menjadi kurang bermanfaat

untuk berbagai infeksi, mengingat penggunaannya yang luas dan kurang terkontrol selama

beberapa dasawarsa terakhir.Keberadaan bakteri yang resisten antibiotik akan berbahaya bila

antibiotik menjadi tidak efektif lagi dalam melawan infeksi-infeksi yang mengancam jiwa.

Hal ini dapat menimbulkan masalah untuk segera menemukan antibiotik baru untuk

melawan penyakit-penyakit lama (karena strain resisten dari bakteri telah muncul), bersamaan

dengan usaha menemukan antibiotik baru untuk melawan penyakit-penyakit baru.

Berkembangnya bakteri yang resisten antibiotik disebabkan oleh beberapa hal. Salah

satunya adalah penggunaan antibiotik yang berlebihan. Ini mencakup seringnya antibiotik

diresepkan untuk pasien demam biasa atau flu.

Meskipun antibiotik tidak efektif melawan virus, banyak pasien berharap mendapatkan

resep mengandung antibiotik ketika mengunjungi dokter. Setiap orang dapat membantu

mengurangi perkembangan bakteri yang resisten antibiotik dengan cara tidak meminta antibiotik

untuk demam biasa atau flu.

34

BAB IV

VITAMIN

A. Pengertian

Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang

berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia,

hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan

vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.

Vitamin berdasarkan kelarutannya di dalam air :

- Vitamin yang larut di dalam air : Vitamin B dan Vitamin C

- Vitamin yang tidak larut di dalam air : Vitamin A, D, E, dan K atau disingkat Vitamin ADEK

B. Macam – Macam Vitamin

1. Vitamin A

sumber vitamin A = susu, ikan, sayuran berwarna hijau dan kuning, hati, buah-buahan

warna merah dan kuning (cabe merah, wortel, pisang, pepaya, dan lain-lain)

Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin A = rabun senja, katarak, infeksi

saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh, kulit yang tidak sehat, dan lain-lain.

2. Vitamin B1

sumber yang mengandung vitamin B1 = gandum, daging, susu, kacang hijau, ragi, beras,

telur, dan sebagainya

Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B1 = kulit kering/kusik/busik,

kulit bersisik, daya tahan tubuh berkurang.

3. Vitamin B2

sumber yang mengandung vitamin B2 = sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning

telur, susu, dan banyak lagi lainnya.

35

Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B2 = turunnya daya tahan tubuh,

kilit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, sariawan, dan sebagainya.

4. Vitamin B3

sumber yang mengandung vitamin B3 = buah-buahan, gandum, ragi, hati, ikan, ginjal,

kentang manis, daging unggas dan sebagainya

Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B3 = terganggunya sistem

pencernaan, otot mudah keram dan kejang, insomnia, bedan lemas, mudah muntah dan

mual-mual, dan lain-lain

5. Vitamin B5

sumber yang mengandung vitamin B5 = daging, susu, sayur mayur hijau, ginjal, hati,

kacang ijo, dan banyak lagi yang lain.

Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B5 = otot mudah menjadi kram,

sulit tidur, kulit pecah-pecah dan bersisik, dan lain-lain

6. Vitamin B6

sumber yang mengandung vitamin B6 = kacang-kacangan, jagung, beras, hati, ikan,

beras tumbuk, ragi, daging, dan lain-lain.

Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B6 = pelagra alias kulit pecah-

pecah, keram pada otot, insomnia atau sulit tidur, dan banyak lagi lainnya.

7. Vitamin B12

sumber yang mengandung vitamin B12 = telur, hati, daging, dan lainnya

Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B12 = kurang darah atau anemia,

gampang capek/lelah/lesu/lemes/lemas, penyakit pada kulit, dan sebagainya

8. Vitamin C

sumber yang mengandung vitamin C = jambu klutuk atau jambu batu, jeruk, tomat,

nanas, sayur segar, dan lain sebagainya

Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin C = mudah infeksi pada luka, gusi

berdarah, rasa nyeri pada persendian, dan lain-lain

9. Vitamin D

sumber yang mengandung vitamin D = minyak ikan, susu, telur, keju, dan lain-lain

36

Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D = gigi akan lebih mudah

rusak, otok bisa mengalami kejang-kejang, pertumbuhan tulang tidak normal yang

biasanya betis kaki akan membentuk huruf O atau X.

10. Vitamin E

sumber yang mengandung vitamin E = ikan, ayam, kuning telur, kecambah, ragi,

minyak tumbuh-tumbuhan, havermut, dsb

Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin E = bisa mandul baik pria

maupun wanita, gangguan syaraf dan otot, dll

11. Vitamin K

sumber yang mengandung vitamin K = susu, kuning telur, sayuran segar, dkk

Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin K = darah sulit membeku bila

terluka/berdarah/luka/pendarahan, pendarahan di dalam tubuh, dan sebagainya

37

BAB V

CAIRAN INFUS

A. PENGERTIAN

Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara

tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan

penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah

yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari

mikroorganisme hanya dapat diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba.

Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk

menambah cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena adalah sediaan

parenteral dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Pada umumnya cairan infus

intravena digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk

mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang

cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya

yakni sebagai pembawa obat-obat lain.

Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam wadah plastik atau

gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh karena volumenya yang besar,

pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena untuk menghindari toksisitas yang

mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus intravena biasanya mengandung zat-

zat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin.

Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk

meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat

digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam

kecepatan yang lambat.

38

B. PERSYARATAN

1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan yang ada dalam

sediaan; terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara

kimia.

2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril

tetapi juga mencegah terjadinya interaksi bahan obat dengan material dinding wadah.

3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. untuk itu, beberapa faktor yang paling banyak

menentukan adalah:

a. bebas kuman

b. bebas pirogen

c. bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral

d. isotonis

e. isohidris

f. bebas bahan melayang

Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat

dibandingkan cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat.

Sedangkan kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat

dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya

dengan cara dimuntahkan

Infus tidak perlu pengawetkarena volume sediaan besa. Jika ditambahkan pengawet maka

jumlah pengawet yang dibutuhkan besar sehingga dapat menimbulkan efek toksis

C. MACAM – MACAM INFUS

1. Infus IV Ca Glukonat / Glukonat

Dalam percobaan ini akan dibuat sediaan infus intravena kalsium glukonat yang

merupakan larutan supersaturasi yang distabilkan dengan penambahan 35 mg kalsium D-

saccharate, dan harus disimpan pada suhu kamar. Laju infus maksimum yang disarankan adalah

200 mg/menit.

39

FarmakologI : Kalsium merupakan mineral yang penting untuk pemeliharaan

kesempurnaan fungsi susunan saraf, otot, sistem rangka, dan permeabilitas membran

sel. Kalsium adalah aktivator yang penting pada beberapa reaksi enzimatis dan

berperan dalam proses fisiologi yang mencakup transmisi rangsangan oleh saraf,

kontraksi jantung, otot polos dan otot rangka, fungsi renal, pernafasan dan koagulasi

darah. Kalsium juga berperan dalam reaksi pelepasan dan penyimpanan

neurotransmiter dan hormon, pengambilan dan pengikatan asam amino, absorbsi

vitamin B12 dan sekresi asam lambung.

Farmakokinetik : Injeksi garam kalsium langsung masuk kedalam pembuluh darah.

Setelah diinjeksi, kalsium darah meningkat dengan cepat dan kembali turun dalam 30

menit sampai 2 jam, terdistribusi cepat dalam jaringan serta dieliminasi melalui urine.

2. Infus IV Dekstran

Kehilangan darah, sejauh jumlahnya tidak melampaui 10% dari jumlah total, tubuh

masih dapat menyeimbangkannya kembali. Jika kehilangannya lebih besar, harus disuplai cairan

pengganti darah untuk mengisi plasma melalui jalan infus ke dalam tubuh. Hal tersebut

dibutuhkan juga pada syok perdarahan, akibat luka (kebakaran, luka dalam) pada sakit perut atau

muntah yang berkepanjangan.

Infus dextran 70 merupakan larutan makromolekul yang memiliki waktu tinggal

yang lebih panjang dalam pembuluh darah, karena tidak atau sedikit mengalami difusi, juga

airnya terikat secara hidratasi. Yang menentukan dextran 70 sebagai bahan pengganti plasma

adalah berat molekulnya diatas 20.000. Pengisisan volume darah dapat dilakukan dengan larutan

NaCl fisiologis atau dengan larutan elektrolit, namun jumlah cairan yang dimasukkan tersebut

hanya sebentar berada dalam peredaran darah, untuk kemudian segera dieliminasi keluar tubuh

melalui ginjal

40

3. Infus IV Elektrolit Untuk Dehidrasi

Fungsi larutan elektrolit secara klinis digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau

penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma yang

menyimpang, yaitu :

a. Asidosis : Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida

dalam jumlah berlebih.

b. Alkalosis : Kondisi plasma yang terlampau basa akibat ion Na, K, Ca dalam jumlah

berlebih

Kehilangan natrium disebut hipovolemia, sedangkan kekurangan H2O disebut

dehidrasi, kekurangan HCO3 disebut asidosis, metabolic dan kekurangan K+ disebut

hipokalemia. (Formulasi Steril, Stefanus Lukas, hal. 62)

Dehidrasi adalah hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional dibandingkan

dengan hilangnnya air. Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotic cairan tubuh

akibat dari rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang hilang dengan cukup (Dorlan

ed. 26, hal. 498)

Pada pasien yang tidak sadar atau mengalami gangguan keseimbangan elektrolit akut,

sehingga harus segera diberikan ion-ion Ca2+, Na+, K+, Ce- dan HCO3-, dan sebagai sumber

kalori dimana pengganti cairan dan kalori dibutuhkan, karena ion-ion tersebut dibutuhkan oleh

tubuh untuk memnuhi kebutuhan elektrolit tubuh pada ekstrasel dan intrasel. Cairan ekstrasel

baik plasma darah maupun cairan intrsel mengandung ion natrium dan klorida dalam jumlah

yang besar, ion bilarbonat dalam jumlah yang agak besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion

kalium, magnesium phospat, sulfat, dan asam organic.disamping itu plasma mengandung protein

dalam jumlah yang besar, sedangkan cairan intrasel hanya mengandung protein dalm jumlah

protein yang leih kecil.

intasel hanya mengandung sejumlah kecil ion natrium dan klorida serta hampir tidak

mengandung ion kalsium, tetapi ia mengandung ion kalium dan phospat dalam jumlah besar

41

serta ion magnesium dan sulfat dalam jumlah cukup besar, semuanya hanya ada dalam

konsentrasi yang kecil dalam cairan ekstrasel.

Bahan-bahan yang digunakan (NaCl, KCl, NaHCO3, CaCl2) mudah larut dalam air,

sehingga dapat digunakan air sebagai pembawanya. Air yang digunakan harus bebas pirogen.

Pirogen merupakan produk metabolisme m.o (umumnya bakteri, kapang dan virus). Secara

kimiawi, pirogen adalah zat lemak yang berhubungan dengan suatu molekul pembawa yang

biasanya merupakan polisakarida, tapi bisa juga peptide.

Pirogen menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam, sakit badan, kenaikan

tekanan darah arteri, kira-kira 1 jam setelah injeksi. Pirogen dapat dihilangkan dari larutan

dengan absorbsi menggunakan absorban pilihan. (Lachman, hal. 1295-1296). Ion-ion ini

diberikan dalam bentuk injeksi iv karena diharapkan dapat segera memberikan efek.

4. Infus IV Glukosa Nacl / Glukosa 10%

Pada umumnya larutan glukosa untuk injeksi digunakan sebagai pengganti kehilangan

cairan tubuh, sehingga tubuh kita mempunyai energi kembali untuk melakukan metabolismenya

dan juga sebagai sumber kalori. Dosis glukosa adalah 2,5-11,5 % (Martindale), pada umumnya

digunakan 5 %. Dalam formula ini ditambahkan NaCl supaya diapat larutan yang isotonis,

dimana glukosa disini bersifat hipotonis. Dalam pembuatan aqua p.i ditambahkan H2O2 yang

dimaksudkan untuk menghilangkan pirogen, serta di dalam pembuatan formula ini ditambahkan

norit untuk menghilangkan kelebihan H2O2.

5. Infus IV Mengandung Na, Ca, K

Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan

intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel.

Natrium klorida (NaCl), natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan

memegang peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya. Sering digunakan dalam infus

dengan elektrolit lain.

Equvalent elektrolit (Steril Dosage Form, hal 250) :

42

Na+ = 135 mEq

K+ = 5 mEq

Ca+ = 5 mEq

Mg+ = 2 mEq

Kesetaraan ekuivalen elektrolit (Martindale) :

1g NaCl ~ 17,1 mEq Na+ E1 = 1,00

1g KCl ~ 13,4 mEq K+ E1 = 0,76

1g CaCl ~ 13,6 mEq Ca+ E1 = 0,51

1g MgCl ~ 9,8 mEq Mg+ E1 = 0,45

6. Infus IV NaCl

Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan memegang peranan

penting pada regulasi tekanan osmotisnya, juga pada pembentukan perbedaan potensial ( listrik )

yang perlu bagi kontraksi otot dan penerusan impuls di syaraf.

Defisiensi natrium dapat terjadi akibat kerja fisik yang terlampau berat dengan banyak

berkeringat dan banyak minum air tanpa tambahan garam ekstra. Gejalanya berupa mual,

muntah, sangat lelah, nyeri kepala, kejang otot betis, kemudian juga kejang otot lengan dan

perut.Selain pada defisiensi Na, natrium juga digunakan dalam bilasan 0,9 % ( larutan garam

fisiologis ) dan dalam infus dengan elektrolit lain.

7. Infus IV Pengganti Cairan Tubuh

Air beserta unsur-unsur didalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel disebut cairan

tubuh. Cairan tubuh dibagi menjadi dua yaitu :

43

1. Cairan Intraseluler, cairan ini mengandung sejumlah ion Na dan klorida serta hampir

tidak mengandung ion kalsium, tetapi cairan ini mengandung ion kalium dan fosfat

dalam jumlah besar serta ion Magnesium dan Sulfat dalam jumlah cukup besar.

2. Cairan Ekstraseluler, cairan ini mengandung ion Natrium dan Klorida dalam jumlah

besar, ion bikarbonat dalam jumlah besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion Kalium,

Kalsium, Magnesium, Posfat, Sulfat,dan asam-asam organik (Guyton hal 309).

Keseimbangan air dalam tubuh harus dipertahankan supaya jumlah yang diterima sama

dengan jumlah yang dikeluarkan. Penyesuaian dibuat dengan penambahan / pengurangan jumlah

yang dikeluarkan sebagai urin juga keringat. Ini menekankan pentingnya perhitungan

berdasarkan fakta tentang jumlah cairan yang masuk dalam bentuk minuman maupun makanan

dan dalam bentuk pemberian cairan lainnya. Elektrolit yang penting dalam komposisi cairan

tubuh adalah Na, K, Ca, dan Cl. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dibuatlah

sediaan infuse pengganti cairan tubuh yaitu infuse Ringers.

Injeksi Ringer adalah larutan steril Natrium klorida, Kalium klorida, dan Kalsium

klorida dalam air untuk obat suntik. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-zat tersebut

dalam larutan fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan elektrolit yang

diperlukan tubuh (Ansel hal 408).

8. Infus IV protein Untuk DBD

Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak dapat

melalui saluran cerna. Indikasi cara ini biasanya digunakan untuk persiapan bedah pada

penderita kurang gizi, persiapan kemoterapi radioterapi dan kelainan saluran cerna berat. Nutrisi

parenteral total memerlukan larutan yang mengandung asam amino; glukosa; lemak; elektrolit;

dan vitamin.

Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai, tapi bila tiap harinya

diberikan lebih dari 180 g maka harus ada monitoring kadar gula darah. Bila mungkin

diperlukan insulin. Glukosa dengan ragam kekuatan 10 – 50 % harus di infus melalui kateter

vena central. Untuk menghindari trombosis (gumpalan darah yang terbentuk pembuluh darah).

44

Jumlah volume infuse intravena biasanya 500 mL dan 250 mL mengandung zat-zat sebagai

nutrisi, penambah darah, elektrolit, asam amino, antibiotik, dan obat yang umumnya diberikan

lewat jarum yang dibiarkan di vena atau kateter dengan diteteskan terus menerus. Tetesan atau

kecepatan mengalir dapat diatur oleh dokter atau perawat sesuai dengan kebutuhan pasien.

Umumnya 2-3 mL permenit.

Untuk Infus, intravena jarum/kateter biasanya ditusukkan divena yang menonjol di

lengan atau kaki dan diikat erat di tempat tersebut sehingga tidak akan bergeser dari tempat

selama diinfus. Bahaya utama infus intravena ialah kemungkinan terbentuknya trombus akibat

rangsang tusukan jarum pada dinding vena.

Trombus akan lebih mungkin terjadi bila larutan infus bersifat mengiritasi jaringan

tubuh. Trombus adalah gumpalan darah yang terbentuk dalam pembuluh darah (atau jantung)

yang umumnya disebabkan oleh melambatnya aliran atau perubahan darah atau pembuluh

darah. Bila gumpalan darah itu beredar maka gumpalan tersebut menjadi embolus, dibawa oleh

aliran darah sampai tersangkut di pembuluh darah, menghalangi dan mengakibatkan hambatan

atau sumbatan yang disebut emboli. Suatu hambatan dapat sangat berbahaya tergantung pada

tempat dan keparahan hambatan tersebut. Obat-obat yang diberikan lewat intravena biasanya

harus berupa larutan air, bercampur dengan darah dan tidak mengendap. Keadaan tertentu dapat

menimbulkan terjadinya trombus dan kemudian menghalangi aliran darah. (Pengantar Bentuk

Sediaan Farmasi edisi keempat, Howard C Ansel, hal 402)

Demam berdarah adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan virus Dengue tipe I-IV,

disertai demam 5-7 hari gejala-gejala perdarahan, dan bila timbul syok: angka kematian cukup

tinggi.

Gejala dan tanda :

1. panas 5-7 hari, gejala umum tidak khas

2. Perdarahan spontan (petekie, ekimosa, epistaksis , derajat hematemesis, melena,

perdarahan gusi, uterus, telinga, dll)

3. Ada gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120/menit),

tekanan nadi sempit (<>

45

4. Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, denyut jantung > 140/menit, acral

dingin, berkeringat, kulit biru

Gejala Lain :

1. Hati membesar, nyeri spontan dan pada perabaan

2. Asites

3. Cairan dalam rongga pleura (kanan)

4. Ensepalopati: kejang, gelisah, sopor, koma

Prinsip penatalaksanaan :

1. Memperbaiki keadaan umum

2. Mencegah keadaan yang lebih parah

3. Memperbaiki syok dan perdarahan (pen: rehidrasi sampai hari ke 7, namun hati-hati pada

hari ke 6 dapat terjadi arus balik cairan intersitiel ke pembuluh darah)

9. Infus IV Untuk Mempertahankan Keseimbangan Asam Tubuh

Pembuatan infus ini mengacu pada penggunaannya sebagai cairan infus yang dapat

menstabilkan jumlah elektrolit-elektrolit yang sama kadarnya dalam cairan fisiologis normal,

sehingga diharapkan pasien dapat mempertahankan kondisi elektrolitnya agar sesuai dengan

batas-batas atau jumlah elektrolit yang normal pada plasma. Selain itu, digunakan pengisotonis

dekstrosa yang diharapkan mampu menambah kalori bagi pasien serta meningkatkan stamina

karena biasanya kondisi pasien yang kekurangan elektrolit dalam keadaan lemas (sehingga perlu

diinfus).

Ion natrium (Na+) dalam injeksi berupa natrium klorida dapat digunakan untuk

mengobati hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air sehingga

dapat menyebabkan dehidrasi. Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang

terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-

basa serta isotonis sel.

Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam proses

penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium di bawah konsentrasi

46

normal dapat menyebabkan iritabilitas dan konvulsi. Ion Magnesium (Mg2+) juga diperlukan

tubuh untuk aktivitas neuromuskuler sebagai koenzim pada metabolisme karbohidrat dan

protein.

Dekstrosa, suatu bentuk karbohidrat yang diberikan secara parenteral diharapkan dapat

memberikan tambahan kalori yang diperlukan untuk menambah energi pada tubuh. Batas

konsentrasi normal elektrolit dalam plasma (Steril Dosage Form, hal 251-252) :

Na+ = 135-145 mEq/L

K+ = 3,5-5 mEq/L

Ca2+ = 5 mEq/L

Mg2+ = 2 mEq/L

10. Infus IV Untuk Pengelolaan Dehidrasi

Sekitar 60% berat badan manusia terdiri dari cairan. Setiap hari sekitar 1,7 liter cairan di

dalam tubuh keluar melalui urin, tinja, keringat dan pernapasan. Cairan yang keluar tersebut

akan digantikan oleh cairan yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman, yakni

sebanyak 3 liter perhari. Jika cairan yang keluar dai tubuh terjadi secara berlebihan dan tidak

diimbangi dengan cairan yang masuk, maka terjadilah dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).

Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh, karena

terjadi pengeluaran yang lebih banyak daripada pemasukan. Gangguan kehilangan cairan tubuh

ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Zat eletrolit yang diperlukan

tubuh terdiri dari anion dan kation antara lain Na+, K+, Ca2+, SO42-, dan Cl-.

Dehidrasi terdiri dari :

1. Absolut :Kandungan air dibawah normal atau dibawah standar.

2. Hypenatermic : Keadaan hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional

dibandingkan dengan hilangnya air.

3. Relatif : Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotik cairan tubuh.

4. Voluntari : Akibat dari rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang

hilang dengan cukup.

47

11. Infus Mengandung Karbohidrat

Karbohidrat merupakan bahan bakar utama (sumber energi) bagi tubuh yang didalam

makanan terdapat sebagai monosakarida, disakarida dan polisakarida. Selain sumber energi juga

berperan penting dalam menjaga keseimbangan asam-basa, pembentukan struktur sel, jaringan

dan organ tubuh. Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi

tidak dapat melalui saluran cerna atau mengalami gangguan saluran cerna seperti diare maka

sumber energi utama yakni karbohidrat dapat diberikan melalui infus yang mengandung

karbohdrat.

Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai dan salah satu senyawa yang

penting didalam tubuh sebagai sumber energi.

12. Infus Na Bikarbonat Untuk Asidosis Metabolik

Asidosis metabolic adalah suatu keadaan dimana pH arterial bersifat asam dan

konsentrasi bikarbonat plasma dibawah normal. Pada asidosis metabolic akut, pH arterial

dibawah 7,1-7,2 dan konsentrasi bikarbonat plasma, <8>

Na.bikarbonat merupakan agen pengalkali yang berdisosiasi membentuk ion bikarbonat.

Bikarbonat merupakan komponen basa konjugasi dari buffer ekstraseluler utama yang ada di

tubuh,yaitu buffer bikarbonat-asam karbonat. Pada kondisi normal buffer ini menjaga pH plasma

yaitu 7,37-7,42. Namun bila terjadi gangguan pada system buffer ini maka pH plasma dapat naik

ataupun turun. pH plasma yang dibawah normal mengindikasikan terjadinya asidosis metabolic.

Pemberian Na.bikarbonat akan menigkatkan konsentrasi bikarbonat plasma dan meningkatkan

pH plasma sehingga pH plasma normal kembali (DI 2003 hal 2472-2473).

13. Infus Protein

Protein merupakan makromolekul yang pada hidrolisa hanya menghasilkan asam amino.

Sel hidup menghasilkan berbagai macam makromolekul (protein, asam nukleat dan polisakarida)

yang berfungsi sebagai komponen struktural, biokatalisator, hormon, reseptor dan sebagai tempat

48

penyimpanan informasi genetik. Makromolekul ini merupakan biopolimer yang dibentuk dari

unit monomer atau bahan pembangun.

Asam amino dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Asam amino essensial yaitu asam amino yang diperlukan oleh tubuh tetapi tidak

dapat disintesis dalam tubuh sehingga harus diperoleh dari luar. Contoh : Arginin,

histidin, isoleusin, lisin, metionin, fenil alanin, treonin, triptofan, dan valin.

2. Asam amino non essensial yaitu asam amino yang dapat disintesa didalam tubuh.

Contoh: Alanin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamate, glutamin, glisin,

prolin, hidroksiprolin, serin, dan tirosin.

Arginin mempunyai fungsi yang sama seperti asam amino, yaitu meningkatkan stimulan

hormon pertumbuhan, prolaktin, dan glukosa darah. Arginin dapat menambah konsentrasi

glukosa darah. Efek ini dapat langsung berpengaruh dari hati menjadi asam amino yang

berkualitas.(DI hal 1341)

14. Infus IV Dekstrosa

Dekstrosa dengan mudah dimetabolisme, dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan

menambah kalori. Dekstrosa dapat menurunkan atau mengurangi protein tubuh dan kehilangan

nitrogen, meningkatkan pembentukan glikogen dan mengurangi atau mencegah ketosis jika

diberikan dosis yang cukup. Dekstrosa dimetabolisme menjadi CO2 dan air, maka larutan

dekstrosa dan air dapat mengganti cairan tubuh yang hilang. Injeksi dekstrosa dapat juga

digunakan sebagai diuresis dan volume pemberian tergantung kondisi klinis pasien.

15. Larutan Pencuci Pada Operasi Lambung

Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pyrogen yang digunakan untuk tujuan

pencucian dan pembilasan. Sodium Klorida ( NaCl ) secara umum digunakan untuk irigasi

( seperti irigasi pada rongga tubuh, jaringan atau luka ). Larutan irigasi NaCl hipotonis 0,45%

dapat digunakan sendiri atau tanpa penambahan bahan tambahan lain. Larutan irigasi NaCl 0,9%

dapat digunakan untuk mengatasi iritasi pada luka. ( DI 2003 hal 2555 )

49

Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka atau lubang operasi,

sterilisasi pada sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan

cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah.( Ansel hal

399 )

16. Infus Penderita Diare Berat (LOCKE RINGER)

Locke – Ringer mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh yaitu elektrolit-elektrolit dan

karbohidrat sesuai untuk penderita diare berat Digunakan norit, yaitu untuk menyerap pirogen

dan mengurangi kelebihan H2O2. Cara sterilisasi yang digunakan adalah dengan teknik otoklaf

karena bahan-bahan yang digunakan tahan panas. Pembahasan : hipertonis (harap diperhatikan

laju tetesan per menit)

17. Infus Untuk Pengelolaan Metabolik Alkalosis

Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena

tingginya kadar bikarbonat. Alkaosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan banyak asam.

Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang

berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-

kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut) Pada kasus yang jarang,

alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-

bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bia kehilangan natrium

atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan

keseimbangan asam basa darah.

Penyebab utama alkalosis metabolik :

1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)

2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung

3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma cushing atau akibat penggunaan

kortikosteroid).

Gejala :

50

1. Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot

berkedut dan kejang otot, atau tanpa gejala sama sekali.

2. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme

(kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).

3. Diagnosa dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam

keadaan basa.

Pengobatan : Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit

(natrium dan kalium)

18. Infus Larutan Irigasi Glisin

Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besr. Larutan tidak disuntikkan

ke dalam vena, tapi digunakan di luar sistem peredaran darah dan umumnya menggunakan jenis

tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan

dengan cepat. Larutan ini digunakan untuk merendam atau mencuci luka2. Sayatan bedah atau

jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi pendarahan.

Persyaratan larutan irigasi adalah sbb :

1. Isotonik

2. Steril

3. Tidak disbsorpsi

4. Bukan larutan elektrolit

5. Tidak mengalami metabolism

6. Cepat diekskresi

7. Mempunyai tekanan osmotik diuretic

8. Bebas pirogen

Larutan irigasi glisin digunakan selama operasi kelenjar prostat dan prosedur transuretral

lainnya. Larutan yg digunakan untuk luka dan kateter uretra yg mengenai jaringan tubuh hrs

disterilkan dgn cara aseptis.

51

19. Infus IV Yang Mengandung Nutrisi

Glukosa termasuk monosakarida dimana sebagian besar monosakarida dibawa oleh aliran

darah ke hati. Di dalam hati, monosakarida mengalami proses sintetis menghasilkan glikogen,

oksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah ke bagian

tubuh yg memerlukannya. Sebagian lain monosakarida dibawa langsung ke sel jaringan organ

tertentu dan mengalami proses metabolisme lbh lanjut. Karena pengaruh berbagai faktor dan

hormon insulin yg dihasilkan oleh kelnjar pankreas, hati dapat mengatur kadar glukosa dalam

darah. Kadar glukosa dalam darah merupakan faktor yg sgt penting utk kelancaran kerja tubuh.

20. Infus IV Ringer Laktat

Jika untuk mengatasi kondisi kekurangan volume darah, larutan natrium klorida 0,9% -

1,0% menjadi kehilangan maka secara terapeutik sebaiknya digunakan larutan ringer, larutan ini

mengandung KCl dan CaCl2 disamping NaCl. Beberapa larutan modifikasi jg mengandung

NaHCO3 maka larutan dapat disterilakan dengan panas yang stabil. Pengautoklafan larutan

natrium hidrogen karbonat hanya diproses mempunyai penyaringan kuman. Pembahasan : larutan

ini bersifat hipertonis. Harap diperhatikan laju tetesan per menit. Laju tetesan maksimal 5 ml per

meniT.

21. Infus IV Ammonium Klorida

Ammonium klorida digunakan sebagai z.a yang dapat berkhasiat untuk pengobatan

gangguan metabolisme alkalosis dalam tubuh serta menggantikan ion klorida yang hilang dalam

tubuh.

22. Infus IV Mengandung Elektrolit dan Karbohidrat

Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk

meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat

digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam

kecepatan yang lambat.

52

BAB VI

VITAMIN C

A. Pengertian

Merupakan senyawa biokatalis yang terdapat dalam tubuh. Jumlahnya seklumit karena

memang fungsinya hanya sebagai pemercepat terjadinya reaksi enzim-enzim tubuh. Untuk

mempercepat terjadinya reaksi-reaksi enzimatis dalam tubuh, dibutuhkan adanya katalis atau

pemercepat terjadinya reaksi. Disamping vitamin sebagai biokatalis, ada pula yang disebut

dengan kofaktor.

Kofaktor merupakan unsur-unsur anorganik seperti mineral K, Ca, Na, Fe dan sebagainya

yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit sebagai pemercepat berlangsungnya berbagai reaksi

enzimatis yang dibutuhkan oleh tubuh. Salah satu jenis vitamin yang sangat dibutuhkan oleh

tubuh adalah vitamin C. Vitamin C memiliki nama lain asam askorbat. Analisis vitamin C

dilakukan dengan menggunakan berbagai macam metode analisa kimia.

Vitamin C bisa diperoleh dari berbagai sumber diantaranya sayuran dan buah. Buah-

buahan yang segar banyak mengandung vitamin C. Semakin tua buah maka kandungan vitamin

C nya akan semakin berkurang. Buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang cukup tinggi.

Baik setelah didinginkan maupun dalam suhu kamar. Sementara pada beberapa buah yang tidak

masam seperti apel, pisang, pear kandungan anilisis vitamin C nya lebih rendah. Sayur-sayuran

yang segar memiliki vitamin C.

Oleh sebab itu dianjurkan untuk mencuci terlebih dahulu sayuran sebelum memotongnya.

Memasak tidak terlalu masak dan tidak melakukan penambahan baking soda pada saat merebus

sayur mayur. Penambahan baking soda pada rebusan sayuran akan merusak kandungan vitamin

dari sayuran tersebut.

Dan memasak sayuran hingga terlalu matang pun akan merusak vitamin yang terkandung

dalam sayuran. Akibatnya banyak orang yang memakan sayuran tanpa ada kandungan gizi

vitaminnya lagi. Vitamin-vitamin itu terbuang begitu saja disebabkan cara pengolahan makanan

53

yang salah. Analisis vitamin C menunjukkan kandungan vitamin  pada Air Susu Ibu (ASI) lebih

tinggi dibandingkan vitamin C yang terdapat dalam susu sapi. Oleh sebab itu lebih dianjurkan

memberikan susu ASI secara teratur kepada bayi ketimbang pemberian susu sapi kemasan.  

Di laboratorium kimia, analisis vitamin C dapat dilakukan dengan berbagai metode

analisa. Diantaranya metoda analisa HPLC (High Performance Liquid Chromatography), analisis

spektrofotometri visible, analisa volumetri iodometri. Metode-metode ini dilakukan untuk

mennentukan kandungan senyawa asam askorbat yang terdapat pada suatu bahan. Asam askorbat

di laboratorium berbentuk padatan berwarna kuning.   

B. Dampak Kekurangan Vitamin C

Pengkonsumsian vitamin C yang kurang akan menyebabkan berbagai macam penyakit

yang menyerang tubuh. Namun demikian, mengkonsumsi vitamin C secara berlebihan

perharinya juga akan menekan kerja hati. Makanlah vitamin C sesuai porsi yang dibutuhkan oleh

tubuh. Ingat bahwa vitamin C hanya merupakan biokatalis yang jumlahnya hanya sekelumit

dibutuhkan tubuh. Sebuah kebiasaan yang salah dilakukan banyak orang yakni mengkonsumsi

aneka macam suplemen vitamin C dengan jumlah yang cukup tinggi, namun juga tetap dibarengi

dengan memakan buah dan sayuran. Cara ini jelas membuat hati Anda bekerja lebih keras untuk

mencerna vitamin-vitamin tersebut.

Jika analisis vitamin C pada tubuh ditemukan cukup rendah, maka tubuh beresiko

menderita berbagai penyakit diantaranya adalah penyakit sariawan pada mulut, penyakit skorbut.

Penyakit skorbut ditandai dengan pelembekan kolagen, infeksi serta demam. Pada anak-anak

yang telah tumbuh giginya, skorbut dapat ditandai dengan terjandinya pembengkakan gusi,

menggelembung dan mudah berdarah.

Pada orang dewasa dampak penyakit akibat defisiensi kekurangan vitamin C akan

dirasakan setelah beberapa waktu kekurangan vitamin ini. Beberapa gejala yang muncul

diantaranya gusi berdarah, anemia dan kaki menjadi empuk. Vitamin C banyak membantu dalam

proses metabolisme energi, vitamin ini tidak disimpan dalam tubuh, tetapi dikeluarkan dalam

tubuh melalui urin dalam jumlah kecil. Karena itulah, vitamin perlu dikonsumsi setiap hari

umtuk mencegah kekurangan yang dapat mengganggu fungsi tubuh normal.

54

Vitamin yang larut dalam lemak banyak terdapat dalam daging ikan, minyak ikan dan

biji-bijian sumber minyak seperti kacang tanah, kacang kedelai, dan sebagainya. Dan vitamin

yang larut dalam air bergerak bebas dalam tubuh, darah, limpa. Karena sifatnya yang larut dalam

air, vitamin mudah rusak dalam pengolahan dan mudah hilang karena tercuci atau terlarut oleh

air sehingga keluar dari bahan.Vitamin mempunyai sifat fisis maupun kimiawi yang spesifik,

maka cara analisanya juga spesifik. Ada beberapa cara analisa vitamin yaitu cara kimiawi, cara

biologis maupun cara mikrobiologis.

C. Analisa Vitamin C ( Tablet )

1. Alat Dan Bahan

a. Alat

Spatula

Beaker glass 250 mL

Neraca analitik

Labu ukur 100 mL

Corong gelas

Batang pengaduk

Pipet tetes

Botol semprot

Pipet ukur 10 mL

Erlenmeyer 250 mL

Gelas ukur 25 mL

Buret coklat 25 mL

b. Bahan

Sampel (ale-ale)

Aquadest

Amilum 1%

Larutan I2 0,01 N

55

2. Prosedur

Menimbang 10 g sampel

Memasukkan ke dalam labu ukur dan mengencerkannya dengan aquadest

sampai tanda batas.

Memipet 10 mL filtrat kemudian memasukkannya ke dalam Erlenmeyer 250

mL.

Menambahkan 2 mL larutan amilum 1% dan bila perlu menambahkan 20 mL

aquadest.

Menitrasi dengan larutan I2 0,01 N sampai larutan berwarna biru.

3. Data Pengamatan

Standardisasi larutan Na2S2O3 dengan KIO3

Standardisasi larutan I2 dengan Na2S2O3

Titrasi vitamin C (volume 100 mL)

Titrasi vitamin C (volume 50 mL)

4. Pembahasan

Praktikum analisa kuantitatif vitamin C dalam sample dilakukan dengan menggunakan

metode titrasi iodimetri (titrasi langsung) Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan larutan

I2 0,01 N yang telah distandardisasi sebagai titrant. Sample yang dipergunakan saat praktikum

adalah minuman kemasan yang banyak dijual di pasaran dengan merk dagang Ale-ale. Dalam

kemasan minuman disebutkan bahwa dalam minuman tersebut mengandung vitamin C.

Vitamin C atau asam askorabat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6.

Dalam bentuk Kristal tidak berwarna, Vitamin C memiliki titik cair 190-192oC, bersifat larut

dalam air dan sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat molekul rendah.

Akan tetapi vitamin C sukar larut dalam pelarut organic yang pada umumnya dapat melarutkan

lemak.

Hal yang pertama kali dilakukan dalam analisa kuantitatif vitamin C adalah

standardisasi larutan I2 0,01 N proses ini dilakukan dengan menggunakan larutan Natrium

56

Tiosulfat (Na2S2O3), larutan natrium tiosulfat juga sebelumnya telah distandardisasi dengan

menggunakan KIO3 sebagai baku primer. Berdasarkan hasil praktikum dan perhitungan

diketahui bahwa konsentrasi larutan I2 adalah 0,0098 N.

Titrasi iodimetri dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indikator. Seperti

yang sudah diketahui bahwa prinsip dari titrasi iodimetri adalah reduksi analat oleh I2 menjadi I.

Penentuan kadar vitamin C dengan metode titarsi iodimetri ini didasarkan pada prinsip

tereduksinya analat oleh I2 menjadi ion I-. ARed + I2 Aoks + I- Iod merupakan oksidator yang

tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat yang dapat

dititrasi. Sehingga penerapannya tidak terlalu luas, salah satu penerapan titrasi dengan metode

iodimetri adalah pada penentuan bilangan iod minyak dan lemak juga vitamin C.

BAB VII

57

ANTALGIN

A. Pengertian

Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit (analgetik) turunan NSAID, atau

Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs. Umumnya, obat-obatan analgetik adalah golongan obat

antiinflamasi (antipembengkakan), dan beberapa jenis obat golongan ini memiliki pula sifat

antipiretik (penurun panas), sehingga dikategorikan sebagai analgetik-antipiretik. Golongan

analgetik-antipiretik adalah golongan analgetik ringan. Contoh obat yang berada di golongan ini

adalah parasetamol. Tetapi Antalgin lebih banyak sifat analgetiknya.

Umumnya, cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat sintesa

neurotransmitter terentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan blokade sintesa

neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal" nyeri, sehingga rasa

nyerinya berangsur-angsur menghilang.

Setiap obat harus diatur dosisnya, apapun itu, terutama jika menyangkut usia. Hal ini

karena selain luas permukaan tubuh yang berbeda-beda, juga fungsi organ tubuh bisa jadi

berbeda. Misalnya, fungsi organ tubuh anak-anak yang dalam usia perkembangan belum

sesempurna orang dewasa, dan fungsi organ tubuh manula bisa dikatakan sudah mengalami

penurunan fungsi. Oleh karena itu terutama pada kedua golongan usia tersebut, anak-anak dan

manula, dosisnya harus lebih diatur. Selain usia, pembagian dosis juga bisa berdasarkan berat

badan, karena pada intinya, untuk bisa bekerja, obat harus berada di "site aktif"-nya, yang

mungkin saja berada di hampir seluruh bagian tubuh, yang terjadi pada obat-obat berdosis besar

(di atas 100mg per satu kali minum).

Antalgin tidak boleh dikonsumsi oleh orang yang memiliki riwayat alergi terhadap obat-

obat golongan NSAID seperti aspirin, parasetamol, dll. Karena pada umumnya obat golongan

NSAID memiliki salah satu efek sebagai pengencer darah, maka pasien yang sedang menjalani

pengobatan dengan heparin atau obat-obatan pengencer darah lainnya, harus lebih berhati-hati,

karena jika terjadi perdarahan, akan dapat mengakibatkan perdarahan yang lebih hebat. Untuk

penderita sirosis hati, harus menggunakan dosis minimum jika mengkonsumsi antalgin. Dan

pasien dengan gagal ginjal tidak direkomendasikan mengkonsumsi obat ini.

58

Komposisi : Tiap tablet mengandung Antalgin 500 mg.

B. Cara Kerja

Antalgin adalah derivat metansulfonat dari Amidopirina yang bekerja terhadap susunan

saraf pusat yaitu mengurangi sensitivitas reseptor rasa nyeri dan mempengaruhi pusat pengatur

suhu tubuh. Tiga efek utama adalah sebagai analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi. Antalgin

mudah larut dalam air dan mudah diabsorpsi ke dalam jaringan tubuh.

1. Indikasi ; Untuk menghilangkan rasa sakit, terutama kolik dan sakit setelah operasi.

2. Dosis : Melalui mulut (per oral). Dewasa : sehari 3 kali 1 tablet.

3. Efek Samping : Gejala kepekaan yang manifestasinya kelainan pada kulit. Pada

penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan agranulositosis.

4. Kontraindikasi : Pada penderita yang alergi terhadap derivat pirazolon. Kasus porfiria

hati (amat jarang) dan defisiensi bawaan glukosa-6-fosfat-dehidrogenase. Penderita yang

hipersensitif. Bayi 3 bulan pertama atau dengan berat badan dibawah 5 kg. Wanita hamil

terutama 3 bulan pertama dan  6 minggu terakhir. Penderita dengan tekanan darah = 100

mmHg.

5. Cara Penyimpanan ; Simpan pada suhu 25 - 30ºC (kondisi penyimpanan normal).

6. Perhatian : Karena dapat menimbulkan agranulositosis yang berakibat fatal, maka

sebaiknya tidak digunakan jangka panjang terus-menerus. Hati-hati pada penderita yang

pernah mengalami gangguan pembentukan darah / kelainan darah.

BAB VIII

59

ANTASIDA

A. Pengertian

Antasida adalah golongan obat yang digunakan dalam terapi terhadap akibat yang

ditimbulkan oleh asam yang diproduksi oleh lambung. Secara alami lambung memproduksi

suatu asam yang disebut asam klorida yang berfungsi untuk membantu proses pencernaan

protein. Asam ini secara alami mengakibatkan kondisi isi perut menjadi asam, yakni antara

kisaran PH 2-3. Lambung, usus dan esophagus sendiri (yang juga terdiri dari protein) dilindungi

dari kerja asam melalui beberapa mekanisme. Apabila kadar asam yang dihasilkan oleh lambung

terlalu banyak maka mekanisme perlindungan ini tidak terlalu kuat/kurang kuat dalam

melindungi lambung, usus dan esophagus terhadap kerja asam lambung mengakibatkan

kerusakan pada organ-organ tersebut dan menghasilkan gejala seperti rasa sakit pada perut dan

ulu hati terasa terbakar.

Antasida (antacid, antiacid) merupakan salah satu pilihan obat dalam mengatasi sakit

maag. Antasida diberikan secara oral (diminum) untuk mengurangi rasa perih akibat suasana

lambung yang terlalu asam, dengan cara menetralkan asam lambung. Asam lambung dilepas

untuk membantu memecah protein. Lambung, usus, dan esophagus dilindungi dari asam dengan

berbagai mekanisme. Ketika kondisi lambung semakin asam ataupun mekanisme perlindungan

kurang memadai, lambung, usus dan esophagus rusak oleh asam memberikan gejala bervariasi

seperti nyeri lambung, rasa terbakar, dan berbagai keluhan saluran cerna lainnya.

Umumnya antasida merupakan basa lemah. Biasanya terdiri dari zat aktif yang

mengandung alumunium hidroksida, madnesium hidroksida, dan kalsium (bisa anda lihat di

kemasan antasida). Terkadang antasida dikombinasikan juga dengan simetikon yang dapat

mengurangi kelebihan gas.

Efek samping yang utama antasida dengan zat aktif alumunium hidroksida adalah

konstipasi (sembelit). Sedangkan antasida dengan zat aktif magnesium hidroksida dapat

menyebabkan diare, sehingga kedua zat aktif ini sering dikombinasikan agar efek samping dapat

diminimalisir. Seseorang yang mengalami gangguan ginjal harus berhati-hati dalam

menggunakan antasida yang mengandung magnesium, bahkan bila perlu jangan

60

menggunakannya. Antasida yang mengandung kalsium dapat mengontrol keasaman di lambung

sekaligus sebagai suplementasi kalsium. Suplemen kalsium sangat penting bagi wanita

postmenopause. Antasida yang mengandung kalsium dapat menyebabkan sembelit.

Antasida bekerja dengan cara menetralkan kondisi “terlalu” asam tersebut, selain itu

antasida juga bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim pepsin yang aktif bekerja pada

kondisi asam, enzim ini diketahui juga berperan dalam menimbulkan kerusakan pada organ

saluran pencernaan manusia.

Penting untuk diketahui bahwa ketika dikonsumsi pada saat perut kosong, antasida hanya

menghasilkan efek sekitar 20-40 menit, karena secara cepat antasida akan terdistribusi ke

duodenum. Jika dikonsumsi sesudah makan, antasida dapat memberikan efek selama kurang

lebih 3 jam, hal ini disebabkan karena adanya makanan akan memperlambat “penghilangan”

antasida dari dalam lambung. Sangat penting diingat, bahwa ketika menggunakan antasida anda

harus berkonsultasi dengan apoteker untuk menghindari adanya interaksi antara antasida dan

obat-obat lain.Antasida umumnya digunakan untuk mengatsi gejala seperti rasa terbakar pada ulu

hati, sakit perut dan mual yang diakibatkan oleh produksi berlebih dari asam lambung.

B. Jenis-jenis Obat Antasida dan Karakteristiknya

Aluminium

karbonat

Dapat digunakan dalam terapi hiperfosfatemia (abnormalitas kadar fosfat dalam

darah) dengan cara mengikat senyawaan fosfat di saluran cerna sehingga

menghambat proses absorbsinya. Karena kemampuan ini juga aluminium

karbonat dapat digunakan untuk mencegah pembentukan batu ginjal (batu ginjal

terbentuk dari berbagai macam senyawaan salah satunya adalah fosfat)

Calcium

karbonat

Dapat digunakan pada kondisi kekurangan kalsium contohnya osteoporosis

posmenopause

Magnesium

karbonatDapat digunakan pada kasus defisiensi magnesium

Beberapa jenis antasida tersebut memiliki perbedaan terutama dalam efek menetralkan

asam lambung, istilah yang dipake untuk menjelaskan hal ini adalah ANC (antacid neutralizing

61

capacity). ANC disajikan dalam bentuk perbandingan mEq, dan FDA mengklasifikasikan per

dosis antasida harus punya efek menetralkan asam sebesar ≥5 mEq per dosisnya. Antasida yang

baik harus punya kemampuan penetralan yang baik dan juga cepat. Natrium bikarbonat dan

kalsium karbonat memiliki kemampuan menetralkan yang terbesar tapi penggunaan jangka

panjang sebaiknya dihindari karena efek samping yang mungkin dapat terjadi.

Kemampuan melarut antasida dalam asam lambung berbeda-beda. Natrium bikarbonat

dan magnesium oksida mempunyai kemampuan melarut yang cepat dan menghasilkan efek

buffer yang relative cepat, sedangkan aluminium hidroksida dan kalsium karbonat memiliki

kemampuan melarut yang agak lambat. Antasida dalam bentuk sediaan suspensi umumnya

mempunyai kemamapuan melarut yang lebih cepat dibandingkan bentuk tablet maupun

serbuk/puyer. Untuk tablet antasida sangat penting untuk dikunyah terlebih dahulu ketika

dikonsumsi.

Perbedaan lain di antara antasida adalah lama kerjanya (berapa lama antasida

menghasilkan efek menetralkan asam lambung). Natrium bikarbonat dan magnesium oksida

memiliki lama kerja yang pendek, sedangkan aluminium hidroksida dan kalsium karbonat

memiliki lama kerja yang lebih panjang. Kombinasi antara aluminium dan magnesium memiliki

kemampuan penetralan dalam skala menengah.

Meskipun relative aman, antasida juga memiliki efek samping yang harus diwaspadai.

Efek samping itu antara lain, adanya hiperasiditas rebound, dan milk alkali syndrome. Untuk

aluminium hidroksida efek samping konstipasi dapat muncul. Sedangkan antasida magnesium

memiliki efek laxative (pencahar) dan dapat meningkatkan kadar magnesium dalam darah pada

pasien gagal ginjal.

C. Penentuan Kadar Basa di Dalam Antasida:

62

1. Ke dalam labu ukur 100 mL (telah disiapkan oleh asisten) yang telah berisi 5 mL larutan

emulsi obat maag mylanta, tambahkan aquades sampai tanda batas. Kocoklah campuran

dalam labu ukur tersebut sehingga menjadi homogen.

2. Ambillah sampel emulsi di dalam labu ukur sebanyak 10 mL dengan menggunakan pipet

gondok dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer berukuran 250 mL.

3. Dengan menggunakan pipet gondok, tambahkan secara kuantitatif 10 mL larutan asam

(HCl) yang telah ditentukan kenormalannya ke dalam labu Erlenmeyer yang telah berisi

”sampel obat maag mylanta” tersebut, lalu goyang-goyangkan labu Erlenmeyer agar

homogen.

4. Tambahkan 3 tetes indikator yang tepat, dan titrasilah seperti pekerjaan di atas.

5. Lakukan titrasi hingga terbentuk perubahan warna indikator yang stabil.

6. Bacalah buret dan catatlah volume basa yang dipakai.

7. Ulangi titrasi ini sebanyak 3 kali (triplo).

8. Ambil harga rata-rata dari percobaan yang anda lakukan, lalu hitunglah kadar basa (OH)

di dalam sampel obat yang anda titrasi.

BAB IX

63

ZINK OKSIDA

A. Pengertian

Seng oksida merupakan senyawa anorganik dengan formula ZnO. Hal ini biasanya

muncul sebagai bubuk putih, hampir tidak larut dalam air. Serbuk banyak digunakan sebagai

aditif ke dalam berbagai bahan dan produk yang termasuk plastik, keramik, kaca, semen, karet

(misalnya, ban mobil), pelumas, [2] cat, salep, lem, Sealants, pigmen, makanan (sumber Zn nutrisi

), baterai, ferrites, retardants kebakaran, kaset pertolongan pertama, dll ZnO hadir dalam kerak

bumi sebagai mineral zincite , namun, paling ZnO digunakan secara komersial diproduksi secara

sintetis.

Dalam ilmu material , ZnO sering disebut -VI semikonduktor II karena seng dan oksigen

milik 2 dan 6 kelompok dari tabel periodik , masing-masing. semikonduktor ini memiliki

beberapa sifat yang menguntungkan: transparansi yang baik, tinggi mobilitas elektron , lebar

celah pita , suhu kamar yang kuat- luminescence , dll Sifat ini telah digunakan dalam aplikasi

yang muncul untuk transparan elektroda di display kristal cair dan hemat energi atau panas

melindungi windows , dan aplikasi elektronik ZnO sebagai thin-film transistor dan -emitting

diode cahaya yang datang pada 2009.

B. Sifat kimia

ZnO occurs as white powder known as zinc white or as the mineral zincite . ZnO terjadi

bedak putih yang dikenal sebagai seng putih atau sebagai mineral zincite . Mineral ini biasanya

berisi sejumlah mangan dan elemen lainnya dan kuning untuk warna merah. Oksida seng Kristal

adalah termokromik , berubah dari putih menjadi kuning ketika dipanaskan dan di udara berbalik

ke putih pada pendinginan. Warna ini perubahan adalah disebabkan oleh kerugian yang sangat

kecil oksigen pada suhu tinggi untuk membentuk non-stoikiometri Zn 1 + x O, dimana pada 800 °

C, x = 0,00007.

Seng oksida merupakan oksida amfoter . Hal ini hampir tidak larut dalam air dan alkohol,

tetapi larut dalam (terdegradasi oleh) yang paling asam , seperti klorida asam:

64

ZnO + 2 HCl → ZnCl 2 + H 2 O

Basis juga menurunkan padat untuk memberikan zincates larut:

ZnO + 2 NaOH + H 2 O → Na 2 (Zn(OH) 4 )

ZnO bereaksi lambat dengan asam lemak dalam minyak untuk menghasilkan yang sesuai

carboxylates , seperti oleat atau stearat . ZnO bentuk-seperti produk semen bila dicampur dengan

larutan berair kuat seng klorida dan ini paling baik digambarkan sebagai hidroksi seng klorida.

semen ini digunakan dalam kedokteran gigi.

Hopeite

ZnO juga bentuk-seperti produk semen ketika diobati dengan asam fosfat ; adalah bahan

yang digunakan dalam kedokteran gigi. terkait Komponen utama semen seng fosfat yang

dihasilkan oleh reaksi ini adalah hopeite , Zn 3 (PO 4) 2 · 4H 2 O.

ZnO terurai menjadi uap seng dan oksigen hanya pada sekitar 1975 ° C, yang

mencerminkan stabilitas yang cukup. Pemanasan dengan mengubah karbon oksida ke dalam

logam, yang lebih stabil daripada oksida.

ZnO + C → Zn + CO

Seng oksida dapat bereaksi hebat dengan aluminium dan magnesium bubuk, dengan karet

terklorinasi dan minyak biji rami pada pemanasan api dan menyebabkan bahaya ledakan. Hal ini

bereaksi dengan hidrogen sulfida untuk memberikan sulfida ini: reaksi ini digunakan secara

komersial dalam menghilangkan H 2 S menggunakan ZnO bubuk (misalnya, sebagai deodoran).

ZnO + H 2 S → ZnS + H 2 O

65

D. Struktur kristal

Seng oksida mengkristal dalam tiga bentuk : heksagonal wurtzite , kubik zincblende , dan

diamati kubik jarang rocksalt ). Struktur wurtzite yang paling stabil pada kondisi kamar dan

dengan demikian yang paling umum. Bentuk zincblende dapat distabilkan dengan menumbuhkan

ZnO pada substrat dengan struktur kisi kubik. Dalam kedua kasus, dan pusat oksida seng adalah

tetrahedral . The rocksalt (NaCl tipe) struktur hanya diamati pada tekanan relatif tinggi sekitar 10

GPa.

Heksagonal dan polimorf zincblende tidak memiliki simetri inversi (refleksi dari kristal

yang relatif suatu titik tertentu tidak mengubahnya ke dalam dirinya).. Ini dan properti lainnya

hasil simetri kisi dalam piezoelektrisitas dari dan zincblende ZnO heksagonal, dan dalam

pyroelectricity ZnO heksagonal.

Struktur heksagonal memiliki grup jalur 6 mm ( Hermann Mauguin notasi- ) atau C 6V (

Schoenflies notasi ), dan grup ruang adalah P6 3 mc atau C 6V 4 Konstanta kisi adalah = 3,25 Å

dan c = 5,2 Å; c mereka rasio / a ~ 1,60 dekat dengan nilai ideal untuk sel heksagonal c / a =

1,633. Seperti pada kebanyakan kelompok II-VI bahan, ikatan dalam ZnO sebagian besar ion ,

yang menjelaskan kuat piezoelektrik . Karena obligasi Zn-O kutub, seng dan oksigen pesawat

beruang muatan listrik (positif dan negatif, masing-masing).Oleh karena itu, untuk menjaga

netralitas listrik, pesawat-pesawat merekonstruksi pada tingkat atom dalam bahan relatif besar,

tapi tidak di ZnO - permukaan perusahaan atom datar, stabil dan menunjukkan tidak ada

rekonstruksi. Ini anomali ZnO tidak sepenuhnya dijelaskan belum.

E. Sifat mekanik

ZnO merupakan material yang relatif lunak dengan kekerasan perkiraan 4,5 pada skala

Mohs . [2] konstanta elastis Its lebih kecil daripada semikonduktor III-V yang relevan, seperti

GaN . Kapasitas panas tinggi dan konduktivitas panas, ekspansi termal rendah dan suhu lebur

tinggi ZnO yang bermanfaat bagi keramik.

67

Di antara semikonduktor terikat tetrahedrally, telah menyatakan bahwa ZnO memiliki

tensor piezoelektrik tertinggi atau setidaknya satu sebanding dengan GaN dan AlN . [17] Sifat ini

membuatnya menjadi penting bahan teknologi bagi banyak piezoelectrical aplikasi, yang

membutuhkan besar elektromekanis kopling.

F. Properti Elektronik

ZnO memiliki relatif besar langsung celah pita dari ~ 3.3 eV pada suhu kamar.

Keuntungan yang terkait dengan band gap yang besar termasuk tegangan breakdown yang lebih

tinggi, kemampuan untuk mempertahankan medan listrik yang besar, lebih rendah kebisingan

elektronik , dan-suhu dan tinggi operasi daya tinggi. Celah pita ZnO lebih lanjut dapat disetel

untuk ~ 3-4 eV oleh paduan dengan magnesium oksida atau oksida kadmium .

Kebanyakan ZnO memiliki tipe-n karakter, bahkan tanpa adanya disengaja doping .

Nonstoichiometry biasanya asal-tipe karakter n, akan tetapi tetap kontroversial. [18] Sebuah

penjelasan alternatif telah diajukan, berdasarkan perhitungan teoritis, yang tidak disengaja

kotoran substitusi hidrogen bertanggung jawab. [19] Controllable tipe-n doping mudah dicapai

dengan mengganti Zn dengan elemen-III kelompok seperti Al, Ga, In atau dengan oksigen-VII

menggantikan dengan kelompok elemen klorin atau yodium .

Masalah ini berasal dari kelarutan rendah dopan tipe-p dan kompensasi mereka dengan

kotoran tipe-n berlimpah. Masalah ini diamati dengan GaN dan ZnSe . Pengukuran tipe-p dalam

"intrinsik" n-jenis bahan diperumit oleh inhomogeneity sampel.

batasan saat ini untuk p-doping tidak membatasi aplikasi elektronik dan optoelektronik

ZnO, yang biasanya membutuhkan sambungan n-jenis dan bahan tipe-p. Dikenal dopan tipe-p

termasuk elemen kelompok-aku Li, Na, K; kelompok-V elemen N, P dan As, serta tembaga dan

perak. Namun, banyak dari akseptor dalam bentuk dan tidak menghasilkan tipe-p konduksi

signifikan pada suhu kamar.

Mobilitas elektron ZnO sangat bervariasi dengan suhu dan memiliki maksimum ~ 2000

cm 2 / (V · s) di 80 K. Data tentang mobilitas lubang langka dengan nilai-nilai dalam rentang 5-

30 cm 2 / (V · s). [23]

68

BAB X

SULFADIAZIN

Sulfadiazin adalah antibakteri inhibitor kompetitif para-aminobenzoic acid (PABA),

sebuah substrat dari enzim dihydropteroate sintetase. Reaksi yang menghambat diperlukan dalam

organisme ini untuk sintesis asam folat

Lantrisul; Neotrizine; Sulfaloid; Sulfonamid Duplex; Sulfose; Terfonyl;

A. Dosis

Dosis permulaan oral pada orang dewasa 2-4 g kemudian dilanjutkan dengan 2-4 g dalam 3-6

kali pemberian, lamanya pemberian tergantung dari keadaan penyakit. Anak berumur dua bulan

dberikan dosis awal setengah dosis per hari kemudian dilanjutkan dengan 60-150 mg/kg BB

(maksimum 6 g/hari) dalam 4-6 kali pemberian.

Indikasi : Menghilangkan bakteri yang menyebabkan infeksi, dengan cara menghentikan

produksi asam folat di dalam sel bakteri. Pada mumnya digunakan untuk mengobati

infeksi saluran kemih (UTI).

Kontraindikasi : Penderita dengan gangguan fungsi ginjal

Efek samping : Mual, Sakit perut, Hilangnya nafsu makan, dan pusing.

Interaks :

Ciclosporin (mengurangi konsentrasi plasma ciclosporin); Clozapine (peningkatan risiko

agranulocytosis/menghindari penggunaan sulfonamid seiring dengan clozapine); Coumarins

69

(meningkatkan efek antikoagulan coumarins); Methotrexate sulfonamid (meningkatkan risiko

keracunan metotreksat); Fenitoin sulfonamid (meningkatkan konsentrasi plasma fenitoin);

Sulphonylureas (jarang meningkatkan efek sulphonylureas); Thiopental (meningkatkan

thiopental); Estrogen (mengurangi efek kontrasepsi estrogen); Vaksin tifus (oral) dapat

menonaktifkan vaksin tifoid oral.

70

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah,A.1994,analisa Kuantitatif Beberapa Senyawa

Farmasi, Universitas Sumatera Utara Press,Medan

Dirjen POM Departemen Kesehatan RI,1984,Farmakope

Indonesia,Edisi III,Jakarta

Dirjen POM Departemen Kesehatan RI,1995,Farmakope

Indonesia,Edisi IV,Jakarta

Arief,H.C.1989,Ilmu Meracik Obat Teori Praktek,Gajah

Mada,Universitas Press,Yogyakarta.

Rohardja,K.dan Tyay,TH.2007,Obat – obat Penting, Edisi VI,

Alex Media, Jakarta

71