Upload
resi-septiani
View
220
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
uvfl
Citation preview
Hubungan Emosi, Memori, dan Motivasi
Letidebora Enjuvina Tambawan
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Nim: 102012300
Pendahuluan
Setiap manusia pasti pernah mengalami perasaan sedih, senang, khawatir, takut, dsb.
Perasaan-perasaan tersebut merupakan bentuk dari emosi. Emosi ditandai dengan adanya
perasaan yang kuat dan biasanya menimbulkan dorongan (motivasi) menuju bentuk nyata
dari suatu tingkah laku. Dengan demikian ada hubungan yang sangat erat antara emosi dan
motivasi. Emosi dan motivasi dapat terbentuk karena ada mekanisme khusus dalam otak
manusia. Tiga bagian otak manusia yang berperan penting dalam emosi dan motivasi adalah
korteks serebri, sitem limbik dan hipotalamus. Selain itu, memori juga memiliki peranan
dalam pembentukan emosi dan motivasi.
Depresi adalah salah satu gangguan emosi yang ditandai dengan kesedihan, kehilangan
minat atau kesenangan, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, tidur terganggu, nafsu
makan berubah dan energi rendah. Depresi diakibatkan oleh defek neurotransmiter di sistem
limbik yang merupakan tempat pertama kali terbentuknya emosi.
Pembahasan
1. Emosi dan Motivasi
Emosi adalah suatu aspek psikis yang berkaitan dengan perasaan dan merasakan,
misalnya merasa sedih, kesal, jengkel, marah, senang, tegang, dsb.1 Menurut Hillman dan
Tinjauan Pustaka
Drever, emosi adalah bentuk yang kompleks dari organisme, yang melibatkan perubahan
fisik dari karakter yang luas (dalam bernafas, denyut nadi, produksi kelenjar, dsb) dan dari
sudut mental. Emosi ditandai dengan adanya perasaan yang kuat dan biasanya menimbulkan
dorongan (motivasi) menuju bentuk nyata dari suatu tingkah laku. Dengan demikian, ada
hubungan yang erat antara emosi dan motivasi, dimana emosi merupakan sarana untuk
mengkomunikasikan motivasi.2
Motivasi didefinisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk
bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam
kegiatan tertentu. Selain itu, motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan internal dan
eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengaan adanya hasrat dan minat untuk
melakukan kegiatan, dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan.3
2. Struktur yang Mempengaruhi Emosi dan Motivasi
Dalam pembentukan emosi dan motivasi, ada tiga struktur yang mempengaruhinya.
Ketiga struktur itu adalah korteks serebri, sitem limbik dan hipotalamus. Bukti menunjukkan
bahwa sistem limbik berperan sentral dalam semua aspek emosi. Stimulasi daerah-daerah
tertentu di dalam sistem limbik manusia menimbulkan berbagai sensasi yang diutarakan
sebagai rasa senang, kepuasan, atau kenikmatan di suatu daerah serta keputusasaan,
keketakutan, atau kecemasan di bagian lain. Hipotalamus sendiri bertanggung jawab terhadap
berbagai respons yang sesuai untuk menyertai keadaan emosional tertentu. 4
Contoh keterkaitan ketiga hal ini dapat dilihat dari contoh berikut ini: hipotalamus yang
merupakan pengatur lingkungan internal akan mencetuskan respon untuk meningkatkan
pembentukan panas (dengan menggigil), saat tubuh merasakan dingin. Sementara itu, korteks
serebrum akan mengambil peran untuk memotivasi diri agar secara sadar memakai baju yang
lebih hangat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotalamus – yang merupakan
bagian dari sistem limbik, bersama dengan korteks akan mengontrol emosi dan perilaku yang
dimotivasi.4 Dibawah ini akan dibahas ketiga struktur tersebut baik secara mikro maupun
makro.
2.1 Korteks Serebri
2.1.1 Serebrum, Hemisfer, dan Korteks Serebri
Wilayah terbesar dari otak adalah serebrum. Disinilah terdapat pusat-pusat saraf yang
mengatur semua kegiatan sensorik dan motorik. Selain itu, hal-hal yang berkaitan dengan
proses penalaran, ingatan, dan intelejensia berada pada wilayah otak ini. Serebrum tersusun
dari dua hemisfer serebral, yaitu hemisfer kanan dan hemiser kiri. Bagian luar hemisfer
serebri terdiri atas subtansia grisea yang disebut sebagai korteks serebri. Sementara itu,
dibagia bawahnya adalah nukleus basal yang terdiri atas substansia. Hemisfer kanan dan kiri
dibagi oleh suatu lekuk yang disebut dengan fisura longitudinalis serebri. Sementara, korpus
kalosum adalah suatu pita serabut lebar yang mengubungkan kedua hemisfer tersebut.5
Secara umum, hemisfer kanan mengontrol sisi tubuh kiri dan hemisfer kiri mengontrol sisi
kanan tubuh.
Secara histologi serebrum terdiri atas enam lapisan yang batasannya tidak jelas. Yaitu:
lapisan molekular, lapisan granular luar, lapisan sel-sel piramid, lapisan granular dalam,
lapisan piramid atau ganglioner, dan laporan sel-sel multiform atau polimorf. Sementara itu,
sel-sel ang terdapat di serebrum ada empat macam, yaitu: sel piramid, sel granuler, sel
horizontal, dan sel martinotti. Sel piramid merupakan salah satu neuron golgi tipe I yang
memiliki akson panjang.
Korteks serebri adalah bagian otak yang paling maju dan bertanggung jawab untuk
memahami lingkungan dan memulai pikiran dan perilaku yang berorientasi tujuan. Seperti
yang telah disebutka sebelumnya, korteks serebri terdiri atas substansia grisea karena lebih
banyaknya badan sel saraf dibandingkan dengan akson neuron.6 Korteks serebri ini tersusun
dalam banyak gulungan-gulungan dan lipatan yang tidak teratur, dan dengan demikian akan
menambah daerah permukaan korteks serebi sampai tiga kali lipat.7
Korteks serebri dibagi menjadi beberapa daerah, sebagian memiliki fungsi motorik dan
sebagiannya lagi mempunyai fungsi sensorik. Daerah motorik terletak persisi di depan sulkus
sentralis dan memanjang terus hingga sulkus lateralis. Daerah motorik merupakan awal jalur
motorik yang mengendalikan gerakan pada sisi lain tubuh. Sementara itu, korteks sentralis
terletak persis dibelakang sulkus senralis.7
2.1.2 Lobus-Lobus Korteks8
Pada masing-masing hemisfer serebral, tedapat celah yang membagi korteks ke dalam
empat daerah atau lobus yang berbeda. Lobus-lobus tersebut adalah lobus oksipital, lobus
parietal, lobus frontal, dan lobus temporal. Lobus oksipital terletak di bagian belakang bawah
ootak. Bagian ini antara lain mengandung korteks visual (akan dibahas dibawah), tempat
dimana sinyal-sinyal visual diproses.
Lobus yang kedua adalah lobus parietal, terletak di bagian paling atas otak. Lobus
pariental mengandung korteks somatosensorik (akan dibahas dibawah), yang berfungsi
menerima informasi mengenai tekanan, sakit, sentuhan, dan temperatur. Lobus berikutnya
adalah lobus temporal yang terletak di bagian tepi otak, diatas telinga, dan dibelakang pelipis.
Lobus ini mengandung korteks auditori, dan dibagian kiri dari lobus temporal disebut area
Wernicke.
Lobus terkahir adalah lobus frontal. Sesuai dengan namanya, lobus ini terletak di bagian
depan otak, di bawah tulang tengkorak pada area kening. Pada lobus ini terdapat korteks
motorik yang memberi perintah kepada otot tubuh untuk menghasilkan gerakan volunter.
Pada sisi kiri lobus frontal terdapat area yang disebut dengan area Broca. Area Broca
berperan dalam kemampuan berbicara. Lobus frontal berperan dalam ingatan jangka pendek
dan emosi serta kemampuan intelektual.
2.1.3 Area Fungsional Korteks Cerebri 9
Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi yang
spesifik. Area fungsional korteks serebri meliputi area motorik, area sensorik, dan area
asosiasi atau sekunder yang berdekatan dengan area primer dan berfungsi untuk integrasi dan
interpretasi tingkat tinggi.
Area motorik terdiri dari korteks motorik primer, korteks pramotorik atau korteks
premotorik, dan area broca. Korteks motorik primer terdapat dalam girus presentralis (area
brodmann 4). Neuron piramidalis pada korteks motorik primer mengendalikan kontraksi
volunter otot rangka. Korteks pramotorik atau korteks premotorik terletak tepat di sisi
anterior girus presental. Neuron ekstrapiramidal mengendalikan aktivitas motorik yang
terlatih dan berulang, seperti mengetik (area brodmann 6). Terakhir adalah area broca yang
terletak di sisi anterior korteks premotorik pada tepi bawahnya (area brodmann 44 dan 45).
Area ini mungkin hanya terdapat pada satu hemisfer saja (biasanya kiri) dan dihubungkan
dengan kemampuan bicara.
Area sensorik terdiri dari korteks sensorik primer (korteks somatosensorik primer), area
visual primer, area auditori primer, area olfaktori primer, dan area pengecap primer
(gustatori). Korteks sensorik primer (korteks somatosensorik primer) terletak dalam girus
postsentral (area brodmann 1-3). Disini, neuron menerima informasi sensorik umum yang
berkaitan dengan nyeri, tekanan, suhu, sentuhan dan proprioresepsi dari tubuh.
Area visual primer terletak pada ujung lobus oksipitalis (area brodmann 18 dan 19)
tepatnya pada gyrus lingualis, yang memiliki fungsi untuk menrima informasi dari retina
mata. Area auditori primer terletak pada tepi superior lobus temporal (area brodmann 41 dan
42), untuk menerima impuls saraf yang berkaitan dengan pendengaran.
Area olfaktori primer terletak pada daerah yang disebut lobus piriformis, dan memiliki
fungsi untuk mengenali adanya rangsang bau. Nervus olfactorius menyalurkan rangsangan ke
korteks olfaktorik untuk kemudian dihubungkan ke sistem limbik untuk menjelaskan kenapa
bau-baunya bisa menimbulkan emosi. Terkahir adalah area pengecap primer atau biasa
disebut korteks gustatorik. Area ini terletak dalam lobus parinetal dekat bagian inferior girus
postsentral (area brodmann 43), yang terlibat dalam prespsi rasa.
Area fungsional yang terakhir adalah area asosiasi yang telah dipetakan dalam sistem
yang disebut klasifikasi Brodmann atau area Brodmann, yang akan lebih dijelaskan pada
pembahasan setelah ini. Namun sebelumnya, kita dapat melihat letak dari area-area
fungsional diatas pada gambar dibawah ini.
Area Nama Fungsi
1,2,3 Korteks parietalis area
somestetik primer
(somatosensorik)
Sensasi umum: nyeri, suhu, raba,
tekan dan proprioseptor
4 Korteks frontalis
merupakan area motorik
primer
Gerakan-gerakan volunter
5,7 Asosiasi somestetik Menerima dan mengintegrasi
berbagai modalitas sensorik:
kualitas, bentuk, tekstur, berat dan
suhu.
6 Korteks pramotorik Gerakan terlatih: menulis,
mengemudi, atau mengetik
8 Lapang pandang frontal Mendeteksi gerakan volunter dan
divisiasi konjugat dari mata dan
kepala
9,12 Korteks prafrontalis Kegiatan intelektual kompleks,
menerima informasi penglihatan
dan menyadari sensasi warna
17 Korteks penglihatan
primer
Membuat informasi penglihatan
menjadi berarti. Refleks gerakan
mata ketika memandang atau
mengikuti sesuatu
18,1
9
Korteks visual primer dan
asosiasi visual
Area penerimaan visual
22 Korteks pendengaran
primer
Penerima suara dan daerah
penerimaan pendengaran
39 Pusat persepsi visio-lesik Pengenalan dna pengertian segala
sesuatu yang bersangkutan dengan
bahasa tulis atau isyarat visual
41,4
2
Area Wenicke Pusat presepsi auditoro-lesik, yaitu
pengertian dan pengenalan bahasa
lisan (verbal). Daerah interprestasi
pendengaran
44,4
5
Area Broca Pelaksanaan motorik berbicara
Amigdala berasal dari kata lain kuno yang berarti “almond”. Amigdala adalah
sekelompok sel saraf di otak yang sangat berkuasa atas persepsi dan tindakan. Amigdala
merasakan potensi stres dan stres yang sebenarnya dan meresponnya dengan memerintahkan
pelepasan transmiter saraf, yang menyebabkan muncul perasaan ragu, takut, dan cemas.
Amigdala bertanggung jawab atas pengevaluasian informasi-informasi sensorik, menentukan
secara tepat arti pentingnya sesuatu secara emosional, dan berkontribusi dalam pengambilan
keputusan awal untuk mendekati atau menjauhi sesuatu.8
Jaringan saraf terdiri atas sel saraf (neuron) dan sel penyokong (neuroglia). Neuron
adalah unit utama sistem saraf dan merupakan sel yang sangat khusus. Setiap neuron
memiliki fungsi untuk menerima rangsangan yang datang dan mengirimkan rangsangan ke
sraf lain maupun ke otot. Neuron terdiri dari dendrit, badan sel, dan akson. Dendrit adalah
bagian dari neuron yang menerima rangsangan dari saraf lain atau bekerja sebagai reseptor.
Badan sel memiliki fungsi untuk menyampaikan sinyal rangsangan ke akson. Sementara itu,
akson adalah perluasan memanjang tempat lewatnya sinyal yang dicetuskan di dendrit dan
badan sel.6
2.2 Sistem Limbik
Istilah limbik (limbus) berarti “batas” atau “tepi”. Lokasi dari sistem limbik adalah di
bagian medial hemisperium serebri dan dalam diencephalon. Struktur sistem limbik terdiri
dari subkorteks dan juga korteks. Struktur kortikal utama adalah girus singuli (kingulata) dan
girus parahipokampus dan hipokampus. Sementara itu bagian subkortikal mencakup
amigdala, traktus olfaktorius, dan septum. Dalam beberapa buku, hipotalamus dan bagian-
bagian talamus disertakan dalam sistem limbik karena memiliki hubungan fungsional yang
erat.5
Hipokampus merupakan area penting yang secara tradisional diklasifikasikan sebagai
“limbik”. Struktur ini membandingkan informasi sensorik dengan apa yang telah otk
ekspetasikan mengenai lingkungannya. Hipokampus juga disebut sebagai “pintu gerbang
menuju ingatan”. Hipokampus memungkinkan kita membentuk ingatan-ingatan baru
mengenai fakta-fakta dan kejadian-kejadian – jenis informasi yang kita perlukan untuk
mengenali sekuntum bunga, menyampaikan sebuah cerita, dsb.8
Secara fungsional sistem limbik berkaitan dengan: (1) suatu pendirian atau respons
emsional yang mengarahkan pada tingkah laku individu, (2) suatu respon sadar terhadap
lingkungan, (3) memberdayakan fungsi intelektual dari korteks serebri secara tidak sadar dan
memfungsikan batang otak secara otomatis untuk merespon keadaan, (4) memfasilitasi
penyimpanan suatu memori dan menggali kembali simpanan memori yang diperlukan, dan
(5) merespon suatu pengalaman dan ekspresi suasana hati, terutama reaksi takut, marah, dan
emosi yang berhubungan dengan perilaku seksual.5
Sistem limbik memiliki hubungan timbal balik dengan banyak struktur saraf sentral pada
beberapa tingkat integrasi termasuk neokorteks, hipotalamus, dan RAS (reticular activating
system) dari batang otak. Gangguan presepsi, terutama dalam mengingat kembali, krisis
emosional dan gangguan hubungan dengan orang lain dan dengan objek, diperkirakan
berhubungan dengan struktur limbik.5
2.3 Hipotalamus
Struktur diensefalon terletak dalam di antara hemisfer serebri. Diensefalon mencangkup
talamus, hipotalamus, dan ganglia basalis.6 Pada pembahasan kali ini, kita akan lebih
membahas hal yang terkait dengan hipotalamus. Hipotalamus adalah kumpulan nukleus
spesifik dan serat-serat terkait yang terletak di bawah thalamus. Daerah ini merupakan pusat
integrasi untuk banyak fungsi homeostatik (kestabilan lingkungan internal) dan berfungsi
sebagai penghubung antara sistem saraf otonom dan sistem endokrin.4
Struktur hipotalamus pada bagian anterior adalah subtansi abu-abu (substansi grisea) yang
menyelubungi kiasma optik, yang merupakan persilangan pada saraf optik. Bagian tengah
hipotalamus terdiri dari infundibulum (batang) kelenjar hipofisis posterior tempat melekatnya
kelenjar hipofisis.9
Hipotalamus berperan penting dalam pengendalian aktivitas sistem saraf ototnom yang
melakukan fungsi vegetatif, seperti pengaruh frekuensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh,
keseimbangan air, selera makan, rasa haus, saluran pencernaan, dan aktivitas seksual. Selain
itu, hipotalamus juga berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri,
kegembiraan, dan kemarahan. Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur pelepasan
atau inhibisi hormon kelenjar hipofisis, sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem
endokrin.9
3. Saraf
Sinaps adalah titik kontak antara neuron satu dengan neuron lainnya. Sinaps ada yang
sinaps kimiawi dan sinaps listrik. Dalam satu sinaps terdisi atas unsur presinaptik (prasinaps)
dan unsur postsinaps (pascasinaps). Pada sinaps kimiawi, suatu neurotransmiter (zat kimia)
dilepas dari terminal akson presinaptik (parasinaps), mengalir menyebrangi celah sinaptik
dan melekat pada resptor membran postsinaps (pascasinaps). Fungsi dari neurotransmiter
adalah sebagai “pengantar pesan”.9
Melalui efek yang ditimbulkan pada jaringan saraf tertentu, neurotransmiter dapat
mempengaruhi suasana hati, ingatan, dan kesejahteran. Ada ratusan zat yang dikenal atau
diduga sebagai neurotransmiter dan jumlah ini terus bertambah. Dari sekian banyak
neurotransmiter, ada beberapa yang dapat mempengaruhi emosi dan motivasi, diantaranya
adalah serotonergik, norepinefrinergik, epinefrin, histaminergik, dopaminergik, asetikolin,
dan peptida opioid.8
Serotonergik diproyeksikan ke hipotalamus dan sistem limbik. Serotonin sendiri memiliki
fungsi eksitasi sekresi prolaktin, menghambat transmisi jaras nyeri di akar belakang,
mempengaruhi neuron yang berkaitan dengan tidur, nafsu makan, persepsi sensoris,
pengaturan suhu, dan suasana hati. Norepinefrinergik mempengaruhi neuron yang dapat
mempercapat detak jantung dan menurunkan aktivitas usus ketika berada dalam kondisi stres,
serta neuron-neuron yang terlibat daam aktivitas belajar, ingatan, mimpi, terjaga, dan emosi.8
Epinefrin diproyeksikan ke hipotalamus, talamus, periaquaeduktus, dan medula spinalis.
Histaminergik diduga ada hubungan dengan regulasi sekresi hormon hipofisis (keadaan jaga,
tekanan darah, minum, ambang nyeri, perilaku seksual). Doraminergik banyak terdapat di
midbrain. Asetikolon mempengaruhi neuron yang berkaitan dengan aksi otot, fungsi kognitif,
ingatan dan emosi. Peptida opioid diduga memiliki fungsi untuk menahan rasa nyeri.
4. Memori
Ingatan atau memori adalah penyimpanan informasi sepanjang waktu. Ingatan adalah
pusat bagi kehidupan mental dan pemrosesan informasi. Dua sistem penting dalam ingatan
ialah ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang. Struktur otak yang berperan dalam
memori adalah hipokampus dan amigdala, selain itu hipotalamus juga berperan dalam hal
ini.10
Ingatan jangka pendek (short-term memory) adalah sistem ingatan berkapasitas terbatas,
tempat informsi disimpan selama 30 detik, kecuali bila informasi tersebut diulang lagi,
sehingga dapat disimpan lebih lama. Informasi mungkin masuk ingatan jangka pendek dari
sensory registers (pusat penampungan kesan-kesan sensoris – korteks sensoris) atau di
ingatan jangka panjang (long term memory). Sering kedua hal itu terjadi bersamaan.10
Ingatan jangka panjang (longterm memory) adalah sistem ingatan yang relatif menetap,
tempat menyimpan sejumlah besar informasi untuk jangka waktu lama. Ingatan jangka
panjang diperkirakan mempunyai daya tampung yang tidak terbatas, baik dari segi jumlah
informasi yang dapat disimpan maupun lama waktu informasi tersebut akan disimpan. Kita
mungkin pernah lupa suatu informasi, tapi sebaliknya kita kehilangan kemampuan untuk
menemukan informasi tersebut.11
5. Hubungan Memori dengan Motivasi dan Emosi11
Untuk lebih mudah memahami mengenai hubungan memori dengan motivasi dan emosi,
kita bisa melihat contoh kejadian dibawah ini. Ketika kita melihat seekor burung merpati
(dalam hal ini kita belum menyadari bahwa itu adalah burung merpati), sensory register –
korteks sensoris kita mentransfer informasi tersebut ke dalam ingatan jangka pendek.
Kemudian secara tidak sadar kita mungkin mencari ke dalam ingatan jangka panjang tentang
burung tersebut dan dilanjutkan dengan proses identifikasi. Dari proses identifikasi ini, kita
mengetahui bahwa binatang tersebut adalah burung merpati.
Bersamaan dengan pengenalan objek sebagai burung merpati, akan datang informasi lain
yang lebih banyak tentang burung merpati. Informasi-informasi tersebut bisa meliputi hal-hal
yang berhubungan dengan pengalaman, visual, hingga perasaan atau emosi yang berkaitan
dengan burun merpati. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa setelah melalui beberapa
tahap, ingatan atau memori kita berhubungan dengan emosi – baik emosi sedih, senang, dsb.
6. Mekanisme Terbentuknya Emosi dan Motivasi
Stimulus yang diterima akan dikirimkan ke dalam daerah asosiasi dari korteks serebri
tertentu melalui sinaps-sinaps saraf aferen (saraf sensorik). Setelah sampai di korteks serebri,
stimulus yang diterima akan diteruskan ke sistem limbik. Disistem limbik, informasi dari
stimulus akan diproses melalui memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Pada
sistem limbik ini juga, emosi pertama kali terbentuk. Setelah itu, untuk bisa
“mengekspresikan” emosi yang tercipta, dibutuhkan peran hipotalamus.
Hipotalamus akan mengeluarkan respon yang sesuai dengan informasi dan emosi yang
ada. Respon-respon yang diciptakan oleh hipotalamus terdiri dari respon somatik (respon
yang berhubungan dengan tubuh), respon otonom (respon yang berhubungan dengan organ
viseral), respon endokrin, dan respon imun.
Untuk lebih memahami mekanisme ini, kita akan melihat contoh berikut ini: seorang
perempuan melihat orang yang dia sukai – dengan demikian ia menerima impuls visual yang
kemudian akan dikirimkan ke korteks serebri terutama ke area visual primer yang terletak
pada ujung lobus oksipitalis (area brodmann 18 dan 19 - gyrus lingualis). Dari sana informasi
akan diteruskan ke sistem limbik. Di sistem limbik, terjadi proses mengingat yang diawali
dengan ingatan jangka pendek yang dihubungkan dengan ingatan jangka panjang. Dari
ingatan atau memori tersebut, informasi tentang orang yang dia sukai akan bertambah.
Selanjutnya, akan mulai muncul emosi yang menyertai informasi tersebut. Emosi yang
muncul adalah perasaan senang yang kemudian dikirimkan ke hipotalamus. Hipotalamus
akan “mengekspresikan” rasa senang tersebut lewat beberapa respon. Misalnya saja dari
respon somatik, tubuh perempuan tersebut akan berjalan mendekati orang yang dia sukai.
Respon secara otonom, pembuluh darah mengalami dilatasi sehingga wajah memerah, dan
respon-respon lain yang menyertai.
7. Depresi
Depresi adalah salah satu jenis gangguan emosi yang ditandai dengan kesedihan,
kehilangan minat atau kesenangan, perasaanbersalah, kesulitan berkonsentrasi, tidur
terganggu, nafsu makan berubah dan energi rendah. Masalah ini dapat menjadi kronis atau
berulang dan menyebabkan gangguan besar dalam kemampuan seseorang untuk menjalankan
tanggung jawab sehari-hari. Pada kasus yang parah, depresi dapat menyebabkan bunuh diri.
Lebih lengkapnya, depresi memiliki ciri-ciri psikologik, misalnya sedih, susah, murung,
rasa tak berguna, gagal, kehilangan, tak ada harapan, putus asa, dan penyesalan yang
patologis. Sementara ciri-ciri somatik misalnya anoreksia, konstipasi, kulit lembab atau
dingin, dsb. Berdasarkan hal-hal tersebut, kita dapat melihat bahwa orang yang menderita
depresi aktifitas fisiknya dapat menurun (berpikir lambat, semangat dan minat hilang, dsb).12
8. Pembahasan Kasus
Pada PBL kali ini kami mendapat kasus mengenai seorang ibu yang datang membawa
anaknya perempuan berusia 17 tahun. Ibunya mengeluh anaknya sudah hampir sebulan
terakhir sering melamun. Ibunya juga mengakui bahwa anaknya baru diputus hubungan oleh
pacarnya. Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan menyampaikan bahwa anak tersebut
sehat fisiknya namun menderita depresi.
Berdasarkan apa yang telah kita bahas diatas, depresi merupakan salah satu jenis
gangguan emosi yang dapat mempengaruhi kondisi seseorang. Depresi sendiri berkaitan
dengan defek (kekurangan) neurotransmiter di sistem limbik. Seperti yang kita tahu, sistem
limbik merupakan tempat pertama terjadinya emosi, sehingga apabila terjadi defek
neurotransmiter disana, maka akan terjadi gangguan pada emosi seseorang.
Diatas telah disebutkan neurotransmiter apa saja yang berpengaruh pada emosi seseorang.
Misalnya saja serotonergik yang memiliki fungsi mempengaruhi neuron yang berkaitan
dengan suasana hati, norepinefrinergik dan asetikolin mempengaruhi neuron yang terlibat
dalam aktivitas ingatan – emosi.8 Apabila terjadi defek neurotransmiter-neurotransmiter
tersebut maka fungsi-fungsi yang mereka miliki pun tidak dapat muncul.
Semua obat antidepresan efektif meningkatkan ketersediaan berbagai neurotransmiter.
Salah satu contohnya adalah obat prozac yang dapat menghambat penyerapan kembali
serotonin yang telah dilepaskan, sehingga aktivitas serotonin di sinaps memanjang. Serotonin
dan norepinefrin sendiri adalah pembawa pesan sinaps di daerah limbik otak yang terlibat
dalam kesenangan dan motivasi.4
Kesimpulan
Depresi berkaitan erat dengan motivasi dan emosi. Orang yang mengalami depresi
berarti mengalami gangguan emosi yang disebabkan oleh defek neurotransmiter di sistem
limbik. Pemicu terjadinya emosi dan motivasi salah satunya adalah karena adanya memori.
Daftar Pustaka
1. Gunarsa SD. Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: Gunung Mulia; 2008.
2. Hude MD. Emosi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008.
3. Efendi F, Nursalam. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba; 2008.
4. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Ed 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.
5. Muttaqin A. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2008.
6. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
7. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;
2005
8. Wade C, Tavris C. Psikologi. Ed 9. Jakarta: Erlangga.
9. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.
10. Santrock JW. Adolecence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga; 2003.
11. Djiwandon SEW. Psikologi Pendidikan (Rev-2). Jakarta: Grasindo.
12. Sunaryo. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.