25
BAB I Pendahuluan Blefaritis adalah proses peradangan kronis pada kelopak mata. Ini dapat mengaenai semua kelompok umur. Ini mungkin berhubungan dengan beberapa penyakit sistemik, terutama rosacea dan seborrheic dermatitis, dan terkait dengan kondisi mata lainnya seperti mata kering, kalazion, konjungtivitis, dan keratitis. Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun yang dapat terjadi akibat bahan kosmetik. Kuman penyebab dapat infeksi streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Kausa lain blefaritis mungkin akibat alergi, debu, asap, atau bahan kimia iritatif (Ilyas, 2011). Gejala umum yang terkait dengan blefaritis yang terbakar, iritasi, fotofobia, penglihatan kabur, dan mata merah. Secara anatomi blefaritis dibagi menjadi atas blefaritis anterior dan blefaritis posterior. Blefaritis anterior adalah radang bilateral yang umum di tepi palpebra, ada dua jenis utamanya yaitu staphylococcus dan Seborrhoeic. Blefaritis posterior adalah peradangan akibat disfungsi kelenjar Meibom, seperti blefaritis anterior kelainan ini dapat terjadi secara kronis dan bilateral (Vaughan, 2009).

Blefaritis New

Embed Size (px)

DESCRIPTION

g

Citation preview

BAB IPendahuluan

Blefaritis adalah proses peradangan kronis pada kelopak mata. Ini dapat mengaenai semua kelompok umur. Ini mungkin berhubungan dengan beberapa penyakit sistemik, terutama rosacea dan seborrheic dermatitis, dan terkait dengan kondisi mata lainnya seperti mata kering, kalazion, konjungtivitis, dan keratitis. Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun yang dapat terjadi akibat bahan kosmetik. Kuman penyebab dapat infeksi streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Kausa lain blefaritis mungkin akibat alergi, debu, asap, atau bahan kimia iritatif (Ilyas, 2011).

Gejala umum yang terkait dengan blefaritis yang terbakar, iritasi, fotofobia, penglihatan kabur, dan mata merah. Secara anatomi blefaritis dibagi menjadi atas blefaritis anterior dan blefaritis posterior. Blefaritis anterior adalah radang bilateral yang umum di tepi palpebra, ada dua jenis utamanya yaitu staphylococcus dan Seborrhoeic. Blefaritis posterior adalah peradangan akibat disfungsi kelenjar Meibom, seperti blefaritis anterior kelainan ini dapat terjadi secara kronis dan bilateral (Vaughan, 2009).

Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang ada pada rumah sakit (sekitar 2 5 % penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua, tapi dapat terjadi pada semua usia.

Dalam sebuah survei dari dokter mata AS 37% dari pasien dilihat dan disurvei memiliki tanda-tanda blepharitis. Terlepas dari beberapa penelitian regional, namun, sedikit data epidemiologi ada yang memperkirakan prevalensi sebenarnya di populasi umum. Sebuah studi cross- sectional baru-baru ini di Spanyol berdasarkan populasi sampel yang dipilih secara acak melaporkan tingkat disfungsi kelenjar meibom tanpa gejala 21,9% dan dengan gejala 8,6% dari individu masing-masing.Blepharitis dapat menyerang semua usia dan kelompok etnis. Salah satu pusat studi meneliti 90 pasien dengan blepharitis kronis menemukan bahwa usia rata-rata pasien adalah 50 tahun. Dibandingkan dengan pasien dengan bentuk-bentuk blepharitis lainnya, pasien dengan blepharitis staphylococcal yang ditemukan relatif muda (42 tahun) dan sebagian besar perempuan (80%). Di Inggris dilaporkan oleh dokter umum bahwa blefaritis menyumbang 5% dari semua kasus mata. Sekitar 50% dari pasien dikaitkan dengan sindroma mata kering. (Tonk, 2014)

Berdasarkan gejala klinis yang sering adalah blefaritis posterior 24%, mata kering 21%, dan blefaritis anterior 12%. Hasil survey Amerika Serikat prevalensi gejala blefaritis selama 12 bulan terakhir adalah terasa gatal dan terbakar, iritasi setelah menggunakan komputer selama 3 jam, kelopak mata terasa berat dan bengkak, mata kering atau iritasi, serpihan bulu mata, mata terasa berair di pagi hari dan mata merah.

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan kelopak mata dan pemberian antibiotic topical ataupun oral, juga bisa menggunakan steroid topical lemah. Kebersihan kelopak bisa dengan cara mengompres dengan air hangat dan memijat kelopak mata untuk mengeluarkan meibum yang terkumpul. (Kanski, 2007)

Bab IITinjauan Pustaka

2.1 Anatomi Kelopak Mata Ketika tertutup, kelopak mata menutupi bola mata secara anterior, yang melindunginya dari sinar berlebih dan injuri. Kelopak mata juga menjaga kelembaban kornea dengan menyebarkan cairan lakrimal. Kelopak mata merupakan lipatan yang dapat digerakan yang dibungkus secara eksternal oleh kulit tipis dan secara internal oleh membrane mukos transparan, yaitu konjungtiva palpebra. Bagian konjungtiva ini direfleksikan ke dalam bola mata dimana ini akatn berlanjut dengan konjungtiva bulbar. Bagian konjungtiva ini tipis dan transparan dan melekat pada permukaan anterior dari bola mata. Konjungtiva bulbar, kendor dan mengkerut diatas sclera (mengandung pembuluh darah kecil yang dapat dilihat), merupakan bagian penyokong untuk kornea bagian perifer.Garis refleksi dari konjungtiva palpebra ke dalam bola mata membentuk resesus yang dalam, yaitu fornix konjungtiva anterior dan posterior. Sakus konjungtiva merupakan ruang yang terikat oleh konjungtiva bulbar dan palpebra ; menutup ketika kelopak mata menutup, tetapi terbuka via aperture anterior, yaitu fisura palpebra, ketika mata membuka.Kelopak mata superior dan inferior diperkuat oleh jaringan ikat padat, yaitu tarsus superior dan inferior. Di dalam tarsus terdapat tarsal gland, yang mensekresi lipid yang berguna intik melumasi tepi kelopak mata dan mencegah kelopak mata superior dan inferior menempel ketika mata menutup. Bulu mata atau cilia terletak di tepi kelopak. Terdapat sekumpulan kelenjar sebasea yang disebut ciliary gland. Pertemuan antara palpebra superior dan inferior akan membentuk komisura palpebra medial, yang mempertegas sudut mata (kanthos).Diantara hidung dan sudut mata bagian medial, terdapat ligament palpebra medial, yang menghubungkan tarsi dengan tepi medial rongga mata. Ligament palpebra lateral melekatkan tarsi ke tepi lateral rongga mata. (Moore, 2006)

Gambar 2.1 Anatomi kelopak mata

2.2 HistologiSetiap kelopak mana terdiri dari lapisan fibroelastik padan yang disebut tarsus atau tarsal plate, yang secara eksternal ditutup oleh kulit tipis dan secara internal oleh konjungtiva halus. Kulit mengandung folikel rambut halus yang tersebar dan terdapat jaringan ikat kendor tanpa lemak.Otot skeletal dari orbikularis okuli (dan levator palpebra di kelopak mata superior) terletak superficial terhadap tarsal plate dan dipisahkan oleh jaringan ikat penyangga, dimana di kelopak mata atas, merepresentasikan kelanjutan dari lapisan sub-aponeurotik scalp. Kepentingan klinisnya adalah jika darah atau cairan eksudat terkumpul di atas aponeurosis scalp maka dapat dialirkan ke permukaaan datar dari kelopak; menjadi sangat longgar, dan area ini menjadi bengkak. Lapisan jaringan penyangga ini juga mengandung saraf sensori dari kelopak mata.Di dalam tarsal plateterdapat 20 30 tarsal gland (meibomian). Kelenjar ini merupakan kelenjar sebasea termodifikasi yang terdiri dari duktus sentral panjang yang berhubungan dengan sejumlah sebacea acini. Tercampur dengan bulu mata terdapat kelenjar sebasea yang disebut kelenjar zeis dan kelenjar keringat apocrine yang termodifikasi yang disebut kelenjar moll. Kedua kelenjar tersebut memproduksi lapisan berminyak yang berfungsi untuk menutup lapisan air mata, sehingga mencegah evaporasi dari air mata. (Young, 2007)

Gambar 2.2 Histologi palpebra2.3 Fisiologi2.4 Blefaritis2.4.1 DefinisiBlefaritis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut (Ilyas, 2011).2.4.2 EpidemiologiDalam sebuah survei dari dokter mata AS 37% dari pasien dilihat dan disurvei memiliki tanda-tanda blepharitis. Terlepas dari beberapa penelitian regional, namun, sedikit data epidemiologi ada yang memperkirakan prevalensi sebenarnya di populasi umum. Sebuah studi cross- sectional baru-baru ini di Spanyol berdasarkan populasi sampel yang dipilih secara acak melaporkan tingkat disfungsi kelenjar meibom tanpa gejala 21,9% dan dengan gejala 8,6% dari individu masing-masing.Blepharitis dapat menyerang semua usia dan kelompok etnis. Salah satu pusat studi meneliti 90 pasien dengan blepharitis kronis menemukan bahwa usia rata-rata pasien adalah 50 tahun. Dibandingkan dengan pasien dengan bentuk-bentuk blepharitis lainnya, pasien dengan blepharitis staphylococcal yang ditemukan relatif muda (42 tahun) dan sebagian besar perempuan (80%). Di Inggris dilaporkan oleh dokter umum bahwa blefaritis menyumbang 5% dari semua kasus mata. Sekitar 50% dari pasien dikaitkan dengan sindroma mata kering. (Tonk, 2014)

2.4.3 Etiologi Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta, Pneumococcus, dan Pseudomonas. Demodex folliculorum selain dapat merupakan penyebab dapat pula vector untuk terjadinya infeksi staphylococcus. Dikenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif dan blefaritis angulasi. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis (Ilyas, 2011).2.4.4 PatofisiologiPatofisiologi blefarits biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena danyan pembentukan mnyak berlebih di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini menyebabkan invasi mikrobakterium secara langsung pada jaringan disekitar kelopak mata, mangakibatkan kerusakan system imun atau terjdi kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakter, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.2.4.5 Klasifikasi2.4.5.1 Berdasarkan lokasi Blefaritis anteriorBlefaritis anterior adalah radang bilateral kronik yang umum di tepi palpebra. Aa dua jenis yaitu stafilococcus dan seroboik. Blefaritis stafilococcus dapat disebabkan oleh infeksi stafilococcus aureus yan sering ulseratif atau stafilococcus epidermidis. Blefaritis seborreik umumnya berkitan dengan keberadaan pityrosporum ovale meskipun organism ini belum terbukti menjadi penyebabnya. Gejala umumnya adalah iritasi, rasa terbakar, gatal pada tepi palpebra. Mata yang terkena bertepi merah, banyka sisik atau granulasi tampak bergantung pada bulu matapabpebra superor maupun inferior. Pada tipe stapilococcus sisiknya kering, palbebra merah, terdapat ulkud-ulkus kecil disepajang tepi palpebra dan bulu mata cenderung rontok. Pada tipe seborreik sisiknya berminyak, tidak terjadi ulserasi dan tepian palpebra tidak begitu merah. Pada tipe campuran yang lebih umum, kedua jenis sisik ada, tepian palpebra merah dan mungkin berulkus (Vaughan, 2009). Blefaritis posteriorBlefaritis posterior adalah peradangan pelbebra akibata disfungsi kelenjar meibom. Seperti blefaritis anterior, kelainan ini terjadi secara kronis atau menahun. Blefaritis anterior dan posterior dapat terjadi secara bersamaan. Blefaritis seborreik umumnya dapat disertai dengan disfungsi kelenjar meibom. Blefaritis posterior bermanifestasi dalam aneka macam gejala yang mengenai palpebra, air mata, konjingtiva, kornea. Perubahan pada kelenjar meibom mencakup peradangan muara meibom, sumbatan muara kelenjar oleh secret yang kental, pelebaran meibom dalam lempeng tarsus, dan keluarnya secret abnormal lunak mirip keju bila kelenjar dipencet. Dapat juga timbul hordeolum dan kalazion. Tepi palpebra hiperemi, palpebra dapat mengung kedalam sebagai akibat parut konjungtiva tarsal (Vaughan, 2009).2.4.5.2 Berdasarkan penyebabnya Blefaritis bacterialInfeksi bakteri pada kelopak dapat ringan sampai sangat berat. Diduga sebagian besar infeksi kulit superficial kelopak diakibatkan streptokokus. Bentuk infeksi kelopak dikenal sebagai folikulitis impetigo, dermatitis eksematoid. Pengobatan pada infeksi ringan dalah dengan memberikan antibiotic local dan kompres basah dengan asam borat. Pada blefaritis sering diperlukan pemakaian kompres hangat. Infeksi yang berat perlu diberikan antibiotic sistemik.

Blefaritis superficialBila infeksi kelopak superficial disebabkan oleh staphylococcus maka pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotic seperti sulfasetamid dan sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotic krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun dilakukan penekanan manual kelenjar meibom untuk mengelurkan nanah dari kelenjar meibom yang biasa meyertainya. Blefaritis SeboroikBlefaritis yang biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun) dengan keluhan adalaha mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah secret yang keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemi, hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak mata dapat terbentuk kalazion, hordeolim, medarosis, poliosis, dan jaringan keropeng. Blefaritis sebore merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya. Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidid hangat. Dapat dilakukan pembersihan dangat nitras argenti 1%. Salep sulfonamide dan kompre air hangan selama 5-10 menit. Pada blefaritis sebore antibiotic diberikan local dan sistemik oral 4 kali 250 mg. Blefaritis skuamosaBlefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka ada kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak mata terutama mengenail kelenjar kulit di daerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang dengan kuit berminyak. Blefaritis ini berjalan bersama dengan dermatitis sebore.Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolic atau oleh jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa akan merasa panas dan gatal, terdapat sisik berwarna halus- halus dan penebalan margo palbebra disertai dengan madarosis. Sisik ini mudah dikupas tanpa menyebabkan perdarahan. Pengibatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan kelopak dengan sampo bayi, salep mata, daj steroid setempat. Penyulit pada blefaritis skuaomosa adalah keratitis dan konjungtiva. Blefaritis ulseratifMerupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibata infeksi Stapilicoccus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus kecil dan mengeluarkan darah disekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras dan bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit ini bersifat infeksius. Ulserasi yang berjalan lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).Pengobatan dengan antibiotic dan hygiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin, atau basitrasin. Biasanya disebabkan oleh stafilokokus maka diberikan obat staphylococcus. Apabila ulkseratif luas pengobatan harus ditambah dengan antibiotic sistemik dan diberikan roboransia. Blefaritis Angularis Merupaka infeks staphylococcus pada tepi kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus interna dan eksterna) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi pungtum lakrimalis. Blefaritis angularis disebabkan oleh staphylococcua aureus atau morax axenfeld. Biasanya sifatnya recuren. Blefaritis angularis dapat diobati dengan sulfa, tertrasiklin. Penyulit pada pungtum lakrimal bagian medial sudut balik mata yang akan menyumbat duktus lakrimal. Blefaritis Virus Blefaritis herpes zosterVirus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion saraf trigeminus. Biasanya mengenai orang usia lanjut. Bila yang terkena ganglion cabang optalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas. Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan terasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrate pada kornea apabila terkena mata. Pengobatan pada blefaritis herpes zoster tidak merupakan obat spesifik tapi hanya simtomatik. Pengobatan steroid superficial tanpa masuk kedalam mata akan mengurangi gejala radang. Pemberian ankgesik untuk mengurangi rasa sakit. Penyulit yang dapat terjadi adalah uveitis, parese otok penggerak mataa, glaucoma,dan neuritis optic. Blefaritis herpes simplekDikenal dengan blefaritis herpes simplek yang merupakan radang tepi kelopak dengan terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata yang mengakibatkan kedua mata lengket. Tidak terdapat pengobatan spesifik. Bila terdaoat infeksi sekunder dapat diberi atibiotik sistemik atau topical,. Pembrian kortikosteroid merupakan kontraindikasi karena dapat mengakibatkan menularnya herpes simplek pada kornea.

Blefaritis jamur Blefaritis superficialInfeksi jamur pada kelopak superficial biasanya diobati dengan grisofulvin terutama efektif untuk epidermomikosis. Diberikan 0,5 1 gram sehari dosis tunggal atau dibagi rata. Pengobatan diteruskan 1 2 minggu setelah terlihat gejala menurun. Untuk infeksi candida diberi pengobatan nistatin topical 100.000 unit/gram. Blefaritis jamur dalamPengobatannya secara sistemik. Infeksi Actinomyces dan Nocardia efektif diobati dengan sulfonamide, penisilin, atau antibiotic spectrum luas. Amfoterisin B dipergunakan untuk pengobatan histoplasmosis, sporotrikosis, asperligosis, torulosis, kriptokokosis, dan blastomikosis. Pengobatan amferoterisin B dimulai dengan 0,05 0,1 mg/KgBB, yang diberikan intravena lambat selama 6 8 jam. Dilarutkan dalam dextrose 5% dalam air. Dosis dinaikkan sampai 1 mg/kgBB, dosis total tidak boleh melebih 2 gram. Pengobatan diberikan setiap hari selama 2-3 minggu setelah gejala berkurang. Penyulit yang terberat adalah kerusakan ginjal yang akan membuat urea darah meningkat dan terdapatnya cast dan darah dalam urin. Bila terjadi peningkatan urea nitrogen darah melebihi 50 atau keratin lebih 2 makan pengobatan harus dihentikan. Obat ini toksik dan memerlukan penentuan indukasi pemakaian yang tepat. Blefaritis pedikulosisKadang-kadang pada penderita dengan hygiene yang buruk akan dapat bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia di daerah margo palpebra. Pengobatan pedikulosis adalah dengan aplikasi salep merupakan aminiated 3 %. Salep fisostigmin dan tetes mata DFT cukup efektif untuk tuma atau kutu ini.

Blefaritis Alergi Dermatitis kontakDermatitis kontak penyebabnya aalah bahan yang berkontak pada kelopak, maka dengan berjalannya waktu gejala akan berkurang.Pengobatan dengan melakukan pembersihan kelopak dari bahan penyebab, cuci dengan larutan garam fisiologik, beri salep mengandung steroid sampai gejala berkurang. Blefaritis urtikariaUrtikaria pada kelopak terjadi akibat masukknya obat atau makanan pada pasien yang retanUntuk mengurangi keluhan umum diberikan steroid topical ataupun sistemik dan dicegah pemakaina steroid lama. obat antihistamin dapat mengurangi gejala alergi.

2.4.6 Diagnosis GejalaKlinis tidak selalu dapat menbedakan tipe blefaritis. Gejala blefaritis timbul sebagai akibat adanya penurunan fungsi normal penglihatan dan penurunan stabilitas air mata.Sensasi seperti rasa terbakar, berpasir dan fotofobia ringan dengan episode remisi dan eksaserbasi merupakan gejala yang khas. Gejala biasanya memburuk di pagi hari, bahkan pada pasien yang menderita eye dry, perburukan gejala terjadi setiap hari. Tanda Blefaritis Staphylococcus Adanya skuama dan krusta yang kers yang terutama berlokasi di sekitar basis dan bulu mata Konjungtivitis papiler ringan hingga hiperemi konjungtival sering dijumpai Terkadang terbentuknya jaringan parut dan tylosis pada tepi kelopak mata, madarosis dan trikhiasis sering menjadi komplikasi dari kasus-kasus yang lama Perubahan sekunder seperti marginal keratiti dan terkadang phlyctenulosis Gangguan penyerta seperti intabilitas film air mata dengan dry eye sering terjadi Blefaritis seboroik Tepi kelopak mata yang hiperemi dan berminyak disertai kerontokan bulu mata Skuama yang terbentuk halis dan dapat berlokasi dimana saja pada tepi kelopak mata, maupun menempel pada blu mata (Kanski, 2007). Pada blefaritis posterior berupa tanda-tanda disfungsi kelenjar meibom seperti: Sekresi kelenjar meibom yang berlebihan dan abnormal yang ditandai oleh tertutupnya orifisium kelenjar meibom oleh gelembung minyak Sumbatan orifisium kelenjar meibom disertai oleh hiperemi dan telangektasis margo posterior palpebra Penekanan pada margo palpebra yang meradang mengakibatkan keluarnya sekret kelenjar meibom yang tampak seperti pasta gigi Pada transluminasi terdapat palpebra yag meradang tampak hilangnya kelenjar dan dilatasi kistik dari duktus meibom Film air mata menjadi berminyak dan berbusa dengan busa yang terakumalasi pada margo palpebra maupun kantus medial Adanya perubahan sekunder berupa konjungtivitis papiler dan erosi epitel kornea di bagian sentral.

Gambar 2.3 Blefaritis anterior

Gambar 2.3 Blefaritis seboroik

2.4.7 Diagnosis bandinga) Bilateral 1. Angiodema2. Dermatitis atopic3. Dermatitis kontak4. Rosacea5. Proses sistemikb) Unilateral 1. Cellulitis 2. Herpes simplex3. Herpes zoster ophtalmikus4. Tumor (Papier, 2007)

2.4.8 PenatalaksanaaTerdapat sedikit bukti penelitian yang memaparkan protocol terapi khusus untuk blefaritis. Pasien harus selalu diingatkan bahwa pengobtana yang continue sangat dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan terapi. Kesembuhan secara permanen memang sangat sulit dicapai, namun pengendalian gejala masih sangat perlu untuk dikerjakan (Kanski, 2007). Adapun penatalaksaan blefaritis anterio antara lain: Tindakan higienitas palpebra: Kompres hangat yang diaplikasikan selama beberapa menit untuk melunakkan krusta yang melekat pada dasar bulu mata Pembersihan kelopak mata secara mekanik dengan cotton bud yang mengandung cairan, membantu membersihkan krusta yang menutupi kelopak mata satu sampai dua kali sehari. Kelopak mata juga dapat dibersihkan dengan sampo saat keramas Secara bertahap aktivitas yang tergolong lid hygiene ini dapat diturunkan frekuensi pelaksanaanya, saat kondisi pasien telah berhasil di control Antibiotik tropicalAsam fusidat, bacitracin, cloramphenicol yag biasanya digunakan untuk mengobati folikulitis akut dapat diaplikasikan pada sisi kelopak mata yang meradang setelah dilakukan tindakan lid hygiene. Antibiotik sistemik Azytromycin 500 mg/hari selama 3 hari kemungkinan dapat membantu mengontrol penyakit ulkus pada tepi kelopak mata Steroid topikal dengan potensi rendahAgen steroid topical dengan potensi rendah misalnya fluorometholone yang dioleskan sebanyak 4x/ hari berguna untuk mengatasi konjungtivitis papiler dan keratitis marginal. Terapi pengganti air mataDibutuhkan untuk mengatasi instabilitas film air mata Pada blefaritis posterior kesembuhan permanen sangat sulit dicapai. Meskipun remisi dapat terjadi, namun rekunsi masih sangat mungkin terjadi, terutama bila terapi dihentikan. Tindakan higienitas palpebraKompres hangat dan higienitas palpebra seperti halnya pada blefaritis anterior, kecuali pemijatan kelenjar meibom untuk mengeluarkan secret yang tertahan dianggap kurang bermanfaat. Kompres hangat berguna untuk mencairkan secret yang megeras sehingga lebih mengurangi jumlah secret yang mengiritasi kelenjar. Tetrasiklin sistemikMerupakan terapi utama dalam penatalaksanaan blefaritis posterior. Penggunakan antibiotic golongan ini berdasarkan pada kemampuan agen ini dalam menghambat pembentukan produk lipase stafilokokus. Namun agen ini tidak boleh digunakan pada anak-anak dbawah 12 tahun dan wanita hamil maupun menyusui, karena agen ini terakumulasi ini di tulang dan gigi (akibat terikat dengan kalsium) sehingga sangat mungkin menyebabkan perubahan warna gigi dan hipoplasia gigi. Antibiotika golongan inin tersedia dalam bentuk: (Kanski, 2007) Tetrasiklin 4x250 mg selama 1 minggu pertama selanjutnya 2x250 mg selama 6-12 minggu berikutnya Doksisiklin 2x100 mg selama 1 mnggu pertama dilanjutkan dengan pemberian 1x100 mg selama 6-12 minggu berikutnya Minosiklin 1x100 mg selama 6-12 minggu Eritromisin atau AzytromisinDigunakan sebagai pengganti golongan tetrasiklin apabila terdapat kontraindikasi terhadap panggunaan tentrasiklin namun efektifitas tidak sebaik tetrasiklin.

2.4.9 Komplikasi1. Instabilitas tear film dan mata kering2. Pembentukan Chalazion3. Epithelial basement membrane disease4. Cutaneus a) Acne rosaceab) Seboroic dermatitisc) Acne vulgaris5. Keratitis bacterial6. Keratokonjungtivitis atopic7. Intoleransi lensa kontak (Kanski, 2007)

2.4.10 PrognosisKebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat mengontrol tanda tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman untuk menghindari kekambuhan, karena blafaritis sering merupakan kondisi kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti ketombe atau rosacea, mengobati kondisi kondisi tersebut dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil, kekambuhan dapat terjadi. Bisa menyebabkan komplikasi dan kekambuhan. Namun, blefaritis tidak menyebabkan kerusakan pandangan dan pengelihatan. (Hadrill, 2013)