4
Nama : Berthy Al Mungiza NIM : 20100310078 STASE : IKK (Puskesmas Wirobrajan) Periode : 22 Februari - 5 Maret 2016 REFLEKSI ROTASI KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN KELUARGA Kepaniteraan Kedokteran Keluarga merupakan pendidikan profesi untuk melatih keterampilan dalam menerapkan ilmu kedokteran keluarga (IKK). Dalam rotasi klinik ini mahasiswa dilatih untuk bisa memberikan pelayanan kesehatan dengan pendekatan keluarga yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, berkesinambungan untuk mewujudkan keseimbangan organobiologik tubuh, mental dan sosiokultural tanpa membedakan usia dan jenis kelamin pasien dalam wawasan keluarga dan komunitasnya dengan memperhatikan kondisi sosial yang ada. Sedikit teori diatas mungkin sudah bisa menjelaskan apa yang saya dapatkan pada rotasi kali ini. Bisa dikatakan rotasi ini membuka pandangan saya terhadap makna dari pekerjaan kita sebagai seorang pelayan kesehatan. Dokter bukan hanya sebuah pekerjaan yang tugasnya bertanya tentang keluhan pasien, pemeriksa fisik seorang pasien, maupun pemberi obat pada pasien, tapi dokter adalah seorang pelayan kesehatan yang seharusnya bisa memahami betul baik fisik maupun psikis seorang pasiennya untuk dapat membantu meringankan penyakit yang diderita. Pada saat saya mengikuti rotasi klinik kedokteran yang lain, harus saya akui bahwa mungkin saya hanya terfokus untuk menggali sebuah penyakit fisik/disease yang pasien keluhkan kepada saya. Bagaimana perasaan mereka saat diberitahu apa penyakit yang mereka derita, seberapa besar beban yang harus mereka tanggung selama menderita penyakit itu, entah beban psikis, beban sosial, beban ekonomi atau apakah keluarganya dan orang terdekatnya ada untuk mendukung mereka, saya tidak memahami itu. Tapi pada rotase klinik ini, saya belajar untuk bisa memahami dan mengerti seseorang sebagai suatu kesatuan yang utuh. Dimana saya belajar menggali penyakit pasien secara menyeluruh baik dari aspek disease, illness, aspek keluarga, sosial, kegamaan, ekonomi, dan aspek lainnya yang saling mendukung satu sama lain yang berkaitan dengan keluhan pasien.

Berthy Refleksi Rotasi Ikk

Embed Size (px)

DESCRIPTION

RESUS IKK

Citation preview

Page 1: Berthy Refleksi Rotasi Ikk

Nama : Berthy Al MungizaNIM : 20100310078STASE : IKK (Puskesmas Wirobrajan) Periode : 22 Februari - 5 Maret 2016

REFLEKSI ROTASI KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN KELUARGA

Kepaniteraan Kedokteran Keluarga merupakan pendidikan profesi untuk melatih keterampilan dalam menerapkan ilmu kedokteran keluarga (IKK). Dalam rotasi klinik ini mahasiswa dilatih untuk bisa memberikan pelayanan kesehatan dengan pendekatan keluarga yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, berkesinambungan untuk mewujudkan keseimbangan organobiologik tubuh, mental dan sosiokultural tanpa membedakan usia dan jenis kelamin pasien dalam wawasan keluarga dan komunitasnya dengan memperhatikan kondisi sosial yang ada.

Sedikit teori diatas mungkin sudah bisa menjelaskan apa yang saya dapatkan pada rotasi kali ini. Bisa dikatakan rotasi ini membuka pandangan saya terhadap makna dari pekerjaan kita sebagai seorang pelayan kesehatan. Dokter bukan hanya sebuah pekerjaan yang tugasnya bertanya tentang keluhan pasien, pemeriksa fisik seorang pasien, maupun pemberi obat pada pasien, tapi dokter adalah seorang pelayan kesehatan yang seharusnya bisa memahami betul baik fisik maupun psikis seorang pasiennya untuk dapat membantu meringankan penyakit yang diderita.

Pada saat saya mengikuti rotasi klinik kedokteran yang lain, harus saya akui bahwa mungkin saya hanya terfokus untuk menggali sebuah penyakit fisik/disease yang pasien keluhkan kepada saya. Bagaimana perasaan mereka saat diberitahu apa penyakit yang mereka derita, seberapa besar beban yang harus mereka tanggung selama menderita penyakit itu, entah beban psikis, beban sosial, beban ekonomi atau apakah keluarganya dan orang terdekatnya ada untuk mendukung mereka, saya tidak memahami itu.

Tapi pada rotase klinik ini, saya belajar untuk bisa memahami dan mengerti seseorang sebagai suatu kesatuan yang utuh. Dimana saya belajar menggali penyakit pasien secara menyeluruh baik dari aspek disease, illness, aspek keluarga, sosial, kegamaan, ekonomi, dan aspek lainnya yang saling mendukung satu sama lain yang berkaitan dengan keluhan pasien. Pada rotasi ini saya juga melakukan kunjungan rumah dan melakukan analisis terhadap rumah dan lingkungan sekitar pasien yang bisa saja berkaitan erat dengan kesehatan pasien.

Saya memiliki seorang pasien yang saat datang ke puskesmas mengeluh sulit tidur yang sudah dirasakan kambuh-kambuhan sejak 5 tahun yang lalu. Selain itu pasien juga ingin kontrol Hipertensi dan Diabetes Melitus tipe 2 yang masing-masing sudah ia alami selama 5 tahun dan 1 tahun belakangan ini. Saat itu saya melakukan anamnesis secara komprehensif (disease dan illness) dan melakukan penilaian keluaga dengan menggunakah perangkat penilaian keluarga dan penilaian tehadap lingkungan rumah dengan indikator PHBS.

Ternyata setelah dilakukan penilaian, terbukti bahwa tidak selalu keluhan pasien itu murni berasal dari penyakit fisik. Ada beberapa hal yang sering dikesampingkan oleh kita sebagai dokter dalam mendiagnosis pasiennya. Hal-hal inilah yang mungkin menjadi faktor risiko atau komorbid yang kuat pada penyakit pasien sekarang. Setelah digali lebih dalam, ternyata pasien memiliki trauma yang sangat mendalam terhadap perbuatan suaminya yang berselingkuh hampir selama 10 tahun. Ditambah dengan sifat pasien yang lebih cenderung memendam masalah, semua hal ini membuatnya stress. Pasien jadi sering makan tidak teratur, menu makanan berantakan, sulit tidur, mudah khawatir dan cemas terhadap situasi disekelilingnya terutama hal-hal yang mengingatkan dirinya terhadap peristiwa traumatis tersebut.

Page 2: Berthy Refleksi Rotasi Ikk

Saat pasien didiagnosis hipertensi, pasien pun sempat berpikir apakah ini karena dirinya yang selama bertahun-tahun ini selalu memendam semua masalahnya sendiri dan tidak menjaga kesehatan dirinya dengan baik. Pada tahun 2012, pasien juga pernah mengalami serangan stroke dan didiagnosis stroke dengan perdarahan hingga dirawat selama 2 minggu di PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pasien sempat mengalami kelumpuhan sementara diseparuh badannya sebelah kanan. Dan 3 tahun kemudian, pasien didiagnosis Diabetes Mellitus tipe 2. Untungnya, saat mendapat cobaan berturut-turut seperti itu, pasien masih dapat berpikir bijak dan tawakal serta menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Keluarganya pun mendukung pengobatan yang selama ini dijalani pasien. Karena itu pasien rutin kontrol Hipertensi dan Diabetes Mellitus di Puskesmas Wirobrajan. Dan hingga saat ini baik tekanan darah dan gula darah pasien dapat terkontrol dengan baik.

Dari penggalan pengalaman diatas, saya berlatih menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga dengan :1. Pelayanan tingkat pertama (primary care) yaitu melakukan pengelolaan terhadap

Hipertensi dan DM yang dialami pasien baik edukasi maupun terapi farmakologi. Pada pasien saat itu tensi 140/80 mmHg diberikan glimepirid 1x2 mg dan amlodipin 1x5mg.

2. Pelayanan yang mengutamakan promosi dan pencegahan (promotif dan preventive), yaitu menjelaskan pada pasien bahwa kedua penyakitnya ini adalah penyakit kronis dan tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikendalikan dan hal ini tergantung dengan perilaku kesehatan pasien sendiri. Dijelaskan tentang penyebab, faktor risiko, komplikasi yang dapat terjadi serta gaya hidup sehat untuk mencegahnya. Kebetulan suami dan menantunya adalah perokok aktif, jadi pasien harus diminta untuk menghindari asap rokok.

3. Pelayanan bersifat pribadi (personal care) yaitu memahami disease dan illness pasien. Selain terapi farmakologi, akan lebih baik kita juga memberikan konseling CEA jika tingkat pengetahuan pasien kurang, namun untuk pasien ini, dia sudah cukup paham dengan penyakitnya, dan tugas kita adalah mengecek kebenaran pengetahuan pasien.

4. Pelayanan paripurna (comprehensive care) yaitu dengan manajemen komprehensif mangatasi keluhan fisik pasien, DM dan hipertensi, pengelola masalah psikologis dan sosial yang dialami pasien tesebut terkait masalah dengan pengalaman traumatis dan manajemen stress pasien.

5. Pelayanan menyeluruh (holistic care) yaitu dengan mengelola pasien ini dengan prinsip bio-psiko sosial dan spiritual, sehingga kita tidak hanya terfokus pada fisik semata seperti yang kita gali diatas.

6. Pelayanan berkesinambungan (continuum care) yaitu dengan memonitor tekanan darah dan gula darah setiap bulan serta HbA1C selama 3 bulan sekali.

7. Pelayanan terpadu (integrated care) yaitu pelayanan dimana kita memandang pasien sebagai bagian integral dari keluarga dan komunitasnya. Keluarga pasien perlu juga untuk diedukasi dan membantu kita mengingatkan pasien tentang jadwal kontrol, minum obat, pola makan, dan mendukung pasien secara mental. Untuk keluarga yang merokok, rencanakan juga konseling 5A serta terapi SEFT untuk membantu suami dan menantu pasien berhenti merokok.

8. Pelayanan terkoordinasi dan kolaboratif. Pasien dinilai belum bisa melakukan manajemen stress yang baik dan masih trauma terhadap permasalahan yang lalu hingga membuatnya hidupnya dipenuhi kecemasan, bisa kita konsulkan ke psikolog.

9. Kualitas dan hemat biaya perawatan. Artinya dengan mengetahui pasien secara menyeluruh, kita dapat menghemat biaya pengobatannya. Contoh, pasien datang dengan keluhan tidak bisa tidur, biasanya akan diberikan obat sedatif. Namun pada kasus ini, itu tidak diperlukan, karena setelah digali, ternyata keluhan itu akibat permasalahan yang ia miliki. Jadi kita hanya perlu konseling untuk membantu meringankan pikiran pasien.