13
Benarkah Pulau Flores bisa tenggelam, seperti jatuh ke dalam laut? Catatan S.Belen Pulau Flores sebagai bagian Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di antara garis lintang selatan 8°4' dan 8° 58', dan di antara garis bujur timur 119° 48' dan 123° 1'30', terbentang sepanjang 360 km, di sebelah Barat laut Australia. Flores adalah salah satu pulau di wilayah Indonesia timur, termasuk dalam jajaran kepulauan Nusa Tenggara yang di antaranya termasuk pulau Timor dan Sumba. Inilah peta NTT yang dibuat ahli Belanda zaman dulu. Apakah foto satelit masih menunjukkan bentuk pulau seperti ini?

Benarkah Pulau Flores Bisa Jatuh Ke Dasar Laut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

123

Citation preview

Page 1: Benarkah Pulau Flores Bisa Jatuh Ke Dasar Laut

Benarkah Pulau Flores bisa tenggelam, seperti jatuh ke dalam laut?

Catatan S.Belen

Pulau Flores sebagai bagian Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di antara garis lintang selatan 8°4' dan 8° 58', dan di antara garis bujur timur 119° 48' dan 123° 1'30', terbentang sepanjang 360 km, di sebelah Barat laut Australia. Flores adalah salah satu pulau di wilayah Indonesia timur, termasuk dalam jajaran kepulauan Nusa Tenggara yang di antaranya termasuk pulau Timor dan Sumba.

Inilah peta NTT yang dibuat ahli Belanda zaman dulu. Apakah foto satelit masih menunjukkan bentuk pulau seperti ini?

Page 2: Benarkah Pulau Flores Bisa Jatuh Ke Dasar Laut

Inilah Pulau Flores yang menujukkan letaknya pada garis bujur timur dan lintang selatan. (http://duniageologi.blogspot.com/)

Beberapa hari ini saya berpikir dan mencari-cari di internet soal geologi Pulau Flores setelah Robert Eppedando “memprovokasi” pembaca di Milis Allesaja tempat kami pun menjadi anggota perihal apakah aktivitas penambangan di Flores dapat mengakibatkan pulau ini tenggelam atau tetap berdiri kokoh. Segera saya bertanya kepada Robert dan dalam pembicaraan telepon ia menjelaskan, bahwa Flores itu adalah sebuah pulau yang ekstrim dengan huruf T. Ujung barat dan timur menggantung sedangkan bagian tengah Flores mulai dari Nagekeo s.d. sebagian Ende itu yang tertanam seperti tiang beton sosro bahu jalan layang. Bayangannya kok seperti bagian barat dan timur itu menggantung di atas dasar laut. Inilah kira-kira gambaran Robert berdasarkan ingatan penjelasan dalam seminar tahun 2005 oleh seorang ahli geologi (ipar Jenderal Try Sutrisno?) yang membunyikan sirene tanda bahaya. Apa itu? Kalau dilakukan penambangan mineral di Pulau Flores yang kecil, lama-lama pulau ini bisa runtuh tenggelam ke dasar laut. Karena menurut ahli geologi itu, Flores adalah salah satu pulau yang ekstrim seperti ada pulau-pulau ekstrim di bumi ini. Di Amerika katanya, kita naik mobil di jalan raya tapi sebenarnya tanahnya menggantung, di bawahnya adalah laut.

Pernyataan menantang ini membuat kami mencari jawaban dengan membaca situs-situs yang relevan di internet. Dari bacaan itu tak ada indikasi bahwa sebuah pulau bisa jatuh tenggelam seperti yang dikemukakan Robert.

Akhirnya dengan kata-kata search “can an island sink” kami menemukan penjelasan, bahwa sebuah pulau itu merupakan satu kesatuan dengan dasar lapisan bebatuan, listosfer sehingga tak mungkinlah sebuah pulau itu bisa jatuh tenggelam seperti kita jatuh ke dalam sungai atau laut.

Page 3: Benarkah Pulau Flores Bisa Jatuh Ke Dasar Laut

Istilah pulau tenggelam itu selama ini dimaksudkan naiknya permukaan air laut akibat melelehnya lapisan es, lapisan gletser di kutub utara sehingga pulau-pulau yang rendah di atas permukaan laut bisa tertutupi air laut.

Letusan Gunung Krakatau yang begitu hebat dan spektakuler tidak membuat gunung itu jatuh tenggelam. Yang terjadi adalah bagian gunung itu rusak porak-poranda dan dibuang materialnya sehingga tersisa bagian gunung yang muncul sedikit di atas permukaan laut yang kini dinamai Anak Krakatau.

Mungkin saja gempa mahahebat dan tsunami bisa membuat sebuah pulau kecil luruh, atau material atau bagian pulau itu longsor atau meluncur bebas ke bagian laut / samudera yang lebih dalam. Contoh seperti ini bisa terjadi mungkin pada Pulau Banda, yang langsung dikitari pantai yang curam, tak ada hamparan pasir. Menurut kami Pulau Banda itu tampaknya merupakan bagian puncak gunung sedangkan kaki gunung tertanam jauh di bawah laut. Ciri seperti ini kami lihat mirip dengan Pulau Ternate dan Tidore. Laut di pantai itu langsung dalam.

Namun, tak mungkinlah sebuah pulau sebesar Flores bisa tenggelam seperti jatuh ke dalam laut. Kita terjebak oleh imajinasi seolah permukaan Pulau Flores ini berada di atas sebuah lempeng jalan layang yang ditopang tiang beton Flores bagian tengah itu (Nagekeo – sebagian Ende).

Latar belakang pandanganku ini dipengaruhi bacaan tentang bentuk geomorfologi dasar laut pada tepian lempeng aktif di lepas pantai barat Sumatra dan selatan Jawa. Ini adalah contoh bentuk geomorfologi zona penunjaman (subduksi) yang terbaik di dunia. 

“Proses geodinamika global (More et al, 1980), selanjutnya berperan dalam membentuk tatanan tepian pulau-pulau Nusantara tipe konvergen aktif (Indonesia maritime continental active margin), di mana bagian luar Nusantara merupakan perwujudan dari zona penunjaman (subduksi) dan atau tumbukan (kolisi) terhadap bagian dalam Nusantara, yang akhirnya membentuk fisiografi perairan Indonesia (Gambar 1).”

Page 4: Benarkah Pulau Flores Bisa Jatuh Ke Dasar Laut

Gambar 1.  Fisiografi perairan Indonesia akibat proses tektonik

http://www.mgi.esdm.go.id/content/bentuk-geomorfologi-dasar-laut-pada-tepian-lempeng-aktif-di-lepas-pantai-barat-sumatera-dan-selatan-Jawa

Gambar 2. Komponen tektonik ideal pada penunjaman tepian lempeng aktif (Hamilton, 1979)

Page 5: Benarkah Pulau Flores Bisa Jatuh Ke Dasar Laut

Subduksi atau penunjaman tepian lempeng aktif benua dan samudera-lah yang kira-kira dapat membuat bagian pulau luruh, longsor atau meluncur ke dasar laut yang lebih dalam semisal palung laut.

Gambarannya dapat dilihat pada kutipan ini.

“Hasil identifikasi bentuk dasar laut dari beberapa lintasan seismik, citra seabeam dan foto dasar laut maka dapat dikenali beberapa bentuk geomorfologi utama yang umum terdapat pada kawasan subduksi lempeng aktif. Empat bentuk morfologi utama dapat diidentifikasi, yaitu zona subduksi, palung laut, prisma akresi, dan cekungan busur muka. Gambaran bentuk geomorfologi dasar laut ini kemungkinan merupakan contoh morfologi dasar laut yang terbaik di dunia karena batas-batasnya yang jelas dan mudah dikenali.”

Gambar 3.   Gambaran geomorfologi pada zona subduksi dan kenampakan seamount di kerak samudera India, sumbu palung laut dan prisma akresi di lepas

pantai Bengkulu.

Bacalah teks berikut ini.

Geomorfologi Palung Laut

“Palung laut merupakan bentuk paritan memanjang dengan kedalaman mencapai lebih dari 6.500 meter. Umumnya palung laut ini merupakan batas antara kerak samudera India dengan tepian benua Eurasia sebagai bentuk penunjaman yang menghasilkan celah memanjang tegak lurus terhadap arah penunjaman (Gambar 4).”

Page 6: Benarkah Pulau Flores Bisa Jatuh Ke Dasar Laut

Gambar 4. Satuan geomorfologi palung samudera di sebelah selatan Jawa (PPPGL, 2008).

Gambar 5. Geomorfologi prisma akresi yang naik ke permukaan sebagai pulau prisma akresi di lepas pantai sebelah barat Aceh.

Page 7: Benarkah Pulau Flores Bisa Jatuh Ke Dasar Laut

Gambar 6. Geomorfologi prisma akresi di selatan Jawa yang belum muncul ke permukaan laut.

Gambar 7. Geomorfologi cekungan Lombok sebagai cekungan busur muka (PPPGL, 2008)

Page 8: Benarkah Pulau Flores Bisa Jatuh Ke Dasar Laut

http://www.mgi.esdm.go.id/content/bentuk-geomorfologi-dasar-laut-pada-tepian-lempeng-aktif-di-lepas-pantai-barat-sumatera-dan-

Kris Budiono dari Puslitbang Geologi Kelautan menulis pada Jurnal Geologi Indonesia Vol. 4 No. 1 Maret 2009, halaman 9 -17 dengan judul “Identifikasi longsoran bawah laut berdasarkan penafsiran seismik pantul di perairan Flores, berdasarkan penelitiannya pada bagian Laut Flores di utara Kabupaten Sikka perihal faktor penyebab tsunami Flores atau dikenal sebagai ‘tsunami Maumere”. Gempa dan tsunami itu terjadi pada 12 Desember 1992 dengan pusat gempa pada 40 km sebelah barat Maumere. Kris Budiono menyimpulkan berikut ini.

Longoran sebelum tsunami itu terletak pada morfologi sangat curam dengan kemiringan lereng antara 38 – 40%. Pada peta sebaran struktur geologi perairan Maumere terlihat bahwa keberadaan struktur geologi tersebut berdekatan denan lokasi terjadinya longsoran bawah laut. Lokasi longsoran hanya berjarak sekitar 2 – 3 km dari pusat gempat. Dengan demikian, longsoran bawah laut perairan Flores mungkin sekali disebabkan oleh gempa bumi. Longoran bawah laut amat mungkin terjadi pada daerah dengan kemiringan lereng yang curam, berintensitas tektonik dan juga terjadi akibat gempa bumi yang cukup besar. Semakin besar gempa bumi, semakin besar longsoran yang akan terjadi. Dengan demikian, mungkin sekali longsoran bawah laut itu berpotensi menimbulkan tsunami yang merusak.

Sumber: jurnal20090102

Page 9: Benarkah Pulau Flores Bisa Jatuh Ke Dasar Laut
Page 10: Benarkah Pulau Flores Bisa Jatuh Ke Dasar Laut

Jika struktur geologi pada garis pantai Pulau Flores amat panjang memiliki struktur geologi seperti gambar 10 di atas yang menggambarkan struktur geologi Maumere dan sekitarnya, yang bisa terjadi adalah longsoran pada bagian yang cukup besar pada Pulau Flores. Dengan demikian, bayangan bahwa Pulau Flores berbentuk T itu dengan bagian barat dan timur menggantung itu tampaknya kurang masuk akal. Meskipun demikian, para ahli geologi, ahli kegempaan perlu melakukan penelitian lebih lanjut seperti yang dilakukan Kris Budiono pada pantai Maumere dan sekitarnya. Penelitian ini perlu dilakukan walaupun penelitian morfologi dasar laut tampaknya membutuhkan biaya besar dengan peralatan teknologi yang canggih seperti yang dilakukan pada dasar laut pantai barat Sumatera s.d. selatan Jawa.

Untuk sementara kekhawatiran Pulau Flores akan runtuh ke dasar laut kurang masuk akal. Atau, adakah penjelasan lain yang lebih meyakinkan?

Sumber:

http://duniageologi.blogspot.com/

http://en.wikibooks.org/wiki/The_Geology_of_Indonesia/The_lesser_Sunda_Islands