Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

  • Upload
    resi

  • View
    247

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    1/210

     

    SKRIPSI

    PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    SISWA KELAS VIII-1 SMP 1 WIRADESA

    KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2006/2007

    MELALUI TEKNIK PENYUSUNAN KEMBALI VISUALISASI ALUR

    oleh

     Nama : Sigit Ernita Maharani

     NIM : 2101403015

    Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    FAKULTAS BAHASA DAN SENI

    2007

    SARI

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    2/210

      ii

     

    Maharani, Sigit Ernita. 2007. Peningkatan Kemampuan Memahami Alur Cerpen

    melalui Teknik Penyusunan Kembali Visualisasi Alur Siswa Kelas VIII-1SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007. 

    Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,

    Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. Nas Haryati S., M.

    Pd. dan Pembimbing II: Drs. Mukh Doyin, M. Si.

    Kata kunci: pemahaman alur cerpen, visualisasi alur

    Kemampuan memahami alur cerpen siswa kelas VIII-1 SMP 1 Wiradesa

    Kabupaten Pekalongan masih rendah. Hal tersebut terjadi karena penggunaan

    teknik pembelajaran yang kurang tepat. Selain itu, sikap siswa dalam

     pembelajaran juga menunjukkan perilaku yang negatif. Dengan kondisi yangdemikian, dibutuhkan adanya perubahan penggunaan teknik pembelajaran baru

    yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa, salah satunya adalah teknik

     penyusunan kembali visualisasi alur.

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1)bagaimana peningkatan

    kemampuan siswa kelas VIII-1 SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan dalam

    memahami alur cerpen setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik penyusunan

    kembali visualisasi alur, dan (2)bagaimana perubahan perilaku siswa kelas VIII-1

    SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan dalam pembelajaran setelah mengikuti

     pembelajaran dengan teknik penyusunan kembali visualisasi alur. Berkaitan

    dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

     peningkatan kemampuan siswa kelas VIII-1 SMP 1 Wiradesa Kabupaten

    Pekalongan dalam memahami alur cerpen setelah mengikuti pembelajaran dengan

    teknik penyusunan kembali visualisasi alur, dan mendeskripsikan perubahan

     perilaku siswa kelas VIII-1 SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan dalam

     pembelajaran setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik penyusunan kembali

    visualisasi alur.

    Subjek penelitian ini adalah kemampuan memahami alur cerpen. Desain

     penelitian yang digunakan adalah desain penilitian tindakan kelas yang dilakukan

    dalam dua siklus. Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik tes dan

    nontes. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

    Hasil dari penelitian ini adalah peningkatan kemampuan siswa. Nilai rata-rata siswa sebelum dilakukan tindakan sebesar 69,90 kemudian pada siklus I

    terjadi peningkatan sebesar 1,93 menjadi 71,83. Selanjutnya terjadi peningkatan

    lagi sebesar 7.14 menjadi 78.97 pada siklus II. Sebelum diadakan kegiatan siklus I

    dan siklus II, siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata hanya 18 atau 42,86%,

     pada siklus I menjadi 26 siswa atau 61.90%. Peningkatan yang terjadi sebesar

    19,04% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 95.24% atau 40 siswa.

    Peningkatan yang terjadi sebesar 33.34%.

    Hasil analisis data nontes menunjukkan adanya perubahan perilaku siswa.

    Perubahan ini dapat dibuktikan dari hasil data nontes yang meliputi observasi,

    wawancara, jurnal, angket dan dokumentasi. Sikap atau perilaku siswa mengalami

     perubahan dari perilaku yang negatif berubah menjadi positif.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    3/210

      iii

    Setelah dilakukan pembelajaran melalui teknik penyusunan kembali

    visualisasi alur, peneliti menyarankan para guru hendaknya menggunakan teknik

     penyusunan kembali visualisasi alur sebagai alternatif dalam pembelajaranmemahami alur cerpen, dan untuk menerapkan teknik ini dalam pembelajaran

    hendaknya pembelajarannya didesain dengan pembelajaran individu, bukan

     pembelajaran kelompok.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    4/210

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    5/210

      v

    PENGESAHAN KELULUSAN

    Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi

    Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas

     Negeri Semarang pada:

    hari : rabu

    tanggal : 5 September 2007

    Semarang, 5 September 2007

    Panitia Ujian Skripsi

    Ketua, Sekretaris,

    Prof. Dr. Rustono Drs. Agus Yuwono, M.Si.

     NIP 131281222 NIP 132049997

    Penguji I, Penguji II, Penguji III,

    Drs. Agus Nuryatin, M.Hum. Drs. Mukh Doyin, M.Si. Dra. Nas Haryati S., M.Pd.

     NIP 131813650 NIP 132106367 NIP 131125926

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    6/210

      vi

    PERNYATAAN

    Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar

    hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau

    seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

    dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

    Semarang, September 2007

    Sigit Ernita Maharani

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    7/210

      vii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO:

    1. 

    Hidup dengan jalan yang berliku itu lebih indah daripada kita hidup

     pada satu jalan lurus yang akan membosankan..

    2.  Jika di depan kita adalah jalan buntu, maka berjalanlah mundur untuk

    mencari persimpangan yang menyesatkan kita dan carilah jalan

    keluarnya.

    PERSEMBAHAN:

    Skripsi ini kupersembahkan kepada:

    •  Kedua orang tuaku yang senantiasa berdoa,

     bekerja keras, dan selalu ada bagi anak-anaknya.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    8/210

      viii

    PRAKATA

    Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha-agung dengan segala

    kebesarannya atas anugerah yang begitu indah dan menunjukkan jalan sehingga

     penulis mempunyai kekuatan untuk menyelesaikan skripsi dengan judul

    Peningkatan Kemampuan Memahami Alur Cerpen Siswa Kelas VIII-1 SMP 1

    Wiradesa Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007 melalui Teknik

    Penyusunan Kembali Visualisasi Alur.

    Penelitian ini dilakukan sebagai respon dari permasalahan yang muncul

    dalam pembelajaran memahami alur cerpen siswa kelas VIII-1 SMP 1 Wiradesa

    Kabupaten Pekalongan sekaligus merupakan upaya peningkatan kemampuan

    memahami alur cerpen siswa kelas VIII-1 SMP 1 Wiradesa Kabupaten

    Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007 yang selama ini masih relatif rendah.

    Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Dra. Nas

    Haryati S., M.Pd. sebagai pembimbing I dan Drs. Mukh Doyin, M.Si. sebagai

     pembimbing II, yang telah tulus dan sabar membimbing penulis dari awal

     penyusunan skripsi sampai terselesaikannya skripsi ini. Selain itu, penulis juga

    menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan

    memberikan dukungan kepada penulis. Mereka adalah:

    1.  Rektor Universitas Negeri Semarang;

    2.  Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang;

    3.  keluarga besar Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan

    Seni, Universitas Negeri Semarang yang telah menyalurkan ilmu pengetahuan

    dan pengalaman yang tidak terlupakan selama perkuliahan;

    4.  keluarga besar SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan (Pak Narimo, Pak

    Wid, Pak Adi dan siswa kelas VIII-1’ 07) atas partisipasinya dalam penelitian

    ini;

    5.  keluargaku beserta saudara-saudaraku yang memberikan arti pentingnya

    sebuah perlindungan;

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    9/210

      ix

    6.  teman-teman terbaik sepanjang hayat (Imma, Novi, Lela, Wasis, Mama Ayuk,

    Cink, Pilex, Uta, Rima, dan semua yang tak mampu kueja) yang telah

    memberikan dukungan dan turut mendoakan keberhasilanku.

    7.  rekan-rekan PBSI Reg’03 yang turut mewarnai lembar-lembar hidupku;

    8.  semua pihak yang turut andil dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

     penulis sebutkan satu persatu.

    Semoga Tuhan Yang Maha-kuasa memberikan kemuliaan kepada kita

    semua di kehidupan sekarang dan yang akan datang.

    Semarang, September 2007

    Penulis,

    Sigit Ernita Maharani 

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    10/210

      x

    DAFTAR ISI

    SARI ............................................................................................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iv

    PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... v

    PERNYATAAN ............................................................................................. vi

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii

    PRAKATA ..................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI .................................................................................................. x

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

    DAFTAR DIAGRAM..................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

    1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 6

    1.3 

    Pembatasan Masalah ........................................................................ 8

    1.4 Rumusan Masalah ............................................................................ 8

    1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................. 9

    1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................... 9

    BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

    2.1 Kajian Pustaka.................................................................................. 11

    2.2 

    Landasan Teoretis ............................................................................ 15

    2.2.1 Hakikat Apresiasi Sastra dalam Kurikulum............................ 15

    2.2.1.1 Pengertian Apresissi Sastra ............................................ 15

    2.2.1.2 Kedudukan Apresiasi Sastra dalam Kurikulum............. 16

    2.2.1.3 Hakikat Pembelajaran Sastra.......................................... 17

    2.2.2 Hakikat Cerpen ....................................................................... 20

    2.2.2.1 Pengertian Cerpen .......................................................... 20

    2.2.2.2 Ciri-ciri Cerpen .............................................................. 21

    2.2.2.3 Unsur-unsur Cerpen ....................................................... 22

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    11/210

      xi

    2.2.3 Hakikat Alur............................................................................ 24

    2.2.3.1 Pengertian Alur .............................................................. 24

    2.2.3.2 Tahap-tahap Alur ........................................................... 25

    2.2.3.3 Jenis-jenis Alur .............................................................. 28

    2.2.3.4 Pengertian Alur Cerpen.................................................. 33

    2.2.4 Aspek-aspek Penilaian Memahami Alur Cerpen .................... 34

    2.2.5 Teknik Penyusunan Kembali Visualisasi Alur ....................... 35

    2.2.5.1 Pengertian Teknik ......................................................... 35

    2.2.5.2 Hakikat Teknik Penyusunan Kembali Visualisasi

    Alur ............................................................................... 35

    2.3 Kerangka Berpikir............................................................................ 38

    2.4 Hipotesis Tindakan ......................................................................... 40

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian ............................................................................. 41

    3.1.1 Proses Tindakan Siklus I......................................................... 43

    3.1.1.1 Perencanaan.................................................................... 43

    3.1.1.2 Tindakan......................................................................... 44

    3.1.1.3 Observasi........................................................................ 46

    3.1.1.4 Refleksi .......................................................................... 47

    3.1.2 Proses Tindakan Siklus II ....................................................... 49

    3.1.2.1 Perencanaan.................................................................... 49

    3.1.2.2 Tindakan......................................................................... 50

    3.1.2.3 Observasi........................................................................ 51

    3.1.2.4 Refleksi .......................................................................... 51

    3.2 Subjek Penelitian ............................................................................. 53

    3.3 Variabel Penelitian ........................................................................... 54

    3.3.1 Kemampuan Memahami Alur Cerpen .................................... 54

    3.3.2 Teknik Penyusunan Kembali Visualisasi Alur ....................... 55

    3.4 Instrumen Penelitian ....................................................................... 56

    3.4.1 Instrumen Tes.......................................................................... 56

    3.4.2 Instrumen Nontes .................................................................... 65

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    12/210

      xii

    3.4.2.1 Lembar Observasi .......................................................... 66

    3.4.2.2 Jurnal Siswa dan Guru ................................................... 67

    3.4.2.3 Angket............................................................................ 67

    3.4.2.4 Wawancara..................................................................... 68

    3.4.2.5 Dokumentasi Foto .......................................................... 68

    3.4.3 Uji Instrumen .......................................................................... 70

    3.5 Teknik Pengumpulan Data............................................................... 70

    3.5.1 Teknik Tes............................................................................... 70

    3.5.2 Teknik Nontes ......................................................................... 71

    3.5.2.1 Lembar Observasi .......................................................... 71

    3.5.2.2 Jurnal Siswa dan Guru ................................................... 71

    3.5.2.3 Angket............................................................................ 72

    3.5.2.4 Wawancara..................................................................... 73

    3.5.2.5 Dokumentasi Foto .......................................................... 73

    3.6 Teknik Analisis Data........................................................................ 74

    3.6.1 Teknik Kuantitatif ................................................................... 74

    3.6.2 Teknik Kualitatif ..................................................................... 75

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 77

    4.1.1 Hasil Siklus I ........................................................................... 77

    4.1.1.1 Hasil Tes ........................................................................ 77

    4.1.1.2 Hasil Nontes................................................................... 82

    4.1.1 Hasil Siklus II.......................................................................... 94

    4.1.1.1 Hasil Tes ........................................................................ 94

    4.1.1.2 Hasil Nontes................................................................... 99

    4.2 Pembahasan...................................................................................... 110

    BAB V PENUTUP

    5.1 Simpulan .......................................................................................... 122

    5.2 Saran................................................................................................. 123

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 124

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    13/210

      xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Tes Kompetensi Memahami Alur Cerpen Siklus I........................ 57

    Tabel 2 Tes Kompetensi Memahami Alur Cerpen Siklus II ...................... 58

    Tabel 3 Rubrik Penilaian Kompetensi Memahami Alur Cerpen Siklus

    I...................................................................................................... 59

    Tabel 4 Rubrik Penilaian Kompetensi Memahami Alur Cerpen Siklus

    II .................................................................................................... 59

    Tabel 5 Pedoman Penskoran Jawaban Siswa Kompetensi Memahami

    Alur Cerpen Siklus I ...................................................................... 60

    Tabel 6 Pedoman Penskoran Jawaban Siswa Kompetensi Memahami

    Alur Cerpen Siklus II..................................................................... 62

    Tabel 7 Kategori Penilaian Kompetensi Memahami Alur Cerpen

    Siklus I dan II ................................................................................ 65

    Tabel 8 Hasil Tes Kemampuan Memahami Alur Cerpen Siklus I................ 78

    Tabel 9 Hasil Tes Memahami Alur Cerpen Siswa Siklus I tiap Butir

    Soal ................................................................................................ 79

    Tabel 10 Perilaku Siswa selama Pembelajaran Siklus I ............................... 83

    Tabel 11 Kendala-kendala Siswa selama Pembelajaran Siklus I ................. 87

    Tabel 12 Saran Siswa terhadap Pembelajaran .............................................. 88

    Tabel 13 Hasil Jawaban Angket Siklus I...................................................... 90

    Tabel 14 Hasil Tes Kemampuan Memahami Alur Cerpen Siklus II............ 95

    Tabel 15 Hasil Tes Memahami Alur Cerpen Siswa Siklus II tiap Butir

    Soal ................................................................................................ 96

    Tabel 16 Perilaku Siswa selama Pembelajaran Siklus II.............................. 100

    Tabel 17 Kendala-kendala Siswa selama Pembelajaran Siklus II ................ 104

    Tabel 18 Saran Siswa terhadap Pembelajaran .............................................. 105

    Tabel 19 Hasil Jawaban Angket Siklus II .................................................... 107

    Tabel 20 Hasil Tes Kemampuan Memahami Alur Cerpen Siklus I dan

    Siklus II ......................................................................................... 113

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    14/210

      xiv

    DAFTAR DIAGRAM

    Diagram 1 Hasil Tes Kemampuan Memahami Alur Cerpen Siklus I........... 79

    Diagram 2 Hasil Tes Kemampuan Memahami Alur Cerpen Siklus II ......... 96

    Diagram 3 Peningkatan Kemampuan Siswa ................................................. 116

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    15/210

      xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Perilaku Negatif Siswa saat Pembelajaran Siklus I...................... 116

    Gambar 2 Sikap Siswa Ketika Mengikuti Pembelajaran Memahami

    Alur Cerpen Melalui Teknik Penyusunan Kembali Visualisasi

    Alur................................................................................................ 118

    Gambar 3 Sikap Siswa ketika Mengerjakan Tugas ...................................... 118

    Gambar 4 Perilaku Siswa saat Pembelajaran Siklus II ................................. 119

    Gambar 5 Perilaku Siswa saat Pembelajaran Siklus II ................................. 120

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    16/210

      xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .......................... 126

    Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ......................... 131

    Lampiran 3 Rubrik Penilaian Kompetensi Memahami Alur Cerpen

    Siklus I..................................................................................... 135

    Lampiran 4 Rubrik Penilaian Kompetensi Memahami Alur Cerpen

    Siklus II ................................................................................... 136

    Lampiran 5 Pedoman Penskoran Jawaban Siswa Kompetensi

    Memahami Alur Cerpen Siklus I ............................................ 137

    Lampiran 6 Pedoman Penskoran Jawaban Siswa Kompetensi

    Memahami Alur Cerpen Siklus II ........................................... 139

    Lampiran 7 Kategori Penilaian Kompetensi Memahami Alur Cerpen....... 141

    Lampiran 8 Naskah Soal Kompetensi Memahami Alur Cerpen Siklus

    I................................................................................................ 142

    Lampiran 9 Naskah Soal Kompetensi Memahami Alur Cerpen Siklus

    II .............................................................................................. 143

    Lampiran 10 Lembar Observasi Siklus I dan II............................................ 144

    Lampiran 11 Jurnal Siswa Siklus I .............................................................. 146

    Lampiran 12 Jurnal Siswa Siklus II.............................................................. 147

    Lampiran 13 Jurnal Guru Siklus I dan II ..................................................... 148

    Lampiran 14 Angket Siklus I dan II ............................................................. 149

    Lampiran 15 Pedoman Wawancara Siklus I dan II ...................................... 150

    Lampiran 16 Pedoman Pengambilan Dokumentasi Foto Siklus I dan II...... 151

    Lampiran 17 Bahan Ajar Siklus I ................................................................. 152

    Lampiran 18 Bahan Ajar Siklus II ................................................................ 159

    Lampiran 19 Bahan Evaluasi siklus I .......................................................... 161

    Lampiran 20 Bahan Evaluasi siklus II ......................................................... 164

    Lampiran 21 Daftar Nilai Awal Kemampuan Memahami AlurCerpen

    Siswa Kelas VIII-1 .................................................................. 167

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    17/210

      xvii

    Lampiran 22 Rincian Nilai Tes Kemampuan Memahami Alur Cerpen

    Siswa Siklus I .......................................................................... 168

    Lampiran 23 Rincian Nilai Tes Kemampuan Memahami Alur Cerpen

    Siswa Siklus II......................................................................... 169

    Lampiran 24 Hasil Observasi Siklus I .......................................................... 170

    Lampiran 25 Hasil Observasi Siklus II......................................................... 172

    Lampiran 26 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I ........................................ 174

    Lampiran 27 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II........................................ 176

    Lampiran 28 Contoh Hasil Angket Siklus I................................................. 178

    Lampiran 29 Contoh Hasil Angket Siklus II ............................................... 180

    Lampiran 30 Contoh Jawaban Tes Siswa Siklus I........................................ 182

    Lampiran 31 Contoh Jawaban Tes Siswa Siklus II ...................................... 184

    Lampiran 32 Contoh Hasil Jurnal Guru Siklus I .......................................... 186

    Lampiran 33 Contoh Hasil Jurnal Guru Siklus I .......................................... 187

    Lampiran 34 Surat-surat Keterangan............................................................ 188

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    18/210

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    19/210

      2

     bahasa Indonesia diarahkan untuk membekali siswa terampil berkomunikasi baik

    secara lisan maupun tertulis. Siswa dilatih lebih banyak menggunakan bahasa

    untuk berkomunikasi, tidak dituntut lebih banyak untuk menguasai pengetahuan

    tentang bahasa.

    Sastra yang merupakan bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia

    memiliki fungsi utama sebagai penghalus budi, peningkat kepekaan rasa

    kemanusiaan, dan kepedulian sosial, menumbuhkan apresiasi budaya dan

     penyalur gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif, baik

    secara lisan maupun tertulis. Melalui sastra siswa diajak untuk memahami,

    menikmati, dan menghayati karya sastra. Pengetahuan tentang sastra hanyalah

    sebagai penunjang dalam mengapresiasi karya sastra (Depdiknas 2003:10).

    Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) disebutkan

     bahwa pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

    kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

    Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta

    menumbuhkan apresiasi terhadap karya sastra.

    Pengenalan budi pekerti yang baik, pengasahan kepekaan rasa

    kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya dan penyaluran

    gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif dapat dilakukan

    melalui berbagai jenis karya sastra, salah satunya adalah cerpen.

    Berdasarkan wawanwacara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia

    dan beberapa siswa yang peneliti lakukan pada hari Rabu, tanggal 7 Februari 2007

    di SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan berkaitan dengan sistem pengajaran,

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    20/210

      3

    sarana dan prasarana pembelajaran, serta kemampuan siswa dalam pembelajaran

     bahasa dan sastra Indonesia khususnya dalam memahami alur cerpen dapat

    diketahui bahwa siswa masih merasa kesulitan dalam pembelajaran. Hal ini

    menunjukkan bahwa masih terdapat kendala yang dapat menggangu tercapainya

    hasil belajar yang maksimal di SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

    Kendala yang muncul dalam proses pembelajaran yang terjadi di SMP 1

    Wiradesa Kabupaten Pekalongan tersebut disebabkan kurang tepatnya pemilihan

    teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Dalam

     proses pembelajaran, guru lebih sering menggunakan teknik ceramah dan

     penugasan. Penugasan dalam hal ini adalah siswa diberi tugas ketika pembelajaran

    kemudian guru meninggalkan kelas sehingga siswa merasa kurang mendapat

     perhatian dari guru. Selain itu, siswa juga tidak dapat memperoleh petunjuk

    apabila mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas karena guru yang

     bersangkutan tida berada di dalam kelas. Keadaan tersebut mengakibatkan siswa

    merasa jenuh bahkan ada yang tidak berminat terhadap pembelajaran bahasa

    Indonesia.

    Keadaan tersebut bertolakan dengan pendapat Dryden dan Vos (Suyatno

    2004:11) yang menyatakan bahwa guru harus memiliki tingkat penyesuaian yang

    cocok dengan siswa sehingga tercipta suatu keadaan yang harmonis di dalam

    kelas. Siswa dapat belajar dengan sangat baik jika berada dalam kondisi ideal

    dengan kasih sayang, kehangatan, dorongan, dan dukungan. Bila hal itu terus

     berlanjut, kesenangan dan kecepatan belajar dapat melekat erat pada diri siswa

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    21/210

      4

    Mengacu pada pernyataan tersebut maka sebaiknya guru dapat

    menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Hal itu dapat

    dilakukan dengan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dan variatif

    sehingga memberikan warna tersendiri bagi siswa.

    Selain pemilihan teknik pembelajaran yang kurang tepat, munculnya

    masalah dalam pembelajaran pemahaman alur cerpen di SMP 1 Wiradesa

    Kabupaten Pekalongan juga disebabkan oleh penggunaan bahan ajar yang kurang

     bervariasi. Dalam pembelajaran guru hendaknya menggunakan bahan ajar yang

    lebih variatif sehingga siswa merasa selalu menemukan hal yang baru setelah

    mengikuti proses pembelajaran. Misalnya pada pembelajaran cerpen siswa dapat

    diajak berkunjung ke perpustakaan sehingga siswa dapat mengetahui beragam

    cerpen yang ada, selain itu juga siswa tidak akan merasa bosan karena

    memperoleh suasana belajar yang berbeda.

    Pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di SMP 1 Wiradesa Kabupaten

    Pekalongan tidaklah demikian, guru hanya melakukan proses pembelajaran di

    dalam kelas dengan menggunakan bahan ajar yang seadanya, tanpa mengadakan

    variasi bahan ajar yang lebih banyak dan menarik. Hal tersebut mungkin

    disebabkan oleh kurangnya kreativitas guru dalam memilih bahan ajar dan

    minimnya optimalisasi pihak sekolah dalam memberikan fasiltas belajar, dalam

    hal ini adalah perpustakaan yang merupakan sumber referensi utama siswa.

    Perpustakaan sekolah yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal

    sebagai penunjang belajar siswa tidak dapat dimaksimalkan penggunaannya

    karena kurangnya buku-buku yang tersedia.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    22/210

      5

    Hal lain yang menyebabkan siswa merasa sulit untuk mengikuti

     pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam memahami alur

    cerpen adalah kurangnya pengetahuan siswa terhadap hakikat cerpen itu sendiri.

    Siswa hanya tahu bahwa cerpen adalah sebuah karangan yang berisi cerita.

    Mereka tidak bisa mengkaji lebih dalam apa saja unsur-unsur cerpen itu,

     bagaimana alur, tokoh, seting dan pesan apa yang hendak disampaikan oleh

     pengarang.

    Permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran tersebut tentunya

    tidak hanya disebabkan oleh guru tetapi juga siswa, seperti yang dinyatakan oleh

    Tarigan (dalam Rahayu 2001:5) bahwa keberhasilan proses pembelajaran bahasa

    ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu prestasi pembelajar, prestasi pengajar, dan

     prestasi sistem (yang melibatkan pembelajar dan pengajar).

    Pendapat tersebut diperkuat oleh Subana dan Sunarti (tt:357) yang

    menyatakan bahwa keberhasilan pembelajaran dipengaruhi dua hal yaitu proses

     pengajaran dan pengelolaan kelas dimana keduaya tidak hanya melibatkan guru

    tetapi juga siswa.

    Sikap siswa yang kurang serius dalam mengikuti pembelajaran

    mengakibatkan materi yang telah disampaikan oleh guru tidak terserap dengan

     baik. Dalam proses pembelajaran kebanyakan siswa tidak mendengarkan

     penjelasan guru, mereka justru asik bercerita kepada rekan semejanya. Selain hal

    itu, minat baca siswa terhadap karya sastra juga sangat kecil. Mereka merasa

    kesulitan untuk memahami isi sebuah cerpen dan pada akhirnya mereka merasa

    malas untuk membacanya bahkan cenderung tidak berminat. Kebanyakan siswa

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    23/210

      6

    lebih memilih bermain atau sekedar duduk-duduk sambil bercerita dengan rekan-

    rekannya jika dibandingkan dengan membaca cerpen.

    Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti bermaksud memberikan sebuah

    solusi untuk mengatasi kurang tepatnya teknik pembelajaran pemahaman alur

    cerpen. Melalui penyusunan kembali visualisasi alur cerpen, diharapkan siswa

    dapat membedakan berbagai alur yang ada dan pada akhirnya mereka mampu

    memahami isi cerpen secara keseluruhan.

    Teknik ini mengajak siswa untuk belajar sambil bermain sekaligus

    mengaitkan kejadian-kejadian yang ada cerpen dengan kehidupan nyata. Sesuai

    dengan tingkatan perkembangan psikologis anak-anak sekolah dasar dan

    menengah, anak-anak usia 13-16 tahun berada pada tahap realistik yang sangat

     berminat dengan realitas. Mereka akan selalu berusaha untuk mengetahui dan

    memahami masalah-masalah yang terjadi dalam dunia nyata (Rahmanto 1993:30).

    Adapun media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran dengan

    teknik ini adalah gambar karena dengan menggunakan gambar, siswa lebih dapat

    memahami peristiwa yang terjadi. Dengan menggunakan gambar siswa seolah-

    olah melihat sendiri peristiwa yang terjadi sehingga pemahaman terhadap isi

    cerpen akan lebih mudah dicapai.

    Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

    tindakan kelas berkaitan dengan peningkatan kemampuan memahami alur cerpen

    melalui teknik penyusunan kembali visualisasi alur pada siswa SMP kelas VIII-1

    SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    24/210

      7

    1.2  Identifikasi Masalah

    Ada berbagai masalah yang muncul dalam pembelajaran alur cerpen di

    sekolah. Munculnya berbagai masalah tersebut dapat disebabkan oleh beberapa

     pihak baik dari pihak guru, sekolah maupun siswa.

    Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran alur cerpen di SMP 1

    Wiradesa Kabupaten Pekalongan antara lain adalah penggunaan teknik pengajaran

    yang kurang tepat sehingga mengakibatkan rendahnya kemampuan siswa

    khususnya tentang memahami alur cerpen. Teknik yang digunakan guru selama

    ini sudah cukup baik yaitu siswa diajak untuk menganalisis sebuah cerpen secara

    langsung melalui penugasan. Penggunan teknik ini memang sudah baik namun

     pada kenyataannya siswa justru merasa kesulitan karena siswa tidak dibimbing

    secara langsung melainkan melalui penugasan, yaitu guru masuk kelas kemudian

    memberi tugas dan kelas ditinggal. Hal ini menyebabkan siswa tidak memiliki

    kemampuan dalam mencapai kompetensi tersebut. Oleh sebab itu, teknik yang

    digunakan oleh guru harus diperbaiki yaitu dengan mencari teknik lain yang lebih

    tepat agar siswa mencapai kompetensi yang diharapkan.

    Permasalahan dalam pembelajaran alur cerpen yang lain yang muncul

    adalah siswa sulit memahami isi sebuah cerita. Hal tersebut terjadi karena

    kecilnya minat baca siswa terhadap karya sastra. Mereka kurang termotivasi untuk

    membaca karya sastra. Siswa lebih memilih bermain atau sekedar bercerita

    dengan rekannya dibanding dengan membaca. Dengan adanya kondisi tersebut

     perlu adanya upaya pemberian motivasi agar siswa lebih tertarik untuk membaca,

    khususnya membaca cerpen dan karya sastra lainnya.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    25/210

      8

    Selain dari kedua faktor tersebut, yaitu guru dan siswa, permasalahan

    dalam pembelajaran yang muncul di SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan juga

    disebabkan oleh faktor lingkungan. Beberapa masalah yang muncul karena faktor

    lingkungan sekolah adalah kondisi lingkungan sekolah yang mempunyai lahan

    yang luas belum dimanfaatkan secara optimal, misalnya pemanfaatan lahan

    sekolah dan perpustakaan untuk proses pembelajaran masih belum dilakukan

    sebagai alternatif pembelajaran di luar kelas. Selain itu, lokasi sekolah yang jauh

    dari perpustakaan umum juga turut mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa,

    karena mereka tidak bisa mencari referensi tambahan untuk kegiatan belajar

    mereka.

    Hal lain yang turut memunculkan masalah dalam pembelajaran di SMP 1

    Wiradesa Kabupaten Pekalongan berkaitan dengan faktor lingkungan adalah letak

    gedung sekolah yang sangat dekat dengan jalur transportasi antarkota. Hal

    tersebut menyebabkan siswa sulit berkonsentrasi terhadap pelajaran karena suara

     bising dari jalan raya.

    1.3 Pembatasan Masalah

    Berdasarkan uraian masalah tersebut, perlu adanya pembatasan masalah

    agar penelitian ini memperoleh hasil yang baik. Penelitian ini terbatas pada teknik

    yang digunakan guru dalam mengajar siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 1 Wiradesa

    Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007, khususnya mengenai

     pemahaman alur cerpen.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    26/210

      9

    1.4 Rumusan Masalah

    Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

    1. 

    Bagaimana peningkatan kemampuan siswa kelas VIII-1 SMP 1 Wiradesa

    Kabupaten Pekalongan dalam memahami alur cerpen setelah mengikuti

     pembelajaran dengan teknik penyusunan kembali visualisasi alur?

    2.  Bagaimana perubahan perilaku siswa kelas VIII-1 SMP 1 Wiradesa

    Kabupaten Pekalongan dalam pembelajaran setelah mengikuti

     pembelajaran dengan teknik penyusunan kembali visualisasi alur?

    1.5 Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

    1. 

    Mendeskripsikan peningkatan kemampuan siswa kelas VIII-1 SMP 1

    Wiradesa Kabupaten Pekalongan dalam memahami alur cerpen setelah

    mengikuti pembelajaran yang didesain dengan teknik penyusunan kembali

    visualisasi alur.

    2.  Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas VIII-1 SMP 1 Wiradesa

    Kabupaten Pekalongan dalam pembelajaran setelah mengikuti

     pembelajaran melalui teknik penyusunan kembali visualisasi alur.

    1.6 Manfaat Penelitian

    Penelitian ini memiliki beberapa manfaat bagi beberapa pihak baik secara

    teoretis maupun secara praktis.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    27/210

      10

    1.  Manfaat Teoretis

    Penelitian ini membuahkan manfaat teoretis yaitu dapat memberikan

    sumbangan pemikiran dan tolok ukur kajian pada penelitian lebih lanjut dan

    menambah khasanah pengembangan kemampuan memahami alur cerpen,

    terutama penggunaan teknik visuslisasi alur cerpen dalam pembelajaran untuk

    meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi cerpen dan karya sastra

    lain.

    2.  Manfaat Praktis

    Secara praktis penelitian ini akan bermanfaat bagi guru dan peneliti lain.

    Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pemecahan masalah yang

     berkaitan dengan upaya guru dalam meningkatkan kemampuan memahami alur

    cerpen. Selain itu juga dapat bermanfaat untuk memperbarui cara pembelajaran

    sastra, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya

    kemampuan memahami alur cerpen dengan teknik visuslisasi alur cerpen.

    Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

    hipotesis atas penelitian yang akan dilaksanakan. Selain itu penelitian ini juga

    dapat dijadikan sebagai penambah wawasan mengenai penggunaan teknik

    visuslisasi alur cerpen dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran sastra.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    28/210

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    29/210

      12

    anggapan jika siswa telah mampu memahami alur cerpen dengan baik maka ia

    akan dapat memahami keseluruhan cerpen tersebut dengan baik pula.

    Perbedaan antara kedua penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah

     pada teknik pengajarannya. Teknik yang digunakan dalam kedua penelitian

    tersebut adalah teknik pemberian tugas rumah pada siswa, sedangkan dalam

     penelitian ini peneliti menggunakan teknik penyusunan kembali visualisasi alur.

    Meskipun teknik yang digunakan dalam penelitian yang telah dilakukan tersebut

    menghasilkan adanya peningkatan kemampuan siswa tetapi teknik tersebut masih

    mempunyai kelemahan, yaitu kurangnya pengawasan guru atau peneliti terhadap

    siswa dalam mengerjakan tugas karena tugas yang diberikan adalah tugas rumah

    sehingga tidak terjalin komunikasi yang baik antara pengajar dengan siswa. Tugas

    rumah yang diberikan guru menutup kemungkinan terbentuknya pengajaran

    terbimbing karena dengan pemberian tugas rumah berarti siswa tidak bisa secara

    cepat menanyakan segala sesuatu yang mungkin belum dipahami atau tidak

    dimengerti oleh siswa kepada gurunya berkaitan dengan materi yang diajarkan,

    dalam hal ini adalah cerpen.

    Penelitian lain yang sejenis dengan penelitian yang peneliti lakukan

    tentang penggunaan gambar sebagai media pembelajaran adalah penelitian yang

    telah dilakukan oleh MF. Tri Prihnaningsih pada tahun 2004 dalam skripsi yang

     berjudul Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Isi Bacaan melalui

     Media Gambar Seri pada Siswa Kelas III SD PL Bernadus Tahun Pelajaran

    2004/2004  dan penelitian yang telah dilakukan oleh Syamsiyah (2002) yang

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    30/210

      13

    menulis skripsi berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi dengan

     Media Gambar Seri di SLTP Kaliwiro Kabupaten Wonosobo.

    Prihnaningsih (2004) menyatakan bahwa penggunaan gambar sebagai

    media pembelajaran sangat efektif karena dapat meningkatkan kemampuan

     belajar siswa dan dapat mengubah perilaku negatif siswa dalam proses

     pembelajaran, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Syamsiyah (2002)

    menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis deskripsi siswa setelah

    digunakannya media gambar seri. Pada siklus pertama, keterampilan siswa

    meningkat 3, 6%, sedangkan pada siklus kedua keterampilan siswa meningkat 5,

    6%. Berdasarkan data nontes dapat diketahui bahwa perilaku positif siswa

    meningkat. Dengan gambar seri siswa lebih mudah dan lebih cepat menemukan

    ide. Siswa yang tadinya acuh tak acuh, bermalas-malasan, dan tidak tertarik,

    menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.

    Media yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh

    Prihnaningsih dan Syamsiyah mempunyai persamaan dengan penelitian yang

     peneliti lakukan, yaitu gambar seri. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

    Prihnaningsih, media gambar seri digunakan dalam pembelajaran bercerita,

    sedangkan oleh Syamsiyah gambar sebagai media pembelajaran menulis deskripsi

    dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan gambar seri sebagai media dalam

     pembelajaran memahami alur cerpen.

    Penelitian lain yang sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian yang

    dilakukan oleh Ginarsa dkk. pada tahun 1985 dalam buku Struktur Novel dan

    Cerpen Sastra Bali Modern  yang diterbitkan Pusat Pembinaan Dan

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    31/210

      14

    Pengembangan Bahasa. Penelitian tersebut membahas struktur dan berbagai hal

    yang berkaitan dengan novel dan cerpen, khususnya novel dan cerpen Bali. Selain

    mengkaji struktur novel dan cerpen, penelitian tersebut juga menyajikan berbagai

     jenis alur yang digunakan dalam karya sastra khususnya novel-novel dan cerpen-

    cerpen Bali. Adapun relevansi penelitian Ginarsa dkk. dengan penelitian ini

    adalah keduanya membahas berbagai macam alur cerpen.

    Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan

    siswa dalam mengapresiasi karya sastra khususnya cerpen masih relatif rendah

    sehingga perlu diadakan upaya peningkatan kemampuan mengapresiasi cerpen

    dengan mengunakan metode atau teknik pembelajaran yang bervariasi karena

    setiap penelitian yang dilakukan memiliki kebaruan dengan hasil yang berbeda.

    Penelitian-penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa

    dalam mengapresiasi cerpen.

    Para peneliti terdahulu telah menggunakan teknik maupun media yang

     bervariasi dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa, baik pada tingkat

    SMP/MTs maupun MAN/SMA/SMK. Terkait dengan penelitian yang sudah ada

    tersebut peneliti melakukan penelitian peningkatan kemampuan memahami alur

    cerpen melalui teknik penyusunan kembali visualisasi alur.

    Penelitian ini berfungsi sebagai pelengkap dan pengembang dari

     penelitian-penelitian yang sudah ada. Pemilihan teknik penyusunan kembali

    visualisasi alur dalam pembelajaran sastra merupakan alternatif peningkatan

    kemampuan mengapresiasi karya sastra khususnya cerpen pada siswa kelas VIII-1

    SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    32/210

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    33/210

      16

     penilaian lain yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik tetapi secara

     personal cukup dimiliki oleh pembaca.

    Sejalan dengan rumusan pengertian apresiasi tersebut, Effendi (dalam

    Aminuddin 2002:35) mengemukakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan

    menggauli sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian,

     penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap

    karya sastra

    2.2.1.2 Kedudukan Apresiasi Sastra dalam Kurikulum

    Telah kita ketahui betapa eratnya hubungan antara bahasa dan sastra.

    Berbagai hasil penelitian modern semakin menguatkan anggapan bahwa bahasa

    dan sastra memang merupakan dua unsur kebudayaan manusia yang berkaitan

    satu sama lain. Keduanya mempunyai dan menunjukkan tingkat integritas yang

    tinggi. Hal ini akan semakin tampak terutama jika dikaitkan dengan masalah-

    masalah keilmuan, yaitu faktor keterkaitan antara ilmu bahasa dan ilmu sastra,

    dimana fungsi sastra atau fungsi puisi ( poetic function) dipandang sebagai salah

    satu fungsi bahasa.

    Sejalan dengan pandangan tersebut, Jakobson (dalam Jamaluddin 2003:34)

    menyatakan “The set (Einsteliung)towards message as such, focus on the message

     for its own sake, is the poetic function of language” sementara Mukarovsky

    (dalam Jamaluddin 2003:34) menyatakan “The finction of poetic language

    consists in the maximum foregrounding of the utterance”

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    34/210

      17

    Hubungan antara bahasa dan sastra juga ditunjukkan oleh kenyataan

     bahwa tanpa dasar penguasaan bahasa yang baik, seseoarang tidak akan dapat

    memahami maupun menciptakan karya-karya sastra dengan baik.

    Berdasarkan uraian di atas, sangat beralasan jika dalam konteks

     pendidikan di Indonesia, pembelajaran bahasa selalu diikuti dengan pembelajaran

    sastra atau dengan kata lain pembelajaran sastra tidak terpisahkan dengan

     pembelajaran bahasa. Seperti yang tercantum dalam kurikulum pendidikan yang

    kita gunakan, baik kurikulum 1994, 1999, 2004 yang lebih dikenal dengan

    sebutan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sampai pada Kurikulum Tingkat

    Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 aspek pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

    selalu terdiri atas aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra.

    Salah satu aspek kemampuan bersastra yang dipelajari dalam Kurikulum

    Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 adalah memahami wacana sastra melalui

    kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen). Dalam standar

    kompetensi tersebut siswa dituntut mampu memahami karya sastra dimana

    kegiatan tersebut merupakan kegiatan mengapresiasi karya sastra.

    Bentuk kegiatan mengapresiasi karya sastra dapat berwujud kegiatan

    langsung maupun tak langsung yang dapat dilakukan dengan cara membaca atau

    memahami karya-karya sastra kreatif secara langsung dengan berbagai bentuk dan

    ragamnya.

    2.2.1.3 

    Hakikat Pembelajaran Sastra

    Tujuan umum pembelajaran sastra berdasarkan kurikulum 2004 mata

     pelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah siswa mampu menikmati,

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    35/210

      18

    memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian,

    memperluas wawasan kehidupan, serta untuk meningkatkan pengetahuan dan

    kemampuan bersastra.

    Adapun tujuan pembelajaran khusus pembelajaran sastra adalah siswa

    mampu menikmati, memahami, dan mengambil manfaat dari kegiatan mambaca

    sastra sehingga pada akhirnya siswa mampu menerapkan temuan dari hasil

    membaca tersebut ke dalam kehidupan nyata.

    Pembelajaran apresiasi sastra khususnya cerpen bertujuan agar siswa

    mampu membaca karya sastra dengan penghayatannya dan mampu memahami

     berbagai cara pengungkapan perasaan dan gagasan dalam karya sastra, selain itu

     juga siswa mampu menangkap dan membicarakan isinya dalam kaitannya dengan

    kehidupan sehari-hari, serta mampu mengungkapkan nilai-nilai yang ada dalam

    karya sastra, membaca dan mendiskusikan unsur-unsur pembentuknya.

    Selain itu, pengajaran sastra juga bertujuan agar siswa memiliki rasa peka

    terhadap karya sastra sehingga mau menghargai dan membacanya. Dengan

    membaca karya sastra diharapkan siswa dapat memperoleh pengertian yang baik

    tentang manusia dan kemanusiaan, mengenal nilai-nilai dan memperoleh ide-ide

     baru.

    Berkaitan dengan hal terebut, dalam kurikulum 2004 disebutkan bahwa

    fungsi utama sastra adalah sebagai penghalus budi, peningkatan rasa kepekaan,

    rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya dan

     penyaluran gagasan, imaginasi dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif, baik

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    36/210

      19

    secara lisan maupun tertulis. Melalui sastra siswa diajak untuk memahami,

    menikmati dan menghayati karya sastra.

    Rahmanto (1993:16) menyatakan bahwa pembelajaran sastra dapat

    membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat,

    yaitu (1) membantu ketrempilan berbahasa, (2) meningkatkan pengetahuan

     budaya, (3) mengembangkan cipta dan karsa, dan (4) menunjang pembentukan

    watak.

    Dengan demikian, pada dasarnya pengajaran sastra sangat penting

    dilakukan guna mencapai tujuan yang pada awalnya hanya digerakkan dari

     pencapaian pengetahuan dan pengembangan keterampilan yang pada akhirnya

    diarahkan pada terbentuknya sikap positif siswa baik terhadap karya sastra itu

    sendiri, dan terlebih lagi pada hal-hal lain di luar karya sastra yang berkaitan

    dengan kehidupan nyata.

    Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal dan manfaat serta

    fungsi sastra dapat berjalan sebagaimana mestinya, maka dibutuhkan suatu cara

     pengajaran sastra yang efektif dan efisien. Adapun salah satu alternatif yang

     peneliti ajukan adalah pembelajaran dengan menggunakan teknik penyusunan

    kembali visualisasi alur yang dapat digunakan pada pembelajaran memahami alur

    cerpen.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    37/210

      20

    2.2.2  Hakikat Cerpen

    2.2.2.1 

    Pengertian Cerpen

    Cerita pendek atau yang sekarang ini lebih dikenal dengan singkatan

    cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang berupa prosa fiksi yang

    cukup digemari oleh sebagian besar kalangan masyarakat pecinta baca. Menurut

    Suharianto (1982:39-40) predikat “pendek” yang melekat pada “cerita pendek”

     bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau

    sedikitnya tokoh yang terdapat dalam cerita tersebut, melainkan lebih disebabkan

    oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra

    tersebut. Jadi sebuah cerita pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis

    cerita pendek, jika ruang lingkup permasalahan yang diungkapkannya tidak

    memenuhi persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek.

    Cerpen merupakan sebuah wadah yang biasanya dipakai oleh pengarang

    untuk menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling

    menarik perhatian orang. Jadi sebuah cerpen hanya akan memusatkan

     perhatiannya pada tokoh utama dan permasalannya yang paling menonjol dan

    menjadi pokok cerita pengarang.

    Menurut Sumarjo dan Saini (dalam Hartati 2000:17) secara umum cerpen

    dapat diartikan sebagai cerita atau narasi (bukan analisis argumentasi) yang fiktif

    (tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) dan

    relatif pendek.

     Nurgiantoro (2002:10) menyatakan bahwa cerita pendek adalah cerita

    yang pendek. Akan tetapi berapa ukuran panjang pendek itu memang tidak ada

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    38/210

      21

    aturannya, tidak ada satu kesepakatan diantara satu pengarang dengan pengarang

    yang lain. Edgar Allan Poc (dalam Nurgiantoro 2002:10) mengatakan bahwa

    cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira

     berkisar antara setengah sampai dua jam. Suatu hal yang kiranya tidak mengkin

    untuk sebuah novel.

    Prosa fiksi, termasuk di dalamnya adalah cerpen menurut Aminuddin

    (2002:66) merupakan kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku

    tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang

     bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita.

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

    cerpen adalah cerita fiksi berupa prosa yang relatif pendek dan padat, yang

    ceritanya terpusat pada satu peristiwa pokok sehingga jumlah dan pengembangan

     pelakunya terbatas dan keseluruhan dari ceritanya merupakan suatu kepaduan

    yang memberikan kesan tunggal.

    2.2.2.2 Ciri-Ciri Cerpen

    Sumardjo dan Saini (1994:36-37) mengatakan bahwa ada tiga ciri dasar

    cerpen, yaitu cerita yang pendek, bersifat rekaan ( fiction) dan memiliki sifat

    naratif atau penceritaan.

    Menurut Tarigan (dalam Rahayu 2001:9) sebuah karya sastra dapat disebut

    sebagai cerpen apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

    (1) 

     berbentuk singkat, padu dan intensif

    (2) 

    memiliki unsur-unsur adegan tokoh dan gerak

    (3)   bahasanya tajam, sugestif dan menarik perhatian

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    39/210

      22

    (4)  mengandung interpretasi pengarang tentang konsepnya mengenai kehidupan

     baik secara langsung maupun tidak langsung

    (5) 

    menimbulkan suatu efek atau kesan dalam pikiran pembaca

    (6)   jalan ceritanya menarik pembaca

    (7)  mengandung detail-detail insiden yang dipilih dengan sengaja dan dapat

    menimbulkan pertanyaan dalam pikiran pembaca

    (8)  insiden utama dalam cerita tersebut menguasai jalan ceritanya

    (9)  memiliki seorang pelaku utama

    (10)  mempunyai satu kesan yang menarik

    (11) 

    tergantung dari satu situasi

    (12) 

    memberikan satu inspirasi tunggal

    (13)  memberikan sustu kebulatan efek

    (14) 

    menyajikan suatu emosi.

    Di sisi lain, Haryati (2003:16) menyebutkan ciri-ciri cerpen adalah

    ceritanya bersifat fiksi, bentuknya singkat dan padat, ceritanya berpusat pada satu

     peristiwa, jumlah dan pengembangan efek atau kesannya tunggal. 

    2.2.2.3 Unsur-Unsur Cerpen

    Segala sesuatu yang ada di dunia ini pastilah terbangun atas beberapa

    unsur, begitu pula dengan cerpen yang terbangun atas beberapa unsur. Menurut

    Sumardjo dan Saini (1994:37) sebuah cerpen terbentuk atas beberapa unsur, yaitu

     peristiwa cerita (alur atau plot), tokoh cerita (karakter), tema cerita, suasana cerita

    (mood  dan atmosfir  cerita), latar cerita (setting), sudut pandangan cerita ( point of

    view), dan gaya (style) pengarangnya.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    40/210

      23

    Pada satu sisi, Culler (dalam Sudjiman 1988:11) menyatakan bahwa unsur

    terpenting sebuah cerita adalah alur, tema, dan tokoh. Menurut Haryati (2003:18)

    sebuah prosa fiksi terdiri atas dua unsur yaitu unsur bentuk dan isi. Lain halnya

    dengan pendapat Staton (dalam Haryati 2003:18) yang membagi unsur

     pembangun prosa fiksi menjadi tiga bagian, yakni:

    (1) fakta cerita yang meliputi unsur alur, tokoh dan latar

    (2) sarana cerita, meliputi judul, sudut pandang dan gaya (bahasa

    (3) tema cerita.

    Suharianto (1982:28-37) menyatakan bahwa ada delapan unsur

     pembangun sebuah karya sastra. Kedelapan unsur pembangun tersebut adalah

    tema, alur, penokohan, latar, tegangan dan padahan, suasana, pusat pengisahan

    atau sudut pandang dan gaya bahasa. Selain kedua ahli tersebut, masih ada ahli-

    ahli lain seperti Aminuddin (2002:66) yang berpendapat bahwa sebuah karya

    sastra (cerpen) mengandung beberapa unsur, yaitu pengarang atau narator, isi

     penciptaan, media penyampai isi berupa bahasa dan elemen-elemen fiksional atau

    unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi

    suatu wacana.

    Menurut Nurgiyantoro (2002:10) sebuah prosa fiksi pasti terbentuk oleh

    unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan hal-hal yang secara

    langsung membangun cerita seperti peristiwa, cerita, plot, tema, tokoh dan

     penokohan, latar, gaya (bahasa) dan sudut pandang. Unsur ekstrinsik merupakan

    hal-hal di luar cerita yang turut mempengaruhi terbentuknya suatu cerita, misalnya

    keadaan psikologis pengarang, lingkungan pengarang dll.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    41/210

      24

    2.2.3  Hakikat Alur

    2.2.3.1 

    Pengertian Alur

    Sebuah cerita pendek selalu dibentuk dan terjadi karena adanya rentetan

     peristiwa. Peristiwa dalam cerita tersebut dapat berupa kejadian nyata atau hanya

    rekaan dan khayalan dari pengarangnya saja. Pengarang menggambarkan

    kejadian-kejadian tersebut melalui tokoh-tokohnya. Tokoh-tokoh ini melakukan

     peran masing-masing sehingga timbul situasi konflik yang dinamakan alur atau

     plot (Girsana dkk., 1985:11).

    Menurut Luxemburg dkk. (1989:149) yang dinamakan alur ialah

    konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara

    logik dan kronologik saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami oleh para

     pelaku. Staton (dalam Nurgiantoro 2002:113) mengemukakan bahwa plot adalah

    cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan

    secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya

     peristiwa yang lain.

    Kenny (dalam Nurgiyantoro 2002:113) mendefinisikan plot sebagai

     peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana,

    karena pengarang menyusun peristiwa tersebut berdasarkan kaitan sebab akibat.

    Hal senada juga disebutkan oleh Forster (dalam Nurgiantoro 2002:113) yang

    mengatakan bahwa plot adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai

     penekanan pada adanya hubungan kausalitas.

    Penampilan peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan diri pada

    urutan waktu saja belum merupakan plot. Agar menjadi sebuah plot, peristiwa-

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    42/210

      25

     peristiwa itu harus diolah dan disiasati secara kreatif sehingga hasil pengolahan

    dan penyiasatannya itu menjadi sesuatu yang indah dan menarik. Menurut

    Suharianto (1982:28) plot adalah cara pengarang menjalin kejadian-kejadian

    secara beruntun dengan memerhatikan hukum sebab akibat sehingga merupakan

    kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Aminuddin (2002:83) juga turut melengkapi

    definisi tentang plot. Beliau meyatakan plot atau alur dalam cerpen adalah

    rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin

    suatu cerita yang dihadirakn oleh para pelaku dalam suatu cerita.

    Secara garis besar dapat peneliti katakan bahwa alur adalah rangkaian

     peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita yang diungkap berdasarkan hubungan

    kausalitas.

    2.2.3.2 Tahap-Tahap Alur

    Menurut Suharianto (1982: 28-29) alur atau plot sebuah cerita biasanya

    terdiri atas 5 bagian sebagai berikut:

    (1) Pemaparan atau pendahuluan, yaitu bagian cerita tempat pengarang mulai

    melukiskan suatu keadaan yang merupakan awal cerita;

    (2) Penggawatan, yaitu bagian yang melukiskan tokoh-tokoh yang terlibat dalam

    cerita mulai bergerak. Pada bagian ini secara bertahap terasakan adanya

    konflik dalam cerita. Konflik tersebut dapat terjadi antartokoh dan dapat pula

    antara tokoh dengan hati nuraninya sendiri;

    (3) 

    Penanjakan, yaitu bagian cerita yang melukiskan konflik mulai memuncak.;

    (4) 

    Puncak atau klimaks, yaitu bagian yang melukiskan peristiwa pemcapaian

     puncaknya;

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    43/210

      26

    (5) Peleraian, pada bagian ini pengarang memberikan pemacahan dari semua

     peristiwa yang telah terjadi dalam cerita atau bagian-bagian sebelumnya.

    Berbeda dengan Suharianto, Aristoteles (dalam Nurgiyantoro 2002:142-

    149) hanya membagi tahap-tahap alur ke dalam tiga bagian, yaitu tahap awal

    (beginning), tengah (midle) dan akhir (end ).

    Tahap awal (beginning) sebuah cerita biasanya disebut sebagai tahap

     perkenalan. Tahap ini umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan

    dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap selanjutnya. Pada

    tahap ini biasanya mulai dimunculkan tokoh-tokoh ceritanya dan sedikit

     perwatakannya.

    Fungsi pokok tahap awal atau pembukaan ini adalah untuk memberikan

    informasi dan penjelasan seperlunya khususnya yang berkaitan dengan masalah

     palataran dan penokohan.

    Pertahapan alur yang kedua adalah tahap tengah (midle), tahap ini juga

    dapat disebut sebagai tahap pertikaian. Tahap ini memunculkan konflik atau

     pertikaian yang semakin meningkat jika dibandingkan dengan pemunculan

    masalah atau konflik pada tahap sebelumnya.

    Dalam tahap tengah inilah klimaks ditampilkan, yaitu ketika konflik utama

     pada sebuah cerita telah mencapai titik intensitas tertinggi. Bagian tengah cerita

    ini merupakan bagian terpanjang dan terpenting dari sebuah karya fiksi karena

     pada bagian inilah inti ceritanya disajikan.

    Tahap akhir sebuah cerita disebut juga sebagai tahap peleraian yang

    menampilkan adegan-adegan tertentu sebagai akibat klimaks, sehingga dapat

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    44/210

      27

    dikatakan bagian ini berisi tentang bagaimana akhir dari sebuah cerita. Dalam

    teori klasiknya, Aristotetes membedakan penyelesaian ke dalam dua macam

    kemungkinan, yaitu kebahagiaan (happy end ) dan kesedihan (sad end ).

    Selain rincian tahap-tahap alur di atas, masih ada perincian lain yang

    dikemukakan oleh Tasrif. Beliau (dalam Nurgiyantoro 2002:149-150)

    membedakan tahap-tahap alur dalam lima bagian, yaitu:

    (1) Tahap situasion (tahap penyituasian). Tahap ini merupakan tahap pembukaan

    cerita, pemberian informasi awal, dan yang paling utama adalah tahap ini

     berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap

     berikutnya.

    (2) 

    Tahap generating circumstances (tahap pemunculan konflik). Tahap ini

    merupakan tahap awal pemunculan konflik yang selanjutnya konflik-konflik

    tersebut akan berkembang pada tahap berikutnya.

    (3) 

    Tahap rising action (tahap peningkatan konflik). Pada tahap ini, konflik-

    konflik yang telah muncul pada tahap sebelumnya mulai berkembang dan

    kadar intensitasnya semakin tinggi. Peristiwa-peristiwa dramatik yang

    menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan.

    (4) 

    Tahap climax (tahap klimaks). Tahap ini menampilkan puncak intensitas

     permasalahan yang ada peda sebuah cerita.

    (5) Tahap denoument (tahap penyelesaian). Konflik yang telah mencapai klimaks

    mulai menemukan penyelasaiannya pada tahap ini.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    45/210

      28

    Montage dan Henshaw (dalam Aminuddin 2002:84) menggunakan istilah

    yang hampir sama dengan Tasrif dalam menyebutkan tahap-tahap alur, menurut

    mereka tahap-tahap alur terbagi menjadi tujuh bagian yaitu:

    (1) Tahap exposition, yakni tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat

    terjadinya peritiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita.

    (2) Tahap inciting force, yaitu tahap ketika timbul kekuatan, kehendak ataupun

     perilaku yang bertentangan dengan pelaku.

    (3) Tahap rising action adalah tahap dimana situasi mulai memanas karena

     pelaku-pelaku dalam cerita mulai berkonflik.

    (4) 

    Tahap crisis merupakan penggambaran situasi yang semakin memanas karena

     pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh pengarang.

    (5) Tahap climax yaitu situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang

     paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya sendiri-

    sendiri.

    (6) Tahap  falling action  pada tahap ini kadar konflik sudah mulai menurun

    sehingga ketegangan dalam ceria sudah mulai mereda.

    (7) Tahap conclusion yaitu penyelesaian cerita.

    2.2.3.3 

    Jenis-Jenis Alur

    Plot sebuah cerita bagaimanapun jenisnya, sudah dapat dipastikan di

    dalamnya mengandung unsur waktu, baik dikemukakan secara eksplisit maupun

    implisit. Oleh karena itu, dalam sebuah cerita, sebuah teks naratif, tentulah ada

    awal kejadian, diikuti oleh kejadian-kejadian selanjutnya dan mungkin saja ada

    akhirnya. Plot sebuah karya fiksi tidak selalu menyajikan urutan peristiwa secara

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    46/210

      29

    kronologis dan runtut tetapi dapat dimulai dan diakhiri dengan kejadian yang

    manapun tanpa ada keharusan untuk memulai dari peristiwa pertama dan

    mengakhirinya dengan peristiwa terakhir. Dengan kata lain, tahap awal cerita

    tidak harus berada pada bagian awal cerita, tetapi dapat terletak pada bagian

    manapun.

    Berdasarkan kriteria urutan waktu, plot dapat dibedakan menjadi plot lurus

    atau progresif, dan plot sorot-balik ( flash-back ) atau regresif (Nurgiantoro

    2002:153). Plot dikatakan progresif jika secara runtut cerita dimulai dari tahap

    awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat,

    klimaks), dan akhir (penyelesaian). Sedangkan urutan kejadian yang dikisahkan

     pada penggunaan alur sorot balik tidak dikisahkan secara kronologis, cerita tidak

    dimulai dari tahap awal (yang benar-benar merupakan awal cerita secara logika),

    melainkan dimulai dari tahap tengah atau bahkan dari tahap akhir baru kemudian

    tahap awal diungkap.

    Suharianto (1982:29) membedakan plot sebuah cerita menjadi tiga jenis

    alur dalam cerita jika dilihat dari cara menyusun bagian-bagian plotnya, yaitu alur

    lurus dan alur sorot balik. Suatu cerita dikatakan beralur lurus jika cerita tersebut

    disusun mulai dari kejadian awal yang diikuti oleh kejadian-kejadian selanjutnya

    dan berakhir pada sebuah pemacahan masalah. Apabila suatu cerita disusun

    sebaliknya, yakni disusun dari bagian akhir dan bergerak ke depan menuju titik

    awal cerita maka cerita tersebut dapat dikatakan mempunyai alur sorot balik.

    Di samping kedua jenis alur tersebut, masih ada cerita yang menggunakan

    keduanya secara bergantian, maksudnya sebaian cerita menggunakan alur lurus

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    47/210

      30

    dan sebagian lagi menggunakan alur sorot balik. Cerita yang demikian itu disebut

    menggunakan alur gabungan.

    Selain membedakan plot berdasarkan cara penyusunan bagian-bagiannya, 

    Suharianto (1982:30) juga membedakan plot berdasarkan padu atau tidaknya alur

    dalam suatu cerita menjadi alur rapat dan alur renggang. Suatu cerita dikatakan

    mempunyai alur rapat apabila dalam cerita tersebut hanya terdapat alur yang

    terpusat pada satu tokoh, namun jika dalam cerita tersebut terdapat pengembangan

    cerita lain selain berkisar pada tokoh utamanya, maka cerita tersebut beralur

    renggang.

    Berikut adalah penggambaran jenis-jenis alur yang dinyatakan oleh

    Suharianto (1982:29):

    Penggambaran jenis alur berdasarkan susunannya

    (1) 

    alur lurus peristiwa a, b, c,……………..n

    (2) alur sorot balik peristiwa n………..……….…..c, b, a

    (3) alur gabungan alur sorot balik alur lurus

    Penggambaran jenis alur berdasarkan jenisnya

    (1) 

    alur rapat alur pembantu

    alur utama

    alur pembantu

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    48/210

      31

     

    (2) 

    alur renggang alur pembantu

    alur utama

    alur pembantu

    Sama halnya dengan Suharianto, Nurgiyantoro (2002:153-163) juga

    membedakan plot dilihat dari berbagai kriteria seperti kriteria urutan waktu,

    kriteria jumlah, kriteria kepadatan, dan kriteria isi.

    Berdasarkan kritetia urutan waktu, laur dalam cerita dapat dibedakan

    menjadi tiga yaitu:

    (1) 

    alur maju, lurus atau progresif

    Plot sebuah cerita disebut progresif jika peristiwa-peristiwa yang

    dikisahkan bersifat kronologis, artinya peristiwa-peristiwanya dikisahkan secara

    runtut dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik),

    tahap tengah (konflik meningkat, klimaks), dan tahap akhir (penyelesaian). Secara

    garis besar, plot atau alur progresif berwujud sebagai berikut:

    A B C D E

    (2) 

    alur sorot balik, flash back , atau regresif

    Sebuah cerita dikatakan memiliki alur sorot balik karena urutan ceritanya

    tidak dikisahkan secara kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal yang

     benar-benar bagian awal cerita tetapi mungkin dimulai dari tahap tengah atau

     bahkan tahap akhir. Plot jenis ini dapat berwujud seperti berikut:

    E A B C D

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    49/210

      32

    (3) alur campuran

    Secara garis besar mungkin sebuah cerita fiksi beralur progresif, namun

    sebarapapun kadarnya dalam sebuah cerita sering dimunculkan adegan-adegan

    atau peristiwa-peristiwa sorot balik atau sebaliknya. Sebuah cerita yang

    menghadirkan adegan progresif dan regresif secara bergantian disebut cerita

    dengan alur campuran.

    Alur ini dapar digambarkan sebagai berikut:

    E D1  A B C D2 

    Dilihat dari kriteria jumlah, plot dapat dibedakan menjadi plot tunggal dan

     plot sub-subplot. Karya fiksi yang berplot tunggal hanya biasanya hanya

    mengembangkan cerita dengan menampilkan seorang tokoh utama (protagonis)

    sebagai hero, sedangkan dalam cerita beralur sub-subplot cerita bisa saja memiliki

    lebih dari satu alur cerita yang dikisahkan, atau terdapat lebih dari satu tokoh yang

    diceritakan.

    Berdasarkan kriteria kepadatannya, plot dapat dibedakan menjadi plot

     padat dan plot longgar. Dalam plot padat, cerita disajikan secara cepat, peristiwa-

     peristiwa fungsional terjadi secara susul-menyusul dengan cepat dan hubungan

    antar ceritanya juga terjalin dengan sangat erat. Berbeda dengan plot padat, cerita

    yang menggunakan plot longgar menceritakan peristiwa-peristiwa fungsionalnya

    secara lambat dan hubungan antarperistiwanya juga tidak erat.

    Pembagian jenis plot yang terakhir yaitu pembedaan jenis plot berdasarkan

    kriteria isi. Berdasarkan kriteria ini, plot dapat dibedakan menjadi tiga yaitu plot

     peruntungan, plot tokohan dan plot pemikiran. Plot peruntungan berhubungan

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    50/210

      33

    dengan cerita yang mengungkapkan nasib, peruntungan yang menimpa tokoh

    utama cerita yang bersangkutan. Plot tokohan menyaran pada adanya sifat

     pementingan tokoh. Plot tokohan lebih banyak menyoroti keadaan tokoh daripada

    kejadian-kejadian yang ada, sedangkan plot pemikiran mengungkapkan sesuatu

    yang menjadi bahan pemikiran, keinginan, perasaan, berbagai macam obsesi dan

    lain-lain yang menjadi masalah dalam kehidupan manusia.

    2.2.3.4 Pengertian Alur Cerpen

    Sesuai dengan namanya, cerpen merupakan cerita yang pendek. Karena

     bentuknya yang pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas, tidak

    sampai pada detil-detil khusus yang akan memperpanjang sebuah cerita. Dari

     predikat “pendek” tersebut ternyata terdapat sebuah konsekuensi logis yang

     berkaitan dengan alur dalam sebuah cerpen.

    Pada umumnya, alur dalam cerpen adalah alur tunggal, yaitu hanya terdiri

    dari satu urutan peristiwa yang diikuti dari awal sampai cerita berakhir

    (Nurgiyantoro 2002:12). Adapun urutan peristiwanya dapat dimulai dari mana

    saja, sesuai dengan jenis alur yang digunakan. Berhubung alurnya tunggal, maka

     biasanya konflik yang dibangun dan klimaks yang akan diperoleh pun bersifat

    tunggal pula.

    Berbeda dengan novel, karena tidak ada keterikatan pada panjang

     pendeknya cerita maka pada umumnya novel memiliki alur lebih dari satu, yaitu

    tediri atas satu alur utama (plot utama) dan sub-subplot (Nurgiyantoro 2002:12).

    Plot utama berisi konflik utama yang menjadi inti persoalan yang diceritakan

    sepanjang karya tersebut, sedangkan sub-subplot biasanya berupa munculnya

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    51/210

      34

    konflik-konflik tambahan yang bersifat menopang, mempertegas, dan

    mengintensifkan konflik utama untuk sampai ke klimaks.

    2.2.4  Aspek-Aspek Penilaian Memahami Alur Cerpen

    Apa yang disebut plot atau alur dalam cerita memang sulit dicari. Alur

    sebuah cerita tersembunyi di balik jalannya cerita, namun jalan cerita bukanlah

    alur. Jalan cerita hanyalah menifestasi, bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari alur

    itu sendiri. Atas dasar alur dapat muncul cerita dan dengan mengikuti cerita kita

    dapat menemukan alur.

    Sumardjo dan Saini (1994:49) menyatakan bahwa plot dengan jalan cerita

    memang tak terpisahkan tetapi harus dibedakan. Jalan cerita memuat kejadian,

    tetapi kejadian ada kerena ada penyebabnya, ada alasannya dan yang

    menggerakkan kejadian dalam cerita tersebut adalah plot atau segi rohaniah dari

    kejadian. Suatu kejadian baru bisa disebut sebagai cerita jika di dalamnya terdapat

     perkembangan kejadian. Perkembangan kejadian ini biasanya disebut sebagai

     panahapan alur.

    Untuk dapat memahami alur sebuah cerita kita harus mengerti benar apa

    saja yang terjadi dalam cerita tersebut. Adapun aspek yang dilihat untuk apakah

    kita telah memahami alur sebuah cerpen atau belum adalah (1) pengetahuan

    terhadap isi cerita; (2) kemampuan menceritakan kembali; (3) pengungkapan alas

    an.

    Sejalan dengan hal itu, Nurgiyantoro (2001:333) juga mengungkapkan

     bahwa tes kesastraan pada tingkat pemahaman menghendaki siswa untuk mampu

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    52/210

      35

    memahami, membedakan dan menjelaskan fakta dan hubungan antar konsep.

    Dalam memahami alur sebuah cerita, siswa hendaknya menangkap isi,

    menceritakan kembali dan mampu menjelaskannya.

    2.2.5  Teknik Penyusunan Kembali Visualisasi Alur

    2.2.5.1 Pengertian Teknik

    Teknik pembelajaran adalah cara, atau kiat yang digunakan dalam proses

     pembelajaran (Subana dan Sunarti TT:195). Sementara itu, menurut Sudjana

    (2001:2) teknik pembelajaran adalah langkah atau cara khusus yang digunakan

     pendidik dalam masing-masing metode pembelajaran.

    Teknik merupakan implementasi dari metode dalam kegiatan belajar

    mengajar. Teknik bersifat implementasional, individual, dan situasional. Teknik

    mengacu pada siasat guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, baik di

    kelas maupun di luar kelas. Dalam kegiatan belajar mengajar, teknik merupakan

    siasat yang digunakan guru dalam melaksanakan fungsinya dengan tujuan

    memperoleh hasil yang optimal. Teknik ditentukan berdasarkan metode yang

    digunakan.

    2.2.5.2 

    Hakikat Teknik Penyusunan Kembali Visualisasi Alur

    Teknik penyusunan kembali visualisasi alur merupakan sebuah teknik

     pembelajaran yang memanfaat gambar sebagai medianya. Teknik penyusunan

    kembali visualisasi alur adalah suatu cara membelajarkan siswa untuk memahami

    alur dengan merubah peristiwa-peristiwa pertahapan alur yang berupa kalimat

    dalam sebuah karya sastra menjadi bentuk visual.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    53/210

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    54/210

      37

    Pemilihan gambar sebagai media dalam penelitian ini didasarkan pada

    gambar merupakan media visual dua dimensi di atas bidang yang tidak transparan

    (Subana dan Sunarti TT:322). Dalam pembelajaran, guru dapat menggunakan

    gambar sebagai medianya untuk lebih memperjelas maksud daripada sekedar

    diuraikan dengan kata-kata. Melalui gambar, guru dapat menerjemahkan ide-ide

    abstrak ke dalam bentuk yang lebih realistik.

    Adapun manfaat gambar sebagai media pengajaran menurut Subana dan

    Sunarti (TT:322) adala sebagai berikut:

    (1) menimbulkan daya tarik pada diri siswa;

    (2) 

    mempermudah pengertian atau pemahaman siswa;

    (3) 

    mempermudah penjelasan yang sifatnya abstrak sehingga siswa lebih mudah

    memahami apa yang dimaksud;

    (4) 

    memperjelas bagian-bagian yang penting;

    (5) 

    menyingkat suatu uraian.

    Menurut Subana dan Sunarti (TT:322) syarat-syarat gambar untuk dapat

    digunakan sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut:

    (1)  bagus, jelas, menarik, dan mudah dipahami;

    (2) 

    cocok dengan materi pembelajaran;

    (3)  benar dan otentik, artinya menggambarkan situasi yang sebenarnya;

    (4) sesuai dengan tingkat umur atau kemampuan siswa;

    (5) 

    menggunakan warna yang menarik agar menarik siswa untuk mengamatinya;

    (6) 

     perbandingan ukuran gambar sesuai dengan objek yang sebenarnya;

    (7) menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa; dan

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    55/210

      38

    (8) mengandung nilai-nilai murni dalam kehidupan sosial.

    Menurut Subana dan Sunarti (TT:324-325) gambar sebagai media

     pembelajaran memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:

    (1) sukar untuk melukiskan bentuk yang sebenarnya karena hanya berdimensi

    dua;

    (2) tidak dapat memperlihatkan gerak;

    (3) siswa tidak selalu dapat menginterpretasikan isi gambar.

    Sejalan dengan pendapat Subana dan Sunarti, Sujana dan Rivai (2002:72)

     juga menyebutkan kelemahan gambar sebagai berikut:

    (1) 

    kurang efektif jika digunakan untuk pengajaran dalam kelompok besar karena

    ukurannya relatif kecil.sukar untuk melukiskan bentuk yang sebenarnya

    karena hanya berdimensi dua;

    (2)  berdimensi dua sehingga tidak sukar untuk melukiskan keadaan sebenarnya

    yang berdimensi tiga;

    (3) 

    tidak memperlihatkan gerak.

    Adapun kelebihan gambar sebagai media pembelajaran menurut Subana

    dan Sunarti (2005:324-325) adalah sebagai berikut:

    (1) 

    mudah diperoleh;

    (2) dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata;

    (3) mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan;

    (4) relatif murah;

    (5) 

    dapat digunakan dalam banyak hal dan dalam berbagai disiplin ilmu.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    56/210

      39

    Kelebihan gambar sebagai media pembelajaran menurut Sujana dan Rivai

    (2002:71-72) adalah sebagai berikut:

    (1) 

    mudah digunakan, praktis karena tidak memerlukan alat Bantu atau

     perlengkapan lain

    (2) harganya murah

    (3) dapat digunakan untuk berbagai hal, berbagai jenjang pengajaran dan

     berbagai bidang ilmu

    (4) dapat menerjemahkan berbagai hal yang abstrak menjadi lebih realistik

    2.3 

    Kerangka Berpikir

    Adanya berbagai masalah dalam pembelajaran sastra bukanlah suatu hal

    yang jarang ditemukan. Permasalahan tersebut mungkin muncul dari faktor guru

    atau dari siswa. Permasalah pembelajaran sastra yang muncul dalam pembelajaran

     pada siswa kelas VIII-1 SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan adalah

    rendahnya kemampuan memahami alur cerpen.

    Permasalah tersebut muncul sebagai akibat dari pemilihan teknik

     pengajaran yang kurang tepat. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk

    mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mencari teknik pengajaran yang

    tepat sehingga siswa mampu menguasai kompetensi yang diharapkan.

    Sehubungan dengan hal tersebut peneliti mencoba mengadakan penelitian dengan

    menggunakan teknik penyusunan kembali visualisasi alur dalam pembelajaran

    memahami alur cerpen pada siswa kelas VIII-1 SMP 1 Wiradesa Kabupaten

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    57/210

      40

    Pekalongan. Pembelajaran dengan teknik ini menggunakan gambar berseri

    sebagai media pembelajaran.

    Kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran memahami alur cerpen

    dengan menggunakan teknik ini adalah siswa membaca sebuah cerpen kemudian

    siswa dihadapkan pada gambar-gambar peristiwa pertahapan alur yang susunanya

    telah diacak. Tugas selanjutnya adalah siswa mengidentifikasi peristiwa

     pertahapan alur berdasarkan gambar kemudian setelah semua gambar

    teridentifikasi, siswa mengurutkan gambar tersebut sesuai peristiwa yang terjadi

    dalam cerpen lalu siswa menentukan jenis alurnya.

    Melalui teknik ini siswa diajak secara langsung untuk melihat peristiwa-

     peristiwa yang terjadi dalam cerpen karena dalam pembelajaran dengan

    menggunakan teknik ini, siswa tidak hanya dihadapkan pada tulisan-tulisan saja

    tetapi juga dihadapkan pada gambar yang dapat membantu mengembangkan

    imajinasi mereka serta dapat merangsang otak mereka untuk menemukan suatu

    gagasan yang dapat ditumpahkan ke dalam bentuk tulisan karena teknik ini

    menyajikan lima gambar yang merupakan gambar seri yang belum diberi

     penjelasan tentang peristiwa yang terjadi dalam gambar tersebut. Adapun

     penjelasan terhadap gambar yang ada akan dilakukan oleh siswa dalam

    melakukan proses identifikasi peritiwa pertahapan alur sehingga baik secara

    langsung maupun tidak langsung teknik ini juga dapat meningkatkan keterampilan

    menulis siswa.

    Berdasarkan deskripsi di atas, tergambar bahwa penggunaan teknik

     pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan keefektifan

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    58/210

      41

     pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti menerapkan teknik penyusunan kembali

    visualisasi alur dalam pembelajaran memahami alur untuk mengatasi masalah

    yang muncul dalam pembelajaran memahami alur cerpen pada siswa kelas VIII-1

    SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

    2.4 Hipotesis Tindakan

    Hipotesis dari penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas VIII-1 SMP 1

    Wiradesa Kabupaten Pekalongan dalam memahami alur akan meningkat jika

    diterapkan teknik penyusunan kembali visualisasi alur dalam pembelajaran

    memahami alur.

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    59/210

    42

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

     penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus, yaitu siklus I dan

    siklus II. Masing-masing siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan,

    tindakan, observasi, dan refleksi.

    Berikut merupakan gambar siklus penelitian tindakan kelas ini.

    P P

    R T R R T R T T

    O O

    Keterangan: :P : Perencanaan

    T: Tindakan

    O : Observasi

    R : Refleksi

    Sebelum kegiatan pada tiap-tiap siklus dilaksanakan, peneliti telah

    melaksanakan observasi awal. Observasi awal ini dilakukan dengan tujuan

     peneliti mengetahui kondisi siswa dalam kelas, dan kesulitan yang dialami oleh

    siswa. Selain itu, observasi awal ini juga bertujuan agar siswa mengenal peneliti

    sehingga pada saat penelitian siswa tidak asing dengan peneliti. Dengan keadaan

    Siklus IISiklus I

  • 8/16/2019 Bahasa Indonesia==PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ALUR CERPEN

    60/210

      43

    seperti itu diharapkan penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar. Observasi

    awal ini dilakukan dengan cara peneliti berkunjung ke kelas penelitian sehingga

    tercipta hubungan yang baik antara peneliti, guru, dan siswa.

    Perencanaan pada tiap siklus meliputi dua hal, yaitu perencanaan umum

    dan perencanaan khusus. Perencanaan umum adalah perencanaan yang meliputi

    keseluruhan aspek yang berhubungan dengan penelitian tindakan kelas.

    Perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun r