Upload
donhu
View
266
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK CERPEN
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA
KELAS V SDN 2 PENGLUMBARAN SUSUT BANGLI
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
OLEH;
KOMANG ARMONI
NPM. 10.8.03.51.31.1.5.2988
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN 2014
i
ii
iii
iv
KATA PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI PENULIS PERSEMBAHKAN KEPADA;
SELURUH KELUARGA PENULIS, YANG SELALU MEMBERIKAN
INSPIRASI, MOTIVASI, DAN BIMBINGAN DALAM PENYUSUNAN SKRIPSI INI.
KEPADA MASYARAKAT PENDIDIKAN, SEMOGA TETAP
SEMANGAT UNTUK MENSUKSESKAN PENDIDIKAN DI MASA DEPAN.
v
MOTTO;
Disiplin dalam melaksanakan tugas, bijak dalam bertindak, dan dinamis dalam kegiatan
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi
Wasa yang sudah melimpahkan segala karunia dan memberikan kekuatan lahir
dan bathin, sehingga penulisan skripsi yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan
Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli” ini dapat
diselesaikan dengan tepat waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini, baik secara
teknis, materi, maupun penyajiannya masih belum begitu sempurna. Walaupun
demikian, penulis mengharapkan semoga tulisan yang sederhana ini dapat
memberikan sumbangan yang bermanfaat kepada para pembaca.
Skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan yang baik ini, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah mendukung skripsi ini, yaitu:
1. Bapak Dr. Drs. I Made Sukamerta, M.Pd Rektor Universitas
Mahasaraswati Denpasar, atas fasilitas yang diberikan selama penulis
menjadi mahasiswa.
2. Bapak Prof. Dr. Wayan Maba Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar, yang banyak
memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
vii
3. Ibu Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberikan motivasi
selama penulis melaksanakan penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dra. A.A Rai Laksmi, M.Hum., selaku Pembimbing I, yang tekun
memberikan petunjuk, arahan, bimbingan serta nasehat selama penulis
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum., selaku Pembimbing II, yang telah
memberikan petunjuk dan bimbimngan dengan penuh kesabaran dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Mahasaraswati Denpasar, atas ilmu yang telah diberikan selama penulis
menjadi Mahasiswa.
7. Kepala SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, yang telah memberikan ijin
mengadakan penelitian.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kepada
pembaca yang budiman agar memberi kritik, saran, pendapat, dan penyempurnaan
segala kekurangan skripsi ini.
Denpasar, Agustus 2014
Penulis,
viii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. i
TIM PENGUJI……………………………………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PERSEMBAHAN ........................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… . xii
DAFTAR GRAFIK......................................................................................... xiii
ABSTRAK ................................................................................................... xiv
BAB. I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………… ................ 6
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………… ............. 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 7
1.6 Asumsi ................................................................................................. 8
BAB. II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Cerpen ................................................................................ 9
2.2 Pembagian Cerpen ............................................................................... 10
2.3 Ciri-ciri Cerpen .................................................................................... 12
2.4 Unsur-unsur Intrinsik Cerpen…………………. ................................... 14
2.5 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ................................................... 21
ix
Isi Halaman
2.6 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw..................................................................................................... 26
2.6.1 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw............................ . 26
2.6.2 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw............................. . 27
BAB. III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian..................................................................................... 29
3.2 Subjek, Objek, Tempat Penelitian......................................................... 29
3.3 Rancangan Penelitian ........................................................................... 30
3.4 Prosedur Penelitian............................................................................... 31
3.5 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 36
3.6 Analisis Data……………………………………………………………. 41
BAB. IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 43
4.2 Refleksi Awal ...................................................................................... 43
4.3 Siklus I ................................................................................................. 47
4.4 Siklus II ............................................................................................... 52
4.5 Siklus III .............................................................................................. 58
4.6 Rekapitulasi Nilai Siklus I, II, dan Siklus III......................................... 65
4.7 Pembahasan ......................................................................................... 66
BAB. V PENUTUP
5.1 Simpulan .............................................................................................. 70
5.2 Saran-saran .......................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
01. Skenario Pembelajaran Memahami Unsur Intrinsik Cerpen
Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw......................
34
02. Klasifikasi Peningkatan Kemampuan Menganalisis Cerpen
pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli......
41
03. Data Hasil Tes Awal Kemampuan Memahami Unsur
Intrinsik Cerpen pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran
Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014…………………..
44
04. Analisis Data Tes Awal Peningkatan Kemampuan
Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN
2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014...............................................................................
46
05. Data Hasil Tes siklus I kemampuan Menganalisis Unsur
Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli
Tahun Pelajaran 2013/2014…………………………….......
49
06. Analisis Data Siklus I Peningkatan Kemampuan
Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014...............................................................................
51
07. Skenario pembelajaran yang digunakan pada siklus II.........
53
08. Data Hasil Tes siklus II kemampuan Menganalisis Unsur
Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli
Tahun Pelajaran 2013/2014………………………………..
55
xi
Tabel Halaman
09. Analisis Data Siklus II Peningkatan Kemampuan
Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014…………………………………………………..
57
10. Skenario pembelajaran yang akan diguanakan pada siklus
III……………………………………………………………
59
11. Data Hasil Tes siklus III kemampuan Menganalisis Unsur
Intrinsik cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli
Tahun Pelajaran 2013/2014...................................................
61
12. Analisis Data Siklus III Peningkatan Kemampuan
Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014........................................
63
13. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur
Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli
Tahun Pelajaran 2013/2014 Dari Tes Awal, Siklus I, II dan
Siklus III................................................................................
65
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
01. Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin………………… 31
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
01. Hasil Belajar Menganalisis Cerpen Melalui Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas
V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014Dari Tes Awal, Siklus I, Siklus II Sampai Tes
Siklus III.............................................................................
69
xiv
ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK
CERPEN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JISAW
PADA SISWA KELAS V SDN 2 PENGLUMBARAN SUSUT BANGLI
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh : Komang Armoni
NPM : 10.8.03.51.31.1.5.2988
Tebal : LXXIII, 73 halaman
Tahun : 2014
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah peneliti lakukan pada siswa
kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, ternyata pembelajaran sastra
khususnya memahami unsur intrinsik cerpen belum mendapatkan perhatian
khusus di hati siswa. Ini terlihat jelas pada buku daftar nilai siswa, nilai rata-rata
siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen masih di bawah kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 4,0, sedangkan nilai rata-rata siswa
kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli yang diharapkan adalah 7,0. Di
samping itu pula, aktifitas belajar siswa ketika guru membahas tentang materi
cerpen masih pasif, dan tidak menggairahkan. Banyak siswa mengeluh merasa
bosan, malas, tidak semangat, karena dalam proses pembelajaran guru cenderung
menggunakan metode ceramah sehingga dirasakan monutun dan kurang variatif.
Berdasarkan fenomena yang ada di kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli,
maka pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai salah satu solusi pemecahan
masalah yang sedang dihadapi siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat
diangkat dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah dengan penerapan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik
cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014?. (2) Bagaimanakah langkah-langkah penerapan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw agar dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur
intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun
Pelajaran 2013/2014?. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memupuk dan
mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia secara lisan dan tulisan serta
memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis rasional dan praktis.
Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada: (1) peningkatan kemampuan
memahami unsur intrinsi cerpen siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut
Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014; (2) penerapan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw agar dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen
pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/
2014.
Adapun teori-teori yang dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini adalah:
(1) pengertian cerpen, (2) pembagian cerpen, (3) ciri-ciri cerpen, (4) unsur-unsur
xv
intrinsik cerpen, dan (5) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Subjek Penelitian
Tindakan (PTK) ini adalah siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli
Tahun Pelajaran 2013/2014, yang berjumlah 22 orang terdiri atas 7 orang laki-laki
dan 15 orang perempuan. Prosedur pelaksanaan tindakan setiap siklus mencakup
empat tahapan yang meliputi : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes
dan observasi. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik
diskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.
Berdasarkan deskripsi hasil analisis data, dan pembahasan hasil penelitian,
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen serta dapat
meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar pada siswa kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal tersebut dapat
dirinci sebagai berikut; (1) pelaksanaan siklus I terjadi peningkatan nilai rata-rata
tes awal 4,0 menjadi 5,05 pada siklus I, (2) pelaksanaan siklus II telah mengalami
peningkatan nilai rata-rata kelas dari 5,05 pada siklus I menjadi 6,06 pada siklus
II, dan (3) pelaksanaan siklus III menunjukan adanya peningkatan yang cukup
signifikan, yaitu dari nilai rata-rata 6,06 pada siklus II menjadi 7,64 pada siklus
III. Dari 22 orang siswa sebagai subjek penelitian semuanya (100%) dinyatakan
telah mencapai target/ ketuntasan minimal pada pelaksanaan siklus III. Oleh
karena itu, maka dapat disampaikan saran agar guru bahasa Indonesia senantiasa
berupaya menggunakan metode pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil
belajar siswa dan aktivitas serta motivasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran, salah satu diantaranya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw.
.
Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, memahami unsur
intrinsik cerpen.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah suatu sistem bunyi bebas yang dipergunakan oleh anggota
masyarakat sebagai alat komunikasi. Komunikasi dengan mempergunakan bahasa
itu adalah hal umum yang dilakukan semua manusia. (Keraf dalam Dwi Arini,
2008: 1). Pengajaran sastra merupakan salah satu aspek dari pengajaran bahasa
Indonesia di sekolah yang memberikan sumbangan atau andil sangat besar untuk
membentuk kepribadian siswa. Manusia yang memiliki intelegensi tinggi tanpa
diimbangi dengan sikap dan kepribadian yang mantap, ibarat pohon tanpa buah.
Pengajaran sastra merupakan salah satu aspek dari pengajaran bahasa
Indonesia di sekolah yang memberikan sumbangan atau andil sangat besar untuk
membentuk kepribadian siswa. Manusia yang memiliki intelegensi tinggi tanpa
diimbangi dengan sikap dan kepribadian yang mantap, ibarat pohon tanpa buah.
Dengan demikian sudah seyogyanya pengajaran bahasa Indonesia terutama
menyangkut apresiasi sastra perlu mendapat perhatian yang khusus dan serius.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pengajaran sastra
merupakan bagian dari pengajaran bahasa Indonesia. Jadi antara pengajaran sastra
dengan pengajaran bahasa Indonesia mempunyai hubungan yang erat. Keeratan
hubungan tersebut merupakan kelanjutan dari eratnya hubungan antara bahasa dan
sastra. Karena sastra pada hakikatnya merupakan kegiatan berbahasa dengan
unsur estetika sebagai faktor utamanya, sehingga sastra bisa disebut dengan seni
bahasa.
2
Begitu pula halnya dengan seorang sastrawan, yang diolah adalah bahasa.
Melalui keterampilan dan penguasaan bahasanya, sastrawan mampu mengolah
dan meggarap bahasa menjadi cipta sastra yang indah misalnya, certita rekaan
yaitu cerpen. Dengan demikian melalui pengajaran sastra, kita bisa memperoleh
pengetahuan, mengetahui, menghayati, dan menggunakan bahasa dari segi
estetika, di samping unsur-unsur lain yang berhubungan dengan cipta sastra itu
sendiri.
Pembelajaran sastra khususnya kemampuan memahami unsur intrinsik
cerpen mengandung arti adanya konsep pengenalan dan pemahaman terhadap
cerpen. Pemahaman siswa pada cerpen dapat ditumbuhkan dengan jalan
pengenalan cerpen lewat keterlibatan siswa secara terus-menerus efektif dan
kreatif terhadap suatu kegiatan sastra. Kegiatan memahami sastra (khususnya
cerpen) berkaitan erat dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran dan daya
imajinasi serta kepekaan terhadap fenomena masyarakat, budaya dan lingkungan
hidup.
Pembelajaran bahasa tentang kemampuan memahami cerpen di sekolah
sangat perlu diketahui karena, daya penafsiran, pemahaman dan penghayatan
dapat mempengaruhi tingkat komunikasi dengan orang. Cerpen dengan
kandungan konsep kebahasaan yang singkat, dan memiliki makna yang jelas maka
dengan pengenalan dan pemahaman terhadap cerpen dapat meningkatkan daya
apresiasi siswa sehingga dapat mengungkapkan makna yang tersirat dalam cerpen
tersebut. Untuk itu perlu diadakan atau ditemukan cara pembelajaran dan
menafsirkan cerpen serta membaca yang tepat. Dengan model pembelajaran
cerpen yang efektif terhadap tingkat perkembangan dan kemampuan siswa
3
nantinya akan tumbuh pengembangan perasaan yaitu keterampilan menjiwai
karakter dan substansi dari ungkapan orang lain yang sesungguhnya. Demikian
sesungguhnya bahwa, kehadiran karya sastra khususnya cerpen sebagai salah
satu karya seni, bukan hanya untuk dipahami atau dihafalkan tetapi sebaiknya
kehadiran karya sastra ini betul-betul dapat dihayati, dan dapat dinikmati sepuas-
puasnya. "Ia memberikan kesantaian pada ketegangan psikis dan emosi,
membangkitkan daya kreasi dan memberikan keindahan estetis". Cerpen
merupakan salah satu bagian dari sastra yang memberikan gambaran tentang visi
kehidupan manusia sekaligus merupakan bahan untuk mengetahui keadaan suatu
masyarakat. Di samping itu cerpen menjadi pusat perhatian pada bagian tertentu
dari kehidupan manusia yang dianggap penting oleh pengarangnya, atau dengan
kata lain bahwa cerpen mengungkapkan tabir kehidupan.
Pada kenyataannya ada asumsi bahwa pengajaran sastra khususnya
memahami unsur intrinsik cerpen tidak atau belum pernah mengantarkan siswa
kepada penghayatan yang sewajarnya terhadap sastra itu sendiri. Tidak dapat
disangkal bahwa pemahaman tentang sastra khususnya unsur intrinsik cerpen di
kalangan para siswa, masih merupakan masalah yang cukup rumit. Dikatakan
demikian, karena dalam kenyataannya pembelajaran sastra khususnya memahami
unsur intrinsik cerpen belum dapat sepenuhnya dilakukan di sekolah-sekolah.
Dengan demikian, betapa pentingnya suatu strategi pembelajaran yang perlu
diterapkan oleh seorang guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
optimal.
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah peneliti lakukan pada siswa
kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, ternyata pembelajaran sastra
4
khususnya memahami unsur intrinsik cerpen belum mendapatkan perhatian
khusus di hati siswa. Ini terlihat jelas pada buku daftar nilai siswa, nilai rata-rata
siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen masih di bawah kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 4,0, sedangkan nilai rata-rata siswa
kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli yang diharapkan adalah 7,0. Di
samping itu pula, aktifitas belajar siswa ketika guru membahas tentang materi
cerpen masih pasif, dan tidak menggairahkan. Banyak siswa mengeluh merasa
bosan, malas, tidak semangat, karena dalam proses pembelajaran guru cenderung
menggunakan metode ceramah sehingga dirasakan monotun dan kurang variatif.
Siswa masih kebingungan mana yang dimaksud dengan plot, setting, alur, dan lain
sebagainya. Bahkan siswa banyak tidak dapat menceritakan kembali isi cerpen
yang telah dibacanya. Dari kenyataan itu, guru hendaknya dapat memotivasi siswa
untuk lebih sering membaca dan memilih strategi yang tepat agar pemahaman
siswa tentang unsur itrinsik cerpen dapat ditingkatkan.
Berdasarkan fenomena yang ada di kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut
Bangli, peneliti mengusulkan kepada guru kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut
Bangli agar menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai salah satu
solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapi siswa kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli. Pembelajaran kooperatif tipe/teknik Jigsaw adalah
teknik pembelajaran yang berupa permainan antar kelompok, serupa dengan
pertukaran kelompok dengan kelompok, di mana setiap siswa ditugasi
mengajarkan pengetahuan baru yang diperoleh dari hasil diskusi kelompok untuk
diajarkan kepada siswa lain pada kelompok lain. Ini merupakaan alternatif
menarik bila ada materi belajar yang bisa disegmentasikan atau dibagi-bagi dan
5
bila bagian-bagiannya harus diajarkan secara berurutan. Tiap siswa mempelajari
sesuatu yang berbeda dengan lainnya yang bila digabungkan dengan materi yang
dipelajari oleh siswa lain, membentuk kumpulan pengetahuan atau keterampilan
yang padu. Jadi, hal yang menarik dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa
peningkatan prestasi belajar peserta didik (student achievement) juga mempunyai
dampak pengiring seperti realisasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang
dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan
suka memberi pertolongan pada yang lain.
Berdasarkan pandangan di atas, ternyata guru kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli setuju untuk menerapakan pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami unsur
intrinsik cerpen. Hal ini juga disambut baik oleh Kepala Sekolah SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli, sehingga peneliti mengangkat permasalahan ini
menjadi suatu penelitian tindakan kelas dengan judul ”Peningkatan Kemampuan
Memahami Unsur Intrinsik Cerpen melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/
2014”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat
diangkat dalam penelitian ini adalah:
6
1) Apakah dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas
V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014?
2) Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk
meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas
V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang ingin dicapai yaitu; (1) tujuan
umum dan (2) tujuan khusus.
1) Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memupuk dan
mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia secara lisan dan tulisan serta
memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis rasional dan
praktis.
2) Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a) Untuk mendapatkan data yang objektif tentang peningkatan
kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen melalui penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014.
b) Untuk menemukan langkah-langkah penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw agar dapat meningkatkan kemampuan
memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014.
7
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi
dalam pengembangan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya
pembelajaran apresiasi cerpen.
2) Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru khusunya guru bahasa dan Sastra Indonesia, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan
guru bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengelola pembelajaran,
khususnya dalam memilih metode pembelajaran yang variatif.
b. Manfaat bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan memahami isi cerpen khususnya unsur intrinsik cerpen
sehingga mereka menjadi lebih aktif, kreatif, senang dan bergairah dalam
belajar.
c. Manfaat bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pedoman dan bekal bagi peneliti, selaku mahasiswa calon guru bahasa
dan Sastra Indonesia ketika terjun secara riil di lapangan.
d. Manfaat bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
bahan bandingan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada: (1) peningkatan
kemampuan memahami unsur intrinsi cerpen melalui strategi pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli
8
Tahun Pelajaran 2013/2014; (2) langkah-langkah penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw agar dapat meningkatkan kemampuan memahami
unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli
Tahun Pelajaran 2013/2014.
1.6 Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar dalam sebuah penelitian, lebih-lebih
penelitian ilmiah, akan mampu memberikan rambu-rambu kepada penulis dalam
pelaksanaan atau kelangsungan penelitiannya. Seorang ahli mengatakan bahwa,
”Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang
harus dirumuskan secara jelas dan akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai
untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya serta
dipakai untuk memperkuat permasalahnya” (Arikunto, 1985 : 59).
Berdasarkan pendapat di atas maka asumsi yang dipegang dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Guru yang mengajarkan bahasa Indonesia memiliki kualitas dan wewenang
untuk mengajar bahasa Indonesia.
2) Materi pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan di kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli telah sesuai dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
3) Semua siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli mempunyai
kemampuan yang sama dalam menerima pelajaran.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Penelitian yang diangap baik tentunya berdasarkan teori-teori yang relevan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Teori juga berfungsi sebagai penguat dan
pembatas dalam sebuah penelitian sehingga alur pembahasan akan tetap mengacu
pada suatu pengertian yang jelas, bulat, dan utuh. Jadi, dengan demikian pada bab
ini secara berturut-turut akan dipaparkan teori-teori yang merupakan patokan atau
kriteria yang melandasi keseluruhan penelitian ini. Teori-teori itu meliputi: (1)
pengertian cerpen, (2) pembagian cerpen, (3) ciri-ciri cerpen, (4) unsur-unsur
intrinsik cerpen, (5) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan (6) keunggulan dan
kelemahan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
2.1 Pengertian Cerpen
Cerpen adalah suatu cerita yang pendek dan hanya melukiskan sebagian
dari kejadian dalam kehidupan yang luas. Pengertian cerpen adalah bentuk prosa
yang pendek yang paling sederhana merupakan kerja fiksi, dengan efek satu-
satunya kesan impression jadi mengungkap satu sari kehidupan saja, Bukan
berarti terdiri dari satu halaman saja,tetapi bisa sampai beberapa halaman.
(Tarigan, 1984:170) Kata pendek dalam batasan ini tidak jelas ukurannya.
sehubungan dengan hal ini maka di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat
mengenai pengertian cerpen.
Cerita pendek adalah cerita yang pendek dan merupakan satu kebulatan ide
(Ajip Rosidi: 1985: 176). Menurut Muh. Darisman (1998:59) menyatakan bahwa
10
cerpen adalah cerita singkat yang dibuat pengarang tentang sesuatu hal yang
pernah dialaminya atau hanya khyalan si pengarang saja. Cerita pada cerpen lebih
memusatkan pada satu tokoh cerita dalam satu situasi, dan menurut Erlly Segwiek
(dalam Tarigan, 1985 : 177) cerita pendek adalah penyajian suatu keadaan
tersendiri atau kelompok keadaan yang memberikan kesan tunggal pada jiwa
pembaca.
Cerita pendek tidak boleh dipenuhi oleh hal-hal yang tidak perlu atau "a
shorty-story must not be cluttered up with irrelevance" (Notosusanto dalam
Tarigan, 1984:176). Sifat-sifat pokok cerita pendek memakai bahasa yang singkat
dan lengkap. Selain itu Nugroho Notosusanto mengatakan bahwa "Cerita pendek
adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kwarto
spasi rangkap yang terpusat dan lengkap" (Strong dalam Tarigan, 1984:176).
Dengan memberikan uraian dari beberapa pendapat mengenai pengertian
cerpen, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian cerpen adalah cerita
yang merupakan kebulatan ide yang dibuat oleh pengarang tentang suatu hal yang
dialaminya atau hanya bersifat khayalan yang memberikan kesan tunggal pada
jiwa pembaca.
2.2 Pembagian cerpen
Berdasarkan sudut pandang yang umum cerpen dapat di klasifikasikan
menjadi 3 yaitu, (1) berdasarkan jumlah kata, (2) berdasarkan nilai sastra dan (3)
berdasarkan tekhnik mengarangnya.
11
2.2.1 Berdasarkan Jumlah Kata
1) Cerita yang pendek adalah cerita pendek yang jumlah kata-katanya
dibawah 5.000 kata atau maksimal 5.000 kata, kira-kira 16 halaman
kwarto dengan spasi rangkap. Apabila dibaca memerllukan waktu kira-
kira 15 menit atau seperempat jam.
2) Cerpen yang panjang adalah cerita pendek yang jumlah kata-katanya
antara 5.000 kata sampai 10.000 kata atu kira-kira 33 halaman kwarto
dengan spasi rangkap, yang dibaca kira-kira 30 menit atau setengah
jam. (Tarigan,1985:178).
2.2.2 Berdasarkan Nilai Sastra
1) Cerpen hiburan adalah cerpen yang dibuat untuk bisa menghibur
pembaca.
2) Cerpen sastra yaitu sebuah cerpen yang dibuat untuk mereka yang
senang dengan karya-karya sastra dan cerpen tersebut dapat di ananlisis
oleh pembacanya.
2.2.3 Berdasarkan Tekhnik Mengarangnya
1) Cerpen sempurna (well made short-story) yaitu cerpen yang terfokus
pada satu tema dengan plot yang sangat jelas, dan ending yang mudah
di pahami. Cerpen ini pada umumnya bersifat konvensional dan
berdasar pada realitas (fakta). Cerpen jenis ini biasanya enak dibaca
dan mudah dipahami isinya. Pembaca awam bisa membacanya dalam
tempo kurang dari satu jam.
2) Cerpen tak utuh (slice of life short-story), yaitu cerpen yang tidak
terfokus pada satu tema, alurnya (plot) tidak terstruktur, dan kadang-
12
kadang dibuat mengambang oleh cerpenisnya. Cerpen jenis ini pada
umumnya bersifat kontemporer, dan ditulis berdasarkan ide-ide atau
gagasan-gagasan yang orisinal sehingga lajim disebut sebagai cerpen
ide (cerpen gagasan). Cerpen jenis ini sulit sekali dipahami oleh para
pembaca awam sastra, harus dibaca berulang kali baru dapat dipahami
sebagaimana mestinya. Para pembaca awam sastra menyebut cerpen
kental atau cerpen berat.
http://kokosadewo11bhs08.blogspot.com/2012/11/makalah-cerpen.html
2.3 Ciri-ciri Cerpen
Ketika membicarakan pengertian cerita pendek, sebenarnya sudah
terkandung pembicaraan tentang ciri-ciri cerpen. Pembicaraan dalam cerpen
dilakukan secara hemat dan ekonomis sehingga pada umumnya dalam sebuah
cerpen hanya ada dua atau tuga tokoh, hanya ada satu peristiwa dan hanya ada
satu efek bagi pembacanya.
Menurut Tarigan (1985:177) dalam Prinsip-Prinsip Dasar Sastra
mengemukakan beberapa ciri khas cerpen, adalah sebagai berikut:
1) Ciri utama cerpen adalah singkat, padat dan intensif.
2) Bahasa dalam cerpen harus tajam, sugesti, dan menarik perhatian.
3) Unsur-unsur cerpen adalah: adegan, tokoh dan gerak.
4) Cerpen harus mempunyai seorang tokoh utama.
5) Dalam cerpen sebuah kejadian atau peristiwa harus dapat menjadikan pusat
perhatian yang menarik sehingga dapat memancing perhatian para
13
pembacanya dan kemudian kejadian atau peristiwa harus dapat menguasai
jalan ceritanya.
6) Cerpen hanya tergantung pada satu situasi.
7) Cerpen harus menimbulkan perasaan beda pembaca yaitu berawal dari jalan
cerita yang menarik.
8) Cerpen harus mempunyai satu efek atau kesan atau kesan yang menarik.
9) Cerpen harus menimbulkan efek dalam pikiran pembaca.
10) Cerpen harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsep kehidupan
baik langsung maupun tak langsung.
11) Cerpen menyajikan satu emosi.
12) Cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa jalan ceritalah
yang pertama-tama menarik perasaan dan baru menarik pikiran
13) Dalam cerpen ceritanya hanya terdiri dari inti suatu kejadian yang
merupakan cerpen.
14) Panjang cerita kurang lebih 10.000 kata.
Pendapat lain mengenai ciri-ciri cerita pendek di kemukakan pula oleh Lubis
dalam Tarigan sebagai berikut.
1) Cerita Pendek harus mengandung interprestasi pengarang tentang
konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
2) Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan
cerita.
3) Cerita pendek harus mempunyai seorang yang menjadi pelaku atau tokoh
utama.
14
4) Cerita pendek harus satu efek atau kesan yang menarik.
Menurut Morris dalam Tarigan ciri-ciri cerita pendek adalah sebagai berikut.
1) Ciri-ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu, dan intensif (brevity,
unity, and intensity).
2) Unsur-unsur cerita pendek adalah adegan, toko, dan gerak (scena,
character, and action).
3) Bahasa cerita pendek harus tajam, sugestif, dan menarik perhatian
(incicive, suggestive, and alert).
http://kokosadewo11bhs08.blogspot.com/2012/11/makalah-cerpen.html
2.4 Unsur-unsur Intrinsik Cerpen
Cerita pendek merupakan salah satu bentuk prosa (fiksi) telah mampu
menduduki posisi tertentu dalam kasanah sastra Indonesia. Dalam posisinya yang
cukup strategis dalam cerita pendek dihidangkan secara bebas dan terbuka
sehingga mudah dikenal dan dimengerti oleh masyarakat.
Setiap karya sastra selalu didukung oleh unsur-unsur tertentu, unsur-unsur
pendukung itu antara lain: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik
adalah aspek-aspek yang membangun sastra itu dari dalam, sedangkan unsur
ekstrinsik adalah aspek-aspek yang mempengaruhi cipta sastra yang bersumber
dari luar cipta sastra itu sendiri (Badrun, 1983:13). Dalam penelitian ini
difokuskan pada unsur intrinsik dari cerpen. Unsur-unsur intrinsik yang
membangun karya sastra dari dalam adalah sebagai berikut: (1) tema, (2) alur, (3)
penokohan (perwatakan), (4) latar (setting), (5) Sudut pandang, dan (6) Amanat.
15
Untuk lebih jelas, unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut di atas akan
diuraikan secara terperinci seperti tertera berikut ini.
2.4.1 Tema
Tema adalah gagasan utama yang menjadi pokok permasalahan dalam
sebuah cerita. Tema dalam suatu karya sastra letaknya tersembunyi dan harus
dicari sendiri oleh pembacanya. Oleh karena itu,pengarang tidak mengatakan
secara jelas tema karangannya, tetapi merasuk, menyatu dalam semua unsure
cerpen dan dengan demikian akan menghasilkan suatu cerpen yang baik.
pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tetapi mau
mengatakan sesuatu kepada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakan itu bisa
berupa pandangan hidupnya atau komentar tentang kehidupannya. Kejadian dan
perbuatan tokoh cerita, semua didasari oleh ide atau gagasan pokok pengarang.
Sebuah cerpen harus selalu mengatakan sesuatu pendapat yaitu pendapat
pengarang tentang hidup ini sehingga orang lain dapat mengerti hidup ini lebih
baik. (Sumardjo dan Saini, 1988:57). Di samping itu Muh. Darsiman (2007:19)
berpendapat bahwa tema sangat berpengaruh terhadap unsur lain dalam cerita,
seperti alur, penokohan dan penokohan. Sedangkan Atar Semi berpendapat bahwa
tema adalah gagasan yang menjadi dasar penyusunan karangan. Dalam
penyusunan sebuah cerita pendek sangat tergantung dari jenis tema yang akan
dikembangkan (Atar, 1984:34).
Menurut Adiwardoyo, tema adalah gagasan sentral pengarang yang
mendasari penyusunan suatu cerita dan sekaligus menjadi sasaran dari cerita itu.
Tema merupakan perpaduan antara pokok persoalan dan tujuan yang ingin dicapai
pengarang lewat cerita itu (1990:13).
16
Untuk mengetahui tema kita bisa menyusun pertanyaan-pertanyaan seperti
pertanyaan berikut ini.
1) Persoalan apakah yang peling menonjol dalam cerita itu?
2) Pesan apakah yang disampaikan pengarang kepada pembaca?
3) Persoalan-persoalan apa saja yang diungkapkan pengarang dalam cerita itu?
Dengan demikian,tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar
umum sebuah karya fiksi. Gagasan ini, yang tentunya telah ditentukan
sebelumnya oleh pengarang yang dipergunakan untuk mengembangkan ide
ceritanya.
2.4.2 Alur/Plot
Alur/plot adalah: Rangkaian peristiwa demi peristiwa dalam membangun
cerita,biasanya sering disebut juga jalan cerita. Munculnya sebuah peristiwa
dalam sebuah cerita harus mempunyai hubungan dengan peristiwa lainnya, artinya
terjadinya suatu peristiwa alasan mengapa pelaku itu melakukan suatu perbuatan.
Urutan peristiwa itu dimulai dengan memberikan suatu keadaan, kemudian
keadaan itu mengalami perkembangan yang pada akhirnya ditutup dengan penuh
penyelesaian. Jalan suatu cerita selalu dengan pola perkenalan, keadaan,
perkembangan dan penutup.
Alur merupakan urutan-urutan cerita yang memiliki hubungan sebab akibat.
Alur adalah jalan cerita yang merangkai peristiwa-peristiwa dalam cerita menjadi
sebuah cerita yang utuh (Wendy Widya, 2006: 27).
Alur atau plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab
akibat sehingga menjadi suatu satu kesatuan yang padu, bulat dan utuh. Alur atau
plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan sudut tinjauan atau
17
criteria. Alur atau plot tersebut dapat dibedakan menjadi tiga bagian,yaitu: “alur
maju, alur mundur, dan alur gabungan”. Alur maju bermula dari titik awal
peristiwa dan berjalan secara teratur sampai titik akhir cerita. Disebut alur mundur
apabila peristiwa-peristiwa yang disusun berdasarkan sebab akibat mencerikan
masa lampau dari titik akhir menuju titik permulaan. Sedangkan alur gabungan
adalah apabila perirtiwa-peristiwa yang ada disusun secara campuran antara sebab
akibat, waktu kini ke waktu lampau dan waktu lampau ke waktu kini (Wendy
Widya, dkk, 2006: 28).
Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian alur, maka dapat ditarik
kesimpulan alur adalah rangkaian peristiwa demi peristiwa dalam cerita yang
mempunyai hubungan sebab akibat sehingga membentuk cerita yang utuh.
2.4.3 Penokohan (Perwatakan)
Penokohan (Perwatakan) yaitu: cara melukiskan sikap dan watak para
pelakunya atau kepribadian tokoh-tokohnya, meliputi sifat lahir dan sifat
bahtinnya. Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang
paling penting dalam suatu cerita disebut tokoh inti atau tokoh utama (tokoh
protagonis).
Tokoh cerita merupakan seorang yang berperan dalam cerita. Tokoh cerita
mempunyai watak atau sifat (Wendy Widya, dkk. 2006:27). Tokoh dibagi menjadi
dua yaitu: tokoh baik (protagonis) dan tokoh jahat (antagonis). Selain itu tokoh
dapat juga dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh pendukung.
Ada dua cara memperkenalkan pelaku dalam cerita yaitu: secara analitik dan
secara dramatik (Antara, 1988:23):
18
1) Secara Analitik, yaitu pengarang langsung memaparkan watak atau karakter
tokohnya, pengarang menyebutkan tokoh tersebut keras hati.
2) Secara Dramatik, yaitu pengarang tidak menjelaskan watak pelaku ceritanya
secara langsung, watak-watak pelaku ceritanya digambarkan melalui hal-hal
lain, seperti pilihan nama tokohnya, cara berpakaiannya, tingkah laku
terhadap tokoh lain melalui dialog.
Dalam sebuah cerita menggambarkan tokoh dipergunakan oleh pengarang
untuk memandang, menguraikan persoalan, dan menyelesaikan sehingga dapat
menghidupkan tokoh dan peristiwa. Pengarang menempatkan tikohnya dengan
karakter yang cocok dengan cerita yang ditulisnya.
Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian penokohan (perwatakan)
dapat disimpulkan bahwa penokohan (perwatakan) adalah individu yang
mengalami suatu peristiwa atau lukisan watak seseorang/pelaku baik sifat lahir
maupun sifat batinnya.
2.4.4 Latar atau Setting
Latar merupakan segala keterangan mengenai waktu, tempat atau ruang dan
suasana dalam cerita. Latar tempat merupakan penjelasan tentang tempat
terjadinya peristiwa. Latar waktu merupakan penjelasan tentang waktu terjadinya
peristiwa. Latar suasana merupakan penjelasan tentang suasana saat suatu
peristiwa terjadi (Wendy Wydia, dkk. 2006: 27).
Latar disebut juga sebagai landas tumpu yang menyangkut pada pengertian
tempat (Geografis), hubungan waktu (historis), dan lingkungan sosial
(kemasyarakatan) tempat terjadinya peristiwa atau terjadinya cerita. Meskipun
19
ketiga unsur latar ini berbeda namun kenyataannya saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain (Wendy Widya, dkk.2006: 35).
Menurut Nurgiantoro (1995:216) Latar/setting merupakan waktu/keadaan
alam atau cuaca terjadinya suatu peristiwa, karena setiap perbuatan atau aktivitas
manusia akan terjadi pada tempat, waktu dan keadaan tertentu sehingga cerita itu
tampak lebih hidup dan logis untuk menggerakkan emosi pembaca. Hal ini
penting untuk memberikan kesan realisitis kepada pembaca, meciptakan suasana
tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi, sehingga pembaca
dapat merasakan dan menilai kebenaran, ketepatan dan aktualisasi latar yang
diceritakan sehingga merasa lebih akrab.
Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa,
latar/setting adalah peristiwa yang diungkapakan oleh pengarang dalam karyanya
mengenai waktu, tempat, serta suasana terjadinya suatu peristiwa ke dalam suatu
cerita. Sebagai penuntun untuk memahami latar/setting adalah:
1) Kapan peristiwa itu terjadi?
2) Di mana peristiwa itu terjadi?
3) Bagaimana situasi alam di daerah itu?
2.4.5 Sudut Pandang
Sudut pandang yaitu dari sudut mana pengarang memandang yang menjadi
pusat pengisah atau yang menjadi landasan tumpu cerita atau dengan kata lain
sudut pandang adalah cara pengarang memandang cerita atau landasan tumpu.
Adapun macam-macam sudut pandang adalah:
1) Author- participant (pengarang turut ambil bagian dalam cerita). Dalam hali
ini ada dua kemungkinan yaitu pengarang menjadi pribadi pelaku utama
20
sehingga ia menggunakan kata ”aku” atau pengarang hanya mengambil bagian
kecil saja, maksudnya pengarang menggunakan kata “aku” dalam cerita tetapi
bukan sebagai pelaku utama.
2) Author – ominiscient (orang ketiga). Pengarang menceritakan ceritanya
dengan memperguanakan kata “dia” untuk pelaku utamanya tetapi ia turut
hidup dalam pribadi pelakunya.
3) Author- observer. Ini hampir sama dengan author- omaniscient, bedanya
pengarang hanya sebagai peninjau seolah-olah ia tidak dapat mengetahui jalan
pikiran pelakunya.
4) Multiple. sudut pangang secara campur baur.
2.4.6 Amanat
Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di
dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi
makna niatan dan makna muatan. Makna niatan ialah makna yang diniatkan
oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah
makana yang termuat dalam karya sastra tersebut.
Amanat (pesan) ialah sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada
orang lain. Penyampaian amanat (pesan) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
cara lisan dan cara tulisan. Cara pertama, penyampai amanat langsung berhadapan
dengan penerima sebagai lawan bicara atau pendengar, sedangkan cara kedua,
penyampai amanat tidak berhadapan langsung dengan penerima, tetapi
menggunkan perantara/alat bantu ; dapat berupa cerita, buku (fiksi dan nonfiksi).
Untuk menemukan amanat pada sebuah karya sastra, misal cerpen, kita harus
lebih dulu memahami : tema, rasa, dan nada cerpen itu. Tema berbeda dengan
21
amanat. Tema berhubungan dengan arti karya sastra, sedangkan amanat
berhubungan dengan makna karya sastra (meaning dan significance) yang berifat
kias, subjektif, dan umum. Makna karya sastra selalu berhubungan dengan orang
per orang, konsep seseorang, dan situasi penyair mengimajinasikan karyanya.
Amanat (pesan) sebuah karya sastra, selain yang dibicarakan di atas, dapat pula
ditentukan melalui perndekatan teori sastra (sejarah sastra, angkatan, atau zaman)
terciptanya karya sastra itu. Jadi, menemukan amanat pada sebuah karya sastra
(cerpen) selain memahami tema, rasa, dan nada, juga dapat ditemukan melalui
pendekatan teori sastra.
.
2.5 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
2.5.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran Kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
didasarkan pada paham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/
tim kecil, yaitu terdiri dari empat sampai enam orang siswa yang mempunyai latar
belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda
(heterogen) ( Sanjaya, 2009 :240 ).
Tipe Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana
pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu
maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa
menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota
22
kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap
anggotanya diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok
asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli.
http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran-kooperatif-
tipe.html.
Teknik Jigsaw dapat juga diartikan teknik pembelajaran yang berupa
permainan antar kelompok, serupa dengan pertukaran kelompok dengan
kelompok, di mana setiap siswa ditugasi mengajarkan pengetahuan baru yang
diperoleh dari hasil diskusi kelompok untuk diajarkan kepada siswa lain pada
kelompok lain. Ini merupakaan alternatif menarik bila ada materi belajar yang
bisa disegmentasikan atau dibagi-bagi dan bila bagian-bagiannya harus diajarkan
secara berurutan. Tiap siswa mempelajari sesuatu yang berbeda dengan lainnya
yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain, membentuk
kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang padu.
https://hafismuaddab.wordpress.com/tag/pembelajaran-metode-kooperatif-tipe-
jigsaw/.
Jadi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ialah kegiatan belajar secara
kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman
belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu:
(1) kelompok kecil, (2) belajar bersama, dan (3) pengalaman belajar. Esensi
kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab
kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang
menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam
23
kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh
sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok.
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua
anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat diuraikan
sebagai berikut: (1) kelompok kooperatif awal (kelompok asal), Siswa dibagi atas
beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor
kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik dan (2)
Kelompok Ahli, kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada
kelompok asal.
2.5.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Adapun prosedur dari teknik Jigsaw ini adalah:
1) Guru memilih materi belajar yang bisa dipecah menjadi beberapa bagian.
Sebuah bagian bisa sependek kalimat atau sepanjang beberapa paragraf, jika
materinya panjang, perintahkan siswa untuk membaca tugas mereka sebelum
pelajaran. Contohnya antara lain : (1) modul berisi beberapa point penting, (2)
bagian-bagian eksperimen ilmu pengetahuan, (3) sebuah naskah yang
memiliki bagian atau sub judul yang berbeda, (4) Sebuah daftar definisi, dan
(5) Sebuah artikel setebal majalah atau jenis materi bacaan pendek yang lain.
2) Menghitung jumlah bagian yang hendak dipelajari dan jumlah siswa. Bagikan
secara adil berbagai tugas kepada berbagai kelompok siswa. Sebuah contoh,
misalnya jumlah siswa ada 24, sedangkan bagian yang hendak dipelajari ada 4
bagian, maka jumlah kelompok ada 4 kelompok, dan setiap kelompok
beranggotakan 6 anak (disebut kelompok 6), yang masing-masing kelompok
24
mendapat tugas yang berbeda dengan cara membaca, mendiskusikan, dan
menguasai materi yang mereka terima.
3) Setelah waktu belajar selesai, bentuklah kelompok belajar sistem Jigsaw.
Kelompok belajar tersebut terdiri dari perwakilan tiap ”kelompok belajar“ di
kelas. Dalam contoh yang baru saja diberikan, anggota dari tiap kelompok 6,
dapat berhitung mulai dari 1, 2, 3, 4 , 5, dan 6, kemudian bentuklah sistem ”
kelompok belajar Jigsaw “ dengan jumlah yang sama. Hasilnya adalah 6
kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 anak (kelompok empat).
Dalam masing-masing kelompok 4 ada 1 siswa yang telah mempelajari bagian
1, bagian 2, bagian 3, bagian 4. berikut ini menunjukkan urutannya :
Kelompok Belajar
Kelompok A : A1, A2, A3, A4, A5, A6
Kelompok B : B1, B2, B3, B4, B5, B6
Kelompok C : C1, C2, C3, C4, C5, C6
Kelompok D : D1, D2, D3, D4, D5, D6
Kelompok Belajar Jigsaw
Kelompok I, anggota terdiri dari A1, B1, C1, D1
Kelompok II, anggota terdiri dari A2, B2, C2, D2
Kelompok III, anggota terdiri dari A3, B3, C3, D3
Kelompok IV, anggota terdiri dari A4, B4, C4, D4
Kelompok V, anggota terdiri dari A5, B5, C5, D5
Kelompok VI, anggota terdiri dari A6, B6, C6, D6
a) Perintahkan anggota kelompok Jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain
apa yang telah mereka pelajari.
25
b) Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dalam rangka
membahas pertanyaan yang masih tersisa guna memastikan pemahaman
yang akurat.
c) Ajukan serangkaian pertanyaan yang menjajaki pemikiran siswa dan
pengetahuan siswa yang mereka miliki. Gunakan pertanyaan yang
memiliki beberapa kemungkinan jawaban, misalnya “bagaimana kamu
menjelaskan seberapa kecerdasan seseorang ?”.
d) Berikan waktu yang cukup kepada siswa dalam berpasangan atau
berkelompok untuk membahas jawaban mereka.
e) Perintahkan siswa untuk kembali ke tempat masing-masing dan catatlah
pendapat mereka. Jika memungkinkan adakan seleksi jawaban mereka
menjadi beberapa katagori terpisah yang terkait dengan katagori atau
konsep yang berbeda, misalnya “kemampuan membuat mesin“ pada
kecerdasan kinestetika tubuh.
f) Sajikan poin-poin pembelajaran utama yang ingin anda ajarkan.
Perintahkan siswa untuk menjelaskan kesesuaian jawaban mereka dengan
poin-poin ini. Catatlah gagasan yang memberi informasi tambahan bagi
poin pembelajaran anda.
2.6 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
2.6.1 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Keunggulan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai suatu strategi
pembelajaran di antaranya:
26
1) Melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan
belajar dari siswa yang lain.
2) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membantu anak untuk respek pada
orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan.
4) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membantu memberdayakan setiap
siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan suatu strategi yang cukup
ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial,
termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang
positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu,
dan sikap positif terhadap sekolah.
6) Melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima
umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut
membuat kesalahan, karena keputusan yang di buat adalah tanggung jawab
kelompoknya.
7) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
27
8) Interaksi selama kooperatif tipe Jigsaw berlangsung dapat meningkatkan
motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk
proses pendidikan jangka panjang.
2.6.2 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Di samping keunggulan, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw juga memiliki
kelemahan/ keterbatasan, di antarnya:
1) Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara
otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning.
Untuk siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan
semacam ini dapat menganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
2) Ciri utama dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah bahwa siswa
saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif,
maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara
belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak
pernah dicapai oleh siswa.
3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu
menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah
prestasi setiap individu siswa.
4) Keberhasilan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam upaya
mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang
cukup panjang, dan, hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu
kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.
28
5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya
didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya
melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw selain siswa belajar bekerja sama,
siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk
mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memang
bukan pekerjaan yang mudah.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil jenis Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) partisipan. Suatu penelitian dikatakan sebagai partisipan ialah apabila
orang yang akan melaksanakan penilaian harus terlibat langsung dalam proses
penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan
demikian, sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya
peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data
serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya (Iskandar, 2010: 27). Dalam
penelitian ini, peneliti terlibat langsung terus-menerus sejak awal sampai akhir
penelitian, disamping peneliti juga melibatkan siswa, guru bahasa Indonesia yang
mengajar di kelas tersebut, agar penelitian ini memberikan hasil yang optimal.
Dalam penelitian ini yang diterapkan adalah pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dalam memahami unsur intrinsik cerpen. Model penelitian tindakan kelas
(PTK) yang digunakan adalah model Kurt Lewin (dalam Iskandar, 2010: 28) yaitu
bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah yaitu (1) perencanan
(planning), (2) tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi
(reflecting).
3.2 Subjek, Objek, Tempat Penelitian
1) Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa-siswi kelas V
SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014, yang
berjumlah 22 orang terdiri atas 7 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.
30
2) Objek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan memahami unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa
kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014.
3) Tempat penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli. Waktu penelitian tindakan kelas dilaksanakan
pada semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014. Jadwal penelitian disesuaikan
dengan kalender pendidikan dan jadwal mata pelajaran di kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah kerangka penelitian yang merupakan alur
pelaksanaan kegiatan penelitian dalam rangka memeroleh, mengumpulkan,
menyusun, mengklasifikasikan dan menganalisis data. Penelitian ini dirancang
sampai pada siklus ke-N. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki
dan meningkatkan praktek-praktek pengajaran di kelas secara professional
(Iskandar, 2010: 23). Desain penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah
model Kurt Lewin yang terdiri atas empat tahap, yakni; perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses
yang terjadi dalam satu lingkaran yang terus menerus (Sanjaya, 2010: 49).
Apabila digambarkan proses penelitian tindakan digambarkan seperti berikut ini.
31
Perencanaan
Refleksi Tindakan
Observasi
Observasi
Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin dalam Sanjaya (2010: 50).
1) Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat
dari satu ide gagasan peneliti.
2) Tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun oleh peneliti.
3) Observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui
efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai
kelemahan (kekurangan) tindakan yang telah dilakukan.
4) Refleksi adalah kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga
memunculkan program atau perencanaan baru.
3.4 Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang akan dilaksanakan adalah:
1) Refleksi Awal
Sebelum melakukan tindakan dilakukan refleksi awal yang bertujuan
32
mengumpulkan data awal mengenai permasalahan serta kendala-kendala yang
dialami oleh siswa pada saat proses belajar. Mengetahui kelemahan metode
yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran.
Masalah yang terungkap dari hasil wawancara adalah siswa ternyata
menganggap bahwa memahami unsur intrinsik cerpen sangat sulit dilakukan
karena unsur-unsur intrinsik cerpen merupakan karya sastra yang mempunyai
makna utuh. Siswa sulit menangkap makna dibalik kata-kata sastra yang
digunakan oleh pengarang. Selain itu hal-hal dari luar lingkungan siswa yang
tidak mendukung kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen.
Oleh sebab itulah guru sebagai komentator, kritikus, dan pembimbing
hendaknya mengusahakan agar siswa tertarik, terlibat serta terinspirasi saat
proses pembelajaran berlangsung.
Sesuai dengan refleksi awal, maka penulis akan mencoba menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam memahami unsur intrinsik cerpen
pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli. Pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa
dalam memahami unsur intrinsik cerpen.
2) Perencanaan Tindakan
Untuk melaksanakan tindakan penelitian ini diperlukan beberapa
perencanaan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam perencanaan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a) Tes diagnotik/tes awal yang dipersiapkan berupa tes tertulis yang berbentuk
esai. Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal pemahaman
siswa tentang unsur intrinsik cerpen.
33
b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan rencana
program yang ditempuh melalui proses belajar mengajar.
c) Format observasi siswa. Format observasi adalah pedoman digunakan pada
saat melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar. Format
observasi berisi beberapa pertanyaan/pernyataan yang membutuhkan
jawaban melalui pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
d) Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang dikerjakan oleh anak atau sekelompok
anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang prestasi anak. Tes ini
digunakan untuk mengevaluasi pemahaman materi tentang kemampuan
dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw. Tes yang digunakan berupa tes tulis yang berbentuk esai. Tes
ini dilaksanakan setelah proses belajar mengajar selesai/ berakhir.
3) Implementasi Tindakan
Adapun langkah-langkah konkrit pelaksanaan dari rencana tindakan
penelitian kelas tersebut adalah seperti pada skenario pembelajaran berikut.
34
Tabel 01. Skenario Pembelajaran Memahami Unsur Intrinsik Cerpen
melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Kegiatan Awal
No.
Peneliti/Guru Siswa
(1) (2) (3)
01. Membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Siswa bersama-sama
memberi salam.
02. Menginformasikan rencana pelajaran
hari tersebut, yaitu pembelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen
melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
Medengarkan dan
mempersiapkan diri untuk
mengikuti pembelajaran
memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
03. Mengapersepsi kelas dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan guru.
Kegiatan Inti
01. Eksplorasi:
Memberikan penjelasan tentang unsur-
unsur yang terkandung dalam sebuah
cerpen.
Siswa mendengarkan
penjelasan tentang unsur-
unsur yang terkandung
dalam sebuah cerpen.
02. Memberi peluang agar siswa bertanya
apabila ada materi yang belum
dipahami.
Siswa bertanya mengenai
materi yang belum dipahami.
03. Elaborasi:
Menjelaskan unsur intrinsik cerpen
dengan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
Siswa menyimak penjelasan
guru tentang . unsur intrinsik
cerpen dengan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
04. Memberikan tugas secara berkelompok
untuk menganalisis unsur-unsur
intrinsik cerpen.
Bekerja secara berkelompok
membahas unsur-unsur
intrinsik cerpen.
05. Memberi bimbingan dan memantau
kerja kelompok siswa dalam
memahami isi unsur intrik cerpen.
Bekerja secara berkelompok
membahas unsur-unsur
intrinsik cerpen.
06. Menugaskan untuk mepresentasikan
hasil kerja kelompoknya.
Mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
07.
Konfirmasi:
Guru bersama siswa menyimpulkan
hasil kegiatan pembelajaran dan
mengadakan refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran
Siswa menyimpulkan dan
merefleksi pembelajaran
memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang
35
(1) (2)
kooperatif tipe Jigsaw yang telah
dilaksanakan.
(3)
telah dilaksanakan.
Kegiatan Akhir
(1) (2) (3)
No. Peneliti/Guru
Siswa
01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam
tahap ini guru mengetes dan
memberikan nilai terhadap pemahaman
materi pelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen melalui strategi
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Mengerjakan tes pemahaman
materi pelajaran memahami
unsur intrinsik cerpen
melalui strategi
pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
02. Memberikan tugas untuk berlatih di
rumah, agar siswa membaca cerpen
yang lain.
Mencatat PR.
03. Menutup pembelajaran dengan salam.
Mengucapkan salam.
4) Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini, peneliti menempuh beberapa langkah untuk
mengumpulkan data dalam bentuk :
a) Observasi/ pengamatan langsung adalah suatu cara untuk mengadakan
penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan langsung dan sistematis
(Nurkancana, 1992 : 51). Observasi sebagai data penunjang perlu dilakukan
untuk mengetahui tingkat keaktifan dan respon siswa terhadap penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen. Pengamatan aktivitas siswa dalam hal ini dispesifikkan
pada beberapa aktivitas belajar esensial di kelas, yaitu :
- aktivitas bertanya,
- aktivitas menjawab pertanyaan guru,
- aktivitas diskusi,
36
- aktivitas mengerjakan soal,
- aktivitas mencatat dan merangkum pelajaran.
b) Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak ataupun
kelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkan laku atau
prestasi anak tersebut (Nurkancana,1992:34). Tes sebagai data utama dalam
penelitian ini adalah untuk mengevaluasi atau memperoleh gambaran
tentang peningkatan kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada akhir siklus.
5) Refleksi
Berdasarkan data obsevasi dan hasil tes siswa dalam memahami unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw peneliti
melakukan refleksi. Refleksi ini dapat menghasilkan berbagai kemungkinan.
Pertama, tindakan yang hasilnya positif atau sudah baik, dipertahankan dan
yang tidak direvisi lagi. Kedua, tindakan yang masih dirasakan menghambat
atau masih memiliki kekurangan perlu ada revisi dalam pembuatan rencana
siklus berikutnya.
3.5 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penilaian
Data yang diharapkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar
dalam memahami unsur intrinsik cerpen, maka dipergunakan metode tes. Untuk
mengetahui sikap aktivitas dan antusias anak dalam memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw digunakan metode observasi.
37
Jadi, dalam hal ini tes merupakan data utama yang dipergunakan dalam
penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui atau memperoleh gambaran
tentang kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Melalui tes tersebut, peneliti ingin
mengetahui apakah proses belajar mengajar yang telah dilakukan berhasil atau
mengalami kegagalan. Adapun kriteria penilaian keberhasilan siswa dalam
memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,
yaitu apabila siswa mampu memahami unsur intrinsik cerpen yang dibacanya.
Metode tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam
mengalisis unsur intrinsik cerpen dengan menjawab soal-soal yang telah
disediakan oleh peneliti, kemudian hasil analisis tersebut dinilai ketepatan
menentukan tema, menemukan alur, menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita,
menentukan sudut pandang, menyebutkan latar tempat dan waktu.
1) Metode Observasi
Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan di kelas dari awal
pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Observasi dilakukan dengan
berkolaborasi bersama guru pamong bersangkutan. Hasil observasi dicatat pada
catatan lapangan dan format observasi aktivitas guru dan siswa. Format observasi
aktivitas guru desesuaikan dengan aktivitas guru sebagai pihak yang membantu
membelajarkan siswa dan format observasi aktivitas siswa disesuaikan dengan
aktivitas siswa sebagai pihak yang dibelajarkan.
2) Metode Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk
suatu tugas yang harus dikerjakan oleh setiap anak / siswa sehingga
38
memberikan hasil sesuai nilai tentang hasil atau prestasi anak /siswa tersebut
yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau
nilai standar yang telah ditetapkan (Nurkencana, 1983: 25). Jadi tes ini adalah
untuk mengetahui atau memperoleh gambaran prestasi siswa. Melalui tes
tersebut peneliti ingin mengetahui apakah proses belajar mengajar yang telah
dilakukan mengalami keberhasilan atau kegagalan. Bentuk tes yang digunakan
adalah berupa tes essay dengan jumlah soal sebanyak 6 butir atau sesuai
dengan jumlah insur intrinsik yang akan diteliti.
3) Penetapan Skor
Pada langkah ini setelah hasil tes dikumpulkan selanjutnya melakukan
penentuan skor tes essay yang telah diberikan dengan skor tiap butir soal
diberi rentang antara 1-10 yang terdiri dari 6 butir soal, hasil tes tersebut
nantinya penulis akan evaluasi dengan menggunakan rumus norma absolut
skala sebelas, sehingga memperoleh data mengenai kemampuan siswa
menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui metode inkuiri. Adapun hal-hal
yang dievaluasi adalah:
a. Tema skor 1-10
b. Alur/plot skor 1-10
c. Tokoh skor 1-10
d. Susut Pandang skor 1-10
e. Latar/setting skor 1-10
f. Gaya bahasa skor 1-10
Jadi nilai maksimal idealnya adalah 6 x 10= 60
39
4) Mengubah Skor Mentah menjadi Skor Standar
Prosedur yang akan ditempuh dalam mengubah skor mentah menjadi
skor standar, adalah:
a. Mencari Skor Maksimal Ideal (SMI) daripada tes yang diberikan. Skor
Maksimal Ideal adalah skor yang mungkin dicapai apabila setiap item atau
butir soal dapat dijawab dengan benar. Skor maksimal ideal dicari dengan
jalan menghitung juamlah item atau butir soal yang diberikan serta bobot
daripada masing-masing item atau butir soal.
b. Mencari angka rata-rata ideal (Mi) untuk tes tersebut dengan rumus:
Mi =1/2 x SMI
c. Mencari Standar Deviasi ideal (SDi) untuk tes tersebut dengan rumus:
SDi =1/3 x Mi
Membuat pedoman konversi dengan ketentuan sebagai berikut:
M + 2,25 SD 10
M + 1,75 SD 9
M + 1,25 SD 8
M + 0,75 SD 7
M + 0,25 SD 6
M – 0,25 SD 5
M – 0,75 SD 4
M – 1,25 SD 3
M – 1,75 SD 2
M – 2,25 SD 1
(Nurkencana, 1983:84-85).
40
Berdasarkan rumus di atas, maka penyelesaian adalah hasil tes yang berupa
skor mentah dikonversikan menjadi skor standar dengan menggunakan norma
absolut skala 11.
SMI = 60
Mi = 1/2 x 60 =30
Sdi = 1/3 x 30 = 10
Keterangan
Smi = Skor Maksimal Ideal
Mi = Angka Rata-rata ideal
Sdi = Standar Deviasi
Dari rumusan tersebut di atas maka hasil yang diperoleh sebagai berikut:
Mi + 2,25 Sdi = 30 + (2,25 x 10) = 52 10
Mi + 1,75 Sdi = 30 + (1,75 x 10) = 47 9
Mi + 1,25 Sdi = 30 + (1,25 x 10) = 42 8
Mi + 0,75 Sdi = 30 + (0,75 x 10) = 37 7
Mi + 0,25 Sdi = 30 + (0,25 x 10) = 32 6
Mi - 0,25 Sdi = 30 – (0,25 x 10) = 27 5
Mi – 0,75 Sdi = 30 – (0,75 x 10) =22 4
Mi – 1,25 Sdi = 30 – (1,25 x 10) = 17 3
Mi – 1,75 Sdi = 30 – (1,75 x 10) = 12 2
Mi – 2,25 Sdi = 30 –( 2,25 x 10) = 7 1
Berpedoman pada ketentuan di atas, maka dapatlah ditentukan dalam skor
standar yang dipakai oleh masing-masing siswa dengan ketentuan sebagai berikut:
jika siswa yang mendapat skor mencapai 52 ke atas maka anak teserbut mendapat
41
skor standar 10, jika siswa mendapat skor mentah antara 47 sampai 51 maka siswa
tersebut mendapat skor standar 9. Demikian selanjutnya dengan tabel peningkatan
kemampuan siswa dalam menganalisis cerpen, seperti yang terdapat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 02. Klasifikasi Peningkatan Kemampuan Menganalisis Cerpen Pada
Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun
Pelajaran 2013/2014
No. Skor Mentah Skor Standar Kategori
(1) (2) (3) (4)
01. 52 – 60 10 Istimewah
02. 47 – 51 9 Baik Sekali
03. 42 – 46 8 Baik
04. 37 – 41 7 Lebih dari cukup
05. 32 – 36 6 Cukup
06. 27 – 31 5 Hampir cukup
07. 22 – 26 4 Kurang
08. 17 – 21 3 Kurang sekali
09. 12 – 16 2 Buruk
10. 7 – 11 1 Buruk sekali
3.6 Analisis Data
Setelah data yang diinginkan terkumpul, diadakan pengolahan data. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini masih merupakan data atau bahan mentah.
Oleh karena itu, data perlu diolah lagi agar dapat ditarik suatu simpulan. Dalam
pengolahan data ini, digunakan metode analisis deskriptif. Metode analisis
deskreptif adalah metode pengolahan data dengan jalan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh, sehingga didapat suatu simpulan umum.
42
Analisis pertama, dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan yang diambil,
apakah pelaksanaannya sesuai dengan yang telah direncanakan. Kedua, analisis
terhadap kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang didapatkan dari hasil tes. Hasil tes diolah dengan
menggunakan keberhasilan belajar secara individu dan klasikal. Penskoran hasil
tes masing-masing siswa dianalisis dengan norma absolut skala seratus. Skala
seratus adalah skala yang bergerak antara nol sampai seratus. Skala seratus
disebut juga skala persentil. Setelah mengetahui nilai masing-masing siswa,
selanjutnya secara klasikal dapat dicari nilai rata-ratanya dengan menggunakan
rumusan berikut :
∑ Fx
Mean = -----------------
N
Keterangan :
Mean = Nilai rata-rata
F = Frekuensi
x = Nilai
N = Jumlah sampel (Nurkencana, 1992 : 99).
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini telah disesuaikan dengan
tahap-tahap dan prosedur yang telah direncakan sebelumnya. Data yang
diperlukan untuk dievaluasi. Data yang diperoleh adalah berupa hasil observasi
terhadap siswa selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut. Data yang
diambil berupa data hasil tes peningkatan kemampuan menganalisis unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas V
SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli.
4.2 Refleksi Awal
Refleksi awal bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa
menganalisis unsur intrinsik cerpen. Sebelum proses belajar mengajar dilakukan,
peneliti melaksanakan pre tes dan mendapat nilai untuk menentukan kualifikasi.
4.2.1 Hasil Observasi awal
Observasi dilakukan peneliti bersama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Dari obsevasi inilah dapat ketahui permasalahan siswa dalam mengikuti pelajaran
bahasa indonesia terutama menganilis cerpen. Adapun hasil obsevasi yang telah
dilakukan adalah: (1) pembelajaran yang diterapkan oleh guru bersifat
konvensional, (2) siswa hanya mengandalkan catatan dari guru dan berpedoman
pada LKS, (3) siswa kurang motivasi, anak yang memiliki motivasi tinggi dalam
mengerjakan tugas akan lebih cepat tugasnya selesai sebaliknya, anak yang
44
kurang motivasi, maka penyelesaian tugas lebih dan lama juga akan rendah
kualitasnya, (4) siswa takut bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang kurang
dan jelas, (5) siswa kurang mengerti bagaimana cara menemukan atau
menganalisis unsur intrinsik cerpen.
4.2.2 Hasil Tes Awal
Pada tahap tes awal peneliti memberikan tes menganalisis unsur intrinsik
cerpen. Hasil pre tes kemampuan siswa dalam menganalisis cerpen dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 03. Data Hasil Tes Awal kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik
cerpen Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun
Pelajaran 2013/2014
No Nama siswa A B C D E F
Skor
Mentah
Skor
Standar
Kategori
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
01. I Kadek Juni Lestari 2 1 6 2 1 1 13 3 Buruk
02. I Made Tantra 2 2 3 2 1 4 14 3 Buruk
03. Ni Nengah Diantari 4 7 2 4 4 4 25 4 Kurang
04. I Wayan Wiryanata 8 2 6 8 1 2 27 5 Hampir cukup
05. Ni Made Sridaning Aminarti 2 3 4 4 2 2 17 3 Kurang sekali
06. Ni Kadek Sri Wijayanti 8 2 6 8 1 2 27 5 Hampir cukup
07. Ni Kadek Widianti 8 2 6 8 1 2 27 5 Hampir cukup
08. I Kadek Adi Wirawan 2 4 5 6 2 3 22 4 Kurang
09. Ni Wayan Eka Sri Cahyani 8 3 5 3 1 2 22 4 Kurang
10. Ni Kadek Sukreni 8 3 5 6 1 2 25 4 Kurang
11. I Made Suryadana 2 4 5 6 2 3 22 4 Kurang
12. Ni Made Ayu Suari Dewi 2 4 5 6 2 3 22 4 Kurang
13. Ni Luh Sri Opina Wati 8 2 5 4 1 2 22 4 Kurang
14. Ni Wayan Seppi Puspita Dewi 2 3 5 4 4 4 22 4 Kurang
15. Ni Kadek Sri Widarini 8 2 4 6 2 1 23 4 Kurang
16. Ni Made Apriliana Sari 2 3 5 4 4 4 22 4 Kurang
45
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
17. Ni Nyoman Apriliani Sari 2 2 6 4 8 1 23 4 Kurang
18. I Ketut Arya Adikara 1 1 6 6 2 2 18 3 Kurang sekali
19. Ni Kadek Ariani 8 1 5 6 1 1 22 4 Kurang
20. I Wayan Wiryatama 1 2 5 4 8 3 23 4 Kurang
21. Ni Wayan Suriasih 8 2 6 8 1 2 27 5 Hamper cukup
22. I Nengah Sila 2 3 5 4 4 4 22 4 Kurang
Jumlah 98 58 110 113 54 54 487 88
Nilai rata-rata 4,45 2,64 5,00 5,14 4,45 4,45 22,14 4,00 Kurang
Keterangan:
A. Tema
B. Alur
C. Tokoh / karakter
D. Latar/setting
E. Sudut pandang
F. Amanat
4.2.3 Analisis Hasil Tes Awal
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan siswa
memahami unsur intrinsik cerpen. Saat proses belajar mengajar berlangsung
sebelum dilakukannya tindakan, peneliti melaksanakan pretes dan mendapat nilai
untuk menentukan kualifikasi. Rata-rata skor diperoleh dengan menggunakan
rumus :
N
fxM
Keterangan :Skor
M : Rata-rata skor
46
∑ : Jumlah
F : Frekwensi
X : Nilai
N : Jumlah Individu
Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada tes awal dapat dilihat
pada pada tabel berikut ini.
Tabel 04. Analisis Data Tes Awal Peningkatan Kemampuan Menganalisis
Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun
Pelajaran 2013/2014
No. Nilai (x) Frekwensi (F) Fx Persentase Kategori Nilai Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01. 10 - - - -
88 = 4,00
22
(kurang)
02. 9 - - - -
03. 8 - - - -
04. 7 - - - -
05. 6 - - - -
06. 5 4 20 18,2% Hampir Cukup
07. 4 14 56 63,6% Kurang
08. 3 4 12 18,2% Kurang Sekali
09. 2 - - - -
10. 1 - - - -
22 88 100% -
Berdasarkan tabel di atas telah menunjukan kemampuan siswa dalam
menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes awal, siswa mencapai nilai rata-rata
4,00 dengan nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 4 orang (18,2%), nilai 4
47
kategori kurang sebanyak 14 orang (63,6%), nilai 3 kategori kurang sekali
sebanyak 4 orang (18,2%), dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan
bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes awal dapat
dikategorikan kurang, karena itu penelitian tindakan kelas ini dapat dilaksanakan
di SDN 2 penglumbaran Susut Bangli.
4.3 Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I di kelas adalah dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Siklus I ini dilaksanakan pada hari Selasa,
tanggal 15 April 2014. Adapun hasil pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut.
4.3.1 Hasil Observasi/Evaluasi Siklus I
Hasil pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh dengan melakukan
pengamatan/observasi yang dilakukan oleh observer (guru pamong). Dalam hal
itu, guru pamong melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan yang
dilakukan peneliti dalam penerapan model pembelajaran terhadap subjek
penelitian, yaitu siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli. Adapun hasil
observasi yang telah dilakukan yaitu:
1. Pembelajaran berjalan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
2. Siswa kurang aktif berdiskusi yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok.
3. Guru terus memantau jalannya diskusi sambil memberi bimbingan.
4. Guru memberi penghargaan kepada kelompok yang pekerjaannya paling
baik.
48
5. Respons siswa terhadap pembelajaran memahami isi bacaan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw cukup positif.
6. Siswa kurang bersosialisasi dalam berbagi pengetahuan dengan teman-teman
dalam kelompoknya.
7. Siswa kurang aktif mengemukakan pendapat, dan ada juga enggan membaca
bacaan.
8. Guru memberi perhatian lebih terhadap siswa yang masih lamban memahami
unsur intrinsik cerpen.
9. Guru menjelaskan lebih intensif materi yang kurang dipahami oleh siswa.
4.3.2 Hasil tes siklus I
Setelah pelaksanaan tindakan atau kegiatan pembelajaran, maka dilakukan
evaluasi. Kegiatan evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut
kemampuan memahami isi bacaana siswa. Dalam pelaksanaan evaluasi peneliti
memberikan tes. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
memahami isi bacaan dalam paragraf dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw. Hasil tes dapat dilihat dalam tabel berikut.
49
Tabel 05. Data Hasil Tes siklus I kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik
Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas
V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
No Nama siswa A B C D E F
Skor
Mentah
Skor
Standar
Kategori
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
01. I Kadek Juni Lestari 8 3 6 3 4 5 31 5 Hampir Cukup
02. I Made Tantra 5 4 3 4 3 5 24 4 Kurang
03. Ni Nengah Diantari 4 7 2 4 4 4 25 4 Kurang
04. I Wayan Wiryanata 6 7 5 6 4 4 32 6 Cukup
05. Ni Made Sridaning Aminarti 6 5 5 4 3 4 27 5 Hampir Cukup
06. Ni Kadek Sri Wijayanti 9 2 5 3 2 2 23 4 Kurang
07. Ni Kadek Widianti 9 6 5 3 3 4 30 5 Hampir Cukup
08. I Kadek Adi Wirawan 6 7 5 6 4 4 32 6 Cukup
09. Ni Wayan Eka Sri Cahyani 8 4 5 5 4 4 30 5 Hampir Cukup
10. Ni Kadek Sukreni 8 4 5 6 4 5 32 6 Cukup
11. I Made Suryadana 8 4 5 6 4 5 32 6 Cukup
12. Ni Made Ayu Suari Dewi 6 4 5 5 4 4 28 5 Hampir Cukup
13. Ni Luh Sri Opina Wati 8 4 5 5 4 4 30 5 Hampir Cukup
14. Ni Wayan Seppi Puspita Dewi 6 7 5 6 4 4 32 6 Cukup
15. Ni Kadek Sri Widarini 8 2 4 6 2 1 23 4 Kurang
16. Ni Made Apriliana Sari 6 5 5 4 3 4 27 5 Hampir Cukup
17. Ni Nyoman Apriliani Sari 6 5 6 4 8 4 32 6 Cukup
18. I Ketut Arya Adikara 6 4 6 6 3 3 26 4 Kurang
19. Ni Kadek Ariani 8 3 5 6 3 3 28 5 Hampir Cukup
20. I Wayan Wiryatama 4 3 5 4 8 4 28 5 Hampir Cukup
21. Ni Wayan Suriasih 6 5 6 4 8 4 32 6 Cukup
22. I Nengah Sila 6 3 5 4 4 4 26 4 Kurang
Jumlah 147 98 108 104 90 85 630 111
Nilai rata-rata 6,69 4,45 5,00 4,72 4,10 3,86 28,64 5,05 Hampir Cukup
50
Keterangan:
A. Tema
B. Alur
C. Tokoh / karakter
D. Latar/setting
E. Sudut pandang
F. Amanat
4.3.3 Analisis Data Siklus I
N
fxM
Keterangan :
M : Rata-rata skor
∑ : Jumlah
F : Frekwensi
X : Nilai
N : Jumlah Individu
Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada tes awal dapat dilihat
pada pada tabel berikut ini.
51
Tabel 06. Analisis Data Siklus I Siswa Peningkatan Kemampuan
Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran
Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
No. Nilai (x) frekwensi (f) Fx Persentase Kategori Nilai Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01. 10 - - - -
111 = 5,05
22
(hampir cukup)
02. 9 - - - -
03. 8 - - - -
04. 7 - - - -
05. 6 7 42 31,8% Cukup
06. 5 9 45 40,9% Hampir Cukup
07. 4 6 24 27,3% kurang
08. 3 - - - -
09. 2 - - - -
10. 1 - - - -
22 111 100% -
Berdasarkan tabel di atas, maka nilai rata-rata yang di capai siswa 5,05 dari
22 siswa dengan rincian nilai 6 kategori cukup sebanyak 7 orang (31,8%), nilai 5
kategori hampir cukup sebanyak 9 orang (40,9%), nilai 4 kategori kurang
sebanyak 6 orang (27,3%), sehingga kemampuan menganalisis unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran inkuiri pada siklus I dapat dikategorikan kedalam
kelompok hampir cukup.
52
4.3.4 Refleksi Siklus I
Pada proses belajar mengajar berlangsung, kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan baik, kegiatan pembelajaran berlangsung dalam kondisi yang
aktif dan menyenangkan. Dilihat pada tabel 06, diketahui bahwa siswa sudah
mengalami peningkatan. Hal tersebut dilihat dari pemerolehan nilai dalam
evaluasi proses pembelajaran yang peneliti lakukan pada setiap akhir pertemuan,
sehingga kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw semakin ditingkatkan.
Peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus I masih ada beberapa masalah
yang ditemukan peneliti pada proses pembelajaran, yang perlu dijadikan bahan
refleksi untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus selanjutnya. Masalah yang
muncul pada siklus I adalah siswa masih ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada peneliti yang walaupun peneliti memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya. Hal ini terjadi karena siswa belum cermat dan tepat
dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, maka peneliti perlu melanjutkan pembelajaran ke siklus II.
4.4 Siklus II
4.4.1 Perencanaan Penelitian
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan
yaitu pertemuan pertama pada hari Selasa, tanggal 15 April 2014 dan pertemuan
kedua pada hari selasa tanggal 22 April 2014. Dalam perencanaan, peneliti
menyiapkan beberapa hal yang diperlukan, antara lain:
53
1. Menyiapkan buku paket Bahasa Indonesia untuk SD kelas V.
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3. Menyiapkan bahan pelajaran bahasa Indonesia.
4. Menyiapkan cerpen yang akan dianalisis oleh siswa.
5. Menyusun tes hasil belajar untuk siklus II.
6. Memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang
belum mengerti.
4.4.2 Pelaksanaan Penelitian
Tabel 07. Skenario pembelajaran yang akan diguanakan pada siklus II
Kegiatan Awal
No.
Peneliti/Guru Siswa
(1) (2) (3)
01. Membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Siswa bersama-sama
memberi salam.
02. Menginformasikan rencana pelajaran
hari tersebut, yaitu pembelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen
melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
Medengarkan dan
mempersiapkan diri untuk
mengikuti pembelajaran
memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
03. Mengapersepsi kelas dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan guru.
Kegiatan Inti
01. Eksplorasi:
Memberikan penjelasan tentang unsur-
unsur yang terkandung dalam sebuah
cerpen.
Siswa mendengarkan
penjelasan tentang unsur-
unsur yang terkandung
dalam sebuah cerpen.
(1) (2) (3)
02. Memberi peluang agar siswa bertanya
apabila ada materi yang belum dipahami.
Siswa bertanya mengenai
materi yang belum dipahami.
03.
Elaborasi:
Menjelaskan unsur intrinsik cerpen dengan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Siswa menyimak penjelasan
guru tentang . unsur intrinsik
cerpen dengan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
54
(1) (2) (3)
04. Memberikan tugas secara berkelompok
untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik
cerpen.
Bekerja secara berkelompok
membahas unsur-unsur
intrinsik cerpen.
05. Memberi bimbingan dan memantau kerja
kelompok siswa dalam memahami isi
unsur intrik cerpen.
Bekerja secara berkelompok
membahas unsur-unsur
intrinsik cerpen.
06. Menugaskan untuk mepresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
Mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
07. Konfirmasi:
Guru bersama siswa menyimpulkan hasil
kegiatan pembelajaran dan mengadakan
refleksi terhadap kegiatan pembelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen melalui
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang
telah dilaksanakan.
Siswa menyimpulkan dan
merefleksi pembelajaran
memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang
telah dilaksanakan.
Kegiatan Akhir
No. Peneliti/Guru
Siswa
01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam
tahap ini guru mengetes dan memberikan
nilai terhadap pemahaman materi pelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen melalui
strategi pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
Mengerjakan tes pemahaman
materi pelajaran memahami
unsur intrinsik cerpen
melalui strategi
pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
02. Memberikan tugas untuk berlatih di rumah,
agar siswa membaca cerpen yang lain.
Mencatat PR.
03. Menutup pembelajaran dengan salam.
Mengucapkan salam.
4.4.3 Observasi/Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan pada akhir pertemuan kedua dengan tujuan
untuk mengetajui kemampuan siswa terhadap materi yang telah diberikan.
Kegiatan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
mengananalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Siswa
55
mengerjakan soal-soal yang telah disiapkan peneliti sebanyak 6 butir soal essay,
dengan rentangan nilai setiap soal 1-10 dan diselesaikan dalam waktu 2 x 40
menit.
4.4.4 Hasil Tes Siklus II
Hasil tes siklus II dapat dilihata pada tabel berikut ini.
Tabel 08. Data Hasil Tes siklus II kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik
Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas
V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
No Nama siswa A B C D E F Skor
Mentah
Skor
Standar Kategori
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
01. I Kadek Juni Lestari 7 4 6 5 4 6 32 6 Cukup
02. I Made Tantra 7 5 3 3 5 4 27 5 Hampir Cukup
03. Ni Nengah Diantari 4 7 5 4 5 4 29 5 Hampir Cukup
04. I Wayan Wiryanata 8 2 6 8 3 2 29 5 Hampir Cukup
05. Ni Made Sridaning Aminarti 7 5 5 4 3 4 28 5 Hampir Cukup
06. Ni Kadek Sri Wijayanti 9 4 5 4 3 3 28 5 Hampir Cukup
07. Ni Kadek Widianti 9 4 5 5 7 5 37 7 Hampir Baik
08. I Kadek Adi Wirawan 6 4 5 6 6 5 32 6 Cukup
09. Ni Wayan Eka Sri Cahyani 8 5 5 7 6 6 37 7 Hampir Baik
10. Ni Kadek Sukreni 8 7 5 6 5 6 37 7 Hampir Baik
11. I Made Suryadana 6 4 5 4 3 5 27 5 Hampir Cukup
12. Ni Made Ayu Suari Dewi 5 3 5 4 5 5 27 5 Hampir Cukup
13. Ni Luh Sri Opina Wati 8 4 5 4 6 5 32 6 Cukup
14. Ni Wayan Seppi Puspita Dewi 8 7 7 6 6 8 42 8 Baik
15. Ni Kadek Sri Widarini 8 6 4 6 5 4 33 6 Cukup
16. Ni Made Apriliana Sari 8 5 5 5 6 5 34 6 Cukup
17. Ni Nyoman Apriliani Sari 5 4 7 5 8 5 35 6 Cukup
18. I Ketut Arya Adikara 5 4 6 6 6 6 33 6 Cukup
19. Ni Kadek Ariani 8 7 6 6 7 8 42 8 Baik
20. I Wayan Wiryatama 6 4 5 5 8 4 32 6 Cukup
21. Ni Wayan Suriasih 8 5 5 7 6 6 37 7 Hampir Baik
56
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
22. I Nengah Sila 7 5 5 6 5 4 32 6 Cukup
Jumlah 155 105 115 116 118 110 722 133
Nilai rata-rata 7,05 4,77 5,23 5,27 5,36 5 32,82 6,05 Cukup
Keterangan:
A. Tema
B. Alur
C. Tokoh / karakter
D. Latar/setting
E. Sudut Pandang
F. Amanat
4.4.5 Analisis Data Siklus II
N
fxM
Keterangan :
M : Rata-rata skor
∑ : Jumlah
F : Frekwensi
X : Nilai
N : Jumlah Individu
Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada siklus II dapat dilihat
pada pada tabel berikut ini.
57
Tabel 09. Analisis Data Siklus II Peningkatan Kemampuan Menganalisis
Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun
Pelajaran 2013/2014
No. Nilai (x) Frekwensi (f) Fx Persentase Kategori Nilai Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01. 10 - - - -
133 = 6,05
22
(cukup)
02. 9 - - - -
03. 8 2 16 9,10% Baik
04. 7 4 28 18,18% Lebih Dari Cukup
05. 6 9 54 40,91% Cukup
06. 5 7 35 31,81% Hampir Cukup
07. 4 - - - -
08. 3 - - - -
09. 2 - - - -
10. 1 - - - -
22 133 100% -
Berdasarkan tabel di atas maka nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 6,05
dari 22 siswa dengan rincian, nilai 8 kategori baik sebanyak 2 orang (9,10%), nilai
7 kategori lebih dari cukup sebanyak 4 orang (18,18%), nilai 6 kategori cukup
sebanyak 9 orang (40,91%), nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 7 orang
(31,81%), sehingga kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat kelompokan dalam kategori hampir
cukup, ketentuan belum mencapai target maka perlu dilanjutkan kesiklus III.
58
4.4.6 Refleksi siklus II
Dari tabel di atas hasil tes dan observasi yang diperoleh dari siklus II dapat
diketahui bahwa melalui metode kooperatif, sebagai pendekatan pembelajaran
kemampuan menganalisis cerpen dapat ditingkatkan meskipun belum mencapai
target. Hal ini bisa tercapai apabila guru memperhatikan cara penyajian materi
pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif.
Peningkatan kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran
kooperatif pada siklus II masih ada beberapa masalah yang ditemukan peneliti
pada saat proses pembelajaran siklus II, yaitu:
1. Dilihat dari individu masih ada siswa yang mendapat nilai kurang.
2. Masih ada beberapa siswa kurang aktif dalam pelaksanaan pembelajaran
kooperatif.
3. Masih ada beberapa siswa kurang serius dalam menganalisis sebuah cerpen.
Berdasarkan hasil refleksi di atas maka perlu dijadikan refisi untuk
perbaikan siklus selanjutnya. Peneliti menganggap perlu melanjutkan pelaksanaan
pembelajaran pada siklus berikutnya.
4.5 Siklus III
4.5.1 Perencanaan Penelitian
Pelaksanaan pembelajaran siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan
yaitu pertemuan pertama pada hari Selasa, tanggal 29 April 2014 dan pertemuan
kedua pada hari Selasa, tanggal 05 Mei 2014. Dalam perencanaan, peneliti
menyiapkan beberapa hal yang diperlukan, antara lain:
1. Menyiapkan buku paket Bahasa Indonesia untuk SD kelas V.
59
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP).
3. Menyiapkan bahan pelajaran bahasa Indonesia.
4. Menyiapkan cerpen yang akan dianalisis oleh siswa.
5. Menyusun tes hasil belajar untuk siklus III.
6. Memotivasi individu yang mendapat nilai kurang.
7. Memberi perhatian khusus bagi siswa yang kuarng aktif dalam
pembelajaran.
8. Memberi teguran kepada siswa yang kurang serius dalam menganalis unsur
intrinsik cerpen.
4.5.2 Pelaksanaan Penelitian
Tabel 10. Skenario pembelajaran yang akan diguanakan pada siklus III
Kegiatan Awal
No.
Peneliti/Guru Siswa
(1) (2) (3)
01. Membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Siswa bersama-sama
memberi salam.
02. Menginformasikan rencana pelajaran
hari tersebut, yaitu pembelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen
melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
Medengarkan dan
mempersiapkan diri untuk
mengikuti pembelajaran
memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
03. Mengapersepsi kelas dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan guru.
Kegiatan Inti
01. Eksplorasi:
Memberikan penjelasan tentang unsur-
unsur yang terkandung dalam sebuah
cerpen.
Siswa mendengarkan
penjelasan tentang unsur-
unsur yang terkandung
dalam sebuah cerpen.
60
(1) (2) (3)
02. Memberi peluang agar siswa bertanya
apabila ada materi yang belum dipahami.
Siswa bertanya mengenai
materi yang belum dipahami.
03.
(1)
Elaborasi:
Menjelaskan unsur intrinsik cerpen dengan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
(2)
Siswa menyimak penjelasan
guru tentang . unsur intrinsik
cerpen dengan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
(3)
04. Memberikan tugas secara berkelompok
untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik
cerpen.
Bekerja secara berkelompok
membahas unsur-unsur
intrinsik cerpen.
05. Memberi bimbingan dan memantau kerja
kelompok siswa dalam memahami isi
unsur intrik cerpen.
Bekerja secara berkelompok
membahas unsur-unsur
intrinsik cerpen.
06. Menugaskan untuk mepresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
Mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
07. Konfirmasi:
Guru bersama siswa menyimpulkan hasil
kegiatan pembelajaran dan mengadakan
refleksi terhadap kegiatan pembelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen melalui
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang
telah dilaksanakan.
Siswa menyimpulkan dan
merefleksi pembelajaran
memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang
telah dilaksanakan.
Kegiatan Akhir
No. Peneliti/Guru
Siswa
01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam
tahap ini guru mengetes dan memberikan
nilai terhadap pemahaman materi pelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen melalui
strategi pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
Mengerjakan tes pemahaman
materi pelajaran memahami
unsur intrinsik cerpen
melalui strategi
pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
02. Memberikan tugas untuk berlatih di rumah,
agar siswa membaca cerpen yang lain.
Mencatat PR.
03. Menutup pembelajaran dengan salam.
Mengucapkan salam.
61
4.5.3 Observasi/Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan pada akhir pertemuan ketiga dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi yang telah diberikan.
Kegiatan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
mengananalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Siswa
mengerjakan soal-soal yang telah disiapkan peneliti sebanyak 6 butir soal essay,
dengan rentangan nilai setiap soal 1-10 dan diselesaikan dalam waktu 2 x 40
menit.
4.5.4 Hasil Tes Siklus III
Hasil tes siklus III dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 11. Data Hasil Tes siklus III kemampuan Menganalisis Unsur
Intrinsik cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun
Pelajaran 2013/2014
No Nama siswa A B C D E F
Skor
Mentah
Skor
Standar
Kategori
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
01. I Kadek Juni Lestari 7 8 6 7 6 7 41 7 Lebih dari cukup
02. I Made Tantra 8 6 6 7 7 6 40 7 Lebih dari cukup
03. Ni Nengah Diantari 8 7 6 6 8 8 43 8 Baik
04. I Wayan Wiryanata 8 7 6 8 7 8 44 8 Baik
05. Ni Made Sridaning Aminarti 8 6 6 8 7 8 43 8 Baik
06. Ni Kadek Sri Wijayanti 8 7 6 6 7 8 42 8 Baik
07. Ni Kadek Widianti 9 7 6 7 8 7 44 8 Baik
08. I Kadek Adi Wirawan 8 7 7 6 7 8 43 8 Baik
09. Ni Wayan Eka Sri Cahyani 8 7 8 7 8 7 45 8 Baik
10. Ni Kadek Sukreni 8 7 7 8 7 8 45 8 Baik
11. I Made Suryadana 8 6 8 8 6 8 44 8 Baik
12. Ni Made Ayu Suari Dewi 7 6 6 6 7 8 40 7 Lebih dari cukup
62
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
13. Ni Luh Sri Opina Wati 8 6 5 6 8 7 40 7 Lebih dari cukup
14. Ni Wayan Seppi Puspita Dewi 8 7 7 6 8 7 43 8 Baik
15. Ni Kadek Sri Widarini 8 7 6 6 5 7 39 7 Lebih dari cukup
16. Ni Made Apriliana Sari 7 6 5 8 7 7 40 7 Lebih dari cukup
17. Ni Nyoman Apriliani Sari 8 7 6 6 8 7 42 8 Baik
18. I Ketut Arya Adikara 7 7 6 6 7 8 41 7 Lebih dari cukup
19. Ni Kadek Ariani 8 7 7 7 7 7 43 8 Baik
20. I Wayan Wiryatama 7 6 5 6 8 7 39 7 Lebih dari cukup
21. Ni Wayan Suriasih 8 7 8 6 7 9 45 8 Baik
22. I Nengah Sila 7 7 7 7 7 8 43 8 Baik
Jumlah 171 148 140 148 157 165 929 168
Nilai rata-rata 7,77 6,73 6,36 6,73 7,14 7,5 42,23 7,64 Lebih dari cukup
Keterangan:
A. Tema
B. Alur
C. Tokoh / karakter
D. Latar/setting
E. Sudut pandang
F. Amanat
4.5.5 Analisis Data Siklus III
N
fxM
Keterangan :Skor
M : Rata-rata skor
∑ : Jumlah
63
F : Frekwensi
X : Nilai
N : Jumlah Individu
Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada siklus III dapat dilihat
pada pada tabel berikut ini.
Tabel 12: Analisis Data Siklus III Peningkatan Kemampuan Menganalisis
Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun
Pelajaran 2013/2014
No. Nilai (x) Frekwensi (f) Fx Persentase Kategori Nilai Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01 10 - - - -
168 = 7,64
22
(lebih dari
cukup)
02 9 - - - -
03 8 14 112 63,6% Baik
04 7 8 56 36,4% Lebih dari Cukup
05 6 - - - -
06 5 - - - -
07 4 - - - -
08 3 - - - -
09 2 - - - -
10 1 - - - -
22 168 100% -
Berdasarkan tabel di atas, maka nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah
7,64 dari 22 siswa dengan perincian, nilai 8 kategori baik sebanyak 14 orang
(63,6%), nilai 7 kategri lebih dari cukup sebanyak 8 orang (36,4), sehingga
64
kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw pada siklus III dapat dikategorikan lebih dari cukup.
4.5.6 Refleksi Siklus III
Peningkatan yang diperoleh siswa dapat dilihat dari hasil perbaikan.
Tindakan yang dilakukan peneliti selama peneliti memberikan bimbingan sesuai
dengan jadwal pelajaran Bahasa Indonesia oleh peneliti kepada siswa. Dilihat dari
hasil tes siklus III dari tabel di atas, diketahui bahwa kemampuan menganalisis
cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sudah mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata siswa dari tindakan siklus I, siklus II dan siklus III
mengalami peningkatan yang baik dan juga dilihat secara individu banyak siswa
yang memperoleh nilai baik serta dalam menganalisis cerpen melalui
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terjadi perubahan dan mengalami
peningkatan.
Secara umum tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada pelaksanaan
tindakan siklus III ini dapat katakan berhasil dengan baik itu dilihat dari adanya
peningkatan nilai-nilai serta menunjukan peningkatan-peningkatan lain seperti:
1. Semua siswa mengikuti proses belajar mengajar dengan aktif.
2. Siswa tidak enggan lagi mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peneliti.
3. Keaktifan siswa dalam menganalisis cerpen sangat baik.
Berdasarkan hasil yang dicapai, maka peneliti merasa tidak perlu lagi
melanjutkan pelaksanaan pembelajaran menganalisis cerpen melaui pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, sebab hasil yang yang diperoleh siswa sudah mencapai
kriteria nilai baik yang ditentukan peneliti.
65
4.6 Rekapitulasi Nilai
Tabel 13. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur
Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun
Pelajaran 2013/2014 Dari Tes Awal, Siklus I, II dan Siklus III
No. Nama siswa Tes awal Siklus I Siklus II Siklus III
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
01. I Kadek Juni Lestari 3 5 6 7
02. I Made Tantra 3 4 5 7
03. Ni Nengah Diantari 4 4 5 8
04. I Wayan Wiryanata 5 6 5 8
05. Ni Made Sridaning Aminarti 3 5 5 8
06. Ni Kadek Sri Wijayanti 5 4 5 8
07. Ni Kadek Widianti 5 5 7 8
08. I Kadek Adi Wirawan 4 6 6 8
09. Ni Wayan Eka Sri Cahyani 4 5 7 8
10. Ni Kadek Sukreni 4 6 7 8
11. I Made Suryadana 4 6 5 8
12. Ni Made Ayu Suari Dewi 4 5 5 7
13. Ni Luh Sri Opina Wati 4 5 6 7
14. Ni Wayan Seppi Puspita Dewi 4 6 8 8
15. Ni Kadek Sri Widarini 4 4 6 7
16. Ni Made Apriliana Sari 4 5 6 7
17. Ni Nyoman Apriliani Sari 4 6 6 8
18. I Ketut Arya Adikara 3 4 6 7
19. Ni Kadek Ariani 4 5 8 8
20. I Wayan Wiryatama 4 5 6 7
21. Ni Wayan Suriasih 5 6 7 8
22. I Nengah Sila 4 4 6 8
66
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Jumlah 88 111 133 168
Nilai rata-rata 4,00 5,05 6,06 7,64
Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
menganalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas
V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 mengalami
peningkatan pada tiap siklus dari tes awal, siklus I, siklus II dan siklus III.
Perinciannya sebagai berikut:
1. Pada tes awal peningkatan kemampuan menganalisis cerpen dari 22 siswa
memperoleh nilai rata-rata 4,00 yang dikelompokan ke dalam kategori
kurang.
2. Pada siklus I peningkatan kemampuan menganalisis cerpen melalui
pembelajaran koopratif tipe jigsaw dari 22 siswa memperoleh rata-rata 5,05
yang dikelompokan ke dalam kategori hampir cukup.
3. Pada siklus II peningkatan kemampuan menganalisis cerpen melalui
pembelajaran koopratif tipe jigsaw dari 22 siswa memperoleh nilai rata-rata
6,05 yang dikelompokan ke dalam kategori cukup
4. Pada siklus III peningkatan kemampuan menganalisis cerpen melalui
pembelajaran koopratif tipe jigsaw dari 22 siswa memperoleh nilai rata-rata
7,64 yang dikelompokan ke dalam kategori lebih dari cukup.
4.6 Pembahasan
Hasil dari penelitian ini ditemukan berdasarkan hasil observasi dan evaluasi
tes kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui
67
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh
siswa dalam setiap siklus mulai tes awal, siklus I, siklus II dan siklus III.
(1) Kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes awal siswa
mencapai nilai rata-rata 4,00. Dari hasil yang diperoleh menunjukan bahwa
kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada tes awal dapat dikategorikan kurang, karena itu
penelitian tindakan kelas ini diadakan di SDN 2 Penglumbaran Susut
Bangli.
(2) Pada siklus I siswa mencapai nilai rata-rata 5,05 dikategorikan hampir
cukup. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa siswa sudah mengalami
peningkatan. Pada proses belajar mengajar berlangsung dengan baik tetapi
masih ada masalah yang muncul pada siklus I yaitu siswa masih ragu-ragu
untuk mengajukan pertanyaan kepada peneliti yang walaupun peneliti
memberikan kesempatan kapada siswa untuk bertanya. Hal ini terjadi
karena siswa belum cermat dan tepat dalam menganalisis unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajran kooperatif tipe jigsaw, maka peneliti perlu
melanjutkan pembelajaran ke siklus II
(3) Pada siklus II siswa mencapai nilai rata-rata 6,05 dikategorikan cukup. Dari
hasil yang diperoleh diketahui siswa mengalami peningkatan nilai dalam
menganlisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajran kooperatif tipe
jigsaw. Peningkatan nilai pada siklus II disebabkan karena siswa tidak
ragu-ragu lagi bertanya kepada peneliti mengenai hal-hal yang kuarng
dimengerti. Walaupun ada peningkatan nilai pada siklus II tetapi masih ada
siswa yang yang mendapat nilai kurang, dan masih ada siswa yang kuarng
68
serius dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembejaran
kooperatif tipe jigsaw. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penliti
memutuskan untuk melanjutkan penelitian pada siklus III.
(4) Pada siklus III siswa mencapai nilai rata-rata 7,64 dikategorikan lebih dari
cukup. Dari hasil yang diperoleh siswa diketahui bahwa kemampuan
menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw sudah mengalami peningkatan, juga dilihat dari setiap individu
banyak siswa yang memperoleh nilai baik karena selama proses belajar
mengajar berlangsung semua siswa berperan aktif, siswa tidak enggan lagi
untuk bertanya dan keaktifan siswa dalam mengalisis unsur intrinsik cerpen
sangat baik. Berdasarkan hasil yang dicapai, maka peneliti merasa tidak
perlu lagi melanjutkan pelaksanaan pembelajaran menganlisis unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajran kooperatif tipe jigsaw, sebab hasil
yang diperoleh siswa sudah mencapai kriteria nilai baik yang ditentukan
peneliti.
Adapun hasil peningkatan pembelajaran menganalisis cerpen melalui
metode koopratif tipe jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut
Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 dari tes awal, siklus I, siklus II dan tes siklus
III dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
69
Grafik 01. Hasil Belajar Menganalisis Cerpen Melalui Metode Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran
Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014Dari Tes Awal, Siklus I,
Siklus II Sampai Tes Siklus III
Grafik di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam menganalisis
cerpen melalui metode kooperatif tipe jigsaw mengalami peningkatan. Dari hasil
tes awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa 4,00. Pada siklus I mengalami
peningkatan menjadi 5,05, kemudian mengalami peningkatan pada siklus II
dengan nilai rata-rata menjadi 6,05 dan siklus III telah mengalami peningkatan
yang lebih baik dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 7,64. Sehingga
kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014 mengalami peningkatan.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
TES AWAL SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III
70
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada bab IV maka dapat disimpulkan
bahwa:
a. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan
menganalisis unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran
Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal tersebut terbukti dari:
(1) Pre tes : Dari 22 siswa yang diteliti, nilai rata-rata 4,00 dengan rincian nilai 5
kategori hampir cukup sebanyak 4 orang (18,2%), nilai 4 kategori kurang
sebanyak 14 orang (63,6%), nilai 3 kategori kurang sekali sebanyak 4 orang
(18,2%),, dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan bahwa
kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes awal dapat
dikategorikan kurang.
(2) Siklus I : Dari 22 siswa yang diteliti, nilai rata-rata yang di capai siswa 5,05
dengan rincian nilai 6 kategori cukup sebanyak 7 orang (31,8%), nilai 5
kategori hampir cukup sebanyak 9 orang (40,9%), nilai 4 kategori kurang
sebanyak 6 orang (27,3%), dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat
disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada
tes siklus I dapat dikategorikan hampir cukup
(3) Siklus II : Dari 22 siswa yang diteliti, nilai rata-rata yang dicapai siswa
adalah 6,05 dengan rincian, nilai 8 kategori baik sebanyak 2 orang (9,10%),
nilai 7 kategori lebih dari cukup sebanyak 4 orang (18,18%), nilai 6 kategori
71
cukup sebanyak 9 orang (40,91%), nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 7
orang (31,81%), dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan
bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes siklus II
dapat dikategorikan cukup.
(4) Siklus III : Dari 22 siswa yang diteliti, nilai rata-rata yang dicapai siswa
adalah 7,64 dengan rincian, nilai 8 kategori baik sebanyak 14 orang
(63,6%), nilai 7 kategri lebih dari cukup sebanyak 8 orang (36,4), dari hasil
yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan
menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes siklus III dapat dikategorikan
lebih dari cukup.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Menganalisis
Unsur Intrinsik Cerpen adalah sebagai berikut:
1. Orientasi
Tahapan ini merupakan sebuah langkah untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang lebih responsif. Jadi seorang guru di sini
mengondisikan supaya peserta didik lebih siap dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Adapun yang dilakukan pada tahapan ini adalah :
a. Menjelaskan tujuan, topik maupun hasil belajar yang di capai oleh para
peserta didik
b. Menjelaskan berbagai pokok kegiatan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
c. Menjelaskan betapa pentingnya sebuah topik dan juga kegiatan belajar.
72
2. Merumuskan masalah
Ini adalah langkah yang akan membawa para siswa ke sebuah persoalan
yang harus dipecahkan. Jadi persoalan tersebut disajikan dengan menarik
agar lebih menantang para siswa untuk memecahkan teka-teki yang ada.
Adapun konsep teka-teki tersebut haruslah mengandung konsep jelas
sehingga bisa ditemukan atau dicari penyelesaiannya.
3. Merumuskan hipotesis
Jadi hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara dalam sebuah
permasalahan yang tengah dikaji. Adapun hipotesis tersebut memang
masih perlu di uji kebenarannya. Sementara itu seorang guru juga harus
bisa mengembangkan kemampuan menebak siswa dengan cara
mendorongnya dalam merumuskan jawaban sementara serta merumuskan
beberapa perkiraan yang mengarah pada jawaban yang sebenarnya.
4. Mengumpulkan data
Adapun tahapan ini dilakukan untuk menjaring informasi yang diperlukan
yang nantinya digunakan untuk menguji hipotesis yang telah di ajukan.
Jadi di dalam model pembelajaran inkuiri ini pengumpulan data adalah
proses mental yang teramat penting untuk mengembangkan intelektual.
5. Menguji hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban yang bisa
diterima berdasarkan data yang telah didapatkan dari proses pengumpulan
data sebelumnya. Pengujian ini juga berarti untuk melatih
mengembangkan kemampuan berpikir secara masuk akal atau rasional,
73
maksudnya jawaban yang dipaparkan tidak hanya bersifat argumen tapi
harus didukung dengan data yang kuat.
6. Menarik kesimpulan
Ini adalah tahapan akhir apabila jawaban sudah ditemukan dan kita bisa
menarik beberapa kesimpulan atas permasalahan dan jawaban yang
didapatkannya.
5.2 Saran-saran
1. Sastra merupakan bagian dari pelajaran bahasa Indonesia, hendaknya guru
lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar khususnya cerpen.
2. Guru dapat menggunakan pembelajarankooperatif tipe jigsaw dalam
pembelajaran sastra khusunya dalam menganalisis cerpen.
3. Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut
Bangli, maka kemampuan menganalisis cerpen dapat ditingkatkan lagi.
74
DAFTAR PUSTAKA
Adiwardoyo, Winarno. 1990. Latihan Apresiasi Sastra. Malang: Yayasan Asah
Asih Asuh/Y A3.
Aminuddin. Hayati. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar
Baru.
Antara, I.G.P. 1988. Teori Sastra. Singaraja : IKIP UNUD.
Badudu, J.S, 1980 Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.
Badrun, Ahmad 1983. Ilmu Sastra. Surabaya :Usaha nasional.
Darisman, Muh, dkk. 1998 Ayo Belajar Berbahasa Indonesia. Bogor:
Yuddhistira.
Depdiknas. 2004. Pedoman Blok Grant Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Direktorat Profesi Pendidikan Dirjen PMPTK Depdiknas.
http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran-kooperatif
tipe.html.
https://hafismuaddab.wordpress.com/tag/pembelajaran-metode-kooperatif-tipe-
Jigsaw.
http://kokosadewo11bhs08.blogspot.com/2012/11/makalah-cerpen.html
Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Pusat Sains
dan Matematika Sekolah Program Pascasarjana. UNESA: University
Press.
Iskandar, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press.
Netra, 1974. Metodologi Penelitian. Singaraja: IKIP UNUD.
Nurgiantoro, Burhan, 1983. Sastra Anak.Yogyakarta: PT Gramedia.
Nurkancana, I Wayan & Sunartana. 1992. Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha
Nasional.
Rosidi, Ajip. 1985. Minat Baca. Jakarta : Balai Pustaka.
75
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana.
…………, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.
Suharianto,S. 1977. Membina Para Calon Pembina Apresiasi Sastra. Yogyakarta:
FKSS IKIP Yogyakarta.
Sumardjo, 1983. Penuntun Pengajaran Sastra. Bandung : Pelita Masa.
Slavin, Robert. 1994. Coperative Learning Teory, Research and Practise. Second
Edition Boston. Allyn and Bacon.
Sumardjo dan Saini KM. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.
Trianto, M.Pd. 2011. Panduan lengkap Penelitian Tindakan kelas. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Widya, Wendi, dkk. 2006. Bahasa Indonesia. Klaten: Intan Pariwara.
Zainudin, 1991. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
LAMPIRAN
BIODATA
Nama : Komang Armoni
Tempat Lahir : Sangsit
Tanggal Lahir : 14 Agustus 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
N.P.M : 10.8.03.51.31.1.5.2988
Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
Jurusan : Bahasa dan sastra Indonesia
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar
Alamat Rumah : Banjar kawan, Bangli
Nama Orang Tua
Nama Ayah : Wayan Sariawan
Nama Ibu : Made Natri
Pendidikan : 1. SD N 4 Sangsit (Tahun 1998-2004)
2. SMP N 2 Sawan (Tahun 2004-2007)
3. SMK N 1 Singaraja (Tahun 2007-2010)
4. UNMAS Denpasar (Tahun 2010-2014)
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK CERPEN
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA
KELAS V SDN 2 PENGLUMBARAN SUSUT BANGLI
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
OLEH;
KOMANG ARMONI
NPM. 10.8.03.51.31.1.5.2988
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN 2014
i
ii
iii
iv
KATA PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI PENULIS PERSEMBAHKAN KEPADA;
SELURUH KELUARGA PENULIS, YANG SELALU MEMBERIKAN
INSPIRASI, MOTIVASI, DAN BIMBINGAN DALAM PENYUSUNAN SKRIPSI INI.
KEPADA MASYARAKAT PENDIDIKAN, SEMOGA TETAP
SEMANGAT UNTUK MENSUKSESKAN PENDIDIKAN DI MASA DEPAN.
v
MOTTO;
Disiplin dalam melaksanakan tugas, bijak dalam bertindak, dan dinamis dalam kegiatan
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi
Wasa yang sudah melimpahkan segala karunia dan memberikan kekuatan lahir
dan bathin, sehingga penulisan skripsi yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan
Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli” ini dapat
diselesaikan dengan tepat waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini, baik secara
teknis, materi, maupun penyajiannya masih belum begitu sempurna. Walaupun
demikian, penulis mengharapkan semoga tulisan yang sederhana ini dapat
memberikan sumbangan yang bermanfaat kepada para pembaca.
Skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan yang baik ini, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah mendukung skripsi ini, yaitu:
1. Bapak Dr. Drs. I Made Sukamerta, M.Pd Rektor Universitas
Mahasaraswati Denpasar, atas fasilitas yang diberikan selama penulis
menjadi mahasiswa.
2. Bapak Prof. Dr. Wayan Maba Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar, yang banyak
memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
vii
3. Ibu Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberikan motivasi
selama penulis melaksanakan penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dra. A.A Rai Laksmi, M.Hum., selaku Pembimbing I, yang tekun
memberikan petunjuk, arahan, bimbingan serta nasehat selama penulis
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum., selaku Pembimbing II, yang telah
memberikan petunjuk dan bimbimngan dengan penuh kesabaran dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Mahasaraswati Denpasar, atas ilmu yang telah diberikan selama penulis
menjadi Mahasiswa.
7. Kepala SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, yang telah memberikan ijin
mengadakan penelitian.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kepada
pembaca yang budiman agar memberi kritik, saran, pendapat, dan penyempurnaan
segala kekurangan skripsi ini.
Denpasar, Agustus 2014
Penulis,
viii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. i
TIM PENGUJI……………………………………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PERSEMBAHAN ........................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… . xii
DAFTAR GRAFIK......................................................................................... xiii
ABSTRAK ................................................................................................... xiv
BAB. I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………… ................ 6
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………… ............. 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 7
1.6 Asumsi ................................................................................................. 8
BAB. II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Cerpen ................................................................................ 9
2.2 Pembagian Cerpen ............................................................................... 10
2.3 Ciri-ciri Cerpen .................................................................................... 12
2.4 Unsur-unsur Intrinsik Cerpen…………………. ................................... 14
2.5 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ................................................... 21
ix
Isi Halaman
2.6 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw..................................................................................................... 26
2.6.1 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw............................ . 26
2.6.2 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw............................. . 27
BAB. III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian..................................................................................... 29
3.2 Subjek, Objek, Tempat Penelitian......................................................... 29
3.3 Rancangan Penelitian ........................................................................... 30
3.4 Prosedur Penelitian............................................................................... 31
3.5 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 36
3.6 Analisis Data……………………………………………………………. 41
BAB. IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 43
4.2 Refleksi Awal ...................................................................................... 43
4.3 Siklus I ................................................................................................. 47
4.4 Siklus II ............................................................................................... 52
4.5 Siklus III .............................................................................................. 58
4.6 Rekapitulasi Nilai Siklus I, II, dan Siklus III......................................... 65
4.7 Pembahasan ......................................................................................... 66
BAB. V PENUTUP
5.1 Simpulan .............................................................................................. 70
5.2 Saran-saran .......................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
01. Skenario Pembelajaran Memahami Unsur Intrinsik Cerpen
Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw......................
34
02. Klasifikasi Peningkatan Kemampuan Menganalisis Cerpen
pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli......
41
03. Data Hasil Tes Awal Kemampuan Memahami Unsur
Intrinsik Cerpen pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran
Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014…………………..
44
04. Analisis Data Tes Awal Peningkatan Kemampuan
Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN
2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014...............................................................................
46
05. Data Hasil Tes siklus I kemampuan Menganalisis Unsur
Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli
Tahun Pelajaran 2013/2014…………………………….......
49
06. Analisis Data Siklus I Peningkatan Kemampuan
Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014...............................................................................
51
07. Skenario pembelajaran yang digunakan pada siklus II.........
53
08. Data Hasil Tes siklus II kemampuan Menganalisis Unsur
Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli
Tahun Pelajaran 2013/2014………………………………..
55
xi
Tabel Halaman
09. Analisis Data Siklus II Peningkatan Kemampuan
Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014…………………………………………………..
57
10. Skenario pembelajaran yang akan diguanakan pada siklus
III……………………………………………………………
59
11. Data Hasil Tes siklus III kemampuan Menganalisis Unsur
Intrinsik cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli
Tahun Pelajaran 2013/2014...................................................
61
12. Analisis Data Siklus III Peningkatan Kemampuan
Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014........................................
63
13. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur
Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli
Tahun Pelajaran 2013/2014 Dari Tes Awal, Siklus I, II dan
Siklus III................................................................................
65
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
01. Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin………………… 31
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
01. Hasil Belajar Menganalisis Cerpen Melalui Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas
V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014Dari Tes Awal, Siklus I, Siklus II Sampai Tes
Siklus III.............................................................................
69
xiv
ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK
CERPEN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JISAW
PADA SISWA KELAS V SDN 2 PENGLUMBARAN SUSUT BANGLI
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh : Komang Armoni
NPM : 10.8.03.51.31.1.5.2988
Tebal : LXXIII, 73 halaman
Tahun : 2014
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah peneliti lakukan pada siswa
kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, ternyata pembelajaran sastra
khususnya memahami unsur intrinsik cerpen belum mendapatkan perhatian
khusus di hati siswa. Ini terlihat jelas pada buku daftar nilai siswa, nilai rata-rata
siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen masih di bawah kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 4,0, sedangkan nilai rata-rata siswa
kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli yang diharapkan adalah 7,0. Di
samping itu pula, aktifitas belajar siswa ketika guru membahas tentang materi
cerpen masih pasif, dan tidak menggairahkan. Banyak siswa mengeluh merasa
bosan, malas, tidak semangat, karena dalam proses pembelajaran guru cenderung
menggunakan metode ceramah sehingga dirasakan monutun dan kurang variatif.
Berdasarkan fenomena yang ada di kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli,
maka pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai salah satu solusi pemecahan
masalah yang sedang dihadapi siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat
diangkat dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah dengan penerapan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik
cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014?. (2) Bagaimanakah langkah-langkah penerapan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw agar dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur
intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun
Pelajaran 2013/2014?. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memupuk dan
mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia secara lisan dan tulisan serta
memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis rasional dan praktis.
Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada: (1) peningkatan kemampuan
memahami unsur intrinsi cerpen siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut
Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014; (2) penerapan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw agar dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen
pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/
2014.
Adapun teori-teori yang dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini adalah:
(1) pengertian cerpen, (2) pembagian cerpen, (3) ciri-ciri cerpen, (4) unsur-unsur
xv
intrinsik cerpen, dan (5) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Subjek Penelitian
Tindakan (PTK) ini adalah siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli
Tahun Pelajaran 2013/2014, yang berjumlah 22 orang terdiri atas 7 orang laki-laki
dan 15 orang perempuan. Prosedur pelaksanaan tindakan setiap siklus mencakup
empat tahapan yang meliputi : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes
dan observasi. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik
diskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.
Berdasarkan deskripsi hasil analisis data, dan pembahasan hasil penelitian,
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen serta dapat
meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar pada siswa kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal tersebut dapat
dirinci sebagai berikut; (1) pelaksanaan siklus I terjadi peningkatan nilai rata-rata
tes awal 4,0 menjadi 5,05 pada siklus I, (2) pelaksanaan siklus II telah mengalami
peningkatan nilai rata-rata kelas dari 5,05 pada siklus I menjadi 6,06 pada siklus
II, dan (3) pelaksanaan siklus III menunjukan adanya peningkatan yang cukup
signifikan, yaitu dari nilai rata-rata 6,06 pada siklus II menjadi 7,64 pada siklus
III. Dari 22 orang siswa sebagai subjek penelitian semuanya (100%) dinyatakan
telah mencapai target/ ketuntasan minimal pada pelaksanaan siklus III. Oleh
karena itu, maka dapat disampaikan saran agar guru bahasa Indonesia senantiasa
berupaya menggunakan metode pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil
belajar siswa dan aktivitas serta motivasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran, salah satu diantaranya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw.
.
Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, memahami unsur
intrinsik cerpen.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah suatu sistem bunyi bebas yang dipergunakan oleh anggota
masyarakat sebagai alat komunikasi. Komunikasi dengan mempergunakan bahasa
itu adalah hal umum yang dilakukan semua manusia. (Keraf dalam Dwi Arini,
2008: 1). Pengajaran sastra merupakan salah satu aspek dari pengajaran bahasa
Indonesia di sekolah yang memberikan sumbangan atau andil sangat besar untuk
membentuk kepribadian siswa. Manusia yang memiliki intelegensi tinggi tanpa
diimbangi dengan sikap dan kepribadian yang mantap, ibarat pohon tanpa buah.
Pengajaran sastra merupakan salah satu aspek dari pengajaran bahasa
Indonesia di sekolah yang memberikan sumbangan atau andil sangat besar untuk
membentuk kepribadian siswa. Manusia yang memiliki intelegensi tinggi tanpa
diimbangi dengan sikap dan kepribadian yang mantap, ibarat pohon tanpa buah.
Dengan demikian sudah seyogyanya pengajaran bahasa Indonesia terutama
menyangkut apresiasi sastra perlu mendapat perhatian yang khusus dan serius.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pengajaran sastra
merupakan bagian dari pengajaran bahasa Indonesia. Jadi antara pengajaran sastra
dengan pengajaran bahasa Indonesia mempunyai hubungan yang erat. Keeratan
hubungan tersebut merupakan kelanjutan dari eratnya hubungan antara bahasa dan
sastra. Karena sastra pada hakikatnya merupakan kegiatan berbahasa dengan
unsur estetika sebagai faktor utamanya, sehingga sastra bisa disebut dengan seni
bahasa.
2
Begitu pula halnya dengan seorang sastrawan, yang diolah adalah bahasa.
Melalui keterampilan dan penguasaan bahasanya, sastrawan mampu mengolah
dan meggarap bahasa menjadi cipta sastra yang indah misalnya, certita rekaan
yaitu cerpen. Dengan demikian melalui pengajaran sastra, kita bisa memperoleh
pengetahuan, mengetahui, menghayati, dan menggunakan bahasa dari segi
estetika, di samping unsur-unsur lain yang berhubungan dengan cipta sastra itu
sendiri.
Pembelajaran sastra khususnya kemampuan memahami unsur intrinsik
cerpen mengandung arti adanya konsep pengenalan dan pemahaman terhadap
cerpen. Pemahaman siswa pada cerpen dapat ditumbuhkan dengan jalan
pengenalan cerpen lewat keterlibatan siswa secara terus-menerus efektif dan
kreatif terhadap suatu kegiatan sastra. Kegiatan memahami sastra (khususnya
cerpen) berkaitan erat dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran dan daya
imajinasi serta kepekaan terhadap fenomena masyarakat, budaya dan lingkungan
hidup.
Pembelajaran bahasa tentang kemampuan memahami cerpen di sekolah
sangat perlu diketahui karena, daya penafsiran, pemahaman dan penghayatan
dapat mempengaruhi tingkat komunikasi dengan orang. Cerpen dengan
kandungan konsep kebahasaan yang singkat, dan memiliki makna yang jelas maka
dengan pengenalan dan pemahaman terhadap cerpen dapat meningkatkan daya
apresiasi siswa sehingga dapat mengungkapkan makna yang tersirat dalam cerpen
tersebut. Untuk itu perlu diadakan atau ditemukan cara pembelajaran dan
menafsirkan cerpen serta membaca yang tepat. Dengan model pembelajaran
cerpen yang efektif terhadap tingkat perkembangan dan kemampuan siswa
3
nantinya akan tumbuh pengembangan perasaan yaitu keterampilan menjiwai
karakter dan substansi dari ungkapan orang lain yang sesungguhnya. Demikian
sesungguhnya bahwa, kehadiran karya sastra khususnya cerpen sebagai salah
satu karya seni, bukan hanya untuk dipahami atau dihafalkan tetapi sebaiknya
kehadiran karya sastra ini betul-betul dapat dihayati, dan dapat dinikmati sepuas-
puasnya. "Ia memberikan kesantaian pada ketegangan psikis dan emosi,
membangkitkan daya kreasi dan memberikan keindahan estetis". Cerpen
merupakan salah satu bagian dari sastra yang memberikan gambaran tentang visi
kehidupan manusia sekaligus merupakan bahan untuk mengetahui keadaan suatu
masyarakat. Di samping itu cerpen menjadi pusat perhatian pada bagian tertentu
dari kehidupan manusia yang dianggap penting oleh pengarangnya, atau dengan
kata lain bahwa cerpen mengungkapkan tabir kehidupan.
Pada kenyataannya ada asumsi bahwa pengajaran sastra khususnya
memahami unsur intrinsik cerpen tidak atau belum pernah mengantarkan siswa
kepada penghayatan yang sewajarnya terhadap sastra itu sendiri. Tidak dapat
disangkal bahwa pemahaman tentang sastra khususnya unsur intrinsik cerpen di
kalangan para siswa, masih merupakan masalah yang cukup rumit. Dikatakan
demikian, karena dalam kenyataannya pembelajaran sastra khususnya memahami
unsur intrinsik cerpen belum dapat sepenuhnya dilakukan di sekolah-sekolah.
Dengan demikian, betapa pentingnya suatu strategi pembelajaran yang perlu
diterapkan oleh seorang guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
optimal.
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah peneliti lakukan pada siswa
kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, ternyata pembelajaran sastra
4
khususnya memahami unsur intrinsik cerpen belum mendapatkan perhatian
khusus di hati siswa. Ini terlihat jelas pada buku daftar nilai siswa, nilai rata-rata
siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen masih di bawah kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 4,0, sedangkan nilai rata-rata siswa
kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli yang diharapkan adalah 7,0. Di
samping itu pula, aktifitas belajar siswa ketika guru membahas tentang materi
cerpen masih pasif, dan tidak menggairahkan. Banyak siswa mengeluh merasa
bosan, malas, tidak semangat, karena dalam proses pembelajaran guru cenderung
menggunakan metode ceramah sehingga dirasakan monotun dan kurang variatif.
Siswa masih kebingungan mana yang dimaksud dengan plot, setting, alur, dan lain
sebagainya. Bahkan siswa banyak tidak dapat menceritakan kembali isi cerpen
yang telah dibacanya. Dari kenyataan itu, guru hendaknya dapat memotivasi siswa
untuk lebih sering membaca dan memilih strategi yang tepat agar pemahaman
siswa tentang unsur itrinsik cerpen dapat ditingkatkan.
Berdasarkan fenomena yang ada di kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut
Bangli, peneliti mengusulkan kepada guru kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut
Bangli agar menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai salah satu
solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapi siswa kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli. Pembelajaran kooperatif tipe/teknik Jigsaw adalah
teknik pembelajaran yang berupa permainan antar kelompok, serupa dengan
pertukaran kelompok dengan kelompok, di mana setiap siswa ditugasi
mengajarkan pengetahuan baru yang diperoleh dari hasil diskusi kelompok untuk
diajarkan kepada siswa lain pada kelompok lain. Ini merupakaan alternatif
menarik bila ada materi belajar yang bisa disegmentasikan atau dibagi-bagi dan
5
bila bagian-bagiannya harus diajarkan secara berurutan. Tiap siswa mempelajari
sesuatu yang berbeda dengan lainnya yang bila digabungkan dengan materi yang
dipelajari oleh siswa lain, membentuk kumpulan pengetahuan atau keterampilan
yang padu. Jadi, hal yang menarik dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa
peningkatan prestasi belajar peserta didik (student achievement) juga mempunyai
dampak pengiring seperti realisasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang
dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan
suka memberi pertolongan pada yang lain.
Berdasarkan pandangan di atas, ternyata guru kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli setuju untuk menerapakan pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami unsur
intrinsik cerpen. Hal ini juga disambut baik oleh Kepala Sekolah SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli, sehingga peneliti mengangkat permasalahan ini
menjadi suatu penelitian tindakan kelas dengan judul ”Peningkatan Kemampuan
Memahami Unsur Intrinsik Cerpen melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/
2014”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat
diangkat dalam penelitian ini adalah:
6
1) Apakah dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas
V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014?
2) Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk
meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas
V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang ingin dicapai yaitu; (1) tujuan
umum dan (2) tujuan khusus.
1) Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memupuk dan
mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia secara lisan dan tulisan serta
memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis rasional dan
praktis.
2) Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a) Untuk mendapatkan data yang objektif tentang peningkatan
kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen melalui penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014.
b) Untuk menemukan langkah-langkah penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw agar dapat meningkatkan kemampuan
memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014.
7
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi
dalam pengembangan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya
pembelajaran apresiasi cerpen.
2) Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru khusunya guru bahasa dan Sastra Indonesia, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan
guru bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengelola pembelajaran,
khususnya dalam memilih metode pembelajaran yang variatif.
b. Manfaat bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan memahami isi cerpen khususnya unsur intrinsik cerpen
sehingga mereka menjadi lebih aktif, kreatif, senang dan bergairah dalam
belajar.
c. Manfaat bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pedoman dan bekal bagi peneliti, selaku mahasiswa calon guru bahasa
dan Sastra Indonesia ketika terjun secara riil di lapangan.
d. Manfaat bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
bahan bandingan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada: (1) peningkatan
kemampuan memahami unsur intrinsi cerpen melalui strategi pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli
8
Tahun Pelajaran 2013/2014; (2) langkah-langkah penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw agar dapat meningkatkan kemampuan memahami
unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli
Tahun Pelajaran 2013/2014.
1.6 Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar dalam sebuah penelitian, lebih-lebih
penelitian ilmiah, akan mampu memberikan rambu-rambu kepada penulis dalam
pelaksanaan atau kelangsungan penelitiannya. Seorang ahli mengatakan bahwa,
”Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang
harus dirumuskan secara jelas dan akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai
untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya serta
dipakai untuk memperkuat permasalahnya” (Arikunto, 1985 : 59).
Berdasarkan pendapat di atas maka asumsi yang dipegang dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Guru yang mengajarkan bahasa Indonesia memiliki kualitas dan wewenang
untuk mengajar bahasa Indonesia.
2) Materi pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan di kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli telah sesuai dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
3) Semua siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli mempunyai
kemampuan yang sama dalam menerima pelajaran.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Penelitian yang diangap baik tentunya berdasarkan teori-teori yang relevan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Teori juga berfungsi sebagai penguat dan
pembatas dalam sebuah penelitian sehingga alur pembahasan akan tetap mengacu
pada suatu pengertian yang jelas, bulat, dan utuh. Jadi, dengan demikian pada bab
ini secara berturut-turut akan dipaparkan teori-teori yang merupakan patokan atau
kriteria yang melandasi keseluruhan penelitian ini. Teori-teori itu meliputi: (1)
pengertian cerpen, (2) pembagian cerpen, (3) ciri-ciri cerpen, (4) unsur-unsur
intrinsik cerpen, (5) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan (6) keunggulan dan
kelemahan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
2.1 Pengertian Cerpen
Cerpen adalah suatu cerita yang pendek dan hanya melukiskan sebagian
dari kejadian dalam kehidupan yang luas. Pengertian cerpen adalah bentuk prosa
yang pendek yang paling sederhana merupakan kerja fiksi, dengan efek satu-
satunya kesan impression jadi mengungkap satu sari kehidupan saja, Bukan
berarti terdiri dari satu halaman saja,tetapi bisa sampai beberapa halaman.
(Tarigan, 1984:170) Kata pendek dalam batasan ini tidak jelas ukurannya.
sehubungan dengan hal ini maka di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat
mengenai pengertian cerpen.
Cerita pendek adalah cerita yang pendek dan merupakan satu kebulatan ide
(Ajip Rosidi: 1985: 176). Menurut Muh. Darisman (1998:59) menyatakan bahwa
10
cerpen adalah cerita singkat yang dibuat pengarang tentang sesuatu hal yang
pernah dialaminya atau hanya khyalan si pengarang saja. Cerita pada cerpen lebih
memusatkan pada satu tokoh cerita dalam satu situasi, dan menurut Erlly Segwiek
(dalam Tarigan, 1985 : 177) cerita pendek adalah penyajian suatu keadaan
tersendiri atau kelompok keadaan yang memberikan kesan tunggal pada jiwa
pembaca.
Cerita pendek tidak boleh dipenuhi oleh hal-hal yang tidak perlu atau "a
shorty-story must not be cluttered up with irrelevance" (Notosusanto dalam
Tarigan, 1984:176). Sifat-sifat pokok cerita pendek memakai bahasa yang singkat
dan lengkap. Selain itu Nugroho Notosusanto mengatakan bahwa "Cerita pendek
adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kwarto
spasi rangkap yang terpusat dan lengkap" (Strong dalam Tarigan, 1984:176).
Dengan memberikan uraian dari beberapa pendapat mengenai pengertian
cerpen, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian cerpen adalah cerita
yang merupakan kebulatan ide yang dibuat oleh pengarang tentang suatu hal yang
dialaminya atau hanya bersifat khayalan yang memberikan kesan tunggal pada
jiwa pembaca.
2.2 Pembagian cerpen
Berdasarkan sudut pandang yang umum cerpen dapat di klasifikasikan
menjadi 3 yaitu, (1) berdasarkan jumlah kata, (2) berdasarkan nilai sastra dan (3)
berdasarkan tekhnik mengarangnya.
11
2.2.1 Berdasarkan Jumlah Kata
1) Cerita yang pendek adalah cerita pendek yang jumlah kata-katanya
dibawah 5.000 kata atau maksimal 5.000 kata, kira-kira 16 halaman
kwarto dengan spasi rangkap. Apabila dibaca memerllukan waktu kira-
kira 15 menit atau seperempat jam.
2) Cerpen yang panjang adalah cerita pendek yang jumlah kata-katanya
antara 5.000 kata sampai 10.000 kata atu kira-kira 33 halaman kwarto
dengan spasi rangkap, yang dibaca kira-kira 30 menit atau setengah
jam. (Tarigan,1985:178).
2.2.2 Berdasarkan Nilai Sastra
1) Cerpen hiburan adalah cerpen yang dibuat untuk bisa menghibur
pembaca.
2) Cerpen sastra yaitu sebuah cerpen yang dibuat untuk mereka yang
senang dengan karya-karya sastra dan cerpen tersebut dapat di ananlisis
oleh pembacanya.
2.2.3 Berdasarkan Tekhnik Mengarangnya
1) Cerpen sempurna (well made short-story) yaitu cerpen yang terfokus
pada satu tema dengan plot yang sangat jelas, dan ending yang mudah
di pahami. Cerpen ini pada umumnya bersifat konvensional dan
berdasar pada realitas (fakta). Cerpen jenis ini biasanya enak dibaca
dan mudah dipahami isinya. Pembaca awam bisa membacanya dalam
tempo kurang dari satu jam.
2) Cerpen tak utuh (slice of life short-story), yaitu cerpen yang tidak
terfokus pada satu tema, alurnya (plot) tidak terstruktur, dan kadang-
12
kadang dibuat mengambang oleh cerpenisnya. Cerpen jenis ini pada
umumnya bersifat kontemporer, dan ditulis berdasarkan ide-ide atau
gagasan-gagasan yang orisinal sehingga lajim disebut sebagai cerpen
ide (cerpen gagasan). Cerpen jenis ini sulit sekali dipahami oleh para
pembaca awam sastra, harus dibaca berulang kali baru dapat dipahami
sebagaimana mestinya. Para pembaca awam sastra menyebut cerpen
kental atau cerpen berat.
http://kokosadewo11bhs08.blogspot.com/2012/11/makalah-cerpen.html
2.3 Ciri-ciri Cerpen
Ketika membicarakan pengertian cerita pendek, sebenarnya sudah
terkandung pembicaraan tentang ciri-ciri cerpen. Pembicaraan dalam cerpen
dilakukan secara hemat dan ekonomis sehingga pada umumnya dalam sebuah
cerpen hanya ada dua atau tuga tokoh, hanya ada satu peristiwa dan hanya ada
satu efek bagi pembacanya.
Menurut Tarigan (1985:177) dalam Prinsip-Prinsip Dasar Sastra
mengemukakan beberapa ciri khas cerpen, adalah sebagai berikut:
1) Ciri utama cerpen adalah singkat, padat dan intensif.
2) Bahasa dalam cerpen harus tajam, sugesti, dan menarik perhatian.
3) Unsur-unsur cerpen adalah: adegan, tokoh dan gerak.
4) Cerpen harus mempunyai seorang tokoh utama.
5) Dalam cerpen sebuah kejadian atau peristiwa harus dapat menjadikan pusat
perhatian yang menarik sehingga dapat memancing perhatian para
13
pembacanya dan kemudian kejadian atau peristiwa harus dapat menguasai
jalan ceritanya.
6) Cerpen hanya tergantung pada satu situasi.
7) Cerpen harus menimbulkan perasaan beda pembaca yaitu berawal dari jalan
cerita yang menarik.
8) Cerpen harus mempunyai satu efek atau kesan atau kesan yang menarik.
9) Cerpen harus menimbulkan efek dalam pikiran pembaca.
10) Cerpen harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsep kehidupan
baik langsung maupun tak langsung.
11) Cerpen menyajikan satu emosi.
12) Cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa jalan ceritalah
yang pertama-tama menarik perasaan dan baru menarik pikiran
13) Dalam cerpen ceritanya hanya terdiri dari inti suatu kejadian yang
merupakan cerpen.
14) Panjang cerita kurang lebih 10.000 kata.
Pendapat lain mengenai ciri-ciri cerita pendek di kemukakan pula oleh Lubis
dalam Tarigan sebagai berikut.
1) Cerita Pendek harus mengandung interprestasi pengarang tentang
konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
2) Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan
cerita.
3) Cerita pendek harus mempunyai seorang yang menjadi pelaku atau tokoh
utama.
14
4) Cerita pendek harus satu efek atau kesan yang menarik.
Menurut Morris dalam Tarigan ciri-ciri cerita pendek adalah sebagai berikut.
1) Ciri-ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu, dan intensif (brevity,
unity, and intensity).
2) Unsur-unsur cerita pendek adalah adegan, toko, dan gerak (scena,
character, and action).
3) Bahasa cerita pendek harus tajam, sugestif, dan menarik perhatian
(incicive, suggestive, and alert).
http://kokosadewo11bhs08.blogspot.com/2012/11/makalah-cerpen.html
2.4 Unsur-unsur Intrinsik Cerpen
Cerita pendek merupakan salah satu bentuk prosa (fiksi) telah mampu
menduduki posisi tertentu dalam kasanah sastra Indonesia. Dalam posisinya yang
cukup strategis dalam cerita pendek dihidangkan secara bebas dan terbuka
sehingga mudah dikenal dan dimengerti oleh masyarakat.
Setiap karya sastra selalu didukung oleh unsur-unsur tertentu, unsur-unsur
pendukung itu antara lain: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik
adalah aspek-aspek yang membangun sastra itu dari dalam, sedangkan unsur
ekstrinsik adalah aspek-aspek yang mempengaruhi cipta sastra yang bersumber
dari luar cipta sastra itu sendiri (Badrun, 1983:13). Dalam penelitian ini
difokuskan pada unsur intrinsik dari cerpen. Unsur-unsur intrinsik yang
membangun karya sastra dari dalam adalah sebagai berikut: (1) tema, (2) alur, (3)
penokohan (perwatakan), (4) latar (setting), (5) Sudut pandang, dan (6) Amanat.
15
Untuk lebih jelas, unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut di atas akan
diuraikan secara terperinci seperti tertera berikut ini.
2.4.1 Tema
Tema adalah gagasan utama yang menjadi pokok permasalahan dalam
sebuah cerita. Tema dalam suatu karya sastra letaknya tersembunyi dan harus
dicari sendiri oleh pembacanya. Oleh karena itu,pengarang tidak mengatakan
secara jelas tema karangannya, tetapi merasuk, menyatu dalam semua unsure
cerpen dan dengan demikian akan menghasilkan suatu cerpen yang baik.
pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tetapi mau
mengatakan sesuatu kepada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakan itu bisa
berupa pandangan hidupnya atau komentar tentang kehidupannya. Kejadian dan
perbuatan tokoh cerita, semua didasari oleh ide atau gagasan pokok pengarang.
Sebuah cerpen harus selalu mengatakan sesuatu pendapat yaitu pendapat
pengarang tentang hidup ini sehingga orang lain dapat mengerti hidup ini lebih
baik. (Sumardjo dan Saini, 1988:57). Di samping itu Muh. Darsiman (2007:19)
berpendapat bahwa tema sangat berpengaruh terhadap unsur lain dalam cerita,
seperti alur, penokohan dan penokohan. Sedangkan Atar Semi berpendapat bahwa
tema adalah gagasan yang menjadi dasar penyusunan karangan. Dalam
penyusunan sebuah cerita pendek sangat tergantung dari jenis tema yang akan
dikembangkan (Atar, 1984:34).
Menurut Adiwardoyo, tema adalah gagasan sentral pengarang yang
mendasari penyusunan suatu cerita dan sekaligus menjadi sasaran dari cerita itu.
Tema merupakan perpaduan antara pokok persoalan dan tujuan yang ingin dicapai
pengarang lewat cerita itu (1990:13).
16
Untuk mengetahui tema kita bisa menyusun pertanyaan-pertanyaan seperti
pertanyaan berikut ini.
1) Persoalan apakah yang peling menonjol dalam cerita itu?
2) Pesan apakah yang disampaikan pengarang kepada pembaca?
3) Persoalan-persoalan apa saja yang diungkapkan pengarang dalam cerita itu?
Dengan demikian,tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar
umum sebuah karya fiksi. Gagasan ini, yang tentunya telah ditentukan
sebelumnya oleh pengarang yang dipergunakan untuk mengembangkan ide
ceritanya.
2.4.2 Alur/Plot
Alur/plot adalah: Rangkaian peristiwa demi peristiwa dalam membangun
cerita,biasanya sering disebut juga jalan cerita. Munculnya sebuah peristiwa
dalam sebuah cerita harus mempunyai hubungan dengan peristiwa lainnya, artinya
terjadinya suatu peristiwa alasan mengapa pelaku itu melakukan suatu perbuatan.
Urutan peristiwa itu dimulai dengan memberikan suatu keadaan, kemudian
keadaan itu mengalami perkembangan yang pada akhirnya ditutup dengan penuh
penyelesaian. Jalan suatu cerita selalu dengan pola perkenalan, keadaan,
perkembangan dan penutup.
Alur merupakan urutan-urutan cerita yang memiliki hubungan sebab akibat.
Alur adalah jalan cerita yang merangkai peristiwa-peristiwa dalam cerita menjadi
sebuah cerita yang utuh (Wendy Widya, 2006: 27).
Alur atau plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab
akibat sehingga menjadi suatu satu kesatuan yang padu, bulat dan utuh. Alur atau
plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan sudut tinjauan atau
17
criteria. Alur atau plot tersebut dapat dibedakan menjadi tiga bagian,yaitu: “alur
maju, alur mundur, dan alur gabungan”. Alur maju bermula dari titik awal
peristiwa dan berjalan secara teratur sampai titik akhir cerita. Disebut alur mundur
apabila peristiwa-peristiwa yang disusun berdasarkan sebab akibat mencerikan
masa lampau dari titik akhir menuju titik permulaan. Sedangkan alur gabungan
adalah apabila perirtiwa-peristiwa yang ada disusun secara campuran antara sebab
akibat, waktu kini ke waktu lampau dan waktu lampau ke waktu kini (Wendy
Widya, dkk, 2006: 28).
Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian alur, maka dapat ditarik
kesimpulan alur adalah rangkaian peristiwa demi peristiwa dalam cerita yang
mempunyai hubungan sebab akibat sehingga membentuk cerita yang utuh.
2.4.3 Penokohan (Perwatakan)
Penokohan (Perwatakan) yaitu: cara melukiskan sikap dan watak para
pelakunya atau kepribadian tokoh-tokohnya, meliputi sifat lahir dan sifat
bahtinnya. Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang
paling penting dalam suatu cerita disebut tokoh inti atau tokoh utama (tokoh
protagonis).
Tokoh cerita merupakan seorang yang berperan dalam cerita. Tokoh cerita
mempunyai watak atau sifat (Wendy Widya, dkk. 2006:27). Tokoh dibagi menjadi
dua yaitu: tokoh baik (protagonis) dan tokoh jahat (antagonis). Selain itu tokoh
dapat juga dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh pendukung.
Ada dua cara memperkenalkan pelaku dalam cerita yaitu: secara analitik dan
secara dramatik (Antara, 1988:23):
18
1) Secara Analitik, yaitu pengarang langsung memaparkan watak atau karakter
tokohnya, pengarang menyebutkan tokoh tersebut keras hati.
2) Secara Dramatik, yaitu pengarang tidak menjelaskan watak pelaku ceritanya
secara langsung, watak-watak pelaku ceritanya digambarkan melalui hal-hal
lain, seperti pilihan nama tokohnya, cara berpakaiannya, tingkah laku
terhadap tokoh lain melalui dialog.
Dalam sebuah cerita menggambarkan tokoh dipergunakan oleh pengarang
untuk memandang, menguraikan persoalan, dan menyelesaikan sehingga dapat
menghidupkan tokoh dan peristiwa. Pengarang menempatkan tikohnya dengan
karakter yang cocok dengan cerita yang ditulisnya.
Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian penokohan (perwatakan)
dapat disimpulkan bahwa penokohan (perwatakan) adalah individu yang
mengalami suatu peristiwa atau lukisan watak seseorang/pelaku baik sifat lahir
maupun sifat batinnya.
2.4.4 Latar atau Setting
Latar merupakan segala keterangan mengenai waktu, tempat atau ruang dan
suasana dalam cerita. Latar tempat merupakan penjelasan tentang tempat
terjadinya peristiwa. Latar waktu merupakan penjelasan tentang waktu terjadinya
peristiwa. Latar suasana merupakan penjelasan tentang suasana saat suatu
peristiwa terjadi (Wendy Wydia, dkk. 2006: 27).
Latar disebut juga sebagai landas tumpu yang menyangkut pada pengertian
tempat (Geografis), hubungan waktu (historis), dan lingkungan sosial
(kemasyarakatan) tempat terjadinya peristiwa atau terjadinya cerita. Meskipun
19
ketiga unsur latar ini berbeda namun kenyataannya saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain (Wendy Widya, dkk.2006: 35).
Menurut Nurgiantoro (1995:216) Latar/setting merupakan waktu/keadaan
alam atau cuaca terjadinya suatu peristiwa, karena setiap perbuatan atau aktivitas
manusia akan terjadi pada tempat, waktu dan keadaan tertentu sehingga cerita itu
tampak lebih hidup dan logis untuk menggerakkan emosi pembaca. Hal ini
penting untuk memberikan kesan realisitis kepada pembaca, meciptakan suasana
tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi, sehingga pembaca
dapat merasakan dan menilai kebenaran, ketepatan dan aktualisasi latar yang
diceritakan sehingga merasa lebih akrab.
Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa,
latar/setting adalah peristiwa yang diungkapakan oleh pengarang dalam karyanya
mengenai waktu, tempat, serta suasana terjadinya suatu peristiwa ke dalam suatu
cerita. Sebagai penuntun untuk memahami latar/setting adalah:
1) Kapan peristiwa itu terjadi?
2) Di mana peristiwa itu terjadi?
3) Bagaimana situasi alam di daerah itu?
2.4.5 Sudut Pandang
Sudut pandang yaitu dari sudut mana pengarang memandang yang menjadi
pusat pengisah atau yang menjadi landasan tumpu cerita atau dengan kata lain
sudut pandang adalah cara pengarang memandang cerita atau landasan tumpu.
Adapun macam-macam sudut pandang adalah:
1) Author- participant (pengarang turut ambil bagian dalam cerita). Dalam hali
ini ada dua kemungkinan yaitu pengarang menjadi pribadi pelaku utama
20
sehingga ia menggunakan kata ”aku” atau pengarang hanya mengambil bagian
kecil saja, maksudnya pengarang menggunakan kata “aku” dalam cerita tetapi
bukan sebagai pelaku utama.
2) Author – ominiscient (orang ketiga). Pengarang menceritakan ceritanya
dengan memperguanakan kata “dia” untuk pelaku utamanya tetapi ia turut
hidup dalam pribadi pelakunya.
3) Author- observer. Ini hampir sama dengan author- omaniscient, bedanya
pengarang hanya sebagai peninjau seolah-olah ia tidak dapat mengetahui jalan
pikiran pelakunya.
4) Multiple. sudut pangang secara campur baur.
2.4.6 Amanat
Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di
dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi
makna niatan dan makna muatan. Makna niatan ialah makna yang diniatkan
oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah
makana yang termuat dalam karya sastra tersebut.
Amanat (pesan) ialah sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada
orang lain. Penyampaian amanat (pesan) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
cara lisan dan cara tulisan. Cara pertama, penyampai amanat langsung berhadapan
dengan penerima sebagai lawan bicara atau pendengar, sedangkan cara kedua,
penyampai amanat tidak berhadapan langsung dengan penerima, tetapi
menggunkan perantara/alat bantu ; dapat berupa cerita, buku (fiksi dan nonfiksi).
Untuk menemukan amanat pada sebuah karya sastra, misal cerpen, kita harus
lebih dulu memahami : tema, rasa, dan nada cerpen itu. Tema berbeda dengan
21
amanat. Tema berhubungan dengan arti karya sastra, sedangkan amanat
berhubungan dengan makna karya sastra (meaning dan significance) yang berifat
kias, subjektif, dan umum. Makna karya sastra selalu berhubungan dengan orang
per orang, konsep seseorang, dan situasi penyair mengimajinasikan karyanya.
Amanat (pesan) sebuah karya sastra, selain yang dibicarakan di atas, dapat pula
ditentukan melalui perndekatan teori sastra (sejarah sastra, angkatan, atau zaman)
terciptanya karya sastra itu. Jadi, menemukan amanat pada sebuah karya sastra
(cerpen) selain memahami tema, rasa, dan nada, juga dapat ditemukan melalui
pendekatan teori sastra.
.
2.5 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
2.5.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran Kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
didasarkan pada paham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/
tim kecil, yaitu terdiri dari empat sampai enam orang siswa yang mempunyai latar
belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda
(heterogen) ( Sanjaya, 2009 :240 ).
Tipe Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana
pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu
maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa
menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota
22
kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap
anggotanya diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok
asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli.
http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran-kooperatif-
tipe.html.
Teknik Jigsaw dapat juga diartikan teknik pembelajaran yang berupa
permainan antar kelompok, serupa dengan pertukaran kelompok dengan
kelompok, di mana setiap siswa ditugasi mengajarkan pengetahuan baru yang
diperoleh dari hasil diskusi kelompok untuk diajarkan kepada siswa lain pada
kelompok lain. Ini merupakaan alternatif menarik bila ada materi belajar yang
bisa disegmentasikan atau dibagi-bagi dan bila bagian-bagiannya harus diajarkan
secara berurutan. Tiap siswa mempelajari sesuatu yang berbeda dengan lainnya
yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain, membentuk
kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang padu.
https://hafismuaddab.wordpress.com/tag/pembelajaran-metode-kooperatif-tipe-
jigsaw/.
Jadi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ialah kegiatan belajar secara
kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman
belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu:
(1) kelompok kecil, (2) belajar bersama, dan (3) pengalaman belajar. Esensi
kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab
kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang
menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam
23
kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh
sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok.
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua
anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat diuraikan
sebagai berikut: (1) kelompok kooperatif awal (kelompok asal), Siswa dibagi atas
beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor
kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik dan (2)
Kelompok Ahli, kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada
kelompok asal.
2.5.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Adapun prosedur dari teknik Jigsaw ini adalah:
1) Guru memilih materi belajar yang bisa dipecah menjadi beberapa bagian.
Sebuah bagian bisa sependek kalimat atau sepanjang beberapa paragraf, jika
materinya panjang, perintahkan siswa untuk membaca tugas mereka sebelum
pelajaran. Contohnya antara lain : (1) modul berisi beberapa point penting, (2)
bagian-bagian eksperimen ilmu pengetahuan, (3) sebuah naskah yang
memiliki bagian atau sub judul yang berbeda, (4) Sebuah daftar definisi, dan
(5) Sebuah artikel setebal majalah atau jenis materi bacaan pendek yang lain.
2) Menghitung jumlah bagian yang hendak dipelajari dan jumlah siswa. Bagikan
secara adil berbagai tugas kepada berbagai kelompok siswa. Sebuah contoh,
misalnya jumlah siswa ada 24, sedangkan bagian yang hendak dipelajari ada 4
bagian, maka jumlah kelompok ada 4 kelompok, dan setiap kelompok
beranggotakan 6 anak (disebut kelompok 6), yang masing-masing kelompok
24
mendapat tugas yang berbeda dengan cara membaca, mendiskusikan, dan
menguasai materi yang mereka terima.
3) Setelah waktu belajar selesai, bentuklah kelompok belajar sistem Jigsaw.
Kelompok belajar tersebut terdiri dari perwakilan tiap ”kelompok belajar“ di
kelas. Dalam contoh yang baru saja diberikan, anggota dari tiap kelompok 6,
dapat berhitung mulai dari 1, 2, 3, 4 , 5, dan 6, kemudian bentuklah sistem ”
kelompok belajar Jigsaw “ dengan jumlah yang sama. Hasilnya adalah 6
kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 anak (kelompok empat).
Dalam masing-masing kelompok 4 ada 1 siswa yang telah mempelajari bagian
1, bagian 2, bagian 3, bagian 4. berikut ini menunjukkan urutannya :
Kelompok Belajar
Kelompok A : A1, A2, A3, A4, A5, A6
Kelompok B : B1, B2, B3, B4, B5, B6
Kelompok C : C1, C2, C3, C4, C5, C6
Kelompok D : D1, D2, D3, D4, D5, D6
Kelompok Belajar Jigsaw
Kelompok I, anggota terdiri dari A1, B1, C1, D1
Kelompok II, anggota terdiri dari A2, B2, C2, D2
Kelompok III, anggota terdiri dari A3, B3, C3, D3
Kelompok IV, anggota terdiri dari A4, B4, C4, D4
Kelompok V, anggota terdiri dari A5, B5, C5, D5
Kelompok VI, anggota terdiri dari A6, B6, C6, D6
a) Perintahkan anggota kelompok Jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain
apa yang telah mereka pelajari.
25
b) Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dalam rangka
membahas pertanyaan yang masih tersisa guna memastikan pemahaman
yang akurat.
c) Ajukan serangkaian pertanyaan yang menjajaki pemikiran siswa dan
pengetahuan siswa yang mereka miliki. Gunakan pertanyaan yang
memiliki beberapa kemungkinan jawaban, misalnya “bagaimana kamu
menjelaskan seberapa kecerdasan seseorang ?”.
d) Berikan waktu yang cukup kepada siswa dalam berpasangan atau
berkelompok untuk membahas jawaban mereka.
e) Perintahkan siswa untuk kembali ke tempat masing-masing dan catatlah
pendapat mereka. Jika memungkinkan adakan seleksi jawaban mereka
menjadi beberapa katagori terpisah yang terkait dengan katagori atau
konsep yang berbeda, misalnya “kemampuan membuat mesin“ pada
kecerdasan kinestetika tubuh.
f) Sajikan poin-poin pembelajaran utama yang ingin anda ajarkan.
Perintahkan siswa untuk menjelaskan kesesuaian jawaban mereka dengan
poin-poin ini. Catatlah gagasan yang memberi informasi tambahan bagi
poin pembelajaran anda.
2.6 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
2.6.1 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Keunggulan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai suatu strategi
pembelajaran di antaranya:
26
1) Melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan
belajar dari siswa yang lain.
2) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membantu anak untuk respek pada
orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan.
4) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membantu memberdayakan setiap
siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan suatu strategi yang cukup
ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial,
termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang
positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu,
dan sikap positif terhadap sekolah.
6) Melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima
umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut
membuat kesalahan, karena keputusan yang di buat adalah tanggung jawab
kelompoknya.
7) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
27
8) Interaksi selama kooperatif tipe Jigsaw berlangsung dapat meningkatkan
motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk
proses pendidikan jangka panjang.
2.6.2 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Di samping keunggulan, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw juga memiliki
kelemahan/ keterbatasan, di antarnya:
1) Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara
otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning.
Untuk siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan
semacam ini dapat menganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
2) Ciri utama dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah bahwa siswa
saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif,
maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara
belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak
pernah dicapai oleh siswa.
3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu
menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah
prestasi setiap individu siswa.
4) Keberhasilan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam upaya
mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang
cukup panjang, dan, hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu
kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.
28
5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya
didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya
melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw selain siswa belajar bekerja sama,
siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk
mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memang
bukan pekerjaan yang mudah.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil jenis Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) partisipan. Suatu penelitian dikatakan sebagai partisipan ialah apabila
orang yang akan melaksanakan penilaian harus terlibat langsung dalam proses
penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan
demikian, sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya
peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data
serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya (Iskandar, 2010: 27). Dalam
penelitian ini, peneliti terlibat langsung terus-menerus sejak awal sampai akhir
penelitian, disamping peneliti juga melibatkan siswa, guru bahasa Indonesia yang
mengajar di kelas tersebut, agar penelitian ini memberikan hasil yang optimal.
Dalam penelitian ini yang diterapkan adalah pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dalam memahami unsur intrinsik cerpen. Model penelitian tindakan kelas
(PTK) yang digunakan adalah model Kurt Lewin (dalam Iskandar, 2010: 28) yaitu
bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah yaitu (1) perencanan
(planning), (2) tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi
(reflecting).
3.2 Subjek, Objek, Tempat Penelitian
1) Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa-siswi kelas V
SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014, yang
berjumlah 22 orang terdiri atas 7 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.
30
2) Objek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan memahami unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa
kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014.
3) Tempat penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli. Waktu penelitian tindakan kelas dilaksanakan
pada semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014. Jadwal penelitian disesuaikan
dengan kalender pendidikan dan jadwal mata pelajaran di kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah kerangka penelitian yang merupakan alur
pelaksanaan kegiatan penelitian dalam rangka memeroleh, mengumpulkan,
menyusun, mengklasifikasikan dan menganalisis data. Penelitian ini dirancang
sampai pada siklus ke-N. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki
dan meningkatkan praktek-praktek pengajaran di kelas secara professional
(Iskandar, 2010: 23). Desain penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah
model Kurt Lewin yang terdiri atas empat tahap, yakni; perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses
yang terjadi dalam satu lingkaran yang terus menerus (Sanjaya, 2010: 49).
Apabila digambarkan proses penelitian tindakan digambarkan seperti berikut ini.
31
Perencanaan
Refleksi Tindakan
Observasi
Observasi
Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin dalam Sanjaya (2010: 50).
1) Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat
dari satu ide gagasan peneliti.
2) Tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun oleh peneliti.
3) Observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui
efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai
kelemahan (kekurangan) tindakan yang telah dilakukan.
4) Refleksi adalah kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga
memunculkan program atau perencanaan baru.
3.4 Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang akan dilaksanakan adalah:
1) Refleksi Awal
Sebelum melakukan tindakan dilakukan refleksi awal yang bertujuan
32
mengumpulkan data awal mengenai permasalahan serta kendala-kendala yang
dialami oleh siswa pada saat proses belajar. Mengetahui kelemahan metode
yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran.
Masalah yang terungkap dari hasil wawancara adalah siswa ternyata
menganggap bahwa memahami unsur intrinsik cerpen sangat sulit dilakukan
karena unsur-unsur intrinsik cerpen merupakan karya sastra yang mempunyai
makna utuh. Siswa sulit menangkap makna dibalik kata-kata sastra yang
digunakan oleh pengarang. Selain itu hal-hal dari luar lingkungan siswa yang
tidak mendukung kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen.
Oleh sebab itulah guru sebagai komentator, kritikus, dan pembimbing
hendaknya mengusahakan agar siswa tertarik, terlibat serta terinspirasi saat
proses pembelajaran berlangsung.
Sesuai dengan refleksi awal, maka penulis akan mencoba menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam memahami unsur intrinsik cerpen
pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli. Pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa
dalam memahami unsur intrinsik cerpen.
2) Perencanaan Tindakan
Untuk melaksanakan tindakan penelitian ini diperlukan beberapa
perencanaan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam perencanaan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a) Tes diagnotik/tes awal yang dipersiapkan berupa tes tertulis yang berbentuk
esai. Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal pemahaman
siswa tentang unsur intrinsik cerpen.
33
b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan rencana
program yang ditempuh melalui proses belajar mengajar.
c) Format observasi siswa. Format observasi adalah pedoman digunakan pada
saat melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar. Format
observasi berisi beberapa pertanyaan/pernyataan yang membutuhkan
jawaban melalui pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
d) Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang dikerjakan oleh anak atau sekelompok
anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang prestasi anak. Tes ini
digunakan untuk mengevaluasi pemahaman materi tentang kemampuan
dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw. Tes yang digunakan berupa tes tulis yang berbentuk esai. Tes
ini dilaksanakan setelah proses belajar mengajar selesai/ berakhir.
3) Implementasi Tindakan
Adapun langkah-langkah konkrit pelaksanaan dari rencana tindakan
penelitian kelas tersebut adalah seperti pada skenario pembelajaran berikut.
34
Tabel 01. Skenario Pembelajaran Memahami Unsur Intrinsik Cerpen
melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Kegiatan Awal
No.
Peneliti/Guru Siswa
(1) (2) (3)
01. Membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Siswa bersama-sama
memberi salam.
02. Menginformasikan rencana pelajaran
hari tersebut, yaitu pembelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen
melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
Medengarkan dan
mempersiapkan diri untuk
mengikuti pembelajaran
memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
03. Mengapersepsi kelas dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan guru.
Kegiatan Inti
01. Eksplorasi:
Memberikan penjelasan tentang unsur-
unsur yang terkandung dalam sebuah
cerpen.
Siswa mendengarkan
penjelasan tentang unsur-
unsur yang terkandung
dalam sebuah cerpen.
02. Memberi peluang agar siswa bertanya
apabila ada materi yang belum
dipahami.
Siswa bertanya mengenai
materi yang belum dipahami.
03. Elaborasi:
Menjelaskan unsur intrinsik cerpen
dengan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
Siswa menyimak penjelasan
guru tentang . unsur intrinsik
cerpen dengan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
04. Memberikan tugas secara berkelompok
untuk menganalisis unsur-unsur
intrinsik cerpen.
Bekerja secara berkelompok
membahas unsur-unsur
intrinsik cerpen.
05. Memberi bimbingan dan memantau
kerja kelompok siswa dalam
memahami isi unsur intrik cerpen.
Bekerja secara berkelompok
membahas unsur-unsur
intrinsik cerpen.
06. Menugaskan untuk mepresentasikan
hasil kerja kelompoknya.
Mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
07.
Konfirmasi:
Guru bersama siswa menyimpulkan
hasil kegiatan pembelajaran dan
mengadakan refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran
Siswa menyimpulkan dan
merefleksi pembelajaran
memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang
35
(1) (2)
kooperatif tipe Jigsaw yang telah
dilaksanakan.
(3)
telah dilaksanakan.
Kegiatan Akhir
(1) (2) (3)
No. Peneliti/Guru
Siswa
01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam
tahap ini guru mengetes dan
memberikan nilai terhadap pemahaman
materi pelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen melalui strategi
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Mengerjakan tes pemahaman
materi pelajaran memahami
unsur intrinsik cerpen
melalui strategi
pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
02. Memberikan tugas untuk berlatih di
rumah, agar siswa membaca cerpen
yang lain.
Mencatat PR.
03. Menutup pembelajaran dengan salam.
Mengucapkan salam.
4) Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini, peneliti menempuh beberapa langkah untuk
mengumpulkan data dalam bentuk :
a) Observasi/ pengamatan langsung adalah suatu cara untuk mengadakan
penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan langsung dan sistematis
(Nurkancana, 1992 : 51). Observasi sebagai data penunjang perlu dilakukan
untuk mengetahui tingkat keaktifan dan respon siswa terhadap penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen. Pengamatan aktivitas siswa dalam hal ini dispesifikkan
pada beberapa aktivitas belajar esensial di kelas, yaitu :
- aktivitas bertanya,
- aktivitas menjawab pertanyaan guru,
- aktivitas diskusi,
36
- aktivitas mengerjakan soal,
- aktivitas mencatat dan merangkum pelajaran.
b) Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak ataupun
kelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkan laku atau
prestasi anak tersebut (Nurkancana,1992:34). Tes sebagai data utama dalam
penelitian ini adalah untuk mengevaluasi atau memperoleh gambaran
tentang peningkatan kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada akhir siklus.
5) Refleksi
Berdasarkan data obsevasi dan hasil tes siswa dalam memahami unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw peneliti
melakukan refleksi. Refleksi ini dapat menghasilkan berbagai kemungkinan.
Pertama, tindakan yang hasilnya positif atau sudah baik, dipertahankan dan
yang tidak direvisi lagi. Kedua, tindakan yang masih dirasakan menghambat
atau masih memiliki kekurangan perlu ada revisi dalam pembuatan rencana
siklus berikutnya.
3.5 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penilaian
Data yang diharapkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar
dalam memahami unsur intrinsik cerpen, maka dipergunakan metode tes. Untuk
mengetahui sikap aktivitas dan antusias anak dalam memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw digunakan metode observasi.
37
Jadi, dalam hal ini tes merupakan data utama yang dipergunakan dalam
penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui atau memperoleh gambaran
tentang kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Melalui tes tersebut, peneliti ingin
mengetahui apakah proses belajar mengajar yang telah dilakukan berhasil atau
mengalami kegagalan. Adapun kriteria penilaian keberhasilan siswa dalam
memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,
yaitu apabila siswa mampu memahami unsur intrinsik cerpen yang dibacanya.
Metode tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam
mengalisis unsur intrinsik cerpen dengan menjawab soal-soal yang telah
disediakan oleh peneliti, kemudian hasil analisis tersebut dinilai ketepatan
menentukan tema, menemukan alur, menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita,
menentukan sudut pandang, menyebutkan latar tempat dan waktu.
1) Metode Observasi
Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan di kelas dari awal
pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Observasi dilakukan dengan
berkolaborasi bersama guru pamong bersangkutan. Hasil observasi dicatat pada
catatan lapangan dan format observasi aktivitas guru dan siswa. Format observasi
aktivitas guru desesuaikan dengan aktivitas guru sebagai pihak yang membantu
membelajarkan siswa dan format observasi aktivitas siswa disesuaikan dengan
aktivitas siswa sebagai pihak yang dibelajarkan.
2) Metode Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk
suatu tugas yang harus dikerjakan oleh setiap anak / siswa sehingga
38
memberikan hasil sesuai nilai tentang hasil atau prestasi anak /siswa tersebut
yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau
nilai standar yang telah ditetapkan (Nurkencana, 1983: 25). Jadi tes ini adalah
untuk mengetahui atau memperoleh gambaran prestasi siswa. Melalui tes
tersebut peneliti ingin mengetahui apakah proses belajar mengajar yang telah
dilakukan mengalami keberhasilan atau kegagalan. Bentuk tes yang digunakan
adalah berupa tes essay dengan jumlah soal sebanyak 6 butir atau sesuai
dengan jumlah insur intrinsik yang akan diteliti.
3) Penetapan Skor
Pada langkah ini setelah hasil tes dikumpulkan selanjutnya melakukan
penentuan skor tes essay yang telah diberikan dengan skor tiap butir soal
diberi rentang antara 1-10 yang terdiri dari 6 butir soal, hasil tes tersebut
nantinya penulis akan evaluasi dengan menggunakan rumus norma absolut
skala sebelas, sehingga memperoleh data mengenai kemampuan siswa
menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui metode inkuiri. Adapun hal-hal
yang dievaluasi adalah:
a. Tema skor 1-10
b. Alur/plot skor 1-10
c. Tokoh skor 1-10
d. Susut Pandang skor 1-10
e. Latar/setting skor 1-10
f. Gaya bahasa skor 1-10
Jadi nilai maksimal idealnya adalah 6 x 10= 60
39
4) Mengubah Skor Mentah menjadi Skor Standar
Prosedur yang akan ditempuh dalam mengubah skor mentah menjadi
skor standar, adalah:
a. Mencari Skor Maksimal Ideal (SMI) daripada tes yang diberikan. Skor
Maksimal Ideal adalah skor yang mungkin dicapai apabila setiap item atau
butir soal dapat dijawab dengan benar. Skor maksimal ideal dicari dengan
jalan menghitung juamlah item atau butir soal yang diberikan serta bobot
daripada masing-masing item atau butir soal.
b. Mencari angka rata-rata ideal (Mi) untuk tes tersebut dengan rumus:
Mi =1/2 x SMI
c. Mencari Standar Deviasi ideal (SDi) untuk tes tersebut dengan rumus:
SDi =1/3 x Mi
Membuat pedoman konversi dengan ketentuan sebagai berikut:
M + 2,25 SD 10
M + 1,75 SD 9
M + 1,25 SD 8
M + 0,75 SD 7
M + 0,25 SD 6
M – 0,25 SD 5
M – 0,75 SD 4
M – 1,25 SD 3
M – 1,75 SD 2
M – 2,25 SD 1
(Nurkencana, 1983:84-85).
40
Berdasarkan rumus di atas, maka penyelesaian adalah hasil tes yang berupa
skor mentah dikonversikan menjadi skor standar dengan menggunakan norma
absolut skala 11.
SMI = 60
Mi = 1/2 x 60 =30
Sdi = 1/3 x 30 = 10
Keterangan
Smi = Skor Maksimal Ideal
Mi = Angka Rata-rata ideal
Sdi = Standar Deviasi
Dari rumusan tersebut di atas maka hasil yang diperoleh sebagai berikut:
Mi + 2,25 Sdi = 30 + (2,25 x 10) = 52 10
Mi + 1,75 Sdi = 30 + (1,75 x 10) = 47 9
Mi + 1,25 Sdi = 30 + (1,25 x 10) = 42 8
Mi + 0,75 Sdi = 30 + (0,75 x 10) = 37 7
Mi + 0,25 Sdi = 30 + (0,25 x 10) = 32 6
Mi - 0,25 Sdi = 30 – (0,25 x 10) = 27 5
Mi – 0,75 Sdi = 30 – (0,75 x 10) =22 4
Mi – 1,25 Sdi = 30 – (1,25 x 10) = 17 3
Mi – 1,75 Sdi = 30 – (1,75 x 10) = 12 2
Mi – 2,25 Sdi = 30 –( 2,25 x 10) = 7 1
Berpedoman pada ketentuan di atas, maka dapatlah ditentukan dalam skor
standar yang dipakai oleh masing-masing siswa dengan ketentuan sebagai berikut:
jika siswa yang mendapat skor mencapai 52 ke atas maka anak teserbut mendapat
41
skor standar 10, jika siswa mendapat skor mentah antara 47 sampai 51 maka siswa
tersebut mendapat skor standar 9. Demikian selanjutnya dengan tabel peningkatan
kemampuan siswa dalam menganalisis cerpen, seperti yang terdapat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 02. Klasifikasi Peningkatan Kemampuan Menganalisis Cerpen Pada
Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun
Pelajaran 2013/2014
No. Skor Mentah Skor Standar Kategori
(1) (2) (3) (4)
01. 52 – 60 10 Istimewah
02. 47 – 51 9 Baik Sekali
03. 42 – 46 8 Baik
04. 37 – 41 7 Lebih dari cukup
05. 32 – 36 6 Cukup
06. 27 – 31 5 Hampir cukup
07. 22 – 26 4 Kurang
08. 17 – 21 3 Kurang sekali
09. 12 – 16 2 Buruk
10. 7 – 11 1 Buruk sekali
3.6 Analisis Data
Setelah data yang diinginkan terkumpul, diadakan pengolahan data. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini masih merupakan data atau bahan mentah.
Oleh karena itu, data perlu diolah lagi agar dapat ditarik suatu simpulan. Dalam
pengolahan data ini, digunakan metode analisis deskriptif. Metode analisis
deskreptif adalah metode pengolahan data dengan jalan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh, sehingga didapat suatu simpulan umum.
42
Analisis pertama, dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan yang diambil,
apakah pelaksanaannya sesuai dengan yang telah direncanakan. Kedua, analisis
terhadap kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang didapatkan dari hasil tes. Hasil tes diolah dengan
menggunakan keberhasilan belajar secara individu dan klasikal. Penskoran hasil
tes masing-masing siswa dianalisis dengan norma absolut skala seratus. Skala
seratus adalah skala yang bergerak antara nol sampai seratus. Skala seratus
disebut juga skala persentil. Setelah mengetahui nilai masing-masing siswa,
selanjutnya secara klasikal dapat dicari nilai rata-ratanya dengan menggunakan
rumusan berikut :
∑ Fx
Mean = -----------------
N
Keterangan :
Mean = Nilai rata-rata
F = Frekuensi
x = Nilai
N = Jumlah sampel (Nurkencana, 1992 : 99).
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini telah disesuaikan dengan
tahap-tahap dan prosedur yang telah direncakan sebelumnya. Data yang
diperlukan untuk dievaluasi. Data yang diperoleh adalah berupa hasil observasi
terhadap siswa selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut. Data yang
diambil berupa data hasil tes peningkatan kemampuan menganalisis unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas V
SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli.
4.2 Refleksi Awal
Refleksi awal bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa
menganalisis unsur intrinsik cerpen. Sebelum proses belajar mengajar dilakukan,
peneliti melaksanakan pre tes dan mendapat nilai untuk menentukan kualifikasi.
4.2.1 Hasil Observasi awal
Observasi dilakukan peneliti bersama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Dari obsevasi inilah dapat ketahui permasalahan siswa dalam mengikuti pelajaran
bahasa indonesia terutama menganilis cerpen. Adapun hasil obsevasi yang telah
dilakukan adalah: (1) pembelajaran yang diterapkan oleh guru bersifat
konvensional, (2) siswa hanya mengandalkan catatan dari guru dan berpedoman
pada LKS, (3) siswa kurang motivasi, anak yang memiliki motivasi tinggi dalam
mengerjakan tugas akan lebih cepat tugasnya selesai sebaliknya, anak yang
44
kurang motivasi, maka penyelesaian tugas lebih dan lama juga akan rendah
kualitasnya, (4) siswa takut bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang kurang
dan jelas, (5) siswa kurang mengerti bagaimana cara menemukan atau
menganalisis unsur intrinsik cerpen.
4.2.2 Hasil Tes Awal
Pada tahap tes awal peneliti memberikan tes menganalisis unsur intrinsik
cerpen. Hasil pre tes kemampuan siswa dalam menganalisis cerpen dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 03. Data Hasil Tes Awal kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik
cerpen Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun
Pelajaran 2013/2014
No Nama siswa A B C D E F
Skor
Mentah
Skor
Standar
Kategori
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
01. I Kadek Juni Lestari 2 1 6 2 1 1 13 3 Buruk
02. I Made Tantra 2 2 3 2 1 4 14 3 Buruk
03. Ni Nengah Diantari 4 7 2 4 4 4 25 4 Kurang
04. I Wayan Wiryanata 8 2 6 8 1 2 27 5 Hampir cukup
05. Ni Made Sridaning Aminarti 2 3 4 4 2 2 17 3 Kurang sekali
06. Ni Kadek Sri Wijayanti 8 2 6 8 1 2 27 5 Hampir cukup
07. Ni Kadek Widianti 8 2 6 8 1 2 27 5 Hampir cukup
08. I Kadek Adi Wirawan 2 4 5 6 2 3 22 4 Kurang
09. Ni Wayan Eka Sri Cahyani 8 3 5 3 1 2 22 4 Kurang
10. Ni Kadek Sukreni 8 3 5 6 1 2 25 4 Kurang
11. I Made Suryadana 2 4 5 6 2 3 22 4 Kurang
12. Ni Made Ayu Suari Dewi 2 4 5 6 2 3 22 4 Kurang
13. Ni Luh Sri Opina Wati 8 2 5 4 1 2 22 4 Kurang
14. Ni Wayan Seppi Puspita Dewi 2 3 5 4 4 4 22 4 Kurang
15. Ni Kadek Sri Widarini 8 2 4 6 2 1 23 4 Kurang
16. Ni Made Apriliana Sari 2 3 5 4 4 4 22 4 Kurang
45
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
17. Ni Nyoman Apriliani Sari 2 2 6 4 8 1 23 4 Kurang
18. I Ketut Arya Adikara 1 1 6 6 2 2 18 3 Kurang sekali
19. Ni Kadek Ariani 8 1 5 6 1 1 22 4 Kurang
20. I Wayan Wiryatama 1 2 5 4 8 3 23 4 Kurang
21. Ni Wayan Suriasih 8 2 6 8 1 2 27 5 Hamper cukup
22. I Nengah Sila 2 3 5 4 4 4 22 4 Kurang
Jumlah 98 58 110 113 54 54 487 88
Nilai rata-rata 4,45 2,64 5,00 5,14 4,45 4,45 22,14 4,00 Kurang
Keterangan:
A. Tema
B. Alur
C. Tokoh / karakter
D. Latar/setting
E. Sudut pandang
F. Amanat
4.2.3 Analisis Hasil Tes Awal
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan siswa
memahami unsur intrinsik cerpen. Saat proses belajar mengajar berlangsung
sebelum dilakukannya tindakan, peneliti melaksanakan pretes dan mendapat nilai
untuk menentukan kualifikasi. Rata-rata skor diperoleh dengan menggunakan
rumus :
N
fxM
Keterangan :Skor
M : Rata-rata skor
46
∑ : Jumlah
F : Frekwensi
X : Nilai
N : Jumlah Individu
Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada tes awal dapat dilihat
pada pada tabel berikut ini.
Tabel 04. Analisis Data Tes Awal Peningkatan Kemampuan Menganalisis
Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun
Pelajaran 2013/2014
No. Nilai (x) Frekwensi (F) Fx Persentase Kategori Nilai Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01. 10 - - - -
88 = 4,00
22
(kurang)
02. 9 - - - -
03. 8 - - - -
04. 7 - - - -
05. 6 - - - -
06. 5 4 20 18,2% Hampir Cukup
07. 4 14 56 63,6% Kurang
08. 3 4 12 18,2% Kurang Sekali
09. 2 - - - -
10. 1 - - - -
22 88 100% -
Berdasarkan tabel di atas telah menunjukan kemampuan siswa dalam
menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes awal, siswa mencapai nilai rata-rata
4,00 dengan nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 4 orang (18,2%), nilai 4
47
kategori kurang sebanyak 14 orang (63,6%), nilai 3 kategori kurang sekali
sebanyak 4 orang (18,2%), dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan
bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes awal dapat
dikategorikan kurang, karena itu penelitian tindakan kelas ini dapat dilaksanakan
di SDN 2 penglumbaran Susut Bangli.
4.3 Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I di kelas adalah dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Siklus I ini dilaksanakan pada hari Selasa,
tanggal 15 April 2014. Adapun hasil pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut.
4.3.1 Hasil Observasi/Evaluasi Siklus I
Hasil pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh dengan melakukan
pengamatan/observasi yang dilakukan oleh observer (guru pamong). Dalam hal
itu, guru pamong melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan yang
dilakukan peneliti dalam penerapan model pembelajaran terhadap subjek
penelitian, yaitu siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli. Adapun hasil
observasi yang telah dilakukan yaitu:
1. Pembelajaran berjalan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
2. Siswa kurang aktif berdiskusi yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok.
3. Guru terus memantau jalannya diskusi sambil memberi bimbingan.
4. Guru memberi penghargaan kepada kelompok yang pekerjaannya paling
baik.
48
5. Respons siswa terhadap pembelajaran memahami isi bacaan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw cukup positif.
6. Siswa kurang bersosialisasi dalam berbagi pengetahuan dengan teman-teman
dalam kelompoknya.
7. Siswa kurang aktif mengemukakan pendapat, dan ada juga enggan membaca
bacaan.
8. Guru memberi perhatian lebih terhadap siswa yang masih lamban memahami
unsur intrinsik cerpen.
9. Guru menjelaskan lebih intensif materi yang kurang dipahami oleh siswa.
4.3.2 Hasil tes siklus I
Setelah pelaksanaan tindakan atau kegiatan pembelajaran, maka dilakukan
evaluasi. Kegiatan evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut
kemampuan memahami isi bacaana siswa. Dalam pelaksanaan evaluasi peneliti
memberikan tes. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
memahami isi bacaan dalam paragraf dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw. Hasil tes dapat dilihat dalam tabel berikut.
49
Tabel 05. Data Hasil Tes siklus I kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik
Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas
V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
No Nama siswa A B C D E F
Skor
Mentah
Skor
Standar
Kategori
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
01. I Kadek Juni Lestari 8 3 6 3 4 5 31 5 Hampir Cukup
02. I Made Tantra 5 4 3 4 3 5 24 4 Kurang
03. Ni Nengah Diantari 4 7 2 4 4 4 25 4 Kurang
04. I Wayan Wiryanata 6 7 5 6 4 4 32 6 Cukup
05. Ni Made Sridaning Aminarti 6 5 5 4 3 4 27 5 Hampir Cukup
06. Ni Kadek Sri Wijayanti 9 2 5 3 2 2 23 4 Kurang
07. Ni Kadek Widianti 9 6 5 3 3 4 30 5 Hampir Cukup
08. I Kadek Adi Wirawan 6 7 5 6 4 4 32 6 Cukup
09. Ni Wayan Eka Sri Cahyani 8 4 5 5 4 4 30 5 Hampir Cukup
10. Ni Kadek Sukreni 8 4 5 6 4 5 32 6 Cukup
11. I Made Suryadana 8 4 5 6 4 5 32 6 Cukup
12. Ni Made Ayu Suari Dewi 6 4 5 5 4 4 28 5 Hampir Cukup
13. Ni Luh Sri Opina Wati 8 4 5 5 4 4 30 5 Hampir Cukup
14. Ni Wayan Seppi Puspita Dewi 6 7 5 6 4 4 32 6 Cukup
15. Ni Kadek Sri Widarini 8 2 4 6 2 1 23 4 Kurang
16. Ni Made Apriliana Sari 6 5 5 4 3 4 27 5 Hampir Cukup
17. Ni Nyoman Apriliani Sari 6 5 6 4 8 4 32 6 Cukup
18. I Ketut Arya Adikara 6 4 6 6 3 3 26 4 Kurang
19. Ni Kadek Ariani 8 3 5 6 3 3 28 5 Hampir Cukup
20. I Wayan Wiryatama 4 3 5 4 8 4 28 5 Hampir Cukup
21. Ni Wayan Suriasih 6 5 6 4 8 4 32 6 Cukup
22. I Nengah Sila 6 3 5 4 4 4 26 4 Kurang
Jumlah 147 98 108 104 90 85 630 111
Nilai rata-rata 6,69 4,45 5,00 4,72 4,10 3,86 28,64 5,05 Hampir Cukup
50
Keterangan:
A. Tema
B. Alur
C. Tokoh / karakter
D. Latar/setting
E. Sudut pandang
F. Amanat
4.3.3 Analisis Data Siklus I
N
fxM
Keterangan :
M : Rata-rata skor
∑ : Jumlah
F : Frekwensi
X : Nilai
N : Jumlah Individu
Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada tes awal dapat dilihat
pada pada tabel berikut ini.
51
Tabel 06. Analisis Data Siklus I Siswa Peningkatan Kemampuan
Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran
Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
No. Nilai (x) frekwensi (f) Fx Persentase Kategori Nilai Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01. 10 - - - -
111 = 5,05
22
(hampir cukup)
02. 9 - - - -
03. 8 - - - -
04. 7 - - - -
05. 6 7 42 31,8% Cukup
06. 5 9 45 40,9% Hampir Cukup
07. 4 6 24 27,3% kurang
08. 3 - - - -
09. 2 - - - -
10. 1 - - - -
22 111 100% -
Berdasarkan tabel di atas, maka nilai rata-rata yang di capai siswa 5,05 dari
22 siswa dengan rincian nilai 6 kategori cukup sebanyak 7 orang (31,8%), nilai 5
kategori hampir cukup sebanyak 9 orang (40,9%), nilai 4 kategori kurang
sebanyak 6 orang (27,3%), sehingga kemampuan menganalisis unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran inkuiri pada siklus I dapat dikategorikan kedalam
kelompok hampir cukup.
52
4.3.4 Refleksi Siklus I
Pada proses belajar mengajar berlangsung, kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan baik, kegiatan pembelajaran berlangsung dalam kondisi yang
aktif dan menyenangkan. Dilihat pada tabel 06, diketahui bahwa siswa sudah
mengalami peningkatan. Hal tersebut dilihat dari pemerolehan nilai dalam
evaluasi proses pembelajaran yang peneliti lakukan pada setiap akhir pertemuan,
sehingga kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw semakin ditingkatkan.
Peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus I masih ada beberapa masalah
yang ditemukan peneliti pada proses pembelajaran, yang perlu dijadikan bahan
refleksi untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus selanjutnya. Masalah yang
muncul pada siklus I adalah siswa masih ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada peneliti yang walaupun peneliti memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya. Hal ini terjadi karena siswa belum cermat dan tepat
dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, maka peneliti perlu melanjutkan pembelajaran ke siklus II.
4.4 Siklus II
4.4.1 Perencanaan Penelitian
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan
yaitu pertemuan pertama pada hari Selasa, tanggal 15 April 2014 dan pertemuan
kedua pada hari selasa tanggal 22 April 2014. Dalam perencanaan, peneliti
menyiapkan beberapa hal yang diperlukan, antara lain:
53
1. Menyiapkan buku paket Bahasa Indonesia untuk SD kelas V.
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3. Menyiapkan bahan pelajaran bahasa Indonesia.
4. Menyiapkan cerpen yang akan dianalisis oleh siswa.
5. Menyusun tes hasil belajar untuk siklus II.
6. Memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang
belum mengerti.
4.4.2 Pelaksanaan Penelitian
Tabel 07. Skenario pembelajaran yang akan diguanakan pada siklus II
Kegiatan Awal
No.
Peneliti/Guru Siswa
(1) (2) (3)
01. Membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Siswa bersama-sama
memberi salam.
02. Menginformasikan rencana pelajaran
hari tersebut, yaitu pembelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen
melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
Medengarkan dan
mempersiapkan diri untuk
mengikuti pembelajaran
memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
03. Mengapersepsi kelas dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan guru.
Kegiatan Inti
01. Eksplorasi:
Memberikan penjelasan tentang unsur-
unsur yang terkandung dalam sebuah
cerpen.
Siswa mendengarkan
penjelasan tentang unsur-
unsur yang terkandung
dalam sebuah cerpen.
(1) (2) (3)
02. Memberi peluang agar siswa bertanya
apabila ada materi yang belum dipahami.
Siswa bertanya mengenai
materi yang belum dipahami.
03.
Elaborasi:
Menjelaskan unsur intrinsik cerpen dengan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Siswa menyimak penjelasan
guru tentang . unsur intrinsik
cerpen dengan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
54
(1) (2) (3)
04. Memberikan tugas secara berkelompok
untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik
cerpen.
Bekerja secara berkelompok
membahas unsur-unsur
intrinsik cerpen.
05. Memberi bimbingan dan memantau kerja
kelompok siswa dalam memahami isi
unsur intrik cerpen.
Bekerja secara berkelompok
membahas unsur-unsur
intrinsik cerpen.
06. Menugaskan untuk mepresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
Mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
07. Konfirmasi:
Guru bersama siswa menyimpulkan hasil
kegiatan pembelajaran dan mengadakan
refleksi terhadap kegiatan pembelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen melalui
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang
telah dilaksanakan.
Siswa menyimpulkan dan
merefleksi pembelajaran
memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang
telah dilaksanakan.
Kegiatan Akhir
No. Peneliti/Guru
Siswa
01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam
tahap ini guru mengetes dan memberikan
nilai terhadap pemahaman materi pelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen melalui
strategi pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
Mengerjakan tes pemahaman
materi pelajaran memahami
unsur intrinsik cerpen
melalui strategi
pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
02. Memberikan tugas untuk berlatih di rumah,
agar siswa membaca cerpen yang lain.
Mencatat PR.
03. Menutup pembelajaran dengan salam.
Mengucapkan salam.
4.4.3 Observasi/Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan pada akhir pertemuan kedua dengan tujuan
untuk mengetajui kemampuan siswa terhadap materi yang telah diberikan.
Kegiatan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
mengananalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Siswa
55
mengerjakan soal-soal yang telah disiapkan peneliti sebanyak 6 butir soal essay,
dengan rentangan nilai setiap soal 1-10 dan diselesaikan dalam waktu 2 x 40
menit.
4.4.4 Hasil Tes Siklus II
Hasil tes siklus II dapat dilihata pada tabel berikut ini.
Tabel 08. Data Hasil Tes siklus II kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik
Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas
V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
No Nama siswa A B C D E F Skor
Mentah
Skor
Standar Kategori
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
01. I Kadek Juni Lestari 7 4 6 5 4 6 32 6 Cukup
02. I Made Tantra 7 5 3 3 5 4 27 5 Hampir Cukup
03. Ni Nengah Diantari 4 7 5 4 5 4 29 5 Hampir Cukup
04. I Wayan Wiryanata 8 2 6 8 3 2 29 5 Hampir Cukup
05. Ni Made Sridaning Aminarti 7 5 5 4 3 4 28 5 Hampir Cukup
06. Ni Kadek Sri Wijayanti 9 4 5 4 3 3 28 5 Hampir Cukup
07. Ni Kadek Widianti 9 4 5 5 7 5 37 7 Hampir Baik
08. I Kadek Adi Wirawan 6 4 5 6 6 5 32 6 Cukup
09. Ni Wayan Eka Sri Cahyani 8 5 5 7 6 6 37 7 Hampir Baik
10. Ni Kadek Sukreni 8 7 5 6 5 6 37 7 Hampir Baik
11. I Made Suryadana 6 4 5 4 3 5 27 5 Hampir Cukup
12. Ni Made Ayu Suari Dewi 5 3 5 4 5 5 27 5 Hampir Cukup
13. Ni Luh Sri Opina Wati 8 4 5 4 6 5 32 6 Cukup
14. Ni Wayan Seppi Puspita Dewi 8 7 7 6 6 8 42 8 Baik
15. Ni Kadek Sri Widarini 8 6 4 6 5 4 33 6 Cukup
16. Ni Made Apriliana Sari 8 5 5 5 6 5 34 6 Cukup
17. Ni Nyoman Apriliani Sari 5 4 7 5 8 5 35 6 Cukup
18. I Ketut Arya Adikara 5 4 6 6 6 6 33 6 Cukup
19. Ni Kadek Ariani 8 7 6 6 7 8 42 8 Baik
20. I Wayan Wiryatama 6 4 5 5 8 4 32 6 Cukup
21. Ni Wayan Suriasih 8 5 5 7 6 6 37 7 Hampir Baik
56
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
22. I Nengah Sila 7 5 5 6 5 4 32 6 Cukup
Jumlah 155 105 115 116 118 110 722 133
Nilai rata-rata 7,05 4,77 5,23 5,27 5,36 5 32,82 6,05 Cukup
Keterangan:
A. Tema
B. Alur
C. Tokoh / karakter
D. Latar/setting
E. Sudut Pandang
F. Amanat
4.4.5 Analisis Data Siklus II
N
fxM
Keterangan :
M : Rata-rata skor
∑ : Jumlah
F : Frekwensi
X : Nilai
N : Jumlah Individu
Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada siklus II dapat dilihat
pada pada tabel berikut ini.
57
Tabel 09. Analisis Data Siklus II Peningkatan Kemampuan Menganalisis
Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun
Pelajaran 2013/2014
No. Nilai (x) Frekwensi (f) Fx Persentase Kategori Nilai Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01. 10 - - - -
133 = 6,05
22
(cukup)
02. 9 - - - -
03. 8 2 16 9,10% Baik
04. 7 4 28 18,18% Lebih Dari Cukup
05. 6 9 54 40,91% Cukup
06. 5 7 35 31,81% Hampir Cukup
07. 4 - - - -
08. 3 - - - -
09. 2 - - - -
10. 1 - - - -
22 133 100% -
Berdasarkan tabel di atas maka nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 6,05
dari 22 siswa dengan rincian, nilai 8 kategori baik sebanyak 2 orang (9,10%), nilai
7 kategori lebih dari cukup sebanyak 4 orang (18,18%), nilai 6 kategori cukup
sebanyak 9 orang (40,91%), nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 7 orang
(31,81%), sehingga kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat kelompokan dalam kategori hampir
cukup, ketentuan belum mencapai target maka perlu dilanjutkan kesiklus III.
58
4.4.6 Refleksi siklus II
Dari tabel di atas hasil tes dan observasi yang diperoleh dari siklus II dapat
diketahui bahwa melalui metode kooperatif, sebagai pendekatan pembelajaran
kemampuan menganalisis cerpen dapat ditingkatkan meskipun belum mencapai
target. Hal ini bisa tercapai apabila guru memperhatikan cara penyajian materi
pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif.
Peningkatan kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran
kooperatif pada siklus II masih ada beberapa masalah yang ditemukan peneliti
pada saat proses pembelajaran siklus II, yaitu:
1. Dilihat dari individu masih ada siswa yang mendapat nilai kurang.
2. Masih ada beberapa siswa kurang aktif dalam pelaksanaan pembelajaran
kooperatif.
3. Masih ada beberapa siswa kurang serius dalam menganalisis sebuah cerpen.
Berdasarkan hasil refleksi di atas maka perlu dijadikan refisi untuk
perbaikan siklus selanjutnya. Peneliti menganggap perlu melanjutkan pelaksanaan
pembelajaran pada siklus berikutnya.
4.5 Siklus III
4.5.1 Perencanaan Penelitian
Pelaksanaan pembelajaran siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan
yaitu pertemuan pertama pada hari Selasa, tanggal 29 April 2014 dan pertemuan
kedua pada hari Selasa, tanggal 05 Mei 2014. Dalam perencanaan, peneliti
menyiapkan beberapa hal yang diperlukan, antara lain:
1. Menyiapkan buku paket Bahasa Indonesia untuk SD kelas V.
59
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP).
3. Menyiapkan bahan pelajaran bahasa Indonesia.
4. Menyiapkan cerpen yang akan dianalisis oleh siswa.
5. Menyusun tes hasil belajar untuk siklus III.
6. Memotivasi individu yang mendapat nilai kurang.
7. Memberi perhatian khusus bagi siswa yang kuarng aktif dalam
pembelajaran.
8. Memberi teguran kepada siswa yang kurang serius dalam menganalis unsur
intrinsik cerpen.
4.5.2 Pelaksanaan Penelitian
Tabel 10. Skenario pembelajaran yang akan diguanakan pada siklus III
Kegiatan Awal
No.
Peneliti/Guru Siswa
(1) (2) (3)
01. Membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Siswa bersama-sama
memberi salam.
02. Menginformasikan rencana pelajaran
hari tersebut, yaitu pembelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen
melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
Medengarkan dan
mempersiapkan diri untuk
mengikuti pembelajaran
memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
03. Mengapersepsi kelas dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
Menyimak tujuan
pembelajaran yang
disampaikan guru.
Kegiatan Inti
01. Eksplorasi:
Memberikan penjelasan tentang unsur-
unsur yang terkandung dalam sebuah
cerpen.
Siswa mendengarkan
penjelasan tentang unsur-
unsur yang terkandung
dalam sebuah cerpen.
60
(1) (2) (3)
02. Memberi peluang agar siswa bertanya
apabila ada materi yang belum dipahami.
Siswa bertanya mengenai
materi yang belum dipahami.
03.
(1)
Elaborasi:
Menjelaskan unsur intrinsik cerpen dengan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
(2)
Siswa menyimak penjelasan
guru tentang . unsur intrinsik
cerpen dengan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
(3)
04. Memberikan tugas secara berkelompok
untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik
cerpen.
Bekerja secara berkelompok
membahas unsur-unsur
intrinsik cerpen.
05. Memberi bimbingan dan memantau kerja
kelompok siswa dalam memahami isi
unsur intrik cerpen.
Bekerja secara berkelompok
membahas unsur-unsur
intrinsik cerpen.
06. Menugaskan untuk mepresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
Mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
07. Konfirmasi:
Guru bersama siswa menyimpulkan hasil
kegiatan pembelajaran dan mengadakan
refleksi terhadap kegiatan pembelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen melalui
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang
telah dilaksanakan.
Siswa menyimpulkan dan
merefleksi pembelajaran
memahami unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang
telah dilaksanakan.
Kegiatan Akhir
No. Peneliti/Guru
Siswa
01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam
tahap ini guru mengetes dan memberikan
nilai terhadap pemahaman materi pelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen melalui
strategi pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
Mengerjakan tes pemahaman
materi pelajaran memahami
unsur intrinsik cerpen
melalui strategi
pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
02. Memberikan tugas untuk berlatih di rumah,
agar siswa membaca cerpen yang lain.
Mencatat PR.
03. Menutup pembelajaran dengan salam.
Mengucapkan salam.
61
4.5.3 Observasi/Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan pada akhir pertemuan ketiga dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi yang telah diberikan.
Kegiatan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
mengananalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Siswa
mengerjakan soal-soal yang telah disiapkan peneliti sebanyak 6 butir soal essay,
dengan rentangan nilai setiap soal 1-10 dan diselesaikan dalam waktu 2 x 40
menit.
4.5.4 Hasil Tes Siklus III
Hasil tes siklus III dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 11. Data Hasil Tes siklus III kemampuan Menganalisis Unsur
Intrinsik cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun
Pelajaran 2013/2014
No Nama siswa A B C D E F
Skor
Mentah
Skor
Standar
Kategori
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
01. I Kadek Juni Lestari 7 8 6 7 6 7 41 7 Lebih dari cukup
02. I Made Tantra 8 6 6 7 7 6 40 7 Lebih dari cukup
03. Ni Nengah Diantari 8 7 6 6 8 8 43 8 Baik
04. I Wayan Wiryanata 8 7 6 8 7 8 44 8 Baik
05. Ni Made Sridaning Aminarti 8 6 6 8 7 8 43 8 Baik
06. Ni Kadek Sri Wijayanti 8 7 6 6 7 8 42 8 Baik
07. Ni Kadek Widianti 9 7 6 7 8 7 44 8 Baik
08. I Kadek Adi Wirawan 8 7 7 6 7 8 43 8 Baik
09. Ni Wayan Eka Sri Cahyani 8 7 8 7 8 7 45 8 Baik
10. Ni Kadek Sukreni 8 7 7 8 7 8 45 8 Baik
11. I Made Suryadana 8 6 8 8 6 8 44 8 Baik
12. Ni Made Ayu Suari Dewi 7 6 6 6 7 8 40 7 Lebih dari cukup
62
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
13. Ni Luh Sri Opina Wati 8 6 5 6 8 7 40 7 Lebih dari cukup
14. Ni Wayan Seppi Puspita Dewi 8 7 7 6 8 7 43 8 Baik
15. Ni Kadek Sri Widarini 8 7 6 6 5 7 39 7 Lebih dari cukup
16. Ni Made Apriliana Sari 7 6 5 8 7 7 40 7 Lebih dari cukup
17. Ni Nyoman Apriliani Sari 8 7 6 6 8 7 42 8 Baik
18. I Ketut Arya Adikara 7 7 6 6 7 8 41 7 Lebih dari cukup
19. Ni Kadek Ariani 8 7 7 7 7 7 43 8 Baik
20. I Wayan Wiryatama 7 6 5 6 8 7 39 7 Lebih dari cukup
21. Ni Wayan Suriasih 8 7 8 6 7 9 45 8 Baik
22. I Nengah Sila 7 7 7 7 7 8 43 8 Baik
Jumlah 171 148 140 148 157 165 929 168
Nilai rata-rata 7,77 6,73 6,36 6,73 7,14 7,5 42,23 7,64 Lebih dari cukup
Keterangan:
A. Tema
B. Alur
C. Tokoh / karakter
D. Latar/setting
E. Sudut pandang
F. Amanat
4.5.5 Analisis Data Siklus III
N
fxM
Keterangan :Skor
M : Rata-rata skor
∑ : Jumlah
63
F : Frekwensi
X : Nilai
N : Jumlah Individu
Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada siklus III dapat dilihat
pada pada tabel berikut ini.
Tabel 12: Analisis Data Siklus III Peningkatan Kemampuan Menganalisis
Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun
Pelajaran 2013/2014
No. Nilai (x) Frekwensi (f) Fx Persentase Kategori Nilai Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01 10 - - - -
168 = 7,64
22
(lebih dari
cukup)
02 9 - - - -
03 8 14 112 63,6% Baik
04 7 8 56 36,4% Lebih dari Cukup
05 6 - - - -
06 5 - - - -
07 4 - - - -
08 3 - - - -
09 2 - - - -
10 1 - - - -
22 168 100% -
Berdasarkan tabel di atas, maka nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah
7,64 dari 22 siswa dengan perincian, nilai 8 kategori baik sebanyak 14 orang
(63,6%), nilai 7 kategri lebih dari cukup sebanyak 8 orang (36,4), sehingga
64
kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw pada siklus III dapat dikategorikan lebih dari cukup.
4.5.6 Refleksi Siklus III
Peningkatan yang diperoleh siswa dapat dilihat dari hasil perbaikan.
Tindakan yang dilakukan peneliti selama peneliti memberikan bimbingan sesuai
dengan jadwal pelajaran Bahasa Indonesia oleh peneliti kepada siswa. Dilihat dari
hasil tes siklus III dari tabel di atas, diketahui bahwa kemampuan menganalisis
cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sudah mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata siswa dari tindakan siklus I, siklus II dan siklus III
mengalami peningkatan yang baik dan juga dilihat secara individu banyak siswa
yang memperoleh nilai baik serta dalam menganalisis cerpen melalui
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terjadi perubahan dan mengalami
peningkatan.
Secara umum tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada pelaksanaan
tindakan siklus III ini dapat katakan berhasil dengan baik itu dilihat dari adanya
peningkatan nilai-nilai serta menunjukan peningkatan-peningkatan lain seperti:
1. Semua siswa mengikuti proses belajar mengajar dengan aktif.
2. Siswa tidak enggan lagi mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peneliti.
3. Keaktifan siswa dalam menganalisis cerpen sangat baik.
Berdasarkan hasil yang dicapai, maka peneliti merasa tidak perlu lagi
melanjutkan pelaksanaan pembelajaran menganalisis cerpen melaui pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, sebab hasil yang yang diperoleh siswa sudah mencapai
kriteria nilai baik yang ditentukan peneliti.
65
4.6 Rekapitulasi Nilai
Tabel 13. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur
Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun
Pelajaran 2013/2014 Dari Tes Awal, Siklus I, II dan Siklus III
No. Nama siswa Tes awal Siklus I Siklus II Siklus III
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
01. I Kadek Juni Lestari 3 5 6 7
02. I Made Tantra 3 4 5 7
03. Ni Nengah Diantari 4 4 5 8
04. I Wayan Wiryanata 5 6 5 8
05. Ni Made Sridaning Aminarti 3 5 5 8
06. Ni Kadek Sri Wijayanti 5 4 5 8
07. Ni Kadek Widianti 5 5 7 8
08. I Kadek Adi Wirawan 4 6 6 8
09. Ni Wayan Eka Sri Cahyani 4 5 7 8
10. Ni Kadek Sukreni 4 6 7 8
11. I Made Suryadana 4 6 5 8
12. Ni Made Ayu Suari Dewi 4 5 5 7
13. Ni Luh Sri Opina Wati 4 5 6 7
14. Ni Wayan Seppi Puspita Dewi 4 6 8 8
15. Ni Kadek Sri Widarini 4 4 6 7
16. Ni Made Apriliana Sari 4 5 6 7
17. Ni Nyoman Apriliani Sari 4 6 6 8
18. I Ketut Arya Adikara 3 4 6 7
19. Ni Kadek Ariani 4 5 8 8
20. I Wayan Wiryatama 4 5 6 7
21. Ni Wayan Suriasih 5 6 7 8
22. I Nengah Sila 4 4 6 8
66
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Jumlah 88 111 133 168
Nilai rata-rata 4,00 5,05 6,06 7,64
Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
menganalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas
V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 mengalami
peningkatan pada tiap siklus dari tes awal, siklus I, siklus II dan siklus III.
Perinciannya sebagai berikut:
1. Pada tes awal peningkatan kemampuan menganalisis cerpen dari 22 siswa
memperoleh nilai rata-rata 4,00 yang dikelompokan ke dalam kategori
kurang.
2. Pada siklus I peningkatan kemampuan menganalisis cerpen melalui
pembelajaran koopratif tipe jigsaw dari 22 siswa memperoleh rata-rata 5,05
yang dikelompokan ke dalam kategori hampir cukup.
3. Pada siklus II peningkatan kemampuan menganalisis cerpen melalui
pembelajaran koopratif tipe jigsaw dari 22 siswa memperoleh nilai rata-rata
6,05 yang dikelompokan ke dalam kategori cukup
4. Pada siklus III peningkatan kemampuan menganalisis cerpen melalui
pembelajaran koopratif tipe jigsaw dari 22 siswa memperoleh nilai rata-rata
7,64 yang dikelompokan ke dalam kategori lebih dari cukup.
4.6 Pembahasan
Hasil dari penelitian ini ditemukan berdasarkan hasil observasi dan evaluasi
tes kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui
67
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh
siswa dalam setiap siklus mulai tes awal, siklus I, siklus II dan siklus III.
(1) Kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes awal siswa
mencapai nilai rata-rata 4,00. Dari hasil yang diperoleh menunjukan bahwa
kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada tes awal dapat dikategorikan kurang, karena itu
penelitian tindakan kelas ini diadakan di SDN 2 Penglumbaran Susut
Bangli.
(2) Pada siklus I siswa mencapai nilai rata-rata 5,05 dikategorikan hampir
cukup. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa siswa sudah mengalami
peningkatan. Pada proses belajar mengajar berlangsung dengan baik tetapi
masih ada masalah yang muncul pada siklus I yaitu siswa masih ragu-ragu
untuk mengajukan pertanyaan kepada peneliti yang walaupun peneliti
memberikan kesempatan kapada siswa untuk bertanya. Hal ini terjadi
karena siswa belum cermat dan tepat dalam menganalisis unsur intrinsik
cerpen melalui pembelajran kooperatif tipe jigsaw, maka peneliti perlu
melanjutkan pembelajaran ke siklus II
(3) Pada siklus II siswa mencapai nilai rata-rata 6,05 dikategorikan cukup. Dari
hasil yang diperoleh diketahui siswa mengalami peningkatan nilai dalam
menganlisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajran kooperatif tipe
jigsaw. Peningkatan nilai pada siklus II disebabkan karena siswa tidak
ragu-ragu lagi bertanya kepada peneliti mengenai hal-hal yang kuarng
dimengerti. Walaupun ada peningkatan nilai pada siklus II tetapi masih ada
siswa yang yang mendapat nilai kurang, dan masih ada siswa yang kuarng
68
serius dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembejaran
kooperatif tipe jigsaw. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penliti
memutuskan untuk melanjutkan penelitian pada siklus III.
(4) Pada siklus III siswa mencapai nilai rata-rata 7,64 dikategorikan lebih dari
cukup. Dari hasil yang diperoleh siswa diketahui bahwa kemampuan
menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw sudah mengalami peningkatan, juga dilihat dari setiap individu
banyak siswa yang memperoleh nilai baik karena selama proses belajar
mengajar berlangsung semua siswa berperan aktif, siswa tidak enggan lagi
untuk bertanya dan keaktifan siswa dalam mengalisis unsur intrinsik cerpen
sangat baik. Berdasarkan hasil yang dicapai, maka peneliti merasa tidak
perlu lagi melanjutkan pelaksanaan pembelajaran menganlisis unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajran kooperatif tipe jigsaw, sebab hasil
yang diperoleh siswa sudah mencapai kriteria nilai baik yang ditentukan
peneliti.
Adapun hasil peningkatan pembelajaran menganalisis cerpen melalui
metode koopratif tipe jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut
Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 dari tes awal, siklus I, siklus II dan tes siklus
III dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
69
Grafik 01. Hasil Belajar Menganalisis Cerpen Melalui Metode Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran
Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014Dari Tes Awal, Siklus I,
Siklus II Sampai Tes Siklus III
Grafik di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam menganalisis
cerpen melalui metode kooperatif tipe jigsaw mengalami peningkatan. Dari hasil
tes awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa 4,00. Pada siklus I mengalami
peningkatan menjadi 5,05, kemudian mengalami peningkatan pada siklus II
dengan nilai rata-rata menjadi 6,05 dan siklus III telah mengalami peningkatan
yang lebih baik dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 7,64. Sehingga
kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran
2013/2014 mengalami peningkatan.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
TES AWAL SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III
70
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada bab IV maka dapat disimpulkan
bahwa:
a. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan
menganalisis unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran
Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal tersebut terbukti dari:
(1) Pre tes : Dari 22 siswa yang diteliti, nilai rata-rata 4,00 dengan rincian nilai 5
kategori hampir cukup sebanyak 4 orang (18,2%), nilai 4 kategori kurang
sebanyak 14 orang (63,6%), nilai 3 kategori kurang sekali sebanyak 4 orang
(18,2%),, dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan bahwa
kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes awal dapat
dikategorikan kurang.
(2) Siklus I : Dari 22 siswa yang diteliti, nilai rata-rata yang di capai siswa 5,05
dengan rincian nilai 6 kategori cukup sebanyak 7 orang (31,8%), nilai 5
kategori hampir cukup sebanyak 9 orang (40,9%), nilai 4 kategori kurang
sebanyak 6 orang (27,3%), dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat
disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada
tes siklus I dapat dikategorikan hampir cukup
(3) Siklus II : Dari 22 siswa yang diteliti, nilai rata-rata yang dicapai siswa
adalah 6,05 dengan rincian, nilai 8 kategori baik sebanyak 2 orang (9,10%),
nilai 7 kategori lebih dari cukup sebanyak 4 orang (18,18%), nilai 6 kategori
71
cukup sebanyak 9 orang (40,91%), nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 7
orang (31,81%), dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan
bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes siklus II
dapat dikategorikan cukup.
(4) Siklus III : Dari 22 siswa yang diteliti, nilai rata-rata yang dicapai siswa
adalah 7,64 dengan rincian, nilai 8 kategori baik sebanyak 14 orang
(63,6%), nilai 7 kategri lebih dari cukup sebanyak 8 orang (36,4), dari hasil
yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan
menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes siklus III dapat dikategorikan
lebih dari cukup.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Menganalisis
Unsur Intrinsik Cerpen adalah sebagai berikut:
1. Orientasi
Tahapan ini merupakan sebuah langkah untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang lebih responsif. Jadi seorang guru di sini
mengondisikan supaya peserta didik lebih siap dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Adapun yang dilakukan pada tahapan ini adalah :
a. Menjelaskan tujuan, topik maupun hasil belajar yang di capai oleh para
peserta didik
b. Menjelaskan berbagai pokok kegiatan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
c. Menjelaskan betapa pentingnya sebuah topik dan juga kegiatan belajar.
72
2. Merumuskan masalah
Ini adalah langkah yang akan membawa para siswa ke sebuah persoalan
yang harus dipecahkan. Jadi persoalan tersebut disajikan dengan menarik
agar lebih menantang para siswa untuk memecahkan teka-teki yang ada.
Adapun konsep teka-teki tersebut haruslah mengandung konsep jelas
sehingga bisa ditemukan atau dicari penyelesaiannya.
3. Merumuskan hipotesis
Jadi hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara dalam sebuah
permasalahan yang tengah dikaji. Adapun hipotesis tersebut memang
masih perlu di uji kebenarannya. Sementara itu seorang guru juga harus
bisa mengembangkan kemampuan menebak siswa dengan cara
mendorongnya dalam merumuskan jawaban sementara serta merumuskan
beberapa perkiraan yang mengarah pada jawaban yang sebenarnya.
4. Mengumpulkan data
Adapun tahapan ini dilakukan untuk menjaring informasi yang diperlukan
yang nantinya digunakan untuk menguji hipotesis yang telah di ajukan.
Jadi di dalam model pembelajaran inkuiri ini pengumpulan data adalah
proses mental yang teramat penting untuk mengembangkan intelektual.
5. Menguji hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban yang bisa
diterima berdasarkan data yang telah didapatkan dari proses pengumpulan
data sebelumnya. Pengujian ini juga berarti untuk melatih
mengembangkan kemampuan berpikir secara masuk akal atau rasional,
73
maksudnya jawaban yang dipaparkan tidak hanya bersifat argumen tapi
harus didukung dengan data yang kuat.
6. Menarik kesimpulan
Ini adalah tahapan akhir apabila jawaban sudah ditemukan dan kita bisa
menarik beberapa kesimpulan atas permasalahan dan jawaban yang
didapatkannya.
5.2 Saran-saran
1. Sastra merupakan bagian dari pelajaran bahasa Indonesia, hendaknya guru
lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar khususnya cerpen.
2. Guru dapat menggunakan pembelajarankooperatif tipe jigsaw dalam
pembelajaran sastra khusunya dalam menganalisis cerpen.
3. Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut
Bangli, maka kemampuan menganalisis cerpen dapat ditingkatkan lagi.
74
DAFTAR PUSTAKA
Adiwardoyo, Winarno. 1990. Latihan Apresiasi Sastra. Malang: Yayasan Asah
Asih Asuh/Y A3.
Aminuddin. Hayati. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar
Baru.
Antara, I.G.P. 1988. Teori Sastra. Singaraja : IKIP UNUD.
Badudu, J.S, 1980 Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.
Badrun, Ahmad 1983. Ilmu Sastra. Surabaya :Usaha nasional.
Darisman, Muh, dkk. 1998 Ayo Belajar Berbahasa Indonesia. Bogor:
Yuddhistira.
Depdiknas. 2004. Pedoman Blok Grant Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Direktorat Profesi Pendidikan Dirjen PMPTK Depdiknas.
http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran-kooperatif
tipe.html.
https://hafismuaddab.wordpress.com/tag/pembelajaran-metode-kooperatif-tipe-
Jigsaw.
http://kokosadewo11bhs08.blogspot.com/2012/11/makalah-cerpen.html
Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Pusat Sains
dan Matematika Sekolah Program Pascasarjana. UNESA: University
Press.
Iskandar, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press.
Netra, 1974. Metodologi Penelitian. Singaraja: IKIP UNUD.
Nurgiantoro, Burhan, 1983. Sastra Anak.Yogyakarta: PT Gramedia.
Nurkancana, I Wayan & Sunartana. 1992. Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha
Nasional.
Rosidi, Ajip. 1985. Minat Baca. Jakarta : Balai Pustaka.
75
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana.
…………, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.
Suharianto,S. 1977. Membina Para Calon Pembina Apresiasi Sastra. Yogyakarta:
FKSS IKIP Yogyakarta.
Sumardjo, 1983. Penuntun Pengajaran Sastra. Bandung : Pelita Masa.
Slavin, Robert. 1994. Coperative Learning Teory, Research and Practise. Second
Edition Boston. Allyn and Bacon.
Sumardjo dan Saini KM. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.
Trianto, M.Pd. 2011. Panduan lengkap Penelitian Tindakan kelas. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Widya, Wendi, dkk. 2006. Bahasa Indonesia. Klaten: Intan Pariwara.
Zainudin, 1991. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
LAMPIRAN
BIODATA
Nama : Komang Armoni
Tempat Lahir : Sangsit
Tanggal Lahir : 14 Agustus 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
N.P.M : 10.8.03.51.31.1.5.2988
Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SDN 2
Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
Jurusan : Bahasa dan sastra Indonesia
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar
Alamat Rumah : Banjar kawan, Bangli
Nama Orang Tua
Nama Ayah : Wayan Sariawan
Nama Ibu : Made Natri
Pendidikan : 1. SD N 4 Sangsit (Tahun 1998-2004)
2. SMP N 2 Sawan (Tahun 2004-2007)
3. SMK N 1 Singaraja (Tahun 2007-2010)
4. UNMAS Denpasar (Tahun 2010-2014)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Sekolah : SDN 2 Penglumbaran Susut Banngli
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : 5 (lima)/2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit
A. Standar Kompetensi
5. Mendengarkan
Memehami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang
disampaikan secara lisan
B. Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat)
C. Tujuan Pembelajaran**
Siswa dapat menjelaskan memahami dan menceritakan kembali isi cerita pendek dengan bahasa sendiri.
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa hormat dan
perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ), Tanggung
jawab ( responsibility ) Berani ( courage ) dan
Ketulusan ( Honesty )
D. Materi Ajar
Cerita pendek anak
E. Metode Pembelajaran
Ceramah, Tanya jawab, latihan, penugasan, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
F. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
No.
Peneliti/Guru Siswa
(1) (2) (3)
01. Membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Siswa bersama-sama memberi salam.
02.
Menginformasikan rencana pelajaran
hari tersebut, yaitu pembelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen
Medengarkan dan mempersiapkan diri untuk
mengikuti pembelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran
(1) (2)
melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
(3)
kooperatif tipe Jigsaw.
03. Mengapersepsi kelas dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
Menyimak tujuan pembelajaran yang
disampaikan guru.
Kegiatan Inti
01. Eksplorasi:
Memberikan penjelasan tentang unsur-
unsur yang terkandung dalam sebuah
cerpen.
Siswa mendengarkan penjelasan tentang
unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah
cerpen.
02. Memberi peluang agar siswa bertanya
apabila ada materi yang belum
dipahami.
Siswa bertanya mengenai materi yang belum
dipahami.
03. Elaborasi:
Menjelaskan unsur intrinsik cerpen
dengan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
Siswa menyimak penjelasan guru tentang .
unsur intrinsik cerpen dengan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
04. Memberikan tugas secara berkelompok
untuk menganalisis unsur-unsur
intrinsik cerpen.
Bekerja secara berkelompok membahas
unsur-unsur intrinsik cerpen.
05. Memberi bimbingan dan memantau
kerja kelompok siswa dalam
memahami isi unsur intrik cerpen.
Bekerja secara berkelompok membahas
unsur-unsur intrinsik cerpen.
06. Menugaskan untuk mepresentasikan
hasil kerja kelompoknya.
Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
07.
Konfirmasi:
Guru bersama siswa menyimpulkan
hasil kegiatan pembelajaran dan
mengadakan refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang telah
dilaksanakan.
Siswa menyimpulkan dan
merefleksi pembelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang
telah dilaksanakan.
Kegiatan Akhir
(1) (2) (3)
No. Peneliti/Guru
Siswa
01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam
tahap ini guru mengetes dan
memberikan nilai terhadap pemahaman
materi pelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen melalui strategi
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Mengerjakan tes pemahaman materi
pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen
melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
G.
Alat/Bahan/Sumber Belajar
Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas 5 B Penerbit umum dan Standar Isi 2006
H. Penilaian
Indikator Pencapaian Teknik
Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
Siswa dapat
mendengarkan pembaca cerita.
Siswa dapat bertanya
jawab tentang isi cerita yang di dengar
Tes Lisan
dan tertulis
Lembar penilaian
Produk
Jelaskan tokoh-tokoh cerita
dan sifat-sifatnya !
Tentukan latar cerita
dengan mengutip kalimat
atau paragraf yang mendukung !
Tentukan tema ceritanya !
Jelaskan amanat atau pesan
yang terkandung dalam cerita !
Ceritakan kembali isi cerita dengan bahasa sendiri !
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1
(1)
02.
(2)
Memberikan tugas untuk berlatih di
rumah, agar siswa membaca cerpen
yang lain.
(3)
Mencatat PR.
03. Menutup pembelajaran dengan salam.
Mengucapkan salam.
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3.
Pengetahuan
Praktek
Sikap
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan
Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Guru Mata Pelajaran
(Sang Made Mustika, S.Pd., SD)
NIP. 19630412b198304 1 009
Kembang Merta, 15 April 2014
Mahasiswa Peneliti
(Komang Armoni)
NPM. 10.8.03.51.31.1.5.2976
Mengetahui,
Kepala SDN 2 Penglumbaran
(Nyoman Midangsi.S.Pd.M.Pd)
NIP. 19640312 199303 2 007
CERPEN SIKLUS I
Indahnya Persahabatan
Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi. Karena
semua tersedia. Seperti Tyas. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar
mobil mewah dengan supir pribadi.
Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat ramah.
Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada kawan kawan Tyas yang datang ke
rumahnya. Mereka menyambut seolah keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah
kalau main di rumah Tyas.
Tyas sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Dwi. Rumahnya masih satu kelurahan
dengan rumah Tyas. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu Dwi tidak main ke
rumah Tyas.
“Ke mana, ya,Ma, Dwi. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu
datang.”
“Mungkin sakit!” jawab Mama.
“Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya!” katanya
bersemangat
Sudah tiga kali pintu rumah Dwi diketuk Tyas. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian
Tyas menanyakan ke tetangga sebelah rumah Dwi. Ia mendapat keterangan bahwa Dwi sudah
dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Dwi di-PHK dari
pekerjaannya. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya mengorbankan
kepentingan Dwi. Terpaksa Dwi tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.
“Oh, kasihan Dwi,” ucapnya dalam hati,
Di rumah, Tyas tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia
selalu murung.
“Ada apa, Yas? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar
dan ceria!” Papa menegur
“Dwi, Pa.”
“Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?” Tyas menggeleng.
“Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.
“Dwi sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa.
Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja”.
Papa menatap wajah Tyas tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Tyas.
“Kalau Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.
“Lalu apa rencana kamu?”
“Aku harap Papa bisa menolong Dwi!”
“Maksudmu?”
“Saya ingin Dwi bisa berkumpul kembali dengan aku!” Tyas memohon dengan agak mendesak.
“Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Dwi di desa itu!” kata Papa.
Dua hari kemudian Tyas baru berhasil memperoleh alamat rumah Dwi di desa. Ia merasa senang.
Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak keluarga Dwi. Kemudian
Tyas bersama Papa datang ke rumah Dwi. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam. Bisa
di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orang tua Dwi dan Dwi
sendiri. Betapa gembira hati Dwi ketika bertemu dengan Tyas. Mereka berpelukan cukup lama
untuk melepas rasa rindu. Semula Dwi agak kaget dengan kedatangan Tyas secara mendadak.
Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau Tyas ingin berkunjung ke rumah Dwi di desa.
“Sorry, ya, Yas. Aku tak sempat memberi tahu kamu!”
“Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”
Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang tua
Dwi. Ternyata orang tua Dwi tidak keberatan, dan menyerahkan segala keputusan kepada Dwi
sendiri.
“Begini, Wi, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut kami ke Surabaya.
Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Wi, apakah kamu
mau?” Tanya Papa.
“Soal sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya
yang akan menanggung.”
“Baiklah kalau memang Bapak dan Tyas menghendaki demikian, saya bersedia. Saya
mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya.”
Kemudian Tyas bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Dwi. Tampak mata Tyas
berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata
mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan. Kini Dwi tinggal di rumah Tyas. Sementara
orang tuanya tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Dwi yang
sudah tua.
SOAL SIKLUS I
1. Sebutkanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada cerpen “Indahnya Persahabatan”!
JAWABAN SIKLUS I
Unsur Instrinsik :
• Tema : Persahabatan
• Tokoh : Tyas, Dwi, Papa Tyas, Dan Mama Tyas
• Watak :
Tyas : Suka Menolong
Dwi : Tidak Mau Membebani Orang Lain
Papa Tyas : Baik Hati
Mama Tyas : Peduli
• Alur : Maju
• Latar :
Tempat
Rumah Dwi (Lama)
Rumah Tyas
Rumah Dwi (Di Desa).
Waktu
Siang Hari
Suasana : Mengharukan
• Sudut pandang : Orang Pertama
• Amanat : Sebagai makluk tuhan kita harus saling tolong menolong Dan Berbagi kepada sesama
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Sekolah : SDN 2 Penglumbaran Susut Banngli
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : 5 (lima)/2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit
I. Standar Kompetensi
5. Mendengarkan
Memehami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan
J. Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat)
K. Tujuan Pembelajaran**
Siswa dapat menjelaskan memahami dan menceritakan kembali isi cerita pendek dengan
bahasa sendiri.
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa hormat dan
perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ), Tanggung
jawab ( responsibility ) Berani ( courage ) dan
Ketulusan ( Honesty )
L. Materi Ajar
Cerita pendek anak
M. Metode Pembelajaran
Ceramah, Tanya jawab, latihan, penugasan, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
N. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
No.
Peneliti/Guru Siswa
(1) (2) (3)
01. Membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Siswa bersama-sama memberi salam.
02.
Menginformasikan rencana pelajaran
hari tersebut, yaitu pembelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen
Medengarkan dan mempersiapkan diri untuk
mengikuti pembelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran
(1) (2)
melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
(3)
kooperatif tipe Jigsaw.
03. Mengapersepsi kelas dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
Menyimak tujuan pembelajaran yang
disampaikan guru.
Kegiatan Inti
01. Eksplorasi:
Memberikan penjelasan tentang unsur-
unsur yang terkandung dalam sebuah
cerpen.
Siswa mendengarkan penjelasan tentang
unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah
cerpen.
02. Memberi peluang agar siswa bertanya
apabila ada materi yang belum
dipahami.
Siswa bertanya mengenai materi yang belum
dipahami.
03. Elaborasi:
Menjelaskan unsur intrinsik cerpen
dengan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
Siswa menyimak penjelasan guru tentang .
unsur intrinsik cerpen dengan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
04. Memberikan tugas secara berkelompok
untuk menganalisis unsur-unsur
intrinsik cerpen.
Bekerja secara berkelompok membahas
unsur-unsur intrinsik cerpen.
05. Memberi bimbingan dan memantau
kerja kelompok siswa dalam
memahami isi unsur intrik cerpen.
Bekerja secara berkelompok membahas
unsur-unsur intrinsik cerpen.
06. Menugaskan untuk mepresentasikan
hasil kerja kelompoknya.
Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
07.
Konfirmasi:
Guru bersama siswa menyimpulkan
hasil kegiatan pembelajaran dan
mengadakan refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang telah
dilaksanakan.
Siswa menyimpulkan dan
merefleksi pembelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang
telah dilaksanakan.
Kegiatan Akhir
(1) (2) (3)
No. Peneliti/Guru
Siswa
01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam
tahap ini guru mengetes dan
memberikan nilai terhadap pemahaman
materi pelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen melalui strategi
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Mengerjakan tes pemahaman materi
pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen
melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
O.
Alat/Bahan/Sumber Belajar
Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas 5 B Penerbit umum dan Standar Isi 2006
P. Penilaian
Indikator Pencapaian Teknik
Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
Siswa dapat
mendengarkan pembaca cerita.
Siswa dapat bertanya
jawab tentang isi cerita yang di dengar
Tes Lisan
dan tertulis
Lembar penilaian
Produk
Jelaskan tokoh-tokoh cerita
dan sifat-sifatnya !
Tentukan latar cerita
dengan mengutip kalimat
atau paragraf yang mendukung !
Tentukan tema ceritanya !
Jelaskan amanat atau pesan
yang terkandung dalam cerita !
Ceritakan kembali isi cerita dengan bahasa sendiri !
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1
(1)
02.
(2)
Memberikan tugas untuk berlatih di
rumah, agar siswa membaca cerpen
yang lain.
(3)
Mencatat PR.
03. Menutup pembelajaran dengan salam.
Mengucapkan salam.
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3.
Pengetahuan
Praktek
Sikap
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan
Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Guru Mata Pelajaran
(Sang Made Mustika, S.Pd., SD)
NIP. 19630412b198304 1 009
Kembang Merta, 22 April 2014
Mahasiswa Peneliti
(Komang Armoni)
NPM. 10.8.03.51.31.1.5.2976
Mengetahui,
Kepala SDN 2 Penglumbaran
(Nyoman Midangsi.S.Pd.M.Pd)
NIP. 19640312 199303 2 007
CERPEN SIKLUS II
LIANG HARIMAU
Gus tf Sakai
Karena pagi buta, tak ada yang tahu bagaimana peristiwa sebenarnya. Tapi seorang wartawan,
yang mengutip keterangan polisi, menulis berita begini:
”… Pembunuhan itu terjadi sekitar pukul 05.00. Sadim baru bangun tidur dan tiba-tiba menusuk
Rasikun. Dalam berita acara pemeriksaan oleh polisi disebutkan, Sadim kalap dan menusuk si
majikan karena persoalan upah. Masih menurut polisi, Sadim, warga Kampung Cibeo, Desa
Kanekes, Kabupaten Lebak, itu marah karena Rasikun menolak memberikan upah yang ia
minta.”
Dan hari ini, enam bulan kemudian, untuk kesekian kalinya Sadim digiring ke ruang sidang.
Seperti sidang-sidang lalu, wajah Sadim masih tampak terheran-heran, celingukan mencari-cari,
atau kadang bagai termangu. Dan pakaian putih-putihnya yang lusuh—terlihat nyaris cokelat
karena bekas-bekas tanah yang tak mau hilang; cara duduknya yang aneh—membungkuk dalam
dengan dua tangan jatuh telentang bagai ditampungkan di pangkuan, melengkapkan kesan lelaki
40-an tahun yang menyebut diri urang Rawayan itu seolah tak berada di dalam ruang sidang.Dan
memang, sebenarnyalah, Sadim tidak sedang berada di dalam ruang sidang.Ia berada pada suatu
tempat dalam pikirannya: Liang Harimau.
Liang Harimau, atau dalam bahasa urang Rawayan disebut Liang Maung, terletak di kaki
Gunung Rorongocongok. Merupakan hutan lindung yang tak boleh dirambah, tetapi entah
bagaimana Rasikun bisa memiliki sebidang tanah sangat luas lalu membuka ladang di sana. Dan
Sadim, yang telah dua tahun ini bekerja serabutan di kampung-kampung sekitar, pun menerima
kontrak kerja dari Rasikun. Dengan upah empat liter beras perhari, setiap dinihari, dari rumah si
majikan, Sadim berangkat ke Liang Harimau.
Sebetulnya, berat bagi Sadim menerima pekerjaan itu. Bukan karena luas atau liarnya hutan yang
harus dirambah, tetapi karena Liang Harimau bagi mereka urang-urang Rawayan adalah salah
satu hutan yang dipercayai sebagai tempat bersemayamnya ruh nenek moyang. Orang-orang luar
tangtu (kampung) seperti Rasikun mungkin hanya mengenal lokasi itu sebagai ”angker”, tetapi
bagi urang-urang Rawayan Liang Harimau adalah tempat ruh nenek moyang turun bermain
setelah hidup abadi di lemah bodas (surga). Tanpa harus ditegur Puun atau Kepala Adat pun,
takkan ada urang Rawayan yang berani sembarangan ke—apalagi ”mengganggu” di—Liang
Harimau.
Tetapi begitulah, betapa sulitnya memperoleh pekerjaan. Sejak tanah humanya mulai tandus dan
hasil panennya tak pernah lagi cukup pengisi leuit atau lumbung padi keluarga, Sadim terpaksa
mencari kerja ke tangtu atau kampung-kampung luar untuk mendapat tambahan atau upah apa
saja. Kadang, melihat sawah atau tanah kampung-kampung luar yang seperti bisa ditanami
selamanya, ia berpikir dan kemudian heran, kenapa adatnya tak membolehkan urang-urang
Rawayan memakai apa yang disebut orang-orang kampung luar sebagai pupuk? Dan juga,
kenapa para leluhur tak membolehkan mereka bertanam padi dengan cara bersawah? Ah,
larangan-larangan itu: tak boleh merokok, mandi menggunakan sabun, memiliki alat rumah
tangga yang terbuat dari barang pecah-belah; dilarang memelihara hewan berkaki empat kecuali
anjing; dilarang tidur berbantal dan bertikar, memakai pici, naik kendaraan….
Tetapi, larangan dari Rasikun, sungguh di luar perkiraan Sadim.
Tiga hari sebelum pembunuhan itu, Sadim dikunjungi saudaranya dari Cibeo yang khusus datang
ke rumah Rasikun mengabarkan bahwa orang-orang kampungnya akan menggelar upacara
Ngasep Serang. Inilah upacara adat sangat penting, upacara membakar lahan sebelum musim
tanam, yang harus diikuti oleh segenap warga urang Rawayan. Bagi Sadim, larangan-larangan
atau pantangan-pantangan lain yang sangat banyak itu—dengan mencuri-curi—masih bisa
dirinya langgar. Tetapi upacara Ngasep Serang, bahkan andai tak diwajibkan hadir pun, sungguh
Sadim tak berani.
”Ngasep Serang? Upacara apa itu?” tanya Rasikun, dalam bahasa Sunda bercampur Rawayan,
ketika Sadim minta izin tak berangkat kerja ke Liang Harimau, nanti, di hari upacara, karena
harus pulang ke Cibeo.
Sadim pun menerangkan. Entah karena memang kurang peduli, atau entah karena Sadim
menerangkan dengan banyak kata dan istilah dalam bahasa Rawayan, Rasikun tak begitu
mengerti. Tapi dengan tahu bahwa Ngasep Serang adalah semacam upacara agar tanaman urang
Rawayan nantinya berhasil baik dan diberkati Sahiyang Tunggal (Tuhan), Rasikun merasa
cukup. Memang Sadim menyebut-nyebut Girang Puun, puun tertua, Jaro Tangtu, jaro pengurus
masalah-masalah adat, Tangkesan, pembantu Puun yang mengurus masalah pertanian, dan
Dukun dan Penujum yang mengurus masalah keagamaan dan upacara-upacara adat, tetapi
bukankah Sadim tidak salah seorang dari mereka?
”Kalau kau tak ada, Sadim, bukankah upacara itu tetap terselenggara?” tanya Rasikun.
Sadim bingung. Diam, tak bisa menjawab.
”Kau tak boleh pulang. Ladang di Liang Harimau sudah harus bisa ditanam sebelum musim
hujan.”
Dan hari itu, Sadim berangkat kerja ke Liang Harimau dengan hati gundah. Di sepanjang jalan,
ia terbayang leuit yang kosong. Juga tanah huma yang tandus. Ketakhadirannya di Ngasep
Serang tak hanya akan membuat tanah dan tanaman marah, tetapi, seperti pernah dibilang
Penujum, ”Seluruh alam dan isinya bakal melawan, jadi musuh urang, mengincar di kala
sempat.” Mengincar? Sebelum pulang, senja itu, Sadim merasa ada sepasang mata
mengawasinya. Saat ia menoleh ke seberang sungai—sungai kecil yang meliuk mengalir dari
pinggang Gunung Rorongocongok sekaligus pembatas tanah Rasikun, Sadim terkejut: seekor
harimau! Seekor harimau menatap nanap ke arahnya!
Sadim pulang dengan menggigil. Ketakutan. Saat ia ceritakan kepada Rasikun, si majikan
tertawa seraya bilang tentu saja wajar di hutan selebat itu hidup bermacam binatang buas
termasuk harimau. ”Kau tahu, mereka tak bakal mengganggu, takkan melakukan apa-apa
sepanjang kita juga tak mengganggu mereka,” tambah Rasikun. Tetapi, besoknya, senja juga,
Sadim kembali mendapati si harimau ada di sana. Menatap, bukan hanya nanap—tetapi kini
bagai mengancam, ke arahnya. Sungai itu … sungai kecil itu, tidakkah bisa saja dilompati
olehnya?
Saat pulang, Sadim merasa harimau itu mengikutinya.
Dan lalu, besoknya, pembunuhan itu terjadi, di pagi buta.
Dan begitulah hari ini, enam bulan kemudian, untuk kesekian kalinya Sadim berada di ruang
sidang. Dan seperti sidang-sidang lalu, majelis hakim kembali tampak seolah kebingungan,
kehilangan akal, mendapati jawaban Sadim yang bagai tak nyambung, tak runut, bahkan tak
sesuai dengan berita acara pemeriksaan.
”Nu maneh tempo harita teh saha (dulu, yang kau lihat itu siapa),” tanya Kepala Desa Kanekes
menerjemahkan pertanyaan Ketua Majelis Hakim tentang siapa yang ditusuk Sadim sekitar
pukul 05.00 enam bulan lalu itu.
”Maung (harimau),” jawab Sadim, lirih ….
SOAL SIKLUS II
1. Sebutkanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada cerpen “Liang Harimau”!
Jawaban siklus II
Unsur intrinsik :
1. Tema : PEMBUNUHAN
2. Sudut Pandang : Orang Ketiga
3. Amanat : perlakukanlah orang sebaik mungkin
4. Alur : campuran
klimaks : . Sadim baru bangun tidur dan tiba-tiba menusuk Rasikun. Dalam berita acara
pemeriksaan oleh polisi disebutkan, Sadim kalap dan menusuk si majikan karena persoalan upah.
Masih menurut polisi, Sadim, warga Kampung Cibeo, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, itu
marah karena Rasikun menolak memberikan upah yang ia minta.”
5 : Latar: Hutan , Rumah Rasikin , ruang sidang
6.Penokohan: Rasikin : egois ,sombong
Sadim : Jujur
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS III
Sekolah : SDN 2 Penglumbaran Susut Banngli
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : 5 (lima)/2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 X 35 menit
Q. Standar Kompetensi
5. Mendengarkan
Memehami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan
R. Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat)
S. Tujuan Pembelajaran**
Siswa dapat menjelaskan memahami dan menceritakan kembali isi cerita pendek dengan
bahasa sendiri.
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa hormat dan
perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ), Tanggung
jawab ( responsibility ) Berani ( courage ) dan
Ketulusan ( Honesty )
T. Materi Ajar
Cerita pendek anak
U. Metode Pembelajaran
Ceramah, Tanya jawab, latihan, penugasan, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
V. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
No.
Peneliti/Guru Siswa
(1) (2) (3)
01. Membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Siswa bersama-sama memberi salam.
02.
Menginformasikan rencana pelajaran
hari tersebut, yaitu pembelajaran
memahami unsur intrinsik cerpen
Medengarkan dan mempersiapkan diri untuk
mengikuti pembelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran
(1) (2)
melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
(3)
kooperatif tipe Jigsaw.
03. Mengapersepsi kelas dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
Menyimak tujuan pembelajaran yang
disampaikan guru.
Kegiatan Inti
01. Eksplorasi:
Memberikan penjelasan tentang unsur-
unsur yang terkandung dalam sebuah
cerpen.
Siswa mendengarkan penjelasan tentang
unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah
cerpen.
02. Memberi peluang agar siswa bertanya
apabila ada materi yang belum
dipahami.
Siswa bertanya mengenai materi yang belum
dipahami.
03. Elaborasi:
Menjelaskan unsur intrinsik cerpen
dengan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
Siswa menyimak penjelasan guru tentang .
unsur intrinsik cerpen dengan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
04. Memberikan tugas secara berkelompok
untuk menganalisis unsur-unsur
intrinsik cerpen.
Bekerja secara berkelompok membahas
unsur-unsur intrinsik cerpen.
05. Memberi bimbingan dan memantau
kerja kelompok siswa dalam
memahami isi unsur intrik cerpen.
Bekerja secara berkelompok membahas
unsur-unsur intrinsik cerpen.
06. Menugaskan untuk mepresentasikan
hasil kerja kelompoknya.
Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
07.
Konfirmasi:
Guru bersama siswa menyimpulkan
hasil kegiatan pembelajaran dan
mengadakan refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang telah
dilaksanakan.
Siswa menyimpulkan dan
merefleksi pembelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang
telah dilaksanakan.
Kegiatan Akhir
(1) (2) (3)
No. Peneliti/Guru
Siswa
01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam
tahap ini guru mengetes dan
memberikan nilai terhadap pemahaman
materi pelajaran memahami unsur
intrinsik cerpen melalui strategi
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Mengerjakan tes pemahaman materi
pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen
melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
W. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas 5 B Penerbit umum dan Standar Isi 2006
X. Penilaian
Indikator Pencapaian Teknik
Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
Siswa dapat
mendengarkan pembaca cerita.
Siswa dapat bertanya
jawab tentang isi cerita yang di dengar
Tes Lisan
dan tertulis
Lembar penilaian
Produk
Jelaskan tokoh-tokoh cerita
dan sifat-sifatnya !
Tentukan latar cerita
dengan mengutip kalimat
atau paragraf yang mendukung !
Tentukan tema ceritanya !
Jelaskan amanat atau pesan
yang terkandung dalam cerita !
Ceritakan kembali isi cerita dengan bahasa sendiri !
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1
(1)
02.
(2)
Memberikan tugas untuk berlatih di
rumah, agar siswa membaca cerpen
yang lain.
(3)
Mencatat PR.
03. Menutup pembelajaran dengan salam.
Mengucapkan salam.
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
3.
Pengetahuan
Praktek
Sikap
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
4
2
1
4
2
1
4
2
1
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa Performan
Produk Jumlah
Skor Nilai
Pengetahuan Praktek Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Guru Mata Pelajaran
(Sang Made Mustika, S.Pd., SD)
NIP. 19630412b198304 1 009
Kembang Merta, 29 April 2014
Mahasiswa Peneliti
(I Gst. Ayu Adhi Yustika A.J)
NPM. 10.8.03.51.31.1.5.2976
Mengetahui,
Kepala SDN 2 Penglumbaran
(Nyoman Midangsi.S.Pd.M.Pd)
NIP. 19640312 199303 2 007
Cerpen Siklus III
9 Fiction
Saya mempunyai beberapa teman sekelas yaitu, Afif , Cepy , Gery , Rifki ,
Irfan dan Riki.
Pada hari Kamis itu kami mendapat tugas dari seorang guru IPA untuk
membuat percobaan tentang Bioteknologi, tetapi kami tidak mengerjakannya pada
hari itu! karna kami mempunyai kesibukan masing-masing jadi kami
mengerjakannya pada hari rabu pulang sekolah minggu depannya dan itu pun
dilaksanakan bersamaan dengan latihan menari.
Pada awalnya kami akan latihan menari dulu di Sekolah tetapi karna ada teman
kami yang merayakan ulang tahun Rizal(teman satu sekolah kami) jadi kami ikut
merayakannya walaupun sebenarnya kami hanya ingin merasakan kue ulang
tahunnya, kebanyakan dari kami hanya memakan kue dan lupa member ucapan
selamat terhadap Rizal. Karna keasyikan kami lupa untuk latihan menari, jadi kami
buru buru pergi ke rumah Gery untuk berlatih tetapi Afif tidak ikut karna ada
urusan.
Sesampainya dirumah Gery kami beristirahat dulu sejenak sambil menunggu
Rifki dan Irfan yang kalah cepat oleh kami, Gery pun datang dan membawakan
seikat pisang dan sebotol air dingin, Tidak lama Rifki dan Irfan pun datang kami
pun menikmati makanan itu dengan lahap. Pada saat menikamati makanan itu
RIfki mendapat Telepon dari Afif yang ternyata ingin dijemput didepan komplek
karna akan ikut kerja kelompok , karna jarak dari rumah Gery menuju depan
komplek jauh jadi kami memutuskan untuk menjemput Afif dan pergi ke rumah
Rifki yang jaraknya agak dekat dari depan komplek. Pada saat diperjalanan saya
hampir jatuh dari motor karna jalannya yang berlumpur karna terkena air hujan,
tetapi karna keahlian saya mengnedarai motor saya tidak jadi jatuh.
Sesampainya di rumah Rifki bersama Afif kami pun beristirahat kembali di
kamar Rifki yang ada di atas kami pun bercakap-cakap dan ada seseorang yang
bicara kepada RIfki ingin memakan sesuatu, Tidak lama Rifki pun memanggil
Ibunya yang ada di bawah dengan logat sundanya yang khas” Mah ieu rerencangan
hoyong tuang”, Gery pun berkata “Padahal sakalian jeung fanta-na”, Rifki pun
berteriak lagi “Sakalian jeung Fantana cenah”, Kami pun tertawa karna sebenarnya
kami hanya bercanda.
Kami pun pergi kebawah untuk berlatih ,tidak lama Ibu Rifki dating membawa
makanan ,Kami hanya tersenyum malu karna pada walnya kami hanya bercanda.
latihan pun berjalan tidak terlalu baik karna kami tidak hafal gerakannya. tiba tiba
hujan turun ,kami pun kaget karna kami belum mengerjakan tugas
Bioteknologi,terutama Afif karna ia juga harus les, jadi pada saat hujan mereda
kami mengantar Afif untuk les dan lekas pergi ke rumah kenalan Rifki yang
mempunyai usaha membuat Roti rumahan untuk meminta bantuan.
Pada saat diperjalanan hujan pun turun kembali kami akhirnya berteduh di
sebuah saung yang tidak jauh dari tempat pembuat roti. Rifki dan Irfan
memutuskan untuk pergi ke rumah pembuat roti itu agar tugas cepat selesai jadi
saya , Cepy , Gery dan Riki pun menunggu di saung yang juga adalah tempat
ronda,. setelah beberapa menit Rifki dan Irfan pun keluar menghampiri kami pada
saat hujan gerimis ,kami menyangka semuanya telah selesai ternyata masih ada
proses untuk meng-oven roti,ternyata dirumah itu hanya membuat adonan saja dan
nanti akan di oven di toko kecil yang agak jauh dari tempat itu.kami pun pergi
walau hujan gerimis,pada saat sampai di took Rifki mengusulkan agar roti
dibentuk kata kata 9F kami pun setuju ,tetapi Riki mengusulkan kata
kata 9Fiction yang artinya 9 Fiksi saya tidak tau mengapa ia ingin kata kata itu
tetapi kami menyetujuinya, karna Rifki takut hujan semakin membesar ia
menyuruh kami untuk pulang dan sisanya ia yang mengerjakan,kami pun
menyetujuinya karna memang langit semakin gelap.
Keesokan harinya kami menyerahkan roti yang berbentuk 9-FICTIONsebagai
hasil dari tugas yang diberikan kepada kami. akhirnya kami mendapat nilai
tertinggi dari Guru atas hasil karya kami…..
SOAL SIKLUS III
1. Sebutkanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada cerpen “9 fiction”!
Jawaban Siklus III
Unsur intrinsik :
1.Tema : Usaha , Pertemanan
2. Sudut Pandang : orang pertama
3. Amanat : kebersamaan adalah hal yang paling indah.
4. Alur : maju
perkenalan : Saya mempunyai beberapa teman sekelas yaitu, Afif , Cepy , Gery , Rifki , Irfan dan
Riki.
penampilan masalah : kami tidak mengerjakannya pada hari itu! karna kami mempunyai
kesibukan masing-masing
Klimaks : lupa untuk latihan menari, jadi kami buru buru pergi…
anti klimaks : Sesampainya dirumah Gery kami beristirahat dulu sejenak sambil menunggu Rifki
dan Irfan yang kalah cepat oleh kami
klimaks: RIfki mendapat Telepon dari Afif yang ternyata ingin dijemput didepan komplek karna
akan ikut kerja kelompok
anti klimaks: beristirahat kembali di kamar Rifki yang ada di atas kami pun bercakap-cakap
penyelsaian : Keesokan harinya kami menyerahkan roti yang berbentuk 9-FICTION sebagai
hasil dari tugas yang diberikan kepada kami. akhirnya kami mendapat nilai tertinggi dari Guru
atas hasil karya kami…..
5. Latar : sekolah , rumah Rifki , Rumah Gery
6. Penokohan :
afif : Baik
Aughy : Baik
Cepy : Baik
Gery : Baik
Irfan : Baik
Rifki : Baik dan Humoris
Riki : Baik
RIWAYAT HIDUP
Komang Armoni dilahirkan di Sangsit pada
tanggal 14 Agustus 1992 merupakan anak ke
3 dari pasangan Wayan Sariawan dengan
Made Natri. Menamatkan Sekolah Dasar di
SD Negeri No. 4 Sangsit pada tahun 2004.
pada tahun yang sama melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri
2 Sawan hingga tamat tahun 2007. Tahun itu
pula melanjutkan Sekolah Menengah
Kejuruan di SMK Negeri 1 Singaraja dan tamat tahun 2010. Pada tahun yang sama
melanjutkan pendidikan di Universitas Mahasaraswati (UNMAS) Denpasar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Sarjana Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia hingga tamat tahun 2014.
Mahasiswa menjelaskan materi tentang pengertian dan unsur-unsur intrinsik cerpen.
Mahasiswa menjelaskan materi tentang pengertian dan unsur-unsur intrinsik cerpen.
Siswa mengamati serta mencatat materi yang telah dijelaskan oleh mahasiswa.
Siswa mengamati serta mencatat materi yang telah dijelaskan oleh mahasiswa.
Mahasiswa membagi siswa atas beberapa kelompok
Mahasiswa didampingi guru pamong mengamati siswa berdiskusi kelompok