Bahan Tugas Komunitas Individu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bahan tugas komunitas

Citation preview

BAB IILANDASAN TEORI

Perkembangan keperawatan komunitas tidak terlepas dari tokoh metologi yunani, yaitu Asclepius dan Hegeia. Berdasarkan mitos yunani, Asclepius adalah seorang dokter yang tampan dan pandai meski tidak disebutkan skolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya. Dia dapat mengobati penyakit bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik. Sementara Hegeia adalah asisten Asclepius yang juga merupakan istrinya, dia ahli dalam melakukan upaya-upaya kesehatan. Jika diperhatikan, terdapat perbedaan dalam metode penanganan masalah keshatan yang dilakukan oleh suami istri tersebut.Perbedaan penanganan masalah kesehatan antara Asclepius dan Hegeia :

TokohCara penanganan masalah kesehatan masyarakat

Asclepius Dilakukan setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang

Hegeia Penanganan masalah melalui :1. Hidup seimbang2. Menghindari makanan atau minuman beracun3. Memakan makanan yang bergizi (cukup)4. Istirahat yang cukup5. olahraga

Dari perbedaan pendekatan penanganan masalah kesehatan anatara Asclepius dan Hegeia tersebut, akhirnya muncul dua aliran/pendekatan dalam penanganan masala-masalah keshatan pada masyarakat, yaitu sbagai berikut :1. Kelompok/aliran 1Aliran ini cenderung menunggu terjadinya penyakit atau setelah orang jatuh sakit. Pendekatan inin disebut dengan pendekatan kuratif. Kelompok tersbut trdiri atas dokter, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan perawatan atau pengobatan penyakit baik, fisik maupun psikologis.2. Kelompok/aliran 2Aliran ini cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit sebelum terjadinya penyakit. Kelompok ini antara lain perawat komunitas.

Dari uraian di atas, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, maka dalam masyarakat yang luas dapat kita amati seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi tersebut, yaitu pelayanan kesehatan kuratif dan pelayan pencegahan.

Perbedaan pelayanan kesehatan kuratif dan pelayanan pencegahan :Pelayanan kesehatan kuratifPelayanan pencegahan

Cara penanganan masalah kesehatan1. Sasarannya bersifat individual2. Kontak pada klien hanya satu kali

3. Jarak petugas kesehatan dengan klien jauh

4. Cara pendekatan :a. Bersifat reaktif, artinya bersifat hanya menunggu masalah kesehatan/penyakit datang. Di sini petugas kesehatan hanya menunggu klien datang.1. Sasarannya adalah masyarakat

2. Masalah yang ditangani adalah masalah yang dirasakan oleh masyarakat, bukan masalah individual

3. Hubungan petugas kesehatan dan masyarakat bersifat kemitraan

4. Cara pendekatan :a. Bersifat proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah, tetapi mencari apa penyebab masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu datangnya klien, tetapi harus turun ke masyarakat untuk mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada pada masyarakat, dan selanjutnya melakukan tindakan.

b. Cenderung melihat dan menangani masalah klien pada system biologis.

c. Manusia sebagai klien hanya di lihat secara parsial. Padahal manusia terdiri atas aspek bio-psiko-sosio dan spiritual.b. Melihat klien sebagai makhluk yang utuh melalui pendekatan yang holistic, bahwa terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya salah satu aspek, baik aspek biologis maupun aspek yang lain. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang utuh pada semua aspek, baik biologis, psikologis, sosiologis maupun spiritual dan social.

A. PERIODE PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKATPeriode perkembangan kesehatan masyarakat terdiri atas periode sebelum ilmu pengetahuan dan periode ilmu pengetahuan.1. PERIODE SEBELUM ILMU PENGETAHUANPerkembangan kesehatan masyarakat sebelum ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari sejarah kebudayaan yang ada di dunia, di antaranya adalah budaya dari bangsa Babilonia, Mesir, Yunani, dan Romawi. Bangsa-bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Pada zaman tersebut diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan kotoran umum yang menanpung tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun dengan tujuan agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang tidak menyenangkan belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan kesehatan karena tinja atau kotoran manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia oleh masyarakat pada masa itu juga karena air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor dan tidak terasa enak, bukan karena minum air sungai dapat menyebabkan penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa pada zaman Romawi Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada masyarakat untuk (Hanlon, 1974):1. Mencatat pembangunan rumah2. Melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya3. Melaporkan binatang peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau4. Pemerintah melakukan supervise ke tempat-tempat minuman, warung makanan, tempat prostitusi, dan lain-lain.Setelah itu kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-1 sampai ke-7 dengan alas an sebaai berikut :1. Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan telah menjadi epidemi, bahkan ada yang menjadi endemis2. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul penyakit kolera yang telah tercatat sejak abad ke-7 bahkan penyakit kolera di India telah menjadi endemis. Penyakit lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.Berbagai upaya telah diupayakan untuk mengatasi kasus epidemic dan endemis, di antaranya masyarakat mulai memperhatikan masalah :1. Lingkungan terutama hygiene dan sanitasi lingkungan2. Pembuangan kotoran manusia (latrin)3. Mengusahakan air minum bersih4. Pembuangan sampah5. Pembuatan ventilasi yang memenuhu syaratPada abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di China dan India. Pada tahun 1340 telah tercatat 13 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dam Gaza dilaporkan bahwa 13 ribu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasrkan catatan, jumlah orang yang meninggal karena wabah penyakit pes di seluruh dunia pada waktu itu mencapai lebih dari 60 juta orang, sehingga kejadian pada waktu itu disebut The Black Death. Serangan wabah penyakit menular ini berlangsung sampai abad ke-18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga masih berlangsung. Pada tahun 1603 lebih dari 1 dari 6 orang meninggal karena penyakit menular, dan tahun 1665 sekitar 1 dari 5 orang meninggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang penduduk di kepulauan Cyprus meninggal karena peyakit menular. Penyakit lain yang menjadi wabah antara lain dipteri, tifus, disentri, dan lain-lain.

2. PERIODE ILMU PENGETAHUANPada akhir abad ke-18 dan di awal abad ke-19, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dampak yang sangat luas dalam segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada aspek bilogis saja, tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit.Penemu dan hasil penemuan dalampenanggulangan penyakit :

PenemuHasil temuan

Louis PasteurVaksin untuk mencegah penyakit cacar

Joseph ListerAsam carbol untuk sterilisasi ruang operasi

William MartonEther sebagai anestesi pada waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait dengan wabah pemyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi masyarakat di perkotaan, terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan Edwin Chadwich seorang pakar social ditunjuk sebagai ketua komisi untuk melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienis, sebagian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata 14 jam per hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-undang yang mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.Berawal dari penelitiannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi setelah Chadwich adalah Winslow muridnya yang kemudian dikenal sebagai pembina kesehatan masyarakat modern. Winslow merumuskan definisi kesehatan masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak sat itu, lahirlah berbagai macam definisi sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang tidak asing dalam dunia kesehatn masyarakat dalam upaya susksenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi dalam menganalisis wabah penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis tempat, orang, dan waktu sehingga dianggap sebagai The Father of Epidemiology.Pada akhir abad ke-19 dan di awal abad ke-20, pendidikan untuk tenaga kesehatan yang professional mulai dikembangkan. Tahun 1893, John Hopkins seorang pengusaha wiski dari Amerika memelopori berdirinya universitas yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran. Pada tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Kanada, dan negara-negara lain. Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kedokteran mulai memerhatikan masalah kesehatan masyarakat dan sudah didasarkan pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan merupakan hasil interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan social, kebiasaab perorangan, dan pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintaah Amerika membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk, termasuk perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.

B. PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIAPerkembangam kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu di mulai dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah Belanda melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Gubernur Jenderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinnan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lam, akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini di mulai lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker Kepala Pelayanan Kesehatan Sipil dan Militer Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS. Pada tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya. Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888, tahun 1938 pusat laboratorium ini berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar serta penyakit lainnya, bahkan lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Jawa. Pada tahun 1935 dilakukan program pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai tahun 1941, 15 juta orang telah divaksinasi. Pada tahun 1925, Hydrich seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas Purwokerto. Dari hasil pengamatan dan analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka kematian dan kesakitan di kedua daerah tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan, masyarakat buang air besar di sembarang tempat, dan penggunaan air minum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya sanitasi lingkungan dikarenakan perilaku penduduk yang kurang baik, sehingga Hydrich memulai upaya kesehatan masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan, yaitu dengan cara melakukan promosi dengan mengenai pendidikan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah saat diperkenalkan konsep Bandung pada tahun 1951 oleh dr.Y. Leimena dan dr. Patah, yang selanjutnya dikenalkan dengan nama Patah-Leimena. Dalam konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek prevetif dan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan system pelayan kesehatan, kedua aspek in I tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit atau di puskesmas. Selanjutnya, pada tahun pada tahun1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat oleh dr.Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi sebagai proyek percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.1. Sumatera Utara : Indrapura2. Lampung3. Jawa Barat : Bojong Loa4. Jawa Tengah : Sleman5. Yogyakarta : Godean6. Jawa Timur : Mojosari7. Bali : Kesiman8. Kalimantan Selatan : BarabaiKedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal system puskesmas sekarang ini. Pada bualan November 1967, dilakuka seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai konsep puskesmas yang dipaparkan oleh dr. Achmad Dipodiligo yang mengacu pada Konsep Bandung dan Proyek Bekasi. Dalam seminar ini telah disimpulkan dan disepakati meneganai system puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan C. akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas merupakan suatu system pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudiandikembangkan oleh pemerintah DEPKES menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat.Puskesmas disepakati sebagai unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini terdepan pembangunan kesehatan, puskesmas diharapkan selalu tegar. Untuk itu, diprkenalkanlah program untuk selalu menguatkan puskesmas. Di Negara berkembang seperti Indonesia, fasilitas kesehatan berlandaskan masyarakat dirasakna lebih efektif dan penting.Departemen kesehatan telah membuat usaha intensif untuk membangun puskesmas yang kemudian dimasukkan kedalam master plan untuk operasi penguatan pelayanan kesehatan nasional. Kegiatan pokok dalam program dasar dan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan, yaitu:1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)2. Keluarga Berencana (KB)3. Gizi4. Kesehatan lingkungan5. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi6. Penyuluhan kesehatan masyarakat7. Pengobatan8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)9. Perawatan kesehatan masyarakat10. Kesehatan gigi dan mulut11. Usaha kesehatan jiwa12. Optometri13. Kesehatan geriatric14. Latihan dan olahraga15. Pengembangan obat-obat tradisional16. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)17. Laboratorium dasar18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk system informasi kesehatanPada tahun 1969, system puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A yang dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedic. Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan Puskesmas tipe A atau Tipe B, hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun 2000, yaitu puskesmas tidak arus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin oleh seorang sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan yang positif, dimana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan tidak disibukkan dengan urusan administrative/manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan. Di propinsi jawa timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmasdari lulusan sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas, yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:1. Strata 1, puskesmas dengan pestasi sangat baik2. Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar3. Strata 3, puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rataPeranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangna program paket terpadu kesehatan dan Keluarga Berencana (posyandu) yang mencakup Keshatan Ibu dan Anak, keluarga berencana, gizi penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.Sampai tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. hal ini berarti 3,6 puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk. Sementara itu, jumlah desa di Indonesia mencapai 70.921 pada tahun 2003, yang berarti setidaknya satu puskesmas untuk tiap sepuluh desa dibandingkan dengan rumash sakit yang harus melayani 28.000 penduduk. Jumlah puskesmas masih terus dikembangkan dan diatur lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang prima. Jumlah puskesmas masih jauh dari memadai, terutama di daerah terpencil. Di luar jawa dan sumatera, puskesmas harus menangani wilayah yang luas, (terkadang beberapa kali lebih luas dari satu kabupaten di jawa) dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit. Sebuah puskesmas terkadang hanya melayani 10.000 penduduk. Selain itu, bagi sebagian penduduk pukesmas terlalu jauh untuk dicapai.C. PUSKESMAS MENJADI UJUNG TOMBAK PELAYANANSaat ini pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak utama pelayanan kesehatan pada masyarakat sekaligus sebagai wadah isu strategis. Misalnya, isu strategis aksesibilitas layanan dan penyediaan sumber daya manusia serat sarana dan prasaran. Puskesmas juga mampu menjadi tempat pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan tempat tinggal dan murah dari segi biaya pelayanan. Rata-rata biaya retribusi yang dikenakan berkisar Rp. 1.500,00 sampai Rp. 2.000,00. Bahkan berbagai daerah telah menerapkan program pengobatan gratis yang difokuskan untuk rawat jalan bagi setiap lapisan masyarakat, baik kaya maupun miskin. Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat menyadari pentingnya berobat ke puskesmas. Dengan diberlakukannya pengobatan gratis di puskesmas, maka puskesmas tidak lagi dibebani pemasukan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebaliknya, daerah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung operasionalisasi di puskesmas, seperti biaya obat-obatan.Selain menjadikan puskesmas ujung tombak pelayanan, pemerintah daerah juga mulai mendekatkan layanan dokter spesialis kepada masyarakat. Umumny ada dua cara yang ditempuh daerah, yaitu menempatkan dokter spesialis di puskesmas atau menentukan puskesmas khusus. Kebijakan menempatkan dokter spesialis di puskesmas dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa dokter spesialis identic dengan pelayanan pelayanan kesehatan yang mahal atau hanya bisa diperoleh masarakat apabila berobat ke rumah sakit. Bagi daerah yang belum mampu menempatkan layanan dokter spesialis di setiap puskesmas, daerah mengatasinya dengan dokter spesialis keliling. Sampai saaat ni, dokter spesialis yang banyak ditempatkan di puskesmas adalah dokter spesialis kandungan, mata, kulit dan penyakit dalam. Sementara itu, kebijakan menjadikan puskesmas sebagai puskesmas spesifikasi biasanya didasari oleh kondisi geografis daerah. Puskesmas spesifikasi yang banyak didirikan, khususnya di jawa timur adalah puskesmas khusus mata, obstetric-ginekologi, puskesmas bencana dan puskesmas wisata.

1. KONSEP PUSKESMASPuskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

2. DEFINISI PUSKESMASPara ahli mendefinisikan puskesmas sesuai dengan perkembangan dan tuntutan pelayanan kesehatan. Definisi puskesmas antara lain sebagai berikut:1. Azrul Azwar (1980). Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.2. Departemen Kesehatan RI (1981). Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha kesehatan pokok.3. Departemen Kesehatan RI (1987). Puskesmas merupakan pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat, serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.4. Departemen Kesehatan RI (1991). Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupaan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

3. FUNGSI PUSKESMASFungsi pokok puskesmas, antara lain:1. Sebagi pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:1. Merangsang masyarakat, termasuk pihak swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.2. Memberikan peunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.3. Memberikan bantuan, baik yang bersifat bimbingan teknik materi, rujukan medis, maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat.4. Memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.5. Bekerja sama dengan sector-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.

4. VISI PUSKESMASGambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat kesehatan adalah sebagai berikut:1. Masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.2. Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.3. Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah republic Indonesia.

5. MISI PUSKESMASMisi puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan yang dapat dilakukan melalui berbagai upaya, antara lain sebagai berikut:1. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan 3. Mengadakan peralatan dan obat-obatan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.4. Mengembangkan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).

6. STRATEGI PUSKESMASStrategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan antara lain:1. Pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (comprehensive health care servicei).2. Pelayanan kesehatan yang menerapkan pendekatan yang menyeluruh (holistic approach)

7. SASARAN DAN MEKANISME PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS1. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan2. Kelurga dengan risiko tinggi3. Keluarga dengan kasus tindak lanjut keperawatan4. Pembinaan kelompok khusus (sesuai prioritas daerah)5. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah (sesuai dengan prioritas daerah)

8. PELAYANAN PUSKESMAS1. Pelayanan di Dalam Gedunga. Penerimaan klien di loket pendataranb. Proses seleksi kasus prioritas. Pelayanan medis yang diberikan berupa: Asuhan keperawatan, dari proses seleksi akan diketahui sasaran prioritas dan nonprioritas sasaran prioritas perlu ditindaklanjuti berupa rujukan ke rumah sakit atau rjukan ke puskesmas dengan ruang rawat inap. Tindak lanjut pelayanan kesehatan dapat berupa asuhan keperawatan keluarga, kelompok dan masyarakat.c. Penyampaian informisa klien yang memerlukan tindak lanjut asuhan keperawatan keluarga, kelompok, dan masyarakat.2. Pelayanan di Luar Gedunga. Mempelajari informasi mengenai data kesenjangan pelayanan keshatan dan menampung informasi yang berasal dari masyarakat.b. Seleksi untuk mendapatkan sasaran prioritas, yaitu : individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.c. Menyampaikan informasi sasaran prioritasd. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap sasaran prioritas

9. KEGIATAN POKOK PUSKESMASBerdasarkan Buku Pedoman Kerja Puskesmas yang terbaru, terdapat 20 usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Namun, pelaksanaanya sangat bergantung pada factor tenaga, sarana dan prasarana, biaya yang tersedia, serta kemampuan manajemen dari tiap-tiap puskesmas. Kegiatan pokok puskesmas antara lain sebagai berikut :1. Upaya kesehatan Ibu dan Anak (KIA)a. Pemeliharaan ibu hamil, melhirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita dan anak prasekolah.b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan guna mencegah gizi buruk.c. Imunisasi.d. Pemberian pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak dan cara menstimulasinya.e. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita, serta prasekolah yang menderita bermacam-macam penyakit ringan, dan lain-lain.2. Upaya Keluarga Berencana (KB)a. Mengadakan kursus keluarga berencana untuk para ibu dan calon ibu yang mengunjungi KIAb. Mengadakan Kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang akan bekerja sebagai penggerak calon peserta keluarga berencana.c. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara pemasangan IUD, cara-cara penggunaan pil, kondom dan alat- alat kontrasepsi lainnya.3. Upaya perbaikan gizia. Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi.b. Mengembangkan program perbaikan gizi.c. Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat.4. Upaya kesehatan lingkungana. Penyehatan air bersih.b. Penyehatan pembuangan kotoran.c. Penyehatan lingkungan perumahan.d. Penyehatan limbah.e. Pengawasan sanitasi tempat umum.f. Penyehatan makanan dan minuman.g. Pelaksanaan peraturan perundangan.5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menulara. Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit.b. Melaporkan kasus penyakit menular.c. Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk.d. Melakukan tindakan permulaan untuk mencegah penyebaran penyakit menular.e. Menyembuhkan penderita sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi.f. Pemberian imunisasi.g. Pemberantasan vector.h. Pendidikan kesehatn kepada masyarakat.6. Upaya pengobatana. Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui : Mendapatkan riwayat penyakit Mengadakan pemeriksaan fisik Mengadakan pemeriksaan laboratorium Membuat diagnosisb. Melaksanakan tindakan pengobatan.c. Melakukan upaya rujukan.7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakata. Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan oleh petugas di klinik ,rumah, dan kelompok-kelompok masyarakat.b. Ditingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri tetapi ditingkat kabupaten terdapat tenaga-tenaga koordinator penyuluhan kesehatan.8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)9. Kesehatan olahraga10. Perawatan kesehatan masyarakat11. Usaha kesehatan kerja12. Usaha kesehatan gigi dan mulut13. Usaha kesehatan jiwa14. Kesehatan mata15. Laboratorium (diupayakan tidak lagi sederhana)16. Pencatatan dan pelaporan system inforamasi kesehatan17. Kesehatan usia lanjut18. Pembinaan pengobatan tradisionalKegiatan pokok puskesmas bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi masyarakat. Di samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok puskesmas tersebut diatas, puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh pemerintah pusat, misalnya melaksanakan Pekan Imuniasasi Nasional (PIN). Dengan demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun pembekalan akan diberikan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah daerah.10. PERAN PUSKESMASDalam konteks otonomi daerah seperti saat ini, puskersmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial yang baik dan wawasan jauh kedepan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui system perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan-kegiatan yang tersusun rapi, serta memiliki system evaluasi dan pemantauan yang akurat. Selain itu, puskesmas juga dituntut berperan serta aktif dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.

11. WILAYAH KERJA PUSKESMASWilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Factor kepadatan penduduk, luas daerah geografis dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh bupati setelah mendengar saran teknis dari Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi. Dikota besar, wilayah kerja puskesmas bisa hanya satu kelurahan dan puskesmas diibukota kecamatan menhajdi puskesmas rujukan yang berfungsi sebagai pusat rujukan dari puskesmas kelurahan. Selain itu, puskesmas dikecamatan juga mempunyai fungsi koordinasi. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk.

12. FASILITAS PENUNJANGDalam rangka memperluas jangkaun pelayan kesehatan yang diberikan, puskesamas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang sederhana, antara lain sebagai berikut :1. Puskesmas PembantuPuskesmas pembantu yang lebih sering dikenal sebagai pustu atau pusban adalah unit pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi menunjang dan membantu pelaksanaan kegiatan-kegiatan puskesmas dalam ruang l;ingkup wilayah yang lebih kecil. Puskesmas pembantu merupakan bagian integral dari puskesmas. Setiap puskesmas memiliki beberapa puskesmas pembantu didlam wilayah kerjanya. Namun, terdapat beberapa puskesmas yang tidak memiliki puskesmas pembantu, khususnya didaerah perkotaan.

2. Puskesmas kelilingPuskesmas keliling merupakan unit pelayanan kesehatan kesehatan kelilingan yang dilengkapi dengan kendaran bermotor roda empat atau perhu motor, peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas. Puskesmas keliling yang berfungsi menunjang dan membantu kegiatan puskesmas dalam wilayah yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Kegiatan puskesmas anatara lain:a. Memberikan pelayanan kesehatankepada masyarakat didaerah terpencil atau didaerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan puskesmas.b. Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa (KLB)c. Dapat dipergunakan sebagai alat transportasi penderita, misalnya dalam rangka rujukan kasus darurat.d. Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audiovisual.

3. Bidan desaDisetiap desa yang belum memiliki fasilitas pelayanan kesehatan, bidan desa ditempatkan untuk tinggal didesa tersebut untuk memberikan pelayanan kesehatan. Bidan desa bertanggung jawab labgsung kepada kepala puskesmas. Wilayah kerja bidan desa adalah satu desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3000 jiwa. Tugas utama bidan desa adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan melalui pembinaan posyandu dan pembinaan kelompok dasawarsa, serta pertolongan persalinan dirumah penduduk.Dalam perkembanganya, batasan-batasan diatas makin kabur seiring dengan diberlakukanya undang-undang otonomi daerah yang elbih mengedepankan desentralisasi. Dengan otonomi setiap daerah tingkat II memiliki kesempatan untuk mengembangkan puskesmas sesuai rencana strategis (Renstra) kesehatan daerah dan rencana pembangunan jangka daerah menengah (RPJMD) bidang kesehatan, sesuai dengan situasi dan kondisi tingkat II.

13. PELAYANAN KESEHATAN MENYELURUHPelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang menyeluruh, yang meliputi pelayanan :1. Pengobatan (kurativ)2. Pencegahan (preventif)3. Peningkatan kesehatan (promotif)4. Pemulihan kesehatan( rehabilitatif)

14. PELAYANAN KESEHATAN INTEGRATIFSebelum ada puskesmas, pelayanan kesehatan dikecamatan meliputi balai pengobatan, balai kesejahteraan ibu dan anak, usaha hygiene sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit menular, dan lain-lain. Usaha tersebut masih bekerja sendiri-sendiri dan bertanggung jawab langsung kepada kepala dinas kesehatan Dati II. Dengan adanya system pelayanan kesehatan melaui pusat kesehatan masyarakat, yaitu puskesmas. Oleh karena itu, berbgai kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan bersama dibawah satu koordinasi dan satu pimpinan.

15. KEDUDUKAN PUSKESMAS1. Kedudukan dalam bidang administrasiPuskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II dan bertanggung jawab langsung, baik teknis maupun administrative kepada kepala dinas kesehatan Dati II.2. Kedudukan dalam hierarki pelayanan kesehatanDalam urutan hierarki pelayanan kesehatan sesuai dengan system kesehatan nasional (SKN), maka puskesmas berkedudukan pada tingkat pasilitas kesehatan pertama. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas, sedangkan dalam hal pengembangan kesehatan, puskesmas dapat meningkatkan dan mengembangkan diri kearah moderenisasi sitim pelayanan kesehatan disemua lini, baik promotif, prepentif maupun rehabilitative sesuai kebijakan rencana strategis daerah tingakat II dibidang kesehatan.

16. STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJASusunan organisasi puskesmas :1. Unsur pimpinan : kepala puskesmas2. Unsur pembantu pimpinan : urusan tata usaha3. Unsure pelaksana : unit I, Unit II, Unit III, Unit IV, Unit V, Unit VI, Unit VII

Tugas pokok masing-masing unsure tersebut antara lain sebagai berikut :1. Kepala Puskesmas, mempunyai tugas memimpin dan mengawasi kegiatan puskesmas2. Kepala Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas dibidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan surat menyurat, serta pencatatan dan pelaporan3. Unit I, melaksanakan kegiatan Kesejahteraan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, dan Perbaikan gizi4. Unit II, melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit5. Unit III, melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, serta kesehatan tenaga kerja dan usia lanjut6. Unit IV, melaksanakan kegiatan kesehatan masyarakat, sekolah, dan olahraga7. Unit V, melaksanakan kegiatan pembinaan, pengembangan, dan penyuluhan kepada masyarakat8. Unit VI, melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan inap9. Unit VII, melaksanakan tugas kefarmasian

17. TATA KERJA PUSKESMAS Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas wajib menetapakan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi, baik dalam lingkungan puskesmas maupun dalam satuan organisasi di luar sesuai dengan tugasnya masing-masing. Kepala Puskesmas bertanggung jawab memimpin, mengoordinasi semua unsur dalam lingkungan puskesmas, dan memberikan bimbingan bagi pelaksanaan tugas masing-masing. Setiap unsure dilingkungan puskesmas wajib mengikuti dan mamatuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas.

18. JANGKAUAN PELAYANAN KESEHATAN Sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah, sarana perhubungan, dan kepadatan penduduk dalam wilayah kerja suatu puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mengakses pelayanan puskesmas. Agar jangkauan puskesmas lebih merata dan meluas, puskesmas perlu ditunjang dengan puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan bidan desa. Selain itu, peningkatan peran serta masyarakat untuk mengelola posyandu dan membina dasawisma juga dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan. DUKUNGAN RUJUKANSistem rujukan upaya kesehatan merupakan suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale balik atas timbulnya suatu masalah kesehatan masyaraka, baik secara vertical maupun horizontal. Sistem rujukan secara konsepsional menyangkut hal-hal sebagai berikut :1. Rujukan medis yang meliputi :a. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostic pengobatan, tindakan operatif, dan lain-lainb. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkapc. Mendatangkan atau mengirimkan tenaga yang lebih kompeten/ahli unutk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan2. Rujukan kesehatan, merupakan rujuakan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif, yang meliputi :a. Survey epidemologi dan pemberantasan penyakit atas Kejadian Luar Biasab. Pemberian pangan di wilayah yang mengalami bencana kelaparanc. Penyelididkan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan, dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan missald. Pemberian makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alame. Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi masyarakat umumf. Pemeriksaan specimen di laboratorium kesehatan, dan lain-lain Tujuan sistem rujukan upaya kesehatan, antara lain sebagai berikut :1. UmumDihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna2. Khusus Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitative, serta dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna Jenjang tingkat pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia :JenjangKomponen/Unsur Pelayanan Kesehatan

Tingkat rumah tanggaPelayanan kesehatan oleh individu/keluarganya sendiri

Tingkat masyarakatKegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri oleh kelompok paguyuban PKK, Saka Bhakti Husada, anggota RW, RT, dan masyarakat

Fasilitas pelayanan kesehatan professional tingkat pertamaPuskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Praktik Dokter Swasta, dan Poliklinik Swasta

Fasilitas pelayanan rujukan tingkat pertamaRumah sakit kabupaten/kota, rumah sakit swasta, klinik swasta, laboratorium, dan lain-lain

Fasilitas pelayanan rujukan yang lebih tinggiRumah sakit tipe B dan tipe A, lembaga spesialistik swasta, laboratorium kesehatan daerah, laboratorium klinik swasta, dan lain-lain

Sementara itu, alur rujukan medis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :1. Internal antara petugas puskesmas2. Antara puskesmas pembantu dengan puskesmas3. Antara masyarakat dengan puskesmas4. Antara puskesmas yang satu dengan puskesmas lain5. Antara puskesmas dengan rumah sakit, laboratorium, atau fasilitas kesehatan lainnyaLangkah-langkah yang ditempuh puskesmas dalam upaya meningkatkan mutu rujukannya antara lain sebagai berikut :1. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung rujukan dari puskesmas pembantu dan pos kesehatan lain dari masyarakat2. Mengadakan pusat rujukan antara dengan mengadakan ruangan tambahan untuk `10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat di lokasi yang strategis3. Meningkatkan sarana komunikasi anatara unit pelayanan kesehatan4. Menyediakan puskesmas keliling di setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda empat atau perahu motor yang dilengkapi alat komunikasi5. Menyediakan sarana pencatatan dn laporan bagi sistem rujukan, baik rujukan medis maupun rujukan kesehatanMeningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan

PUSKESMAS PERAWATANPuskesmas perawatan atau puskesmas rawat inap merupakan puskesmas yang diberi ruangan tambahan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas maupun rawat inap sementaraCriteria puskesmas perawatan, antara lain sebagai berikut :1. Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit2. Puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor3. Puskesmas dipimpin oleh dokter dan telah mempunyai tenaga yang memadai4. Jumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang per hari5. Penduduk wilayah kerja puskesmas dan penduduk wilayah tiga puskesmas disekitarnya6. Pemerintah daerah bersedia menyediakan dana rutin yang memadai

Puskesmas perawatan merupakan pusat rujukan antara bagi penderita gawat darurat. Kegiatan puskesmas perawatan meliputi, melakukan tindakan operatif terbatas terhadap penderita gawat darurat, misalnya kecelakaan lalu lintas,. Persalinan dengan penyulit, penyakit lain yang mendadak dan gawat, merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi penderita dalam rangka diagnostic dengan rata-rata 3-7 hari perawatan, melakukan pertolongan sementara untu pengiriman penderita ke rumah sakit, memberikan pertolongan persalinan bagi kehamilan dengan resiko tinggi dan persalinan dengan penyulit, serta melakukan metode operasi pria dan metode operasi wanita untuk Keluarga Berencana.Ketenagaan puskesmas perawatan meliputi dokter yang telah mendapatkan latihan klinis di rumah sakit selama 6 bulan dalam bidang bedah, obstetric ginekologi, pediatric dan interna, seorang perawata yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang perawatan bedah, kebidanan, pediatric dan penyakit dalam, tigaorang perawat/bidan yan diberi tugas bergilir, serta satu orang pekerja kesehatan.Untuk melaksanakan kegiatannya, puskesmas perawatan harus memiliki luas bangunan, ruangan pelayanan serta peralatan yang lebih lengkap daripada puskesmas biasa, antara lain ruangan rawat tinggal yang memadai, ruangan operasi dan pasca operasi, ruangan persalinan dan menyusui, kamar perawat jaga, serta kamar linen dan cuci. Sementara peralatan medis yang harus ada antara lain peralatan operasi terbatas, peralatan obstetric patologis, peralatan vasektomi dan tubektomi, peralatan resusitasi, serta minimal 10 tempat tidur dengan peralatan perawatan. Selain itu, untuk memudahkab komunikasi, puskesmas perawatan harus dilengkapi dengan telepon atau radio komunikasi jarak sedang dan minimal 1 buah ambulan.

D. BENTUK-BENTUK PENDEKATAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT1. POSYANDU Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, forum alih teknologi, serta forum pelayanan kesehatan oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini, sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola serta diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Posyandu merupakan lembaga yang paling bagus dan paling dekat dengan masyarakat, sehingga ideal untuk diterapkan di Indonesia. Dengan lembaga yang sudah ada, posyandu dapat berkreasi dari sudut manapun. Sasaran dalam pelayanan posyandu, yait bayi yang berusia kurang dari 1 tahun, anak balita usia 1 ssampai 5 tahun, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, serta wanita usia subur. Tujuan pokok dari posyandu antara lain:1. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR3. Mempercepat penerimaan NKKBS4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat.5. Pendekatan dan pemerataan kesehata kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesahatan kepada penduduk berdasarkan letak georafis. Dasar pendirian posyandu: (1) posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan PPPK,sekaligus dengan pelayanan KB: (2) posyandu dari masyarakat,untuk masyarakat,dan oleh masyarakat,sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang Kesehatan Keluarga Berencana. Posyandu dibentuk dari pos-pos yang,seperti pos penimbangan balita,posimunisasi,pos Keluarga Berencana (KB) desa,dan pos kesehatan. Syarat pembentukan posyandu yaitu minimal terdapat 100 orang balita dalam satu RW,terdiri atas 120kepala keluarga,disesuaikan dengan kemampuan petugas 9BidanDesa), dan jarak antara kelompok rumah tidak terlalu jauh. Posyandu sebaiknya berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat,ditentukan oleh masyarakat sendiri,dapat merupakan local tersendiri, serta bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan dirumah penduduk,balai rakyat,pos RT/RW,atau pos lainnya. Sementara pelaksanaan kegiatan posyandu adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan puskesmas. Sedangkan pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader OKK, tokoh masyarakat formal dan informal, serta kader kesehatan yang ada diwilayah tersebut. Kegiataan posyandu meliputi tujuh kegiatan utama yang disebut Sapta Krida Posyandu, yaitu;1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)2. Keluarga berencana (KB)3. Imunisasi4. Peninngkatan gizi 5. Penanggulangan diare6. Sanitasi dasar 7. Penyediaan obat esensial Selain itu, pelayanan kesehatan yang dijalankan di posyandu meliputi hal-hal sebagai berikut :1. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita a. Penimbangan bulanan b. Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang.c. Imuniasi bayi 3-14 buland. Pemberian oralit untuk menanggulangi diare e. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil,ibu menyusui,dan pasangan usia subura. Pemeriksaan kesehatan umum b. Pemeriksaan kehamilan dan nifasc. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darahd. Imunisasi tetanus untuk ibu hame. Penyuluhan kesehatan dan KB3. Pemberian alat kontrasepsi 4. Pemberian oralit pada ibu yang terkena penyakit diare 5. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama6. Pertlongan pertama pada kecelakaanTugas kader dalam rangka penyelengaraan posyandu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut:1. Tugas sebelum pelaksanaan posyanduTugas ini disebut juga tugas pada hari H(-) posyandu yang meliputi:a. Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, alat pengukur LILA,obat-obatan yang dibutuhkan (pil besi,vitamin A, oralit), serta bahan materi penyuluhan;b. Mengundang dan megerakkan masyarakat,yaitu memberi tahu ibu-ibu untuk datang ke posyandu;c. Menghubungi pokja posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sector bisa hadir saat pelaksanaan posyandu;d. Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di antara kader posyandu,baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan;2. Tugas pada pelaksanaan posyanduTugas ini disebut juga tugas pada hari H posyandu dengan tugas pelayanan 5 meja, yang meliputi;

a. Meja 1- Pendaftaran, mendaftar bayi/balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur- Pencatatan bayi, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur , yaitu menuliskan nama balita pada KM dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS, serta menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau register ibu hamil.b. Meja 2Penimbangan balita , ibu hamil dan mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMSc. Meja 3Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat), memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari secarik kertas kedalam KMS.d. Meja 4- Diketahui berat badan anak yang naik atau tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, dan PUS yang belum mengikuti KB.- Penyuluhan kesehatan, menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasakan data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu bayi/balita dan memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau hasil pengamatan mengenai masalah yang dialamie. Meja 5Pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan di antaranya dokter perawat,juru imunisasi, dan sebagainya. Pelayanan yang diberikan meliputi: pemberian imunisasi, pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin A dan obat-obatan lainnya, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan,dan pengobatan, serta pelayanan kontrasepsi seperti IUD, suntikan, dan lain-lain.

3. Tugas setelah pelaksanaan posyandu Tugas ini disebut juga pada H (+) posyandu, yang meliputi :a. Memindahkan catatan-catatan dalam KMS ke dalam buku register atau buku bantu kader.b. Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan posyandu pada bulan berikutnya.c. Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu yang lokasi rumahnya berdekatan (kelompok dasawisma).d. kegiatan kunjungan rumah ( penyuluhan perorangan), sekaligus untuk tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu datang ke posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.Prinsip dasar posyandu adalah sebagai berikut :1. Posyandu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan antara pelayanan professional dan nonprofessional (oleh masnyarakat).2. Adanya kerja sama lintas program yang baik (KIA, KB, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare) maupun lintas sektoral (Departemen Kesehatan RI dan BKKBN).3. Kelembagaaan masyarakat (pos desa, kelompok timbang atau pos timbang , pos imunisasi, pos kesehatan dan lain-lain.4. Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi 0-1 tahun, anak balita 1-4 tahun, ibu hamil, dan PUS).5. Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) atau primary Health Care (PHP). Langkah langkah pembentukan posyandu adalah sebagai berikut :1. Perumusan masalah: survei mawas diri dan penyajian hasil survey (lokakarya mini).2. Perencanaan pemecahan masalah: kaderisasi sebagai pelaksanaan posyandu, pembentukan pengurus sebagai pengelola posyandu dan menyusun rencana kegiatan posyandu.3. Pelaksanaan kegiatan: kegiatan diposyandu sekali sebulan atau lebih, pengumpulan dana sehat dan pencatatannya serta laporan kegiatan posyandu.4. Evaluasi: evaluasi hasil kegiatan yang sedang berjalan dan evaluasi hasil kegiatan sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan.5. Kesimpulana. Posyandu merupakan kegiatan yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk pos timbangan, PMT (Ppemberian Makanan Tambahan), pos kesehatan dan sebagainya dengan motivasi baru yang merupakan bentuk operasional dari pendekatan strategis keterpaduan 5 program atau KB kesehatan dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita, dan penurunan angka fertilitas dalam rangka mempercepat terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS).b. Peranan lintas sektoral dan lintas program berpengaruh dalam keberhasilan posyandu.c. Peningkatan peran serta aktif masyarakat akan meningkatkan daya guna dan hasil guna posyandu.d. Alih teknologi, swakelola masyarakat merupakan aspek dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada pelaksanaanya, posyandu melibatkan tugas puskesmas, petugas BKKBN sebagai penyelenggara pelayanan professional dan peran serta masyarakat secara aktif dan positif sebagai penyelenggara pelayanan nonprofesional serta terpadu dalam rangka alih teknologi dan swakelola masyarakat. Dari segi petugas puskesmas:1. Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan pembinaan PKMD.2. Perencanaan terpadu tingkat puskesmas ( microplanning) lokakarya mini3. Pelaksanaan melaluisistem meja 5 dan alih teknologi Dari segi masyarakat:1. Kegiatan swadaya masyarakat yang diharapkan adanya kader kesehatan 2. Perencanaan melalui musyawarah masyarakat desa 3. Pelaksanaan melalui system 5 mejaDukungan lintas sektoral sangat diharapkan mulai tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, bahkan penilayan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, baik baik dalam segi motivasi maupun teknis dari masing-masing sector.Posyandu pasca- otonomi daerah mrenjadi mati suri . hal ini disebabkan banyaknya daerah yang beranggapan bahwa posyandu bukanlah sektos strategis. Akibatnya, pemerintah daerah setempat tidak menjadikan posyandu sebagai program prioritas dibidang kesehatan sekalikus mengalokasikan anggaran yang cukup. Merebaknya kasus balita bergizi buruk pada tahun 2005 berujung pada revitalisasi posyandu. Di jawa timur mulai tahun 2006 posyandu ditetapkan sebagai program utama, bahkan telah menganggarkan alokasi dana APBD yang cukup besar. Dana tersebut difokuskan pada pemberian uang insentif bagi kader posyandu, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita, dan melengkapi sarana prasarana diposyandu seperti alat timbangan dan lainya.Daerah juga mulai kreatif dalam mengombinasikan program posyandu tidak semata-mata kegiatan pembinaan balita dan PMT, tetapi posyandu mulai dibangun dengan kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau simpan pinjam untuk kegiatan ekonomi produktif . kemudian kegiatan tersebut lebih dikenal dengan nama posyandu terpadu.2. PRIMARY HEALTH CAREPrimary health care (PHC) merupakan hasil pengkajian, pemikiran dan pengalaman dalam pembangunan kesehatan di banyak Negara yang diawali dengan kampanye missal pada tahun 1950-an dalam pemberantasan penyakit menular. Pada tahun 1960, tegnologi kuratif dan preventif mengalami kemajuan. Oleh karena itu timbul pemikiran untuk mengembangkan konsep upaya dasar kesehatan. Tahun 1977, pada siding kesehatan dunia dicetuskan kesepakatan untuk melahirkan health for all by the year 2000, Yang sasaran utamanya dalam bidang social pada tahun 2000 adalah tercapainya derajat kesehatan yang memungkinkan setiap orang hidup produktif, baik secara social maupun ekonomi.PHC adalah pelayanan kesehatan pokok berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah, dan social yang dapat diterima secara umum, baik oleh individu maupunkeluarga dalam masyarakat, melalui partisipasimereka sepenuhnya, serta biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat dan Negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasip sendiri ( self determination).Tujuan Primary Health Care (PHC) dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:1. Tujuan umum, yaitu mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan, sehingga akan tercapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan .2. Tujuan khusus yaitu:a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayanib. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayanic. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayanid. Pelayanan harus secara maksimal menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut:1. Pemeliharaan kesehatan2. Pencegahan penyakit3. Diagnosis dan pengobatan4. Pelayanan tindak lanjut5. Pemberian sertifikatTiga unsur utama PHC YAITU:1. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan 2. Melibatkan peran serta masyarakat3. Melibatkan kerja sama lintas sektoral

Dalam pelaksanaan PHC paling sedikit harus memiliki 8 elemen, antara lain sebagai berikut.1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta pengendalian.2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar4. Kesehatan ibu dan anak termasuk Keluarga Bencana5. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama6. Pencegahan dan penggendalian penyakit edemik setempat7. Pengobatan penyakit utama dan ruda paksa8. Penyediaan obat-obat esensialCiri-ciri PHC antara lain:1. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat2. Pelayanan yang menyeluruh3. Pelayanan yang terorganisasi4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat5. Pelayanan yang berkesinambungan 6. Pelayanan yang progesif7. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga8. Pelayanan tidak berpandangan kepada salah satu aspek sajaTanggung jawab perawat dalam PHC lebih dititikberatkan kepada hal hal sebagai berkut:1. Mendorong partisipasi aktif masnyarakat2. Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada masyarakat4. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan kepada masyarakat5. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.

sumber : Buku Wahid Iqbal Mubaraq Jilid 1

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGBercermin pada abad ke-20, mudah bagi kita untuk menyebutkan kemajuan besar yang terjadi dalam bidang kesehatan dan harapan hidup dari begitu banyak manusia didunia. Angka kematian bayi menurun tajam, banyak penyakit infeksius yang telah terkendalikan, dan tersedia program KB yang lebih baik. Namun, masih banyak ruang untuk diperbaiki ! Gaya hidup sehat perorangan menyebabkan meningkatkan kasus kesakitan dan kematian sampai ketingkat sampai ketingkat yang tidak dapat diterima akibat penyakit noninfeksius seperti kanker dan penyakit jantung. Selain itu, penyakit infeksius yang baru dan yang bangkit kembali telah menipiskan sumber-sumber yang tersedia untuk pengendaliannya. Dengan begitu, pencapaian kesehatan yang baik tetap menjadi tujuan seluruh dunia di abad ke-21. Pemerintah, lembaga swasta, dan individu diseluruh dunia berupaya untuk meningkatkan kesehatan. Walaupun upaya individual untuk meningkatkan kesehatan pasti memberikan konstribusi terhadap kesehatan semua komunitas, upaya komunitas yang terorganisasi terkadang perlu jika masalh kesehatan yang ada telah menghabiskan sumber yang dimiliki induvidu. Jika upaya semacam itu tidak dilakukan, kesehatan seluruh komunitas dalam bahaya.

B. RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana sejarah singkat kesehatan komunitas dan kesehatan masyarakat.?2. Bagaimana sejarah perkembangan kesehatan masyarakat.?3. Bagaimana perkembahangan kesehatan masyarakat di indonesia.?

C. TUJUAN Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sejarah perkembangan pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Serta perkembangan kesehatan mayarakat di Indonesia.BAB IIPEMBAHASANA. PENGERTIANKata kesehatan berbeda bagi orang yang berbeda. Begitu pula, ada kata lain yang dapat didefinisikan dalam berbagai cara.Kata health berasal dari hal, yang berarti hale, sound, whole (kuat, baik, utuh). Berkaitan dengan kesehatan manusia, kata health (kesehatan) telah didefinisikan dengan sejumlah cara- seringkali dalam konteks sosialnya, saat orangtua menjelaskan kesehatan seorang anak atau saat seorang penggemar fanatic menggambarkan kesehatan seorang atlet professional. Sampai awal era promosi kesehatan, pada pertengahan tahun1970-an, definisi yang paling luas diterima adalah definisi kesehatan yang dipublikasikan WHO ditahun 1974. Definisi tersebut menyatakan kesehatan adalah kondisi sehat yang fisik, mental. Namun, sekarang ini, kata tersebut megambil pendekatan yang lebih holistic; Hahn dan payne menjelaskan kesehatan dalam bentuk enam dimensi yang interaktif dan dimensi-dimensi fisik, emasional, social, intelektual, spiritual, dan dimensi okuposional. Dengan begitu, kesehatan sebagai keadaan atau kondisi dinamis yang sifatnya multidimensional dan merupakan hasil adaptasi seseorang terhadap lingkungannya. Kesehatan merupakan sumber untuk kehidupan dan ada dalam berbagai tingkatan. banyak orang yang menikmati suatu kondisi sehat walau orang lain mungkin memandang kondisi tersebut sebagai kondisi yang tidak sehat. Kesehatan masyarakat mengacu pada status kesehatan sebuah kelompok orang tertentu dan tindakan serta kondisi pemerintah untuk meningkatkan, melindungi, dan mempertahankan kesehatan mereka.

B. SEJARAH SINGKAT KESEHATAN KOMUNITAS DAN KESEHATAN MASYARAKATSejarah kesehatan komunitas dan kesehatan masyarakat hampir sepanjang sejarah peradaban. Sejarah singkat ini menyajikan sejumlah prestasi dan kegagalan didalam kesehatan komunitas dan kesehatan masyarakat. 1. Peradaban awalSecara umum, tidak ada cacatan mengenai praktik kesehatan komunitas yang paling awal. Mungkin praktek tersebut berupa pantangan untuk berdefekasi di dalam wilayah pemukiman suku atau didekat sumber air minum. Mungkin juga berupa ritual yang berkaitan dengan pemakaman orang yang meninggal. Tentu saja, penggunaan ramuan untuk pencegahan dan pegobatan penyakit dan bantuan masyarakat saat persalinan bayi merupakan praktik yang sudah ada mendahului keberadaan catatan arkeologi.a. Masyarakat kuno (sebelum 500 SM) Penggalian di lokasi bebrapa peradaban awal yang terkenal telah mengungkapkan bukti adanya aktivitas kesehatan komunitas. Temuan arkeologi dari lembah Indus di india utara, bertanggal sekitar 2000 SM, memberikan adanya kamar mandi dan system drainase didalam rumah dan saluran pembuangan air yang terletak lebih rendah dari permukaan jalan. System drainase juga ditemukan diantara reruntahan kerajaan mesir kuno pertengan (2700-2000 SM). Orang-orang myceneans, yang tinggal di Crete pada 1600 SM telah memiliki toilet, system penggelontoran, dan saluran pembuangan air. Resep obat tertulis untuk obat-obatan berhasil ditafsirkan dari lempeng tanah liah (prasasti) orang Sumerian yang bertanggal sekitar 2100 SM. Sampai sekitar 1500 SM sudah lebih dari 700 obat yang dikenal orang mesir.Mugkin tulisan yang paling awal yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat adalah Hukum Hammurabi (Code of Hammurabi), raja terkenal dari babilonia, yang hidup 3900 tahun yang lalu. Hukum Hammurabi juga memuat undang-undang yang berkaitan dengan praktik dokter dan kesehatan. Bibles Book of Leviticus, yang ditulis sekitas 1500 SM, memberikan petunjuk mengenai kebersihan personal, sanitasi perkemahan, disinfeksi sumur, isolasi penderita lepra, pembuangan sampah, dan hygiene maternitas.b. Budaya klasik (500 SM-500 M)Selama abad ke 13 dan ke 12 SM, orang Yunani mulai bepergian ke Mesir dan terus melakukannya sampai beberapa abad selanjutnya. Ilmu pengetahuan dari orang Babilonia, Mesir, Yahudi dan suku lainnya di Mediterania Timur tercakup didalam filosofi kesehatan dan kedoteran Yunani. Selama zaman keemasan Yunani kuno (di abad ke 5 dan ke 6 SM), para pria berpartisipasi dalam permainan adu kekuatan dan keahlian dan berenang di fasilitas umum. Sangat sedikit bukti bahwa penekanan pada kebugaran ini dan pada keberhasilan dalam pertandingan atletik dibebankan secara merata pada semua anggota masyarakat. Partisipasi dalam aktivitas itu tidak didukung dan bahkan dilarang untuk wanita, kaum miskin, atau budak.Orang-orang Yunani juga aktif menjalankan sanitasi komunikasi. Mereka memasok sumur-sumur kota setempat dengan air yang diambil dari pegunungan yang berjarak sejauh 10 mil. Setidaknya dalam satu kota, air yang berasal dari sumber yang jauh disimpan dalam reservoir dengan ketinggian 370 kaki diatas permukaan laut.Orang-orang romawi mengembangkan teknologi yunani itu dan membangun saluran air yang dapat mengalirkan sampai bermil-mil jauhnya. Bukti sekitar 200 saluran air di Romawi masih ada sampai sekarang, di Spanyol ke Syiria dan dari Eropa Utara sampai Afrika utara. Orang Romawi juga membangun saluran air dan merintis aktivitas kesehatan komunitas yang lain, diantaranya pengaturan pembangunan gedung, pembuangan sampah, dan pembersihan jalan dan perbaikkannya.Kekaisaran Romawi memang gudang ide pengobatan Yunanai, tetapi dengan sedikit pengecualian, Romawi tidak berbuat banyak terhadap kemajuan pemikiran dibidang Kedokteran. Namun, ada satu konstribusi penting yang mereka berikan untuk bidang kedokteran dan layanan kesehatan-rumah sakit.walau rumah sakit pertama hanya merupakan penampungan budak yang sakit, sebelum era Romawi, umat kristiani telah membangun rumah sakit umum sebagai organisasi amal. Saat kekaisaran Romawi runtuh pada tahun 476 M, kebanyakan aktivitas kesehatan masyarakat menghilang.2. Abad Pertengahan (500-1500 M)Periode dari akhir Kekaisaran Romawi di wilayah Barat sampai tahun 1500 M dikenal sebagai Abad Pertengahan.Pendekatan terhadap kesehatan dan penyakit pada zaman ini sangat berbeda dengan pendekatan di zaman Kekaisaran Romawi. Selama masa itu semakin berkembang paham materialism Romawi dan kesadaran Spiritual. Masalah kesehatan dipandang memiliki penyebab spiritual dan solusi spiritual. Pandangan ini memang benar pada awal abad pertengahan, selama periode yang dikenal sebagai zaman kegelapan (500-1000 M). baik kepercayaan ritual maupun umat kristiani menyalahkan kekuatan supranatural sebagai penyebab penyakit. Ajaran St. Augustine misalnya, menyatakan penyakit disebabkan oleh setan yang dikirim untuk menyiksa jiwa manusia, dan kebanyakan umat kristiani percaya bahwa penyakit merupakan hukuman atas dosa mereka. Tidak diperhitungkan peran lingkungan fisik dan biologis kedalam hubungan sebab-akibat penyakit menular menyebabkan epidemic yang ganas dan tidak terkendali selama era spiritual kesehatan masyarakat ini. Epidemic ini menyebabkan penderitaan dan kematian jutaan orang. Salah satu awal epidemic yang berhasil dicatat adalah epidemic penyakit lepra. Sampai tahun 1200 M, memperkirakan terdapat sekitar 19.000 tempat penampungan penderita lepra dan leprasaria di eropa.Penyakit epidemi yang paling mematikan pada periode itu adalah pes. Sulit bagi kita, yang hidup diawal abad ke-21, untuk membayangkan dampak epidemic pes yang terjadi di Eropa. Tiga epidemic besar penyakit pes : yang pertama dimulai tahun pada tahun 543 M, kedua 1348 M, dan terakhir tahun 1664. Epidemic terburuk terjadi pada abad ke-14, saat penyakit itu dijuluki sebagai black death. Di Eropa saja, sekitar 25 juta orang menjadi korbannya. Jumlah ini melebihi jumlah penduduk yang tinggal dinegara bagian Ohio dan Pensylvania sekarang. Separuh populasi di London meninggal dan dibeberapa wilayah Perancis hanya 1 dari 10 orang yang selamat.Selama abad pertengahan inijuga terjadi epidemic penyakit yang lain, diantaranya, cacar, difteri, campak, influenza, tuberculosis, antraks dan trakoma. Banyak penyakit lain, yang saat ini belum terdeteksi, mengambil giliran. Penyakit epidemic terakhir selama periode itu adalah sifilis, yang muncul pada tahun 1492. Penyakit ini, seperti halnya penyakit epidemic yang lain, juga membunuh ribuan orang.3. Zaman Renaissance dan PenjelajahanPeriode Renaissance merupakan periode yang ditandai dengan lahirnya kembali pemikiran tentang karakteristik alam dan kemanusiaan. Perdagangan antarkota dan antarnegara sudah berkembang dan terjadi pertambahan penduduk dikota-kota besar. Periode ini juga ditandai dengan adanya penjelajahan dan penemuan. Perjalanan Columbus, Magellan, dan penjelajah lainnya pada akhirnya mengarah pada peride kolonialisme (penjajahan). Dampak Renaissance terhadap kesehatan komunitas sangat besar. Pengkajian yang lebih cermat terhadap kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit yang terjadi selama periode itu mengungkap bahwa penyakit semacam pes selain membunuh orang suci juga membunuh pendosa. Selain itu, keyakinan bahwa penyakit disebabkan oleh factor-faktor lingkungan, bukan factor spiritual, semakin berkembang. Contoh, istilah malaria (yang berarti udara kotor) merupakan sebutan khas untuk udara yang lembab dan basah, yang kerap menjadi sarang nyamuk yang menularkan malariaObservasi yang lebih kritis terhadap penyakit menghasilkan penjelasan yang lebih akurat mengenai gejala dan akibat suatu penyakit. Observasi ini mengarah kepada pengenalan awal penyakit batuk rejan, tifus, scarlet fever, dan malaria, sebagai penyakit yang khas dan berbeda.Epidemic penyakit cacar, malaria, dan pes masi menjamur di Inggris dan seluruh Eropa. Pada tahun 1665, epidemic pes menelan korban 68.596 jiwa di London, yang pada saat itu berpenduduk 460.000 jiwa (15 % dari populasi menjadi korban). Penjelajah, penjajah, dan pedagang serta awak mereka menyebarkan penyakit kedaerah jajahan dan penduduk setempat diseluruh Dunia Baru. Cacar, campak, dan penyakit lainnya membinasakan penduduk asli yang tidak terlindungi4. Adab Kedelapan BelasAbad ke-18 ditandai dengan perkembangan industry. Walau mulai mengenal sifat suatu penyakit, kondisi kehidupan saat itu sangat tidak kondusif untuk kesehatan. Kota-kota sangat padat dan sumber air tidak memadai dan kerap tidak sehat. Jalan-jalan biasanya tidak dipadatkan, sangat kotor, dan penuh dengan sampah. Banyak rumah yang berlantai kotor dan tidak sehat.Tempat kerja tidak aman dan tidak sehat. Sebagian besar pekerja adalah kaum miskin, termasuk anak-anak, yang dipaksa bekerja dengan jam kerja yang panjang sebagai pembantu yang terikat kontrak. Banyak dari pekerjaan itu yang tidak aman atau harus dilakukan dilingkungan yang tidak sehat, misalnya pabrik tekstil dan pertambangan batubara.Salah satu kemajuan di bidang kedokteran, terjadi di akhir abad ke-18, layak disebutkan karena maknanya bagi kesehatan masyarakat. Pada tahun 1796, Dr. Edward Jenner berhasil memperagakan proses vaksinasi sebagai perlindungan terhadap penyakit cacar. Ia melakukannya dengan menginokulasi seorang anak laki-laki dengan materi yang berasal dari nanah penyakit cowpox (Vaccinia). Saat kemudian dipajankan dengan materi dari nanah penyakit (variola), anak laki-laki itu tetap sehat.Temuan Dr. Jenner tetap menjadi salah satu temuan terbesar sepanjang zaman baik bagi dunia kedokteran maupun kesehatan masyarakat. Sebelum temuan itu, jutaan orang meninggal atau bahkan menjadi bopengan akibat cacar. Satu-satunya metode pencegahan yang dikenal adalah variolasi, suatu bentuk inokulasi dengan menggunakan materi cacar itu sendiri. Prosedur ini sangat berbahaya karena orang yang mejalaninya terkadang justru terkena cacar. Walau begitu, selama revolusi amerika, Jendral George Washington memerintahkan pasukan koloni amerika untuk menjalani variolasi. Perintah ini dikeluarkannya untuk memastikan bahwa epidemic cacar yang menyerang tidak akan memusnakan pasukannya. Yang cukup menarik rata-rata usia kematian seseorang yang tinggal diamerika serikat selama waktu tersebut adalah 29 tahun.Diakhir abad ke-18, kaum muda AS berbagai masalah penyakit, termasuk berlanjutan KLB cacar, kolera, demam typoid dan yellow fever. KLB yellow fever biasanya menyerang kota-kota pelabuhan, seperti Charleston, Baltomore, New Work, dan New Orleans, tempat merapatnyakapal dari wilayah tropis Amerika. Epidemic terbesar penyakit yellow fever di Amerika terjadi diphiladelpia tahun 1793., dengan perkiraan sekitar 23.000 kasus, termasuk 4.044 korban meninggal dalam populasi yang diperkirakan hanya berjumlah 37.000 jiwa.Untuk mengatasi epidemic yang berlanjut itu dan banyak masalah kesehatan lainnya, misalnya kebersihan dan perlindungan terhadap persediaan air, dibentuk beberapa lembaga kesehatan pemerintah. Pada tahun 1798, Marine Hospital Service (selanjutnya menjadi U.S Public Health Service) dibentuk untuk mengatasi penyakit yang menyerang diatas sarana angkutan air. Sampai tahun 1799, beberapa kota besar di Amerika, termasuk Boston, Philadelpia, New York, dan Baltimore juga membentuk dewan kesehatan kota.5. Abad Kesembilan BelasSelama paruh pertama abad ke-19, terjadi beberapa kemajuan luar biasa dibidang kesehatan masyarakat. Kondisi kesehatan kehidupan di Eropa dan Inggris tetap tidak saniter dan industrialisasi menyebabkan semakin banyak penduduk berada di kota. Namun, metode pertanian yang lebih baik menyebabkan perbaikan gizi bagi banyak orang.Selama periode ini, Amerika menikmati ekspansinya kearah barat, yang ditandai dengan semangat pioneer, kecukupan diri, dan individualism yang kuat. Pendekatan pemerintah federal pada masalah kesehatan dicirikan dengan istilah Perancis Laissez faire, yang berarti tanpa campur tangan. Selain itu, ada beberapa peraturan kesehatan atau lembaga kesehatan didaerah pedesaan. Praktik pertabiban tumbuh subur, periode ini merupakan masa yang sangat tepat untuk anjuran pembeli waspada. Epidemic masih berlanjut dikota-kota besar Eropa dan Amerika. Tahun 1849, epidemic kolera menyerang London. Dr. john Snow mempelajari epidemic ini dan mengajukan hipotesis bahwa penyakit ini disebabkan oleh konsumsi air dari pompa Broad Street. Dia memperoleh izin untuk melepas pegangan pompa, dan epidemic pun selesai. Tindakan snow sangat luar biasa karena berlangsung sebelum penemuan bahwa mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit. Teori yang dominan saat itu tentang penyakit menular adalah teori miasmas . Menurut teori ini, uap atau bau tak sedap (miasmas) yang keluar dari tanah merupakan sumber dari banyak penyakit. Teori miasmas tetap terkenal hampir disepanjang abad ke-19.Di Amerika pada tahun 1850, Lemuel Shattuck menyusun laporan kesehatan untuk Persemakmuran Massachusetts yang menggarisbawahi perlunya kesehatan masyarakat untuk negara bagian ini. Termasuk di dalamnya rekomendasi untuk pembentukan dewan kesehatan, pengumpulan data statistic vital, penerapan tindakan yang saniter, dan penelitian penyakit. Shattuck juga merekomindasikan pendidikan kesehatan dan pengendalian pajanan terhadap alkohol, asap rokok, makanan tidak bermutu, dan ramuan tabib. Walau beberapa rekomendasinya perlu waktu bertahun-tahun untuk dapat diterapkan (Massachusetts Board of Health belum terbentuk sampai tahun 1869), hal yang signifikan dari laporan Shattuck begitu sedemikian rupa sehingga tahun 1850 menjadi masa kunci di dalam kesehatan masyarakat Amerika; tahun itu menandai dimulainya era modern kesehatan masyarakat. Kemajuan nyata di dalam pemahaman mengenai penyebab berbagai penyakit menular berlangsung pada seperempat abad terakhir abad ke-19. Salah satu kendala pada kemajuan itu adalah teori perkembangbiakan spontan, pemikiran yang menyatakan organisme hidup dapat berkembang dari benda anorganik atau benda takhidup. Serupa dengan teori adalah pemikiran bahwa satu jenis mikroba dapat berubah menjadi jenis organism yang lain.Di Tahun 1862, Louis Pasteur dari Perancis mengajukan teori kuman penyakit. Selama tahun 1860-an dan 1870-an, dia dan beberapa lainnya melakukan eksperimen dan observasi yang mendukung teorinya dan menumbangkan teori spontanitas. Pasteur bener-bener sangat berjasa karena berhasil menumbangkan teori perkembangbiakan spontan.Ilmuan Jerman Robert Koch merupakan orang yang mengembangkan kriteria dan prosedur-prosedur penting untuk membuktikan pendapat bahwa mikroba tertentu, dan bukan mikroba lain, yang menyebabkan penyakit tertentu. Demonstrasi pertamanya dengan basilus antraks berlangsung pada tahun 1876. Antara tahun 1877 sampai akhir abad ke-19, identitas sejumlah agens penyakit bakteri berhasil dipastikan, termasuk di antaranya penyebab gonorrhea, tifus, lepra, tuberculosis, kolera, difteri, tetanus, pneumonia, pes, dan disentri. Periode ini (1875-1900) lebih dikenal dengan julukan periode bakteriologis kesehatan masyarakat.Walaupun kebanyakan temuan ilmiah di akhir abad ke-19 terjadi di Eropa, cukup banyak prestasi kesehatan masyarakat yang terjadi di Amerika. Undang-undang pertama yang melarang susu bermutu rendah (adulteracion) disahkan pada tahun 1856, survai kebersihan pertama dilakukan di New York City tahun 1864, dan Amerika Public Health Association didirikan tahun 1872. Marine Hospital Service memiliki wewenang baru untuk melaksanakan inspeksi dan investigasi karena dikeluarkannya Port Zuarantine Act tahun 1878. Pada tahun 1890, pasteurisasi pada susu mulai diperkenalkan, sementara pemeriksaan atas daging dimulai tahun 1891. Selama periode itu pula perawat pertama kali dipekerjakan oleh industry (1895)dan sekolah (1899). Juga pada tahun 1895, septic tank diperkenalkan untuk pengolahan air kotor. Pada tahun 1900, Mayor Walter Reed dari pasukan Amerika mengumumkan bahwa yellow fever ditularkan melalui nyamuk.6. Abad Kedua PuluhSaat dimulainya abad ke-20, angka harapan hidup masih kurang dari 50 tahun. Penyebab utama kematian adalah penyakit menular-influenza, pneumonia, tuberculosis, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit menular yang lain, misalnya, demam tifoid, malaria, dan difteri juga banyak menelan korban.Masalah kesehatan yang juga terjadi. Jutaan anak mengalami kondisi yang ditandai dengan diare takmenular atau kelainan bentuk tulang. Walau gejala pellagra dan rakitis sudah dikenal dan dijelaskan, penyebab penyakit itu masih menjadi misteri yang belum dipecahkan sampai pergantian abad. Penemuan bahwa kondisi itu disebabkan oleh defesiensi vitamin berjalan lambat karena sebagian ilmuwan mencari penyebab bakterialnya.Defisiensi vitamin dan salah satu kondisi pemicunya, kesehatan gigi yang buruk, merupakan hal yang sangat umum dijumpa di daerah kumuh kota-kota Amerika dan Eropa. Tidak tersedianya layanan prenatal dan pascanatal yang memadai menyebabkan tingginya angka kematian yang berkaitan dengan kehamilan dan kelahiran.Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia Abad Ke-16 Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan kolera. Dengan melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Tahun 1807 Pemerintahan Jendral Daendels, melakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan dalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi, tetapi tidak berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih. Tahun 1888 Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung, kemudian berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang, surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi.Tahun 1925 Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian dan kesakitan. Tahun 1927 STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.Tahun 1930 Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan Tahun 1935 Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi, dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal. Tahun 1951 -Diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y. Leimena dan dr Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Diyakini bahwa gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian disebut Puskesmas.Tahun 1952 - Pelatihan intensif dukun bayiTahun 1956 - Dr.Y.Sulianti mendirikan Proyek Bekasi sebagai proyek percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.Tahun 1967 Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe B, dan C. Tahun 1968 Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya/kabupaten.Tahun 1969 : Sistem Puskesmas disepakati dua saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter) dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita 1, dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.Tahun 1979 Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.Tahun 1984 Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi)Awal tahun 1990-an Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.Dalam ilmu kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh yakni, Asclepius dan Higela, yang kemudian muncul dua aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Pertama aliran kuratif dari kelompok Aclepius dan aliran preventiv dari golongan Higela, dua lairan tersebut saling berbeda dalam pengaplikasiannya pada kehidupan masyarakat. Aliran kuratif bersifat rektif yang sasarannya per-individu, pelaksanaanya jarak jauh dan kontak langsung dengan sasaran cukup sekali,kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gig, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan baik fisik, psikis, mental maupun sosial. Sedangkan aliran prevevtiv lebih bersifat proaktif atau kemitraan yang sasarannya masyarakat luas, Para petugas kesehatan masyarakat lulusan sekolah atau institusi masyarakat bebagai jenjang masuk dalam kelompok ini.1. Asclepius (Pendekatan Kuratif)a. Sasaran > individual, kontak dengan pasien sekali saja, jarak antara petugas & pasien cenderung jauh.b. Bersifat reaktifc. Secara partial2. Higeia (Pendekatan Preventif)a. Sasaran > masyarakat, masalahnya adalah masalah masyarakat dan hubungan antara petugas dengan masyarakat bersifat kemitraan.b. Bersifat proaktifc. Secara holistic

C. SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT1. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan (Pre Scientific Period).Sejarah kebudayaan peradaban masyarakat kuno yang berpusat di Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma (The Pre-Cristion Period). Pada saat itu pemerintah kota telah melakukan upaya-upaya pemberantasan penyakit. Sebagai bukti ditemukan dokumen-dokumen tentang peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah (drainase), pengaturan air minum, pembuangan sampah, dsb. (Hanlon, 1964). Dari hasil penemuan arkeologi pada saat itu telah dibangun WC Umum (Public Latrine) dan sumber air minum sendiri namun untuk alasan estetika, bukan untuk alasan kesehatan. Pada kerajaan Romawi Kuno, peraturan-peraturan yang dibuat bedasarakan alasan kesehatan. Dalam hal itu pegawai-pegawai kerajaan ditugaskan untuk melakukan supervisi ke lapangan ke tempat-tempat air minum (Public Bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi, dsb. (Notoadmodjo, 2005).a. Abad Pertama sampai Abad Ketujuh.Pada masa ini berbagai penyakit menyerang penduduk. Di berbagai tempat terjadi endemik atau wabah penyakit. Bahkan begitu banyaknya penyakit menular dan, oleh karena itu kesehatan masyarakat makin dirasakan pentingnya (Halon, 1964). Penyakit kolera menjalar dari Inggriske Afrika, kemudian ke Asia (khususnya Asia Barat dan Asia Timur) dan akhirnya sampai ke Asia Selatan. Pada Abad ke 7 India menjadi pusat endemik kolera. Selain kolera penyakit lepra menyebar dari Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui emigran. Upaya-upaya yang dilakukan adalah perbaikan lingkungan yaitu higiene dan sanitasi, pengusahaan air minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah menjadi bagian kehidupan masyarakat waktu itu (Notoadmodjo, 2005). b. Abad ke-13 sampai abad ke-17.Pada masa ini kejadian endemik Pes yang paling dasyat terjadi di China dan India, diperkirkan 13 juta orang meninggal. Catatan lain di India, Mesir dan Gaza 13.000 orang meninggal setiap harinya, atau selamah wabah tersebut jumlah kematian mencapai 60 juta orang. Pertistiwa tersebut dikenal dengan The Black Death. Pada abad tersebut Kolera juga menjadi masalah di beberapa tempat. Tahun 1603 terjadi kematian 1 diantara 6 orang karena penyakit menular. Tahun1965 meningkat menjadi 1 diantara 5 orang. Tahun 1759 tercatat penyakit-penyakit lain yang mewabah diantaranya Dipteri, Tifus, dan Disentri.

2. Periode Ilmu Pengetahuan (Scientific Period).Abad ke-18 sampai permulaan abad ke-19 (kebangkitan Ilmu Pengetahuan.Penyakit-penyakit yang muncul bukan saja dilihat sebagai fenomena biologis yang sempit, tetapi merupakan suatu masalah yang komplek. Pada masa ini juga ditemukan berbagai macam vaksin dan bahan disinvektans. Vaksin Cacar oleh Luis Pasteur, Asam Carbolic untuk sterilisasai ruangan operasi ditemukan oleh Joseph Lister, Ether untuk Anestesi oleh Williem Marton, dsb.Tahun 1832 di Inggris terjadi epidemic Kolera. Parlemen Inggris menugaskan Edmin Chadwich, seorang pakar sosial untuk memimpin penyelidikan penyakit tersebut. Atas laporanya tersebut Parlemen Inggris mengeluarkan UU tentang upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan dan tempat kerja, pabrik, dsb. John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah kesehatan.Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan tenaga kesehatan. Tahun 1883 Sekolah Tinggi Kedolteran didirikan oleh John Hopkins di Baltimore AS, dengan salah satu departemennya adalah Departemen Kesehatan Masyarakat. Tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar di Eropa, Kanada, dsb. Dari segi pelayanan masyarakat, pada tahun 1855 untuk pertamakalinya pemerintah AS membentuk Departemen Kesehatan yang merupakan peningkatan dari Departemen Kesehatahn Kota yang sudah terbentuk sebelumnya. Tahun 1972 dibentuk Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public Health Association) (Notoamodjo, 2005).

D. PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA.1. Masa Pra Kemerdekaan.Pada tahun 1807 Gubernur Jendral Daendels melakukan pelatihan praktik persalinan pada para dukun bayi. Pada tahun 1851 didirikan sekolah dokter Jawa di Batavia yaitu STOVIA. Tahun 1888 di Bandung didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran yang selanjutnya menjadi Lembaga Eykman sekarang. Pada Tahun 1913 didirikan Sekolah Dokter Belanda yaitu NIAS di Surabaya. Tahun 1922 terjadi wabah Pes, sehingga tahun 1933-1935 diadakan pemberantasan Pes dengan DDT dan vaksinasi massal.Hasil penyelidikan Hydric, petugas kesehatan pemerintah waktu itu, penyebab kesakitan dan kematian yang terjadi di Banyumas adalah kondisi sanitasi, lingkungan dan perilaku penduduk yang sangat buruk. Hydric kemudian mengembangankan percontohan dan propaganda kesehatan.2. Masa Era Kemerdekaan.a. Pra Reformasi.1. Masa Orde Lama.Pada tahun 1951 konsep bandung Plan diperkenalkan oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yaitu konsep pelayanan yang menggabungkan antara pelayanan kuratif dan preventif. Tahun 1956 didirikanlah proyek Bekasi oleh dr. Y. Sulianti di Lemah Abang, yaitu model pelayanan kesehatan pedesaan dan pusat pelatihan tenaga. Kemudian didirikan Health Centre (HC) di 8 lokasi, yaitu di Indrapura (Sumut), Bojong Loa (Jabar), Salaman (Jateng), Mojosari (Jatim), Kesiman (Bali), Metro (Lampung), DIY dan Kalimatan Selatan. Pada tanggal 12 November 1962 Presiden Soekarno mencanangkan program pemberantasan malaria dan pada tanggal tersebut menjadi Hari Kesehatan Nasional (HKN).2. Masa Orde Baru.Konsep Bandung Plan terus dikembangkan, tahun 1967 diadakan seminar konsep Puskesmas. Pada tahun 1968 konsep Puskesmas ditetapkan dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional dengan disepakatinya bentuk Puskesmas yaitu Tipe A, B & C. Kegiatan Puskesmas saat itu dikenal dengan istilah Basic. Ada Basic 7, Basic 13 Health Service yaitu : KIA, KB, Gizi Mas., Kesling, P3M, PKM, BP, PHN, UKS, UHG, UKJ, Lab, Pencatatan dan Pelaporan. Pada tahun 1969, Tipe Puskesmas menjadi A & B. Pada tahun 1977 Indonesia ikut menandatangi kesepakatan Visi : Health For All By The Year 2000, di Alma Ata, negara bekas Federasi Uni Soviet, pengembangan dari konsep Primary Health Care. Tahun 1979 Puskesmas tidak ada penTipean, dan dikembangkan piranti manajerial Perencanaan dan penilaian Puskesmas yaitu Micro Planning dan Stratifikasi Puskesmas. Pada tahun 1984 dikembangkan Posyandu, yaitu pemngembangan dari pos penimbangan dan karang gizi. Posyandu dengan 5 programnya yaitu, KIA, KB, Gizi, Penangulangan Diare dan Imunisasi dengan 5 Mejanya (Notoadmodjo, 2005). Pada waktu-waktu selanjutnya Posyandu bukan saja untuk pelayanan Balita tetpai juga untuk pelayanan ibu hamil. Bahkanpada waktu-waktu tertentu untuk promosi dan distribusi Vit.A, Fe, Garam Yodium, dan suplemen gizi lainnya. Bahkan Posyandun saat ini juga menjadi andalah kegiatan penggerakan masyarakat (mobilisasi sosial) seperti PIN, Campak, Vit A, dsb. b. Reformasi.Waktu terus bergulir, tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi. Kemiskinan meningkat, kemampuan daya beli masyarakat rendah, menyebabkan akses ke pelayanan kesehatan renda, k