Backup Lapter

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

LAPORANPRAKTIKUM KIMIA IV

JUDULPERCOBAAN VIREAKSI SENYAWA KARBONIL DENGAN KARBANION

Disusun oleh :Indah Ilmiyatul Mufida 24030110120012Afrianti Reza Kusuma 24030110120018Intan Kurnia Putri 24030110120015Reza Raudiyatul Jannah 24030110130058Yulia Milarsih 24030110130059Dwi Hariyono 24030110120040Mufid Ainun24030110120004Muslimin24030111150002Diky Yopianto24030111150003JURUSAN KIMIAFAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKAUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2012ABSTRAK

Percobaan reaksi senyawa karbonil dengan karbanion bertujuan memahami salah satu aspek penting dalam sintesis organik. Prinsip percobaan ini adalah reaksi senyawa karbonil dengan karbanion dengan memanfaatkan sifat keasaman hydrogen alfa. Percobaan ini menggunakan metode refluks dan kristalisasi, refluk adalah mempertahankan reaksi dengan pemanasan dan pengembunan uanya kembali kelabu reaksi, kristalisasi adalah pemurnian dengan pembentukan Kristal yang didasarkan pada perbedaan kelarutan antara zat yang dimurnikan dengan pelarutnya. Reagen-reagen yang digunakan pada percobaan ini adalah benzaldehid, asam malonat, piridin dan piperidin. Dalam percobaan melibatkan beperapa reaksi, antara lain : reaksi kondensasi, dehidrasi, dan dekarboksilasi. Asam sinamat yang dihasilkan pada percobaan A sebesar 3.50 gram dengan rendemen 118,24 % dan memiliki titik leleh sebesar 130C. Asam sinamat pada percobaan B didapatkan 2,02 gram rendemen prosentasenya 68,24 % dan titik lelehnya 1260C.

Kata Kunci : Refluk, Pemurnian, Kristalisasi, Kondensasi, Kelarutan

PERCOBAAN VIREAKSI SENYAWA KARBONIL DENGAN KARBANION

I. TUJUAN PERCOBAANMemahami salah satu aspek penting dalam sintesis organik.II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian KarbanionKarbanion adalah sejenis anion dari karbon yang memiliki satu pasang elektron menyendiri. Karbanion memiliki geometri trigonal piramida dan secara formal merupakan konjugat basa dari asam karbon.Karbanion merupakan sejenis nukleofil. Stabilitas dan reaktifitas karbanion ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :1. Efek induktif. Atom-atom elektron negatif yang berada disekitar muatan akan menstabilkan muatan tersebut.2. Hibridisasi dari atom yang bermuatan. Semakin banyak karakter s dari atom bermuatan tersebut, semakin stabil anion tersebut.3. Konjugasi dari anion. Efek resonansi dapat menstabilisasi anion. Hal ini terutama terjadi pada anion yang terstabilisasi oleh karena aromatisitas asamKarbanion merupakan zat reaktif dan sering ditemukan pada reaksi kimia organik. Walaupun merupakan zat antara, terdapat pula karbanion yang stabil.(Wikipedia,2008)

2.2 Pembentukan KarbanionDalam setiap senyawa organik seperti (1) yang memiliki ikatan C-H dapat berperan sebagai asam dalam pengertian klasik, yakni memberikan proton pada basa, sehingga asam konjugat (2) yang terjadi merupakan suatu karbanion.

(1) (2)Cara yang lazim untuk pembentukan karbanion adalah dengan penyingkiran suatu atom atau gugus X dari karbon, sehingga meninggalkan pasangan elektron ikatannya.

Sampai saat ini gugus pergi adalah atom H, gugus yang lain CO (dekarboksilasi)

Suatu alkana mempunyai kecenderungan yang kecil untuk melepaskan proton dan membentuk karbanion karena alkana tidak memiliki struktur yang dapat meningkatkan keasaman atom H atau memantapkan karbanion yang terjadi. (Hendayana,2002)

Contoh Reaksi karbonil(Wikipedia,2008)2.3Pemantapan karbanionStruktur R-H dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat meningkatkan penghilangan atom H oleh basa yaitu dengan membuatnya lebih asam atau dengan pemantapan karbanion yang terjadi , kemantapan karbanion disebabkan antara lain :1. Peningkatan sifat S karbon karbanionOrbital s lebih dekat ke inti daripada orbital P dan energinya lebih rendah, pasangan elektron dalam orbital sp1 lebih dekat dan lebih erat ke atom karbon daripada pasangan elektron dalam orbital sp2 dan sp3, akibatnya elektronegativitas meningkat, hal ini membuat lepasnya atom tetapi juga memantapkan karbanion yang terbentuk.2. Pengaruh imbasan tarikan elektron3. Konjugasi pasangan bebas karbanion dengan suatu ikatan rangkap 4. Aromatisitas (Hamada,2004)

2.4Senyawa Karbonil

Gugus karbonil terdiri atas sebuah atom karbon sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom oksigen oleh sebuah ikatan sigma dan sebuah ikatan phi. Ikatan- ikatan sigma gugus karbonil terletak dengan sudut ikatan sekitar 1200 karbon sp2. Ikatan phi yang menghubungkan C dan O terletak diatas dan dibawah ikatan sigma.Gugus ini bersifat polar dengan elektronegatif. Oksigen atau gugus karbonil mempunyai dua gugus pasang elektron, menyendiri, semua sifat- sifat struktur ini, ke dalam ikatan phi, polaritasnya dan adanya elektron menyendiri, menyebabkan kereaktifan gugus karbonil suatu senyawa karbonil dapat diserang baik oleh suatu nukleofil maupun elektrofil. Senyawa karbonil antara lain:SenyawaStrukturFormula Umum

Aldehid

RCHO

Keton

RCOR'

Asam karboksilat

RCOOH

Ester RCOOR'

Amida

RCONR'R''RC(O)N(R') R''

Enone

RC(O)C(R)CR''R'''

Alkil klorida

RCOCl

Asam anhidrid

(RCO)2O

(Wikipedia,2008)2.5Reaktivitas Hidrogen AlfaSebuah hidrogen alfa terhadap suatu gugus karbonil adalah bersifat asam dan dapat disingkirkan oleh suatu basa kuat. Hidrogen alfa bersifat asam karena resonansi ion enolatnya:

Hidrogen alfa suatu ester lebih sukar disingkirkan daripada hidrogen alfa suatu aldehid atau keton karena oksigen karbonil berperan serta dalam delokalisasi suatu ester, oksigen karbonil telah mengemban muatan - dari delokalisasi elektron-elektron pada oksigen alkoksil. Oleh karena itu, gugus karbonil kurang mampu mendekolalisasi muatan negatif anionik dari enolat. Struktur resonansi dari suatu ester yang khas etil asetat adalah sebagai berikut:

Jika suatu hidrogen adalah alfa terhadap dua gugus karbonil muatan negatif pada anionnya dapat dilokalisasi oleh kedua gugus C=O. Hidrogen semacam itu lebih asam dari pada hidrogen alkohol. Dapat diperoleh enolat dengan konsentrasi tinggi bila suatu senyawa dikarbonil diolah dengan suatu alkoksida.

Struktur resonansi dari enolat:

(Fessenden,1999)Ikatan-ikatan karbon biasanya stabil, non polar dan tidak bersifat asam. Dengan adanya gugus karbonil terjadilah hidrogen alfa yang bersifat asam. Jika suatu hidrogen berposisi alfa terhadap dua gugus karbonil, maka hidrogen ini cukup asam sehingga dapat dibentuk garam dengan mengolah senyawa itu dengan alkoksida. pKa etil asetat adalah 11, ester ini lebih asam daripada etanol (pKa=16) atau air (pKa=15,7). Pengolahan senyawa - dikarbonil ini dengan natrium etoksida (basa kuat lain seperti NaOH atau NaNH2) akan menghasilkan garam natrium. Biasanya natrium hidroksida tidak digunakan untuk keto ester karena gugus ester akan mengalami hidrolisis NaOH dan air.

(Fessenden,1999)Hidrogen yang posisinya alfa terhadap gugus karbonil bersifat asam karena:1. Karbon alfa berdekatan dengan satu atau lebih atom karbon yang positif sebagian. Karbon alfa ikut juga mengambil sebagian muatan positif ini (efek induktif), sehingga ikatan C-H menjadi dilemahkan.

2. Hal yang lebih penting adalah stabilitas dari ion enolat yaitu anion yang terbentuk jika proton lepas. Dari struktur resonansi nampak bahwa muatan negatif diemban oleh oksigen-oksigen karbonil maupun oleh karbon alfa. Delokalisasi muatan ini menstabilkan ion enolat dan mendorong pembentukannya.Berdekatan dengan satu gugus karbonil :

Berdekatan dengan dua gugus karbonil :

(Fessenden,1999)

2.6Keasaman Hidrogen AlfaHidrogen yang berposisi bersifat asam karena stabilitas resonansi dari ion enolat produknya. Hidrogen suatu ester lebih sukar disingkirkan daripada hidrogen aldehid atau keton, karena oksigen karbonil telah berperan serta dalam delokalisasi.Karena hidrogen dari suatu ester sulit disingkirkan, maka sifat keasaman suatu ester sederhana tidak seasam keton.Hidrogen posisi terhadap gugus karbonil bersifat asam karena :1. Karbon berdekatan dengan satu atau lebih atom karbon yang positif sebagian, karbon ini juga ikut mengambil sebagian muatan positif ini (efek induktif) sehingga ikatan C-H menjadi lemah.

2. Hal yang lebih penting adalah stabilisasi resonansi ion enolat, yakni anion terbentuk bila proton lepas dari struktur tampak bahwa muatan negatif diemban oleh oksigen-oksigen karbonil maupun karbon . Delokalisasi muatan ini menstabilkan ion enolat dan mendorong pembentukannya.Berdekatan dengan satu gugus karbonil :

Berdekatan dengan dua gugus karbonil :

(Fessenden, 1999)2.7 KondensasiAdalah 2.7.1Kondensasi KnoevenagelKondensasi Knoevenagel adalah reaksi antara sebuah aldehid dan suatu senyawa yang mempunyai hidrogen alfa terhadap dua gugus pengganti (seperti CO atau CN) dengan menggunakan ammonia atau suatu amina sebagai katalis.Contoh reaksi:

(Hart,1990)2.7.2Kondensasi AldolPada gugus karbonil aldehid reaksi ini membentuk dasar bagi kondensasi aldol yaitu reaksi pembentukan ikatan kation yang sangat bermanfaat. Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tak dilepaskan suatu molekul kecil. Kondensasi aldol paling sederhana adalah gabungan molekul sederhana yaitu dua molekul asetaldehid yang terjadi jika larutan aldehid diberi larutan basa.

Reaksi menghasilkan aldol (dari kata aldehid dan alkohol). Kondensasi aldol dapat berlangsung jika asetaldehid diolah dengan natrium hidroksida (larutan) membentuk ion enolat dalam konsentrasi rendah. Reaksi itu reversibel karena ion enolat ini bereaksi akan terbentuk lagi yang baru.

Ion enolat bereaksi dengan suatu molekul aldehida yang lain dengan cara mengadisi kepada karbon karbonil untuk membentuk suatu ion alkoksida, yang kemudian merebut sebuah proton dari dalam air untuk menghasilkan aldol produk itu.

(Fessenden, 1999)2.8DehidrasiSuatu senyawa karbonil hidroksi, seperti suatu aldol mudah mengalami dehidrasi karena ikatan rangkap dalam produk berkonjugasi dengan gugus karbonilnya. Oleh karena itu, suatu aldehida tak jenuh , dapat dengan mudah diperoleh sebagai produk suatu kondensasi aldol.

(Fessenden,1999)Bila dehidrasi menghasilkan suatu ikatan rangkap yang berkonjugasi dengan suatu cincin aromatik, seringkali dehidrasi itu spontan, bahkan juga dalam larutan basa.

(Fessenden,1999)2.9 Dekarboksilasi

Suatu senyawa dengan suatu gugus karboksil beta terhadap suatu gugus karbonil akan mengalami dekarboksilasi (kehilangan CO2) bila dipanaskan temperatur yang dibutuhkan beranekaragam menurut macamnya senyawaan. Dekarboksilasi berlangsung lewat suatu keadaan transisi siklik. (Fessenden,1999)Keadaan transisi mengharuskan hanya suatu gugus karboksil terhadap gugus karboksil. Gugusgugus karbonil ini tidak pada suatu gugus keton. Jika ester malonat (tersubstitusi maupun tidak) dihidroisis dalam larutan asam yang panas terbentuklah suatu dua asam dan dapat mengalami dekarboksilasi.(Fessenden,1999)2.10 RefluksRefluks adalah mendidihkan larutan dalam wadah yang disambung kondensor sehingga cairan terus menerus kembali kedalam wadah. Waktu yang diperlukan dalam proses ini relatif singkat dan tidak memerlukan sedikit perhatian. Suhu pada tabung reaksi tetap saat mendekati titik didih larutan (suhu sebenarnya), dinaikkan diatas titik didih larutan pada tingkat yang ditentukan dengan konsentrasi larutan non-volatif.(Wilcox, 1995)

2.11 Kristalisasi Dalam proses kristalisasi ada beberapa cara yang dilakukan yaitu :a. Pendinginan Larutan yang dikristalkan didinginkan perlahan-lahan sehingga mengkristal. Metode ini digunakan untuk zat yang kelarutannya kecil bila suhu diturunkan.b. Penguapan solvenLarutan yang dikristalisasi merupakan campuran antara solven dengan rista, setelah dipanaskan maka solven akan menguap yang tinggal adalah kristalnya. Metode ini dipakai bila penurunan suhu tidak begitu mempengaruhi kelarutan zat dalam pelarutnya. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah. c. Evaporasi AdiabatisDilakukan dalam ruang vakum. Larutan panas dimasukkan ruang vakum dimana tekanan totalnya lebih rendah dari tekanan solvennya. Pada suhu saat larutan dimasukkan ke dalam ruang vakum solven akan menguap cepat dan penguapan akan menyebabkan pendinginan secara kristal. d. Salting OutPrinsipnya adalah menambah suatu zat untuk mengurangi daya larut zat yang akan dikristalkan. Zat ketiga harus mempunyai sifat menurunkan daya larut solven terhadap kristal bila diaduk rata. Kristal akan tebentuk bila daya larut solven pada suhu tersebut turun.(Gibson, 1958)Langkah-langkah kristalisasi : Campuran senyawa yang akan dimurnikan dilarutkan dalam pelarut yang cocok pada kristal dekat titik didihnya. Menyaring larutan panas untuk memisahkan zat pengotor yng tak terlarutkan. Mendinginkan kristal sehingga senyawa mengkristal. Memisahkan kristal Kristal dari larutan. Mencuci kristal lalu mengeingkannya. (Cahyono, 1991)2.12 RekristalisasiRekristalisasi adalah melakukan tahapan kristalisasi sekali lagi pada Kristal yang telah dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang sukar larut dalam pelarut dan terdapat dalam jumlah banyak. Penambahan pelarut panas pada kristalisasi pertama hanya melarutkan sedikit kotoran tersebut dan setelah dingin kotoran akan mengkristal dan mengkontaminasi produk. Oleh karena itu, perlu dilakukan rekristalisasi.(Cahyono, 1991)Seringkali senyawa padat yang kita inginkan masih tercampur dengan zat padat lain. Oleh karena itu, untuk mendapatkan zat padat tersebut perlu dimurnikan dulu caranya dengan rekristalisasi.Prinsip dasar rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat yang tidak diinginkan. Campuran senyawa yang akan dimurnikan dilarutkan dalam pelarut yang cocok (untuk senyawa yang diinginkan), untuk memisahkan pengotor dilakukan pengeringan . Senyawa cair hasil saringan diuapkan hingga jenuh diamkan hingga mengkristal.Adapun cara memilih pelarut yang cocok adalah :a. Pelarut yang dipilih sebaiknya hanya melarutkan zat yang kita inginkan, pengotor tidak larut.b. Pelarut yang digunakan memiliki titik didih rendah, agar mempermudah proses pengeringan. Titik didih pelarut hendaknya lebih rendah dari pada titik didih zat padat yang dilarutkan, agar zat tersebut tidak terurai saat penguapan.c. Pelarut harus inert, artinya tidak bereaksi dengan zat yang akan dimurnikan.(Cahyono, 1991)2.13 Penentuan Titik LelehTitik leleh suatu kristal zat padat adalah suhu dimana padatan itu mulai berubah menjadi cair di bawah tekanan 1 atm ( keadaan seimbang antara zat padat dan cair ). Untuk senyawa murni perubahan dari keadaan padat menjadi cair sangat tajam ( dalam 0,5 C ). Oleh karena itu suhu ini baik untuk identifikasi. Titik leleh dipengaruhi dengan adanya senyawa lain dan karena itu titik leleh sangat penting untuk mempengaruhi kemurnian senyawa. Jika suatu cairan didinginkan akan terjadi padatan pada suatu suhu dan untuk senyawa murni titik leleh sama dengan titik beku.(Soebadi,1978)

2.14 Analisa Bahan2.14.1 Asam klorida (HCl)BM= 36,47, kandungan Cl= 97,27 %, H= 2,76 %, titik didih= 85,05C, titik leleh= 144,22 C, densitas 1,268, tidak berwarna, korosif, gas yang tidak berwarna larut dalam metanol, air, dan eter. (Budaveri,1989)2.14.2 Etanol (C2H5OH)Berbentuk zat cair, tidak berwarna, rasa dan baunya khas, titik didih = 70,5 C, sebagai pelarut, bahan bakar dan minuman, bila terbakar di udara berwarna biru.(Daintith,1994)2.14.3 Benzaldehida (C6H5CHO)Berbentuk zat cair, tidak berwarna, larut dalam campuran alkohol dan eter dan sedikit larut dalam air. Benzaldehida terdapat dalam buah badam dan ceri, digunkan sebagai pelarut, perasa makanan dan pewangi.Struktur benzaldehida :

(Basri,1996) 2.14.4 Piridin (N(CH)4CH)Berbentuk cair, berwarna kuning pucat, berasa pedas, beracun, mudah terbakar, mudah meledak, dan larut dalam eter, alkohol, benzena, dan air, digunakan dalam pembuatan vitamin, obat-obatan, fungisida. Struktur piridin :

(Basri,1996)2.14.5 Asam Malonat Asam dwikarboksilat berwujud kristal putih, mempunyai titik leleh 132 C, Senyawa ini mengurai diatas titik lelehnya menjadi asam etanoat dapat digunakan untuk mensitesis asam dwikarboksilat lainnya Struktur asam malonat :

(Daintith, 1994)2.14.6 Piperidin Mempunyai titik didih : 106 C, mempunyai titik beku -9 C mempunyai pKa = 2.88, mempunyai Ka = 1,6 .10 -3Struktur piperidina :

(Daintith,1994)2.14.7 Aquades BM= 18,016 g/mol, massa jenis= 1,32 g/cm3, titik didih 100C, titik beku 0C, larut dalam dietil alkohol, sebagai pelarut, bersifat polar dengan momen dipol 1,84 D.(Basri,1996)III.METODE PERCOBAAN3.1 Alat dan Bahan3.1.1 Alat Erlenmeyer 150 mL Pengaduk Penyaring Corong gelas Penangas air Kompor listrik Gelas beker Gelas ukur Neraca Gelas arloji3.1.2 Bahan Benzaldehida Piridin Asam Malonat Piperidin Asam Klorida (HCl) 5M Etanol Aquades Es

3.2 Skema AlatRangkaian Refluks

3.3 Skema kerja 3 gram benzaldehid + 3 gram asam malonat + 6 mL piridin + 4 tetes piperidin

Labu bulat

Perefluksan dengan penangas air 50 menitCampuran

Pendidihan selama 7 menit Pendinginan Penambahan beberapa butir es Penambahan 40 mL HCl 5 M PenyaringanResidu

Filtrat

Pencucian dengan air es Pengkristalisasian menggunakan air etanol Pengeringan Kristal Penimbangan Penghitungan randemen Penentuan titik lelehHasil

IV. DATA PENGAMATAN

NOPERLAKUANHASIL

1. 3 gram benzaldehid + 3 g asam malonat + 6 mL piridin + 4 tetes piperidin. Perefluksan selama 50 menit.

Pendidihan selama 7 menit

Pendinginan Penambahan HCl 5M 40 mL sambil diaduk terus menerus

Penyaringan

Pencucian residu dengan air es Pencucian dengan air-etanol sebanyak 2x Penyaringan A dan B, Warna awal campuran kuning bening dan berbau menyengat serta menyengat hidung. Cairan campuran berwarna kuning muda berbau menyengat. Tercium bau yang sangat menyengat, cairan campuran berwarna kuning tua, terdapat embun yang menetes pada bagian dalam gelas beker, campuran berubah warna menjadi coklat muda. Cairan campuran tetap berwarna coklat. Cairan campuran menjadi putih keruh dan warna coklat dari cairan perlahan menghilang. Didapatkan filtrat= bening, residu= endapan putih agak kekuningan. Endapan tetap putih agak kekuningan. Larutan putih, endapan putih kekuningan. Didapatkan Kristal asam Sinamat berwarna putih yang berukuran kecil-kecil dan berbau menyengat. A. waktu 50 menit : Berat asam Sinamat 3,05 gram. Titik Leleh 1300C. B. waktu 60 menit : Berat asam sinamat 2.02 gram. Titik leleh 130 0C.

V. Perhitungan A

Diketahui :m asam malonat = 3 gramBM asam malonat = 104 g/molV benzaldehida = 3 ml BM benzaldehida = 106 g/molm asam sinamat = 3,50 gramBM asam sinamat = 148 g/mol

Ditanya :% rendemen asam sinamat ?

Dijawab :

Benzaldehida = 1,04 g/ml

Benzaldehida = m v1.04 g/ml = m 3 ml1.04 g/ml . 3ml = m m = 3.12 gram

3,12 gMol benzaldehida = ---------------- = 0,03 mol 106 g/mol

3 gMol asam malonat = ---------------- = 0,03 mol 104 g/mol

Reaksinya

Benzaldehida asam sinamat asam malonat

M =0,03 mol : 0,03 mol R =0,03 mol : 0,03 mol : 0,02 mol :0,02 mol :0,02 mol S = - mol - mol :0,02 mol :0,02 mol :0,02 mol

m asam sinamat = mol x BM = 0,03 mol x 148 g/mol = 4,44 g

Rendemen nyata% rendemen asam sinamat = ------------------------ x 100 %Rendemen teoritis3,50 g = ------------------------- x 100 % = 78,82%4,44 g

Perhitungan B

Diketahui :m asam malonat = 3 gramBM asam malonat = 104 g/molv Benzaldehid = 3 ml BM benzaldehida = 106 g/molm asam sinamat = 2,02 gramBM asam sinamat = 148 g/mol

Ditanya :% rendemen asam sinamat ?

Dijawab :

Benzaldehida = 1,04 g/ml Benzaldehida = m v1.04 g/ml = m 3 ml1.04 g/ml . 3ml = m m = 3.12 gram 3,12 gMol benzaldehida = ---------------- = 0,03 mol 106 g/mol

3 gMol asam malonat = ---------------- = 0,03 mol 104 g/molReaksinya

Benzaldehidaasam malonatas.sinamat

M =0,03 mol:0,03 mol: R =0,03 mol:0,03 mol:0,03 mol : 0,03 mol : 0,03 mol S = - mol: - mol: 0,03 mol : 0,03 mol : 0,03 mol

m asam sinamat = mol x BM = 0,03 mol x 148 g/mol = 4,44 gRendemen nyata% rendemen asam sinamat = ------------------------ x 100 %Rendemen teoritis2,02 g = ------------------------- x 100 % = 45,49 %4,44 g

VI. HipotesisPercobaan ini bertujuan untuk dapat memahami salah satu aspek penting dalam sintesis organic. Prinsip dari percobaan ini adalah reaksi senyawa karbonil dengan karbanion dengan memanfaatkan sifat keasaman hydrogen alfa. Metode yang digunakan adalah refluk, kristalisasi dan rekristalisasi, prinsip metode refluk adalah mempertahankan reaksi dengan pemanasan dan pengembunan uapnya kembali ke labu reaksi. Metode kristalisasi memiliki prinsip pemurnian dengan pembentukan Kristal yang didasarkan pada perbedaan kelarutan antara zat yang dimurnikan dengan pelarutnya. Metode rekristalisasi memiliki prinsip pembentukan Kristal kembali untuk memperoleh Kristal murni. Hasil yang diperoleh berupa Kristal putih asam sinamat.

VII. PEMBAHASANPercobaan Reaksi Senyawa Karbonil dengan Karbanion bertujuan untuk memahami salah satu aspek penting dalam sintesis organik. Prinsip dari percobaan ini adalah reaksi senyawa karbonil dengan karbanion dengan memanfaatkan sifat keasaman hidrogen alfa .Metode yang digunakan adalah metode refluks dan metode kristalisasi dan rekristalisasi. Percobaan ini menggunakan benzaldehida, asam malonat, piridin, dan piperidin sebagai reagen. Dengan melibatkan reaksi kondensasi, reaksi dehidrasi, dan reaksi dekarbolsilasi.Percobaan ini dilakukan dengan merefluks campuran dari benzaldehida, asam malonat, piridin dan piperidin selama 50 menit(A) dan 60 menit(B). Sebelum proses refluks berlangsung, campuran reagen ini berwarna bening kuning dan berbau sangat menyengat. Benzaldehida berfungsi sebagai penyedia karbonil, asam malonat berfungsi sebagai sumber karbanion, piridin sebagai pelarut, dan piperidin berfungsi sebagai katalis basa. Prinsip dari metode refluks adalah pemanasan dan pengembunan uap campuran suatu bahan di dalam labu reaksi yang disambung dengan kondensor sehingga hasil pengembunan uapnya kembali ke labu reaksi secara terus-menerus.(Wilcox,1995)

Reaksi yang terjadi secara keseluruhan:

Benzaldehidaasam malonatasam sinamat (Fessenden, 1999)Untuk menghasilkan asam sinamat, benzaldehida dan asam malonat mengalami beberapa tahapan tahapan reaksi meliputi reaksi kondensasi, reaksi dehidrasi, dan reaksi dekarboksilasi. Mekanisme reaksinya adalah : Arah penyerangan elektron nya cek lagi,,?

1. Reaksi pembentukan karbanion

Asam malonat Piperidin enolat (Fessenden, 1999)Asam malonat akan berperan sebagai sumber karbanion, yakni atom C yang bermuatan negatif. Enolat merupakan garam senyawa karbonil yang mengandung atom karbon nukleofilik. (Fessenden,1999)Kenapa H alfa bersifat asam?

Pada reaksi ini, H yang lepas merupakan hidrogen alfa yang bersifat asam karena pada keadaan asam, hidrogen kekurangan elektron dan lebih elektropositif sehingga lebih cepat diserang. Sehingga untuk memutuskan ikatannya dibutuhkan basa. H alfa akan mudah lepas oleh basa kuat. Piridin dan piperidin sama-sama bersifat basa. Harga Pkb piridin 8,75 yang merupakan basa organik dengan hibridisasi sp2. Pasangan elektron bebas nitrogen lebih tertarik ke arah cincin aromatis sehingga sifatnya basa dan kenukleofilannya agak rendah. Sedangkan piperidin memiliki harga Pkb 2,88 yang merupakan basa organik dengan hibridisasi sp3.Pasangan elektron bebas mendapat induksi gugus alkil sehingga meningkatkan kebasaan dan kenukleofilannya. ( Fessenden,1999). Namun, dalam reaksi yang menyerang C alfa pada struktur asam malonat adalah piperidin. Sedangkan piridin hanya berperan sebagai pelarut yang bersifat basa. Karena piperidin hanya bersifat sebagai katalis, maka pada hasil reaksi akan terbentuk kembali. Piperidin mampu menyerang C karbanion karena piperidin memiliki karakter s yang lebih kecil (pada karakter orbital sp2) dimana elektron bebasnya tidak mudah tertarik ke inti sehingga berdasarkan teori basa Lewis maka elektron bebas yang berada diluar mudah melepaskan pasangan elektron. Sedangkan piridin memiliki karakter s yang besar sehingga elektronnya lebih tertarik ke inti sehingga elektron bebasnya tidak mudah lepas (Fessenden,1999). Oleh karena itu, piperidin lebih basa dari pada piridin. Karena piperidin lebih mudah menyumbangkan elektron. Gugus amina dari piperidin akan menyerang C alfa dari asam malonat sehingga asam malonat menjadi suatu karbanion.Berapa nilai Pkb piridin dan piperidinnya, terus dari nilai trsbt jlskn knapa piridin lbh bersifat asam dari pada piperidin?

2. Reaksi KondensasiReaksi Kondensasi adalah penggabungan dua molekul atau lebih tanpa hilangnya molekul-molekul lainnya. (Fessenden,1999)

Sehingga atom C yang bermuatan negatif dari karbanion akan menyerang atom C yang bermuatan positif dari benzaldehid (atom C karbolil). Pada benzaldehida, atom O memiliki elektron bebas yang menyebabkan atom O bermuatan lebih negatif dibandingkan atom C. Akibatnya atom C yang diserang oleh karbanion.

Benzaldehidaenolat (Fessenden,1999)Sedangkan O yang masih bermuatan parsial negatif akan menyerang H parsial positif yang berasal dari pelepasan asam malonat.

(Fessenden,1999)Reaksi ini terjadi saat benzaldehid, asam malonat, piridin, dan piperidin dicampurkan dan direfluks. Pada saat refluks berlangsung pula proses dehidrasi.3.Reaksi DehidrasiReaksi dehidrasi merupakan proses pelepasan molekul H2O dan pembentukan ikatan rangkap. (Fessenden,1999)Fungsi dari proses dehidrasi adalah melepaskan H2O, dimana didapatkan H+ dari bagian enolat dan OH- dari bagian benzaldehida.Arah perpindahan elektron nya cek lagi,,?

(Fessenden,1999)Setelah proses refluks berlangsung, pada refluks yang 50 menit (A) di dapatkan campuran yang berwarna kuning muda dan berbau menyengat sedangkan pada refluks yang 60 menit (B) di dapatkan campuran yang berwarna kuning kecoklatan dan berbau menyengat, maka campuran hasil refluks berwarna kuning kecoklatan karena suhu yang terlalu panas. 4. Reaksi DekarboksilasiReaksi dekarboksilasi adalah reaksi pelepasan CO2 yang berlangsung melalui suatu keadaan transisi siklik (Fessenden,1999)Kemudian campuran ini dididihkan selama 7 menit yang tujuannya agar reaksi dekarboksilasi dapat berlangsung. Dimana CO2 akan terlepas dan H+ terikat pada C. Sehingga di dapatkan asam sinamat dan campuran berwarna coklat muda. Proses pendidihan ini akan membuat campuran menjadi jenuh.

Asam sinamat(Fessenden,1999)Setelah itu, dilakukan proses pendinginan yang merupakan proses kristalisasi. Fungsinya adalah untuk mempermudah pembentukan kristal asam sinamat. Untuk kebanyakan zat, apabila larutan jenuh panas didinginkan, kelebihan zat padat akan mengkristal. (Keenan,1994)Pendinginan dilakukan dengan menggunakan es batu yang tujuannya agar suhu menurun secara drastis. Penurunan suhu yang berjalan cepat akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan inti kristal dimana pertumbuhan inti kristal akan berjalan lebih cepat dari pada kecepatan pertumbuhan kristal sehingga di dapatkan kristal yang kecil, rapuh, dalam jumlah yang banyak.Pengaruh penurunan suhu terhadap terjadinya kristal, apabila penurunan suhu berjalan dengan cepat maka kecepatan tumbuhnya inti kristal lebih cepat sehingga kristal yang diperoleh kecil, rapuh, dan banyak.(Austin,1986)Selanjutnya ditambahkan beberapa mL HCl 5 M (tetes demi tetes) ke dalam campuran sehingga membuat campuran menjadi keruh dan warna coklat perlahan menghilang. Fungsi dari HCl adalah untuk menetralkan katalis basa yang masih terdapat dalam campuran. HCl akan mengikat piridin dan piperidin sehingga asam sinamat terbebas dari katalis basa. Selain itu HCl berfungsi sebagai protonasi. Protonasi dapat menambah muatan positif pada karbon karbonil sehingga lebih mudah diserang oleh nukleofil lemah. Seteleh itu, dilakukan penyaringan sehingga di dapatkan endapan kristal putih agak kekuningan. Endapan yang didapat kemudian dicuci dengan air es yang fungsinya untuk memperkuat bentuk kristal, karena semakin dingin maka kristal akan semakin kuat dan tidak mudah pecah. Setelah dicuci dengan air es, kristal dicuci dengan campuran air-etanol 1: 1 sebanyak 2 kali yang fungsinya menghilangkan pengotor yang bersifat polar dan nonpolar (fungsi air-etanol apalagi?). Karena air bersifat polar, maka air akan mengikat pengotor yang sifatnya juga polar, contohnya HCl, piridin, dan piperidin. Sedangkan etanol yang sifatnya semipolar akan mengikat pengotor yang bersifat nonpolar dan pengotor polar yang tidak terikat oleh air,contohnya sisa sisa piridin dan piperidin. Kemudian dilakukan penyaringan sehingga di dapatkan kristal asam sinamat yang berwarna putih keruh, berukuran kecil-kecil, dan berbau menyengat sebanyak 3.05 gram dan rendemen prosentasenya sebesar 78,82 % dengan titik leleh 1300C. Sedangkan pada B kristal asam sinamat yang didapat 2.02 gram, rendeman prosentasenya 45,49% dan titik leleh 1260C. Titik leleh adalah suhu dimana suatu zat berubah dari bentuk padat ke bentuk cair. Cara menentukan titik leleh adalah dengan memanaskan dan mengamati suhu zat padat ketika tepet berubah wujud menjadi cair. (Wilcox,1995)Dari percobaan ini telah didapatkan titik leleh asam sinamat yang belum sesuai dengan literature, karena suhu titik leleh yang didapat hanya 1300C sedangkan pada literature 1330C.(Pudjaatmaka,2002)Hasil percobaan ini mengalami perbedaan, baik itu ditinjau dari jumlah kristal yang terbentuk maupun dari besarnya titik leleh yang terlihat. Pada asam sinamat B jumlah kristal yang terbentuk lebih sedikit dari pada asam sinamat A, hal ini di perkirakan terjadi akibat kurangnya penambahan HCl pada saat proses protonasi. Ini terbukti ketika dilakukan pemisahan kristal dengan larutan filtratnya, pada filtrat masih terjadi pembentukan kristal pada saat dicelupkan pada air dingin(maksudnya?). Sedangkan untuk perbedaan titik didih diperkirakan akibat proses pengeringan yang belum sempurna, sehingga kandungan pelarutnya masih ada(Cek lagi?).

+ cara penentuan rendemen prosentasenya gmana,,?

VIII. KESIMPULAN8.1 Salah satu aspek penting dalam sintesis senyawa organik adalah reaksi senyawa karbonil dengan karbanion.8.2 Sintesis asam sinamat melalui beberapa tahapan, yaitu tahap pembentukan enolat atau karbanion, tahap kondensasi, tahap dehidrasi, dan tahap dekarboksilasi.8.3 Asam sinamat yang dihasilkan pada percobaan I sebesar 30.5 gram dengan rendemen 78,82 % dan memiliki titik leleh sebesar 130C. Asam sinamat pada percobaan II didapatkan 2,02 gram rendemen prosentasenya 49,45% dan titik lelehnya 1260C.

DAFTAR PUSTAKA

Austin, 1999, Chemical Product Industry, Mc Graw Hill Co.Inc : New YorkBasri, S, 1996, Kamus Kimia, Jakarta; Rineka Cipta.Budaveri, S, 1959, The Merck Index, Second edition, The Merck Index Co; USA. Cahyono, B, 1991, Segi Praktis dan Metode Pemisahan Senyawa Organik,Semarang; Kimia MIPA Undip.Daintith, J, 1994, Kamus Lengkap Kimia, Oxford, edisi baru, Jakarta; Erlangga.Fessenden, R, 1999, Organic Chemistry, Wiliard Grant Press Publisher; USA.Gibson, C.S, 1958. Essensial Principles of Organic Chemistry. Chambridge of the University Press; London.Hamada, H, 2004, Alkylated Isocomumarins from Pituranthus Scoparious, natural Product Research, 1-5. Hart, H, 1990, Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat, edisi keenam, Jakarta; Erlangga.Hendayana,S, dkk, 2002, Kimia analitik Instrumen, edisi 1, Semarang; IKIP Semarang Press. Pudjaatmaka, H, 1990, Kamus Kimia Organik, Jakarta; Depdikbud.Soebadi, A, 1978, Penuntun Percobaan Pengantar Kimia Organik, edisi 2, Bandung; PT. Karya Nusantara.Wilcox, 1995, Experimental Organic Chemistry A Small Scale Approach, 2nd edition , Prentice Hall; New Jersey.www.wikipedia.com, 2008

IX. LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 08 Juni 2012Praktikan,

Indah Ilmiyatul Mufida Afrianti Reza Kusuma Intan K.Putri2403011012001224030110120018 24030110120015

Reza Radiatul Jannah Yulia Milarsih Dwi Haryono24030110130058 24030110130059 24030110120040

.

Mufid AinunMuslimin Diky Yopianto240301101200042403011115000224030111150003

Mengetahui,

Asisten IAsisten II

RiswandiAgus Ria M.J2C 008 058 J2C 008 080

LAMPIRANReaksi keseluruhan pembentukan asam sinamat,

1. Reaksi pembentukan karbanion

Asam malonat Piperidin enolat (Fessenden, 1999)2. Reaksi Kondensasi

Benzaldehid

Benzaldehidaenolat

(Fessenden,1999)3.Reaksi Dehidrasi

(Fessenden,1999)4. Reaksi Dekarboksilasi

Asam sinamat(Fessenden,1999)