Upload
nur-aji
View
106
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
5/7/2018 Babe - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/babe5571fbc1497959916995bc21 1/5
BIOAVAILABILITAS
UJI BIOAVAILABILITAS DAN UJI IN-VITRO
Untuk menjamin ekivalensi terapeutik dan klinik dari suatu produk obat dalam berbagai batch
produksi, secara ideal penting untuk mengukur secara tepat efek klinik dan potensi dari sampel yang
representatif dari masing-masing batch produk obat tersebut. Walaupun demikian, pada prakteknya
hal tersebut tidak mungkin dilakukan karena adanya pertimbangan praktis dan aspeketis seperti :
1) Uji klinik memerlukan populasi penderita yang ekstensif dengan jenis dan keparahanpenyakit yang
seragam
2) Uji klinik pelaksanaannya kompleks dan mahal
3) Teknik pengukuran yang obyektif sulit ditemukan dan seringkali tidak sensitif terhadap berbagai
kondisi penyakit.
Cara pendekatan yang terbaik untuk memperkirakan efek klinik suatu obat adalah dengan
pengukuran kadar obat dalam darah, karena ada hubungan yang erat antara kadar obat dalam darahdengan efek klinik obat tersebut. Tetapi dalam hal ini
juga ditemukan beberapa kelemahan seperti :
1) Uji kadar obat dalam darah biayanya mahal, memerlukan peralatan analitis yang canggih, tenaga
ahli yang terampil, dan sejumlah sukarelawan sehat. Dengan demikian kelayakan untuk
melakukan uji bioavailabilitas dari setiap batch produk obat patut dipertanyakan.
2) Konsep bioavailabilitas berpijak pada asumsi bahwa parameter biologis suatu obat (kadar obat
dalam darah dan jarringan, ekskresi obat dalam urin atau pengukuran produk metabolit) secara
langsung berkaitan dengan efek klinik obat. Sementara asumsi ini mungkin saja absah, tetapi
sulit untuk memperkirakan ketepatan korelasinya. Misalnya, jika dua produk menunjukkan
perbedaan bioavailabilitas sebesar 20%, apakah perbedaan ini secara klinik bermakna Sementara
saat ini tidak mungkin untuk melakukan uji kadar obat dalam darah untuk setiap batch produk
obat, industry obat dapat menggunakan uji bioavailabilitas untuk menentukan bahwa produk
obatnya dengan formulasi dan proses produksi yang spesifik akan memberikan efek klinik yang
sebanding dengan produk obat sejenis yang diproduksi industry obat lain (produk originator atau
produk inovator), yang pada uji kliniknya memberikan hasil yang baik. Sebagai salah satu
alternatif untuk melakukan uji bioavailabilitas pada setiap batch produk obat, uji in vitro telah
dikembangkan sebagai indikator bioavailabilitas, atau untuk menetapkan bahwa batch produk obat selanjutnya akan menunjukkan bioavailabilitas dan efek klinik yang sebanding denganbatch
sebelumnya yang telah ditetapkan uji kadar obat dalam darah dan uji kliniknya.
Uji laju disolusi dan uji difraksi sinar X merupakan 2 contoh prosedur laboratoris yang dapat
merefleksikan perilaku obat in-vivo. Uji ini telah dimasukkan dalam USP dan NF dan telah diterapkan
pada sejumlah obat. Uji laju disolusi mengukur laju disolusi sejumlah obat dalam medium tertentu
5/7/2018 Babe - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/babe5571fbc1497959916995bc21 2/5
dan pada kondisi tertentu. Uji difraksi sinar X melengkapi beberapa indikasi dari laju dan jumlah obat
yang melarut, dengan demikian akan bermanfaat dalam memperkirakan absorpsi obat. Sementara
kedua uji ini bukan merupakan uji bioavailabilitas yang sebenarnya, maka kedua uji ini hanya
merupakan indikator yang dapat digunakan untuk memperkirakan bioavailabilitas obat. Suatu industri
obat yang mempunyai data klinik atau informasi yang menunjukkan bahwa produk obatnya secara
klinik efektif, dan bila data ini dikorelasikan dengan uji in vitro dengan tepat, dan bila formulasi serta
prosedur produksi tidak berubah, maka konsistensi dari batch ke batch dapat dijamin dengan
melakukan uji laju disolusi, uji difraksi sinar X atau uji in vitro lainnya yang relevan.
PENGERTIAN BIOAVALABILITAS
Konsep bioavailabilitas pertama kali diperkenalkan oleh Osser pada tahun 1945, yaitu pada
waktu Osser mempelajari absorpsi relatif sediaan vitamin. Istilah yang dipakai pertama kali adalah
availabilitas fisiologik, yang kemudian diperluas pengertiannya dengan istilah bioavailabilitas.
Dimulai di negara Amerika Serikat, barulah pada tahun 1960 istilah bioavailabilitas masuk ke dalam
arena promosi obat. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya produk obat yang sama yang
diproduksi oleh berbagai industri obat, adanya keluhan dari pasien dan dokter di man obat yang sama
memberikan efek terapeutik yang berbeda, kemudian dengan adanya ketentuan tidak
diperbolehkannya Apotek mengganti obat yang tertulis dalam resep dengan obat merek lainnya.
Sebagai cabang ilmu yang relatif baru, ditemukan berbagai definisi tentang bioavailabilitas dalam
berbagai literatur. Bagian yang esensial dalam konsep bioavailabilitas adalah absorpsi obat ke dalam
sirkulasi sistemik. Ada 2 unsur penting dalam absorpsi obat yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
1) kecepatan absorpsi obat
2) jumlah obat yang diabsorpsi
Ke dua faktor ini sangat kritis dalam memperoleh efek terapeutik yang diinginkan dengan
toksisitas yang minimal. Atas dasar kedua faktor ini dapat diperkirakan bagaimana seharusnya definisi
tentang bioavailabilitas. Dua definisi berikut ini merupakan definisi yang relative lebih sesuai dengan
kedua faktor di atas adalah:
Definisi 1: Bioavailabilitas suatu sediaan obat merupakan ukuran kecepatan absorpsi obat dan jumlah
obat tersebut yang diabsorpsi secara utuh oleh tubuh, dan masuk ke dalam sirkulasi
sistemik.
Definisi 2 : Bioavailabilitas suatu sediaan obat merupakan ukuran kecepatan absorpsi obat dan jumlah
obat tersebut yang diabsorpsi
TUJUAN PENETAPAN BIOAVAILABILITAS
Dengan mengetahui jumlah relatif obat yang diabsorpsi dan kecepatan obat berada dalam sirkulasi
sistemik, dapat diperkirakan tercapai tidaknya efek terapi yang dikehendaki menurut formulasinya.
Dengan demikian, bioavailabilitas dapat digunakan untuk mengetahui faktor formulasi yang dapat
5/7/2018 Babe - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/babe5571fbc1497959916995bc21 3/5
mempengaruhi efektivitas obat. Beberapa manfaat studi bioavailabilitas yang berkaitan dengan mutu
produk obat yaitu :
1) bagi apoteker dalam bidang penelitian kefarmasian, bioavailabilitas merupakan uji yang penting
dalam penelitian peningkatan mutu obat
2) bagi dokter dan apoteker di apotek, bioavailabilitas merupakan pertimbangan kritis yang digunakan
untuk pemilihan obat yang bermutu baik
JENISPENELITIAN BIOAVAILABILITAS OBAT
Penelitian bioavailabilitas obat dapat merupakan :
1) Penelitian bioavailabilitas absolut, yaitu membandingkan bioavailabilitas suatu bentuk sediaan
obat per oral dengan pemberian secara intravena.
2) Penelitian bioavailabilitas relatif, yaitu membandingkan secara relatif bioavailabilitas suatu bentuk
sediaan obat per oral dengan bentuk sediaan obat sejenis lainnya. Sebagai produk standar dapat
digunakan :
1) produk larutan oral
2) produk inovator/originator, yaitu produk yang dibuat oleh pabrik penemunya, yang dianggap
mempunyai bioavailabilitas terbaik yang sudah teruji secara klinik dengan hasil terapi yang baik
(biasanya ditentukan oleh lembaga resmi, misalnya FDA).
Penelitian bioavailabilitas relatif dapat diterapkan untuk :
1) memilih satu dari alternatif dua atau lebih bentuk sediaan yang sama dengan formulasi yang
berbeda yang akan diproduksi oleh suatu pabrik, sehingga diketahui pengaruh komponen
formulasi terhadap bioavailabilitas.
2) memilih bentuk sediaan yang mempunyai bioavailabilitas terbaik dari beberapa alternatif bentuk
sediaan yang akan dikembangkan.
3) mengontrol variabilitas yang mungkin terjadi antar batch dari bentuk sediaan yang sama dari batch
yang berlainan.
4) membandingkan secara komparatif produk pabrik mana yang mempunyai bioavailabilitas terbaik.
PELAKSANAAN PENELITIAN BIOAVAILABILITAS OBAT :
Penelitian bioavailabilitas obat memerukan fasilitas laboratorium analisis/bioanalitik yang
canggih dengan tenaga ahli yang profesional dan harus memenuhi persyaratan tertentu. Untuk
beberapa macam obat, persyaratan pelaksanaannya telah dikeluarkan oleh American Pharmaceutical
Association dalam bukunya The Bioavailability of Drug Products. Protokol penelitian bioavailabilitas
obat hendaknya memuat tujuan percobaan, latar belakang obat yang hendak diteliti, bahan obat,
pemilihan sukarelawan, disain penelitian, penanganan sampel, metoda analisis kadar obat dalam
darah, dan hal-hal lain. Secara garis besar pelaksanaan suatu penelitian bioavailabilitas obat dilakukan
sebagai berikut :
1) Pemilihan sukarelawan yang mencakup pemeriksaan kesehatan, penandatanganan informed
consent.
5/7/2018 Babe - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/babe5571fbc1497959916995bc21 4/5
2) Periode puasa dari minum obat apapun (1 minggu)
3) Puasa 1 malam sebelum pemberian obat
4) Pemberian obat
5) Pengambilan sampel material hayati (darah dan/atau urin) pada interval waktu tertentu.
OBAT-OBAT YANG PERLU DITELITI BIOAVAILABILITASNYA
1) Obat-obat yang batas keamanannya sempit
2) Obat-obat yang absorpsinya berfluktuasi
3) Obat-obat yang variasi individunya besar dalam kadar plasma pada dosis biasa
4) Diperlukan untuk mempertahankan MEC/MIC obat dalam cairan hayati selama terapi
5) Obat-obat baru
Bioekuivalensi
Juli 17, 2009 pukul 10:43 pm | Ditulis dalam Serba-serbi | 2 Komentar
Kaitkata: BE, Bioekuivalensi, Kompetitor , obat generik , obat innovator , obat paten
Berbicara tentang bioekuivalensi, mengingatkan kita tentang obat generik yang diklaim oleh industri
farmasi pembuatnya sebagai obat berkualitas setara obat paten yang beredar secara komersil di
pasaran. Apakah benar demikian? Apakah benar obat generik dengan harga yang sangat murah dan
desain kemasan sederhana itu mempunyai efektivitas dan kualitas yang sama dengan produk
inovatornya. Untuk menjawab segala pertanyaan-pertanyaan tersebut, pembahasan tentang
bioekuivalensi dan bioavailabilitas akan sangat membantu.
Bioavailabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan jumlah obat dalam persen terhadap
dosis yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk aktif/utuh. Sedangkan bioekuivalensi atau
kesetaraan biologis dapat diartikan sebagai kesetaraan kadar/jumlah obat bentuk aktif dalam darah
dan jaringan antara satu sediaan obat dengan sediaan obat lain yang memiliki zat berkhasiat sama.
Dua sediaan obat yang berekuivalensi kimia tetapi tidak berekuivalensi biologik dikatakan
bioinekuivalensi. Perbedaan bioavailabilitas sampai dengan 10% umumnya tidak menimbulkan
perbedaan yang berarti dalam efek kliniknya artinya memperlihatkan ekuivalensi terapi. Jadi obat
yang memiliki ekuivalensi biologis atau bioekuivalensi (BE) dengan obat inovatornya (obat
pendahulu, dan dijadikan referensi untuk sediaan-sediaan obat yang diproduksi berikutnya oleh
perusahaan farmasi lain) dapat diklaim sebagai obat yang memiliki kualitas setara dengan obat
innovator.
Kita mengenal produk innovator dan produk me too. Produk innovator adalah produk obat pioneer
yang pertama kali dirilis oleh perusahaan farmasi yang berhasil menemukan obat tersebut berdasarkan
penelitian. Biasanya perusahaan farmasi penemu obat baru ini memiliki hak paten selama periode
waktu tertentu atas produksi obat tersebut, jika ada perusahaan farmasi lain ingin turut memproduksi
5/7/2018 Babe - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/babe5571fbc1497959916995bc21 5/5
obat itu maka harus membayar sejenis royalty kepada perusahaan farmasi penemunya dan produknya
dikenal sebagai jenis me too product . Permasalahannya adalah, apakah kualitas produk me too setara
dengan kualitas produk innovatornya? Untuk itu ditegakkan beberapa parameter yang digunakan
untuk menilai kualitas produk me too termasuk obat generik, yaitu uji Bioavailabilitas ± Biokuivalensi
(BA-BE)
Sediaan obat yang dinyatakan lulus uji bioavailabilitas dan uji bioekuivalensi terhadap produk
innovator berarti memiliki kualitas yang sama dengan produk innovator, dan produk inilah yang dapat
dijadikan alternatif selain produk innovator. Berbagai nama dagang atas suatu obat bersaing dipasaran
menawarkan harga miring dibanding dengan produk innovator atau produk me too kompetitornya.
Sebagai konsumen, masyarakat harus lebih jeli dan fleksibel dalam menyikapi fenomena ini.
Masyarakat dituntut aktif meminta informasi tentang obat yang akan dibelinya walaupun berdasarkan
resep tenaga medis, jangan sampai terjebak pada keharusan membeli obat yang tertulis dalam resep
yang terkadang mengarahkan pasien untuk membeli suatu obat dari perusahaan farmasi dengan hargayang mencekik leher padahal tersedia obat yang sama dari perusahaan farmasi lain yang memiliki
kualitas setara dan dengan harga yang terjangkau.
Kini, sebagian besar perusahaan farmasi pembuat obat generik telah mengujikan bioavailabilitas dan
bioekuivalensi produk generiknya terhadap produk innovator dan beberapa diantaranya juga ada yang
menyertakan hasil uji tersebut pada brosur yang menyertai kemasan produknya. Untuk itu agar kita
yakin atas produk obat generik yang akan kita konsumsi, sebaiknya kita membeli obat generik pada
apotek atau toko obat resmi yang terjamin kredibilitasnya serta tanyakan kepada apotekernya tentang
bioavailabilitas dan bioekuivalensi obat generik yang akan kita beli dan gunakan atau mintalah agar
dia menujukan bukti berupa brosur obat tersebut yang menyatakan bahwa obat tersebut telah lulus uji
Bioavailabilitas dan bioekuivalensi.