5
 BIOAVAILABILITAS UJI BIOAVAILABILITAS DAN UJI IN-VITRO Untuk menjamin ekivalensi terapeutik dan klinik dari suatu produk obat dalam berbagai batch  produksi, secara ideal penting untuk mengukur secara tepat efek klinik dan potensi dari sampel yang representatif dari masing-masing batch produk obat tersebut. Walaupun demikian, pada prakteknya hal tersebut tidak mungkin dilaku kan karena adan ya pertimban gan praktis dan aspeketis sep erti : 1) Uji klinik memerlukan populasi penderita yang ekstensif dengan jenis dan keparahanpenyakit yang seragam 2) Uji klinik pelaksanaannya kompleks dan mahal 3) Teknik pengukuran yang obyektif sulit ditemukan dan seringkali tidak sensitif terhadap ber bagai kondisi penyakit. Cara pendekatan yang terbaik untuk memperkirakan efek klinik suatu obat adalah dengan  pengukuran kadar obat dalam darah, karena ada hubungan yang erat antara kadar obat dalam darah dengan efek klini k obat tersebut. Tetapi dalam hal ini  juga ditemukan beberapa kelemahan seperti : 1) Uji kadar obat dalam darah biayanya mahal, memerlukan peralatan analitis yang canggih, tenaga ahli yang terampil, dan sejumlah sukarelawan sehat. Dengan demikian kelayakan untuk melakukan uji bioavailabilitas dari setiap batch produk obat patut dipertanyakan. 2) Konsep bioavailabilitas berpijak pada asumsi bahwa parameter biologis suatu obat (kadar obat dalam darah dan jarringa n, ekskresi obat dalam urin atau peng ukuran prod uk me tabolit) secara langsung berkaitan dengan efek klinik obat. Sementara asumsi ini mungkin saja absah, tetapi sulit untuk memperkirakan ketepatan korelasinya. Misalnya, jika dua produk menunjukkan  perbedaan bioavailabilitas sebesar 20%, apakah perbedaan ini secara klinik bermakna Sementara saat ini tidak mungkin untuk melakukan uji kadar obat dalam darah untuk setiap batch produk obat, industry obat dapat menggunakan uji bioavailabilitas untuk menentukan bahwa produk obatnya dengan formulasi dan proses produksi yang spesifik akan memberikan efek klinik yang sebanding dengan produk obat sejenis yang diproduksi industry obat lain (produk originator atau  produk inovator), yang pada uji kliniknya memberikan hasil yang baik. Sebagai salah satu alternatif untuk melakukan uji bioavailabilitas pada setiap batch produk obat, uji in vitro telah dikembangkan sebagai indikator bioavailabilitas, atau untuk menetapkan bahwabatch produk obat selanjutnya akan menunjukkan bioavailabilitas dan efek klinik yang sebanding dengan batch  sebelumnya yang telah ditetapkan uji kadar obat dalam darah dan uji kliniknya. Uji laju disolusi dan uji difraksi sinar X merupakan 2 contoh prosedur laboratoris yang dapat merefleksikan perilaku obat in-vivo. Uji ini telah di masukkan dalam USP dan NF dan telah diterapkan  pada sejumlah obat. Uji laju disolusi mengukur laju disolusi sejumlah obat dalam medium tertentu

Babe

  • Upload
    nur-aji

  • View
    106

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Babe

5/7/2018 Babe - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/babe5571fbc1497959916995bc21 1/5

 

BIOAVAILABILITAS

UJI BIOAVAILABILITAS DAN UJI IN-VITRO 

Untuk menjamin ekivalensi terapeutik dan klinik dari suatu produk obat dalam berbagai batch

 produksi, secara ideal penting untuk mengukur secara tepat efek klinik dan potensi dari sampel yang

representatif dari masing-masing batch  produk obat tersebut. Walaupun demikian, pada prakteknya

hal tersebut tidak mungkin dilakukan karena adanya pertimbangan praktis dan aspeketis seperti :

1) Uji klinik memerlukan populasi penderita yang ekstensif dengan jenis dan keparahanpenyakit yang

seragam

2) Uji klinik pelaksanaannya kompleks dan mahal

3) Teknik pengukuran yang obyektif sulit ditemukan dan seringkali tidak sensitif terhadap berbagai

kondisi penyakit.

Cara pendekatan yang terbaik untuk memperkirakan efek klinik suatu obat adalah dengan

 pengukuran kadar obat dalam darah, karena ada hubungan yang erat antara kadar obat dalam darahdengan efek klinik obat tersebut. Tetapi dalam hal ini

 juga ditemukan beberapa kelemahan seperti :

1) Uji kadar obat dalam darah biayanya mahal, memerlukan peralatan analitis yang canggih, tenaga

ahli yang terampil, dan sejumlah sukarelawan sehat. Dengan demikian kelayakan untuk 

melakukan uji bioavailabilitas dari setiap batch produk obat patut dipertanyakan.

2) Konsep bioavailabilitas berpijak pada asumsi bahwa parameter biologis suatu obat (kadar obat

dalam darah dan jarringan, ekskresi obat dalam urin atau pengukuran produk metabolit) secara

langsung berkaitan dengan efek klinik obat. Sementara asumsi ini mungkin saja absah, tetapi

sulit untuk memperkirakan ketepatan korelasinya. Misalnya, jika dua produk menunjukkan

 perbedaan bioavailabilitas sebesar 20%, apakah perbedaan ini secara klinik bermakna Sementara

saat ini tidak mungkin untuk melakukan uji kadar obat dalam darah untuk setiap batch produk 

obat, industry obat dapat menggunakan uji bioavailabilitas untuk menentukan bahwa produk 

obatnya dengan formulasi dan proses produksi yang spesifik akan memberikan efek klinik yang

sebanding dengan produk obat sejenis yang diproduksi industry obat lain (produk originator atau

 produk  inovator), yang pada uji kliniknya memberikan hasil yang baik. Sebagai salah satu

alternatif untuk melakukan uji bioavailabilitas pada setiap batch produk obat, uji in vitro telah

dikembangkan sebagai indikator bioavailabilitas, atau untuk menetapkan bahwa batch produk obat selanjutnya akan menunjukkan bioavailabilitas dan efek klinik yang sebanding denganbatch 

sebelumnya yang telah ditetapkan uji kadar obat dalam darah dan uji kliniknya.

Uji laju disolusi dan uji difraksi sinar X merupakan 2 contoh prosedur laboratoris yang dapat

merefleksikan perilaku obat in-vivo. Uji ini telah dimasukkan dalam USP dan NF dan telah diterapkan

  pada sejumlah obat. Uji laju disolusi mengukur laju disolusi sejumlah obat dalam medium tertentu

Page 2: Babe

5/7/2018 Babe - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/babe5571fbc1497959916995bc21 2/5

 

dan pada kondisi tertentu. Uji difraksi sinar X melengkapi beberapa indikasi dari laju dan jumlah obat

yang melarut, dengan demikian akan bermanfaat dalam memperkirakan absorpsi obat. Sementara

kedua uji ini bukan merupakan uji bioavailabilitas yang sebenarnya, maka kedua uji ini hanya

merupakan indikator yang dapat digunakan untuk memperkirakan bioavailabilitas obat. Suatu industri

obat yang mempunyai data klinik atau informasi yang menunjukkan bahwa produk obatnya secara

klinik efektif, dan bila data ini dikorelasikan dengan uji in vitro dengan tepat, dan bila formulasi serta

  prosedur produksi tidak berubah, maka konsistensi dari batch ke batch dapat dijamin dengan

melakukan uji laju disolusi, uji difraksi sinar X atau uji in vitro lainnya yang relevan.

PENGERTIAN BIOAVALABILITAS 

Konsep bioavailabilitas pertama kali diperkenalkan oleh Osser pada tahun 1945, yaitu pada

waktu Osser mempelajari absorpsi relatif sediaan vitamin. Istilah yang dipakai pertama kali adalah

availabilitas fisiologik, yang kemudian diperluas pengertiannya dengan istilah bioavailabilitas.

Dimulai di negara Amerika Serikat, barulah pada tahun 1960 istilah bioavailabilitas masuk ke dalam

arena promosi obat. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya produk obat yang sama yang

diproduksi oleh berbagai industri obat, adanya keluhan dari pasien dan dokter di man obat yang sama

memberikan efek terapeutik yang berbeda, kemudian dengan adanya ketentuan tidak 

diperbolehkannya Apotek mengganti obat yang tertulis dalam resep dengan obat merek lainnya.

Sebagai cabang ilmu yang relatif baru, ditemukan berbagai definisi tentang bioavailabilitas dalam

 berbagai literatur. Bagian yang esensial dalam konsep bioavailabilitas adalah absorpsi obat ke dalam

sirkulasi sistemik. Ada 2 unsur penting dalam absorpsi obat yang perlu dipertimbangkan, yaitu :

1) kecepatan absorpsi obat

2) jumlah obat yang diabsorpsi

Ke dua faktor ini sangat kritis dalam memperoleh efek terapeutik yang diinginkan dengan

toksisitas yang minimal. Atas dasar kedua faktor ini dapat diperkirakan bagaimana seharusnya definisi

tentang bioavailabilitas. Dua definisi berikut ini merupakan definisi yang relative lebih sesuai dengan

kedua faktor di atas adalah:

Definisi 1: Bioavailabilitas suatu sediaan obat merupakan ukuran kecepatan absorpsi obat dan jumlah

obat tersebut yang diabsorpsi secara utuh oleh tubuh, dan masuk ke dalam sirkulasi

sistemik.

Definisi 2 : Bioavailabilitas suatu sediaan obat merupakan ukuran kecepatan absorpsi obat dan jumlah

obat tersebut yang diabsorpsi

TUJUAN PENETAPAN BIOAVAILABILITAS 

Dengan mengetahui jumlah relatif obat yang diabsorpsi dan kecepatan obat berada dalam sirkulasi

sistemik, dapat diperkirakan tercapai tidaknya efek terapi yang dikehendaki menurut formulasinya.

Dengan demikian, bioavailabilitas dapat digunakan untuk mengetahui faktor formulasi yang dapat

Page 3: Babe

5/7/2018 Babe - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/babe5571fbc1497959916995bc21 3/5

 

mempengaruhi efektivitas obat. Beberapa manfaat studi bioavailabilitas yang berkaitan dengan mutu

 produk obat yaitu :

1)   bagi apoteker dalam bidang penelitian kefarmasian, bioavailabilitas merupakan uji yang penting

dalam penelitian peningkatan mutu obat

2) bagi dokter dan apoteker di apotek, bioavailabilitas merupakan pertimbangan kritis yang digunakan

untuk pemilihan obat yang bermutu baik 

JENISPENELITIAN BIOAVAILABILITAS OBAT  

Penelitian bioavailabilitas obat dapat merupakan :

1) Penelitian bioavailabilitas absolut, yaitu membandingkan bioavailabilitas suatu bentuk sediaan

obat per oral dengan pemberian secara intravena.

2) Penelitian bioavailabilitas relatif, yaitu membandingkan secara relatif bioavailabilitas suatu bentuk 

sediaan obat per oral dengan bentuk sediaan obat sejenis lainnya. Sebagai produk standar dapat

digunakan :

1) produk larutan oral

2)   produk inovator/originator, yaitu produk yang dibuat oleh pabrik penemunya, yang dianggap

mempunyai bioavailabilitas terbaik yang sudah teruji secara klinik dengan hasil terapi yang baik 

(biasanya ditentukan oleh lembaga resmi, misalnya FDA).

Penelitian bioavailabilitas relatif dapat diterapkan untuk :

1) memilih satu dari alternatif dua atau lebih bentuk sediaan yang sama dengan formulasi yang

  berbeda yang akan diproduksi oleh suatu pabrik, sehingga diketahui pengaruh komponen

formulasi terhadap bioavailabilitas.

2) memilih bentuk sediaan yang mempunyai bioavailabilitas terbaik dari beberapa alternatif bentuk 

sediaan yang akan dikembangkan.

3) mengontrol variabilitas yang mungkin terjadi antar batch dari bentuk sediaan yang sama dari batch

yang berlainan.

4) membandingkan secara komparatif produk pabrik mana yang mempunyai bioavailabilitas terbaik.

PELAKSANAAN PENELITIAN BIOAVAILABILITAS  OBAT : 

Penelitian bioavailabilitas obat memerukan fasilitas laboratorium analisis/bioanalitik yang

canggih dengan tenaga ahli yang profesional dan harus memenuhi persyaratan tertentu. Untuk 

  beberapa macam obat, persyaratan pelaksanaannya telah dikeluarkan oleh American Pharmaceutical

Association dalam bukunya The Bioavailability of Drug Products. Protokol penelitian bioavailabilitas

obat hendaknya memuat tujuan percobaan, latar belakang obat yang hendak diteliti, bahan obat,

  pemilihan sukarelawan, disain penelitian, penanganan sampel, metoda analisis kadar obat dalam

darah, dan hal-hal lain. Secara garis besar pelaksanaan suatu penelitian bioavailabilitas obat dilakukan

sebagai berikut :

1) Pemilihan sukarelawan yang mencakup pemeriksaan kesehatan, penandatanganan informed 

consent. 

Page 4: Babe

5/7/2018 Babe - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/babe5571fbc1497959916995bc21 4/5

 

2) Periode puasa dari minum obat apapun (1 minggu)

3) Puasa 1 malam sebelum pemberian obat

4) Pemberian obat

5) Pengambilan sampel material hayati (darah dan/atau urin) pada interval waktu tertentu.

OBAT-OBAT YANG PERLU DITELITI BIOAVAILABILITASNYA 

1) Obat-obat yang batas keamanannya sempit

2) Obat-obat yang absorpsinya berfluktuasi

3) Obat-obat yang variasi individunya besar dalam kadar plasma pada dosis biasa

4) Diperlukan untuk mempertahankan MEC/MIC obat dalam cairan hayati selama terapi

5) Obat-obat baru

Bioekuivalensi 

Juli 17, 2009 pukul 10:43 pm | Ditulis dalam Serba-serbi | 2 Komentar  

Kaitkata: BE, Bioekuivalensi, Kompetitor , obat generik , obat innovator , obat paten 

Berbicara tentang bioekuivalensi, mengingatkan kita tentang obat generik yang diklaim oleh industri

farmasi pembuatnya sebagai obat berkualitas setara obat paten yang beredar secara komersil di

 pasaran. Apakah benar demikian? Apakah benar obat generik dengan harga yang sangat murah dan

desain kemasan sederhana itu mempunyai efektivitas dan kualitas yang sama dengan produk 

inovatornya. Untuk menjawab segala pertanyaan-pertanyaan tersebut, pembahasan tentang

 bioekuivalensi dan bioavailabilitas akan sangat membantu.

Bioavailabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan jumlah obat dalam persen terhadap

dosis yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk aktif/utuh. Sedangkan bioekuivalensi atau

kesetaraan biologis dapat diartikan sebagai kesetaraan kadar/jumlah obat bentuk aktif dalam darah

dan jaringan antara satu sediaan obat dengan sediaan obat lain yang memiliki zat berkhasiat sama.

Dua sediaan obat yang berekuivalensi kimia tetapi tidak berekuivalensi biologik dikatakan

 bioinekuivalensi. Perbedaan bioavailabilitas sampai dengan 10% umumnya tidak menimbulkan

  perbedaan yang berarti dalam efek kliniknya artinya memperlihatkan ekuivalensi terapi. Jadi obat

yang memiliki ekuivalensi biologis atau bioekuivalensi (BE) dengan obat inovatornya (obat

  pendahulu, dan dijadikan referensi untuk sediaan-sediaan obat yang diproduksi berikutnya oleh

  perusahaan farmasi lain) dapat diklaim sebagai obat yang memiliki kualitas setara dengan obat

innovator.

Kita mengenal produk innovator dan produk me too. Produk innovator adalah produk obat pioneer 

yang pertama kali dirilis oleh perusahaan farmasi yang berhasil menemukan obat tersebut berdasarkan

  penelitian. Biasanya perusahaan farmasi penemu obat baru ini memiliki hak paten selama periode

waktu tertentu atas produksi obat tersebut, jika ada perusahaan farmasi lain ingin turut memproduksi

Page 5: Babe

5/7/2018 Babe - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/babe5571fbc1497959916995bc21 5/5

 

obat itu maka harus membayar sejenis royalty kepada perusahaan farmasi penemunya dan produknya

dikenal sebagai jenis me too product . Permasalahannya adalah, apakah kualitas produk me too setara

dengan kualitas produk innovatornya? Untuk itu ditegakkan beberapa parameter yang digunakan

untuk menilai kualitas produk me too termasuk obat generik, yaitu uji Bioavailabilitas ± Biokuivalensi

(BA-BE)

Sediaan obat yang dinyatakan lulus uji bioavailabilitas dan uji bioekuivalensi terhadap produk 

innovator berarti memiliki kualitas yang sama dengan produk innovator, dan produk inilah yang dapat

dijadikan alternatif selain produk innovator. Berbagai nama dagang atas suatu obat bersaing dipasaran

menawarkan harga miring dibanding dengan produk innovator atau produk me too kompetitornya.

Sebagai konsumen, masyarakat harus lebih jeli dan fleksibel dalam menyikapi fenomena ini.

Masyarakat dituntut aktif meminta informasi tentang obat yang akan dibelinya walaupun berdasarkan

resep tenaga medis, jangan sampai terjebak pada keharusan membeli obat yang tertulis dalam resep

yang terkadang mengarahkan pasien untuk membeli suatu obat dari perusahaan farmasi dengan hargayang mencekik leher padahal tersedia obat yang sama dari perusahaan farmasi lain yang memiliki

kualitas setara dan dengan harga yang terjangkau.

Kini, sebagian besar perusahaan farmasi pembuat obat generik telah mengujikan bioavailabilitas dan

 bioekuivalensi produk generiknya terhadap produk innovator dan beberapa diantaranya juga ada yang

menyertakan hasil uji tersebut pada brosur yang menyertai kemasan produknya. Untuk itu agar kita

yakin atas produk obat generik yang akan kita konsumsi, sebaiknya kita membeli obat generik pada

apotek atau toko obat resmi yang terjamin kredibilitasnya serta tanyakan kepada apotekernya tentang

 bioavailabilitas dan bioekuivalensi obat generik yang akan kita beli dan gunakan atau mintalah agar 

dia menujukan bukti berupa brosur obat tersebut yang menyatakan bahwa obat tersebut telah lulus uji

Bioavailabilitas dan bioekuivalensi.