Upload
dina
View
190
Download
28
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pelaksanaan proyek
Citation preview
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
BAB IV
PELAKSANAAN PROYEK
IV.1 Uraian Umum
Pelaksanaan pekerjaan struktur di lakukan setelah tahapan/proses perencanaan
(design) telah selesai. Pelaksanaan pembangunan di laksanakan oleh kontraktor dengan
kontraktor utama (Main Contractor) adalah PT.PULAUINTAN BAJAPERKASA
KONSTRUKSI. Dalam pelaksanaan proyek pembangunan ini, diperlukan suatu metode
pelaksanaan pekerjaan yang tepat, agar perencanaan dapat terwujud seperti yang
diinginkan. Faktor ketelitian, teknik pelaksanaan di lapangan, serta mutu bahan/material
yang berkualitas dan tepat sangat menentukan hasil dari pelaksanaan pekerjaan. Selain
faktor dari pengawasan yang ketat dari Quality Control (QC) juga sangat mempengaruhi
semua aspek pekerjaan, karena bangunan yang dibangun bukan hanya dipakai dalam waktu
yang sebentar tetapi dipakai dalam waktu yang panjang. Oleh karena itu, semua mutu
pekerjaan harus sesuai dengan standart yang telah ditentukan agar tidak masalah di
kemudian hari yang tentunya akan menuntut tanggung jawab pelaksanaan pembangunan.
dina rizkia – 121 13 5004 46
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
IV.2 Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan di lapangan sangatlah penting untuk menunjang kelanjutan
jalannya pekerjaan struktur konstruksi. Sebab apabila pekerjaan persiapan telah
direncanakan dan dikerjakan dengan baik maka akan mudah bagi pekerja untuk
melaksanakan pekerjaan struktur selanjutnya.
Meliputi pekerjaan –pekerjaan :
1. Pembuatan akses sementara untuk memulai pekerjaan.
2. Survey pendahuluan ( lokasi exiting dan data elevasi ). Pelaksanaan serah terima
lahan secara parsial.
3. Pemeriksaan titik Bench Mark, as-as bangunan, dan koordinat titik sebagai data
pendukung untuk serah terima lahan.
4. Pembuatan direksi keet dan gudang, toilet, sarana keamanan.
5. Penempatan stock material dan los kerja.
6. Persiapan shop drawing untuk pelaksanaan kerja.
IV.3 Material yang digunakan
Proyek pembangunan Tree Park Apartement & Soho ini menggunakan beton
bertulang sebagai elemen utama struktur. Beton merupakan suatu komposit dari beberapa
bahan batu-batuan yang direkatkan pleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran
(halus dan kasar) dan ditambah dengan pasta semen. Singkatnya dapat dikatakan bahwa
pasta semen mengikat pasir dan bahan – bahan agregat lain (batu krikil, basalt,dan
sebagainya) menjadi massa yang menyerupai batu begitu pasta semen mengeras karena
reaksi kimia dari semen dan air. Rongga diantara bahan – bahan kasar diisi oleh bahan –
bahan halus. Adapun bahan – bahan pembentuk beton bertulang yaitu :
dina rizkia – 121 13 5004 47
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
1. Beton Ready Mix
Pada proyek Tree Park Apartement & Soho ini menggunakan Beton Ready Mix
produk PT. MOTIVE MULIA. Spesifikasi beton yang digunakan pada proyek ini
adalah
Beton fc = 35 Mpa untuk konstruksi pile cap, retaining wall, pelat lantai,
rump, balok dan drop panel.
Beton fc = 40 Mpa untuk konstruksi kolom, shearwall/corewall.
2. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih, tidak boleh mengandung
minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton serta baja tulanagan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapat
kepastian kelayakan air yang akan dipergunakan, maka air harus diteliti pada
laboratorium yang disetujui Pengawas. Air yang digunakan pada proyek Tree Park
Apartement & Soho ini menggunakan ar tanah.
3. Semen
Semen Portland atau disebut juga semen adalah bahan pengikat hidrolis berupa
bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker (bahan ini terutama
dari bahan silikat – silikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai
bahan tambahan. Bahan baku pembuatan semen adalah bahan – bahan yang
mengandung kapur, silica, alumina, oksida besi dan oksida – oksida lain. Semen
digunakan sebagai bahan pengikat dalam pekerjaan konstruksi, antara lain semen
Portland, mengacu pada SNI 15-2049-2004.
Standar ini membagi semen menjadi lima jenis sebagai berikut:
a. Jenis I
Yaitu semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan – persyaratan khusus yang diisyaratkanpada semen jenis lainnya.
dina rizkia – 121 13 5004 48
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
b. Jenis II
Yaitu semen Portland yang penggunaannya memerlukan ketahanan pada sulfat
atau kalor hidrasi sedang.
c. Jenis III
Yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi
pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
d. Jenis IV
Yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi
terendah.
e. Jenis V
Yaitu jenis Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat.
Pada proyek pembangunan Tree Park Apartement & Soho ini digunakan semen
Merah Putih Jenis I dimana dalam penggunaannya tidak memerlukan
persyaratan – persyaratan khusus.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan persediaan semen :
a. Sebelum diangkut ke lapangan untuk digunakan, semen harus dijaga agar
tidak lembab.
b. Dalam pengangkutan semen harus terlindungi dari hujan dan sak (kantong)
asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat.
c. Harus disimpan di gudang yang cukup ventilasinya dan diletakkan tidak
terkena air. Diletakkan ditempat yang ditinggikan paling tidak 30 cm dari
lantai.
d. Tinggi tumpukan maksimum tidak lebih dari 2 m atau minimal 10 sak.
4. Agregat halus (pasir)
Pasir digunakan untuk pekerjaan non struktural seperti pekerjaan pembuatan lantai
kerja, plesteran, dan digunakan untuk campuran adukan beton yang dikerjakan di
lpangan. Adapun syarat – syarat dalam agregat halus pada proyek ini adalah :
dina rizkia – 121 13 5004 49
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
a. Butiran – butiran pasir kasar, tajam, dank eras, harus bersifat kekal (tidak hancur
karena pengaruh cuaca).
b. Pasir terdiri dari butir – butir yang beraneka ragam.
c. Pasir tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak.
d. Pasir laut tidak boleh digunakan di dalam semua mutu beton, kecuali dengan
menggunakan petunjuk – petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan – bahan
yang diakui.
e. Mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.
Gambar 4.1 Pasir
5. Baja Tulangan
Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :
Tulangan berulir mutu BJTD-40, sesuai dengan SII 0136-84 dan seperti
dinyatakan pada gambar-gambar struktur.
Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak-minyak, karat dan tidak cacat
(retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
Adapun syarat-syarat penulangan yaitu:
a. Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar-gambar atau
mendapat persetujuan konsultan pengawas.
dina rizkia – 121 13 5004 50
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
b. Hubungan antara besi beton satu dengan yang lain harus menggunakan kawat
beton, diikat dengan teguh, tidak bergeser selama pengecoran beton dan tidak
menyentuh lantai kerja atau papan acuan.
c. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang pada posisi
yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan spacer/penahan jarak.
d. Toleransi pemasangan lainnya sesuai SNI 03-2847-2002.
e. Pembengkokan tulangan, sesuai dengan SNI 03-2847-2002
6. Beton Decking
Fungsi dari beton decking adalah sebagai batasan antara permukaan bekisting
bagian dalam dengan tulangan sehingga akan didapatkan ketebalan selimut beton
yang sesuai dengan rencana. Beton decking merupakan campuran pasir, semen, dan
air, yang berupa blok kecil dengan atau tanpa kawat. Pada proyek ini para pekerja
biasa menyebut beton decking dengan “beton tahu”.
Gambar 4.2 Beton Decking
7. Triplek (Plywood)
Kayu atau polywood pada bekisting digunakan sebagai konstruksi penahan beban
sementara dan sebagai pembentuk dimensi atau permukaan elemen struktur beton
bertulang. Pada proyek ini digunakan dua jenis polywood dengan tebal 15 mm,
dina rizkia – 121 13 5004 51
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
yaitu jenis polyfilm dan phenolix. Phenolix merupakan polywood yang telah dilapisi
zat tertentu sehingga dapat digunakan lebih lama dibandingkan dengan polyfilm.
8. Kawat dendrat
Kawat dendrat digunakan sebagai pengikat rangkaian tulangan – tulangan antara
satu tulangan dengan yang lainnya baik untuk tulangan kolom, balok, slab ataupun
rangkaian tulangan lainnya sehingga membentuk suatu rangkaian rangka elemen
struktur yang siap dicor. Selain itu kawat ini digunakan untuk hal – hal lain, seperti
pengikatan beton decking (tahu beton) pada tulangan serta mengikat material –
material lain.
IV.4 Peralatan Pelaksanaan
Dalam melaksanakan pembangunan Apartemen ini digunakan peralatan mekanis
yang sangat mendukung pelaksanaa pekerjaan. Untuk mengoptimalkan penggunaan
peralatan, maka pemilihan jenis pemakaian secara tepat harus disesuaikan dengan kondisi
lokasi proyek.
Peralatan yang digunakan dalam proyek ini antara lain dijelaskan sebagai berikut :
1. Alat – alat berat
a. Concrete Mixer Truck
Merupakan alat yang digunakan untuk mencampur dan mengaduk beton. Selain
itu juga berfungsi untuk mengangkut beton mix design dari hasil pencampuran
bahan – bahan penyusun beton dengan volume yang telah ditentukan. Bahan
penyusun beton yang telah diukur sebelumnya untuk selanjutnya digunakan
pada kegiatan pengecoran.
Pada proyek pembangunan Tree Park Apartement & Soho ini menggunakan
concrete mixer truck berasal dari PT. Motive Mulia dengan kapasitas 7 m3 .
setiap kedatangan concrete mixer truck selama ±2 menit agar beton tidak
mengeras. Setelah itu, langsung dilakukan pengecoran.
dina rizkia – 121 13 5004 52
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
Gambar 4.3 Concrete Mixer Truck
b. Dump Truck
Merupakan suatu alat digunakan untuk mengangkut dan memindahkan material
atau bahan yang digunakan dalam proyek pada jarak menengah sampai jarak
jauh. Untuk menghindari material terjatuh di jalan maka drump truck ditutup
dengan menggunakan terpal. Selain itu juga untuk menghindari debu yang
berterbangan yang akan berdampak mencemari lingkungan sekitar perjalanan.
Pada proyek ini menggunakan drump truck yang berasal dari sub kontraktor
yaitu PT. KTB
c. Tower Crane
Tower crane merupakan alat yang berfungsi untuk mengangkat atau
memindahkan material atau bahan bangunan dan benda – benda lainya, baik
secara vertikal maupun horizontal. Ada 2 buah Tower Crane yang dipakai pada
proyek ini.
dina rizkia – 121 13 5004 53
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
Gambar 4.4 Tower Crane
2. Alat – alat survey
a. Auto level
Merupakan alat untuk menentukan elevasi ketinggian antar lantai serta
ketebalan pada masing – masing luasan pelat yang akan di cor untuk
menghindari adanya kemiringan pelat lantai pengoperasiannya adalah dengan
mengatur sisi tegak dan kemiringan pada alat kemudian menentukan satu titik
elevasi ketinggian sebagai aacuan. Setelah itu, menembak titik – titik yang lain
dengan patokan titik awal yang ditetapkan dan penandaan titik tersebut.
Gambar 4.5 Auto Level
dina rizkia – 121 13 5004 54
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
b. Theodolith
Theodolith adalah alat yang digunakan untuk menentukan koordinat suatu titik,
alat ini dapat menentukan titik koordinat secara horizontal maupun vertikal.
Gambar 4.6 Theodolith
c. Waterpass
Waterpass memiliki kegunaan yang sama dengan Theodolith dalam menentukan
titik koordinat namun waterpass hanya dapat bekerja pada arah horizontal saja.
Gambar 4.7 Waterpass
d. Sipatan (marker)
dina rizkia – 121 13 5004 55
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
Sipatan merupakan alat yang digunakan untuk memberi tanda (marking) setelah
dilakukan pengukuran. Bahan untuk sipatan ini adalah tinta yang sering disebut
tinta Cina. Tinta ini dapat bertahan dalam waktu yang lama dan tidak mudah
hilang atau luntur.
Gambar 4.8 Sipatan (marker)
e. Rambu Ukur
Rambu ukur adalah balok dengan ukuran seperti penggaris untuk dibaca
ketinggiannya pada saat pengukuran dimana angka nol berada di bawah.
Gambar 4.9 Rambu Ukur
3. Alat – alat fabrikasi
dina rizkia – 121 13 5004 56
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
a. Bar bender
Pembengkok tulangan (Bar bender) digunakan untuk membentuk baja tulangan
seperti yang diinginkan, misalnya digunakan untuk membuat sengkang dan juga
kaitan. Pada proyek ini pembengkok tulangan yang digunakan bersifat manual
sehingga diperlukan tukang yang khusus bertugas membengkokkan tulangan.
Selain itu, pembengkok tulangan yang digunakan adalah alat modifikasi
pembengkok tulangan yang terbuat dari baja.
Gambar 4.10 Bar Bender
b. Bar Cutter
Baja tulangan dipesan dengan ukuran – ukuran panjang standar. Untuk
keperluan tulangan yang pendek , maka diperlukan pemotongan terhadap
tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu alat prmotong tulangan, yaitu
gunting tulangan yang dioperasikan secara manual dengan menggunakan tenaga
manusia.
dina rizkia – 121 13 5004 57
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
Gambar 4.11 Bar Cutter
4. Alat – alat pelaksanaan pengecoran
a. Concrete Bucket
Concrete Bucket adalah alat pengangkut beton dari mixer truck ketempat
pengecoran setelah dilakukan test slump dan telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan, maka beton dari mixer truck di tuangkan ke dalam concrete bucket.
Kemudian pengangkutan dilakukan dengan bantuan tower crane. Dalam
pengerjaannya dibutuhkan satu orang sebagai operator concrete bucket. Bucket
yang digunanakn pada proyek ini berkapasitas 1,2 m3.
Gambar 4.12 Concrete Bucket
dina rizkia – 121 13 5004 58
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
b. Pipa tremie adalah pipa untuk mengatur tinggi jatuh beton pada saat
pengecoran. Pipa tremie biasa dipasang pada ujung bawang concrete bucket
sehingga beton yang keluar dari concrete bucket tidak langsung jatuh dan
menumbuk lokasi pengecoran. Usahakan sedekat mungkin jarak pipa tremie
dengan permukaan beton lama atau lantai kerja, hal ini dilakukan untuk
menghindari agregat kasar terlepas dari adukan beton.
c. Concrete Vibrator
Alat ini digunakan untuk menggetarkan spesi beton pada waktu pengecoran
sehingga adukan lebih merata dan lebih padat karena gelembung udara hilang
saat dimasukan ke dalam cetakan/bekisting. Dengan demikian seluruh bagian
terutama bagian yang sulit seperti diantara tulangan, dapat terisi spesi beton
dengan baik dan padat sehingga tidak terjadi celah – celah kosong yang dapat
menyebabkan beton kropos dan mutu beton menurun.
Cara penggunaan alat ini adalah dengan memasukan alat ini ke dalam adukan
spesi beton di dalam bekisting. Perlu diperhatikan bahwa vibrator ini tidak
boleh terlalu lama berada pada satu tempat dalam spesi beton karena akan
menyebabkan terjadinya segregasi atau terlepasnya ikatan antara material
pembentuk beton. Vibrator ini harus sering diangkat dan dipindahkan dari suatu
tempat ketempat lain agar diperoleh pemadatan yang seimbang di seluruh spesi
beton.
dina rizkia – 121 13 5004 59
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
Gambar 4.13 Concrete Vibrator
5. Alat – alat lainnya
a. Passenger Hoist (lift proyek)
Yaitu mesin lift yang berfungsi untuk mengangkut pekerja atau barang dalam
jumlah kecil ke posisi lantai yang dituju sehingga menjadi lebih cepat dan tidak
memakan waktu yang lama. Pada proyek ini memakai 2 mesin lift.
Gambar 4.14 Passenger Hoist
b. Four ways
Perancah adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk menyangga
manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan –
bangunan besar lainnya. Biasanya perancah berbentuk suatu sistem modular dari
pipa atau tabung logam, meskipun juga dapat menggunakan bahan – bahan
lainnya. Perancah yang digunakan proyek inni adalah four ways dari RRC. Four
ways sendiri membantu pemasangan besi tulangan mendukung bekisting pada
pelat lantai dan balok yang ada di atasnya serta untuk memasang tangga darurat
pekerja.
dina rizkia – 121 13 5004 60
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
Gambar 4.15 Four ways
c. Las listrik
Las listrik digunakan untuk mengikat/meyambung besi atau baja. Las listrik
digunakan untuk memasang sepatu kolom, pembuatan profil menyiku dan
pembuatan stop cor (batas pengecoran). Pada bagian bawah mesin ini terdapat
roda untuk mempermudah mobilisasi di lapangan.
IV.5 Pekerjaan Struktur Atas
IV.5.1 Pekerjaan Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari
balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari
suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Kolom adalah komponen struktur bangunan
yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang
tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai
penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Pada proyek pembangunan Apartemen ini
memiliki ukuran dimensi yang berbeda beda tiap lantainya dan tulangan kolom
menggunakan besi ulir.
dina rizkia – 121 13 5004 61
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
Berikut ini adalah urutan pengerjaan kolom pada proyek pembangunan Tree Park
Apartement & Soho :
1. Fabrikasi Tulangan Kolom
Kegiatan febrikasi kolom merupakan kegiatan penulangan seperti membengkokkan
dan memotong baja tulangan yang sesuai dengan perencanaan atau kebutuhan
dimensi yang telah direncanakan. Perencanaan mengacu pada standar detail untuk
pekerjaan struktur mengikuti standar mutu yang telah ditetapkan kontraktor utama.
Proses kegiatan fabrikasi dilakukan ditempat yang ditentukan pada area proyek dan
harus berhati-hati dalam melakukan aktivitas fabrikasi karena berhubungan dengan
alat pembengkok tulangan baja yaitu bar bender dan alat pemotong tulangan baja
yaitu bar cutter. Maka pekerja wajib menggunakan standar keamanan yang telah
ditetapkan safety plan.
Semua material tulangan yang difabrikasi seperti panjang tulangan, diameter
tekukan, dan pembuatan begel harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
oleh perencana. Besi merupakan material yang sangat penting dalam beton
bertulang, sehingga perlu dijaga mutu dan kualitasnya.
Gambar 4.16 Fabrikasi Tulangan Kolom
dina rizkia – 121 13 5004 62
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
2. Penentuan As Kolom
Titik – titik as kolom diperoleh dari hasil pekerja tim survey yang berupa
pengukuran dan pematokan , yaitu marking berupa titik – titik atau garis yang
digunakan sebagai dasar penentuan letak kolom. Cara penentuan letak as – as kolom
adalah dengan menggunakan theodolith. Posisi as kolom arah vertikal ditentukan
berdasarkan as kolom pada lantai sebelumnya. Posisi as harus sentris kedudukannya
terhadap as kolom pada lantai sebelumnya, untuk itu dilakukan pengecekan dengan
menggunakan tali, unting-unting dan meteran. Pengecekan tersebut dilakukan dalam
dua arah sampai diperoleh posisi kolom yang sebenarnya. Untuk kolom-kolom lain
yang terletak pada lantai yang sama/sejajar dapat ditentukan posisinya berdasarkan
kolom acuan yang sudah ditentukan sebelumnya.
3. Penulangan Kolom
Penulangan kolom dilakukan sebelum pemasangan bekisting. Penulangan kolom
dilakukan secara terpisah, artinya antara tulangan pokok, tulangan sengkang/begel
dan tulangan sepihak dilaksanakan ditempat lain. Setelah penulangan kolom selesai
maka tulangan kolom dibawa ketempat yang akan dilakukan pengecoran dengan
menggunakan tower crane untuk selanjutnya dipasang.
Gambar 4.17 Penulangan Kolom
dina rizkia – 121 13 5004 63
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
4. Pemasangan Bekisting Kolom
Bekisting yang digunakan adalah bekisting menggunakan cetakan dari material
kayu/plywood. Pada prinsipnya pekerjaan pemasangan bekisting pada tiap-tiap
kolom adalah sama.
Tahap pemasangan cetakan bekisting kolom :
Mengecek posisi as kolom dibantu dengan alat theodolith, karena ketepatan
vertikal dan horizontal dalam pemasangan bekisting harus diperhatikan
kemudian diberi bantuan marking garis.
Memasang dan melengkapi tulangan kolom dengan memberi beton decking
untuk menjaga jarak antar sisi bekisting dengan baja tulangan sehingga
terbentuk ruang untuk selimut beton.
Merakit waler membentuk twin waler.
Merakit panel plywood untuk dinding kolom dengan disekrup atau dipaku
ke holo.
Mengolesi permukaan panel cetakan Bekisting sebelah dalam dengan
minyak agar dapat memudahkan dalam pelepasan pengecoran.
Pasang besi holo pada waler yang telah dirakit.
Mendirikan panel yang sudah dirakit, kemudian memasang push pull untuk
menstabilkan berdirinya kolom.
Menyiapkan sepatu kolom.
Meletakkan panel-panel yang telah dirakit pada sepatu kolom yang telah
disediakan.
Melakukan pemasangan panel sehingga menjadi satu kesatuan, lakukan
vertically dan panel kolom siap dicor.
Bersihkan kotoran maupun sisa-sisa potongan kawat, kayu atau yang
lainnya yang ada dalam cetakan.
dina rizkia – 121 13 5004 64
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
Gambar 4.18 Pemasangan Bekisting Kolom
5. Pengecoran Kolom
Setelah bekisting selesai dipasang, maka diadakan pengecekan posisi kolom oleh
surveyor dengan menggunakan total station. Hal ini guna menjaga kelurusan
bangunan dan ketepatan pemasangan kolom. Pengecoran dilakukan dengan
menggunakan bucket dan diangkat dengan menggunakan mobil crane serta bagian
bawah bucket dipasang selang tremi. Langkah – langkah pengecoran yaitu :
Setelah mobil concrete mixer truck sampai dilokasi maka dilakukan uji
slump untuk mengetahui tingkat workabiliity beton ready mix.
Setelah dinyatakan beton ready mix masuk kriteria dalam pengujian slump
maka selanjutnya beton ready mix dituang ke dalam bucket yang
dilengkapi dengan selang tremi agar tinggi jatuhnya beton tidak terlalu
tinggi.
Bucket berisi beton ready mix segera diangkut dengan menggunakan
tower crane ke lokasi pengecoran agar tidak terjadi pengendapan agregat.
Pengecoran dilakukan lapis demi lapis dan tidak dibenarkan menuangkan
adukan beton ready mix dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian yang
dina rizkia – 121 13 5004 65
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
akan menyebabkan pengendapan agregat (tinggi jauh tidak lebih dari 2
meter).
Pemadatan adonan beton dengan menggunakan vibrator (pemadatan
dengan alat vibrator yang berfungsi menghilangkan udara yang terdapat
pada campuran beton itu, karena apabila tidak dilakukan maka udara akan
membentuk ruang kosong dalam beton. Ruang kosong itu sangat
merugikan bagi kualitas beton, selain kekuatannya berkurang hasil cornya
akan buruk dan berongga. Pemadatan ini sebaiknya dilakukan merata
untuk menghindari terjadinya segresi).
Gambar 4.19 Pengecoran Kolom
6. Pembongkaran Bekisting Kolom
Pembongkaran bekisting harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari pengawas
proyek dan pada saat proses pelepasan dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindarkan kolom dari kerusakan. Bekisting yang telah dilepas tersebut
dibersihkan bagian permukaan dalamnya serta diolesi pelumas untuk kemudian
dina rizkia – 121 13 5004 66
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
dipasang pada kolom berikutnya. Pembongkaran bekisting dilakukan pada beton
berumur ± 24 jam.
Gambar 4.20 Pembongkaran Bekisting Kolom
IV.5.2 Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai
Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk menompang
lantai di atasnya. Pelat lantai merupakan komponen struktur yang menyalurkan beban ke
balok akibat beban yang bekerja di atasnya. Baik berupa beban mati ( dead load ) maupun
berupa beban hidup ( live load ). Pelat ini terjepit semua sisinya, sehingga pelat mempunyai
kelenturan dalam dua arah yang disebut two way slab.
Proyek ini menggunakan jenis balok yang terdiri dari balok induk dan balok anak. Balok
induk adalah penghubung antar kolom dan berfungsi untuk menerima beban yang bekerja
pada pelat dan beban terpusat yang merupakan reaksi dari balok anak. Semua beban dari
balok induk tersebut diteruskan ke kolom. Balok anak berfungsi untuk mengurangi
lendutan yang terjadi pada pelat.
Kegiatan pekerjaan bekisting balok pada proyek ini menggunakan tipe pekerjaan balok
yang menyatu dengan pelat, yaitu system yang dimana pada pelaksanaan pengecoran
adalah struktur cetakan antara balok menjadi satu kesatuan dengan struktur cetakan plat.
dina rizkia – 121 13 5004 67
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
1. Fabrikasi tulangan
Pada pekerjaan fabrikasi tulangan merupakan kegiatan penulangan seperti
membengkokkan dan memotong baja tulangan yang sesuai dengan perancangan.
Proses fabrikasi dilakukan di area yang telah ditentukan. Semua material besi yang
difabrikasi seperti panjang tulang, diameter tulangan, panjang lekukan, dan
pembuatan tulangan kaki ayam harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
oleh perencana.
2. Penentuan As Balok dan Pelat Lantai
Penentuan as balok dan pelat lantai mengikuti posisi kolom. Terutama balok yang
berhubungan langsung dengan kolom. Hal yang sangat diperhatikan adalah posisi
elevasi pelat lantai dan balok.
Penentuannya adalah sebagai berikut ;
a. Dari dasar kolom diukur setinggi 1m dan diberi elevasi pada kolom tersebut.
b. Kemudian dengan menggunakan auto level, kolom yang lain juga diberi elevasi
yang sama.
c. Dari elevasi tersebut, digunakan sebagai patokan yaitu diukur sesuai tinggi yang
diinginkan sebagai elevasi dasar bekisting balok dan pelat.
Ketebalan pelat : S1 = 120 mm
S2 = 150 mm
S3 = 200 mm
S4 = 250 mm
3. Pembuatan Serta Pemasangan Bekisting Balok dan Pelat Lantai
Cara pemasangan bekisting pelat adalah dengan bahan plywood tebal ± 15 mm
dengan panel cetakan hary beam, kemudian didukung oleh four ways. Pemasangan
bekisting pelat lantai dibuat bersamaan dengan bekisting balok, sehingga menjadi
dina rizkia – 121 13 5004 68
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
satu kesatuan. Pemasangan bekisting harus dibuat rapat, agar air semen tidak keluar
pada saat pengecoran.
Pelaksanaan bekisting balok dan pelat lantai, adalah sebagai berikut :
a. Four ways dipasang dengan posisi melintang dari balok. Ujung four ways
dipasang balok kayu 8/12 baja profil c untuk penyangga bekisting balok dan
pelat. Selain four ways, bekisting pelat menggunakan table form.
b. Rangka dari bekisting pelat dan balok dipakai baja profil c yang dipasang
melintang terhadap balok kayu 8/12 dan diikat dengan baut.
c. Sebagai penutup dari kayu tersebut maka digunakan plywood multipleks yang
telah diolesi oli.
d. Untuk bekisting balok, sisi luarnya diberi penyokong dan penguat dari besi.
e. Untuk bekisting pelat lantai, maka pada setiap sambungan plywood multipleks
harus ditunjang oleh balok 8/12 sehingga tidak bocor.
Gambar 4.21 Pemasangan Bekisting Balok dan Pelat lantai
4. Penulangan Balok dan Pelat Lantai
Penulangan balok disesuaikan dengan gambar kerja dan dilakukan setelah
pemasangan bekisting selesai. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Panjang lewatan balok, yaitu panjang sambungan jika 2 besi disambung.
dina rizkia – 121 13 5004 69
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
b. Panjang penyaluran, yaitu panjang besi yang masuk ke dalam balok pada
pertemuan joint-joint.
c. Persyaratan tulangan balok induk, balok anak dan sengkang.
d. Diperhatikan jumlah dan posisi besi serta jarak antar sengkang.
e. Tebal selimut beton penulangan pelat lantai.
Pada penulangan pelat lantai, tahap – tahap penulangan pelat yang perlu
diperhatikan hal – hal sebagai berikut :
a. Pemasangan tulangan pelat dilakukan setelah bekisting balok dan pelat serta
penulangan balok selesai.
b. Penulangan harus sesuai dengan gambar perencanaan.
c. Pemberian beton decking, untuk menjamin selimut beton cukup tebal.
d. Menjaga jarak antar tulangan atas dengan tulangan bawah, maka perlu dipasang
kaki ayam, diletakkan pada daerah tumpuan antara tulangan atas (tarik) dan
tulangan bawah (tekan).
Gambar 4.22 Penulangan Balok dan Pelat Lantai
dina rizkia – 121 13 5004 70
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
5. Pengecoran Balok dan Pelat Lantai
Pengecoran balok dan pelat lantai menggunakan metode yang sama dengan
pengecoran kolom. Sebelum diadakan pengecoran diadakan pemeriksaan terlebih
dahulu, yaitu :
a. Pemeriksaan bekisting, dengan cara cek elevasi dengan menggunakan
waterpass dan kerapatan antar bekisting, selain itu juga diperhatikan kebersihan
bekisting dari potongan benda dan serpihan – serpihan lain yang nantinya bisa
mengganggu kualitas beton. Tebal selimut beton juga harus di cek kembali.
Apabila ada beton decking yang pecah, harus diganti yang baru.
b. Pemeriksaan tulangan, termasuk didalamnya cek jumlah, jarak penempatan,
panjang lewatan penyaluran dan kaitan. Setelah pengecoran, dilakukan
pemadatan dengan vibrator.
Gambar 4.23 Pengecoran Balok dan Pelat Lantai
6. Pembongkaran Bekisting Balok dan Pelat Lantai
Pembongkaran bekisting balok dan pelat lantai dilakukan setelah beton mencapai 80
% kekuatan maksimumnya. Pembongkaran bekisting pada balok dilakukan pada
waktu beton berumur ± 7 hari dan pembongkaran bekisting pelat dilakukan pada
waktu beton berumur ± 5 serta harus mendapat persetujuan dari pengawas.
dina rizkia – 121 13 5004 71
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
Gambar 4.24 Pembongkaran Bekisting Balok dan Pelat Lantai
7. Perawatan Beton Balok dan Pelat Lantai
Perawatan beton dilakukan setiap hari selama 2 minggu dengan cara menggenangi
permukaan beton dengan air sehingga penguapan berlebih dari beton dapat
dikurangi, dengan demikian retak- retak beton yang timbul akibat pengaruh cuaca
dapat dihindari sedangkan perawatan yang lain adalah :
a. Pada saat pembongkaran bekisting dilakukan secara hati – hati untuk mencegah
terjadinya pengelupasan atau cacat pada beton.
b. Apabila hasil pengecoran terjadi cacat, maka dilakukan penambalan dengan
campuran beton yang hamper sama dengan karakteristik kekuatannya campuran
beton baru menggunakan aditif.
IV.6 Pengawasan Pekerjaan Pembesian
Ada beberapa hal yang diperhatikan oleh kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan
pembesian, yaitu :
1. Lokasi fabrikasi yang strategis, mudah dijangkau oleh tower crane
2. Pada proses pemotongan dan pembengkokan besi sebaiknya direncanakan terlebih
dahulu agar semaksimal mungkin besi dapat terpakai
dina rizkia – 121 13 5004 72
LAPORAN KERJA PRAKTEK BAB IV PELAKSANAAN PROYEK
3. Pemotongan dan pembengkokkan besi dilakukan menggunakan alat bar cutter dan
bar bender untuk mempermudah dan mempercepat proses pekerjaan.
4. Besi harus bersih dan bebas karat pada saat pengecoran akan dilakukan.
5. Ukuran besi yang digunakan harus sesuai dengan gambar rencana.
IV.7 Pengawasan Pekerjaan BekistingAda beberapa hal yang diperhatikan oleh kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan
bekisting, yaitu :
1. Bekisting harus kuat/kokoh, dalam arti bila dicor bentuk bekisting tidak berubah.
2. Bekisting tidak boleh bocor karena dapat mengakibatkan beton kropos.
3. Bahan bekisting tidak boleh menyerap air agar beton tidak menjadi kering terlalu
cepat.
4. Sebelum dipasang bekisting terlebih dahulu diberi lapisan mold oil.
IV.8 Pengawasan Pekerjaan Pengecoran
Ada beberapa hal yang diperhatikan oleh kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan
pengecoran, yaitu :
1. Beton harus bersih dari segala kotoran.
2. Permukaan beton harus rata, tidak bergelombang atau berlubang.
3. Sesudah pengecoran, harus diperhatikan faktor perawatan pada beton yang ada
karena dapat mempengaruhi mutu beton.
dina rizkia – 121 13 5004 73