15
BAB IV Ilustrasi Kehidupan Manusia dari Sudut Pandang Ekonomi Pius Nugraha 1. PENDAHULUAN Bumi kita ini ditinggali oleh berbagai makhluk hidup, diantaranya manusia, tumbuhan dan binatang. Setiap makhluk hidup dikaruniai oleh Tuhan YME naluri untuk bertahan hidup agar menjaga eksistensi dan keberlangsungannya di dunia ini. Manusia sebagai makhluk hidup juga akan selalu berusaha menjaga keberadaannya, baik untuk dirinya sendiri, untuk kelompoknya maupun masyarakatnya. Naluri bertahan dan menjaga keberadaannya ini dilakukan secara perorangan, kelompok, dan masyarakat. Melakukan kegiatan ekonomi yang merupakan perwujudan dari perilaku ekonomi baik oleh perorangan, kelompok, maupun masyarakat merupakan salah satu upaya mendasar manusia untuk bertahan hidup dan menjaga eksistensinya. Selain kegiatan ekonomi, manusia juga melakukan aktifitas sosial, budaya, politik, dan lainnya untuk bertahan hidup. Pada bagian ini akan diuraikan perilaku ekonomi yang terwujud dalam bentuk berbagai kegiatan ekonomi. 2. Kegiatan Ekonomi Kegiatan ekonomi manusia yang mendasar untuk bertahan hidup dan menjaga eksistensinya adalah aktifitas mengkonsumsi. Kegiatan konsumsi pada hakekatnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan primer (makan-minum, pakaian, dan perumahan), kebutuhan sekunder (kesehatan, pendidikan, transportasi, dan sebagainya), dan kebutuhan tersier (hiburan, kenyamanan, piknik, dan sebagainya). Selain kebutuhan-kebutuhan fisik (phisiology needs) ini, manusia juga membutuhkan hal-hal yang bersifat non-materi, seperti

BAB IV - Ilustrasi Kehidupan Manusia Dari Sudut Pandang Ekonomi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kehidupan Manusia dari Sudut Pandang Ekonomi

Citation preview

  • BAB IV Ilustrasi Kehidupan Manusia dari

    Sudut Pandang Ekonomi

    Pius Nugraha

    1. PENDAHULUAN

    Bumi kita ini ditinggali oleh berbagai makhluk hidup, diantaranya manusia, tumbuhan dan

    binatang. Setiap makhluk hidup dikaruniai oleh Tuhan YME naluri untuk bertahan hidup agar

    menjaga eksistensi dan keberlangsungannya di dunia ini. Manusia sebagai makhluk hidup

    juga akan selalu berusaha menjaga keberadaannya, baik untuk dirinya sendiri, untuk

    kelompoknya maupun masyarakatnya. Naluri bertahan dan menjaga keberadaannya ini

    dilakukan secara perorangan,

    kelompok, dan masyarakat.

    Melakukan kegiatan ekonomi

    yang merupakan perwujudan dari

    perilaku ekonomi baik oleh

    perorangan, kelompok, maupun

    masyarakat merupakan salah satu

    upaya mendasar manusia untuk

    bertahan hidup dan menjaga

    eksistensinya. Selain kegiatan ekonomi, manusia juga melakukan aktifitas sosial, budaya,

    politik, dan lainnya untuk bertahan hidup. Pada bagian ini akan diuraikan perilaku ekonomi

    yang terwujud dalam bentuk berbagai kegiatan ekonomi.

    2. Kegiatan Ekonomi

    Kegiatan ekonomi manusia yang mendasar untuk bertahan hidup dan menjaga eksistensinya

    adalah aktifitas mengkonsumsi. Kegiatan konsumsi pada hakekatnya dilakukan untuk

    memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan primer (makan-minum, pakaian, dan perumahan),

    kebutuhan sekunder (kesehatan, pendidikan, transportasi, dan sebagainya), dan kebutuhan

    tersier (hiburan, kenyamanan, piknik, dan sebagainya). Selain kebutuhan-kebutuhan fisik

    (phisiology needs) ini, manusia juga membutuhkan hal-hal yang bersifat non-materi, seperti

  • kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan untuk disayang dan dicintai (love and

    belonging needs), kebutuhan untuk diakui dan direspeki (self esteem needs), serta kebutuhan

    untuk pencapaian suatu prestasi (self actualization needs)1. Bahkan manusia secara fitrahnya,

    sebagai makhluk ber-Tuhan menginginkan pemenuhan kebutuhan spiritual2. Pemenuhan

    kebutuhan baik materi maupun non-materi ini diarahkan untuk tercapainya kesejahteraan bagi

    ketiga unsur manusia yaitu jiwa, jasmani, dan rohani (mind, body, and spirit).

    Agar bisa mengkonsumsi berbagai

    pemenuhan kebutuhan di atas, manusia

    harus memproduksi. Manusia

    menghasilkan segala sesuatu demi untuk

    memenuhi kebutuhannya. Dalam

    berproduksi, selain bertindak sebagai

    produsen, manusia sekaligus merupakan

    faktor produksi. Dalam hal ini manusia

    terlibat langsung dalam pelaksanaan

    proses produksi dengan menyumbangkan

    tenaga kerjanya (labor). Selain tenaga kerja, proses produksi juga membutuhkan faktor

    produksi lain seperti lahan (land), bahan baku (materials), modal baik fisik maupun finansial

    (physical and financial capitals), kewirausahawan (entrepreneurship), dan teknologi

    (technology). Dalam mengembangkan faktor produksi baik dalam dirinya (tenaga kerja)

    maupun di luar dirinya (faktor produksi selain tenaga kerja), manusia mengembangkan

    metoda berproduksi melalui pemanfaatan serta pengkombinasian penggunaan faktor produksi

    tersebut.

    Dua kegiatan ekonomi yang mendasar ini, mengkonsumsi dan memproduksi dapat

    digambarkan secara sederhana dalam suatu diagram arus melingkar (circular flow). Dalam

    arus melingkar ini di buat penyederhanaan bahwa hanya ada dua kelompok pelaku ekonomi

    yaitu rumah tangga dan perusahaan. Rumah tangga melakukan aktifitas mengkonsumsi dan

    menawarkan faktor produksi yang dimilikinya (tenaga kerja, modal, lahan, kewirausahaan,

    dan sebagainya). Perusahaan melakukan aktifitas memproduksi (barang atau jasa) dengan

    1 Lihat piramida kebutuhan manusia dalam Abraham H. Maslow, A Theory of Human Motivation,

    Psychological Review 50(4) (1943): 370-96.

    2 Beberapa ahli, misalnya Viktor Frankl dalam artikelnya Self-transcendence as a Human Phenomenon,

    Journal of Humanistic Psychology 6(2) (1966): 97-106 menambahkan satu lagi kebutuhan manusia yang disebut

    sebagai self-transcendence needs yang tak lain adalah kebutuhan manusia untuk ber-Tuhan.

  • memanfaatkan berbagai faktor produksi yang tersedia. Diagram-1 menggambarkan dua

    kegiatan ekonomi (konsumsi dan produksi) dari dua kelompok pelaku ekonomi (rumah

    tangga dan perusahaan).

    Perlu diingat bahwa di dalam suatu masyarakat atau perekonomian yang sudah

    mengenal alat tukar (uang), selain arus fisik (barang, jasa, atau faktor produksi), dengan arah

    yang berlawanan ada juga arus uang dari rumah tangga ke perusahaan (imbalan barang/jasa

    yang dibeli rumah tangga untuk konsumsi) dan arus uang dari perusahaan ke rumah tangga

    (imbalan faktor produksi yang digunakan perusahaan dalam produksi). Sedangkan untuk

    masyarakat subsisten yang memenuhi kebutuhannya sendiri-sendiri, rumah tangga juga

    berfungsi sebagai perusahaan, jadi selain mengkonsumsi rumah tangga juga memproduksi.

    Tentu saja tidak ada arus uang untuk masyarakat yang memproduksi kebutuhan konsumsinya

    sendiri.

    Diagram-1. Arus Melingkar Kegiatan Ekonomi

    Meskipun berbagai makhluk hidup selain manusia, baik tumbuhan maupun binatang,

    juga memproduksi dan mengkonsumsi namun kegiatan mereka sangat terbatas dan nyaris

    tidak berkembang sama sekali. Manusia dengan kemampuan inteligensianya mampu untuk

    mengembangkan kegiatan ekonomi, baik kegiatan mengkonsumsi maupun memproduksi,

    Rumah

    Tangga

    Faktor produksi

    (labor, land, capital,

    entrepreneurship)

    Produksi

    (barang/jasa)

    Perusahaan

  • yaitu meliputi: (1) pengkombinasian faktor-faktor produksi yang semakin efisien; (2)

    pengelolaan proses produksi yang lebih efektif; (3) peningkatan hasil produksi melalui

    metoda yang semakin baik; (4) penyimpanan dan pengawetan kelebihan hasil produksi; (5)

    pendistribusian hasil produksi; (6) penghematan jumlah yang dikonsumsi; (7)

    pengkombinasian barang yang dikonsumsi agar lebih efisien untuk mencukupkan tingkat

    konsumsi tertentu; dan berbagai pengembangan kegiatan produksi maupun konsumsi lainnya.

    Pengembangan kegiatan produksi di atas menyebabkan beberapa ahli menganggap

    bahwa ada kegiatan ekonomi penting lainnya selain konsumsi dan produksi yaitu distribusi.

    Kegiatan ekonomi distribusi pada dasarnya adalah sebagai jembatan antara kegiatan produksi

    dengan kegiatan konsumsi. Selain fungsi penyimpanan dan pengawetan, fungsi distribusi

    yang juga sangat berkembang adalah pemasaran (marketing) yang meliputi strategi penentuan

    harga (pricing), penentuan lokasi (placing), pengemasan (packaging), dan promosi

    (promotion). Dalam teori dasar pemasaran empat strategi ini dikenal sebagai 4Ps strategy.

    Kelebihan lain manusia dibandingkan makhluk hidup lainnya adalah kemampuan

    untuk memanfaatkan sumber daya yang ada di Bumi ini yang meliputi benda-benda di dalam

    bumi, di atas bumi, dan juga di udara, termasuk tumbuhan dan binatang. Tumbuhan dan

    binatang lebih banyak dimanfaatkan daripada memanfaatkan. Bahkan pada umumnya,

    berbagai barang maupun makhluk hidup selain manusia merupakan barang-barang yang

    dimanfaatkan oleh manusia untuk membantu keberlangsungan keberadaan manusia di atas

    bumi.

    Kemampuan memanfaatkan inilah yang merupakan perbedaan pokok antara manusia

    dengan berbagai makhluk hidup lain yang ada di atas bumi. Kemampuan manusia untuk

    memanfaatkan sumber daya alam di Bumi ini merupakan pedang bermata dua yang kalau

    digunakan secara baik dapat mensejahterakan seluruh umat manusia secara adil dan

    berkelanjutan. Namun kalau pedang tersebut digunakan secara salah akan mengakibatkan

    pengurasan dan merusak sumberdaya alam sehingga tidak tersisa bagi generasi manusia di

    masa mendatang. Meminjam ucapan Mahatma Gandhi (1869-1948) yang terkenal, yang

    artinya, Dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh manusia di Bumi, tetapi tidak

    cukup untuk memenuhi berbagai keserakahan manusia.

    Hal inilah yang perlu dipahami dan bahkan perlu direnungi. Kegiatan ekonomi pada

    hakekatnya merupakan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan barang dan

    jasa yang disediakan baik oleh manusia itu sendiri maupun oleh alam. Dengan perkembangan

    waktu, kebutuhan manusia juga tumbuh baik dari segi kuantitas (semakin banyak) maupun

    kualitas (semakin baik). Perkembangan kebutuhan ini terutama disebabkan oleh

  • meningkatnya berbagai besaran-besaran demografi dan ekonomi seperti total populasi,

    jumlah penduduk usia muda, aktifitas komunikasi, aktifitas mobilitas penduduk, dan lain-lain.

    Selain pertumbuhan-pertumbuhan tersebut, kebutuhan manusia juga dipengaruhi oleh hal-hal

    yang semestinya tidak terlalu diperlukan, sehingga menimbulkan pemborosan. Dalam skala

    dunia, perkembangan kebutuhan yang demikian ini membawa manusia mengalami

    kelangkaan. Dan yang paling berbahaya adalah kelangkaan akan pangan dan enerji.

    Disinilah perlunya pemahaman perilaku ekonomi dikaitkan dengan berbagai aspek

    kehidupan lainnya (sosial, budaya, hukum, politik, dan lingkungan alam) termasuk aspek

    spiritual. Seperti disebutkan di atas, ada kebutuhan spiritual dari manusia. Dengan spiritual

    yang baik dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan lainnya, diharapkan

    manusia dapat mengendalikan dirinya, terutama dalam memanfaatkan alam, tidak

    memboroskan apa yang disediakan oleh alam sehingga lebih dari cukup untuk semua dari

    waktu ke waktu. Dengan demikian upaya ekonomi yang sejatinya adalah untuk menjamin

    eksistensi dan keberlangsungan manusia dapat tercapai.

    3. Hal-hal Yang Membahayakan Keberlangsungan

    Manusia:

    Walaupun upaya manusia melalui kegiatan ekonomi sudah diarahkan untuk menjamin

    keberlangsungan keberadaan manusia yang berkelanjutan, namun ada beberapa hal yang bisa

    mengancam pencapaian tersebut yaitu:

    I. Alam: Alam sering berulah berupa gunung meletus, gempa bumi, dlsb.

    II. Ulah manusia sendiri: Inilah yang sebenarnya lebih berbahaya karena membahayakan

    kelangsungan keberadaan umat manusia.

    Ancaman terhadap keberlangsungan

    keberadaan manusia sebagai akibat ulah alam,

    sedikit demi sedikit mulai dapat diatasi atau

    paling tidak diantisipasi, meski tidak mungkin

    untuk dihilangkan sama sekali. Namun yang

    justru perlu diawasi perkembangannya adalah

    ulah manusia yang semakin lama semakin

    brutal. Apakah hal ini merupakan akibat dari

    kepentingan ekonomi?

  • Kepentingan ekonomi pada dasarnya netral. Yang selalu menjadi masalah adalah

    kerakusan manusia dalam memanfaatkan keinginannya. Ekonomi memang menyediakan

    peralatan-peralatannya, seperti teknologi dan manajemen untuk meningkatkan produktivitas

    manusia, yang utamanya bertujuan meningkatkan kemakmuran manusia. Sayangnya

    peralatan ini rawan disalahgunakan. Perkembangan produktivitas sering berada di bawah

    keinginan manusia. Manusia memaksakan kehendaknya agar produksi berkembang lebih

    pesat daripada kemampuannya. Bahkan produksi dipaksa untuk berkembang melebihi

    kebutuhan manusia. Demikian pula, alam dipaksa untuk berkembang melebihi

    kemampuannya. Akibatnya terjadilah pengrusakan alam.

    Berangkat dari situasi inilah manusia semestinya bertindak dan berpikir dengan selalu

    didasarkan atas kekritisan, kreativitas dan inovatif. Selain itu sebaiknya dalam bertindak,

    terutama dalam memanfaatkan alam, manusia semestinya juga menunggu sampai mampu

    memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Hal ini akan dengan mudah dilakukan bila

    manusia menyadari akan perlunya spiritualitas

    4. Kritis

    Manusia haruslah kritis dalam menanggapi permasalahan yang dihadapi. Pandai

    menimbang baik buruknya tindakan yang akan dilakukan. Selalu mempertanyakan kebenaran

    dan akibat tindakan yang akan dilakukan. Apakah suatu tindakan akan menghasilkan nilai-

    nilai positif ataukah negatif. Apakah suatu tindakan akan menghasilkan nilai positif untuk

    jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang justru akan memberikan hasil negatif.

    Sesuatu yang baik, namun jika dilaksanakan tanpa sikap kritis, sangat sering justru

    menghasilkan akibat negatif dari sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil yang

    positif. Penggunaan pupuk, pestisida, bibit unggul yang tidak dilandasi sikap kritis terhadap

    dampaknya, merupakan contoh yang sangat bagus, bahwa sesuatu yang diharapkan akan

    menghasilkan output yang baik, ternyata malah merugikan.

    - Penggunaan pupuk an-organik yang tidak tepat ternyata merusak struktur tanah.

    - Penggunaan pestisida ternyata membinasakan banyak hewan yang sebenarnya

    bermanfaat bagi pertanian dan penggunaan pestisida yang terus menerus malah

    mengakibatkan banyak hama menjadi tahan terhadap pestisida.

    - Penggunaan bibit unggul mengakibatkan terjadinya pergeseran penggunaan tenaga kerja

    dari tenaga kerja wanita ke tenaga kerja pria, sehingga banyak tenaga kerja wanita

    beralih profesi menjadi buruh di kota atau menjadi TKW di luar negeri.

  • Sikap kritis juga perlu ada dalam berkonsumsi. Diperlukan tingkat pemikiran tertentu

    agar konsumsi bisa sehat dan tidak merusak lingkungan, serta bermanfaat bagi orang banyak.

    Selain banyaknya polusi yang berasal dari BBM, besarnya konsumsi hasil ternak ikut

    menyumbang terjadinya Global Warming. Oleh karena itu dorongan untuk berkonsumsi

    juga harus diarahkan sedemikian rupa sehingga tidak merusak lingkungan.

    5. Kreatif.

    Di dalam menghadapi atau menyelesaikan permasalahan tertentu manusia harus

    kreatif dalam menciptakan metode dan peluang-peluang, guna menunjang keberhasilan suatu

    tindakan. Misalnya dalam hal meningkatkan produktivitas, perlu ditemukan terobosan-

    terobosan baru, dengan tujuan agar hasil yang diperoleh benar-benar bisa meningkat, bahkan

    meski menggunakan teknologi yang tersedia. Kreativitas dalam berkonsumsi bisa

    dilaksanakan dengan pengembangan sumber energi alternatif.

    Contohnya adalah pemanfaatan energi dari kotoran ternak, tenaga surya, dan lain-

    lainnya. Demikian pula dengan penggunaan pupuk kompos atau pupuk kandang, serta

    berusaha mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Hal ini selain akan menjaga

    peningkatan produktivitas sebagaimana yang diharapkan, juga akan membuat

    berkelanjutannya kesuburan tanah, serta memperbaiki kandungan nutrisi hasil produksi

    (organik). Dengan demikian, selain memberikan manfaat bagi kesehatan masyarakat dan

    lingkungan, petani juga akan dapat meningkatkan pendapatannya

    Inovatif

    Sikap inovatif maksudnya adalah menemukan hal-hal yang baru sama sekali.

    Misalnya mengganti tanaman yang semula merupakan tanaman pangan seperti padi dan

    palawija, diganti dengan tanaman buah-buahan yang mempunyai nilai lebih tinggi.

    Contoh-contoh di atas hanyalah beberapa dari banyak yang bisa dilakukan.

    Diperlukannya sikap kritis, kreatif serta inovatif ini dapat ditemukan di setiap kelompok

    orang, masyarakat, dan dimanapun. Juga di setiap bidang ekonomi dengan permasalahan

    masing-masing, baik dalam berproduksi maupun dalam berkonsumsi. Sikap kritis, kreatif dan

    inovatif juga perlu dikembangkan ketika seseorang bertindak baik sebagai faktor produksi

    maupun sebagai pelaksana manajemen. Sebagai faktor produksi dan manajerial misalnya,

    kritis, kreatif dan inovativ terjadi sebagaimana dalam sejarah dari berdirinya koperasi dan

    selama perjalanannya sampai saat ini. Koperasi merupakan contoh yang sangat baik,

  • bagaimana dengan bekerja sama koperasi mampu meningkatkan manusia sebagai faktor

    produksi bahkan juga sebagai produsen dan konsumen. Koperasi juga membina para

    anggotanya menjadi manusia yang berdisiplin dalam menjaga lingkungan dan bertindak

    kritis. Bahkan koperasi telah memakmurkan anggotanya. Koperasi berkembang sedemikian

    sehingga memakmurkan anggotanya tanpa menimbulkan permasalahan

    Individu.

    Pada dasarnya secara individu, kekhawatiran manusia dalam menghadapi alam dan

    eksistensinya lebih besar daripada secara berkelompok. Oleh karena itu pada umumnya,

    secara individu manusia akan berusaha mempunyai kearifan yang lebih besar dalam

    mempertahankan eksistensi ras manusia. Secara individu manusia akan menjaga kelestarian

    alam dan mempertahankan haknya secara lebih langsung. Individu juga akan berproduksi

    secukupnya. Tidak berlebihan. Kekurangan bahan-bahan keperluan hidup yang mungkin

    terjadi juga tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya karena ia hanya bertanggung jawab pada

    dirinya sendiri. Dalam hal menghadapi kekurangan keperluan hidupnya, seorang individu

    juga akan merasa lebih mudah memenuhi kebutuhannya karena ia merasa hanya akan

    memenuhi kebutuhan untuk satu orang, yaitu dirinya sendiri. Namun demikian usaha untuk

    berproduksi juga sangat terbatas, karena hanya dilakukan sendiri. Baik tenaga maupun

    pikiran yang dapat dicurahkan dalam usahanya berproduksi menjadi sangat terbatas.

    Sehingga hasil produksinya pun menjadi sangat terbatas pula.

    Orang yang bekerja secara individu hampir tidak mungkin atau kecil

    kemungkinanannya mengembangkan metode berproduksi atau mengembangkan kombinasi

    penggunaan faktor produksi. Individu umumnya cepat merasa puas dengan terpenuhinya

    kebutuhan yang minimal. Namun cerita di bawah ini memberikan ilustrasi yang sangat pas

    untuk menggambarkan perjuangan seorang anak manusia yang mempertahankan

    eksistensinya di alam bebas seorang diri.

    Badar bukan sedari mula merupakan

    manusia yang hidup seorang diri. Ia berasal dari

    suatu masyarakat yang sudah berbudaya.

    Keinginannya untuk berlayar mengakibatkan ia

    meninggalkan masyarakatnya. Maka diceritakan

  • perahunya kandas dan ia terdampar di pantai sebuah pulau kosong.

    Ketika pagi-pagi sadar dari pingsannya ia menyadari bahwa barang yang

    ada padanya hanyalah pakaian yang dia kenakan dan sebuah pisau pemberian

    kakeknya ketika ia mulai dewasa dan yang tidak pernah meninggalkan pinggangnya.

    Ia merasa lapar, lalu tertatih-tatih berjalan menuju pedalaman pulau. Ia

    menemukan sebuah sungai yang airnya sangat jernih, minumlah ia sepuasnya dan

    kemudian mandi. Setelah segar ia mulai merasa hidup kembali. Tahu bahwa ia

    harus mendapatkan makanan maka iapun mulai melihat-lihat ke sekelilingnya. Di

    air sungai yang sangat jernih itu, ia melihat ikan-ikan yang cukup besar berenang

    kesana kemari.

    Dengan mempergunakan pisaunya, ia mulai membuat sebuah tombak

    dari sebuah ranting pohon yang diruncingkan ujungnya. Setelah selesai

    membuat tombak, iapun mulai berburu ikan.

    Hari itu ia mendapat 4 ekor ikan dan habis dimakannya. Keesokan

    harinya ia berburu lagi dan mendapatkan 4 ekor ikan yang habis untuk

    dikonsumsinya pada hari yang sama. Cerita berlanjut untuk beberapa hari ke

    depan. Sampai pada suatu hari ia berpikir, Kalau begini keadaannya, saya

    tidak akan pernah berhasil keluar dari pulau ini. Hari-hariku habis untuk

    berburu ikan.

    Maka iapun menyadari bahwa ia harus bisa mendapatkan lebih

    banyak ikan. Tetapi bagaimana? Dengan tombaknya ia hanya mampu

    memperoleh 4 ekor ikan dalam sehari. Ia berpikir bahwa untuk mendapatkan

    ikan yang lebih banyak ia harus mengganti peralatannya yang semula

    tombak menjadi jaring. Itu artinya ia harus membuat jaring. Tapi kapan?

    Waktunya dalam sehari sudah habis digunakan untuk menangkap ikan.

    Mulailah ia berhitung: Dengan mengurangi jumlah ikan yang dikonsumsi, ia

    akan bisa menyimpan ikan untuk dimakan pada hari berikutnya.

    Keesokan harinya ia menangkap ikan mendapatkan 4 ekor tetapi

    hanya dimakan 3 ekor saja maka ia mempunyai simpanan 1 ekor. Hari kedua

    ia menangkap 4 ekor ikan lagi sehingga ia mempunyai 5 ekor ikan dan hanya

    dimakan 3 ekor sehingga masih sisa 2 ekor. Begitu juga yang dilakukannya

    pada hari ke 3, sehingga sisa ikan pada hari itu menjadi 3 ekor. Pada hari ke

    4, ia tidak menangkap ikan tetapi dengan makan 3 ekor ikan tersisa, hari itu

    bisa ia gunakan untuk memintal benang dari serat kulit kayu.

  • Pada periode tiga hari mendatang ia melakukan hal yang sama dan pada hari

    keempat ia memintal benang lagi. Demikianlah ia melakukan untuk beberapa lama,

    hingga pada akhirnya ia merasa bahwa benang yang dimilikinya sudah cukup untuk

    membuat sebuah jala. Ia masih

    melakukan hal yang sama pada hari

    pertama, kedua dan ketiga. Namun,

    yang dilakukan pada hari keempat

    adalah merajut sebuah jala. Kegiatan

    ini dilakukan beberapa waktu sehingga

    pada akhirnya jala selesai dirajut dan

    kini ia mempunyai sebuah jala untuk

    menangkap ikan.

    Dengan menggunakan jala itu, tangkapannya meningkat drastis.

    Sekarang ia mampu menangkap ikan dalam sehari sebanyak 10 ekor. Iapun

    makan ikan sebanyak 5 ekor ikan sehari. Itupun masih berlebih. Maka

    banyak hal dapat dilakukannya yaitu:

    - membangun pondok,

    - belajar membuat api,

    - menjelajahi hutan,

    - mencoba berburu binatang hutan,

    - mencari buah-buahan atau makanan lain di hutan, dan

    - akhirnya mencoba bercocok tanam.

    Cerita tentang si Badar di atas memberikan ilustrasi tentang konsumsi, saving

    (menabung), investasi, dan peningkatan aktivitas produksi yang kemudian semakin

    meningkatkan kehidupannya atau kesejahteraannya. Inilah cerita anak manusia yang hidup

    dalam kesendiriannya dan mencoba untuk mempertahankan hidup dan eksistensinya.

    6. Kelompok

    Ketika manusia mulai berkelompok, segala sesuatunya dilakukan bersama. Maka

    mulailah timbul rasa kekhawatiran terhadap ketiadaan kebutuhan pada suatu saat. Mereka

    melakukan upaya untuk meningkatkan produksi dengan meningkatkan produktivitas dan

    melakukan penyimpanan. Simpanan ini terutama dilakukan untuk menghadapi masa

    paceklik. Terlebih-lebih juga disebabkan karena sangat sering dalam kelompok mereka ini

  • terdapat anggota kelompok yang belum produktif seperti anak-anak dan para orang tua yang

    karena usia atau jabatannya menjadi tidak produktif.

    Dengan berkelompok-kelompok, kemampuan berproduksi menjadi lebih besar dan

    beragam daripada ketika dilakukan secara individu. Baik untuk berburu, bertani, maupun

    menangkap ikan yang dilakukan secara kelompok akan menghasilkan lebih banyak. Selain itu

    dengan berkelompok, semakin banyak profesi yang dapat di jalankan. Hingga profesi dukun

    yaitu pengobat, pelindung dari kuasa jahat, ataupun dukun-dukun yang lain yang lebih

    dikenal dengan pawang juga timbul disini.

    Situasi ini menimbulkan kesadaran bahwa besarnya kelompok berpengaruh langsung

    terhadap hasil yang akan mereka peroleh. Sehingga mereka mulai menyadari bahwa jumlah

    anak dalam suatu kelompok akan berpengaruh terhadap kemakmuran kelompok mereka.

    Semakin banyak anak, akan semakin memungkinkan kelompok tersebut berkembang menjadi

    lebih makmur. Akan tetapi situasi ini juga membawa konsekwensi untuk menghidupi anak-

    anak mereka demi untuk kelangsungan produksi yang semakin besar. Dari sinilah tumbuh

    konsep investasi, yaitu menahan konsumsi sekarang demi untuk meningkatkan produksi di

    masa mendatang.

    7. Masyarakat

    Kelompok-kelompok manusia terus berkembang. Jumlah anggota masing-masing

    kelompok juga berkembang. Terjadi persaingan antar kelompok. Mereka bersaing

    memperebutkan daerah atau bahkan kekayaan yang sudah dimiliki oleh kelompok lain.

    Disinilah mulai terlihat secara nyata tumbuhnya kerakusan. Maka dalam kelompok-kelompok

    tersebut timbullah kesadaran untuk mengembangkan tatanan. Dalam kelompok-kelompok,

    timbullah pembidangan kegiatan masyarakat. Bidang pertahanan, bidang ekonomi, bidang

    kesenian, bidang kesehatan dan lain sebagainya. Sebagai dampak berikutnya, timbullah

    persaingan untuk memperebutkan kekuasaan dan pemerintahan. Terbentuklah masyarakat.

    Tatanan pada masyarakat yang menimbulkan spesialisasi ini ternyata semakin berkembang

    kearah spesialisasi yang lebih rinci lagi.

  • Tumbuhnya berbagai masyarakat ini sekaligus

    menumbuhkan berbagai pemikiran-pemikiran. Di bidang

    sosial, agama, pertahanan, kebudayaan sudah lebih

    dahulu timbul. Dibidang ekonomi berbagai pemikiran

    juga sudah ada jauh jauh hari. Sampai kemudian Adam

    Smith pada tahun1776 dalam bukunya An Inquiry into

    the Nature and Causes of the Wealth of Nations

    (disingkat Wealth of Nations) menuliskan tentang dasar-

    dasar perdagangan bebas. Ia merupakan pelopor perdagangan bebas yang sekaligus menjadi

    bibit dari ekonomi kapitalis. Mungkin ketika Adam Smith menuliskan pendapatnya ia benar,

    mengingat situasi pada waktu itu mendukungnya. Sebagai contoh, waktu itu produksi masih

    merupakan produksi rumahan. Belum ada yang disebut sebagai pabrik dan demikian juga

    belum ada yang disebut buruh. Sehingga kapitalisme dalam arti menghadapkan capital

    dengan buruh juga belum terjadi.

    Namun dalam perkembangannya, kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang dicita-citakan

    oleh Adam Smith melalui konsep invisible hands nya menjadi berantakan.

    Lahirnya konsep pabrik yang menimbulkan istilah buruh, memasukkan buruh ke

    dalam biaya, mengakibatkan buruh dihadapkan dengan kapital sebagai pilihan. Sebagai

    akibatnya dengan konsep kapitalisme (oleh tulisan Adam Smith) buruh adalah bagian dari

    biaya. Sehingga buruh merupakan bagian yang harus ditekan ketika perusahaan menghadapi

    perusahaan lain.

    Pergolakan atau lebih jelas lagi tekanan terhadap buruh inilah yang kemudian melahirkan

    Marxisme. Jadi invisible hands secara teori memang mengatur keseimbangan antara produksi

    dengan konsumsi namun sangat sering, pengaturan yang terjadi membawa akibat yang sangat

    luar biasa pahitnya bagi sebagian anggota masyarakat, dalam hal ini kaum buruh. Terjadi

    penjajahan atas manusia oleh kelompok manusia lain. Kelas buruh sangat dirugikan dan

    sangat menderita.

    Melihat situasi ini, Karl Marx bereaksi. Ia menuliskan dalam

    bukunya Manifesto Komunis bahwa: Sejarah dari berbagai

    masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah

    pertentangan kelas. Oleh karenanya Marx menuntut bahwa

    demi keadilan maka semua alat produksi harus dikuasai oleh

  • negara. Secara teori ajaran ini tentu sangat baik. Di bawah kepemilikan alat-alat produksi

    oleh negara, hasil produksi akan dapat dibagikan secara optimal kepada para warga

    negaranya sehingga kemakmuran akan optimal. Tetapi, pemikiran ini ternyata hanya terjadi

    di alam maya saja. Dalam prakteknya ternyata negaralah yang kemudian memegang peranan

    sebagai penjajah warganya. Tidak ada kebebasan berpikir apalagi kebebasan berproduksi.

    Jumlah serta jenis produksi ditentukan dan dikuasai oleh negara.

    Pada bidang Ekonomi, spesialisasi dalam berproduksi menjadi semakin dalam.

    Namun demikian pengaturannya yang lengkap dan apik mengakibatkan produksi barang dan

    jasa berlimpah dan sangat berlebih untuk mencukupi kebutuhan anggota masyarakat yang

    berada di luar sektor produksi. Akan tetapi

    situasi spesialisasi ini juga tidak

    menjadikan buruh lebih baik. Setiap buruh

    hanya menguasai bidang produksi tertentu.

    Bahkan pada suatu sistem produksi yang

    besar dan kompleks, setiap buruh hanya

    ahli di sebagian sistim produksi saja. Buruh

    tidak bisa berproduksi di luar bidangnya,

    dan ini menjadikan mereka rentan terhadap berbagai situasi. Hal ini terbukti ketika terjadi

    revolusi industri dimanan nilai buruh sangat merosot dibandingkan dengan nilai mesin.

    Mengapa demikian? Karena buruh tidak mempunyai alternatif untuk bekerja di bidang lain.

    Sampai akhirnya, melalui proses panjang dan melalui berbagai kegagalan, para buruh

    bisa melahirkan konsep koperasi. Konsep ini bukan dilahirkan oleh seseorang yang pandai

    seperti halnya kapitalisme dan komunisme (Marxisme) namun langsung lahir dari rahim

    golongan yang mengalami kesulitan. Dan mereka berhasil menemukan jalan pemecahannya.

    Ternyata koperasi, apabila dijalankan sebagaimana cita-citanya yaitu memakmurkan

    anggotanya, dapat berkembang dan memberikan manfaat yang sangat significant terhadap

    anggotanya. Namun cita-cita koperasi yang dapat berhasil ini sangat membutuhkan dedikasi,

    keuletan serta ketelatenan baik dari para pengurus maupun anggotanya. Keadaan bahwa

    koperasi sudah membuktikan memberikan manfaat berupa kemakmuran bagi para

    anggotanya sudah banyak terjadi. Banyak koperasi yang bahkan turn-overnya lebih besar

    daripada multi national corporation

    Di Indonesia koperasi sudah dikenal pada akhir abad XIX. Jadi sebenarnya sudah

    cukup lama, karena tidak terpaut jauh (tidak sampai 20 tahun) dari dilahirkannya koperasi di

  • negara asalnya Inggris. Namun demikian koperasi ternyata tidak dapat berkembang dengan

    baik di Indonesia. Padahal negara kita memiliki dasar yang sangat sesuai untuk

    berkembangnya koperasi yaitu Gotong Royong. Gotong Royong artinya bekerja sama, dan

    ide yang sama pula yang menjadi awal pemikiran koperasi (co-operative) di Inggris.

    Secara singkat, sejarah timbulnya pemikiran koperasi di Inggris diawali dengan

    siatuasi sebagaimana sudah dinyatakan diatas, sistim ekonomi kapitalis yang menghadapkan

    buruh dengan kapital. Ternyata kapital memang lebih unggul dibandingkan dengan buruh.

    Sebagai akibatnya nilai buruh (upah) menurun drastis. Buruh juga terancam pemecatan.

    Sebagai akibatnya buruh berupaya untuk berkelakuan sebaik mungkin.

    Langkah pertama yang dilakukan adalah belanja bersama. Bukan berarti para buruh

    ramai ramai ke kota bersama-sama belanja. Tetapi secara begiliran orang berbelanja ke kota.

    Yang lain menitipkan belanjaannya kepada orang yang bertugas. Tindakan ini membawa

    akibat,

    - konduite buruh di mata majikan meningkat karena berkurangnya hari membolos,

    - sewa angkutan per satuan barang bawaan menjadi lebih murah, dan

    - para penjual di kota yang semula menghadapi banyak buruh sehingga bisa menahan

    harga, sekarang hanya menghadapi satu buruh sehingga para penjuallah yang kini

    bersaing untuk menjual barangnya kepada perwakilan buruh.

    Langkah kedua adalah mendirikan warung kebutuhan para buruh. Sehingga tempat belanja

    para buruh bisa didekatkan. Dalam perkembangannya, warung ini kemudian ditiru oleh

    kumpulan-kumpulan buruh. Bahkan warung-warung ini kemudian melakukan belanja

    bersama sehingga effisiensi yang luar biasa besarnya. Belanja kemudian dilakukan langsung

    ke pabrik pembuatnya. Langkah ketiga adalah dengan semakin besarnya kebutuhan untuk

    beberapa barang konsumsi seperti biskuit, sepatu, dan lain-lain, kelompok buruh ini

    kemudian mendirikan sendiri pabriknya.

    Inilah perkembangan koperasi di negara asalnya, Inggris. Bagi mereka koperasi

    adalah harapan dan media untuk mencapai kemakmuran. Oleh karenanya mereka bekerja

    keras di dalam koperasi mereka.

    Bagaimana dengan di Indonesia? Indonesia bukannya tidak

    mempunyai tokoh koperasi. Banyak tokoh koperasi di Indonesia. Yang

    paling menonjol adalah Bung Hatta. Beliau bahkan pernah mencita-

    citakan koperasi menjadi satu-satunya lembaga ekonomi yang terkuat di

    Indonesia. Hal ini beliau tuangkan dalam UUD45.

  • Buah pikiran Bung Hatta, terlihat sebagaimana berikut ini:

    Sebagai suatu bangsa yang berpuluh puluh tahun berjoang menentang imperialisme dan

    kolonialisme, kita mempunyai ideal, cita-cita tinggi tentang dasar hidup kita. Kita ingin

    melihat bangsa kita hidup makmur dan sejahtera, bebas dari kesengsaraan hidup. Ideal kita

    itu terpancang dalam Undang-Undang Dasar: Perekonomian disusun sebagai usaha

    bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Asas itu ialah koperasi. Suatu perekonomian

    nasional yang berdasar atas koperasi adalah ideal kita.

    Ini sebenarnya buah pikiran Bung Hatta sendiri sebagai salah seorang penyusun

    Undang-Undang Dasar. Namun kerendahan hati beliau menuntut beliau untuk menyatakan

    bahwa hal tersebut memang sudah ada pada UUD45, tanpa menyebutkan siapa sebenarnya

    orang yang memasukkannya.

    Namun demikian dalam berkoperasi harus diakui masyarakat Indonesia, mempunyai

    kelemahan yang sangat jelas. Sebagian besar orang Indonesia sudah terkena penyakit

    instantisme. Maunya segalanya bisa dicapai dengan instan. Ini sangat bertentangan dengan

    karakter yang ingin dicapai melalui koperasi, pelan-pelan, bertahap namun pasti dan

    meyakinkan. Satu lagi karakter orang Indonesia yang melemahkan perkembangan koperasi di

    Indonesia adalah: banyak orang Indonesia yang beranggapan bahwa begitu masuk menjadi

    anggota sebuah koperasi, yang pertama-tama dicita-citakan adalah memperoleh fasilitas

    melalui koperasi tersebut, bukan justru kerja kerasnya.

    Bahan Pustaka

    Basri, Faisal dan Haris Munandar (2009). Lanskap ekonomi Indonesia:kajian dan renungan

    terhadap masalah-masalah struktural, transformasi baru, dan prospek perekonomian

    Indonesia, (Jakarta: Kencana).

    Hatta, Mohammad (1954). Beberapa Fasal Ekonomi, Djilid Pertama, Jalan Keekonomi dan

    Koperasi, (Djakarta: Perpustakaan Perguruan Kementrian PP&K).

    ______________ (1966). Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, (Jakarta: Penerbit

    Djambatan).

    Djojohadikusumo, Sumitro (2007). Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori

    Ekonomi Pertumbuhan Dan Ekonomi Pembangunan, (Jakarta: Pustaka LP3ES).