46
43 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Klero 02 merupakan sekolah negeri yang pada awalnya berdiri pada tahun 1977. Sekolah ini mulai menyelenggarakan program inklusi sejak tahun pelajaran 2010. SD Negeri Klero 02 beralamat di Jalan Salatiga - Solo Km. 09 Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Jumlah peserta didik di sekolah di SD Negeri Klero 02 adalah 197 siswa. Sekolah ini menempati area seluas 1500 m 2 dan telah terakreditasi A. Sekolah ini memiliki 6 rombongan belajar. Adapun pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah ini terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 6 orang guru kelas, 5 orang guru bidang studi, 1 orang guru pembimbing khusus dan 1 orang tenaga perpustakaan. Kualifikasi pendidikan dari para pegawai meliputi 11 orang berpendidikan S1, 2 orang lulusan DII, dan 1 orang lulusan SMA. Visinya SD Negeri Klero 02 yaitu menciptakan generasi yang bertaqwa, cakap, handal, percaya diri, dan madani (BERCAHAYA). Misinya adalah (1) Melaksanakan pembelajaran PAIKEM; (2) Meningkatkan prestasi bidang

BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri

Klero 02 merupakan sekolah negeri yang pada

awalnya berdiri pada tahun 1977. Sekolah ini

mulai menyelenggarakan program inklusi sejak

tahun pelajaran 2010. SD Negeri Klero 02

beralamat di Jalan Salatiga - Solo Km. 09 Klero

Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

Jumlah peserta didik di sekolah di SD Negeri Klero

02 adalah 197 siswa. Sekolah ini menempati area

seluas 1500 m2 dan telah terakreditasi A.

Sekolah ini memiliki 6 rombongan belajar.

Adapun pendidik dan tenaga kependidikan di

sekolah ini terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 6

orang guru kelas, 5 orang guru bidang studi, 1

orang guru pembimbing khusus dan 1 orang

tenaga perpustakaan. Kualifikasi pendidikan dari

para pegawai meliputi 11 orang berpendidikan S1,

2 orang lulusan DII, dan 1 orang lulusan SMA.

Visinya SD Negeri Klero 02 yaitu

menciptakan generasi yang bertaqwa, cakap,

handal, percaya diri, dan madani (BERCAHAYA).

Misinya adalah (1) Melaksanakan pembelajaran

PAIKEM; (2) Meningkatkan prestasi bidang

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

44

akademik, bidang olah raga, seni budaya, dan

unggul dalam berbagai lomba; (3) Mengembangkan

KTSP sebagai acuan belajar yang kreatif dan

inovatif; (4) Mewujudkan lingkungan sekolah yang

nyaman bersih, indah, aman, dan kondusif untuk

belajar; (5) Menggali, memupuk, memfasilitasi

bakat minat siswa agar menjadi anak berdaya

saing unggul; (6) Mengintegrasikan karakter budi

pekerti terhadap semua mata pelajaran; (7).

Meningkatkan personal tenaga pendidikan agar

lebih bersikap kritis, selektif dalam menghadapi

era globalisasi.

Tujuan sekolah adalah (1) Mempersiapkan

siswa menjadi manusia yang bertaqwa dan

berakhlak mulia; (2) Mempersiapkan siswa

menjadi manusia trampil dan mandiri; (3)

Mempersiapkan siswa menjadi manusia yang

berbudi pekerti luhur; (4) Mempersipkan siswa

menjadi manusia yang teguh ulet dan berdaya

saing yang sehat; (5). Memumbuhkan semangat

kesetiakawanan yang berjiwa sosial, demokrasi

dan bertanggung jawab.

B. Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian akan dibahas tentang

deskriptif tentang penelitian yang telah dilakukan

di SD Negeri Klero 02. Penelitian yang

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

45

dilaksanakan di SD Negeri Klero 02 ini melibatkan

berbagai pihak sebagai responden penelitian,

dimana responden tersebut melibatkan kepala

sekolah, guru, dan komite sekolah.

Hasil evaluasi pelaksanaan program inklusi

diperoleh melalui wawancara, observasi dan

dokumentasi. Hasil wawancara dengan guru di

validasi dengan hasil wawancara kepala sekolah

dan komite sekolah. Selanjutnya dari hasil

wawancara akan dibandingkan dengan hasil

observasi dan dokumentasi sehingga data yang

diperoleh benar-benar valid.

Dari hasil wawancara, observasi, dan

dokumentasi yang telah dilakukan, peneliti telah

menggunakan model evaluasi CIPP agar penelitian

berjalan sesuai dengan prosedur model evaluasi

CIPP sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Konteks

Dalam aspek konteks evaluasi yang

dilakukan meliputi latar belakang, tujuan

pelaksanaan program, izin pelaksanaan program,

pedoman pelaksanaan program, kerjasama dengan

instansi yang mendukung pelaksanaan program,

dan peserta didik.

Pendidikan inklusi merupakan salah satu

model pelaksanaan pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus. Anak berkelainan atau

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

46

anak berkebutuhan khusus yang selanjutnya akan

disebut dengan ABK. Pendidikan sebagai hak

untuk semua anak termasuk anak penyandang

cacat yang sangat rentan untuk terpinggirkan.

Berkaitan dengan praktek pendidikan, pendidikan

inklusi dipandang salah satu cara untuk

meningkatkan mutu sekolah khususnya untuk

ABK. Sekolah yang menyelenggarakan program

inklusi pada dasarnya ada sekolah umum yang

ditunjuk oleh dinas untuk menyelenggarakan

pendidikan inklusi.

SD Negeri Klero 02 menyelenggarakan

program inklusi sejak tahun 2010. Sekolah ini

ditunjuk oleh dinas pendidikan untuk

melaksanakan program sekolah inklusi. Adanya

anak-anak di sekitar sekolah yang masuk dalam

kategori ABK amun orang tuanya belum

mempunyai kesadaran menyekolahkan di SLB.

Selanjutnya sekolah mengajukan proposal kepada

Dinas Pendidikan agar dapat menjadi sekolah

penyelenggara program inklusi. Sejak saat itu

sekolah menyelenggarakan program inklusi

sampai dengan saat ini. Hal tersebut sebagaimana

yang disampaikan oleh Kepala sekolah SD Negeri

02 Klero bahwa,

Sekolah ini sudah melaksanakan pendidikan inklusi sejak tahun 2010.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

47

Karena saya kepala sekolah baru sehingga saya tidak tau pasti awalnya kenapa sekolah ini menyelenggarakan pendidikan inklusi, tetapi setahu saya karena ditunjuk oleh dinas.

Pendapat tersebut diperkuat oleh guru

olahraga sebagai berikut

Salah satunya ada tawaran dari dinas lalu disini ada siswa yang ABK. Akhirnya mengajukan untuk menyelenggarakan sekolah inklusi.

Selain itu pendapat dari komite sekolah juga

menjelaskan sebagai berikut

Bapak Kepala Sekolahnya matur karena ditunjuk oleh dinas sehingga menyelenggarakan sekolah inklusi

Hasil validitas data dengan wawancara

dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program

sekolah inklusi dilatar belakangi adanya tawaran

dari dinas pendidikan untuk menyelengarakan

program inklusi. Selain itu di lingkungan sekitar

sekolah ada beberapa anak yang berkebutuhan

khusus yang belum bersekolah. Orang tua belum

mempunyai kesadaran untuk menyekolahkan

anaknya yang berkebutuhan khusus ke SLB.

Serta letak SLB yang jauh dari tempat tinggal, dan

faktor ekonomi orang tua sehingga anak yang

berkebutuhan khusus belum mempunyai

kesempatan bersekolah.

Program inklusi di SD Negeri Klero 02 dapat

ikut andil dalam penyetaraan hak pendidikan

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

48

anak, dimana anak yang berkebutuhan khusus

dapat bersekolah dengan anak normal lain yang

seusianya. Anak yang berkebutuhan khusus

dapat memperoleh pendidikan dengan baik tanpa

ada diskriminasi.

Pelaksanaan pendidikan inklusi di SD

Negeri Klero 02 bertujuan untuk anak yang

berkebutuhan khusus yang ada di sekitar sekolah

agar dapat bersekolah dengan teman seusianya

serta memberi kemudahan kepada masyarakat di

sekitar Kecamatan Tengaran yang mempunyai

ABK agar dapat bersekolah. Hal tersebut

sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak

Kepala Sekolah SD Negeri Klero 02 bahwa,

Tujuan utamanya yaitu membantu anak-anak ABK yang ada didaerah sekitar sini agar bisa mengenyam pendidikan, karena daerah sini jauh dari SLB. Selain itu membantu orang tua yang mempunyai anak ABK yang tidak mampu menyekolahkan di Sekolah Luar Biasa

karena tempatnya jauh.

Hal senada disampaikan oleh Bapak Komite

Sekolah menjelaskan sebagai berikut

Adanya program inklusi dapat memberi kemudahan masyarakat sekitar Kecamatan Tengaran yang mempunyai anak berkebutuhan khusus agar bersekolah dekat dengan rumah.

Selain itu pendapat dari Ibu Y juga

menjelaskan sebagai berikut

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

49

Supaya ABK di lingkungan Kec.Tengaran bisa sekolah disini karena sekolah yang mau menerima ABK jauh dan bisa sekolah secara gratis.

Dari hasil validasi data dengan wawancara

didapat, adanya program pendidikan inklusi di SD

Negeri Klero 02 bertujuan untuk menampung anak

yang berkebutuhan khusus di sekitar Kecamatan

Tengaran agar dapat bersekolah dekat dengan

tempat tinggal. Melalui pendidikan inklusi, anak

yang berkebutuhan khusus dapat di didik

bersama-sama anak lainnya (normal) untuk

mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Oleh

karena itu ABK perlu diberi kesempatan dan

peluang yang sama dengan anak normal untuk

mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah

terdekat.

Sekolah ini telah menyelenggarakan

pendidikan inklusi selama 6 tahun. Sekolah telah

diberikan izin oleh dinas untuk menyelenggarakan

pendidikan inklusi, namun sampai saat ini belum

ada Surat Keputusan dari Dinas Pendidikan yang

menyatakan bahwa SD Negeri Klero 02 sebagai

sekolah penyelenggara pendidikan inklusi. Sekolah

telah berupaya untuk mengusulkan agar

mendapatkan surat keputusan namun sampai

saat ini belum menerima surat keputusan

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

50

tersebut. Hal tersebut sebagaimana yang

disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah bahwa,

Ijin menyelenggarakan inklusi sudah karena SD kami ditunjuk oleh dinas untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi tetapi belum mendapatkan SK secara resmi dari dinas. Kami sudah berulang kali mengusulkan agar mendapatkan SK namun sampai saat ini belum kami terima SK itu.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Bapak P

sebagai berikut

SK belum ada tapi ijin menyelenggarakan sudah karena kami diakui oleh dinas penyelenggara sekolah inklusi. Kami juga sudah mengajukan untuk diberi SK tapi sampai saat ini belum ada tanggapan dari dinas terkait dengan itu.

Begitu juga pendapat bapak T menyatakan

sebagai berikut:

Belum ada SK akan tetapi SD ini diakui oleh dinas menyelenggarakan pendidikan inklusi.

Dari validasi data dengan wawancara

diperoleh pernyataan bahwa ijin pelaksanaan

program inklusi sudah dimiliki. Namun sekolah

sampai saat ini belum menerim SK secara resmi.

Sebagai sekolah penyelenggara pendidikan

inklusi telah mempunyai pedoman dalam

menyelenggarakan pendidikan inklusi. Sekolah

mendapatkan pedoman pelaksanaan sekolah

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

51

inklusi dari dinas pendidikan. Hal tersebut

sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak BG

bahwa

Ada juknisnya, diberi pada saat mengikuti diklat. Dari dinas juga diberikan buku pedoman tentang pendidikan

inklusi.

Hal tersebut di atas juga didukung hasil

wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut

Ada,dari dinas diberi buku pedoman tentang pendidikan inklusi.

Hasil validitas data dengan wawancara

dengan kepala sekolah menunjukkan bahwa

sekolah mempunyai pedoman pelaksanaan

pendidikan inklusi bahkan guru menambahkan

adanya juknis pelaksanaan pendidikan inklusi.

Untuk menyelenggarakan pendidikan

inklusi dengan baik sekolah membutuhkan

dukungan dari berbagai pihak. Sekolah

melakukan kerjasama dengan lembaga ataupun

instansi lainnya untuk mendukung terlaksananya

program pendidikan inklusi. Sekolah bekerjasama

dengan SLB di Salatiga untuk mendampingi guru

dalam mengajar ABK. Ada satu guru SLB yang

datang ke sekolah untuk mendampingi saat

memberikan pelayanan terhadap anak yang

berkebutuhan khusus. Hal tersebut sebagaimana

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

52

yang disampaikan oleh guru pendamping khusus

SD Negeri Klero 02 bahwa,

Belum secara resmi namun saya sudah sering kali mencari informasi sendiri ke SLB di Salatiga dan meskipun belum rutin guru SLB juga datang membantu saya.

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Bapak

P sebagai guru olah raga sebagai berikut:

Kami selama ini bekerjasama dengan Bina Petra Ambarawa tapi kerjasama secara tertulisnya belum ada, kami hanya berkonsultasi jika ada masalah tentang pelaksanaan inklusi.

Pendapat lain yang mendukung dari

pernyataan diatas adalah Ibu PJ yang menuturkan

sebagai berikut

Sebagai komite yang saya tahu sekolah telah bekerjasama dengan SLB di Salatiga dan di Ambarawa. ada guru SLB yang suka membantu tapi bentuk kerjasamanya sudah tertulis apa belum kurang tahu.

Dari hasil validitas melalui wawancara diatas

dan didukung dengan studi dokumentasi bahwa

sekolah bekerjasama dengan SLB Salatiga dan

Bina Petra Ambarawa untuk berkonsultasi jika ada

masalah tentang pelaksanaan pendidikan inklusi.

Sekolah sudah melakukan kerjasama dengan

lembaga lainnya dalam memperlancar

pelaksanaan pendidikan inklusi, namun sekolah

dalam melakukan kerjasama dengan lembaga lain

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

53

belum ada perjanjian secara tertulis atau MOU

kerjasama dengan lembaga tersebut.

Sasaran dari adanya program pendidikan

inklusi ini adalah anak yang berkebutuhan

khusus dan anak usia sekolah yang ada disekitar

SD Negeri Klero 02 dan sekitar Kecamatan

Tengaran. Semua anak yang berkebutuhan

khusus dan anak usia sekolah setingkat SD dapat

bersekolah di sekolah ini.

Dalam proses penerimaan peserta didik

baru sekolah tidak menerapkan seleksi. Semua

anak usia Sekolah Dasar dapat bersekolah di SD

Negeri Klero 02 tanpa pengecualian anak yang

berkebutuhan khusus, jadi anak yang

berkebutuhan khusus dapat bersekolah tanpa ada

diskriminasi. Namun untuk anak yang

berkebutuhan khusus yang kategori berat tidak

bisa dilayani di SD ini karena keterbatasan

kemampuan guru dalam melayani anak yang

berkebutuhan khusus. Hal tersebut sesuai

dengan apa yang disampaikan guru pendamping

khusus bahwa

Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dan anak-anak pada umumnya yang usianya sudah memasuki jenjang SD.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

54

Hal ini sesuai yang diungkapkan Bapak P

sebagai berikut

Semua anak yang berkebutuhan khusus dan anak usia sekolah setingkat SD. Pada penerimaan siswa baru hanya ditanya kekurangan dan kelebihan anak yang berkebutuhan khusus kepada orang

tuanya tetapi jika ada yang berkebutuhan khususnya parah seperti bisu kita sarankan untuk sekolah di SLB.

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh ibu Y

sebagai guru kelas sebagai berikut

Anak-anak yang berkebutuhan khusus tetapi yang masih ringan contohnya lamban belajar. Kalau seleksi tes tidak ada tetapi yang diseleksi adalah anak-anak yang berkebutuhan khusus yang berat tidak bisa dilayani di SD ini.

Hasil validitas data dengan wawancara dan

studi dokumentasi dengan guru menunjukkan

bahwa dalam PPDB semua ABK dan anak usia

sekolah dapat diterima di SD Negeri Klero 02

namun yang masih dalam kategori ringan

ketunaannya.

Dalam menerima ABK, sekolah biasanya

melakukan pengamatan ketika peserta didik

mendaftar sekolah. Pada saat itu guru mengamati

dari fisik dan tingkah laku anak tersebut.

Kemudian juga informasi yang diperoleh dari guru

yang mengajar di pendidikan sebelumnya. Selain

itu guru melakukan wawancara kepada orang tua

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

55

tentang keadaan anak tersebut, dengan informasi

yang didapat dan pengamatan kemudian guru

menggolongkan anak tersebut sesuai dengan

buku petunjuk tentang ABK. Hal tersebut sesuai

dengan apa yang disampaikan guru pendamping

khusus bahwa

Orang tua, fisik anak, dan karena saya merangkap ngajar di PAUD dan TK yang lokasinya sama dengan SD maka saya tau anak yang ABK yang sebelumnya sekolah di tempat saya.

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Ibu Y

sebagai guru kelas sebagai berikut

Dari fisik bisa terlihat mbak, dari laporan orang tua siswa, dan dari laporan guru TK yang siswa yang berkebutuhan khusus dari TK.

Dari hasil validitas data dengan wawancara

guru menunjukkan bahwa ABK yang masuk di SD

Negeri Klero 02 dilihat dari fisik serta laporan

orang tua serta pendidikan sebelumnya.

Sekolah secara mandiri berdasarkan

pedoman buku yang ada menggolongkan ABK

sesuai kategorinya tanpa adanya saran dari tenaga

ahli. Dari temuan studi dokumentasi yang telah

dilakukan bahwa ABK yang dilayani ada 12 anak

yang tersebar dari kelas I sampai keas V. ABK yang

ada terdiri dari 5 anak tuna Grahita, 3 anak autis,

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

56

2 anak lamban belajar, 1 anak tuna laras, dan 1

anak tuna daksa.

b. Input

Demi terselenggaranya pendidikan inklusi

yang optimal maka diperlukan berbagai komponen

pendukung. Ketersediaan sarana prasarana

sangat penting untuk menunjang agar dapat

berjalan dengan baik pendidikan inklusi. Sarana

prasarana yang baik dipergunakan untuk

menunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan

inklusi pada satuan pendidikan tertentu.

Pada hakikatnya sarana dan prasarana

pendidikan pada satuan pendidikan dapat

dipergunakan dalam pelaksanaan pendidikan

inklusi, tetapi untuk mengoptimalkan proses

pembelajaran perlu dilengkapi fasilitas bagi

kelancaran mobilisasi ABK, serta media

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

ABK. Keberadaan sarana prasarana untuk anak-

anak berkebutuhan khusus seringkali menjadi

persoalan. Pemerintah telah memberikan bantuan

dana blockgrant melalui APBD kepada sekolah-

sekolah penyelenggara pendidikan inklusi.

Kenyataannya di SD Negeri Klero 02 masih

sedikit sarana prasarana yang dimiliki. Sekolah

pernah mendapatkan bantuan dari dinas berupa

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

57

alat-alat keterampilan peserta didik seperti mesin

jahit, setrika, alat masak, alat musik, dan

drumband. Alat-alat tersebut digunakan untuk

melatih peserta didik untuk lebih mandiri

terutama kepada anak-anak yang berkebutuhan

khusus.

Sarana prasarana yang dimiliki sekolah

belum memenuhi kebutuhan anak yang

berkebutuhan khusus. Karena alat-alat yang ada

belum sesuai dengan kebutuhan anak yang

berkebutuhan khusus yang ada disekolah. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu SN bahwa,

Belum sama sekali karena kebanyakan dari mereka lamban belajar dan butuh alat peraga seperti kartu huruf, alat hitung gitu tapi belum ada bantuan dari pemerintah. Sedangkan untuk beli belum disediakan alokasi khusus dana untuk menyelenggarakan inklusi.

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh

guru pendamping khusus sebagai berikut

Belum, soale alat-alat itu kurang bisa kami manfaatkanS secara maksimal. Disini kebanyakan yang ABK jenisnya lamban belajar jadi kami malah butuh alat peraga calistung. SD ini pernah diberi bantuan alat-alat seperti mesin jahit, setlika, alat masak, alat musik, alat pertukangan, timbangan hanya itu mbak.

Dari validasi data dengan studi

dokumentasi dan wawancara dapat disimpulkan

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

58

bahwa sarana prasarana yang ada masih jauh

dari kata memadai, sehingga membuat peserta

didik tidak dapat belajar dengan maksimal.

Kurikulum yang digunakan dalam

pendidikan inklusi tidak jauh berbeda dengan

kurikulum yang digunakan dengan sekolah

lainnya. Namun dalam kurikulum pendidikan

inklusi mengalami modifikasi yang disesuaikan

dengan ABK yang ada. Berikut pernyataan Bapak

Sup selaku ketua komite

Karena kurikulum nasional pakai KTSP ya pakai itu juga tapi mungkin guru-guru disana menggabungkan kurikulum yang lain biar mempermudah ABK menerima materi.

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh guru

pendamping khusus sebagai berikut

KTSP dan yang jelas kurikulumnya saya gabung dengan kurikulum SLB jadi disesuaikan dengan kemampuan anaknya saja.

Begitu juga pendapat Bapak P sebagai guru

olahraga yang menyatakan sebagai berikut

Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum KTSP dan dimodifikasi sesuai dengan kemampuan anak-anak tersebut.

Dari validasi data melalui wawancara dan

studi dokumentasi menunjukkan bahwa

kurikulum yang digunakan dalam

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

59

menyelenggarakan pendidikan inklusi adalah

KTSP yang dimodifikasi sesuai kemampuan ABK.

Dalam memodifikasi kurikulum, sekolah

mengacu juga terhadap kurikulum SLB. Sekolah

melakukan modifikasi kurikulum dengan cara

melakukan penyesuaian di berbagai komponen

sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.

Modifikasi mulai dari materi pembelajaran, media

pembelajaran, evaluasi serta penilaian.

Hal tersebut diwujudkan mulai dari

perencanaan pembelajaran yang dibuat bagi siswa

ABK disesuaikan dengan kemampuannya. Materi

pembelajaran dibuat lebih mudah untuk ABK.

Layanan tambahan bagi ABK juga dilakukan

mulai dari jam tambahan belajar, remedial, atau

bimbingan khusus lainya diluar jam belajar.

Begitu juga dengan penetapan kriteria ketuntasan

minimal (KKM) yang dibuat lebih rendah dari anak

normal.

Sekolah penyelenggara pendidikan inklusi

seyogyanya mempunyai pendidik dan tenaga

pendidikan yang memenuhi standar kualifikasi.

Guru telah mengikuti beberapa pelatihan tentang

pendidikan inklusi. Hasil wawancara dengan

kepala sekolah menyatakan

Ada yang sudah, tetapi kalau pelatihan tentang mengajar khusus anak inklusi

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

60

belum. Tapi kalau pelatihan yang sifatnya umum tentang penanganan dan cara memperlakukan anak inklusi sudah.

Begitu juga pendapat guru pendamping

khusus yang menyatakan sebagai berikut

Belum semua, saya belum pernah, saya hanya mencari informasi sendiri bagaimana cara mengajari mereka lewat internet, guru SLB dan baca-baca buku sendiri.

Hasil validasi data melalui wawancara

dengan Bapak Kepala Sekolah menunjukkan

bahwa belum semua guru mengikuti pelatihan

bahkan tentang mengajar anak inklusi hanya

sekedar pelatihan tentang pendidikan inklusi

secara umum. Guru pendamping khusus

menambahkan bahwa informasi cara mengajar di

dapatkan dari internet, guru SLB dan membaca

buku. Hanya ada beberapa guru yang sudah

mendapatkan pelatihan tentang pendidikan

inklusi. Pelatihan yang pernah diikuti sifatnya

umum tentang penanganan dan cara

memperlakukan anak ABK.

Pelaksanaan sekolah inklusi perlu memiliki

guru pembimbing khusus (GPK), yang

berlatarbelakang S1 PLB dan guru yang telah

mengikuti Diklat Pendidikan Inklusi. Sejak

pelaksanaan program pendidikan inklusi pada

tahun 2010 hingga saat ini, SD Negeri Klero 02

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

61

belum memiliki GPK sesuai dengan

kompetensinya. Sehingga sekolah berinisiatif

mengangkat seorang guru umum menjadi GPK.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak

Kepala Sekolah dalam wawancaranya yang

menyatakan,

Ada, tetapi latar belakang pendidikannya masih umum. Itu saja kebijakan dari kami mengangkat guru menjadi guru pendamping anak ABK. Tetapi belum ada guru pendamping khusus yang datang.

Pendapat tersebut sama diungkapkan oleh

Bapak BG sebagai guru kelas sebagai berikut

Guru pendamping khusus yang benar-benar ahli belum ada tapi sekolah kami mengangkat salah satu guru wiyata untuk menjadi guru pendamping khusus bagi ABK disini.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Ibu ENH

sebagai berikut

Disini kalau GPK belum ada tapi sama Bapak Kepala Sekolah saya yang diberi tugas mendampingi ABK yang mengajari mereka mbak.

Dari hasil validasi data dengan wawancara

dan dokumentasi dengan kepala sekolah

menyimpulkan bahwa sekolah sudah mempunyai

GPK dengan mengangkat salah satu guru wiyata

untuk mendampingi ABK namun dari latar

belakang pendidikan umum. Guru serta GPK

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

62

menyatakan belum adanya GPK yang benar-benar

ahli disekolah. Sekolah hanya mengangkat salah

satu guru untuk mendampingi ABK dalam

pembelajaran.

c. Proses (Proces)

Pelaksanaan pembelajaran di sekolah

inklusi guru dituntut mampu membuat

perencanaan pembelajaran sesuai dengan

karakteristik peserta didik. Perencanaan

pembelajaran yang telah dibuat telah dimodifikasi

di berbagai aspek disesuaikan dengan anak yang

berkebutuhan khusus dikelasnya. Namun tidak

semua guru melakukan modifikasi perecanaan

pembelajaran. Berikut pernyataan kepala sekolah

bahwa

Kalau guru kelas tidak karena kami sudah menunjuk guru pendamping khusus yang kami percaya untuk mengajari anak ABK.

Pendapat tersebut sama diungkapkan oleh

Bapak P sebagai guru olahraga sebagai berikut

RPP yang saya buat adalah RPP untuk siswa normal karena anak yang ABK disini jarang yang mau ikut pelajaran olah raga tetapi untuk guru yang lain sudah membuat tapi belum sepenuhnya biasanya kami menggabungkan kurikulum biasa dengan kurikulum SDLB dalam membuat RPP.

Pendapat tersebut diperkuat oleh ibu ENH

sebagai GPK sebagai berikut:

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

63

Saya membuatnya RPP yang saya buat sesuai dengan kemampuan ABK nya dan RPP itu tak pakai lama soale anak-anak ini kan gampang lupa.

Hasil validasi data dengan wawancara dan

didukung dengan dokumentasi dapat disimpulkan

bahwa guru dalam membuat perencanaan

pembelajaran terdapat sedikit modifikasi. Namun

belum semua guru membuat RPP yang

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.

Pada pelaksanaan pembelajaran dikelas

guru melakukan pengaturan tempat duduk.

Biasanya anak yang berkebutuhan khusus

ditempatkan didepan. Hal itu dilakukan agar anak

ABK lebih mudah mendapat perhatian guru.

Dalam pembelajaran sekolah inklusi, guru

pembimbing khusus dituntut mampu

mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus

terhadap peserta didik berkebutuhan khusus

sesuai dengan tingkat kekhususan peserta didik

tersebut. Pada prakteknya, guru pembimbing

khusus telah melakukan proses pembelajaran dan

menjalankan tugasnya sebagai pendamping

peserta didik berkebutuhan khusus. Oleh karena

itu dalam memberikan pembelajaran GPK harus

memahami karakteristik ABK.

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

64

Guru pembimbing khusus memberikan

pembelajaran dikelas umum dan juga dilakukan

dikelas khusus berbeda dengan peserta didik yang

normal. Untuk anak yang mengalami tuna daksa

diberikan bimbingan mengucap dan menulis

sedangkan untuk anak slow leaner diberikan

bimbingan pengembangan diri. Bimbingan

khusus model PPI (Program Pembelajaran

Individual) diberikan kepada ABK dalam kategori

tuna laras.

Dengan pembelajaran yang baik akan

memberikan peluang terhadap ABK untuk

mengaktualisasikan potensinya sesuai dengan

bakat, kemampuannya serta perbedaan yang ada

pada setiap anak. Berikut pernyataan Bapak

kepala sekolah bahwa

Ada, perhatian khusus ke ABK pada saat mengerjakan tugas tetapi pendampingan khusus saat pembelajaran saya rasa kurang

karena guru kelas harus menangani anak yang jumlahnya banyak.

Keterangan kepala sekolah tersebut

diperkuat oleh Ibu ENH sebagai GPK sebagai

berikut:

Pastinya ada, apalagi pas mengerjakan soal-soal jika tidak didampingi mereka pasti gak bisa.

Hasil validasi data dengan wawancara

dengan kepala sekolah menunjukkan ABK diberi

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

65

pendampingan khusus saat pembelajaran namun

kurang maksimal karena dikelas harus

menangani banyak anak. GPK membenarkan hal

itu dan menambahkan jika tidak didampingi anak

ABK akan mengalami kesulitan dalam

mengerjakan soal-soal.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui

tingkat kemampuan atau prestasi yang dicapai

oleh peserta didik berkebutuhan khusus setelah

menjalani proses pembelajaran. Penilaian yang

dilakukan oleh GPK terhadap peserta didik

berkebutuhan khusus adalah GPK melakukan

modifikasi sistem evaluasi terhadap peserta didik

berkebutuhan khusus dengan bantuan guru

kelas. Berikut pernyataan kepala sekolah tentang

alat penilaian bahwa

Penilaiannya menggunakan sistem sendiri, KKM dibedakan dan anak inklusi sesuai petunjuk dari dinas pada saat

pelatihan.

Keterangan kepala sekolah tersebut

diperkuat oleh ibu ENH sebagai GPK sebagai

berikut:

Iya pasti, KKM yang jelas kami bedakan, tingkat kesulitan soal dan penilaian ABK lebih kepada prosesnya bukan hasil akhirnya yang kami nilai perilaku mereka.

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

66

Begitu juga pendapat dari bapak T guru

kelas yang menyatakan sebagai berikut

Tetep pakai penilaian khusus, ABK KKM nya berbeda dengan anak normal, soal yang diberikan kepada yang ABK juga lebih mudah.

Dari hasil validasi data dengan wawancara

tersebut di atas dapat disimpulkan untuk KKM

siswa ABK dibuat tidak sama dengan anak-anak

normal. KKM dibuat lebih rendah bagi anak ABK.

Dalam membuat soal evaluasi juga berbeda

tingkat kesulitannya.

Dalam pelaksanaan program inklusi di SD

Negeri Klero 02, sumber dana khusus untuk

melayani dan membantu ABK belum ada yang

diterima dari dinas terkait. Sejauh ini, sekolah

mengambil dan menggunakan dana BOS untuk

memenuhi kebutuhan dalam melayani ABK

sebagai mana penjelasan kepala sekolah sebagai

berikut.

Masih ikut BOS, tidak ada dana tersendiri untuk menyelenggaran program inklusi. Jadi segala kebutuhan dalam program ini dibebankan dengan dana BOS.

Keterangan kepala sekolah tersebut

diperkuat oleh ibu ENH sebagai GPK sebagai

berikut:

Memakai dana BOS belum ada dana khusus untuk menyelenggarakan program ini.

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

67

Selain itu pendapat dari Bapak P sebagai

guru olahraga juga menjelaskan sebagai berikut

Tidak ada pembiayaan khusus buat program inklusi. pembiayaan masih didanai oleh dana BOS.

Hasil validasi data dengan wawancara dapat

disimpulkan bahwa pendanaan dalam program

inklusi di SD Negeri Klero 02 sepenuhnya didanai

oleh dana BOS. Selama ini belum ada dana

alokasi khusus untuk penyelenggarakan program

inklusi di sekolah ini.

Di samping itu, kendala lain yang

ditemukan adalah tidak ada monitoring dari dinas

terkait pelaksanaan program pendidikan inklusi

di sekolah. Padahal dari pihak sekolah sangat

membutuhkan adanya monitoring dan

pendampingan terhadap pelaksanaan program

inklusi ini. Hal itu juga disampaikan oleh komite

sekolah bahwa,

Program itu sangat bagus menurutku akan tetapi terkadang pemerintah hanya membuat program saja tanpa ada tindak lanjut sehingga kadang pihak sekolah gersulo dengan adanya program ini karena dampaknya bagi nilai rata-rata sekolah yang menurun karena adanya anak-anak ini karena keterbatasan personil yang dimiliki sekolah tersebut jadi seharusnya pemerintah membantu memberikan guru pendamping, pakar atau apalah namanya biar sekolah tetep berjalan dengan baik.

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

68

Pendapat tersebut diperkuat oleh Kepala

sekolah sebagai berikut:

Belum ada monitoring ke sekolah, jujur kami butuh ada monitoring tetapi juga dibarengi dengan pendampingan terhadap pelaksanaan program ini.

Dari hasil validasi data dengan wawancara

dengan komite sekolah menunjukkan sekolah

mendukung adanya program inklusi namun harus

diberi tindak lanjut dengan memberi guru

pendamping agar program berjalan dengan baik

karena berdampak pada nilai rata-rata sekolah.

Kepala sekolah membenarkan hal itu dan

menambahkan bahwa selama ini belum ada

monitoring dari dinas dan tidak adanya

pendampingan dalam pelaksanaan program.

Dengan adanya program ini mereka berharap anak

yang berkebutuhan dapat bersekolah selayaknya

anak normal seusianya.

d. Produk

Perkembangan atau prestasi dari bidang

akademik maupun non akademik ABK merupakan

dampak penerapan program pendidikan inklusi.

Hal ini menunjukkan keberhasilan dari program

yang dijalankan. Sejak SDN Klero 02 menerima

ABK pada tahun 2010, maka sudah ada ABK

dengan perkembangan dan prestasi yang

bervariasi.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

69

Berhubungan dengan jenis ABK yang

diterima di sekolah ini tidak dalam kategori berat

dan masih bisa mengikuti pelajaran.

Perkembangan atau prestasi akademik ABK

tersebut belum mencapai rerata atau standar KKM.

ABK bisa naik kelas ketika sudah memenuhi KKM.

pada umumnya perkembangan akademik ABK

dalam kategori cukup. Sebagai mana yang

disampaikan oleh kepala sekolah sebagai berikut

Prestasi mereka ya biasa saja. Yang pasti mereka dibawah anak normal tetapi sudah ada kemajuan meskipun sedikit.

Begitu juga pendapat ibu ENH sebagai guru

GPK yang menyatakan

Jelas prestasi akademiknya kurang tapi sudah lumayan mereka yang sudah ada perkembangannya meskipun lambat.

Pendapat lain yang mendukung keterangan

dari GPK yaitu dari ibu SN menuturkan

Prestasinya ya berkembang meskipun sedikit anak-anak ini sekarang sudah bisa menggabungkan kata meskipun baru sedikit.

Dari hasil validasi data melalui wawancara

dan studi dokumentasi dapat disimpulkan bahwa

perkembangan ABK dari segi akademik masih

kurang. Namun ABK dapat berkembang meskipun

perkembangannya belum signifikan.

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

70

Program tersebut tidak hanya berdampak

pada perkembangan dan prestasi ABK di bidang

akademik saja, namun juga berdampak pada

perkembangan dan prestasi ABK di bidang non

akademik. Guru kelas menyampaikan bahwa ABK

memiliki perkembangan non akademik yang cukup

baik. Namun prestasi bidang non akademik dari

ABK juga tidak nampak begitu signifikan atau bisa

dikatakan masih rata-rata saja. Hal ini serupa

disampaikan oleh Kepala Sekolah dalam

wawancara sebagai berikut:

Perkembangan non akademik ada, ada anak yang berbakat dibidang musik dan menggambar meskipun belum berprestasi.

Hal yang sama juga disampaikan oleh ibu

SN dalam wawancara sebagai berikut:

Dalam segi non akademik lumayan maju meskipun belum pernah juara tapi gambarnya bagus dan ada yang pernah maju lomba meskipun belum menang.

Begitu juga pendapat dari ibu ENH guru

GPK yang menyatakan sebagai berikut

Dari segi non akademik lebih menonjol mereka ada yang bisa menggambar bagus meskipun belum pernah menang lomba.

Dari hasil validasi data dengan wawancara

tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi

dari segi non akademik lebih menonjol. Dimana

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

71

ada ABK yang mempunyai beberapa bakat yang

menonjol.

Mengingat bahwa SDN Klero 02 sudah

menerima ABK sejak tahun 2010 sekolah ini belum

meluluskan ABK. Hal ini terjadi karena ABK

sering tinggal kelas. Di samping itu, produk dari

pelaksanaan program ini adalah adanya 12 ABK

yang terlayani di sekolah.

Ada beberapa faktor pendukung dalam

pelaksanaan inklusi di SD Negeri Klero 02. adanya

antusias masyarakat sekitar sekolah yang memiliki

ABK untuk menyekolahkan di SD Negeri Klero 02.

Dengan adanya masyarakat sekitar yang

menyekolahkan anaknya yang ABK di SD Negeri

Klero 02 dapat mendukung program inklusi di

sekolah ini. Hal ini sesuai dengan apa yang

disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah sebagai

berikut

SD ini persis di pinggir jalan raya mbak jadi mudah untuk dijangkau oleh masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya kesini apalagi orang tua yang memiliki ABK mbk yang jauh dari SLB jadi menurutku itu salah satu faktor pendukung pelaksanaan inklusi disini.

Hal senada juga disampaikan oleh Ibu SN

selaku Guru Agama sebagai berikut

Apa ya mbak, tapi yang jelas masyarakat daerah Tengaran sekarang

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

72

senang apalagi yang punya ABK mereka bisa menyekolahkan anaknya disini sebelumnya kan jauh harus ke Salatiga.

Dari hasil validasi data dengan wawancara

dapat disimpulkan bahwa pendukung program

inklusi disekolah ini adalah adanya dukungan dari

masyarakat. Dukungan itu berupa antusias

masyarakat sekitar yang mempunyai ABK untuk

menyekolahkan anaknya di SD Negeri Klero 02.

Berdasarkan hasil wawancara bahwa masih

ada hambatan dalam pelaksanaan program inklusi

ini. SD Negeri Klero 02 sebagai salah satu dan

satu-satunya sekolah di Kecamatan Tengaran yang

melaksanakan program pendidikan inklusi masih

menemukan dan menjumpai beberapa kendala

yang menyebabkan sekolah ini belum maksimal

dan optimal dalam menjalankan program.

Ketersediaan sarana dan prasarana yang belum

sesuai dengan jenis kebutuhan ABK, tidak adanya

guru pendamping khusus sesuai dengan

kompetensinya, pendanaan yang masih dengan

BOS saja, pemahaman masyarakat tentang

pendidikan inklusi dan keterbatasan pemahaman

guru terhadap ABK. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Bapak Kepala Sekolah dalam

wawancaranya bahwa,

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

73

Yang pertama belum adanya guru pendamping khusus yang benar-benar ahli menangani ABK, pemahaman masyarakat disini masih kurang tentang sekolah inklusi jadi anak-anak yang seharusnya masuk SLB sudah kami beri pengertian masih saja menyekolahkan anaknya disini sehingga kami merasa kesulitan, sarana dan prasarana kurang, butuh dana untuk menyelenggarakan program ini tetapi belum pernah diberikan, belum bisa maksimal menangani ABK karena keterbatasan pemahaman guru tentang ABK.

Begitu juga pendapat dari Ibu ENH guru GPK

yang menyatakan sebagai berikut

Belum ada guru pendamping yang profesional, saya yang ditunjuk sebagai pendamping belum pernah diikutkan pelatihan jadi pengetahuanku kurang, sarana prasarananya kurang.

Hasil validasi data dengan wawancara

kepala sekolah mengungkapkan bahwa hambatan

yang dialami sekolah disebkan belum adanya GPK,

pemahaman orang tua tentang ABK yang kurang,

sarana dan prasarana yang kurang memadai serta

pendanaan yang yang belum diberikan secara

khusus. Hal senada diungkapkan oleh GPK serta

menambahkan bahwa meskipun ditunjuk sebagai

GPK belum pernah diikutkan pelatihan tentang

menangani ABK.

Dengan adanya progam inklusi ini

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam

menyukseskan wajib belajar 9 tahun. Dimana

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

74

anak pada usia sekolah dapat bersekolah seperti

anak seusianya tanpa terkecuali anak yang

berkebutuhan khusus. Dari kendala-kendala yang

ada, pihak sekolah berharap agar kendala tersebut

segera teratasi dan dinas terkait bisa melakukan

perbaikan dan pembenahan.

C. Pembahasan

Pada bagian ini merupakan pembahasan

tentang hasil penelitian yang telah dipaparkan

pada bagian sebelumnya. Pembahasan terhadap

hasil penelitian ini merupakan upaya untuk

menjelaskan hasil analisis dan menjawab rumusan

masalah yang diajukan yaitu bagaimanakah

evaluasi terhadap context, input, process dan

product dari pelaksanaan program inklusi di SD

Negeri Klero 02.

a. Konteks

Evaluasi konteks terhadap pelaksanaan

program inklusif di SD Negeri Klero 02 meliputi

unsur penilaian terhadap latar belakang, tujuan

pendidikan inklusi, kerjasama terhadap instansi

lain, dan penerimaan peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa SD Negeri Klero 02 melaksanakan progam

inklusi karena adanya penunjukan dari dinas

pendidikan kabupaten. Selain itu juga adanya

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

75

anak-anak di sekitar sekolah yang masuk dalam

kategori ABK namun orang tuanya belum

memunyai kesadaran menyekolahkan di SLB. SD

Negeri Klero 02 ditunjuk dan dicanangkan sebagai

sekolah pilot project pelaksana program pendidikan

inklusi di Kecamatan Tengaran. Hasil temuan ini

sudah sesuai dengan Permendiknas No. 70 Tahun

2009 pasal 4 ayat 1 dimana “pemerintah

kabupaten/kota menunjuk minimal satu sekolah

dasar, dan satu sekolah menengah pertama pada

setiap kecamatan dan satu satuan pendidikan

menengah untuk menyelenggarakan pendidikan

inklusi yang wajib menerima peserta didik” dengan

kebutuhan khusus.

Sekolah mendapat manfaat atas kepercayaan

dan apresiasi dari masyarakat khususnya orang

tua ABK. Tujuan dalam dalam pelaksanaan program

inklusi di SD Negeri Klero 02 adalah pemerataan

akses pendidikan yang ramah dan adil tanpa

diskriminatif bisa diwujudkan dengan baik. ABK

yang berada dilingkungan sekitar agar mereka bisa

bersekolah seperti anak-anak normal seusianya.

Hal ini sesuai yang dengan Permendiknas No. 70

Tahun 2009 pasal 3 ayat 1 dimana peserta didik

dengan kelainan fisik, emosional, mental, sosial

atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat

istimewa berhak mengikuti pendidikan inklusif

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

76

pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuannya.

Izin pelaksanaan program inklusi disekolah

ini sudah ada karena sekolah ditunjuk dinas

untuk menyelenggarakan program inklusi. Namun

sampai sekarang sekolah belum mendapatkan SK

yang menerangkan sebagai sekolah penyelenggara

program inklusi.

Sekolah dalam melaksanakan program

inklusi berdasarkan pedoman yang diberikan

dinas. Untuk menunjang berjalannya program

tersebut sekolah melakukan kerjasama dengan

lembaga lain. Sekolah menjalin kerjasama dengan

SLB Salatiga. Kerjasama dilakukan untuk

memberikan bimbingan dalam pelayanan terhadap

ABK. Temuan ini sudah sesuai dengan Direktorat

Pembinaan PKLK Pendidikan Dasar Tahun 2012

dan Permendiknas No. 70 Tahun 2009 pasal 11

ayat 1-5.

Sasaran program inklusi di SD Negeri Klero

02 yaitu anak usia sekolah yang terdapat disekitar

sekolah. Dalam penerimaan peserta didik baru

sekolah tidak melakukan proses seleksi. ABK yang

diterima secara umum masih bisa mengikuti

pelajaran atau arahan guru, mandiri, percaya diri,

dan bisa mengikuti proses pembelajaran dengan

anak normal. ABK yang dilayani ada 12 anak yang

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

77

tersebar dari kelas I sampai keas V. ABK yang ada

terdiri dari 5 anak tuna Grahita, 3 anak autis, 2

anak lamban belajar, 1 anak tuna laras, dan 1

anak tuna daksa.

Pada proses penerimaan peserta didik baru

sekolah biasanya melakukan pengamatan ketika

peserta didik mendaftar sekolah. Sekolah

menerima ABK dengan menyesuaikan pada jenis

kebutuhan atau kelainan yaitu kategori ringan,

dan dimana ABK berdomisili dekat lingkungan

sekolah. Hasil temuan ini sesuai dengan

Permendiknas No. 70 Tahun 2009 pasal 5 ayat 1

sekolah menerima peserta didik dengan kelainan

dan/atau potensi kecerdasan dan/atau bakat

istimewa atas pertimbangan terhadap sumber daya

yang dimiliki sekolah tersebut.

b. Input

Evaluasi input terhadap pelaksanaan

program pendidikan inklusi di SD Negeri Klero 02

meliputi sarana prasarana, kurikulum, dan

sumber daya manusia.

Sekolah ini masih mengandalkan sarana

prasarana yang sudah ada sebelumnya. Sarpras ini

umumnya digunakan secara merata baik siswa

reguler maupun ABK. Hal ini sesuai dengan

Direktorat Pembinaan SLB (2007) dimana sarana

dan prasarana umum yang dibutuhkan sekolah

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

78

penyelenggara program pendidikan inklusi

cenderung sama dengan sekolah reguler pada

umumnya.

Ketersediaan sarana dan prasarana yang ada

di sekolah masih terbatas. Selama ini sekolah telah

mendapatkan bantuan sarana berupa alat musik,

alat memasak, drum band, alat menjahit, dan

berbagai alat lainnya yang menunjang untuk

mengembangkan keterampilan siswa. Bantuan

tersebut diberikan oleh Pemerintah provinsi pada

tahun 2010 sebesar Rp. 50.000.000,00. Selain itu,

sekolah belum didukung dengan prasarana yang

memadai seperti ruang atau kelas khusus guna

melayani ABK.

Kurikulum yang digunakan adalah

kurikulum nasional dan dimodifikasi sesuai

dengan ABK yang ada. Sekolah juga mengacu pada

kurikulum SLB dengan melakukan penyesuaian di

berbagai komponen sesuai karakteristik peserta

didik. Sekolah melakukan modifikasi mulai dari

materi pembelajaran, media pembelajaran,

penilaian, pelayanan tambahan jam belajar,

remedial, atau pembimbingan khusus diluar jam

sekolah. Hal ini diperkuat dalam Permendiknas No.

70 Tahun 2009 pasal 7 bahwa kurikulum yang

digunakan adalah kurikulum tingkat satuan

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

79

pendisdikan yang mengakomodasi kebutuhan dan

kemampuan ABK sesuai bakat, minat dan

potensinya.

Sebagian guru di sekolah belum pernah

mendapatkan workshop, diklat, sosialisasi

dan/atau pelatihan khusus untuk meningkatkan

kompetensi. Temuan ini tidak sesuai dengan

Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 pasal 10 ayat

3, yang menjelaskan bahwa “pemerintah

kabupaten/kota wajib meningkatkan kompetensi

di bidang pendidikan khusus bagi tenaga pendidik

dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan

penyelenggara pendidikan inklusif”. Maka dari itu,

pemerataan dalam keikutsertaan atau keterlibatan

guru dalam workshop, diklat, sosialisasi/pelatihan

khusus perlu ditingkatkan karena berpengaruh

terhadap kompetensi guru dalam menangani ABK.

Sementara dalam hal sumber daya manusia

(SDM) yaitu guru pendamping khusus (GPK), SD

Negeri Klero 02 belum memiliki GPK yang berlatar

belakang pendidikan khusus atau pendidikan luar

biasa. Sekolah mengangkat guru umum untuk

menjadi GPK. Temuan ini tidak sesuai dengan

Permendiknas No. 70 tahun 2009 pasal 10 ayat 1

dimana “pemerintah kabupaten/kota wajib

menyediakan paling sedikit satu orang GPK pada

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

80

satuan pendidikan yang ditunjuk untuk

menyelenggarakan pendidikan inklusif”.

Penanganan ABK ditangani oleh guru kelas. Hasil

temuan ini belum sesuai karena idealnya selain

guru kelas dan guru mata pelajaran, sekolah harus

memiliki guru pendidikan khusus yang memiliki

kompetensi sesuai keahlian dalam pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar (Direktorat Pembinaan

SLB 2007).

c. Proses

Evaluasi Proses terhadap pelaksanaan

program pendidikan inklusif di SD Negeri Klero 02

meliputi pembelajaran, pelayanan ABK,

pembiayaan, dan monitoring.

Dalam proses pembelajaran di dalam kelas,

menunjukkan bahwa guru telah memiliki

kompetensi yang cukup memadai. Hal ini terbukti

dari penyusunan RPP, pemberian materi dan

bahan ajar kepada ABK dengan menggunakan

kurikulum dan materi/bahan ajar yang sama atau

reguler.

Guru tidak membedakan kurikulum dan

materi/bahan ajar secara terstruktur. Selain itu,

guru menggunakan RPP reguler yang diberikan

secara merata kepada semua siswa. Hasil temuan

ini sesuai Direktorat Pembinaan PKLK Pendidikan

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

81

Dasar (2012) kurikulum yang digunakan dalam

pelaksanaan pendidikan inklusif pada dasarnya

adalah kurikulum standar nasional yang berlaku

di sekolah umum. Akan tetapi karena ragam

hambatan ABK sangat bervariasi, maka dalam

implementasinya harus ada modifikasi kurikulum

tingkat satuan pendidikan yang sesuai dengan

standar nasional dan kebutuhan ABK.

Hasil temuan menunjukkan sekolah

melakukan penyesuaian (modifikasi) dengan

meringankan materi, dan pemberian atau

pelayanan tambahan terhadap ABK. Dalam

penggunaan kurikulum dan pemberian soal latihan

tetap sama tapi penyesuaian dilakukan secara

individu dalam hal evaluasi dan pelayanan lainnya.

Bagi ABK biasanya standar nilai dibedakan dan

disesuaikan yaitu diturunkan dari standar KKM

siswa normal pada umumnya.

Hasil temuan sudah sesuai dengan hasil

penelitaian Hartanti (2013), penelitiannya

menyimpulkan sekolah yang ditunjuk mengadakan

layanan pendidikan inklusi berhak melakukan

berbagai modifikasi atau penyesuaian, baik dalam

hal kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga

pendidikan, sistem pembelajaran serta sistem

penilaiannya.

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

82

ABK akan mendapatkan pelayanan lebih

apabila dianggap perlu untuk remedi baik di saat

jam istirahat maupun di luar jam sekolah. Hasil

temuan ini sesuai menurut Direktorat Pembinaan

PKLK Pendidikan Dasar (2012) tentang salah satu

prinsip pembelajaran sekolah inklusif yaitu prinsip

individual, dimana “guru perlu mengenal

kemampuan awal dan karakteristik setiap anak

secara mendalam, baik dari segi kemampuan

maupun ketidakmampuannya dalam menyerap

materi pelajaran, kecepatan maupun

kelambatannya dalam belajar, dan perilakunya,

sehingga setiap kegiatan pembelajaran masing-

masing anak mendapat perhatian dan perlakuan

yang sesuai”.

Pada pelaksanaan pembelajaran dikelas guru

melakukan pengaturan tempat duduk. Biasanya

anak yang berkebutuhan khusus ditempatkan

didepan. Hal itu dilakukan agar guru mudah

memberikan perhatian pada anak ABK.

Pendampingan pembelajaran dilakukan terhadap

ABK pada saat pembelajaran berlangsung namun

belum sepenuhnya karena keterbatasan

kemampuan guru dan belum adanya guru

pendamping khusus. Pendampingan pembelajaran

dilakukan diluar pelajaran disaat jam tambahan.

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

83

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui

tingkat kemampuan atau prestasi yang dicapai

oleh peserta didik berkebutuhan khusus setelah

menjalani proses pembelajaran. Penilaian yang

dilakukan oleh GPK terhadap peserta didik

berkebutuhan khusus. GPK melakukan modifikasi

sistem evaluasi terhadap peserta didik

berkebutuhan khusus dengan bekerja sama

dengan guru kelas.

Dalam pelaksanaan program pendidikan

inklusi di SD Negeri Klero 02, sumber dana khusus

untuk melayani dan membantu ABK belum ada

yang diterima dari pemerintah. Sejauh ini, sekolah

mengambil dan menggunakan dana BOS untuk

memenuhi kebutuhan dalam penyelenggaran

program inklusi. Hal tersebut tidak sesuai PP

nomor 48 Tahun 2008 Bab V pasal 51 ayat 2

menegaskan bahwa seharusnya pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyarakat memberikan

kontribusi terhadap pembiayaan pendidikan

inklusi agar lebih efektif.

Dalam pelaksanaan program inklusi di SD

Negeri Klero 02 belum ada monitoring langsung

dari dinas. Padahal dari pihak sekolah sangat

membutuhkan adanya monitoring dan

pendampingan terhadap pelaksanaan program

inklusi ini. Temuan ini tidak sesuai dengan

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

84

Permendiknas No. 70 Tahun 2009 pasal 12 dimana

“pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten/kota melakukan pembinaan dan

pengawasan pendidikan inklusif sesuai dengan

kewenangannya”. Sekolah SD Negeri Klero 02

sangat mendukung pelaksanaan program inklusi

ini namun harus dibarengi dengan adanya

dukungan dari berbagai pihak terkait.

d. Produk

Evaluasi produk terhadap pelaksanaan

program pendidikan inklusi di SD Negeri Klero 02

berupaya untuk melakukan penilaian terhadap

dampak prestasi peserta didik, dan hambatan

pelaksanaan program inklusi.

Sehubungan dengan penerimaan ABK yang

sudah berjalan cukup lama sejak 2010, maka

dampak penerapan program tersebut dapat dilihat

khususnya dari perkembangan maupun prestasi

ABK. Sebagian besar ABK memiliki perkembangan

akademik dibawah rerata atau standar. Dalam hal

ini ABK belum mampu mencapai nilai standar

sesuai KKMnya sehingga ada yang tidak naik

kelas.

Sementara perkembangan non akademik

ABK cukup baik atau rata-rata. Terdapat peserta

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

85

didik ABK yang pandai dalam menggambar

walaupun belum pernah menang dalam

perlombaan. Dapat disimpulkan bahwa

perkembangan atau prestasi ABK secara garis

besar cukup baik dan rata-rata prestasi baik

akademik maupun akademiknya cukup mengalami

perkembangan. Hasil temuan ini sesuai dengan

Mudjito (2012) yang menjelaskan bahwa

setidaknya ada 4 ranah pendidikan yang harus

diberikan dalam proses belajar mengajar yang

mencakup ranah kognitif (pembentukan

kemampuan ilmu atau daya nalar), psikomotorik

(pembentukan bakat keterampilan), soft skills

(pembentukan intrapersonality, interpersonality,

karakter pribadi untuk dirinya, sosial dan dengan

sang Pencipta), dan karakter (pembentukan hard

skills dan soft skills).

Pendukung program inklusi disekolah ini

adalah adanya dukungan dari masyarakat.

Dukungan itu berupa antusias masyarakat sekitar

yang mempunyai ABK untuk menyekolahkan

anaknya di SD Negeri Klero 02. Dengan adanya

dukungam masyarakat tersebut diharapkan

membantu pelaksanaan program inklusi agar lebih

baik.

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

86

Terdapat berbagai hambatan dalam

pelaksanaan program inklusi ini. Sekolah belum

mempunyai guru pendamping khusus yang benar-

benar ahli dalam menangai anak ABK. Sarana

prasarana disekolah yang ada belum mampu

melayani kebutuhan anak ABK. Pendanaan dalam

pelaksaaan program inklusi hanya mengandalkan

dari dana BOS saja. Keterbatasan guru dalam

menangani anak ABK juga menambah deretan

hambatan yang ada.

Terkait dengan hambatan yang dialami,

sekolah telah melakukan beberapa usaha untuk

menanggulanginya. Sekolah mengangkat seorang

guru umum untuk menjadi seorang guru GPK.

Sekolah juga melakukan kerjasama dengan instasi

atau lembaga untuk menangani ABK.

Dengan adanya program inklusi di SD Negeri

Klero 02 berharap sekolah dapat ikut andil dalam

menyukseskan wajib belajar 9 tahun untuk semua

anak pada usia sekolah. Selain itu adanya

perhatian pemerintah dan menindak lanjuti

dengan memberikan tenaga GPK, dana, sarana dan

prasarana yang memadai merupakan harapan

terbesar yang dinanti oleh pihak sekolah.

Penelitian ini diharapkan akan memberi

manfaat bagi pengembangan program yang ada di

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

87

SD Negeri Klero 02 yang telah menyelenggarakan

program selama 6 tahun. Sesuai dengan pendapat

Arikunto (2010: 22) menyebutkan bahwa kegiatan

evaluasi program dimaksudkan untuk mengambil

keputusan atau melakukan tindak lanjut dari

program yang telah dilaksanakan. Hasil dari

penelitian ini bagi guru dapat digunakan sebagai

masukan dalam rangka memecahkan masalah

yang selama ini dihadapi dalam pelaksanaan

program inklusi.

Manfaat bagi kepala sekolah dengan hasil

penelitian ini diperoleh gambaran tentang

pelaksanaan program inklusi yang selama ini telah

berjalan sehingga dapat mengambil keputusan

untuk meningkatkan program pendidikan inklusi.

Bagi dinas pendidikan penelitian ini diharapkan

dapat menjadi masukan dalam rangka pembinaan

dan peningkatan kualitas program pendidikan

inklusi.

Penelitian ini diharapkan memberikan

manfaat bagi pelaksana program inklusi di

Kecamatan Tengaran dan sekolah lainnya di

seluruh Indonesia. Manfaat yang bisa diperoleh

dari penelitian ini adalah sekolah pelaksana

program inklusi dapat mengetahui kekurangan

dalam pelaksanaan program. Untuk itu perlu

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN - UKSW

88

adanya perbaikan demi keberlanjutan program

yang lebih baik.