Upload
haanh
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Penelitian
1.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman
1.1.1.1 Profil PT. Akasha Wira International tbk
PT. Akasha Wira International tbk adalah perusahaan yang bergerak di
bidang usaha pengolahan dan distribusi air minum dalam kemasan. PT. Akasha Wira
International tbk, didirikan dengan nama PT. Alfindo Putrasetia di ahun 1985. Nama
perseroan telah diubah beberapa kali. Pada tahun 1994, nama perseroan diubah
menjadi PT. Ades Water Indonesia tbk. Untuk menghindari kesamaan nama dengan
produk perusahaan, pada tahun 2009 PT. Ades Water Indonesia berubah nama
menjadi PT. Akasha Wira International tbk.
PT. Akasha Wira International pertama kali mencatatkan sahamnya (listing)
di BEJ yaitu pada tanggal 13 Juni 1994. Dalam proses produksinya PT. Akasha Wira
International tbk memproduksi 4 jenis air minum dalam kemasan, yaitu dalam bentuk
gelas plastik, botol plastik, botol kaca, dan galon. PT. Akasha Wira International
mempunyai dua pabrik botol, yaitu di Cibinong Jawa Barat dan Deli Serdang
Sumatera Utara.
1.1.1.2 Profil PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk merupakan perusahaan multinasional yang
memproduksi makanan. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1959. Pada tahun 1959,
alm. Tan Pia Sioe mendirikan bisnis keluarga yang kini berkembang menjadi PT. Tiga
Pilar Sejahtera Food tbk. Sebuah bisnis keluarga yang memproduksi bihun jagung
dengan nama Perusahaan Bihun Cap Cangak Ular di Sukoharjo, Jawa Tengah.
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food menjadi perusahaan public pada tahun 2003.
Produk-produk makanan yang diproduksi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food adalah, ayam
2 telor, mie instan superior, mie kremezz, bihunku, gulas candy, pio, growie,
fetuccini, shorr, yumi, hahamie, mikita, hayomi, din din, juzz and juzz gin gins.
1.1.1.3 Profil PT. Davomas Abadi tbk
PT. Davomas Abadi tbk. adalah perusahaan produsen dan eksportir produk
kakao (cokelat) bubuk dan kakao lemak terbesar di Indonesia. Kakao bubuk
digunakan untuk memberikan rasa cokelat pada makanan, sedangkan kakao lemak
merupakan bahan utama pembuat cokelat dan juga digunakan didalam obat-obatan
dan kosmetika. PT. Davomas Abadi tbk. didirikan pada tanggal 14 Maret 1990 dan
mencatatkan sahamnya (listing) di BEI pada tahun 1994. Lokasi pabriknya berada di
Tangerang, Banten dengan kapasitas produksi 108.000 metric tons per annum (tpa).
1.1.1.4 Profil PT. Cahaya Kalbar tbk
PT. Cahaya Kalbar tbk merupakan perusahaan multinasional yang
memproduksi penganan cokelat dan kakao, dan konsentrat lidah buaya untuk industry
kosmetik dan farmasi. PT. Cahaya Kalbar tbk didirikan pada tahun 1968 dan menjadi
perusahaan publik pada tahun 1996.
1.1.1.5 Profil PT. Indofood Sukses Makmur tbk
PT. Indofood Sukses Makmur tbk merupakan produsen berbagai jenis
makanan dan minuman. PT. Indofood Sukses Makmur didirikan pada tahun 1990 oleh
Sudono Salim dengan nama Panganjaya Intikusuma yang pada tahun 1994 menjadi
Indofood.
Dalam beberapa dekade ini PT. Indofood Sukses Makmur tbk telah
bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan
operasional yang mencakup seluruh tahan proses produksi makanan, mulai dari
produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di
rak para pedagang eceran. PT. Indofood Sukses Makmur tbk telah mengekspor
produknya ke Australia, Asia, dan Eropa.
1.1.1.6 Profil PT. Mayora Indah tbk
PT. Mayora Indah tbk atau Mayora Group adalah salah satu kelompok bisnis
produk konsumen di Indonesia yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1977. Untuk
memenuhi tuntutan pasar yang semakin meningkat, PT. Mayora Indah tbk menjadi go
public melalui Initial Public Offering (IPO) pada tahun 1990. PT. Mayora Indah tbk
memiliki pabrik di Tangerang, Bekasi, dan Surabaya, yang memperkerjakan sekitar
5.300 pekerja. PT. Mayora Indah tbk telah mengekspor produknya ke Malaysia,
Thailand, Filipina, Vietnam, Singapura, Hongkong, Arab Saudi, Australia, Afrika,
Amerika dan Italia.
1.1.1.7 Profil PT. Prasidha Aneka Niaga tbk
PT. Prasidha Aneka Niaga tbk merupakan perusahaan multinasional yang
memproduksi makanan seperti buah-buahan dan sayur-sayuran juga karet remah
sebagai bahan baku untuk industri ban. PT. Prasidha Aneka Niaga tbk didirikan pada
tahun 1984 dan melakukan penjualan saham perdananya di BEJ pada tahun 1994.
Lokasi pabriknya tersebar di Palembang, Surabaya, Lampung, Singaraja, Curup, dan
Makasar.
1.1.1.8 Profil PT. Sekar Laut tbk
PT. Sekar Laut tbk adalah satu kelompok bisnis produk konsumen di
Indonesia yang didirikan pada tahun 1976. Perusahaan ini berawal dari usaha di
bidang perdagangan produk kelautan di Sidoarjo. Kemudian berkembang menjadi
usaha kerupuk udang tradisional. Perusahaan ini tercatat di BEJ sejak tanggal 4 Juli
1990.
1.1.1.9 Profil PT. Siantar Top tbk
Pada tahun 1972, Shindo Sumidomo memulai bisnis dengan mendirikan
sebuah pabrik kerupuk berskala industry rumah tangga di Sidoarjo. Usaha tersebut
merupakan cikal bakal dari berdirinya PT. Siantar Top tbk yang merupakan
perusahaan industri makanan dan minuman yang berskala nasional dengan pabrik
pertama di Sidoarjo pada tahun 1987. Perusahaan semakin berkembang pesat dan
pada tahun 1996 mencatatkan sahamnya di BEJ.
Untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri yang terus tumbuh, PT.
Siantar Top tbk membuka pabrik di Medan pada tahun 1997 dan di Bekasi pada tahun
2002. Selain mengembangkan pasar dalam negeri, PT. Siantar Top tbk juga terus
mengembangkan pasar ekspor ke berbagai negara di Asia, Timur Tengah, Eropa, dan
Amerika.
1.1.1.10 Profil PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk
PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk merupakan
perusahaan multinasional yang memproduksi minuman. PT. Ultrajaya Milk Industry
and Trading Company awalnya industri susu rumah tangga yang didirikan pada tahun
1958. Pada tahun 1971, industri rumah tangga tersebut memasuki tahap pertumbuhan
yang pesat sejalan dengan berubahnya menjadi PT. Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company
1.1.2 Deskripsi Variabel Yang Diteliti
Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa penelitian ini
memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kinerja keuangan terhadap
harga saham pada perusahaan subsektor makanan dan minuman dengan menggunakan
pendekatan Economic Value Added (EVA). Variabel-variabel yang diteliti pada
penelitian ini adalah kinerja keuangan dengan pendekatan Economic Value Added
(EVA) sebagai variabel independen (X) dan harga saham sebagai variabel dependen
(Y).
1.1.2.1 Economic Value Added (EVA) Perusahan Subsektor Makanan dan Minuman
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan dengan
pendekatan Economic Value Added (EVA). Economic Value Added (EVA) terdiri dari
tiga komponen yaitu pendapatan operasi setelah pajak (NOPAT), biaya modal, serta
biaya rata-rata tertimbang (WACC). Rumus yang digunakan untuk menghitung
Economic Value Added (EVA) adalah:
EVA = NOPAT – (Biaya modal * WACC)
Untuk mengukur Economic Value Added (EVA) maka digunakan kriteria
berikut:
1. EVA < 0, menunjukan tidak terjadi proses nilai tambah bagi perusahaan, karena
laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan para penyandang dana terutama
pemegang saham yaitu tidak mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan
investasi yang ditanamkan dan kreditur tetap mendapatkan bunga. Sehingga
dengan tidak ada nilai tambahnya mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan
kurang baik.
2. EVA = 0, menunjukan posisi impas karena semua laba yang telah digunakan
untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur atau
pemegang saham.
3. EVA > 0, menunjukan telah terjadi nilai tambah dalam perusahaan, sehingga
semakin besar EVA yang dihasilkan maka harapan para penyandang dana dapat
terpenuhi dengan baik, yaitu mendapatkan pengembalian investasi yang sama
atau lebih dari yang diinvestasikan dan kreditur mendapatkan bunga. Keadaan ini
menunjukan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi
pemilik modal sehingga menandakan bahwa kinerja keuangannya telah baik.
Adapun perkembangan Economic Value Added (EVA) perusahaan subsektor
makanan dan minuman dari tahun 2007 sampai 2010 adalah sebagai berikut:
1. PT. Akasha Wira International tbk
TABEL 4.1
PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. AKASHA
WIRA INTERNATIONAL TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun EVA Perubahan (%) Ket
2007 -443.063.622.945,41
2008 -887.425.205.619,42 100,29 Turun
2009 -236.476.184.519,89 73,35 Naik
2010 -118.345.183.888,03 49,95 Naik
Rata-rata -421.327.549.243,19
Bedasarkan tabel 4.1 diatas, Economic Value Added (EVA) PT. Akasha Wira
International tbk cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2008, Economic
Value Added (EVA) PT. Akasha Wira International tbk mengalami penurunan
sebesar 100,29%. Hal ini disebabkan karena biaya modal rata-rata tertimbang
(WACC) tahun 2008 meningkat. Berbeda dengan tahun berikutnya yaitu tahun
2009 dan 2010 Economic Value Added (EVA) PT. Akasha Wira International tbk
mengalami kenaikan masing-masing sebesar 73,35% dan 49,95%. Hal ini
disebabkan karena biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) mengalami
penurunan dan pendapatan operasi bersih setelah pajak (NOPAT) mengalami
kenaikan. Secara keseluruhan Economic Value Added (EVA) PT. Akasha Wira
International tbk cenderung mengalami kenaikan tetapi angka tersebut bernilai
negatif. Apabila angka tersebut diukur dengan kriteria Economic Value Added
(EVA) diatas maka angka tersebut berada dibawah nol yang berarti PT. Akasha
Wira International tbk telah gagal menciptakan nilai tambah bagi pemegang
saham.
2. PT. Tilar Pilar Sejahtera Food tbk
TABEL 4.2
PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. TIGA PILAR
SEJAHTERA FOOD TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun EVA Perubahan (%) Ket
2007 3.135.875.211,92
2008 -2.452.749.793.04 178,22 Turun
2009 11.067.908.262,27 551,24 Naik
2010 48.747.965.936,16 340,44 Naik
Rata-rata 15.124.749.904,33
Bedasarkan tabel 4.2 diatas, Economic Value Added (EVA) PT. Tiga Pilar
Sejahtera Food tbk cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2008, Economic
Value Added (EVA) PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk mengalami penurunan
sebesar 178,22%. Hal ini disebabkan karena biaya modal rata-rata tertimbang
(WACC) tahun 2008 meningkat meski pendapatan operasi bersih setelah pajak
(NOPAT) juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 dan 2010 Economic
Value Added (EVA) PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk mengalami kenaikan
masing-masing sebesar 551.24% dan 340,44%. Hal ini disebabkan karena biaya
modal rata-rata tertimbang (WACC) mengalami penurunan dan pendapatan
operasi bersih setelah pajak (NOPAT) mengalami kenaikan. Apabila diukur
dengan kriteria Economic Value Added (EVA) diatas, maka rata-rata Economic
Value Added (EVA) PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk selama 4 tahun terakhir
bernilai diatas nol yang berarti PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk telah berhasil
menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham.
3. PT. Davomas Abadi tbk
TABEL 4.3
PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. DAVOMAS
ABADI TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun EVA Perubahan (%) Ket
2007 13.957.170.599,08
2008 -2.733.259.097.829,25 19.683,2 Turun
2009 -1.553.028.442.437,63 43,18 Naik
2010 -141.468.079.576,09 90,89 Naik
Rata-rata -1.103.449.612.310,98
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, Economic Value Added (EVA) PT. Davomas Abadi
tbk cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2008, Economic Value Added
(EVA) PT. Davomas Abadi tbk mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu
sebesar 19.683,2%. Hal ini disebabkan karena biaya modal rata-rata tertimbang
(WACC) pada tahun 2008 mengalami peningkatan dan penurunan pendapatan
operasi bersih setelah pajak (NOPAT). Pada tahun 2009 dan 2010, Economic
Value Added (EVA) PT. Davomas Abadi tbk mengalami kenaikan yaitu masing-
masing sebesar 43,18% dan 90,89%. Hal ini disebabkan karena pada kedua tahun
tersebut biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) mengalami penurunan dan
peningkatan pendapatan operasi bersih setelah pajak. Secara keseluruhan, meski
mengalami kenaikan nilai Economic Value Added (EVA) PT. Davomas Abadi tbk
bernilai dibawah nol yang artinya PT. Davomas Abadi telah gagal menciptakan
nilai tambah bagi pemegang saham.
4. PT. Cahaya Kalbar tbk
TABEL 4.4
PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. CAHAYA
KALBAR TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun EVA Perubahan (%) Ket
2007 14.202.132.183,38
2008 15.875.692.994,97 11,78 Naik
2009 41.299.343.759,81 160,14 Naik
2010 23.088.165.635,52 44,09 Turun
Rata-rata 23.616.333.643,42
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, tren Economic Value Added (EVA) PT. Cahaya
Kalbar tbk cenderung mengalami kenaikan, meski pada tahun 2010 mengalami
penurunan. Penurunan tersebut tidak begitu besar dan masih diatas angka pada
tahun 2007 dan 2008. Pada tahun 2008 dan 2009, Economic Value Added (EVA)
PT. Cahaya Kalbar tbk mengalami kenaikan masing-masing sebesar 11,78%. Hal
ini disebabkan karena pada tahun tersebut biaya modal rata-rata tertimbang
(WACC) PT. Cahaya Kalbar tbk mengalami penurunan dan pendapatan operasi
bersih setelah pajak mengalami peningkatan. Sedangkan pada tahun 2010,
Economic Value Added (EVA) PT. Cahaya Kalbar mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan karena biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) mengalami
peningkatan dan pendapatan operasi bersih setelah pajak mengalami penurunan.
Secara keseluruhan nilai Economic Value Added (EVA) PT. Cahaya Kalbar tbk
bernilai positif. Apabila diukur dengan kriteria Economic Value Added (EVA)
diatas, maka PT. Cahaya Kalbar tbk telah berhasil menciptakan nilai tambah bagi
pemegang saham.
5. PT. Indofood Sukses Makmur tbk
TABEL 4.5
PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. INDOFOOD
SUKSES MAKMUR TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun EVA Perubahan (%) Ket
2007 956.798.294.666,89
2008 995.574.073.987,21 4,05 Naik
2009 2.044.592.188.613,72 105,37 Naik
2010 2.933.290.444.578,91 43,46 Naik
Rata-rata 1.732.563.750.461,68
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, tren Economic Value Added (EVA) PT. Indofood
Sukses Makmur tbk cenderung mengalami kenaikan. Dari tahun 2007 sampai
2010 Economic Value Added (EVA) PT. Indofood Sukses Makmur tbk tidak
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan setiap tahunnya PT. Indofood Sukses
Makmur tbk terus mengalami peningkatan pendapatan operasi bersih setelah
pajak (NOPAT) dan penurunan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC).
Secara keseluruhan Economic Value Added (EVA) PT. Indofood Sukses Makmur
tbk tidak ada yang bernilai dibawah nol atau bernilai negatif, apabila diukur
dengan kriteria Economic Value Added (EVA) diatas maka PT. Indofood Sukses
Makmur tbk telah berhasil menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham.
6. PT. Mayora Indah tbk
TABEL 4.6
PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. MAYORA
INDAH TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun EVA Perubahan (%) Ket
2007 115.981.835.469,41
2008 149.072.932.414,92 28,53 Naik
2009 354.215.373.054,05 137,61 Naik
2010 476.279.746.733,67 34,46 Naik
Rata-rata 273.887.471.918,01
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, tren Economic Value Added (EVA) PT. Mayora
Indah tbk cenderung mengalami kenaikan. Sama halnya dengan PT. Indofood
Sukses Makmur tbk, Economic Value Added (EVA) PT. Mayora Indah juga dari
tahun 2007 sampai 2010 tidak pernah mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
karena setiap tahunnya PT. Mayora Indah tbk juga tidak pernah mengalami
penurunan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dan selalu mengalami
peningkatan pendapatan operasi bersih setelah pajak (NOPAT). Apabila diukur
dengan kriteria Economic Value Added (EVA) diatas, dari tahun 2007 sampai
2010 Economic Value Added (EVA) PT. Mayora Indah tbk selalu bernilai diatas
nol atau bernilai positif, maka artinya PT. Mayora Indah telah berhasil
menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham.
7. PT. Prasidha Aneka Niaga tbk
TABEL 4.7
PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. PRASIDHA
ANEKA NIAGA TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun EVA Perubahan (%) Ket
2007 -242.219.501.690,51
2008 -420.747.649.192,70 73,70 Turun
2009 -919.824.239.011,25 118,61 Turun
2010 -451.636.620.158,18 50,90 Naik
Rata-rata -508.607.002.513,16
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, tren Economic Value Added (EVA) PT. Prasidha
Aneka Niaga tbk cenderung mengalami penurunan meski pada tahun 2010
mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut tidak terlalu signifikan dan tidak dapat
melebihi Economic Value Added (EVA) pada tahun 2008. Secara keseluruhan
dari tahun 2007 sampai 2010, nilai Economic Value Added (EVA) PT. Prasidha
Aneka Niaga tbk bernilai negatif. Apabila diukur dengan dengan kriterian
Economic Value Added (EVA) diatas maka PT. Prasidha Aneka Niaga tbk telah
gagal menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham.
8. PT. Sekar Laut tbk
TABEL 4.8
PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. SEKAR
LAUT TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun EVA Perubahan (%) Ket
2007 257.321.902,72
2008 1.016.438.728,82 295,01 Naik
2009 7.608.062.077,42 648,50 Naik
2010 2.816.978.366,16 62,97 Turun
Rata-rata 2.924.700.268,78
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, tren Economic Value Added (EVA) PT. Sekar Laut
tbk cenderung mengalami kenaikan meski pada tahun 2010 mengalami
penurunan. Penurunan tersebut tidak melebihi angka Economic Value Added
(EVA) pada tahun 2008. Pada tahun 2008 dan 2009, Economic Value Added
(EVA) PT. Sekar Laut tbk mengalami kenaikan masing-masing sebesar 295,01%
dan 648,5%. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut biaya modal rata-rata
tertimbang (WACC) PT. Sekar Laut tbk mengalami penurunan dan kenaikan
pendapatan operasi bersih setelah pajak (NOPAT). Sedangkan pada tahun 2010,
Economic Value Added (EVA) PT. Sekar Laut tbk mengalami penurunan yaitu
sebesar 62,97%. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut biaya modal rata-
rata tertimbang PT. Sekar Laut tbk mengalami kenaikan dan penurunan
pendapatan operasi bersih setelah pajak (NOPAT). Meski mengalami penurunan,
nilai Economic Value Added (EVA) PT. Sekar Laut tbk dari tahun 2007 sampai
2010 bernilai diatas nol atau bernilai positif. Apabila diukur dengan kriteria
Economic Value Added (EVA) diatas, maka PT. Sekar Laut tbk telah berhasil
menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham.
9. PT. Siantar Top tbk
TABEL 4.9
PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. SIANTAR
TOP TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun EVA Perubahan (%) Ket
2007 14.055.716.714,96
2008 3.658.065.006,11 73,97 Turun
2009 35.752.366.814,76 877,36 Naik
2010 7.227.864.034,61 79,78 Turun
Rata-rata 15.173.503.142.,61
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, tren Economic Value Added (EVA) PT. Siatar Top
tbk diatas cenderung mengalami penurunan meski pada tahun 2009 mengalami
kenaikan yang sangat signifikan, akan tetapi pada tahun 2010 juga mengalami
penurunan yang sangat signifikan pula. Pada tahun 2008, Economic Value Added
(EVA) PT. Siantar Top tbk mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena
pada tahun tersebut PT. Siantar Top tbk mengalami peningkatan biaya modal
rata-rata tertimbang (WACC) dan penurunan pendapatan operasi bersih setelah
pajak (NOPAT). Pada tahun 2009, Economic Value Added (EVA) PT. Siantar
Topt tbk mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut PT.
Siantar Top tbk mengalami penurunan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)
dan peningkatan pendapatan operasi bersih setalah pajak (NOPAT). Apabila
diukur dengan kriteria Economic Value Added (EVA) diatas, maka nilai
Economic Value Added (EVA) PT. Siantar Top tbk dari tahun 2007 sampai 2010
adalah bernilai diatas nol yang artinya PT. Siantar Top tbk telah berhasil
menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham.
10. PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company
TABEL 4.10
PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT.
ULTRAJAYA MILK INDUSTRY AND TRADING COMPANY TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun EVA Perubahan (%) Ket
2007 24.139.712.138,89
2008 265.132.684.919,21 998,32 Naik
2009 51.012.893.431,31 80,76 Turun
2010 99.261.358.017,87 94,58 Naik
Rata-rata 109.886.662.126,82
Berdasarkan tabel 4.10 diatas, tren Economic Value Added (EVA) PT. Ultrajaya
Milk Industry and Trading Company tbk cenderung mengalami kenaikan meski
pada tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat signifikan. Pada tahun 2008
dan 2010, Economic Value Added (EVA) PT. Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company tbk mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan pada tahun
tersebut biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) PT. Ultrajaya Milk Industry
and Trading Company tbk mengalami penurunan dan peningkatan pendapatan
operasi bersih setelah pajak (NOPAT). Sedangkan pada tahun 2009, Economic
Value Added (EVA) PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut biaya
modal rata-rata tertimbang (WACC) PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company tbk mengalami peningkatan dan penurunan pendapatan operasi bersih
setalah pajak.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Economic Value
Added (EVA) subsektor makanan dan minuman mengalami kenaikan. Hal ini dapat
ditunjukan dengan tabel nilai rata-rata Economic Value Added (EVA) subsektor dari
tahun 2007 sampai 2010 dibawah ini.
TABEL 4.11
PERKEMBANGAN NILAI RATA-RATA ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
PERUSAHAAN SUBSEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun EVA Perubahan (%) Ket
2007 45.724.493.425,12
2008 -261.355.481.438,37 671,59 Turun
2009 -16.378.072.995,54 93,73 Naik
2010 287.926.263.968,06 1.858 Naik
Pada tahun 2008 Economic Value Added (EVA) perusahaan subsektor
makanan dan minuman mengalami penurunan yang sangat signifikan yaitu sebesar
671,59%. Sedangkan pada tahun berikutnya yaitu tahun 2009 Economic Value Added
(EVA) perusahaan subsektor makanan dan minuman mengalami peningkatan yaitu
masing-masing sebesar 93,73% dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang
signifikan sekali yaitu sebesar 1.858%.
Perkembangan rata-rata Economic Value Added (EVA) subsektor makanan
dan minuman tahun 2007 – 2010 juga disajikan dalam bentuk grafik:
GRAFIK 4.1
PERKEMBANGAN NILAI RATA-RATA ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
PERUSAHAAN SUBSEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
1.1.2.2 Harga Saham Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham. harga saham
merupakan nilai saham yang terjadi akibat dipejualbelikannya saham tersebut di pasar
sekunder. Perkembangan harga saham perusahaan subsektor makanan dan minuman
periode tahun 2003 – 2010 adalah sebagai berikut:
1. PT. Akasha Wira International tbk
TABEL 4.12
PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. AKASHA WIRA
INTERNATIONAL TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun Harga Saham Perubahan (%) Ket
2007 730
2008 225 69,17 Turun
2009 640 184,44 Naik
2010 1620 153,12 Naik
Berdasarkan tabel 4.12 diatas, tren harga saham PT. Akasha Wira International
tbk cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2008, harga saham PT. Akasha
Wira International tbk mengalami penurunan yaitu sebesar 69,17%. Hal ini
disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Akasha Wira International tbk
mengalami penurunan laba bersih, sehingga dengan melihat keuntungan tersebut
2007 2008 2009 2010
EVA 45.724.493.42 -261.335.481. -16.378.072.9 287.926.263.9
-300.000.000.000,00
-200.000.000.000,00
-100.000.000.000,00
0,00
100.000.000.000,00
200.000.000.000,00
300.000.000.000,00
400.000.000.000,00
maka minat investor untuk menanamkan modalnya akan turun. Dengan
menurunnya minat investor maka harga saham juga akan mengalami penurunan.
Berbeda dengan tahun berikutnya yaitu tahun 2009 dan 2010, harga saham PT.
Akasha Wira International tbk mengalami kenaikan yaitu masing-masing sebesar
184,44% dan 153,12%. hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut, PT.
Akasha Wira International mengalami peningkatan laba bersih. Dengan
meningkatnya laba bersih maka minat investor dalam menanamkan modalnya
juga meningkat, sehingga harga saham juga ikut naik.
2. PT. Tilar Pilar Sejahtera Food tbk
TABEL 4.13
PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. TIGA PILAR SEJAHTERA
FOOD TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun Harga Saham Perubahan (%) Ket
2007 750
2008 425 43,33 Turun
2009 360 15,29 Turun
2010 780 116,67 Naik
Berdasarkan tabel 4.13 diatas, harga saham PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk
cenderung mengalami kenaikan meski pada tahun 2008 dan 2009 mengalami
penurunan. Harga saham pada tahun 2010 diatas harga saham pada tahun 2007,
maka hal ini bisa dikatakan mengalami kenaikan. Sedangkan pada tahun 2008
dan 2009 harga saham PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk mengalami penurunan.
3. PT. Davomas Abadi tbk
TABEL 4.14
PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. DAVOMAS ABADI TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun Harga Saham Perubahan (%) Ket
2007 250
2008 58 76,8 Turun
2009 50 13,79 Turun
2010 74 48 Naik
Berdasarkan tabel 4.14 diatas, tren harga saham PT. Davomas Abadi tbk
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena dari tahun 2007 sampai 2010
PT. Davomas Abadi tbk mengalami kerugian meski pada tahun 2010 kerugian
tersebut mengalami penurunan. Akibat PT. Davomas Abadi tbk mengalami
kerugian maka minat investor dalam menanamkan modalnya mengalami
penurunan, sehingga harga sahamnya pun akan menurun.
4. PT. Cahaya Kalbar tbk
TABEL 4.15
PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. CAHAYA KALBAR TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun Harga Saham Perubahan (%) Ket
2007 800
2008 700 12,5 Turun
2009 1490 112,86 Naik
2010 1100 26,17 Turun
Berdasarkan tabel 4.15 diatas, tren harga saham PT. Cahaya Kalbar tbk
cenderung mengalami kenaikan meski pada tahun 2010 mengalami penurunan.
Penurunan tersebut tidak terlalu signifikan dan tidak melebihi harga saham pada
tahun 2008. Pada tahun 2009, harga saham PT. Cahaya Kalbar tbk mengalami
kenaikan yang sangat signifikan yatu sebesar 112,86%. Hal ini disebabkan karena
pada tahun tersebut PT. Cahaya Kalbar tbk mengalami peningkatan laba bersih
yang mengakibatkan meningkatnya minat investor dalam menanamkan
modalnya, sehingga harga saham juga meningkat. Pada tahun 2010, harga saham
PT. Cahaya Kalbar tbk mengalami penurunan yaitu sebesar 26,17%. Hal ini
disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Cahaya Kalbar tbk mengalami
penurunan laba bersih yang mengakibatkan minat investor mengalami penurunan,
sehingga harga saham mengalami penurunan pula.
5. PT. Indofood Sukses Makmur tbk
TABEL 4.16
PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES
MAKMUR TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun Harga Saham Perubahan (%) Ket
2007 2575
2008 930 63,88 Turun
2009 3550 281,72 Naik
2010 4875 37,32 Naik
Berdasarkan tabel 4.16 diatas, tren harga saham PT. Indofood Sukses Makmur
tbk cenderung mengalami kenaikan meski pada tahun 2008 mengalami
penurunan. Pada tahun 2009 sampai 2010 harga saham PT. Indofood Sukses
Makmur tbk mengalami kenaikan yaitu masing-masing sebesar 281,72% dan
37,32%, hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Indofood Sukses
Makmur tbk mengalami peningkatan laba bersih. Dengan meningkatnya laba
bersih maka minat investor dalam menanamkan modalnya pun meningkat pula,
inilah yang mengakibatkan harga saham PT. Indofood Sukses Makmur tbk
mengalami peningkatan.
6. PT. Mayora Indah tbk
TABEL 4.17
PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. MAYORA INDAH TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun Harga Saham Perubahan (%) Ket
2007 1750
2008 1140 34,85 Turun
2009 4500 294,74 Naik
2010 10740 138,67 Naik
Berdasarkan tabel 4.17 diatas, tren harga saham PT. Mayora Indah tbk cenderung
mengalami kenaikan meski pada tahun 2008 mengalami penurunan. Sama halnya
dengan PT. Indofood Sukses Makmur tbk, pada tahun 2009 dan 2010 harga
saham PT. Mayora Indah tbk mengalami kenaikan yaitu masing-masing sebesar
294,74% dan 138,67%. Hal ini disebabkan karena PT. Mayora Indah tbk
mengalami peningkatan laba bersih yang mengakibatkan meningkatnya minat
investor dalam menanamkan modalnya. Dengan meningkatnya minat investor
tersebut maka harga sahamnya pun meningkat pula.
7. PT. Prasidha Aneka Niaga tbk
TABEL 4.18
PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. PRASIDHA ANEKA NIAGA
TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun Harga Saham Perubahan (%) Ket
2007 51
2008 100 96,08 Naik
2009 110 10 Naik
2010 80 27,27 Turun
Berdasarkan tabel 4.18 diatas, tren harga saham PT. Prasidha Aneka Niaga tbk
cenderung mengalami kenaikan meski pada tahun terakhir yaitu tahun 2010
mengalami penurunan akan tetapi penurunan tersebut tidak melebihi harga saham
pada tahun 2007. Pada tahun 2008 dan 2009, harga saham PT. Prasidha Aneka
Niaga tbk mengalami kenaikan yaitu masing-masing sebesar 96,08% dan 10%.
Hal ini disebabkan karena pada tersebut PT. Prasidha Aneka Niaga tbk
mengalami peningkatan laba bersih. Dengan meningkatnya laba bersih tersebut
maka minat investor dalam menanamkan modalnya juga ikut meningkat,
sehingga harga sahamnya pun juga meningkat. Sedangkan pada tahun 2010,
harga saham PT. Prasidha Aneka Niaga mengalami penurunan yaitu sebesar
27,27%. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Prasidha Aneka Niaga
tbk mengalami penurunan laba bersih yang mengakibatkan minat investor dalam
menanamkan modalnya juga menurun, sehingga harga sahamnya pun menurun
juga.
8. PT. Sekar Laut tbk
TABEL 4.19
PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. SEKAR LAUT TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun Harga Saham Perubahan (%) Ket
2007 75
2008 90 20 Naik
2009 150 66,67 Naik
2010 140 6,67 Turun
Berdasarkan tabel 4.19 diatas, sama halnya dengan harga saham PT. Prasidha
Aneka Niaga tbk tren harga saham PT. Sekar Laut tbk cenderung mengalami
kenaikan meski pada tahun 2010 mengalami penurunan. Penurunan tersebut tidak
terlalu signifikan atau tidak melebihi harga saham pada tahun 2007.
9. PT. Siantar Top tbk
TABEL 4.20
PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. SIANTAR TOP TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun Harga Saham Perubahan (%) Ket
2007 370
2008 150 59,46 Turun
2009 250 66,67 Naik
2010 385 54% Naik
Berdasarkan tabel 4.20 diatas, tren harga saham PT. Siantar Top tbk cenderung
mengalami kenaikan meski pada tahun 2008 mengalami penurunan. Pada tahun
2008, harga saham PT. Siantar Top tbk mengalami penurunan yaitu sebesar
59,46%. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Siantar Top
mengalami penurunan laba bersih yang mengakibat menurunnya minat investor
dalam menanamkan modalnya sehingga harga sahamnya pun mengalami
penurunan juga. Sedangkan pada tahun 2009 dan 2010, harga saham PT. Siantar
Top tbk mengalami kenaikan yaitu masing-masing sebesar 66,67% dan 54%. Hal
ini disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Siantar Top tbk mengalami
peningkatan laba bersih. Dengan meningkatnya laba bersih maka minat investor
dalam menanamkan modalnya juga ikut meningkat, hal inilah salah satu yang
mengakibatkan harga saham mengalami kenaikan.
10. PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company
TABEL 4.21
PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. ULTRAJAYA MILK
INDUSTRY AND TRADING COMPANY TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun Harga Saham Perubahan (%) Ket
2007 650
2008 800 23,08 Naik
2009 580 27,5 Turun
2010 1210 108,62 Naik
Berdasarkan tabel 4.21 diatas, tren harga saham PT. Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company tbk cenderung mengalami kenaikan meski pada tahun 2009
mengalami penurunan. Pada tahun 2008 dan 2010, harga saham PT. Ultrajaya
Milk Industry and Trading Company tbk mengalami kenaikan yaitu masing-
masing sebesar 23,08% dan 108,62%. Hal ini disebabkan karena pada tahun
tersebut PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk mengalami
peningkatan laba bersih. Peningkatan laba bersih inilah yang menyebabkan
meningkatnya minat investor dalam menanamkan modalnya sehingga harga
saham PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk mengalami
peningkatan pula. Sedangkan pada tahun 2009, harga saham PT. Ultrajaya Milk
Industry and Trading Company tbk mengalami penurunan yaitu sebesar 27,5%.
Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company tbk mengalami penurunan laba bersih. Penurunan laba bersih
inilah yang menyebabkan menurunya minat investor dalam menanamkan
modalnya, sehingga harga sahamnya pun menurun juga.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tren perkembangan
harga saham subsektor makanan dan minuman dari tahun 2007 sampai 2010
mengalami kenaikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan tabel 4.22 berikut:
TABEL 4.22
PERKEMBANGAN NILAI RATA-RATA HARGA SAHAM PERUSAHAAN
SUBSEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun Harga Saham Perubahan (%) Ket
2007 800,1
2008 461,8 42.28 Turun
2009 1168 152,92 Naik
2010 2101,4 79.91 Naik
Pada tahun 2008 rata-rata harga saham perusahaan subsektor makanan dan
minuman mengalami penurunan sebesar 42,28%. Sedangkan pada tahun berikutnya
yaitu tahun 2009 dan 2010 mengalami peningkatan, yaitu masing-masing sebesar
152,92% dan 79,91%.
Perkembangan harga saham suksektor makanan dan minuman dari tahun
2007 sampai 2010 disajikan pula dalam bentuk grafik berikut:
GRAFIK 4.2
PERKEMBANGAN NILAI RATA-RATA HARGA SAHAM PERUSAHAAN
SUBSEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
1.1.3 Analisis Statistik
Untuk mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap harga
saham, dilakukan analisis statistik dengan menggunakan asumsi klasik, regresi linier
sederhana, analisis koefisien korelasi product moment, analisis koefisien determinasi,
2007 2008 2009 2010
Makanan dan Minuman
800,1 461,8 1168 2101,4
0
500
1000
1500
2000
2500
dan uji hipotesis. Data yang digunakan dalam pengujian statistik adalah Economic
Value Added (EVA) sebagai variabel X dan harga saham sebagai variabel Y.
1.1.3.1 Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik atas persamaan regresi sederhana yang digunakan.
Pengujian ini diantaranya:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dipelukan dalam
analisis regresi berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan komputerisasi aplikasi software SPSS versi 17.0.
Secara rinci, hasil penelitian ini menghasilkan analisis regresi linier yang dapat
dilihat pada grafik 4.3 berikut:
GRAFIK 4.3
UJI NORMALITAS
Menurut Singgih Santoso (2005; 347) bahwa “jika residual berasal dari distribusi
normal, maka nilai-nilai sebaran data akan terletak disekitar garis lurus”. Terlihat
pada grafik 4.3 diatas sebaran data tersebar disekeliling garis lurus atau tidak
terpencar jauh dari garis lurus. Maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data
tersebut adalah normal, dengan demikian syarat untuk pengujian statistik
terpenuhi.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk uji multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan
variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS.
Apabila nilai tolerance lebih tinggi dari 0,1 atau VIF lebih kecil dari 10 maka
dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas. Uji multikolinearitas dapat
dilihat pada tabel 4.23 berikut:
TABEL 4.23
UJI MULTIKOLINEARITAS
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Eva 1.000 1.000
Berdasarkan tabel 4.23 diatas, dapat disimpulkan nilai tolerance lebih tinggi dari
0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10 sehingga model regresi yang digunakan
memenuhi syarat asumsi klasik yaitu tidak terjadi multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Uji atutokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terjadi problem atutokorelasi
yang menyebabkan model yang digunakan tidak layak dipakai. Untuk mendeteksi
adanya autokorelasi digunakan nilai Durbin Watson, adapaun kriteria
pengujiannya adalah:
a. Jika nilai DW dibawah 0 sampai 1,5 berarti ada autokorelasi positif.
b. Jika nilai DW diantara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak ada autokorelasi.
c. Jika nilai DW diantara 2,5 sampai 4 berarti ada autokorelasi negatif.
Tabel 4.24 dibawah ini menunjukan adanya autokorelasi atau tidak.
TABEL 4.24
UJI AUTOKORELASI
Durbin-Watson
1.509
Berdasarkan tabel 4.24 diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai Durbin-Watson
(DW) diantara 1,5 sampai 2,5. Maka dalam persamaan regresi tidak terdapat
autokorelasi dan persamaan regresi layak untuk digunakan.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas, sebaliknya jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas,
karena jika terdapat heteroskedastisitas maka varians tidak konstan sehingga
dapat menyebabkan biasnya standar error. Ada beberapa cara untuk mendeteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas, salah satunya adalah dengan melihat scatter
plot. Suatu model regresi yang baik apabila pada diagram pencar residualnya
tidak membentuk pola tertentu dan datanya berpencar di sekitar nol (pada sumbu
Y). Selain itu tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di
tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian
menyempit. Grafik 4.4 berikut digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
gejala heteroskedastisitas:
GRAFIK 4.4
UJI HETEROSKEDASTISITAS
Berdasarkan grafik 4.4 diatas, dapat disimpulkan bahwa sebaran data terdapat di
sekitar nol dan tidak tampak adanya suatu pula tertentu pada sebaran data tersebut.
Dengan demikian data yang akan dianalisis memenuhi asumsi heteroskedastisitas.
1.1.3.2 Deskriptif Statistik
Deskriptif statistik digunakan untuk menggambarkan nilai statistik variabel-
variabel yang diteliti. Nilai statistik tersebut adalah nilai maksimum, nilai minimum,
dan nilai mean. Nilai-nilai statistik dari variabel-variabel yang diteliti dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut:
TABEL 4.25
DESKRIPTIF STATISTIK
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
eva 40 -2.73E12 2.93E12 1.3979E10 8.38249E11
harga 40 50 10750 1132.82 1933.240
Valid N (listwise) 40
Nilai mean Economic Value Added perusahaan subsektor makanan dan
minuman adalah sebesar Rp 1.397.900.000. Nilai maksimum Economic Value Added
(EVA) dicapai oleh PT. Indofood Sukses Makmur tbk pada tahun 2010 yaitu sebersar
Rp. 2.933.290.444.578,91. Sedangkan nilai minimum Economic Value Added (EVA)
dicapai oleh PT. Davomas Abadi tbk pada tahun 2008 sebesar Rp. -
2.733.259.097.829,25.
Nilai mean harga saham perusahaan subsektor makanan dan minuman adalah
Rp 1.132,85. Harga saham maksimum dicapai oleh PT. Mayora Indah tbk pada tahun
2010 yaitu sebesar Rp. 10.750. Sedangkan harga saham minimum dicapai oleh PT.
Davomas Abadi tbk pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 50.
1.1.3.3 Analisis Regresi Linear Sederhana
Regresi digunakan untuk memprediksi berubahnya variabel dependen (Y)
bila variabel independen (X) diubah. Pada penelitian ini, regresi linier sederhana
dilakukan dengan menggunakan proses komputerisasi aplikasi software SPSS 17.0.
Secara rinci, hasil penelitian ini menghasilkan analisis regresi linier yang dapat dilihat
pada tabel 4.4 berikut:
TABEL 4.26
HASIL UJI REGRESI LINIER SEDERHANA
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1117.190 270.856 4.125 .000
Eva 1.118E-9 .000 .485 3.418 .002 1.000 1.000
a. Dependent Variable: harga
Dari tabel 4.26 diperoleh persamaan regresi linier antara Economic Value
Added (EVA) dan harga saham sebagai berikut:
Y = a + bX
Y = 1.117,190 + 0.000000001118X
Persamaan regresi diatas dapat diartikan sebagai berikut:
1. Konstanta sebesar 1.117,190 menyatakan bahwa jika tidak ada Economic Value
Added (EVA) atau dikatakan nol (EVA = 0), maka harga saham akan tetap
sebesar Rp. 1.117,190.
2. Koefisien regresi 0.000000001118 artinya setiap terjadi peningkatan Economic
Value Added (EVA) sebesar Rp. 1 akan meningkatkan harga saham sebesar Rp.
0.000000001118 dan sebaliknya jika terjadi penurunan Economic Value Added
(EVA) sebesar Rp. 1 akan menurunkan harga saham sebesar Rp.
0.000000001118.
1.1.3.4 Analisis Koefisien Korelasi Product Moment
Analisis koefisien korelasi product moment digunakan untuk mengetahui
keeratan hubungan antara Economic Value Added (EVA) dengan harga saham. Pada
penelitian ini, analisis koefisien korelasi product moment dilakukan dengan
menggunakan proses komputerisasi aplikasi software SPSS 17.0. Berdasarkan analisis
koefisien korelasi yang dilakukan, didapat harga koefisien korelasi antara variabel X
dengan variabel Y sebesar 0,508 seperti terlihat pada tabel 4.5 berikut:
TABEL 4.27
HASIL UJI KOEFISIEN KORELASI PRODUCT MOMENT
harga eva
Pearson Correlation harga 1.000 .485
eva .485 1.000
Sig. (1-tailed) harga . .001
eva .001 .
N harga 40 40
eva 40 40
Berdasarkan tabel 4.27 diatas, nilai koefisien korelasi Economic Value Added
(EVA) terhadap harga saham adalah sebesar 0,485. Berdasarkan tabel interpretasi
korelasi di bab 3, maka diketahui bahwa harga koefisien 0,485 terletak diantara 0,40 –
0,599. Hal ini menunjukan Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap
harga saham, dimana hubungan tersebut termasuk ke dalam kategori sedang.
Tanda positif (+) menunjukan bahwa hubungan antara Economic Value
Added (EVA) terhadap harga saham adalah searah atau berbanding lurus. Hal ini
berarti, jika Economic Value Added (EVA) yang dihasilkan oleh perusahaan tinggi,
maka harga saham akan meningkat. Sebaliknya jika Economic Value Added (EVA)
yang dihasilkan perusahaan rendah, maka harga saham akan turun.
1.1.3.5 Analisis Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui besarnya pengaruh Economic Value Added (EVA
terhadap harga saham, dapat digunakan rumus koefisien determinasi, yaitu:
KD = r2 x 100%
= (0,485)2 x 100%
= 0,283 x 100%
= 23,52%
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa besarnya pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap harga
saham adalah sebesar 23,52%, sedangkan sisanya 76,48% dipengaruhi oleh faktor
lainnya diluar Economic Value Added (EVA) yang pembentuk harga saham yang
tidak dibahas dalam penelitian ini.
1.1.3.6 Uji Hipotesis
Uji t digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Pada penelitian ini,
pengujian hipotesis (uji t) dilakukan dengan menggunakan proses komputerisasi
aplikasi software SPSS 17.0. Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa thitung
adalah sebesar 3,418. Kemudian dengan mengambil α = 5% dan derajat kebebasan υ
= 38 diperoleh ttabel sebesar 2,0244. Sedangkan kriteria hipotesis yang ditetapkan
adalah:
1. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima
2. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak
Dari kriteria diatas, dapat diketahui secara jelas bahwa nilai thitung sebesar
3,418. Ini berarti nilai thitung > nilai ttabel sebesar 2,0244 (3,418 > 2,0244). Dengan
demikian Ho ditolak dan Hi diterima, yang berarti bahwa terdapat pengaruh antara
Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham.
1.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan Economic Value Added (EVA) yang penulis
lakukan, dapat dilihat bahwa nilai Economic Value Added (EVA) perusahaan subsektor
makanan dan minuman tahun 2007 – 2010 menunjukan kecenderung naik. Economic
Value Added (EVA) tertinggi yang dicapai oleh PT. Indofood Sukses Makmur tbk pada
tahun 2010. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2010 PT. Indofood Sukses Makmur
tbk mengalami peningkatan pendapatan operasi setelah pajak (NOPAT) dan penurunan
biaya rata-rata tertimbang (WACC). Hal ini juga menunjukan bahwa nilai tambah yang
diberikan perusahaan untuk setiap pemegang saham adalah yang paling tinggi.
Sedangkan Economic Value Added (EVA) terendah yang dicapai oleh PT.
Davomas Abadi tbk. adalah pada tahun 2008 dan bernilai negatif. Hal ini disebabkan
karena pendapatan operasi setelah pajak (NOPAT) PT. Davomas Abadi tbk mengalami
penurunan dan peningkatan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Nilai Economic
Value Added (EVA) yang negatif memberikan gambaran bahwa nilai tambah perusahaan
tidak tercapai. Dengan kata lain, PT. Davomas Abadi tbk telah gagal dalam menciptakan
nilai tambah perusahaan bagi pemegang sahamnya.
Harga saham perusahaan subsektor makanan dan minuman tahun 2007 – 2010
menunjukan kecenderungan naik. Harga saham tertinggi dicapai oleh PT. Mayora Indah
tbk pada tahun 2010. Hal ini terjadi karena PT. Mayora Indah tbk mengalami
peningkatan laba bersih. Peningkatan laba bersih menunjukan peningkatan kinerja
perusahaan hal ini juga yang mengakibatkan peningkatan permintaan saham.
Peningkatan permintaan saham PT. Mayora Indah tbk meningkatkan pula harga saham
PT. Mayora Indah tbk.
Sedangkan harga saham terendah dicapai oleh PT. Davomas Abadi pada tahun
2009. Hal ini terjadi karena PT. Davomas Abadi tbk. mengalami defisit atau kerugian.
Mengalami defisit atau kerugian menunjukan kinerja perusahaan yang buruk, hal ini juga
yang mengakibatkan penurunan permintaan saham. Penurunan permintaan saham PT.
Davomas Abadi tbk. menurunkan pula harga saham PT. Davomas Abadi tbk.
Berdasarkan hasil uji secara statistik menunjukan bahwa ada pengaruh
Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham pada perusahaan subsektor
makanan dan minuman, ini ditunjukan oleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,485.
Dimana angka ini menunjukan hubungan antara Economic Value Added (EVA) dengan
harga saham perusahaan subsektor makanan dan minuman tahun 2007 – 2010 adalah
sedang dengan arah hubungan positif (searah).
Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa thitung dari Economic Value Added
(EVA) adalah 3,418 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 2,0244 dengan
nilai signifikan variabel sebesar 0,02 lebih kecil dari 0,05. Dari hasil analisis tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu
“terdapat pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham” diterima.
Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh Economic Value Added
(EVA) terhadap harga saham pada subsektor makanan dan minuman. Harga saham
perusahaan subsektor makanan dan minuman dipengaruhi oleh Economic Value Added
(EVA) sebesar 23,52% dan sisanya sebesar 76,48% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
seperti Earning Per Share (EPS), tingkat bunga, jumlah kas dan deviden yang dibagikan,
jumlah laba yang didapat perusahaan, dan tingkat resiko dan tingkat pengembalian.
Maka agar harga saham perusahaan subsektor makanan dan minuman tinggi perusahaan
subsektor makanan dan minuman harus menjaga kinerja keuangannya yaitu dengan
menciptakan nilai Economic Value Added (EVA) yang tinggi.
Hasil penelitian ini mendukung teori dari Eduardus Tendelilin (2001: 195)
“Economic Value Added (EVA) adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan
dalam meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa kinerja
manajemen yang baik atau efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan)
maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan”
Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh:
1. Raja Lambas J. Panggabean dengan judul “Analisis Perbandingan Korelasi EVA
dan ROE Terhadap Harga Saham LQ 45 Di Bursa Efek Jakarta”. Hasil dari
penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara Economic Value
Added (EVA) dengan harga saham.
2. A. Sakir dengan judul “Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga
Saham Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia”.
Hasil dari penelitian ini adalah Economic Value Added (EVA) berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham.
3. Wahyu Handoko dengan judul “Pengaruh Economic Value Added, ROE, ROA, dan
EPS Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Kategori LQ45 Pada BEI”.
Hasil dari penelitian ini adalah secara simultan Economic Value Added, ROE, ROA,
dan EPS berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham,
sedangkan secara parsial ROE dan ROA berpengaruh secara signifikan terhadap
perubahan harga saham sedangkan Economic Value Added dan EPS tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham.
4. Wesly Andri Simanjuntak dengan judul “Pengaruh Economic Value Added, Return
On Assets, Net Profit Margin dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari
penelitian ini adalah secara simultan EVA, ROA, NPM, dan EPS berpengaruh
secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara parsial hanya ROA dan
EPS yang berpengaruh secara signifikan sedangkan EVA dan NPM tidak
berpengaruh secara signifikan.